M01759

Supervisi Pada Zaman Sekarang dan Masa Depan

Slameto
Universitas Kriten Satya Wacana Salatiga
Slameto_uksw@yahoo.com

Abstrak
Kualitas pendidikan nasional masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan
dengan negara-negara lain. Oleh karena itu, pendidikan kita harus terus menerus
diperbaharui. Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan
tugasnya sebagai pendidik yang baik tidaklah mudah. Dari sudut pandang manajemen SDM
guru, guru masih berada dalam pengelolaan yang lebih bersifat birokratis-administratif yang
kurang berlandaskan paradigma pendidikan, dengan demikian guru sangat perlu untuk
disupervisi, untuk mengantar mereka memasuki suasana kerja yang selalu berubah dan
diperbarui.
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana supervisi pendidikan
terutama guru masa sekarang dan bagaimana kecenderungannya dimasa yang akan datang?
Hasil dari pembahasan tersebut sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka
memberikan atau mengadakan perbaikan dikemudian hari, kelak supervisor benar-benar
membantu usaha sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya.
Perkembangan supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Supervisi modern

adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia sekolah, menghargai dan
menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masing-masing. Penghargaan dan
pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi mereka sebagai pendidik,
dilakukan dengan cara komprehensif. Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri
dinamis dan demokratis yang merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang
berbobot: menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua
stake holder, demokratis, dan komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan
datang bisa di kemukakan dua macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional
guru (terpusat pada pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik
negara (berpusat pada politik Negara).
Kata Kunci: Supervisi Pendidikan: modern, zaman sekarang, masa yang akan datang,
Profesi Pendidik, Politik Negara.

Pendahuluan
Saat ini dunia pendidikan nasional Indonesia berada dalam situasi “kritis” baik dilihat
dari sudut internal kepentingan pembangunan bangsa, maupun secara eksternal dalam kaitan
dengan kompetisi antar bangsa. Fakta menunjukkan bahwa, kualitas pendidikan nasional
masih rendah dan jauh ketinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain. Berbagai

kritikan tajam yang berasal dari berbagai sudut pandang terus ditujukan kepada dunia

pendidikan nasional dengan berbagai alasan dan kepentingan. Bahkan ada beberapa pihak
yang menuding bahwa krisis Nasional sekarang ini bersumber dari pendidik, kesalahan guru.
Meskipun diakui guru sebagai unsur penting dalam pembangunan bangsa, namun secara
ironis guru belum memperoleh penghargaan yang wajar sesuai dengan martabat serta hak-hak
azasinya. Hal itu tercermin dari belum adanya jaminan kepastian dan perlindungan bagi para
guru dalam pelaksanaan tugas dan perolehan hak-haknya sebagai pribadi, tenaga
kependidikan, dan warga negara.
Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat penting dalam mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Ada dua hal penting yang melekat pada seorang guru yaitu
sebagai tenaga pengajar dan sebagai tenaga pendidik. Dalam Undang Undang nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 1 butir 1 menjelaskan bahwa guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Makna guru yang dijelaskan
dalam Undang-Undang tersebut adalah guru sebagai tenaga pendidik yang profesional,
dengan tugas-tugas utamanya adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi.
Untuk menjadi seorang guru profesional yang melaksanakan tugasnya sebagai
pendidik yang baik tidaklah mudah, karena sasaran dari apa yang dilakukan oleh seorang
guru adalah bukan saja sekedar seseorang itu mengetahui akan tetapi juga harus memahami

apa yang ia ketahui dan selanjutnya secara sadar ia mampu berbuat dan dapat bertanggung
jawab atas apa yang telah ia lakukan itu baik terhadap dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara, bahkan lebih jauh lagi ia mampu mempertanggung jawabkan semuanya kepada
Tuhan.
Pendidikan berurusan hal-hal yang terkait dengan pertumbuhan, perubahan,
pembaharuan, dan juga hal-hal yang terus berlangsung. Karena hidup terus berlangsung,
maka

menangani

pendidikan

sebetulnya

sama

dengan

menangani


masa

depan,

mengelola masa depan. Oleh karena itu, pendidikan harus terus menerus diperbaharui.
Menjemput masa depan yang cerah membutuhkan sebuah proses yang cukup serius. Di
situlah peran seorang pendidik untuk mengondisikan peserta didik, baik di tengah keluarga,
masyarakat, ataupun secara formal sekolah. Sehingga orang pun tidak terlalu memilah-milah
antara pendidikan disekolah dan pendidikan di rumah. Oleh karena itu, pendidikan tidak akan
pernah berakhir.

Hingga saat ini masih banyak masalah dan kendala yang berkaitan dengan pendidik,
dari aspek kuantitas, jumlahnya yang ada masih dirasakan belum cukup untuk menghadapi
pertambahan siswa serta tuntutan pembangunan. Kekurangan guru di berbagai jenis dan
jenjang khususnya di sekolah dasar, merupakan masalah besar terutama di daerah pedesaan
dan daerah terpencil. Dari aspek kualitas, sebagian besar guru-guru masih belum memiliki
pendidikan minimal yang dituntut terutama guru SD. Dari aspek penyebarannya, masih
terdapat ketidak-seimbangan penyebaran guru antar sekolah dan antar daerah. Dari aspek
kesesuaiannya, di SLTP dan SM, masih terdapat ketidak sepadanan guru berdasarkan mata
pelajaran yang harus diajarkan. Dari segi keadilan kesejahteraan guru, masih ada beberapa

kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif para guru. Di antaranya antara
guru dengan PNS lainnya, serta dengan para birokratnya, kesenjangan antara guru dengan
dosen, kesenjangan guru menurut jenjang dan jenis pendidikan, kesenjangan antara guru
pegawai negeri yang digaji oleh negara, dengan guru swasta yang digaji oleh pihak swasta,
kesenjangan antara guru pegawai tetap dengan guru tidak tetap atau honorer, kesenjangan
antara guru yang bertugas di kota-kota dengan guru-guru yang berada di pedesaan atau
daerah terpencil, kesenjangan karena beban tugas. Kesejahteraan mencakup aspek imbal jasa,
rasa aman, kondisi kerja, hubungan antar pribadi, dan pengembangan karir.
Dari sudut pandang manajemen SDM guru, guru masih berada dalam pengelolaan
yang lebih bersifat birokratis-administratif yang kurang berlandaskan paradigma pendidikan
(antara lain manajemen pemerintahan, kekuasaan, politik, dsb.). Dari aspek unsur dan
prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem pendidikan,
rekrutmen, pengangkatan, penempatan, supervisi, dan pembinaan guru. Masih dirasakan
belum terdapat keseimbangan dan kesinambungan antara kebutuhan dan pengadaan guru.
Rerkrutmen dan pengangkatan guru masih selalu diliputi berbagai masalah dan kendala
terutama dilihat dari aspek kebutuhan kuantitas, kualitas, dan distribusi. Pelaksanaan otonomi
daerah yang “kebablasan” cenderung membuat manajemen guru menjadi makin semrawut.
Pembinaan dan supervisi dalam jabatan guru belum mendukung terwujudnya pengembangan
pribadi dan profesi guru secara proporsional.
Dengan demikian guru sangat perlu untuk disupervisi untuk mengantar mereka memasuki

suasana kerja yang selalu berubah dan diperbarui. Dengan memperoleh supervisi, guru-guru
tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi barunya. Semua situasi tersebut di atas
memerlukan adanya pelaksanaan program supervisi pendidikan yang mantap dan terarah.
Untuk melaksanakan program supervisi pendidikan yang mantap perlu adanya evaluasi yang

baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan
kontinyu.

Rumusan Masalah dan Tujuan Penulisan
Berdasarkan paparan di atas, rumusan masalah dalam penulisan ini adalah: bagaimana
supervisi pendidikan terutama guru masa sekaran dan bagaimana kecenderungannya dimasa
yang akan datang? Hasil dari pendalaman terhadap seluruh aspek permasalahan tersebut
sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan
perbaikan dikemudian hari. Dengan demikian kelak supervisor benar-benar membantu usaha
sekolah secara menyeluruh guna peningkatan mutunya.

Pembahasan
Perbandingan supervisi tradisional dengan supervisi modern (Burton dan Brueckner,
1978) yaitu supervisi tradisional adalah (1) meginspeksi, (2) terpusat pada guru, (3)
berkunjung dan berdiskusi, (4) perencanaan yang sederhana, (5) memergoki dan otoriter dan

(6) biasanya satu orang. Sedangkan supervise modern ialah (1) pragmatis dan menganalisis,
(2) terpusat pada tujuan, materi, teknik, guru, siswa, dan lingkungan, (3) melaksanakan
beraneka ragam fungsi, (4) Perencanaan dan organisasi yang jelas dengan tujuan yang khas,
(5) memotivasi dan bekerja sama, dan (6) oleh orang banyak. Perbandingan ini memperjelas
apa yang dimaksud dengan supervisi yang bersifat komprehensif. Ini merupakan karakteristik
terakhir dari supervisi modern menurut pandangan Neagley (1990).
Sergiovani membedakan supervisi tradisional dengan supervisi modern dari segi
perlakuan terhadap personalia sekolah yang dia sebut sebagai variable perantara (mediating
variables). Supervisi tradisional tidak memakai variable ini sebaliknya supervisi modern
menggunakannya dan lebih berhasil. Ada tiga variable dalam hubungan dengan supervisi
pendidikan. Variabel-variabel tersebut ialah variable awal (initiating variables) yang
mencangkup: 1. Supervisor yang memegang referensi untuk teman-temannya, para bawahan
dan dirinya sendiri. 2. Pola-pola perilaku administrasi dan supervise. 3. Elemen-elemen
struktur organisasi. 4. Sistem otoritas. 5. Tujuan sekolah dengan pola untuk mencapainya.
Variabel kedua ialah variable perantara yang mencangkup: 1. Sikap guru dan
personalia sekolah lainnya terhadap jabatan dan antar hubungan mereka. 2. Tingkat kepuasan
bekerja. 3. Komitmen staf terhadap tujuan sekolah. 4. Gambaran tujuan sekolah yang dimiliki
oleh guru-guru. 5. Tingkat kesetian guru-guru. 6. Kepercayaan dan keakraban antar

personalia sekolah. 7. Kemauan untuk mengontrol kepercayaan tersendiri. 8. Fasilitas untuk

berkomunikasi.
Variabel yang ketiga ialah variable kesuksesan sekolah yang mencakup: 1. Tingkat
performan guru-guru dan personalia sekolah lainnya. 2. Tingkat performan para siswa. 3.
Tingkat perkembangan dan pertunbuhan para siswa. 4. Peningkatan organisasi personalia
sekolah. 5. Laju presensi dan absensi staf. 6. Laju absensi dan drop out para siswa. 7. Kualitas
hubungan sekolah dengan masyarakat. 8. Kualitas hubungan personalia sekolah.
Supervisi tradisional hanya mengejar kesuksesan jangka pendek saja, dengan bertitik
tolak pada variable awal tanpa mengihiraukan variable perantara. Itulah sebabnya kesuksesan
mudah lenyap sebab semangat pelaksana-pelaksananya mudah pudar. Menyadari kelemahan
supervisi tradisional tersebut, maka supervisi modern meletakkan kunci penggeraknya pada
organisasi personaliannya yaitu para pelaksana yang dikatakan sebagai variable perantara,
walaupun diakui bahwa variable ini juga dipengaruhi dan ditentukan oleh variable awal.
Variable yang terdiri dari sikap, kepuasan bekerja, komitmen, kesetiaan dan sebagainya
merupakan dasar dedikasi seorang guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Menyadari
hal ini, yang pertama-tama ditangani oleh supervisor modern adalah organisasi personalia
sekolah yaitu orang-orang yang melaksanakan pendidikan itu. Dengan cara ini walaupun
kesuksesan pendidikan tidak segera akan nampak tetapi secara berangsur-angsur dalam
jangka panjang sangat mungkin akan tercapai. Kesuksesan seperti itu akan lama bertahan
bahkan cara ini dapat dipandang sebagai strategi untuk melestarikan kesuksesan pendidikan.
Supervisi modern lebih mengedepankan pendekatan manusiawi dalam melaksanakan

evaluasi program supervisi pendidikan sehingga benar-benar dapat mencapai tujuan supervisi
pendidikan. Tujuannya adalah untuk mendalami kebutuhan guru secara individual, membantu
mereka secara individual pula, mendalami kebutuhan personal lain (staf non guru), meneliti
sistem pengelolaan yang digunakan, dan meneliti sarana dan prasarana sekolah. Dengan
demikian supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia
sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masingmasing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi
mereka sebagai pendidik, yang dilakukan dengan metode intelegensi praktis yang bersifat
demokratis. Supervisi dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara menyamakan
prinsip-prinsip yang dipakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip materi dengan
baik secara vertical maupun secara horizontal.

Supervisi Pada Zaman Sekarang
Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang
merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot (Neagly, 1980),
karakteristik supervisi modern dikatakan sebagai berikut.
Pertama, menciptakan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua
anggota stake holder. Kondisi seperti ini merupakan dasar yang paling utama dalam
melaksanakan supervisi. Sebab supervisi merupakan proses yang menyangkut aktivitasaktivas individu yang didasari oleh pengenalan dan hubungan yang akrab.
Kedua demokratis, istilah demokratis dikatakan mencerminkan dinamika, dapat mengerti
dan memahami, sensitif, dan memegang peranan kepemimpinan. Supervisi yang dinamis

ialah supervis yang aktif, kreatif, dan banyak inisiatif dalam melaksanakan fungsinya.
Supervisi seperti ini ikut merencanakan agar proses belajar mengajar memberi hasil yang
baik, membantu menciptakan kondisi belajar yang baik, memonitoring guru-guru agar tidak
sampai terlanjur jauh berbuat salah, mencari sebab sebuah kesalahan, memberi saran dan
membimbing. Supervisor tidak hanya mencari kesalahan guru, tidak pula hanya memperbaiki
kesalahan guru, tetapi juga berusaha mengadakan preventif agar guru-guru sedikit mungkin
berbuat salah. Untuk mempermudah pelaksanaan tugas, supervisor perlu mengerti atau
memahami kepribadian setiap guru. Setiap guru dan personalia sekolah memiliki kepribadian
yang unik. Supervisor harus memahami keunikan setiap individu yang dibinannya.
Pemahaman terhadap individu merupakan strategi bagi supervisor dalam mempengaruhi,
mengarahkan dan memotivasi individu tersebut. Setiap guru membutuhkan teknik pembinaan
tersendiri

sesuai

keunikan

mereka

masing-masing. Supervisor


juga

membutuhkan

kesensitivan dalam berkomonikasi dengan guru dan cepat tahu apa permasalahan yang
dihadapi oleh guru. Pengetahuan ini memberikan jalan baginya untuk mengatur strategi lebih
lanjut. Supervisor berusaha mengadakan kerjasama dengan guru-guru dan personalia sekolah
lainnya dalam usaha meningkatkan proses belajar mengajar disekolah. Supervisor berusaha
menciptakan suasana kondusif, sehingga memungkinkan saling memberi dan saling
menerima.
Ketiga adalah komprehensif. Supervisi berlangsung dari taman kanak-kanak sampai dengan
sekolah menengah tingkat atas yang melingkupi beberapa sekolah untuk wilayah tertentu.
Bentuk dan isi supervisi untuk tiap sekolah itu tidak boleh berbeda jauh. Kesamaan ini
dimaksudkan untuk menjamin kontinuitas kurikulum sekolah dari taman kanak-kanak sampai
dengan sekolah menengah tingkat atas. Hal ini akan memudahkan para siswa mengembangkan diri melalui kurikulum tersebut. Selain komprehensif ditujukan kepada kurikukulum,

juga komprehensif terhadap personalia sekolah mencangkup kepalah sekolah, guru, para
pegawai tatausaha dan para siswa diarahkan dalam pencapaian tujuan pendidikan.

Kecenderungan Supervisi Pada Masa Mendatang
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan
datang. Yang bisa di kemukakan dua macam yang satu meninjau supervisi dari sudut
professional guru, sedang lain meninjau dari sudut politik negara. Atau yang satu melihat
kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi pendidik, yang lain melihat
kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara.
Marks (1978) menghubungkan pendidikan dengan situasi dunia sekarang, khususnya
dalam bidang politik, Luci0 (1996) melihat kecenderungan-kecenderungan sekolah pada
masa yang akan datang lebih banyak dikontrol oleh negara. Negara memandang pendidikan
merupakan suatu alat yang vital untuk menegakkan serta memajukan nusa dan bangsa. Hal
ini memang penting bila dihubungkan dengan situasi dunia yang penuh dengan usaha
merebut pengaruh dan persaingan kekuatan di antara dua negara raksasa. Pemerintah
memandang perlu untuk mengawasi usaha-usaha sekolah agar anggota masyarakat yang
diproduksi mampu mempertahankan kedaulatan negara, berdiri sendiri, dan tidak hanyut oleh
pengaruh negara lain.
Bila demikian halnya, maka supervisor akan berada diantara sebagi alat Negara dan
sebagai professional. Karena itu disarankan peranan supervisor sebagai berikut:
1. Sebagai perantara dalam menyampaikan minat para siswa, orag tua dan program
sekolah kepada pemerintah dan badan-badan lain.
2. Memonitor penggunaan dan hasil-hasil sumber belajar.
3. Merencanakan program untuk populasi pendidikan yang baru
4. Mengembagkan program yang baru untuk jabatan baru yang mungkin muncul
mengkombinasikan program yang di ajukan pemerintah, perdagangan dan
industri menilai dan meningkatkan pengertian gaya kehidupan.
5. Memilih inovasi yang konsisten dengan masa yang akan datang.
Ada beberapa ramalan tentang bagaimana kemungkinan supervisi pada masa yang akan
datang, yakni meninjau supervisi dari sudut professional guru, dan dari sudut politik negara.
Atau yang satu melihat kecenderungan supervisi terpusat pada pengembangan profesi
pendidik, yang lain melihat kecenderungan itu bertitik pusat pada politik negara. Untuk
mencapai maksud di atas membutuhkan tipe supervisi yang baru (Marks, 1978). Supervisi
tersebut lebih mememusatkan dari pada pengembangan profesi dan bakat guru serta

memanfaatkannya untuk kepentingan kemajuan pendidikan daripada memberi konsultasi
langsung kepada guru-guru, membina agar mereka bisa memimpin diri sendiri, tidak
bergantung kepada pengarahan dari luar, dan percaya kepada sumber-sumber pendidikan
yang diperoleh sendiri. Supervisor juga menanamkan pengertian program sekolah yang baru
kepada guru-guru dalam usaha menyiapkan para siswa menghadapi kehidupan yang semakin
keras.

Penutup
Ramalan yang sifatnya menjangkau terlalu jauh kepada masa yang akan datang
seringkali tidak tepat. Maka dari itu membuat ramalan dalam bidang supervisi pendidikan,
khususnya di Indonesia, tidak perlu menjangkau terlalu ke depan. Cukup setiap dekade (limasepuluh tahun) merumuskan model supervisi yang baru atau diperbaharui berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lampau dan antisipasi dua periode jabatan Pemimpin.
Perkembangan Supervisi sudah ada pada sebelum abad 18 dan 19. Akan tetapi pada
abad 19 tugas para supervisor sudah meningkat, yaitu tidak hanya mengontrol dan mencatat
kesalahan guru, tidak lagi bersikap otoriter dan otokratis akan tetapi juga memperhatikan
karakteristik individualitas masing-masing guru.
Supervisi modern adalah supervisi yang memperhatikan antara hubungan personalia
sekolah, menghargai dan menghayati kepribadian, bakat dan kemampuan mereka masingmasing. Penghargaan dan pengetahuan ini merupakan suatu strategi dalam membina profesi
mereka sebagai pendidik, dilakukan dengan cara komprehensif, yaitu dengan cara
menyamakan prinsip-prinsip yang di pakai dalam proses belajar mengajar dan prinsip-prinsip
materi dengan baik secara vertical maupun secara horizontal.
Supervisi pada zaman sekarang mempunyai ciri-ciri dinamis dan demokratis yang
merefleksikan vitalitas pemahaman kepemimpinan yang berbobot: menciptakan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan diantara semua stake holder, demokratis, dan
komprehensif. Kemungkinan supervisi pada masa yang akan datang bisa di kemukakan dua
macam, yang satu meninjau supervisi dari sudut professional guru (terpusat pada
pengembangan profesi pendidik), sedang lain meninjau dari sudut politik negara (berpusat
pada politik Negara).

Daftar Pustaka
Burton, W. H. and Brueckner, L. J. 1978. Supervision- A Social Process. New York:
Appleton-Century-Crofts, Inc.
Departemen Agama RI, 2005.Kepengawasan Pendidikan Jakarta: Dirjen Kelembagaan
Agama Islam, Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2009. Pedoman
Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas. Jakarta: Deptemen Pendidikan Nasional.
Lucio, W. H.,& McNeil, J.D.1969.Supervision:A synthesis of thought and action (2nd ed.).
New York: McGraw-Hill.
Marks, J. R., Stoops, E., & King-Stoops, J.1978. Handbook of educational supervision: A
guide for the practitioner(2nd ed.). Boston: Allyn and Bacon.
Neagley, Ross L. and N. Dean Evans. 1980. Handbook for effective supervision of
instruction, 3rd Edition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall,
Ngalim, Purwanto, 1987, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sagala, Syaiful, 2008. Administrasi Pendidikan Kontemporer, Bandung: Alfabeta
Sahertian, Piet A., 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

-0-

Dokumen yang terkait