PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia
karena orang akan terlihat mulia itu dilihat dari akhlaknya. Hal itu dapat
dilihat dalam beberapa point, diantaranya : Rasulullah diutus oleh Allah untuk
menyempurnakan akhlak yang mulia sebagai misi pokok risalah islam,akhlak
merupakan salah satu ajaran pokok agama islam, akhlak yang baik dapat
memberatkan

timbangan

kebaikan

seseorang

nanti

pada

hari


kiamat,Rasulullah menjadikan baik buruknya akhlak seseorang sebagai
ukuran imannya, islam menjadika akhlak yang baik sebagai bukti dan buah
dari ibadah kepada Allah,
Tujuan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam
kehidupannya, baik di dunia maupun akhirat. Jika seseorang dapat menjaga
kualitas mu’amalah ma’allah (Hubungan dengan Allah) dan mu’amallah
ma’annas (Hubungan dengan sesame manusia), insya Allah akan memperoleh
ridha-Nya. Orang yang mendapat ridha Allah niscaya akan memperoleh
jaminan kebahagiaan hidup baik duniawi maupun ukhrawi.
Selanjutnya, akhlak menentukan perbuatan yang baik dan yang buruk,
serta perbuatan apa saja termasuk perbuatan yang baik dan yang buruk itu.
Maka seseorang yang mempelajari akhlak yang baik maka akan melakukan
perbuatan yang baik karena ia akan mengetahui banyak perbuatan yang baik
dan bahayanya perbuatan yang buruk. Dengan mengetahui yang baik ia akan
1

2

terdorong untuk melakukannya dan mendapatkan manfaat dan keuntungan

darinya, sedangkan mengetahui yang buruk ia akan terdorong untuk
meninggalkannya dan ia akan terhindar dari bahaya yang menyesatkan. Selain
itu akhlak juga akan membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan
maksiat karena ia secara lahiriyah dan bathiniyah bertaqwa kepada Allah.
Fitrah beragama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat
tergantung kepada kondisi kehidupan beragama lingkungan dimana orang
(anak) itu hidup, terutama lingkungan keluarga. Apabila kondisi tersebut
kondusif, dalam arti lingkungan itu memberikan ajaran, bimbingan dengan
pemberian dorongan (motivasi) dan ketauladanan yang baik (uswah hasanah)
dalam mengamalkan nilai-nilai agama, maka anak itu akan berkembang
menjadi manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur (berakhlaaqul
kariimah). Namun apabila sebaliknya, dalam arti lingkungan tersebut bersikap

masa bodoh, acuh tak acuh, atau bahkan melecehkan ajaran agama, maka
dapat dipastikan anak akan mengalami kehidupan yang tuna agama, tidak
akrab dengan nilai-nilai atau hukum-hukum agama, sehingga sikap dan
perilakunya akan bersifat impulsif, instinktif, atau hanya mengikuti hawa
nafsu.1
Setiap manusia yang dilahirkan kedunia membawa fitrahnya masingmasing. Kehadiran dan ketiadaan seorang anak merupakan kehendak dan
ketetapan Allah yang perlu di imani. Maka tidak ada hak seorang manusia


1

Syamsu Yusuf, Psikologi Belajar Agama: Perspektif Agama Islam, (Bandung: Pustaka
Bani Quraisy, 2005), hal. 1-2

3

untuk membuat seorang anak, karena segala sesuatu tersebut tidak lain karena
izin dari Allah.
Manusia dengan membawa bekal akal budi telah membuat para malaikat
terkagum-kagum. Kemampuan berkreativitasnya sangat luar biasa. Bekal
Allah untuk manusia benar-benar teruji oleh malaikat. Namun, manusia juga
tidak luput dari kesalahan dan kelemahan.2
Seseorang yang memeluk agama Islam berarti memiliki rasa kasih sayang
sebagai perwujudan perilaku akhlak yang baik, dimana dengan perilaku
akhlak tersebut dapat membawa kebaikan kedamaian di dalam masyarakat.
Untuk itu akhlak perlu ditingkatkan dengan cara mengaplikasikanya sedini
mungkin saat usia masih kanak-kanak, sehingga dapat melekat dan terpatri
dalam jiwa anak-anak. Sebagai seorang yang beriman, manusia diperintahkan

untuk selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan mencegah kemungkaran.
Manusia juga di perintahkan untuk mendidik anaknya, agar keturutan dan
penerus mereka di ajarkan untuk sholat dan mencegah dari kemungkaran.
Terjadinya kelahiran anak manusia bukanlah kehendak dari seseorang
ataupun seorang manusia, apalagi anak itu sendiri. Bahkan tidak seorang pun
pernah mengetahui atau menginginkan akan terjadinya. Itu semua tidak lain
karena kehendak Allah semata, yang menciptakan manusia dan segala sesuatu
yang ada. Adapun pandangan terhadap anak sering ditentukan oleh cara
seseorang mengajar dan mengasuh mereka.3

2
Sapuri Rafi, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern , Jakarta: Rajawali Pers,
2009, hal.25
3
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
hal.1

4

Mengasuh dan menyantuni anak yatim termasuk manisfestasi kebaikan

budi (ihsan) dalam interaksi sosial adalah mengasuh dan menyantuni anak
yatim dengan cara mendidik dan membina mereka dengan baik seperti
mendidik anak sendiri dan mengajari mereka masalah-masalah agama mereka
agar tidak tumbuh liar menjadi ‘sampah’ masyarakat ketika mereka besar
kelak. Juga menjaga hartanya hingga ia mencapai usia baligh, baru kemudian
menyerahkanya.4
Allah berfirman :























   
   

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta
mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan
kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakantindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar. (QS.AnNisa’ (3) : 2)5

Firman-Nya lagi :





4
5











Muhammad Fauzi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta :Amzah, 2011) hal. 288
Qur’an Hafalan Juz 4, (Jakarta : Almahira, 2010) hal. 77

5

  













   


































   
 

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin,
kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai
memelihara harta),Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.
Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan
dan (janganlah kamu)tergesa-gesa (membelanjakanya) sebelum mereka
dewasa. Barang siapa (diantara pemeliharaa itu) mampu, maka
hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan
barang siapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut
yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka
maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi
mereka. Dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu).
(QS. An-Nisa’ (3) : 6)6


Oleh karena itu sakitnya anak yatim, deritanya anak yatim, sengsaranya
anak yatim juga merupakan sakit, derita dan sengsaranya Nabi SAW yang
pernah mengalami yatim piatu. Menyakiti anak yatim sama halnya menyakiti
Nabi SAW, menzhalimi anak yatim sama halnya menzhalimi Nabi SAW.
Jika kita menyakiti anak yatim sama halnya menyakiti Nabi SAW, maka
sebaliknya kalau kita memuliakan anak yatim sama halnya memuliakan Nabi
6

Ibid, hal 77

6

SAW, memperlakukan anak yatim dengan baik dan penuh khidmat maka
sama halnya kita juga menghormati dan mencintai Nabi SAW. Sehingga
apesiasi Nabi SAW juga sangat tinggi terhadap orang-orang yang
memperlakukan anak yatim.7
Maka dari itu anak-anak yang hidup dalam keluarga harmonis, tidak
mengalami permasalahan kepribadian. Berbeda sekali dengan anak-anak yang
hidup dalam panti asuhan, yang secara umum mengalami disfungsi keluarga,
berupa mengalami pemutusan dalam menjalankan keutuhan dalam suatu
keluarga, seperti hilangnya peran figur seorang ayah, atau hilangnya seorang
ibu dalam keluarga. Meskipun, di dalam panti asuhan terdapat ayah dan ibu
pengganti kedua orang tua kandungnya dalam membina dan menanamkan
akhlakul karimah dalamdirinya. Hal ini secara langsung berpengaruh terhadap
interaksi sosial anak. Agar dapat terbentuk perilaku yang baik (berakhlakul
karimah) diperlukan latihan dan juga pembinaan yang baik. Apalagi untuk
anak-anak yang mengalami masalah dalam keluarganya, seperti halnya anak
yatim piatu atau fakir miskin. Maka dari itu peran panti asuhan dalam hal ini
sangat diperlukan. Salah satu diantaranya yaitu Lembagai Panti Asuhan Yatim
Piatu dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol.
Panti asuhan juga mempunyai peran tersendiri, yaitu mendidik dan
membina anak asuhnya agar tingkah laku anak asuhnya dapat terkendali.
Pembinaan dengan memberikan contoh ketauladanan bagi remaja yang
menjadi anak asuh panti asuhan sangatlah dibutuhkan, dengan menanamkan
7

Marzuki Mustamar, Mutiara Hadits, (Malang : UIN Maliki Pers, 2013), hal. 217

7

rasa tanggung jawab serta kejujuran atas setiap tindakan yang dilakukan oleh
para remaja di panti asuhan. Salah satu bentuk pembinaan mental agama dan
kepribadian tersebut adalah pembinaan kepribadian remaja yang diharapkan
setelah nantinya keluar dari panti asuhan, agar mereka dapat menjadi anggota
masyarakat yang berakhlak mulia, mampu hidup layak, tertib, disiplin, serta
mematuhi segala norma atau kaidah yang berlaku di dalam masyarakat,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan wajar di tengah-tengah
masyarakat.
Panti asuhan berfungsi sebagai lembaga sosial dimana dalam kehidupan
sehari-hari, anak diasuh, di didik, diarahkan, diberi kasih sayang, dicukupi
kehidupan sehari-hari dan diberi keterampilan-keterampilan. Agar anak asuh
tidak kehilangan suasana seperti dalam keluarga, panti asuhan berusaha untuk
memberikan pelayanan yang terbaik pada mereka dan menggantikan peran
keluarga bagi anak asuhnya. Di panti asuhan, anak mendapatkan pembinaan
untuk mengarahkan anak pada hal yang positif.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa anak-anak yang tinggal di
panti asuhan merupakan anak-anak yang tergolong kekurangan, baik dalam
hal perekonomian keluarga, kasih sayang dalam keluarga, perhatian di bidang
pendidikan, atau memang orang tuanya sengaja menitipkan anaknya di panti
asuhan, agar lebih terbantu dalam pembinaan anak-anaknya. Dengan tinggal
di panti asuhan mereka akan memperoleh kehidupan yang lebih layak baik
dari segi pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani. Jasmani berupa
kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Kemudian rohani berupa didikan

8

agama yang membentuk jiwa spiritual anak sehingga terwujud dalam perilaku
sehari-harinya, kasih sayang dan perhatian dari orang tua (ibu/bapak asuh),
pengurus panti, dan semua rekan yang ada di lingkungan panti sehingga anakanak ini akan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki jiwa sosial yang
senantiasa berbagi kebahagiaan di antara sesamanya.
Kehadiran lembaga sosial, khususnya panti asuhan sangat bermanfaat
bagi mereka yang kekurangan untuk memperoleh apa yang mereka butuhkan
dan bermanfaat pula bagi mereka yang ingin beramal di jalan Allah dari
kelebihan yang dimilikinya.
Jumlah panti asuhan di seluruh Indonesia diperkirakan antara 5.000-8.000
yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah Indonesia hanya
memiliki dan menyelenggarakan sedikit dari panti asuhan tersebut, lebih dari
99% panti asuhan diselenggarakan oleh masyarakat, terutama organisasi
keagamaan.
Pada tahun 2012, Komisi Nasional Perlindungan Anak melaporkan
menerima rata-rata 200 laporan kasus anak stress per bulan sepanjang tahun
2011 meningkat 98% dari tahun sebelumnya. Terlebih lagi terdapat beberapa
penelitian yang menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan
mengalami prevalensi tinggi terhadap berbagai macam gangguan emosi.
Dalam penelitian Furnamawanti (2007) ditemukan bahwa sebagian besar
anak-anak yang tinggal di panti asuhan memiliki tingkat kecenderungan
depresi yang sedang dan tinggi dengan perolehan persentase 49,107% dan

9

37,5%.Sedangkan Wahyudiyanta (2011) mengungkapkan bahwa dari 27
korban meninggal akibat percobaan bunuh diri pada tahun 2007, lima
diantaranya adalah penghuni panti asuhan.
Data statistik di atas menjelaskan bahwa seorang anak khususnya remaja
yang tinggal di panti asuhan memiliki kecenderungan untuk mudah stress
maupun depresi, karena remaja panti akan lebih rentan mengalami berbagai
macam tekanan dan permasalahan. Remaja yang mengalami tekanan akan
sulit dalam menyelesaikan masalah, mudah memiliki emosi negatif dan
cenderung berfikir pendek, sehingga kondisi yang menekan tersebut akan
lebih mudah memicu munculnya stress.
Dalam hal ini ada beberapa lembaga panti asuhan yatim piatu piatu dan
fakir miskin yang akan siap menjaga dan memelihara mereka dari bahayanya
dunia luar, dengan mengajarkan mereka pendidikan agama Islam dan
menanamkan akhlak pada anak asuh. Sebagai seorang muslim wajib bagi kita
untuk memelihara dan menjaga anak yatim piatu ataupun fakir miskin.
Keunggulanya dari lembaga panti asuhan ini diantaranya yaitu
mempunyai Madin (Madrasah Diniyah) sendiri yang artinya Madin itu berada
dalam satu lembaga hal ini juga mengantisipasi pengasuh untuk selalu
memantau anak-anak supaya tidak berkeliaran atau keluar dari lembaga
seenaknya sendiri, sedangkan kalau lembaga panti asuhan yang lain Madin itu
ada di luar lembaga hanya di panti asuhan hikmatul hayat ini madin untuk
belajar mendalami agama islam ada dalam satu lembaga. Selain itu di

10

lembaga ini jika anak asuhnya sudah menginjak remaja atau keluar MI dari
pihak lembaga menitipkan anak asuhnya ke pondok pesantren sesuai dengan
keinginan anak asuh tersebut. Pengasuh maupun pengurus dalam lembaga
disini sangat mendidik dan membina anak asuh nya dengan sungguh-sungguh
sudah disamakan seperti anak kandungnya sendiri. Dalam hal membaca AlQur’an di lembaga panti asuhan ini juga sangat di perhatikan khusus sehingga
pengasuhnya mempunyai inisiatif supaya para santrinya setiap pagi
menyetorkan hafalan Al-Qur’an nya jika tidak menyetorkan hafalan maka
mendapat denda tujuan pengasuh seperti itu supaya para santri yang masih
anak-anak tersebut sering membuka dan mempelajarinya Al-Qur’an sehingga
dalam membacanya benar-benar lancar dan tepat sesuai makharijul huruf dan
tajwidnya dan mempunyai rasa tanggung jawab.
Lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat ini
merupakan satu-satunya Lembaga yang berada di desa Sumbergempol
Tulungagung. Maka dari itu peneliti ingin mengadakan penelitian disana
terkait bagaimana pembinaan akhlakul karimah untuk membina anak asuhnya.
Sehingga setiap pribadi anak asuhnya tertanam akhlakul karimah yang baik.
Dari latar belakang tersebut di atas, penulis sangat tertarik untuk
mengadakan penelitian yang penulis tuangkan dalam proposal skripsi yang
berjudul
”Pembinaan Akhlakul Karimah pada anak di Lembaga Panti Asuhan
Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung”

11

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian mempunyai tujuan untuk menentukan dan menghindari
suatu penelitian yang tidak mengarah. Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti mengemukakan fokus penelitian
sebagai berikut :
1. Bagaimana pembinaan Kejujuran pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak
Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung?
2. Bagaimana pembinaan Disiplin pada anak di Lembaga Panti Asuhan Anak
Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol Tulungagung?
3. Bagaimana pembinaan Tanggungjawab pada anak di Lembaga Panti
Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol
Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pembinaan Kejujuran pada anak di Lembaga Panti
Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol
Tulungagung.

12

2. Untuk mengetahui pembinaan Disiplin pada anak di Lembaga Panti
Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat Sumbergempol
Tulungagung.
3. Untuk mengetahui Bagaimana pembinaan Tanggungjawab pada anak di
Lembaga Panti Asuhan Anak Yatim dan Fakir Miskin Hikmatul Hayat
Sumbergempol Tulungagung.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dijadikan sebagai
sumbangan pikiran penulis ke dalam khazanah keilmuan, sebagai bahan
referensi atau rujukan pada Institut Agama Islam Negeri Tulungagung. Lebih
khusus lagi pada aspek meningkatkan seberapa besar pembinaan akhlakur
karimah pada anak dalam pembentukan akhlakul karimah yang mulia.
2. Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh:
a. Bagi Lembaga
Dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi pengasuh
dalam mengambil kebijakan pengembangan sarana dan prasarana
sekolah, khususnya perpustakaan.
b. Bagi Perpustakaan IAIN
Dapat

memberi

masukan

dan

bahan

pertimbangan

dalam

meningkatkan pembinaan akhlakul karimah pada anak yatim piatu dan

13

fakir miskin untuk mencapai standar yang lebih baik dan sebagai
sumbangan pemikiran untuk bahan referensi dan koleksi perpustakaan.

c. Bagi anak asuh
Dapat menambah wawasan tentang bagaimana cara berakhlakul
karimah yang baik dan sopan, terutama dalam berakhlak disiplin,jujur,
dan tanggungjawab dapat menambah anak asuh menjadi lebih mandiri
dalam melaksanakan kegiatan, terutama dalam kegiatan ibadah.
d. Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman dan memperluas wawasan serta
meningkatkan keterampilan peneliti dalam kaitanya dengan pembinaan
akhlakul kariamah.
e. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menjadi inspirasi dan acuan awal bagi peneliti selanjutnya
untuk menambah wawasan dan untuk penelitian yang lebih mendalam
terhadap topik yang sejenis atau relevan.
f. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan bahan wacana tentang cara meningkatkan akhlakul
karimah yang baik pada semua orang terutama pada kedua orang tua
dan

ustadz/ustadzah.

Penelitian

ini

mendeskripsikan

tentang

pembinaan akhlak yang menjadi salah satu upaya menumbuhkan

14

akhlak yang ada di

Yayasan Fakir Miskin Hikmatul Hayat

sumbergempol Tulungagung.

E. Penegasan Istilah
1. Secara Konseptual
a. Pembinaan yaitu upaya dan pelaksana dari sistem pendidikan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.8 Jadi yang dimaksud dengan
pembinaan mempertahankan sesuatu yang sudah baik dan berusaha
untuk mengembangkanya.
b. Akhlakul Karimah yaitu budi pekerti atau perangai yang baik, perilaku
manusia yang didasari oleh kesadaran berbuat baik yang didorong
keinginan hati. Melakukan akhlaqul karimah tidak hanya mengikuti
agama aturan agama, tapi juga menetapi aturan perundangan dan norma
etika yang berlaku dalam masyarakat. Akan tetapi kita sebagai orang
iman harus memahami bahwa akhlaqul karimah, bukanlah kultur yang
bisa berubah karena kondisi, waktu dan tempat. Akhlaqul karimah
harus dipandang dan difahami sebagai ibadah yang menjadi perintah
Allah dan Rasulullah Saw.

8

Abdur Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan aksi,

Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005, hal.3

15

c. Anak yatim yaitu anak (laki/perempuan) yang belum baligh yang
ditinggal mati ayahnya.
d. Fakir Miskin yaitu orang yang sama sekali tidak mempunyai
kemampuan untuk memenuhi keperluan pokok yang layak bagi
kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian,
tetapi tidak mampu memenuhi keperluan pokok yang layak bagi
kemanusiaan.
e. Panti Asuhan merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial
untuk membantu anak-anak yang sudah tidak memiliki orang tua. Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), panti asuhan merupakan
sebuah tempat untuk merawat dan memelihara anak-anak yatim atau
yatim piatu. Pengertian yatim piatu adalah tidak memiliki seorang
ayah dan ibu, sedangkan fakir miskin adalah golongan yang tidak
mendapati sesuatu yang mencukupi kebutuhan. Namun, tidak hanya
untuk anak yatim piatu maupun fakir miskin, panti asuhan juga terbuka
untuk anak-anak selain mereka, seperti anak terlantar. Anak- anak
yang kurang beruntung seperti yang dipaparkan di atas juga dapat
bertempat tinggal di panti asuhan. Bertempat tinggal dan hidup di panti
asuhan bukanlah hal yang mudah bagi anak, khususnya bagi remaja.
Karena mereka tidak mendapatkan hangatnya kasih sayang ke 2 orang
tua kandung.
2. Secara Operasional

16

Secara operasional yang dimaksud pembinaan akhlakul karimah
adalah merupakan suatu gejala atau langkah untuk meningkatkan
pembinaan perilaku anak yang meliputi; pembinaan perilaku kepada
Ustadz atau Ustadzah, kepada orang tua dan kepada Lingkungan /
Masyarakat.

Dalam

penelitian

ini

diharapkan

dapat

dijadikan

pertimbangan evaluasi terhadap progam dan sistem yang dilaksanakan
serta perencanaan selanjutnya
F. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan disini bertujuan untuk memudahkan jalannya
pembahasan terhadap suatu maksud yang terkandung, sehingga uraian-uraian
dapat diikuti dan dapat dipahami secara teratur dan sistematis.
Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari 3 bagian
yaitu bagian awal, bagian utama dan bagian akhir.
Bagian awal skripsi ini memuat hal- hal yang bersifat formalitas yaitu
tentang halaman sampul depan, halaman judul, halaman persetujuan, halaman
pengesahan, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar,
daftar lampiran, transliterasi dan abstrak.
Bagian utama skripsi ini terdiri dari 5 bab, yang berhubungan antara bab
satu dengan bab lainnya.
Bab I adalah Pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, penegasan istilah,
sistematika skripsi.

17

Bab II Kajian Pustaka, membahas tentang kejujuran,
pengertian kejujuran, Tujuan kejujuran dan
selain itu pembahasan tentang

mulai dari

sistem pembinaan kejujuran,

pembinaan kedisiplinan pada anak panti

asuhan, pengertian disiplin, bentuk dan wujud pembinaan kedisiplinan, dan
pembinaan rasa tanggungjawab pada anak asuh.
Bab III adalah Metode penelitian yang mencakup: pendekatan dan jenis
penelitian, lokasi dan subjek penelitian, kehadiran penelitian, data dan sumber
data, metode pengumpulan data, teknis analisis data, pengecekan keabsahan
data, tahap- tahap penelitian.
Bab IV adalah Paparan Data dan Temuan penelitian yang mencakup :
Paparan data, temuan penelitian.
Bab V adalah Pembahasan yang meliputi : Pembinaan tentang kejujuran,
Pembinaan tentang kedisiplinan, dan Pembinaan tentang rasa tanggungjawab
pada anak asuh.
Bab VI adalah Penutup yang meliputi : Kesimpulan dan Saran yang
relevansinya dengan permasalahan yang ada.
Bagian akhir penelitian ini terdiri dari daftar rujukan, lampiran- lampiran
yang diperlukan untuk meningkatkan validitas isi penelitian dan terakhir
daftar riwayat hidup tim peneliti.

Dokumen yang terkait

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 6

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 52

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 22

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 29

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 11

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 5

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH PADA ANAK DI LEMBAGA PANTI ASUHAN ANAK YATIM DAN FAKIR MISKIN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 3

PEMBINAAN AKHLAK MAHMUDAH ANAK PANTI ASUHAN HIKMATUL HAYAT SUMBERGEMPOL TULUNGAGUNG Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 1 28