12. Penyelidikan Terpadu Geologi dan Geokimia Daerah Panas Bumi Gunung Lawu

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENYELIDIKAN TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA
DAERAH PANAS BUMI
GUNUNG LAWU, PROVINSI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR
Dudi Hermawan, Anna Y., Dedi Kusnadi
Kelompok Program Penyelidikan Panas Bumi
SARI
Daerah panas bumi Gunung Lawu berada di wilayah administrasi dua provinsi
yaitu Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah ini berada pada lingkungan
geologi vulkanik Kuarter produk Gunung Lawu yang berkomposisi andesit-basaltik.
Geomorfologi daerah ini terdiri dari satuan geomorfologi kubah intrusi, satuan
geomorfologi vulkanik Gunung Jobolarangan, satuan geomorfologi vulkanik Gunung
Lawu, dan satuan geomorfologi pedataran. Stratigrafinya terdiri dari batuan sedimen
dan batuan terobosan berumur Tersier serta batuan vulkanik dan endapan permukaan
berumur Kuarter.
Struktur geologi yang berkembang berupa struktur rim kawah, sesarsesar normal berarah barat-timur dan berarah utara-selatan yang mengontrol
kemunculan manifetasi panas bumi di daerah Gunung Lawu, dan sesar mendatar
berarah baratdaya-timurlaut yang memotong dan mengakibatkan pergeseran pada
batuan dan struktur yang sudah terbentuk sebelumnya.
Manifestasi panas bumi yang muncul berupa fumarol, mata air panas, dan

batuan ubahan di daerah Candradimuka (lereng selatan Gunung Lawu) dengan
temperatur antara 93 - 94 0C, dan pemunculan kelompok mata air panas di daerah
barat kaki Gunung Lawu dengan temperatur kurang dari 40 0C.
Sumber panas (heat-source) dalam sistem panas bumi ini diperkirakan
berkaitan erat dengan aktivitas vulkanik termuda Gunung Lawu yang masih
menyimpan sisa panas dari dapur magma. Fluida panas bumi di daerah Gunung Lawu
mempunyai tipe sulfat (kelompok manifestasi Candradimuka), bikarbonat (kelompok
manifestasi Cumpleng, Bayanan dan Ngunut), dan klorida (kelompok manifestasi Tasin
dan Pablengan). Manifestasi panas bumi Candradimuka diperkirakan merupakan
upflow dari sistem panas bumi Gunung Lawu, sedangkan kelompok manifestasi yang
lain diperkirakan merupakan outflownya. Perkiraan temperatur bawah permukaan dari
geotermometer gas adalah sebesar 250oC yang termasuk ke dalam temperatur tinggi.
Berdasarkan kompilasi data geologi dan geokimia, areal prospek panas bumi
daerah Gunung Lawu diperkirakan berada di lereng selatan memanjang ke arah lereng
barat Gunung Lawu dengan luas kurang lebih 20 km2.
Dengan asumsi tebal reservoir 2000 m, temperatur reservoir 250°C dan
temperatur cut off 180°C, potensi sumber daya hipotetik daerah Gunung Lawu adalah
sekitar 325 Mwe.
Kata kunci : Gunung Lawu, vulkanik, manifestasi, sumber panas, sumber daya
hipotetik.


Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

509

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PENDAHULUAN
Kontribusi pemanfaatan energi
panas
bumi
dalam
pemenuhan
kebutuhan energi nasional sampai saat
ini dirasakan masih sangat kurang. Hal
ini
bertolak
belakang
dengan
melimpahnya potensi sumber daya enrgi

panas bumi di negara kita. Oleh karena
itu pemerintah berkewajiban untuk lebih
mengoptimalkan lagi pengembangan
energi panas bumi ini sehingga bisa
menjadi energi andalan untuk memenuhi
kebutuhan energi nasional.
Untuk mendukung hal tersebut
Pusat Sumber Daya Geologi, Badan
Geologi dalam tahun anggaran 2009
melaksanakan penyelidikan terpadu
panas bumi yang meliputi penyelidikan
geologi dan geokimia di daerah Gunung
Lawu, Provinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Maksud dan tujuan penyelidikan
ini adalah untuk melokalisir pemunculan
manifestasi panas di permukaan dan
mengidentifikasi kondisi geologi serta
karakteristik geokimia daerah panas
bumi Gunung Lawu. Dan lebih khusus
lagi adalah untuk mengetahui indikasi

batuan perangkap panas, suhu fluida di
kedalaman, konfigurasi batuan, struktur
bawah permukaan, luas daerah prospek,
model panas bumi dan potensi sumber
daya hipotetik daerah panas bumi
Gunung Lawu.
Secara geografis daerah panas
Gunung Lawu berada pada posisi
geografis antara 1110 2' 47,39" - 1110 7'
34" bujur timur dan 70 29' 56,91" - 70 31'
33,51" lintang selatan atau 505.130 –
530.150 mT dan 9.146.000 – 9.171.000
mU pada sistem koordinat UTM, zona 49
belahan
bumi
selatan.
Secara
administratif daerah ini sebagian besar
termasuk dalam wilayah Kabupaten
Karang Anyar, Provinsi Jawa Tengah

dan Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa
Timur (Gambar 1).

Tataguna
lahan
daerah
penyelidikan menurut data Departemen
Kehutanan, yaitu Tataguna Hutan
Kesepakatan, 1999, terbagi menjadi
Suaka
Margasatwa
G.Tunggangan,
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu,
Hutan Lindung, Hutan Produksi dan Area
Penggunaan Lain.
GEOLOGI
Geologi Regional
Pulau Jawa merupakan salah
satu daerah jalur subduksi atau jalur
tumbukan antara dua lempeng besar

dunia, yaitu lempeng Eurasia dan IndoAustralia. Tumbukan kedua lempeng ini
menyebabkan
terbentuknya
jalur
gunungapi yang memanjang dari bagian
barat Indonesia sampai bagian timur.
Salah satu gunungapi yang terbentuk
adalah Gunung Lawu. Gunung Lawu
mempunyai tipe gunungapi strato yang
berdasarkan data Dinas Vulkanologi,
Badan Geologi termasuk ke dalam
gunungapi tipe B.
Secara regional struktur geologi
yang ada di daerah survei didominasi
oleh sesar-sesar dan kelurusan berarah
barat-timur dan baratlaut-tenggara yang
dipengaruhi oleh gaya tektonik regional
Pulau Jawa
Geomorfologi
Berdasarkan

klasifikasi
morfografi,
morfometri
dan
morfogenetiknya, maka geomorfologi
daerah
penyelidikan
dapat
dikelompokkan menjadi menjadi empat
satuan, yaitu: satuan geomorfologi kubah
intrusi, satuan geomorfologi vulkanik
Gunung
Jobolarangan,
satuan
geomorfologi vulkanik Gunung Lawu,
dan satuan geomorfologi pedataran.
Satuan geomorfologi kubah intrusi
menempati
bagian
timur

daerah
penyelidikan yang meliputi sekitar 0,5%

510 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

luas daerah penyelidikan, kemiringan
lereng antara 45o - 80o . Pola sungai
berbentuk radial dengan lembah sungai
sempit dan
berbentuk “V”. Hal ini
menandakan adanya erosi vertikal yang
dominan. Satuan ini berbentuk kubah
yang disusun oleh batuan intrusi
berkomposisi andesitik. Elevasi satuan
morfologi ini berkisar antara 575 - 775 m
di atas permukaan laut (dpl).
Satuan geomorfologi vulkanik
Gunung

Jobolarangan
menempati
bagian barat, barat laut dan memanjang
di bagian selatan daerah penyelidikan
yang meliputi sekitar 43% luas daerah
penyelidikan. Satuan geomorfologi ini
dipisahkan menjadi tiga sub-satuan
geomorfologi,
yaitu
sub-satuan
geomorfologi puncak, tubuh, dan kaki
Gunung Jobolarangan.
Satuan geomorfologi vulkanik
Gunung Lawu menempati bagian utara,
tengah, timur dan memanjang sepanjang
depresi Tawangmangu yang meliputi
sekitar 51% luas daerah penyelidikan.
Satuan geomorfologi ini dipisahkan
menjadi empat sub-satuan geomorfologi,
yaitu sub-satuan geomorfologi puncak,

tubuh, dan kaki.
Satuan geomorfologi pedataran
menempati bagian barat dan baratlaut
daerah penyelidikan yang meliputi
sekitar 5,5% luas daerah penyelidikan
dengan kemiringan lereng antara 0 - 10o
. Lembah sungai lebar dan berbentuk
“U”, lereng sungai datar hingga landai,
mulai dijumpai bentuk aliran sungai
meander, hal ini menunjukkan tahapan
erosi pada stadium lanjut dan beberapa
tempat terdapat gundukan pasir.
Satuan ini tersusun oleh satuan
batuan endapan permukaan yang terdiri
dari lahar dan endapan sungai (aluvium)
terdiri dari material lepas hasil rombakan
batuan di bagian hulu sungai, dengan
bentuk fragmen membundar hingga
membundar tanggung. Elevasi satuan ini


berkisar antara 225 - 600 m di atas
permukaan laut (dpl).
Stratigrafi
Berdasarkan hasil penyelidikan di
lapangan,
stratigrafi
di
daerah
penyelidikan dapat dikelompokkan ke
dalam 21 satuan batuan, yang terdiri dari
dua satuan batuan sedimen, satu satuan
batuan terobosan, 15 satuan batuan
vulkanik, dan tiga satuan endapan
permukaan (Gambar 2).
Urutan satuan batuan atau
stratigrafi dari tua ke muda adalah
satuan Batulempung (Tbl), Intrusi
Tawangmangu
(TTi),
Batugamping
(Tgm), Lava Gunung Jobolarangan-1
(QJl-1), Lava Gunung Jobolarangan-2
(QJl-2), Aliran Piroklastik Gunung
Jobolarangan (QJap), Lava Gunung
Jobolarangan-3 (QJl-3), Lahar Gunung
Jobolarangan (QJlh), Lava Gunung
Lawu-1 (QLl-1), Lava Ceto (QCl), Lava
Gunung Lawu-2 (QLl-2), Lava Gunung
Lawu-3 (QLl-3), Lava Gunung Lawu-4
(QLl-4), Lava Gunung Lawu-5 (QLl-5),
Lava Gunung Lawu-6 (QLl-6), Aliran
Piroklastik Gunung Lawu (QLap), Lava
Gunung Purung (QPl), Lava Gunung
Anak (QAl), Lava Gunung Lawu-7 (QLl7), Lahar Gunung Lawu (QLlh), dan
Alluvium (Qal).
Satuan Batulempung (Tbl), merupakan
satuan paling tua di daerah survei yang
tersingkap di sebelah barat dan baratlaut
G.Lawu dengan luas sebaran kurang
dari 1 % dari luas daerah survei. Satuan
batuan ini terdiri dari batulempung yang
secara megaskopis berwarna abu-abu
tua, masif, sebagian menyerpih, tidak
karbonatan, terkekarkan kuat. Menurut
hubungan relatif dengan satuan batuan
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur
Tersier (Miosen Awal) dan diperkirakan
merupakan batuan dasar (basement)
yang mengalasi batuan di atasnya.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

511

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Satuan Intrusi Tawangmangu (TTi),
tersebar di bagian barat daerah survei
dengan luas kurang dari 1 % dari luas
daerah penyelidikan. Satuan batuan ini
merupakan batuan terobosan yang
berkomposisi andesit. Satuan batuan ini
merupakan batuan terobosan yang
muncul akibat aktivitas tektonik pada
Kala Miosen Akhir.
Satuan Batugamping (Tgm), tersebar
di bagian barat daerah penyelidikan,
dengan luas sebaran kurang dari 1 %
dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini
terdiri dari batugamping yang secara
megaskopis berwarna abu-abu, kristalin,
masif,
terdapat
urat-urat
kalsit,
terkekarkan kuat. Litologi ini membentuk
bukit rendah menutupi secara tidak
selaras batuan intrusi andesit. Menurut
kesebandingan dengan peta geologi
regional regional (Sampurno dan H.
Samodra, 1997), batuan ini merupakan
bagian dari Formasi Wonosari yang
berumur Miosen Akhir-Pliosen.
Satuan Lava Gunung Jobolarangan-1
(QJl-1), tersebar di sebelah baratdaya
daerah penyelidikan, dengan luas sekitar
1% dari luas daerah penyelidikan.
Satuan ini terdiri dari lava dengan
komposisi andesit basaltik. Satuan
batuan ini merupakan satuan batuan
vulkanik tertua di daerah penyelidikan
yang diperkirakan merupakan aliran lava
pertama dari Gunung Jobolarangan.
Menurut hubungan relatif dengan satuan
batuan lainnya, satuan ini diperkirakan
berumur Plistosen Awal.
Satuan Lava Gunung Jobolarangan-2
(QJl-2), terletak di sebelah utara dan
selatan lereng Gunung Jobolarangan,
dengan luas sekitar 2% dari luas daerah
penyelidikan. Satuan ini terdiri lava
dengan
komposisi
andesit-basaltik.
Satuan batuan ini merupakan aliran lava
dari Gunung Jobolarangan yang muncul
setelah
aliran
lava
Gunung
Jobolarangan-1. Menurut hubungan

relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan
ini
diperkirakan
berumur
Plistosen.
Satuan Aliran Piroklastik Gunung
Jobolarangan (QJap), tersebar luas di
bagian selatan memanjang sanpai
baratlaut daerah penyelidikan, dengan
luas sekitar 39% dari luas daerah
penyelidikan. Batuannya berkomposisi
tuf berukuran debu (ash)-lapili, komposisi
dasitik, terdapat fragmen batuapung
(pumice), sticky, setempat tersingkap
batuan breksi. Di beberapa tempat di
sekitar Gunung Jobolarangan batuan ini
telah mengalami ubahan menjadi mineral
lempung seperti kaolin. Satuan ini
merupakan produk letusan besar dari
Gunung Jobolarangan yang menutupi
sebagian besar daerah survei dengan
ketebalan tersingkap mencapai sekitar
20 meter. Menurut hubungan relatif
dengan satuan batuan lainnya, satuan ini
diperkirakan berumur Plistosen menutupi
satuan batuan lain di bawahnya.
Satuan Lava Gunung Jobolarangan-3
(QJl-3), tersebar di bagian puncak
Gunung Jobolarangan dengan luas
sekitar 1% dari luas daerah penyelidikan.
Satuan ini terdiri dari lava dengan
komposisi andesit basaltik. Satuan ini
merupakan produk terakhir dari Gunung
Jobolarangan yang menutupi daerah
sekitar puncak Gunung Jobolarangan.
Menurut hubungan relatif dengan satuan
batuan lainnya, satuan ini diperkirakan
berumur Plistosen.
Satuan Lahar Gunung Jobolarangan
(QJlh), tersebar di sebelah barat daerah
penyelidikan dengan luas kurang dari 1%
dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini
merupakan produk sekunder yang
disusun oleh hasil pencampuran produk
Gunung Jobolarangan sebelumnya dan
telah
mengalami
proses
litifikasi.
Menurut hubungan relatif dengan satuan
batuan lainnya, satuan ini diperkirakan
berumur
Plistosen
sesudah

512 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pembentukan batuan vulkanik Gunung
Jobolarangan.
Satuan Lava Gunung Lawu-1 (QLl-1),
tersebar di kaki sebelah utara Gunung
Lawu, dengan luas sekitar 14% dari luas
daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri
lava dengan komposisi andesit-basaltik.
Satuan batuan ini merupakan aliran lava
produk pertama yang membentuk
Gunung Lawu. Aktivitas vulkanik yang
sebelumnya terjadi di sebelah selatan
(Gunung Jobolarangan) berpindah ke
sebelah utara membentuk komplek
Gunung Lawu. Menurut hubungan relatif
dengan satuan batuan lainnya, satuan ini
diperkirakan berumur Plistosen setelah
akhir dari aktivitas vulkanik Gunung
Jobolarangan.
Satuan Lava Ceto (QCl), tersebar di
sebelah baratlaut lereng Gunung Lawu,
dengan luas sekitar 1% dari luas daerah
penyelidikan. Satuan ini terdiri lava
dengan komposisi basal. Satuan batuan
ini merupakan lava produk erupsi
samping yang mengalir membentuk bukit
memanjang di daerah Ceto. Menurut
hubungan relatif dengan satuan batuan
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur
Plistosen sesudah pembentukan lava
Gunung Lawu-1.
Satuan Lava Gunung Lawu-2 (QLl-2),
tersebar di lereng utara Gunung Lawu,
dengan luas sekitar 10% dari luas
daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri
lava dengan komposisi andesit-basaltik.
Satuan batuan ini merupakan aliran lava
produk dari Gunung Lawu yang
menutupi sebagian dari produk lava
Gunung Lawu-1. Menurut hubungan
relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan
ini
diperkirakan
berumur
Plistosen setelah pembentukan lava
Gunung Lawu-1 dan lava Ceto.
Satuan Lava Gunung Lawu-3 (QLl-3),
tersebar di sebelah utara puncak
Gunung Lawu melampar ke lereng barat
dan timur Gunung Lawu, dengan luas

sekitar 2% dari luas daerah penyelidikan.
Satuan ini terdiri lava dengan komposisi
andesit-basaltik. Satuan batuan ini
merupakan aliran lava produk dari
Gunung Lawu yang penyebarannya
dibatasi kontak struktur dengan satuan
lava Gunung Lawu-2 di sebelah utara.
Menurut hubungan relatif dengan satuan
batuan lainnya, satuan ini diperkirakan
berumur Plistosen setelah pembentukan
lava Gunung Lawu-2.
Satuan Lava Gunung Lawu-4 (QLl-4),
tersebar di lereng sebelah barat Gunung
Lawu dengan luas sekitar 4,5% dari luas
daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri
lava dengan komposisi andesit-basaltik.
Satuan batuan ini merupakan aliran lava
produk dari Gunung Lawu yang
tersingkap sepanjang lereng barat
Gunung Lawu menutupi satuan batuan
lain yang lebih tua. Menurut hubungan
relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan
ini
diperkirakan
berumur
Plistosen setelah pembentukan lava
Gunung Lawu-3.
Satuan Lava Gunung Lawu-5 (QLl-5),
tersebar di lereng sebelah timur Gunung
Lawu dengan luas sekitar 2% dari luas
daerah penyelidikan. Satuan ini terdiri
lava dengan komposisi andesit-basaltik.
Satuan batuan ini merupakan aliran lava
produk dari Gunung Lawu yang
tersingkap sepanjang lereng timur
Gunung Lawu menutupi satuan batuan
lain yang lebih tua. Menurut hubungan
relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan
ini
diperkirakan
berumur
Plistosen setelah pembentukan lava
Gunung Lawu-4.
Satuan Lava Gunung Lawu-6 (QLl-6),
tersebar di lereng sebelah selatan
Gunung Lawu dengan luas sekitar 0,5%
dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini
terdiri lava dengan komposisi andesitbasaltik. Satuan batuan ini merupakan
aliran lava produk dari Gunung Lawu
yang tersingkap sepanjang lereng

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

513

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

selatan Gunung Lawu menutupi satuan
batuan lain yang lebih tua. Menurut
hubungan relatif dengan satuan batuan
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur
Plistosen setelah pembentukan lava
Gunung Lawu-5.
Satuan Aliran Piroklastik Gunung
Lawu (QLap), tersingkap di kaki sebelah
timur, selatan dan barat Gunung Lawu
dengan luas sekitar 13% dari luas
daerah
penyelidikan.
Satuan
ini
berkomposisi breksi dan tuf. Satuan ini
merupakan produk letusan Gunung
Lawu yang menutupi satuan batuan lain
yang lebih tua. Menurut hubungan relatif
dengan satuan batuan lainnya, satuan ini
diperkirakan berumur Plistosen, setelah
pembentukan satuan lava Gunung Lawu6.
Satuan Lava Gunung Purung (QPl),
tersingkap di sebelah baratdaya kaki
Gunung Lawu, dengan luas sebaran
kurang dari 1% dari luas daerah
penyelidikan. Satuan ini terdiri lava
dengan komposisi andesit. Satuan
batuan ini merupakan lava produk erupsi
samping
Gunung
Purung
yang
membentuk bentuk morfologi kerucut
Gunung Purung. Menurut hubungan
relatif dengan satuan batuan lainnya,
satuan
ini
diperkirakan
berumur
Plistosen sesudah erupsi Gunung Lawu
yang menghasilkan produk aliran
piroklastik.
Satuan Lava Gunung Anak (QAl),
tersingkap di sebelah timurlaut kaki
Gunung Lawu, dengan luas sekitar 2%
dari luas daerah penyelidikan. Satuan ini
terdiri lava dengan komposisi andesit.
Satuan batuan ini merupakan lava
produk erupsi samping Gunung Anak
yang membentuk bentuk morfologi
kerucut
Gunung
Anak.
Menurut
hubungan relatif dengan satuan batuan
lainnya, satuan ini diperkirakan berumur
Plistosen sesudah erupsi Gunung Lawu
yang menghasilkan produk aliran

piroklastik.
Di
daerah
Sidomulyo
ditemukan kontak antara satuan lava
Gunung Anak di bagian atas dengan
satuan aliran piroklastik Gunung Lawu di
bagian bawah.
Satuan Lava Gunung Lawu-7 (QLl-7),
tersingkap di daerah puncak Gunung
Lawu dengan luas sebaran kurang dari
1% dari luas daerah penyelidikan.
Satuan ini terdiri lava dengan komposisi
andesit-basaltik. Satuan batuan ini
merupakan aliran lava produk terakhir
dari aktivitas vulkanik Gunung Lawu
yang membentuk kubah lava di puncak
Gunung Lawu. Menurut hubungan relatif
dengan satuan batuan lainnya, satuan ini
diperkirakan berumur Plistosen.
Satuan Lahar Gunung Lawu (QLlh),
tersebar di sebelah barat dan utara
daerah penyelidikan dengan luas sekitar
2% dari luas daerah penyelidikan.
Satuan ini merupakan endapan sekunder
yang disusun oleh hasil pencampuran
produk Gunung Lawu sebelumnya dan
telah
mengalami
proses
litifikasi.
Menurut hubungan relatif dengan satuan
batuan lainnya, satuan ini diperkirakan
berumur Holosen sesudah pembentukan
batuan vulkanik Gunung Lawu.
Aluvium (Qal), merupakan endapan
sekunder hasil rombakan batuan di
permukaan
yang
telah
terbentuk
sebelumnya. Endapan terdiri dari
material lepas berupa lempung, pasir,
bongkahan
andesit,
dan
basalt.
Penyebarannya di sepanjang tepi Kali
Dawung
dan
sebelah
barat
Karangpandan menempati morfologi
pedataran yang secara keseluruhan
menempati areal sekitar 5% dari luas
daerah
penyelidikan.
Proses
pengendapan material-material tersebut
masih berlangsung sampai sekarang.
Struktur Geologi
Berdasarkan hasil penyelidikan di
lapangan, analisis peta DEM (digital

514 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

elevation mode) dan peta topografi, serta
gejala-gejala struktur di permukaan
seperti pemunculan mata air panas,
kelurusan lembah dan punggungan,
kekar-kekar, bidang sesar, dan zona
hancuran batuan, maka di daerah
penyelidikan teramati beberapa struktur
geologi, yaitu :
Rim kawah di daerah puncak Gunung
Jobolarangan yang merupakan bidang
yang collapse atau amblas yang
diakibatkan oleh terjadinya kekosongan
di dalam perut bumi setelah terjadinya
erupsi Gunung Jobolarangan.
Sesar-sesar normal berarah barat-timur
dan
berarah
utara-selatan
yang
mengontrol
kemunculan
manifetasi
panas bumi di daerah Gunung Lawu. Di
beberapa tempat sesar-sesar normal ini
membentuk zona depresi yaitu depresi
Tawangmangu
dan
depresi
Karangpandan.
Sesar mendatar berarah baratdayatimurlaut
yang
memotong
dan
mengakibatkan pergeseran pada batuan
dan struktur yang sudah terbentuk
sebelumnya.
Manifestasi Panas Bumi
Manifestasi panas bumi di daerah
G. Lawu terdiri dari fumarol, mata air
panas, dan batuan ubahan.
Fumarol Gunung Lawu, terdapat dua
manifestasi fumarol di Gunung Lawu,
yaitu :
Fumarol Candradimuka, berada di lereng
selatan Gunung Lawu
dengan
temperatur 93,1 oC, pada temperatur
udara 16,8 oC, luas (300x100)m2,
sublimasi belerang, alterasi dan berdesis
kuat.
Fumarol Taman Sari Bawah (TKB),
berada di lereng selatan Gunung Lawu
berjarak sekitar 1 km sebelah selatan
fumarol
Candradimuka.
Temperatur
o
fumarol 93 C pada temperatur udara di
lokasi 22,1 oC, luas (200x100)m2,

sublimasi belerang, alterasi kuat, bau
H2S, tidak berair.
Air Panas Kawah Candradimuka,
muncul di sekitar batuan komplek
fumarol Gunung Lawu, temperatur air
panas 94 0C, pada temperatur udara
16,5 oC, pH 1,35 dengan debit 10 l/detik.
Air panas berwarna keruh, rasa asam,
bau H2S dan suara desis yang sangat
kuat, daya hantar listrik 6300 μS/cm.
Air Panas Tasin, muncul di daerah
Tasin sebelah baratdaya Gunung Lawu
dari rekahan pada batuan lava,
temperatur air panas 40 oC, pada
temperatur udara 20,1 oC, pH 6,35
dengan debit 1 l/detik. Air panas jernih,
rasa asin, terdapat oksida besi, daya
hantar listrik 20000 μS/cm
Air Panas Cumpleng, terletak di
sebelah barat kaki G.Lawu
dengan
temperatur 37,4 oC pada temperatur
udara 26,6 oC, pH 6,32, dan debit 4
l/detik. Air panas jernih, tak berasa, ada
endapan besi, sudah di bangun tempat
pemandian untuk wisata, daya hantar
listrik 2680 μS/cm
Air panas Pablengan, terletak di
sebelah barat kaki G.Lawu dengan
temperatur
36 oC, pada temperatur
udara 31,5 oC, pH 5,89 dan debit 1
l/detik. Air panas jernih, rasa asin, ada
gelembung, tak berbau, ada endapan
besi, daya hantar listrik 12300 μS/cm
Air panas Nglerak, berada di kaki
sebelah barat Gunung Lawu dengan
temperatur 35,7 oC, pada temperatur
udara 22,6 oC, pH 6,17 dan debit 2
l/detik. Air panas jernih, tak berasa,
keluar dari rekahan pada batuan
piroklastik, daya hantar listrik 2600
μS/cm
Air panas Ngunut, terletak di sebelah
baratlaut kaki Gunung Lawu dengan
temperatur 39,8 oC, pada temperatur
udara 27,5 oC, pH 6,37 dan debit 0,2
l/detik. Air panas jernih, tak berasa,

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

515

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

oksida besi, daya hantar listrik 2100
μS/cm.
Air Panas Jenawi, ada 3 manifestasi air
panas di daerah Jenawi, yaitu:
Air panas Jenawi 1 berada
sebelah baratlaut kaki Gunung Lawu
dengan temperatur 32,4 oC, pada
temperatur udara 27,3 oC, pH 6,20 dan
debit 1 l/detik. Air panas jernih, rasa
asin, pada bak, daya hantar listrik 4100
μS/cm.
Air panas Jenawi 2 berada di sebelah
baratlaut kaki Gunung Lawu dengan
temperatur 33,9 oC, pada temperatur
udara 26,1 oC, pH 6,71 dan debit 0,2
l/detik. Air panas jernih, rasa asin, ada
gelembung udara, daya hantar listrik
10800 μS/cm.
Air panas Mangli berada di
sebelah baratlaut kaki Gunung Lawu
dengan temperatur 37,6 oC, pada
temperatur udara 27,4 oC, pH 6,33 dan
debit 1 l/detik. Air panas keruh, rasa
asin, ada oksida besi, daya hantar listrik
11.700 μS/cm
Air Panas Bayanan, terletak di sebelah
baratlaut kaki Gunung Lawu dengan
temperatur 39,8 oC, pada temperatur
udara 31,5 oC, pH 6,57 dan debit 2
l/detik. Air panas jernih, tak berasa, tak
berbau, oksida besi, daya hantar listrik
2100 μS/cm
Batuan Ubahan, tersebar di sekitar
fumarol Candradimuka, fumarol Taman
Sari
Bawah,
dan
air
panas
Candradimuka dengan luas sekitar 200
X 100 m.
Hasil analisis dan interpretasi
PIMA
menunjukkan
batuan
telah
mengalami ubahan hidrotermal menjadi
kelompok alunit dan mineral lempung
(montmorilonit) serta halloysit sehingga
dapat dikelompokkan ke dalam tipe
ubahan argillic-advance argillic. Hal ini
mencerminkan bahwa batuan ubahan
berada pada lingkungan dan dipengaruhi

fluida (pH) asam, dengan temperatur
rendah sampai tinggi (50o C - > 300o C).
Heat Loss
Nilai heat loss atau hilang panas
adalah suatu nilai yang menyatakan
jumlah energi panas yang dilepaskan
secara alami. Nilai ini bisa dijadikan
sebagai acuan untuk assessment atau
penilaian suatu daerah panas bumi.
Makin besar nilai ini makin tinggi potensi
panas bumi yang terkandung. Dari hasil
perhitungan pada manifestasi yang ada
di daerah penyelidikan didapat nilai hilai
heat loss 5812 kW atau 5,8 MWth (Mega
Watt Thermal).
Hidrologi
Hidrologi daerah penyelidikan
dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu
zona resapan air, zona munculan air
tanah, dan zona limpasan/aliran air
permukaan.
Zona resapan air (recharged
area) mencakup luas areal sekitar 34%
dari luas daerah penyelidikan. Pada
areal ini air hujan meresap ke bumi
melalui permeabilitas batuan (feedzone). Selanjutnya terakumulasi menjadi
air tanah dalam dan air tanah dangkal
(catchment/reservoir area) dan daerah
akumulasi air tanah.
Zona
munculan
air
tanah
(discharged area) mencakup areal
seluas
41%
dari
luas
daerah
penyelidikan. Air hujan (meteoric water)
yang turun di daerah resapan air (recharged area) tersebut meresap ke bumi
melalui zona permeabilitas batuan,
sebagian besar masuk ke bumi dan
terkumpul menjadi air tanah dalam dan
dangkal.
Selanjutnya
pada
lokasi
berelevasi rendah akan muncul berupa
mata air panas dan air dingin.
Zona limpasan air permukaan (run-off
water area) mencakup areal seluas 25%
dari luas daerah penyelidikan. Aliran air

516 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

permukaan merupakan air hujan yang
mengalir di permukaan tanah dan
membentuk sungai. Aliran air di sungai
secara gravitasi mengalir dari elevasi
tinggi ke rendah.
Manifestasi
panas
bumi
Candradimuka terdapat pada zona
resapan air (recharged area), sedangkan
manifestasi panas bumi yang lain di
sebelah barat kaki Gunung Lawu
terdapat di zona munculan air tanah
(discharged area). Air hujan yang
meresap ke dalam bumi melalui zona
permeabilitas
batuan,
kemudian
mengalami pemanasan oleh proses
vulkanisme atau batuan penghantar
panas secara konduksi, selanjutnya
muncul ke permukaan berupa mata air
panas.
GEOKIMIA
Hasil analisis air
Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3
menunjukkan bahwa air panas Kawah
Candradimuka bertipe sulfat, sedangkan
air panas Ngunut, Cumpleng, Jenawi 1,
dan
Bayanan
bertipe
bikarbonat;
sedangkan air panas Tasin, Pablengan,
Nglerak,
Mlangi
dan
Jenawi
2
mempunyai tipe klorida (Gambar 3).
Berdasarkan diagram segi tiga
Na-K-Mg (Gambar 4), mata air panas
Tasin dan Pablengan terletak pada
partial equilibrium, sebagai indikasi
manifestasi yang muncul ke permukaan
kemungkinan
dipengaruhi
interaksi
antara fluida dengan batuan dalam
keadaan panas sebelum bercampur
dengan air permukaan (meteoric water),
bila ditarik ke NaK berada pada pada
garis lurus dan jatuh pada temperatur
sedang (hanya sekitar 160-180 oC),
namun pengaruh sedimen pada air
panas Tasin dan Pablengan harus
diperhitungkan karena kadar Na dan Cl
relatif tinggi. Sedangkan air panas

Kawah
Candradimuka,
Jenawi-1,
Jenawi-2, Mlangi, Cumpleng, Ngunut,
Nglerak, dan Bayanan terletak pada
immature water. Indikasi manifestasi
yang muncul ke permukaan pada
temperatur cenderung semakin rendah
(32-40oC) selain di pengaruhi interaksi
antara fluida dengan batuan dalam
keadaan panas, juga bercampur dengan
air permukaan (meteoric water).
Pada diagram segitiga Cl-Li-B
terlihat bahwa posisi mata air panas
Nglerak, Pablengan, Jenawi-1, Jenawi-2,
Cumpleng, Tasin, Mangli, Ngunut, dan
Bayanan terletak pada posisi pojok atas
klorida, yang menunjukkan lingkungan
pemunculan mata air panas pada
umumnya berada di lingkungan vulkanik.
Air panas yang terbentuk
ditandai
dengan rasa air panas agak asin, daya
hantar listrik relatif tinggi (2100-20000
µS/cm), Na relatif tinggi (314-3726 mg/l)
dan Cl (338-6485 mg/l). Sementara air
panas kawah Candradimuka berada di
pojok Boron yang mengindikasikan air
panas berinteraksi dengan batuan
sedimen sebelum mencapai permukaan
(Gambar 5).
Pendugaan
temperatur
bawah
permukaan
Hasil analisis gas dari fumarol G.
Lawu menunjukkan terdeteksinya kadar
gas CO2 , H2, dan Ar. Gas-gas ini dapat
digunakan
untuk
perhitungan
geotermometer
gas
dengan
menggunakan grid CO2/ Ar- H2/Ar
(Giggenbach, 1987 dan Arnorsson,
1985). Hasil interpolasi menunjukkan
bahwa temperatur bawah permukaan
sebesar 250 oC.
Analisis isotop
Plot hasil analisis isotop pada grafik δD
terhadap δ18O, menunjukkan bahwa air
panas Nglerak dan Cumpleng terletak
pada zona garis meteoric water (Gambar
6),
yang
mengindikasikan
terjadi

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

517

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pengenceran dengan air meteorik, hal ini
didukung oleh temperatur air panas yang
relatif rendah (35-40 oC).
Posisi
air
panas
Kawah
Candradimuka berada pada posisi di
sebelah kanan menjauhi garis MWL,
sebagai indikasi bahwa pembentukan
mata air panas berhubungan dengan
terjadinya interaksi antara fluida panas
pada sistem panas bumi dengan batuan
yang
menyebabkan
terjadinya
pengkayaan 18O hal ini terjadi karena
reaksi substitusi oksigen 18 dari batuan
dengan oksigen 16 dari fluida panas
pada saat terjadi interaksi fluida panas
dengan batuan sebelum muncul ke
permukaan, yang berarti kemungkinan
air panas kawah Candradimuka berasal
langsung
dari
kedalaman
dan
kemungkinan pengenceran oleh air
meteorik adalah sangat kecil. Untuk air
panas Tasin terletak pada posisi sebelah
kanan dari garis meteoric water line (18O
shift)
yang
signifikan,
indikasi
pengkayaan oksigen 18 pada air panas
namun kemungkinan ada pengaruh
interaksi dengan batuan sedimen yang
ditunjukkan daya hantar listrik, kadar Na,
dan Cl yang cukup tinggi, selain itu juga
didukung trend plot air panas Tasin
sesuai dengan plot standar mean
oceanic water (smow).
Sampel tanah dan udara tanah
Pengambilan sampel tanah dan
udara
tanah
dimaksudkan
untuk
melokalisir
daerah-daerah
yang
mempunyai konsentrasi unsur Hg dan
tinggi
dalam
tanah.
Zona
CO2
konsentrasi tinggi ini umumnya berada
pada sistem panas bumi yang masih
aktif.
Hasil analisis memperlihatkan
bahwa anomali konsentrasi tinggi Hg
200>ppb terletak di sekitar fumarol dan
air panas kawah candradimuka dengan
nilai Hg 748 ppb, sedangkan Hg 100-

200 ppb berada di sebelah timur daerah
penyelidikan
masih
di
seputar
manifestasi fumarol dan air panas kawah
candradimuka, sementara Hg 6 % berada di manifestasi
fumarol
dan
air
panas
kawah
candradimuka yang berkaitan dengan
pans bumi dan di sebelah selatan
penyelidikan yang kemungkinan besar
berkaitan dengan daerha perkebunan
dan pemukiman penduduk. Konsentrasi
CO2 antara 3-6 %, terdistribusi di sekitar
manifestasi fumarol dan air panas kawah
candradimuka, sedangkan nilai < 3 %
tersebar merata hampir mendominasi
daerah penyelidikan (Gambar 8).
PEMBAHASAN
Proses sedimentasi di Pulau
Jawa telah berlangsung dari zaman PraTersier.
Di
daerah
penyelidikan
diindikasikan
dengan
ditemukannya
satuan batulempung yang berumur
Miosen
Awal
yang
diperkirakan
merupakan batuan dasar (basement)
yang mengalasi satuan batuan lain di
atasnya.
Pada Kala Miosen Tengah terjadi
aktivitas
tektonik
mengakibatkan
terjadinya
terobosan
magma
berkomposisi menengah pada bidangbidang rekahan yang di daerah
penyelidikan
dicirikan
dengan
ditemukannya satuan batuan intrusi
Tawangmangu
yang
berkomposisi
anndesit. Kemudian pada Kala Miosen
Akhir-Pliosen proses sedimentasi terus
berlangsung
yang
menyebabkan
terbentuknya batuan sedimen karbonat
yaitu satuan batugamping yang di
daerah penyelidikan tersingkap di daerah
Ngasem.

518 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Aktivitas tektonik regional pada Kala
Pliosen-Plistosen memicu terjadinya
kegiatan vulkanik yang membentuk
batuan vulkanik Gunung Jobolarangan di
sebelah selatan daerah penyelidikan.
Kemudian akibat pengaruh strukturstruktur geologi berupa sesar menangga
(step fault) yang mempunyai kemiringan
ke arah utara, aktivitas vulkanik
berpindah ke sebelah utara yang
ditandai dengan pembentukan batuan
vulkanik Gunung Lawu yang membentuk
morfologi Gunung Lawu sekarang.
Sesudah fase erupsi Gunung Lawu yang
membentuk batuan aliran piroklastik,
aktivitas vulkanik Gunung Lawu berakhir
dengan pembentukan kubah lava muda
di puncak Gunung Lawu (lava Gunung
Lawu-7) dan kerucut-kerucut Gunung
Purung dan Gunung Anak yang
merupakan produk erupsi samping.
Selanjutnya,
proses
erosi
yang
berlangsung
sampai
saat
ini
menghasilkan endapan lahar dan
aluvium seperti yang banyak terdapat di
sepanjang pedataran dan sungai-sungai
besar.
Pembentukan sistem panas bumi
di daerah Gunung Lawu diperkirakan
berkaitan erat dengan aktivitas vulkanik
termuda Gunung Lawu yang masih
menyimpan sisa panas dari dapur
magma. Sisa panas tersebut berperan
sebagai sumber panas yang memanasi
air bawah permukaan yang kemudian
naik melalui celah-celah/rekahan dan
terperangkap dalam reservoir panas
bumi (Gambar 9).
Daerah Gunung Lawu yang
berada lingkungan batuan vulkanik
dengan banyak struktur geologi (kekar
dan
sesar)
yang
berkembang
menjadikan
daerah
ini
memiliki
kemampuan untuk meloloskan air
permukaan (meteoric water) ke bawah
permukaan. Sebagian air meteorik
tersebut kemudian berinteraksi dengan

fluida magmatik dan gas-gas vulkanik
yang berasal dari tubuh magma dan
terjadi
rambatan
panas
yang
menghasilkan fluida panas. Fluida panas
yang terbentuk kemudian terakumulasi
dalam lapisan reservoir yang berdaya
lulus
tinggi
(permeable).
Lapisan
reservoir diperkirakan terletak pada
batuan vulkanik G. Jobolarangan dan
Gunung Lawu serta pada satuan
batulempung yang kaya akan rekahan.
Interaksi antara fluida panas yang
tersimpan di reservoir dengan batuan di
atasnya
(sekitarnya)
menghasilkan
batuan penudung (cap rock) yang
bersifat kedap air (impermeable). Batuan
penudung inilah yang menyebabkan
pergerakan fluida panas yang terdapat di
lapisan reservoir tertahan untuk sampai
ke permukaan. Batuan penudung ini
diperkirakan terletak pada batuan
vulkanik Gunung Lawu yang telah
terubah.
Fluida panas bumi di daerah
Gunung Lawu mempunyai tipe sulfat
(kelompok manifestasi Candradimuka),
bikarbonat
(kelompok
manifestasi
Cumpleng, Bayanan dan Ngunut), dan
klorida (kelompok manifestasi Tasin dan
Pablengan). Berdasarkan karakteristik
kimianya, manifestasi panas bumi
Candradimuka diperkirakan merupakan
upflow dari sistem panas bumi Gunung
Lawu, sedangkan kelompok manifestasi
yang lain diperkirakan merupakan
outflownya.
Mempertimbangkan karakteristik
manifestasi panas bumi di daerah
Gunung Lawu yang berupa fumarol dan
mata air panas bertemperatur tinggi
(940C), tipe air sulfat dan didukung
dengan pengkayaan oksigen 18 dari
isotop,
maka
temperatur
bawah
permukaan yang berhubungan dengan
reservoir panas bumi diperkirakan sekitar
250 oC, dimana konsentrasi Hg tanah
relatif
tinggi
lebih
dari
200ppb

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

519

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

mendukung posisi zona upflow G. Lawu
yang ada di seputar manifestasi fumarol
dan air panas kawah Candradimuka,
sedangkan anomali CO2 udara tanah
berada di manifestasi fumarol dan air
panas kawah Candradimuka.
Berdasarkan
kompilasi
hasil
penelitian metode geologi dan geokimia,
sebaran area prospek panas bumi
Gunung Lawu terdapat di sekitar lereng
selatan memanjang ke arah lereng
baratdaya Gunung Lawu. Area prospek
ini didukung oleh hasil metode geokimia
(anomali Hg dan CO2 tinggi) dan geologi
seperti munculnya manifestasi panas
bumi, pola struktur geologi, dan
keterdapatan batuan vulkanik muda
Gunung Lawu. Dari hasil kompilasi
metode tersebut didapat luas area
prospek panas bumi Gunung Lawu
sekitar 20 km2.
Dengan asumsi tebal reservoir 2
km, temperatur cut off 180 oC, diperoleh
potensi energi panas bumi pada kelas
sumber daya hipotetik sebesar 325 Mwe
(Gambar 10).

diperkirakan sekitar 250 oC yang
termasuk temperatur tinggi. Konsentrasi
Hg tanah relatif tinggi lebih dari 200ppb
mendukung posisi zona upflow Gunung
Lawu yang ada di seputar manifestasi
fumarol
dan
air
panas
kawah
Candradimuka, sedangkan anomali CO2
udara tanah berada di manifestasi
fumarol
dan
air
panas
kawah
Candradimuka.
Area prospek panas bumi di
daerah Gunung Lawu tersebar di lereng
selatan memanjang ke arah lereng barat
Gunung Lawu dengan luas kurang lebih
20 km2.
Dengan temperatur air panas bawah
permukaan sekitar 250 oC, potensi
energi panas bumi di daerah Gunung
Lawu sebesar kurang lebih 325 MWe,
memungkinkan
untuk
dimanfaatkan
sebagai
pembangkit
listrik
dan
pemanfatan
langsung,
dengan
mempertimbangkan
peluang
dan
hambatan pengembangan di daerah
tersebut.
UCAPAN TERIMA KASIH

KESIMPULAN
Sistem panas bumi di daerah
panas bumi Gunung Lawu terbentuk
dengan adanya panas dari sisa panas
(dapur magma) yang muncul akibat
aktivitas vulkanik terakhir Gunung Lawu.
Aktivitas ini membentuk tubuh lava
Gunung Lawu-7 yang muncul di puncak
Gunung Lawu. Sisa panas dari tubuh
vulkanik Gunung Lawu ini menopang
aktivitas sistem panas bumi sehingga
terbentuknya reservoir di daerah panas
bumi Gunung Lawu. Sistem panas bumi
daerah Gunung Lawu termasuk ke
dalam tipe sistem vulkanik komplek
gunungapi.
Temperatur bawah permukaan
yang berhubungan dengan reservoir
panas bumi di daerah Gunung Lawu

Ucapan terima kasih kami
ucapkan kepada para Pejabat Pusat
Sumber Daya Geologi dan semua pihak
yang membantu dalam pembuatan
tulisan ini, yang telah memberi
kemudahan dalam mengakses data yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
• Badan Pusat Statistik Kabupaten
Karanganyar,
2008,
Karangayar
dalam Angka 2008.
• Badan Pusat Statistik Kabupaten
Magetan, 2008, Magetan dalam
Angka 2008.
• Bemmelen, van R.W., 1949, The
Geology of Indonesia. Vol. I A. The
Hague. Netherlands.

520 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

• Fournier, R.O., 1981, Application of
Water Geochemistry Geothermal
Exploration
and
Reservoir
Engineering, Geothermal System:
Principles and Case Histories. John
Willey & Sons. New York.
• Giggenbach, W.F., 1988, Geothermal
Solute Equilibria Deviation of Na-KMg

Ca
GeoIndicators.
Geochemical Acta 52. pp. 2749 –
2765.
• Giggenbach,
W.F., and Goguel,
1988, Methods for the collection and
analysis of geothermal and volcanic
water and gas samples, Petone New
Zealand.
• Hamilton W.,1979, Tectonic of
Indonesia
Region,
Geol.Surv.Prof.Papers,U.S.Govt.Print
Off.,Washington.
• Hutchinson,C.S.,1989,
Geological
Evolution of South-East Asia, Oxford
Mono. Geol. Geoph., 13, Clarendon
Press, Oxford.
• Lawless, J., 1995, Guidebook: An
Introduction to Geothermal System.
Short course. Unocal Ltd. Jakarta.
• Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry
and Geothermal System. Academic
Press Inc. Orlando.
• Pertamina,
1989,
Studi
Volkanostratigrafi
dan
Evolusi
Magmatik Regional, Deretan G.LawuWilis-Pandan, Jawa Timur.
• Powell, T., 2000, A Review of
Exploration Gas Geothermometry,
Pro. 25th Workshop Geothermal
Reservoir Eng., Jan. 2000, Stanford
University, Stanford, California, pp.
206-214
• Sampurno & H. Samodra, 1997,
Geologi Lembar Ponorogo, Jawa,
Departemen
Pertambangan
dan
Energi,
Direktorat
Jenderal
Pertambangan
Umum,
Pusat

Penelitian
Geologi.

dan

Pengembangan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

521

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Daerah Penyelidikan

Gambar 1. Peta indeks lokasi penyelidikan

522 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

B
BUKU 1 : BID
DANG ENERG
GI

Gambar 2. Peta
P geologi daaerah panas bum
mi Gunung Law
wu,
Prrovinsi Jawa Teengah dan Jaw
wa Timur

Gambarr 4. Diagram seegitiga Na-K-M
Mg

Gambar
G
3. Diaagram segitiga Cl-SO4-HCO3

Gambbar 6. Grafik isootop 18O vs Deeteurium

Gambar 5. Diagram seggitiga Cl-Li-B

P

idi

H

il K

i t

P

tS

b

D

G

l

i

52
23

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 7. Peta kontur sebaran Hg tanah daerah Gunung Lawu

Gambar 8. Peta kontur sebaran CO2 udara tanah daerah Gunung Lawu

524 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 9. Model sistem panas bumi tentatif daerah panas bumi Gunung Lawu

Gambar 10. Peta kompilasi geologi dan geokimia daerah panas bumi Gunung Lawu

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

525