Document

MATAKULIAH PERILAKU KEORGANISASIAN

Kata Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru
sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang
tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul ” PERILAKU ORGANISASI”. Makalah ini dibuat untuk tujuan
akademis dan menunjang perkuliahan serta disusun secara sistematis agar
mempermudah teman-teman mahasiswa dalam memahami materi yang
disajikan didalamnya.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dengan
segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Atas permintaan dosen berikut kami setakan beberapa pengertia menajamen
:
Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli
Manajemen adalah kosa kata yang berasal dari bahasa Perancis kuno, yaitu
menegement yang berarti seni melaksanakan dan mengatur. Sejauh ini
memang belum ada kata yang mapan dan diterima secara universal

sehingga pengertiaanya untuk masing-masing para ahli masih memiliki
banyak perbedaan.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa sejauh ini belum ada kata
mapan dan diterima secara universal tentang pengertian dari manajemen
dan dengan demikian, maka beberapa para ahli masih memiliki pandangan
yang berbeda terkait dengan pengertian manajemen itu sendiri. Seperti apa
pengertian manajemen oleh beberapa ahli? Berikut adalah pemaparannya.

Menurut G.R. Terry:
Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuantujuan organisasional atau maksudmaksud yang nyata.

Menurut Hilman:

Manajemen adalah fungsi untuk mencapai sesuatu melalui kegiatan orang
lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan yang sama.

Menurut Ricky W. Griffin:
Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran
(goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai
sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada
dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Menurut Drs. Oey Liang Lee:
Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada sumberdaya manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut William H. Newman:
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan memperoleh hasil
tertentu melalui orang lain.

Menurut Renville Siagian:
Manajemen adalah suatu bidang usaha yang bergarak dalam bidang jasa
pelayanan dan dikelola oleh para tenaga ahli tyerlatih serta berpengalaman.

Menurut Prof. Eiji Ogawa:
Manajemen adalah Perencanaan, Pengimplementasian dan Pengendalian

kegiatan-kegiatan termasuk system pembuatan barang yang dilakukan oleh
organisasi usaha dengan terlebih dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran
untuk kerja yang dapat disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan
yang berubah.

Menurut Federick Winslow Taylor:
Manajemen adalah Suatu percobaan yang sungguh-sungguh untuk
menghadapi setiap persoalan yang timbul dalam pimpinan perusahaan (dan

organisasi lain)atau setiap system kerjasama manusia dengan sikap dan jiwa
seorang sarjana dan dengan menggunakan alat-alat perumusan.

Menurut Henry Fayol:
Manajemen mengandung gagasan lima fungsi utama yaitu, merancang,
mengorganisasi, memerintah, mengoordinasi, dan mengendalikan.
Akhir kata kami mengucapkan Terimakasih kepada semua pihak dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan serta perkembangan ilmu
pengetahuan serta mampu menjadi acuan dalam mata kuliah bersangkutan.

Bekasi 09 mei 2013


( IMAM SAFIIH )

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
I
Daftar Isi
III
Pendahuluan
V
BAB I
1

: Studi Tentang Organisasi.

A.
1

Alat untuk mencapai tujuan


B.
1

Definisi perilaku organisasi

C.
2

Pendekatan pengetahuan perilaku organisasi

D.
4

Pendekatan Mengenai Fungsi Organisasi

BAB II
5
A.
5


: Perilaku Individu dan Pengaruh Terhadap Organisasi.

Variabel-variabel yang mempengaruhi individu

B.
5

Teori dan perinsip motivasi

C.
7

Penerapan motivasi dalam organisasi

D.
7

Tekanan ( stress ) individu

BAB III

10

: Perilaku Kelompok dan Iterpersonal.

A. Berbagi prespektif terhadap kelompok
10
B.
11

Jenis-jenis kelompok

C.
11

Motifasi pembentukan kelompok

D.
12

Tahap-tahap pembentukan kelompok


E.
13

Ciri-ciri kelompok

F.
13

Konsep peran

G.
13

Model terpadu dan pembentukan dan pengembangan kelompok

BAB IV
14

: Perilaku Antar Kelompok dan Manajemen Konflik.


A. Dampak konflik terhadap Manajemen
14
B.
15

Sumber terjadinya konflik antara kelompok

C.
16

Konsekuensi konflik difungsional antara kelompok

D.
18

Pengelompokan konflik antra Kelompok

BAB V
: Kepemimpinana ( Pendekatan dari segi cirri kahas, perilaku,

perseorangan, dan segi sifat ).
19
A. Beberapa sumber dan dasar kekuasaan
19
B.
20

Definisi kepemimpinana

C.
21

Teori kepemimpinana

BAB VI
23

: Kepemimpinan (pendekatan dari segi stuasi).

A. Model kontingengsi kepemimpinana

23
B.
24

Model kepemimpinana dari vroom – yetton

C.
25

Madel jakan tujuan ( Path–Goal Theory )

D.
26

Perbandingan antara beberapa pendekantan stuasional

E.
26

Beberapa masalah lain tentang kepemimpinana

BAB VII
27

: Stuktur Organisasi.

A. Desain organisasi, penyusunan konsep dari persoalan
27
B.
28

Pembagian kerja

C.
29

Departementalisasi

D.
30

Rentang kendali

E.
31

Pelimpahan wewenang

F.
31

Dimensi struktr

BABVIII
33

: Pola Organisasi.

A. Merancang lingkup kerja dan kaitan kerja
33
B.
34

Isi pekerjaan dan hasil pelaksana pekerjaan

C.
34

DEsain Kembali jajaran kerja

D.
34

Desaian kembali jajaran kerja dan keadaan kerja

E.
35

Teri-teori organisasi

BAB IX
37

: Proses Organisasi.

A. Proses komunikasi
37
B.
37

Proses pengambilan keputusan kerja

C.
39

Proses mempengaruhi

D.
40

Proses imbalan

E.
41

Proses sosialisasi dan karir

BAB X
42

: Perubahan dan Pengembangan Organisasi

A. Sumber dan tujuan perybahan organisasi
42
B.
42

Berbagai pandangan tentang perubahan

C.
43

Berbagai pendekatan tentang perubahan

D.
44

Penolakan terhadap perubahan

E.
44

Penangana penolakan terhadap perubahan

F.
45

Proses Organisasi Development

G.
46

Prinsip blajar dalam hubungan dengan OD

H.
47

Madel manajemen OD

I.
49

I.

Metode penerapan OD

PENDAHULUAN

PENTINGNYA MEMPELAJARI PERILAKU ORGANISASI
Mengapa para pegawai berperilaku seperti yang mereka lakukan
dalam organisasi? Mengapa individu atau kelompok yang satu lebih produktif
dibandingkan dengan yang lainnya.Mengapa para manajer terus-menerus
mencari cara merancang pekerjaan dan melimpahkan wewenang?
Pertanyaan-pertanyaan itu dan yang serupa lainnya sangat penting bagi
bidang studi yang relatif baru, yang dikenal sebagai perilaku
keorganisasian.Pemahaman atas perilaku orang dalam organisasi telah
menjadi semakin penting sebagai urusan manajemen seperti produktivitas
karyawan, kualitas kehidupan kerja, ketegangan mental (stress) dan rintisan
karier, dan terus-menerus hal itu memenuhi halaman muka surat-surat kabar.
Bidang perilaku organisasi dapat didefinisikan, sebagai :
Penelaahan perilaku, sikap dan prestasi manusia di dalam suatu kerangka
organisasi; penggunaan teori, metode, dan prinsip-prinsip dari berbagai
disiplin ilmu seperti psikologi, sosiologi, dan antropologi budaya untuk
mempelajari persepsi, nilai-nilai, kapasitas belajar, dan tindakan-tindakan
individu ketika bekerja di dalam organisasi secara keseluruhan;
penganalisisan dampak lingkungan luar atas organisasi dan sumber daya
manusia, misi, tujuan dan strateginya.

Lebih jelasnya dibawah ini kami telah merangkum dari berbagai leteratur
yang telah kami baca selama semester empat ini dengan berpedoman pada
SAP yang sudah di sediakan oleh pihak universitas gunadarma.
Semuga bermanfaat

( IMAM SAFIIH)

BAB I
STUDI TENTANG ORGANISASI
A.

ALAT UNTUK MENCAPAI TUJUAN

Organisasi merupakan suatu perkumpulan orang yang memilki tujuan
bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Perilaku organisasi
merupakan pembelajaran tentang suatu sifat atau karakteristik individu yang
tercipta di lingkungan suatu organisasi. Karena manusia berbeda-beda
karakteristik, maka perilaku organisasi berguna untuk mengetahui sifat-sifat
individu dalam berkinerja suatu organisasi. Pembelajaran perilaku organisasi
akan mengetahui tentang cara-cara mengatasi masalah-masalah yang ada di
lingkungan organisasi.
Kerangka dasar pada perilaku organisasi adalah terletak pada dua komponen
yaitu individu-individu yang berperilaku, baik itu perilaku secara individu,
perilaku kelompok, dan perilaku organisasi. Komponen yang kedua adalah
organisasi formal sebagai wadah dari perilaku itu. Yaitu sebagai sarana bagi
ndividu dalam bermasyarakat ditandai dengan keterlibatannya pada suatu
organisasi. Dan, menjalankan perannya dalam organisasi tersebut.
B.DEFINISI PERILAKU ORGANISASI
Organisasi terdiri dari kata organon yang berarti alat. Organon berasal dari
bahasa yunani. Dalam kamus besar Indonesia organisasi memiliki pengertian
kelompok kerja sama antara orang-orang yg diadakan untuk mencapai tujuan
bersama.
Perilaku Keorganisasian merupakan bidang studi yang mempelajari tentang
interaksi manusia dalam organisasi, meliputi studi secara sistimatis tentang
prilaku, struktur dan proses dalam Organisasi. Organisasi diciptakan oleh
manusia untuk mencapai suatu tujuan, dan pada saat yang sama manusia
juga membutukan Organisasi untuk mengembangkan dirinya.Oleh sebab itu
antara organisasi dengan manusia memiliki hubungankan yang saling
membutuhkan dan menguntungkan. Mempelajari perilaku keorganisasian

sivatyah agak abstrak, tidak menghasilkan perinsip-perinsip yang sederhana,
tetapi seringkali menemui perinsip-perinsip yang komplek dimana penjelasan
atau analisanya bersifat situasional. Dalam perilaku keorganisasian tidak ada
prinsip-prinsip yang berlaku umum yang dapat diterapkan pada semua
situasi.

Pengertian perilaku organisasi menurut beberapa ahli :
Prof.Joe.Kelly , perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana organisasi di bentuk,
tumbuh dan berkembang.
Drs. Adam Indrawijaya, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan tindakan manusia, baik
aspek pengaruh anggota terhadap organisasi maupun pengaruh organisasi
terhadap anggota.
Drs. Sutrisna Hari, MM, perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang
mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil interaksi dari sifat khusus
(karakteristik) anggota dan sifat khusus (karakteristik) para anggotannya dan
pengaruh lingkungan
Perilaku Organisasi adalah bidang studi yang menyelidiki dampak
perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan
maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki
keefektifan organisasi. (Stephen P. Robbins, Perilaku organisasi Jilid 1:7).
C. PENDEKATAN PENGETAHUAN PERILAKU ORGANISASI
Perdekatan yang menandai perkembangan awal dari studi perilaku yang
merupakan pendekatan perspektif teoritis-makro, yakni :
a)

Pendekatan tradisional

Tokoh-tokoh dalam pendekatan tradisional seperti W. Taylor dan Max Weber.
Pendekatan tradisional memberikan kontribusi dalam studi manajemen
antara lain :
- Telah mengenalkan teori-teori rasional yang sebelumnya belum ada,
- Memusatkan perhatian pada peningkatan produktifitas dan kualitas output,
- Menyediakan mekanisme administratif yang sesuai bagi organisasi,
- Penerapan pembagian kerja,

- Meletakkan landasan mengenai efisiensi metode kerja dan organisasi,
- Mengembangkan prinsip-prinsip yang umum dalam manajemen.
Pendekatan ini kemudian banyak ditinggalkan karena hanya menekankan
aturan-aturan formal, spesialisasi, pembagian tanggung jawab yang jelas
dengan member perhatian relatif kecil terhadap arti penting personal dan
kebutuhan sosial dari individu-individu yang berada dalam organisasi.
b)

Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan (human relation approach)

Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini seperti Elton Mayo. Pendekatan hubungan
kerja kemanusiaan memberikan beberapa sumbangan pemikiran dan
hipotesisi baru, antara lain :
- Secara eksplisit pertama kali mengenalkan peranan dan pentingnya
hubungan interpersonal dalam perilaku kelompok,
- Secara kritis menguji kembali hubungan antara gaji dan motifasi,
- Mempertanyakan anggapan bahwa masyarakat merupakan kelompok
individu yang berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kepentingan
personalnya,
- Menunjukkan bagaimana sistem teknis dan sistem sosial saling
berhubungan,
-

Menunjukkan hubungan antara kepuasan kerja dan produktifitas.

Kelemahan pendekatan ini adalah :
- Mengesampingkan pengaruh struktur organisasi terhadap perilaku individu,
- Memandang organisasi sebagai sistem tertutup dan mengabaikan kekuatan
lingkungan politik, ekonomi, dan lingkungan yang lain,
c)

Pendekatan perilaku organisasi (organizational behavior approach)

Tokoh-tokoh dalam pendekatan ini adalah Thoha dan Gibson.Thoha
menyatakan bahwa perilaku organisasi adalah secara langsung berhubungan
dengan pengertian, ramalan, dan pengendalian terhadap tingkah laku orangorang dalam organisasi dan bagaimana sperilaku orang-orang tersebut
mempengaruhi usaha pencapaian tujuan organisasi.Sedangkan menurut
Gibson pendekatan perilaku organisasi adalah :
- Way of thinking
Tingkat analisis pada level individu, kelompok, dan organisasi.
- Interdisciplinary field

Memanfaatkan berbagai disiplin, model, teori, dan metode dari disiplin yang
ada.
- Humanistic orientation
Manusia dan segala sikap, perilaku, persepsi, kapasitas, perasaan,dan tujuan
merupakan nilai utama.
- Performance oriented
Selalu mengarah pada performance.
- External environment
Lingkungan eksternal mempunyai pengaruh terhadap perilaku organisasi.
- Metode ilmiah (scientific method)
- Application orientation
Memusatkan perhatian pada untuk menjadwal berbagai permasalahan yang
muncul dalam konteks manajemen organisasi.

D. PENDEKATAN MENGENAI FUNGSI ORGANISASI
Fungsi Organisasi
Dalam mencapai maksud dan tujuan organisasi, ada 4 fungsi organisasi yang
sangat perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen organisasi, yakni:
1.

Planning (perencanaan)

Hal yang berkaitan dengan perencanaan dalam organisasi diantaranya dalah
rencana-rencana yang coba disusun oleh pengelola organisasi, seperti
rencana kerja atau kegiatan serta anggaran yang diperlukan, teknis
pelaksanaannya bias melalui rapat-rapat, seperti:
• Rapat Kerja (pengurus organisasi) yang membicarakan rencana-rencana
kerja pengurus serta kegiatan anggota yang akan dilakukan dengan satu atau
lebih target yang akan dicapai.
• Rapat Anggaran, untuk menentukan berapa jumlah anggaran yang
diperlukan untuk mendukung kerja organisasi atau untuk suatu event /
kegiatan (wujudnya daftar RKA) atau proposal kegiatan.
2.

Organizing (pengaturan)

Dalam hal pengaturan, unsur yang perlu diperhatikan & diwujudkan adalah :

• Struktur Organisasi yang mampu menunjukkan bagaimana hubungan
(relationship) antara organisasi/bagian/seksi yang satu dengan yang lain.
• Job Description yang jelas yang mampu menjelaskan tugas masing-masing
bagian.
• Bentuk Koordinasi antar bagian dalam organisasi (misal. Rapat Koordinasi
antar bagian, Rapat Pimpinan antar Organisasi, dll)
• Penataan dan Pendataan Arsip & Inventaris Organisasi
Harus diatur dan ditata dengan baik administrasi organisasi, seperti surat
masuk, surat keluar, laporanlaporan, proposal keluar, data anggota, AD/ART,
GBHK, presensi, hasil rapat, inventarisasi yang dimiliki, perangkat yang
dipinjam dll.
3.

Accounting (pelaporan)

Pelaporan merupakan unsur wajib yang harus dilakukan untuk menunjukkan
sikap & rasa tanggung jawab dari pengurus kepada anggotanya ataupun
kepada struktur yang berada diatasnya. Wujud kongkritnya adalah :
• Progress Report (Laporan Pengembangan Kegiatan)atau
• Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ) Kegiatan
4.

Controling (pengawasan)

Tugas organisasi ataupun pimpinan organisasi yang tidak boleh terlewatkan
adalah melakukan pengawasan terhadap aktifitas organisasi ataupun
realisasi kegiatan dan penggunaan anggaran.

BAB II
PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI
A. VARIABEL – VARIABEL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU INDIVIDU
Kelompok variable individu terdiri dari variable kemampuan dan
keterampilan, latar belakang pribadi dan demografis.Menurut Gibson ( 1987 )
: Variabel kemampuan dan ketrampilan merupakan factor utama yang
mempegaruhi perilaku kerja dan kinerja individu . Sedangkan variabel
demografis mempunyai pegaruh yang tidak langsung .
Kelompok variabel psikologis terdiri dari variabel persepsi , sikap, kepribadian
, belajar , dan motivasi.Variabel ini menurut Gibson ( 1987 ) : banyak di
pengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan

variabel demografis.
B. TEORI DAN PRINSIP MOTIVASI
Kata motivasi diciptakan dari kata Latin "movere", yang berarti
bergerak.. Motivasi didefinisikan sebagai dorongan internal yang
mengaktifkan perilaku dan memberi arah. Teori motivasi istilah berkaitan
dengan proses-proses yang menjelaskan mengapa dan bagaimana tingkah
laku manusia diaktifkan dan diarahkan. hal ini dianggap sebagai salah satu
daerah yang paling penting studi di bidang perilaku organisasi. Ada dua
kategori yang berbeda dari teori-teori motivasi seperti teori konten, dan teori
proses. Meskipun terdapat berbagai teori motivasi, tak satu pun dari mereka
secara universal diterima.
Motivasi dapat diertikan sebagai faktor pendorong yang berasal dalam diri
manusia, yang akan mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan
demikian, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi pekerja.
Menurut Hilgard dan Atkinson, tidaklah mudah untuk menjelaskan motivasi
sebab :
1)
Pernyataan motif antar orang adalah tidak sama budaya yang berbeda
akan menghasilkan ekspresi motif yang berbeda pula.
2)
Motif yang tidak sama akan diwujudkan dalam berbagai perilaku yang
tidak sama.
3)

Motif yang tidak sama dapat iekspresikan melalui perilaku yang sama.

4)

Motif dapat muncul dalam bentuk-bentuk perilaku yang sulit dijelaskan.

5)
Suatu ekspresi perilaku dapat muncul sebagai perwujudan dari
berbagai motif.

Berikut ini dikemukakan uraian mengenai motif yang ada pada manusia
sebagai factor pendorong atau motivasi bagi manusia:
·

Motif Kekuasaan

Merupakan kebutuhan manusia untuk memanipulasi manusia lain melalui
keunggulan-keunggulan yang dimilikinya. Clelland menyimpulkan bahwa
motif kekuasaan dapat berfifat negatif atau positif. Motif kekuasaan yang
bersifat negatif berkaitan dengan kekuasaan seseorang. Sedangkan motif
kekuasaan yang bersifat positif berkaitan dengan kekuasaan social (power
yang dipergunakan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan kelompok).
·

Motif Berprestasi

Merupakan keinginan atau kehendak untuk menyelesaikan suatu tugas
secara sempurna, atau sukses didalam situasi persaingan (Chelland).
Menurut dia, setiap orang mempunyai kadar n Ach (needs for achievement)
yang berlainan. Karakteristik seseorang yang mempunyai kadar n Ach yang
tinggi (high achiever) adalah :
1)
Risiko moderat (Moderate Risks) adalah memilih suatu resiko secara
moderat
2)
Umpan balik segera (Immediate Feedback) adalah cenderung memilih
tugas yang segera dapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan yang
telah dicapai dalam mewujudkan tujuan, cenderung
3)
Kesempurnaan (accomplishment) adalah senang dalam pekerjaan yang
dapat memberikan kepuasaan pada dirinya.
4)
Pemilihan tugas adalah menyelesaikan pekerjaan yang telah di pilih
secara tuntas dengan usaha maiksimum sesuai dengan kemampuannya

·

Motif Keamanan (Security Motive)

Merupakan kebutuhan untuk melindungi diri dari hambatan atau gangguan
yang akan mengancam keberadaannya. Di dalam sebuah perusahaan
misalnya, salah satu cara untuk menjaga agar para karyawan merasa aman
di hari tuanya kelak, adalah dengan memberikan jaminan hari tua, pesangon,
asuransi, dan sebagainya
·

Motif Status (Status Motive)

Merupakan kebutuhan manusia untuk mencapai atau menduduki tingkatan
tertentu di dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat. Parsons,
seorang ahli sosiologi menyimpulkan adanya beberapa sumber status
seseorang yaitu :
1)
Keanggotaan di dalam sebuah keluarga. Misalnya, seorang anggota
keluarga yang memperoleh status yang tinggi oleh karena keluarga tersebut
mempunyai status yang tinggi di lingkungannya.
2)

kualitas perseorangan yang termasuk dalam kualitas perseorangan

antara lain karakteristik fisik, usia, jenis kelamin, kepribadian.
3)
Prestasi yang dicapai oleh seseorang dapat mempengaruhi statusnya.
Misalnya, pekerja yang berpendidikan, berpengalaman, mempunyai gelar,
dsb.
4)
Aspek materi dapat mempengaruhi status seseorang di dalam
lingkungannya.Misalnya, jumlah kekayaan yang dimiliki oleh seseorang.

C. PENERAPAN MOTIVASI DALAM ORGANISASI
Lima fungsi utama manajemen adalah planning, organizing, staffing, leading,
dan controlling. Pada pelaksanaannya, setelah rencana dibuat (planning),
organisasi dibentuk (organizing), dan disusun personalianya (staffing), maka
langkah berikutnya adalah menugaskan/mengarahkan karyawan menuju ke
arah tujuan yang telah ditentukan. Fungsi pengarahan (leading) ini secara
sederhana adalah membuat para karyawan melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan. Memotivasi
karyawan merupakan kegiatan kepemimpinan yang termasuk di dalam fungsi
ini. Kemampuan manajer untuk memotivasi karyawannya akan sangat
menentukan efektifitas manajer. Manajer harus dapat memotivasi para
bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka
meningkat.
Berbagai istilah digunakan untuk menyebut kata ‘motivasi’ (motivation) atau
motif, antara lain kebutuhan (need), desakan (urge), keinginan (wish), dan
dorongan (drive). Dalam hal ini, akan digunakan istilah motivasi yang
diartikan sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong
keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan.
Motivasi menunjuk kepada sebab, arah, dan persistensi perilaku. Kita bicara
mengenai penyebab suatu perilaku ketika kita bertanya tentang mengapa
seseorang melakukan sesuatu. Kita bicara mengenai arah perilaku seseorang
ketika kita menanyakan mengapa ia lakukan suatu hal tertentu yang mereka
lakukan. Kita bicara tentang persistensi ketika kita bertanya keheranan
mengapa ia tetap melakukan hal itu (Berry, 1997).
Suatu organisme (manusia/hewan) yang dimotivasi akan terjun ke dalam
suatu aktivitas secara lebih giat dan lebih efisien daripada yang tanpa
dimotivasi. Selain menguatkan organisme itu, motivasi cenderung
mengarahkan perilaku (orang yang lapar dimotivasi untuk mencari makanan
untuk dimakan; orang yang haus, untuk minum; orang yang kesakitan, untuk
melepaskan diri dari stimulus/rangsangan yang menyakitkan (Atkinson,
Atkinson, & Hilgard, 1983).
D. TEKANAN (STRESS) INDIVIDU

Stress Individu
Stress adalah tekanan atau ketegangan yang dihadapi seseorang dan
mempengaruhi emosi, pikiran, serta kondisi keseluruhan dari orang tersebut.

Stressor dibagi menjadi dua, antara lain :
1. Stressor On The Job (dari dalam lingkungan pekerjaan)
a) Beban kerja berlebih (overload)
b) Desakan waktu (deadline)
c) Kualitas pembimbingan rendah/low supervise
d) Iklim politis tidak aman/low comfort
e) Umpan balik kerja rendah/low feedback
f) Wewenang tidak memadai/low authority
g) Ketidakjelasan peranan/role ambiguity
2. Stressor Off The Job (dari luar lingkungan pekerjaan)
a) Krisis keuangan pribadi atau keluarga
b) Permasalahan-permasalahan tentang anak
c) Permasalahan-permasalahan tentang fisik
d) Permasalahan-permasalahan dalam perkawinan
e) Perubahan situasi rumah atau lingkungan
f) Permasalahan-permasalahan lainnya
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai factor yaitu :
1. Sifat stressor
Yaitu pengetahuan individu tentang stressor tersebut dan pengaruhnya pada
individu tersebut.
2. Jumlah stressor
Yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan.
3. Lama stressor

Yaitu seberapa sering individu menerima stressor yang sama.

Berikut adalah beberapa tips mengatasi pemecahan masalah karena stress
dalam kehidupan :
1. Lakukan pemijitan tubuh (body massage), karena pemijitan baik sekali
untuk relaksasi dan penormalan tekanan darah. Setelah pemijitan, anda akan
mengalami perbaikan kualitas tidur yang tentu saja akan memulihkan lebih
baik keletihan anda.
2. Berolahraga teratur merupakan hal yang sangat penting dalam memerangi
stress. Berolahraga akan memobilisasi otot-otot kita, mempercepat aliran
darah dan membuka paru-paru untuk mangambil lebih banyak oksigen.
Dampaknya anda akan memperoleh tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan
yang lebih baik.
3. Lakukan hobi anda, seperti memancing, mendaki gunung atau apapun
yang anda senangi. Anda bisa juga melakukan petualangan yang belum
pernah anda alami sebelumnya seperti berarung jeram misalkan.
Melakukan kegiatan-kegiatan seperti ini dapat menghilangkan pikiran yang
menyebabkan stress.
4. Banyak asumsi yang mengatakan bahwa bir, anggur atau whiskey dapat
menghilangkan stress. Pada kenyataannya, air putih lah yang dapat
menghilangkan stress. Penelitian menunjukkan bahwa minum segelas atau 2
gelas anggur memang dapat menyebabkan kita relax saat itu, tetapi setelah
efek alkoholnya hilang, stress kemungkinan besar akan membangunkan anda
di tengah malam.
Dengan banyak minum air putih akan membantu memulihkan tubuh kita dari
kekurangan cairan, karena kekurangan cairan dapat menimbulkan keletihan.
5. Lakukan meditasi. Para ahli kesehatan mengatakan bahwa alat yang
sangat ampuh dalam mengatasi stress adalah meditasi. Meditasi sangat
membantu membersihkan pikiran kita dan meningkatkan konsentrasi. Telah
terbukti bahwa meditasi selama 15 menit sama dengan kita beristirahat
selama 1 jam. Meskipun anda hanya melakukan meditasi selama 2 menit,
tetap akan cukup membantu.
Meditasi akan sangat membantu anda melupakan hal-hal yang dapat
menyebabkan stress.
6. Ketika seseorang mengalami stress, suatu reaksi yang alamiah jika orang

tersebut kemudian melampiaskannya dengan mengkonsumsi banyak
makanan. Perlu anda ketahui bahwa mengkonsumsi makanan yang
mengandung karbohidrat tinggi dapat meningkatkan kadar insulin di dalam
tubuh, dimana insulin ini dapat membuat tubuh menjadi cepat lelah dan
mood anda menjadi jelek.
7. Jika tubuh kita sedang lelah, tidak mudah bagi kita dalam mengendalikan
stress. Tidak cukup tidur akan mempengaruhi keseluruhan hari kita, dan
biasanya kita mengalami hari yang buruk karena kurang tidur menyebabkan
kita tidak dapat berkonsentrasi dan melihat suatu permasalahan lebih buruk
dari yang seharusnya. Tidur yang baik bagi orang dewasa adalah 7 jam
sehari.

BAB III
PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL
A. BERBAGAI PERSPEKTIF TERHADAP KELOMPOK
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa saling berinteraksi
dengan orang lain. Karena adanya interaksi membuat manusia berkelompok
satu sama lainnya. Dalam perilaku organisasi, kelompok merupakan suatu
tempat untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Kelompok mempunyai
karakter dan jenis – jenisnya, daya tarik untuk individu untuk berinteraksi
dalam kelompok, dan dinamika kelompok itu sendiri. Dengan mempelajari
tentang apa saja yang ada di suatu kelompok, maka kita akan mengetahui
dinamika apa saja yang akan terjadi dalam berperilaku organisasi.
Berikut adalah beberapa teori tentang pembentukan kelompok:
Teori Kedekatan (Propinquity)
Teori kedekatan menjelaskan tentang adanya aliansi diantara orang-orang
tertentu. Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena
adanya kedekatan ruang dan daerahnya.
Teori Interaksi (George Homans)
Teori interaksi berdasarkan pada aktivitas, interaksi dan sentiment (perasaan
atau emosi) yang berhubungan secara langsung. Ketiganya dapat dijelakan
sebagai berikut:
Semakin banyak aktivitas seseorang dengan orang lain, semakin beraneka
interaksinya dan semakin kuat tumbuhnya sentiment mereka.
Semakin banyak interaksi diantara orang-orang, maka semakin banyak
kemungkinan aktivitas dan sentiment yang ditularkan pada orang lain.

c.
Semakin banyak aktivitas dan sentimen yang ditularkan pada orang
lain, dan semakin banyak sentiment orang dipahami oleh orang lain, maka
semakin banyak kemungkinan ditularkannya aktivitas dan interaksi-interaksi.
Teori Keseimbangan (Theodore Newcomb)
Teori keseimbangan menyatakan bahwa seseorang tertarik kepada yang lain
adalah didasarkan atas kesamaan sikap (seperti: agama, politik, gaya hidup,
perkawinan, pekerjaan, otoritas) di dalam menanggapi suatu tujuan.
Teori Pertukaran
Teori ini ada kesamaan fungsinya dengan teori motivasi dalam bekerja. Teori
kedekatan, interaksi, keseimbangan, semuanya memainkan peranan di
dalam teori ini. Secara praktis pembentukan kelompok bisa saja terjadi
dengan alasan ekonomi, keamanan, atau alasan social. Para pekerja
umumnya memiliki keinginan afiliasi kepada pihak lain.
B. JENIS – JENIS KELOMPOK
Jenis atau tipe kelompok itu sendiri sangat beragam. Begitu beragamnya
sehingga sulit dibuat satu penggolongan yang baku. Penggolongan kelompok
sangat bergantung pada tujuan penggolongan itu sendiri, antara lain sebagai
berikut:

1)
Dyad : kelompok terdiri dari 2 orang (interaksi dan ketergantungannya
tingkat tinggi).
2)
Kelompok Kecil : kelompok primer dimana terjadi face to face, saling
tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat (keluarga).
3)
Organisasi : sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan
struktur yang jelas (perusahaan, BEM, dll).
4)
Massa : sifat temporer/sementara, mempunyai tujuan yang sama, tidak
berstruktur(pendemo).
Menurut Robbins, jenis kelompok terdiri dari :
1)
Kelompok formal : ada keputusan managerial guna mencapai tujuan
organisasi, bersifat resmi. Ditandai dengan adanya organisasi status,
misalnya : OSIS
2)
Kelompok informal : muncul dari upaya individu (tumbuh atas dasar
keputusan bersama dan persahabatan). Ada faktor kebutuhan sosial,
misalnya: usaha menjahit baju lalu bagi hasil.
3)
Kelompok komando : ada manajer dan bawahan, misalnya : usaha
restoran yang sudah besar dan punya cabang dimana-dimana.

4)
Kelompok tugas : bekerjasama menyelesaikan tugas atau pekerjaan,
misalnya : kelompok belajar.
5)
Kelompok kepentingan : ada tujuan khusus dalam kelompok tersebut
dan semua anggota terlibat di dalamnya, misalnya : partai
6)
Kelompok persahabatan : karakteristik anggota sama, misalnya : geng
sekolah.
C. MOTIVASI PEMBENTUKAN KELOMPOK
Pembentukan kelompok diawali dengan adanya persepsi atau perasaan yang
sama untuk memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan adanya motivasi untuk
memenuhinya, lalu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga
ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan
membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik.
tetapi kesamaan di antara anggota – anggotanya. seseorang lebih
menyenangi berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan
dirinya. misalnya kesamaan minat, kepercayaan, hobi, usia dsb.
Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing –
masing anggota ( siapa yang menjadi ketua atau anggota ).
Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan konflik. Perpecahan
yang terjadi biasanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya
kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri
demi kepentingan kelompok. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian,
perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
setelah adanya interaksi biasanya dalam sebuah kelompok terdapat norma
sosial. norma terbentuk dari proses akumulatif interaksi kelompok.
D. TAHAP – TAHAP PENGEMBANGAN KELOMPOK
1. Tahap Pembentukan ( Forming)
Tahap pertama dalam perkembangan kelompok dengan cirri banyaknya
ketidakpastian mengenai: Maksud,struktur,dan kepemimpinan kelompok.para
anggota menguji coba untuk menentukan tipe-tipe perilaku yang dapat
diterima secara baik oleh kelompok.tahap ini terakhir pada saat para anggota
mulai berfikir,bahwa mereka merupakan bagian dari suatu kelompok.
2. Tahap Keributan (Stroming)
Ditandai oleh adanya konflik didalam kelompok.para anggota menerima
secara baik eksistensi kelompok,tetapi melawankendala-kendala yang
dikenakan oleh kelompok terhadap individualitas.lebih lanjut ada konflik
mengenai siapa yang akan mengendalikan kelompok.tahap ini terakhir bila

terdapat suatu hirarki yang relative lebih jelas dari kepemimpinan kelompok.
3. Tahap Penormaan ( Norming)
Ditandai oleh berkembangnya hubungan yang karib,dan kelompok
memperagakan kekohesifannya (kesalingtertarikannya / cohesiveness).ada
rasa yang kuat akan identitas kelompok dan persahabatan.tahap ini selesai
bilastruktur kelompok telah kokoh dan kelompok telah menyerap perangkat
pengharapan dari apa yang didefinisikan oleh perilaku anggota yang benar.
4. Tahap Pelaksanaan / Pengerjaan (Perfoming)
Ditandai oleh struktur yang telah sepenuhnya berfungsidan diterima dengan
baik.energi kelompok telah bergeser dari mencoba mengerti dan memahami
satu sama lain kepelaksanaan tugas di masa mendatang.
5. Tahap Penundaan (Adjourning)
Pada tahap ini kelompok mempersiapkan pembubaran.kinerja tugas yang
tinggi tidak lagi merupakan prioritas puncak kelompok yang berada pada
tahapan ke 5 ini.sebagai gantinya perhatian diarahkan kepada penyelesaian
aktivitas-aktivitas.respon anggota kelompok beraneka ragam,beberapa
merasa puas,bersenang-senang dalam prestasi kelompok,yang lainnya
mungking murung karena akan hilangnya persahabatan yang telah diperoleh
selama kehidupan kerja kelompok.
E. CIRI – CIRI KELOMPOK
Dalam kelompok dibagi beberapa ciri – ciri sebagai berikut :
1)
Terdapat dorongan atau motif yang sama antar individu satu dengan
yang lain (dapat menyebabkan terjadinya interaksi dalam mencapai tujuan
yang sama)
2)
Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan terhadap individu satu
dengan yang lain berdasarkan rasa dan kecakapan yang berbeda-beda
antara individu yang terlibat di dalamnya.
3)
Adanya penegasan dan pembentukan struktur atau organisasi
kelompok yang jelas dan terdiri dari peranan-peranan dan kedudukan
masing-masing dalam kegiatan anggota kelompok untuk mencapai tujuan
yang ada.
4)

Berlangsungnya suatu kepentingan

5)

Adannya pergerakan yang dinamika.

F.

KONSEP PERAN

Individu sebagai makhluk sosial tidak bisa dihindarkan dengan interaksi sosial
dan bentuk-bentuk interaksi sosial yang dijalin. Dilain pihak individu juga

tidak dapat lepas dari situasi tempat ia berada dan situasi ini sangat
berpengaruh terhadap kelompok yang terbentuk akibat situasi tersebut.
G. MODEL TERPADU DARI PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN KELOMPOK
Pengertian pembelajaran terpadu:
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang
mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya
adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang
studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD,
1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada
pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh
karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui
pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses
belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat
tentang hal-hal yang dipelajarinya.pembelajaran terpadu juga suatu model
pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada siswa.dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu
artinya,siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari itu mulai
pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang
sudah mereka pahami.hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh tim
pengembang D-2 PGSD dan S-2 pendidikan dasar (1997 : 17) yang
mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar
mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa” Pada dasarnya pembelajaran terpadu
merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik
individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep
serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
BAB 1V
PERILAKU ANTAR KELOMPOK DAN MANAJEMEN KONFLIK
A.

DAMPAK KONFLIK TERHADAP MANAJEMEN

Konflik dapat berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai
berikut :
a)

Dampak PositifKonflik

bila upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara
efisien dan efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang
dinampakkan oleh karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan
berbagai akibat seperti:

1)
Meningkatnya ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu
bekerja, seperti hampir tidak pernah ada karyawan yang absen tanpa alasan
yang jelas, masuk dan pulang kerja tepat pada waktunya, pada waktu jam
kerja setiap karyawan menggunakan waktu secara efektif, hasil kerja
meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya.
2)
Meningkatnya hubungan kerjasama yang produktif. Hal ini terlihat dari
cara pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan analisis pekerjaan
masing-masing.
3)
Meningkatnya motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat
antar pribadi maupun antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat
dalam upaya peningkatan prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas,
kejujuran, inisiatif dan kreativitas.

b)

Dampak Negatif Konflik

Dampak negatif konflik sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam
pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh
subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaankeadaan sebagai berikut:
1)
Meningkatkan jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan
mangkir pada waktu jam-jam kerja berlangsung seperti misalnya ngobrol
berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara radio, berjalan mondar-mandir
menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada di tempat, pulang lebih
awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang tak jelas.
2)
Banyak karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman
kerjanya yang dirasakan kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung
jawab.
Seringnya terjadi perselisihan antar karyawan yang bisa memancing
kemarahan, ketersinggungan yang akhirnya dapat mempengaruhi pekerjaan,
kondisi psikis dan keluarganya.
Konflik yang tidak terselesaikan dapat merusak lingkungan kerja sekaligus
orang-orang di dalamnya, oleh karena itu konflik harus mendapat perhatian.

B.

SUMBER TERJADINYA KONFLIK ANATARA KELOMPOK

Berikut adalah beberapa sumber terjadinya konflik antara kelompok anatara
lain:
·

Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini
dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani
hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu
perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu
karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
·
Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
·

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.

Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan
yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing
orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadangkadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang
berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai
kekayaan budaya yang menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga
harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para petani menbang pohon-pohon
karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat kebun
atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan
kemudian kayunya diekspor guna mendapatkan uang dan membuka
pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan, hutan adalah bagian dari
lingkungan sehingga harus dilestarikan.
·
Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam
masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat
memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang
mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik
sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industri.
·
Perbedaan TujuanOrganisasi merupakan tujuan yang berbeda, yang
tidakselalu konsisten satu sama lain.
Sebagai contoh, departemenpemasaran mempunyai tujuan menjual barang
dengan variasi yang banyak, sementara departemen produksi lebih
menyukaistandarisasi untuk menurunkan biaya produksi.

·
Persaingan Sumber DayaBiasanya sumber daya terbatas, dan karena
itu pihak-pihakyang berkepentingan akan bersaing untuk memproleh sumber
dayatersebut.
Di beberapa organisasi seperti lembaga pemerintahan, atauperusahaan
aygn mengalami kemunduran, perolehan dana yangterbatas cukup
terasa.Dinamika InterpersonalIntraksi personal dapat mengakibatkan
timbulnya konflik,jika dua orang mempunyai motivasi yang berbeda, tidak
menyukaisatu sama lain karena beberapa alasan, maka akan terjadi konflik
C.

KONSEKUENSI KONFLIK DISFUNGSIONAL ANTAR KELOMPOK

Konflik disfungsional adalah setiap konfortasi atau interaksi antar kelompok
yang membahayakan atau menghambat organisasi untuk mencapai tujuan
nya .
Konsekuensi konflik antar kelompok yang disfungsional :
Perubahan antar kelompok :
1.Peningkatan kohesivitas kelompok
2.Penekanan kesetiaan
3.Meningkatnya kepemimpinan otokratis
4.Focus pada aktifitas
Penyebab konflik :
1. Interdependence (saling ketergantungan)
Saling ketergantungan terjadi apabila dua kelompok atau lebih saling
tergantung satu dengan yang lain untukmenyelesaikan tugas mereka.
• Pooled Interdependence (ketergantungan yang dipusatkan)
• Sequential Interdependence (ketergantungan yang berurutan)
• Reciprocal Interdependence (ketergantungan timbal balik)
2. Differences in Goals (Perbedaan dalam tujuan)
• Limited Resources (sumber yang terbatas)
• Reward Structures (struktur imbalan)
3. Differences in Perceptions (perbedaan dalam persepsi)
• Different Goals (tujuan yang berbeda-beda)
• Different Time Horizons (perbedaan pandangan waktu)

• Status Incongruence (ketidaksamaan status)
• Inaccurate Perceptions (persepsi yang tidak seksama)
4. The Increased Demand for Specialists (permintaan yang meningkat akan
spesialis)
Konsekuensi Konflik Disfungsional Antar Kelompok :
1. Changes within Groups (perubahan di dalam kelompok)
• Increased Group Cohesiveness (kesatupaduan kelompok meningkat
• Rise in Autocratic Leadership (muncilnya kepemimpinan autokratis)
• Focus on Activity (memusatkan perhatian pada kegiatan)
• Emphasis on Loyalty (menekankan loyalitas)
2. Changes between Groups (perubahan diantara kelompok-kelompok)
• Distorted Perceptions (persepsi yang menyimpang)
• Negative Stereotyping (stereotip yang negatif)
• Decreased Communication (komunikasi yang menurun)
Memanage Konflik Antar Kelompok lewat Pemecahan :
1. Problem solving (pemecahan persoalan)
2. Superordinate Goals (tujuan tingkat tinggi)
3. Expansion of Resources (perluasan sumber)
4. Avoidance (menghindari konflik)
5. Smoothing (melicinkan konflik)
6. Compromise (kompromi)
7. Authoritative Command (perintah dari yang berwenang)
8. Altering the Human Variable (mengubah variable manusia)
9. Altering the Structural Variable (mengubah variable structural)
10. Identifying a Common Enemy (menemukenali musuh bersama)

D.

PENGELOMPOKAN KONFLIK ANTARA KELOMPOK

Dalam sebuah organisasi khususnya organisasi besar, dalam hal pembagian

kerja, sering menimbulkan konflik, antara unit kerja yang ada atau konflik
antar organisasi. Timbulnya konflik ini dikarenakan adanya perbedaan tujuan
antara satu pihak dengan pihak lain yang terlibat dalam konflik tersebut.
Oleh karena itu diperlukan kerjasama dan koordinasi antar struktur dalam
organisasi atau antar organisasi sehingga dapat meminimalkan terjadinya
perbedaan.
Ross (1993) mengemukakan ada dua sumber konflik yang terjadi dalam
sebuah organisasi atau kelompok, adalah adanya unsur persaingan dan unsur
kekuatan. Menurut teori struktur, konflik dipicu oleh sosial adanya persaingan
antara pihak-pihak yang berkepentingan.Tindakan terhadap pihak lain dalam
pemikiran teori struktur social akan menciptakan tantangan nyata untuk
meningkatkan solidaritas dan respon kolektif dalam menghadapi lawan.
Selanjutnya pihak-pihak tersebut melakukan konsolodasi secara sadar
sehingga membentuk suatu kekuatan dalam menghadapi konflik tersebut.
Konflik yang terjadi dalam masyarakat atau dalam sebuah organisasi dapat
bermanifestasi dalam berbagai bentuk atau cara :
·

Konflik antar bawahan di bagian yang sama dalam sebuah organisasi.

·
Konflik antara bawahan dan pimpinan di bagian yang sama dalam
sebuah organisasi.
·
Konflik antar bawahan di bagian yang berbeda dalam sebuah
organisasi.
·
Konflik antara pimpinan dan bawahan di bagian yang berbeda dalam
sebuah organisasi.
·

Konflik antar pimpinan bagian yang berbeda dalam sebuah organisasi.

BAB V
KEPEMIMPINAN
(pendekatan dari segi cirri khas, perilaku perseorangan, dan segi sifat).
A.

BEBERAPA SUMBER DAN DASAR KEKUASAAN

Kekuasaan adalah kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang
lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau
kelompok.
Kekuasaan jugaberarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan, atau kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang,
wewenang tanpa kekuasaan atau kekuasaan tanpawewenang akan
menyebabkan konflik dalam organisasi.

·

Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:

1.
Pertama kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut
dan didasarkan
pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada
pemimpin.
2.
Kedua kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal
organisasi.

Kekuasaan berkaitan erat dengan pengaruh (influence) yaitu tindakan
atau contoh tingkah laku yang menyebabkan perubahan sikap atau tingkah
laku orang lain atau kelompok.
Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu, ada 5 sumber kekuasaan
menurut John Brench dan Bertram Raven, yaitu :
1)

Kekuasaan menghargai (reward power)

Kekuasaan yang didasarkan pada kemampuan seseorang pemberi pengaruh
untuk memberi

penghargaan pada orang lain yang dipengaruhi untuk melaksanakan
perintah. (bonus sampai
senioritas atau persahabatan)
2)

Kekuasaan memaksa (coercive power)

Kekuasaan berdasarkan pada kemampuan orang untuk menghukum orang
yang dipengaruhi
kalau tidak memenuhi perintah atau persyaratan. (teguran sampai hukuman).
3)

Kekuasaan sah (legitimate power)

Kekuasaan formal yang diperoleh berdasarkan hukum atau aturan yang
timbul dari pengakuan
seseorang yang dipengaruhi bahwa pemberi pengaruh berhak menggunakan
pengaruh
sampai pada batas tertentu.
4)

Kekuasaan keahlian (expert power)

Kekuasaan yang didasarkan pada persepsi atau keyakinan bahwa pemberi
pengaruh
mempunyai keahlian relevan atau pengetahuan khusus yang tidak dimiliki
oleh orang yang
dipengaruhi. (professional atau tenaga ahli).
5)

Kekuasaan rujukan (referent power)

Kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang didasarkan pada
indentifikasi
pemberi pengaruh yang menjadi contoh atau panutan bagi yang dipengaruhi.
(karisma,
keberanian, simpatik dan lain-lain).

B.

DEFINISI KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut
pandang atau perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan,
misalnya dari perspektif individual dan aspek dari fenomena yang paling
menarik perhatian mereka.
Stogdill (1974: 259) menyimpulkan bahwa terdapat hampir sama banyaknya
definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang yang telah mencoba
mendefinisikannya.
Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai
konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi,
tergantung dari mana titik tolak pemikirannya.
Misalnya, dengan mengutip pendapat beberapa ahli, Paul Hersey dan
Kenneth H Blanchard (1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi
kepemimpinan, antara lain:
·
Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk
bekerja keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P
Terry)

·
Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut
serta dalam mencapai tujuan umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)

·
Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu
keadaan dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya
sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F. Massarik).

C.

TEORI KEPEMIMPINAN

1.

Teori Genetik (Genetic Theory)

Penjelasan kepemimpinan yang paling tua adalah teori kepemimpinan
“genetic” dengan ungkapan yang sangat populer waktu itu yakni “a leader is
born, not made”. Seorang dilahirkan dengan membawa sifat-sifat
kepemimpinan dan tidak perlu belajar lagi. Sifat-sifat utama seorang
pemimpin diperoleh secara genetik dad orang tuanya.
2.

Teori Sifat (Trait Theory)

Sesuai dengan namanya, maka teori ini mengemukakan bahwa efektivitas
kepemimpinan sangat tergantung pada kehebatan karakter pemimpin. “Trait”
atau sifat-sifat yang dimiliki antara lain kepribadian, keunggulan fisik dan
kemampuan social.
Penganut teori ini yakin d