laporan eksekutif itk polres 2016

Laporan Eksekutif
Indeks Tata Kelola Polri
Tingkat Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro

“ Mewujudkan Polri yang
Profesional, Modern, dan Terpercaya “

Menuju Birokrasi yang Bersih, Akuntabel, Efektif, Efisien dan
Pelayanan Publik Berkualitas

LAPORAN EKSEKUTIF
Indeks Tata Kelola
Kepolisian Negara Republik Indonesia (ITK)
Tingkat Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro
Tim Peneliti Kemitraan:
M. Gaussyah
Inda Loekman
Lenny Hidayat
Hery Sulistyo
Amalia Fubani
Arif Nurdiansah

Ahmad Fawaiq
Muhammad Iqbal
Iqbal Muhammad
Riana Ekawati
Hana Alfahani
Tim Peneliti Srena Polri:
Meilina D. Irianti
Diterbitkan oleh:
Biro Reformasi Birokrasi Polri
Srena Polri-Jl. Trunojoyo No. 3 Jakarta Selatan
Telp: 021-7218788, 021-7218940, Fax: 021-7218788
Website: itk.polri.go.id
[email protected]

KATA PENGANTAR

Polri untuk melakukan pengukuran kinerja melalui Indeks Tata Kelola Kepolisian
Negara Republik Indonesia (ITK) semakin tinggi. Setelah tahun 2015 di level Polda, tahun ini,
pengukuran dilakukan di 70 tingkat Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro di 32 provinsi
seluruh Indonesia. Kapolri baru menjadikan ITK sebagai bagian dari program prioritas dalam

mewujudkan Polri Profesional, Modern dan Terpercaya (PROMOTER).
ITK yang dikembangkan bersama Polri dan Kemitraan bagi Pembaruan Tata
Pemerintahan di Indonesia –Partnership for Governance Reform in Indonesia– mampu
menunjukan sejauh mana reformasi internal di tubuh Polri telah bergulir, sehingga
perubahan demi perubahan yang telah terjadi dapat dilihat secara jelas berdasarkan fakta
yang berbasis data, serta persepsi publik pengguna jasa Polri. ITK level Polres melibatkan
total 2.265 orang dengan latar belakang beragam (anggota DPRD, kejaksaan, Pemda, aktivis,
peneliti, dosen, media dan lain-lain) yang ada di masing-masing wilayah. Tingkat partisipasi
publik terbesar dibandingkan dengan metode pengukuran kinerja internal dalam sejarah
Polri.
Salah satu temuan menarik berdasarkan hasil analisa persepsi publik adalah
bahwasanya Polri dalam membangun trust building, tidak dapat mengandalkan pencitraan.
Hal ini tercermin di dalam penilaian integritas yang berbeda-beda setiap satuan fungsi.
Masyarakat memahami perbedaan satuan tersebut sehingga meskipun satuan fungsi
tertentu dapat berkinerja dengan baik, namun tidak berarti satuan lainnya akan
mendapatkan penilaian yang sama. Masyarakat semakin kritis dan ekspektasi penerapan
nilai-nilai integritas semakin tinggi. Untuk itu, Polri harus segera meningkatkan kerja dan
bersinergi, tidak hanya membangun citra.
Berbeda dengan level Polda, laporan ITK Polres menyajikan sub-indeks dengan isuisu yang menjadi perhatian publik, seperti tingkat kerawanan calo pada layanan publik,
tingkat kekerasan, tingkat suap, profesionalisme dan integritas anggota Polri.

Data dan pengetahuan yang dihasilkan melalui pengukuran ITK secara berkala dapat
digunakan oleh para pembuat kebijakan –baik di internal kepolisian maupun tingkat negara–
berdasarkan bukti (evident based policy), sehingga proses reformasi internal serta
peningkatan kualitas kinerja Polri dapat dengan cepat dilaksanakan.
Monica Tanuhandaru
Direktur Eksekutif
Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan

KATA PENGANTAR
ASISTEN KAPOLRI
BIDANG PERENCANAAN UMUM DAN ANGGARAN
Assalamu alaikum Wr .Wb
Salam Sejahtera Bagi Kita Sekalian.
Upaya optimalisasi Reformasi Birokrasi (RB) di tubuh Polri pasca Reformasi
Nasional tahun 1998 terus digalakkan, diantaranya dalam mewujudkan Polri yang
profesional melalui penguatan tatakelola pada fungsi-fungsi yang masih lemah
dan menghambat RB. Hal ini sesuai dengan program pemerintah untuk
melakukan reformasi di bidang birokrasi seiring dengan perjalanan waktu maka
RB bukan lagi merupakan suatu tuntutan masyarakat yang mengharapkan agar
Birokrasi dan terutama aparatur Polri dapat berkualitas lebih baik tetapi benar-benar menjadi

kebutuhan organisasi dalam mewujudkan good governance dan clean government yang berbasis
kinerja (Performance Based Bureaucracy) yang efektif, efisien dan ekonomis, difokuskan pada upaya
untuk mewujudkan outcomes (hasil).
Kementerian PAN dan RB selaku Tim Reformasi Birokrasi Nasional telah menetapkan sistem
penilaian mandiri (self assement) pelaksanaan RB terhadap 8 area perubahan yaitu Organisasi, Tata
Laksana, Peraturan Perundang-undangan, SDM Aparatur, Pengawasan, Akuntabilitas, Pelayanan
Publik dan Mind Set dan Culture Set Aparatur, namun penilaian ini belum menggambarkan
pencapaian tugas Polri dalam memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat,
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat serta menegakkan hukum.
Indeks Tatakelola Kepolisian Negara Republik Indonesia (ITK) sebagai instrument untuk
mengukur kinerja dan capaian program Reformasi Birokrasi Polri (RBP) yang dikembangkan bersamasama Kemitraan dengan menggunakan 7 prinsip-prinsip tata kelola Kepolisian yang baik yaitu
kompetensi, responsif, perilaku, transparan, keadilan, efektivitas dan akuntabilitas yang bersifat
obyektif dan komprehensif berdasarkan bukti (evident based), yang dapat digunakan sebagai
landasan untuk pengambilan kebijakan sekaligus sebagai tolok ukur kemajuan yang dicapai, dan
sebagai alat untuk memperbandingkan kinerja secara obyektif, fair, dan akurat antar Polda dan saat
ini dilaksanakan pada tingkat Polres, sehingga ITK tidak menghilangkan kewajiban Polri melakukan
secara mandiri pelaksanaan RBP.
Dengan ITK akan diperoleh profil kinerja di 70 Polres pada 9 fungsi yang berkontribusi dalam
pencapaian RBP yaitu Sabhara, Reskrim, Reskrim Narkoba, Intelkam, Lantas, SPKT, Propam dan SDM
yang divisualisasikan dengan Indeks Tatakelola Polri, Indeks Profesionalitas Aparatur Polri, Indeks eGovernment, Indeks Integritas Pelayanan Publik dan Survei Kepuasan Masyarakat sehingga hasil ITK

dapat bermanfaat baik secara internal maupun eksternal dalam pengambilan kebijakan, semoga apa
yang telah dilakukan selalu mendapat limpahan rahmat dan karunia dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Wassala u’alaiku

Wr .Wb.
Jakarta,

Agustus 2016

ASISTEN KAPOLRI
BIDANG PERENCANAAN UMUM DAN ANGGARAN
Paraf:
1. Konseptor/Kabagsisinfolap: .....
2. Karo RBP: .....

Drs. ARIF WACHYUNADI
INSPEKTUR JENDERAL POLISI

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN

Assalamu alaikum Wr. Wb.
Salam Sejahtera Bagi Kita Semua
Seraya memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya
menyambut baik dan mengapresiasi atas terbitnya buku LAPORAN EKSEKUTIF
INDEKS TATA KELOLA POLRI TINGKAT POLRE“ , yang dapat dijadikan referensi
serta sumber informasi dan acuan bagi para pembaca, khususnya para Kepala
Kesatuan di tingkat Polres dalam menetapkan arah kebijakan dan strategi.
Pengukuran Indeks Tata Kelola Kepolisian Negara Republik Indonesia (ITK) ini
dilaksanakan sejak tahun 2015, berdasarkan semangat untuk mewujudkan
profesionalisme Polri yang bersih dan bebas dari praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme melalui
penguatan tata kelola dengan menerapkan prinsip tata kelola Kepolisian yang baik, yaitu
kompetensi, responsif, perilaku, transparan, keadilan, efektivitas dan akuntabilitas.
ITK merupakan inisiasi Polri dengan mengandeng Kemitraan yang telah memiliki kredibilitas
dalam pengukuran kinerja tingkat Propinsi dan Kabupaten, dengan mengukur Satker - Satker baik
internal maupun eksternal yang diyakini dapat mempercepat pencapaian Reformasi Birokrasi Polri
yaitu fungsi Sabhara, Reskrim, Lantas, Intelkam, Binmas, Polair dan SDM, sedangkan pada tingkat
Polres disesuaikan kebutuhan dengan menambah bidang SPKT dan Si Propam.
Melalui penguatan tata kelola, diharapkan dapat mendorong pencapaian sasaran Reformasi
Birokrasi Polri dengan indikator meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan Polri,
mempertahankan penilaian Laporan Keuangan oleh BPK dengan predikat WTP, meningkatnya nilai

Akuntabilitas Kinerja dan Reformasi Birokrasi, tergelarnya e - government dan penggunaan eprocurement sampai tingkat Polres, serta meningkatnya profesionalisme anggota Polri dan
integritas pelayanan publik.
Hal i i sejala de ga progra prioritas saya ya g tertua g dala progra
PROMOTER
dalam mewujudkan Polri yang Profesional, Modern dan Terpercaya serta pelaksanaan Reformasi
Birokrasi Polri Gelombang III Tahun 2016-2019, yang berorientasi pada sasaran penguatan Birokrasi
dalam mewujudkan organisasi Polri yang bersih dan akuntabel, memiliki pelayanan publik
berkualitas, efektif dan efisien sesuai dengan semangat Reformasi Birokrasi Nasional.
Selaku pimpinan Polri, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan
Kemitraan atas kerjasamanya, para peneliti dan Tim Reformasi Birokrasi Polri yang telah bekerja
dengan sungguh - sungguh hingga dihasilkan suatu produk ITK tingkat Polres, untuk memotret
pelaksanaan Reformasi Birokrasi Polri tingkat Polres, dalam rangka mewujudkan tata kelola
Kepolisian yang baik serta Polri yang bersih dan bebas dari praktek KKN.
Akhirnya, semoga buku ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan serta menjadi
bacaan yang bermanfaat dan berdayaguna bagi semua pihak. Demikian sambutan saya, semoga
Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan dan perlindungan-NYA kepada kita sekalian, dalam
melaksanakan tugas pengabdian yang tiada henti kepada masyarakat, Bangsa dan Negara.
Sekian dan terima kasih,
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta,


Agustus 2016

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Drs. M. TITO KARNAVIAN, MA. Ph.D
JENDERAL POLISI

DAFTAR SINGKATAN
ADR

: Alternatif Dispute Resolution

ALMATSUS

: Alat Material Peralatan Khusus

ALPALKAM

: Alat Peralatan dan Keamanan


BABEL

: Bangka Belitung

BHABINKAMTIBMAS

: Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

BINMAS

: Pembinaan Masyarakat

DIKJUR

: Pendidikan Kejuruan

DSP

: Daftar Susunan Personel


DIRLANTAS

: Direktur Lantas

DIY

: Daerah Istimewa Yogyakarta

FKPM

: Forum Kemitraan Polisi Masyarakat

GAKKUM

: Penegakan Hukum

HARKAMTIBMAS

: Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat


IKM

: Indeks Kepuasan Masyarakat

INTELKAM

: Intelijen Keamanan

ITK

: Indeks Tata Kelola Kepolisian Negara Republik Indonesia

KAMTIBMAS

: Keamanan dan Ketertiban Masyarakat

KEMENPAN-RB

: Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara-Reformasi Birokrasi

KEPRI

: Kepulauan Riau

KKN

: Korupsi, Kolusi , Nepotisme

LINYOMYAN

: Perlindungan, Pengayoman, Pelayanan Masyarakat

LKPP

: Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

PILUN

: Piranti Lunak

PPA

: Perlindungan Perempuan dan Anak

PPK

: Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

PNBP

: Pendapatan Negara Bukan Pajak

POLRES

: Polisi Resor

POLRESTA

: Polisi Resor Kota

POLRESTABES

: Polisi Resor Kota Besar

POLRI

: Kepolisian Negara Republik Indonesia

POLWAN

: Polisi Wanita

PROMOTER

: Profesional, Modern dan Terpercaya

PROPAM

: Profesi Pengamanan

NTB

: Nusa Tenggara Barat

RBP

: Reformasi Birokrasi Polri

RESNARKOBA

: Reserse Narkoba

RESKRIM

: Reserse Kriminal

SABHARA

: Samapta Bhayangkara

INTELKAM

: Intelijen Keamanan

SATFUNG

: Satuan Fungsi

SATKER

: Satuan Kerja

LANTAS

: Lalu Lintas

SARPRAS

: Sarana dan Prasarana

SDM

: Sumber Daya Manusia

SIM

: Surat Izin Mengemudi

SIMAK BMN

: Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara

SKCK

: Surat Keterangan Catatan Kepolisian

SKM

: Survey Kepuasan Masyarakat

SPKT

: Sentra Pelayanan Kepolisan Terpadu

SP2HP

: Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan

SULSEL

: Sulawesi Selatan

SUMDA

: Sumber Daya

SUMSEL

: Sumatera Selatan

MABES POLRI

: Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia

WIP

: Well Informed Person

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………. 1
1.
2.
3.
4.
5.

U u ………………………………………………………………………………………………………………………….. 1
Maksud da Tujua ……………………………………………………………………………………………………… 3
Dasar……………………………………………………………………………………………………………………………. 3
Definisi Prinsip Tatakelola Polri……………………………………………………………………………………. 4
Capaia Ki erja……………………………………………………………………………………………………………. 5

BAB II TEMUAN & ANALISA…………………………………..………………………………………........ 7
6.

Ki erja Tupoksi da Fu gsi Polri…………………………………………………………………………………… 7
a. Fu gsi Harka tib as………………………………………………………………………………………………. 8
b. Fu gsi Gakku ………………………………………………………………………………………………………. 13
c. Fungsi Li yo ya ………………………………………………………………………………………………….. 14

7.

Kinerja Satker Polres Pertipe Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro.………………….. 16

8.

Analisa Kinerja Prinsip Per Satfu g…………………………………………………………………………………………. 19

a. Pri sip Ko pete si………………………………………………………………………………………………… 21
b. Pri sip Respo sif……………………………………………………………………………………………………. 23
c. Pri sip Keadila ……………………………………………………………………………………………………… 24
d. Pri sip Tra spara si………………………………………………………………………………………………. 25
e. Pri sip Aku tabilitas………………………………………………………………………………………………. 26
f. Pri sip Efektifitas…………………………………………………………………………………………………… 27
g. Pri sip Perilaku……………………………………………………………………………………………………… 28
 Indeks Integritas Dari Persepsi Masyarakat
 Survey Tingkat Kerawanan Praktik Penyimpangan (praktik suap, Pemerasan, calo)

9.

Kinerja Profesionalitas capaian prinsip responsif, Ko pete si, Aku tabilitas…………….. 34

10. Upaya Menuju E-Government Penggunaan teknologi, Prosedur Yanlik dan
Perkembangan kasus…………………………………………………………………………………………………. 35
11. Kinerja Kebijakan Kesetaraan Jender………………………………………………………………………….. 38
12. “urvey Pelaya a Publik…………………………………………………………………………………………….. 39

BAB III REKOMENDASI……………………………………………………………………………………

43

13. Pri sip Ko pete si…………………………………………………………………………………………………….. 43
14. Prinsip Keadila …………………………………………………………………………………………………………. 44
15. Pri sip Tra spara si ………………………………………………………………………………………………….. 45
16. Pri sip Respo sif ……………………………………………………………………………………………………….. 46
17. Pri sip Perilaku…………………………………………………………………………………………………………… 46
18. Prinsip Akuntabilitas………………………………………………………………………………………………….. 47
19. Prinsip Efektifitas……………………………………………………………………………………………………….. 48

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………….. 49
1.

Metodologi ITK ………………………………………………………………………………………………………….. 49

2.

Daftar Indikator ITK 2016………………………………………………………………………………….……….. 58

3.

Hasil Indeks Pada Polres ……………………………………..…………………………………….…..………….. 70

Laporan eksekutif

6

BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum
Perjalanan reformasi birokrasi Polri secara konsisten telah menunjukkan komitmen
keberlanjutan dari reformasi internal dalam 3 aspek bidang struktural, instrumental dan
kultural. Dalam perkembangannya program reformasi birokrasi dan program reformasi
internal telah terintegrasi dalam Grand Strategi Polri tahun 2005-2025 yang terbagi dalam
3 tahap. Saat ini Polri telah memasuki tahapan ke 3 Renstra Polri tahun 2015-2019 dengan
strategi strive for excellent.

Tahap 2

Tahap 3

Tahap 3

2010-2014

2015-2019

2020-2024

Partnership Building

Strive for Excellence

Excellence

Tahap 1

Trust building yang berkelanjutan

2005-2009
Trust Building

Dalam rangka pengukuran kinerja pelaksanaan reformasi birokrasi, pada tahun 2015
Polri

berinisiatif

menggandeng Kemitraan

(Kemitraan bagi Pembaharuan Tata

Pemerintahan) sebagai pihak eksternal yang telah berpengalaman dalam pengukuran
kinerja tingkat propinsi dan kabupaten untuk bekerjasama dengan Polri berdasarkan Nota
Kesepahaman Nomor: B/55/XII/2014 – Nomor: 005/MoU/Des/2014 tanggal 16 Desember
2014 yang selanjutnya dilaksanakan pada tingkat Polda di 31 Polda.
Hasil ITK tingkat Polda dirilis bulan Oktober 2015 menggunakan 142 indikator dengan
rata-rata skor kinerja 31 Polda 5,69 (skala 1-10) kategori sedang yang menunjukkan
perlunya perbaikan sistem tata kelola tingkat Mabes Polri sebagai pengambil kebijakan
Politik Strategi Nasional (Polstranas) dan tingkat Polda sebagai pelaksana Kesatuan Induk
Penuh (KIP). Terdapat 1.333 responden internal dan eksternal yang telah berpartisipasi di
dalam penilaian ITK tingkat Polda.

1

Laporan eksekutif

6

Pada pertengahan tahun 2016, inisiatif Polri untuk mengukur kinerja semakin
dipertajam oleh Kapolri Jenderal Polisi Drs. H.M. Tito Karnavian, M.A, Ph.D di dalam
Tahapa

I ple e tasi Progra

Prioritas Kapolri yang bertujuan untuk membentuk

postur Polri yang Profesional, Modern dan Terpercaya (PROMOTER) melalui tahapan
implementasi strategi 8-11-10, yaitu 8 misi, 11 program, dan 10 komitmen.
1. Profesional: Meningkatkan kompetensi SDM Polri yang semakin berkualitas melalui
peningkatan kapasitas pendidikan dan pelatihan, serta melakukan pola-pola pemolisian
berdasarkan prosedur baku yang sudah dipahami, dilaksanakan, dan dapat diukur
keberhasilannya;
2. Modern: Melakukan modernisasi dalam layanan publik yang didukung teknologi
sehingga semakin mudah dan cepat diakses oleh masyarakat, termasuk pemenuhan
kebutuhan Almatsus dan Alpakam yang makin modern;
3. Terpercaya: Melakukan reformasi internal menuju Polri yang bersih dan bebas dari KKN,
guna terwujudnya penegakan hukum yang obyektif, transparan, akuntabel, dan
berkeadilan.
Perkuat Strategi 8-11-10 melalui Evaluasi Kebijakan Mabes Polri
Dengan cara mengukur dua tingkatan di bawah Mabes Polri, dapat diperoleh
gambaran yang lebih komprehensif tentang dampak dari kebijakan Mabes Polri. Karena
itu, kinerja Polda dan Polres tidak semata-mata mencerminkan kinerja hanya di satuan
tertentu tetapi merupakan hasil atau dampak kebijakan Mabes Polri.
Untuk menindaklanjuti hasil pengukuran kinerja tingkat Polda, dilaksanakan
pengukuran ITK tingkat Polres agar memperoleh gambaran secara menyeluruh dampak
kebijakan reformasi birokrasi Polri pada tingkat Mabes Polri, Polda dan Polres sebagai
Kesatuan Operasional Dasar (KOD). Pada tahun 2016 dilaksanakan di 70 Polres yang dipilih
berdasarkan pertimbangan 3 aspek yaitu kategori urban dan rural, jarak tempuh dan
jumlah Polres pada Polda obyek pengukuran.
Dari 176 indikator yang digunakan, sebagian besar indikator dipengaruhi oleh
kebijakan Polda dan Mabes Polri misalnya penentuan jumlah dan penempatan SDM
(DSPP), sarana dan prasarana, anggaran dan banyak aspek lainnya.

2

Laporan eksekutif

6

Dengan partisipasi aktif perwakilan pejabat Mabes Polri dan kriteria pemilihan
indikator (konsisten dengan Polda) yaitu: signifikansi, relevansi, faktor pembeda, dan
ketersediaan data; terpilihlah 176 indikator untuk mengukur kinerja tingkat Polres sebagai
penjuru pelaksana pelayanan publik.
Keseluruhan indikator telah melalui uji instrumen dan uji lapangan untuk memastikan
ketersediaan data. Terdapat 2.313 responden internal dan 2.265 well informed person
yang terdiri dari perwakilan 20 kategori masyarakat (total 4.578 responden internal dan
eksternal) yang terlibat di dalam penilaian kinerja polres dengan komposisi masing-masing
polres (rata-rata 33 responden internal mewakili 9 satfung dan 30 responden well
informed person dari eksternal Polri) yang diundang Polres sebagai responden data
persepsi.
2. Maksud dan tujuan
Maksud dan tujuan disusunnya laporan eksekutif Indeks Tata Kelola Polri ini, sebagai
berikut:
a. Memberikan gambaran tentang profil kinerja tata kelola dan kinerja Polri secara
umum, profil kinerja tata kelola dan kinerja Polri di 70 Polres, peringkat tata kelola dan
kinerja di 70 Polres;
b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan tata kelola kinerja Polri;
c. Memberikan rekomendasi di 70 Polres secara utuh sehingga dapat mengoptimalkan
performance sesuai dengan tugas dan fungsi yang dimiliki dalam meningkatkan
capaian pelaksanaan RBP;
d. ITK dapat dijadikan sebagai alat pembanding kinerja Polri secara obyektif, fair, dan
akurat antar Polres di jajaran Polri.
3. Dasar
a.

Surat Kapolri Nomor : B/1351/III/2016/Srena tanggal 11 Maret 2016 tentang
Pemberitahuan pelaksanaan Pengukuran Kinerja Program Reformasi di Tingkat Polres;

b.

Nota Kesepahaman Nomor: B/55/XII/2014 – Nomor: 005/MoU/Des/2014 tanggal 16
Desember 2014 tentang Penyusunan Indeks Tata Kelola Polri dalam rangka
Pengukuran Kinerja Pelaksanaan Reformasi Birokrasi.
3

Laporan eksekutif

6

4. Definisi Prinsip Tata Kelola Kepolisian Negara Republik Indonesia
Indeks Tata Kelola Kepolisian Negara Republik Indonesia (ITK) adalah instrumen untuk
mengukur kinerja dan capaian program RBP dengan menggunakan 7 prinsip-prinsip tata
kelola Kepolisian yang baik (good governance) yaitu kompetensi, responsif, perilaku,
transparan, keadilan, efektivitas dan akuntabilitas yang bersifat obyektif dan komprehensif
yang dapat digunakan sebagai landasan untuk pengambilan kebijakan berdasarkan bukti
(evident based), sekaligus sebagai tolok ukur kemajuan yang dicapai, dan sebagai alat
untuk memperbandingkan kinerja secara obyektif, fair, dan akurat.
1. Prinsip kompetensi meliputi kapasitas dan kemampuan anggota pada Satfung di tingkat
Polda untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Data ini terdapat pada data
obyektif (jumlah personel : DSP dan Riil), Dikjur, sarpras/peralatan, anggaran s.d.
realisasi dan piranti lunak);
2. Prinsip responsif merupakan daya tanggap Satfung di tingkat Polres dalam
menjalankan tugasnya. Data ini terdapat pada data objektif, persepsi well informed
person (WIP) dan uji akses;
3. Prinsip perilaku mencakup sikap dan tindakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai
kebenaran Satfung di tingkat Polres dalam menjalankan tugasnya. Data ini terdapat
pada data obyektif pelanggaran kode etik, disipilin, pidana, data persepsi melalui
kuesioner responden ekternal Well informed Person tentang integritas personel setiap
satfung;
4. Prinsip transparan merupakan kondisi di mana informasi Satfung di Polres dapat
diakses oleh publik. Data ini diperoleh dari data akses dokumen, sarana pelayanan
publik ddan pengaduan, uji akses, observasi pelayanan publik;
5. Prinsip fairness (keadilan) merupakan kondisi di mana implementasi tugas oleh Satfung
di tingkat Polres berlaku adil kepada seluruh stakeholder tanpa terkecuali. Data ini
terdapat pada data obyektif (data laki-laki/perempuan, penugasan dan sprin) dan data
persepsi WIP;

4

Laporan eksekutif

6

6. Prinsip efektivitas merupakan ketercapaian target dan tujuan sesuai dengan
perencanaan Satfung di tingkat Polres. Data ini terdapat pada data yang
membandingkan data-data obyektif misal anggaran penyelesaian kasus dengan
anggota yang ada, persepsi internal dan eksternal serta uji akses;
7. Prinsip akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban kinerja dan proses pelaksanaan
tugas oleh Satfung di tingkat Polres terhadap publik. Data ini terdapat pada akses dan
kualitas laporan pertanggungjawaban dan laporan SIMAK BMN.
5. Capaian Kinerja
Hasil pembahasan kerangka metodologi ITK, meliputi temuan sebagai berikut:
1. Kinerja fungsi utama;
2. Kinerja satker Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro;
3. Sub-indeks isu prioritas Polri:
a. Sub-indeks Integritas versi masyarakat;
b. Sub-indeks Profesionalitas;
c. Sub-indeks Upaya Menuju E-Government;
d. Sub-indeks Kesetaraan Jender.
4. Survei Pelayanan Publik Bidang SIM dan SKCK (Permenpan-RB No. 15 tahun 2014);
5. Survei Pelayanan Tingkat Kerawanan Praktik Suap, Pemerasan dan Calo.
Skala Pengukuran pembahasan indeks dan capaian

Catatan khusus:
Proses indeks terpisah dari survei persepsi dan survei pelayanan publik. Khusus untuk
survei pelayanan publik, tim ITK mengacu pada instrumen Permenpan-RB No. 15 tahun
2014 tentang Standar Pelayanan Publik, yang terpisah dari pengukuran indeks. Meskipun
begitu ada beberapa indikator seperti Indeks kepuasan Masyarakat dan transparansi
prosedur yang beririsan dengan indikator layanan publik versi Permenpan-RB.
5

Laporan eksekutif

6

Catatan penelitian khusus untuk Satfung
Lantas Polres Metro Jakarta Barat dan
Satfung Resnarkoba Polres Tidore. Satfung
Lantas Polres Metro Jakarta Barat secara

Survey ini hendaknya dilakukan sesering
mungkin, sehingga bisa memperbaiki
kinerja Polri dan bisa menjadi bahan
evaluasi.

administratif tercatat di Polres namun secara

Responden Eksternal
Polresta Banda Aceh

fungsi dan kewenangan berada di bawah
langsung Ditlantas Polda Metro Jaya sementara Polres Tidore tidak memiliki Satfung
Resnarkoba. Dengan demikian pengukuran tidak dapat dilakukan untuk kedua Satfung
tersebut.

Skala Pengukuran Pelayanan Publik (Gabungan SIM dan SKCK)
Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 15 Tahun 2014

Skala Pengukuran Pelayanan Publik (SIM/SKCK)
Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 15 Tahun 2014

6

Laporan eksekutif

6

BAB II
TEMUAN DAN ANALISA
6. Kinerja Tugas Pokok dan Fungsi Polri

Skor Kinerja Tugas Pokok dan Fungsi Polri

6,07

LINYOMYAN

6,02

GAKKUM

HARKAMTIBMAS

5,92

Hasil perolehan skor kinerja tugas pokok Polri dan fungsi diperoleh urutan fungsi dari
yang paling tinggi adalah Linyomyan (6.07), Gakkum (6.02) dan Harkamtibmas (5.92).
Temuan ini menunjukkan diperlukannya koordinasi dan sinergi antar satuan fungsi guna
memperkuat fungsi Polri yang lebih utama. Di antara tiga fungsi Polri, fungsi
Harkamtibmas mendapatkan skor indeks terendah, karena itu pembahasan akan dimulai
dari fungsi yang memiliki nilai terendah sehingga menjadi atensi untuk diperbaiki.
1. Fungsi Harkamtibmas

2. Fungsi Gakkum
3. Fungsi Linyomyan

Sabhara
Intelkam
Binmas
Reskrim
Resnarkoba
Lantas
SPKT
SDM
Propam

7

Laporan eksekutif

6

a. Fungsi Harkamtibmas: Pencegahan Untuk Menurunkan Kejahatan
Tim ITK menemukan bahwa semakin bagus
5,88

5,75

6,23

fungsi harkamtibmas, semakin rendah jumlah
total kejahatan1. Jika dilihat dari signifikansi
kontribusi maka kontribusi satfung Sabhara
(indikator jumlah patroli) dan Intelkam

Binmas

Sabhara

Intelkam

(kecepatan

laporan

informasi)

paling

mempengaruhi penurunan tingkat kejahatan
diikuti dengan kontribusi Binmas yang telah berkontribusi di dalam penyelesaian kasus
dengan metode alternatif (ADR).
Sama halnya juga dengan temuan semakin sering Intelkam berkoordinasi dengan fungsi
lain akan mempengaruhi penurunan total kejahatan2. Dikarenakan dengan bersinergi
dengan satuan lainnya serta berjejaring maka satuan intelkam lebih responsif terhadap
dinamika masyarakat sehingga produksi Laporan Informasi ke pimpinan lebih cepat dan
tanggap.
Temuan lainnya, semakin tinggi keaktifan Forum Kemitraan Kepolisian dan Masyarakat
(FKPM) maka semakin turun tingkat kejahatan3 sehingga semakin banyak inisiatif
berjejaring dengan masyarakat dalam usaha pencegahan, maka kinerja polres semakin
optimal. Temuan ini juga sejalan dengan kebijakan Kapolri yang baru yaitu dengan
merangkul ormas-ormas nasional yang kiranya dapat diikuti oleh seluruh jajaran Polri
hingga tingkat Polres melalui pembuatan MoU, jejaring, satgas atau penguatan FKPM.

1

Tingkat signifikansi r: -0,13
Tingkat signifikansi r: -0.07
3 Tingkat signifikansi r: -0,20
2

8

Laporan eksekutif

6

Evaluasi Kebijakan Mabes Polri untuk Satfung Sabhara
Tim ITK menemukan hubungan yang kuat antara fungsi Sabhara khususnya volume
patroli dengan penurunan tingkat kejahatan. Fungsi Sabhara dapat dioptimalkan melalui
peningkatan kompetensi dan manajemen SDM Sabhara yang berorientasi pada pendidikan
karakter.

Jika dilihat dari kinerja prinsip tata kelola, satfung Sabhara mendapatkan nilai rata-rata
cukup dalam hal responsif (6.30), efektivitas (6.33) dan akuntabilitas (6.84). Prinsip yang
paling rendah adalah prinsip kompetensi (4.10). Untuk tingkat pendidikan kejuruan,
satfung ini memperoleh nilai yang terendah (Tim ITK menemukan bahwa di antara 9
satfung lainnya, Sabhara memiliki tingkat pelanggaran personel (Kode etik, disiplin dan
pidana) yang paling menonjol dengan rata-rata 5 personel per polres yang melanggar
khususnya pelanggaran disiplin.

Selain karakteristik pekerjaan yang cenderung berat di lapangan, tim ITK juga
menemukan adanya persepsi internal bahwa satfung Sabhara adalah
pe a pu ga

tempat

anggota satfung lain yang melakukan pelanggaran. Pembentukan karakter

pasukan Sabhara perlu diperbaiki karena jika personel yang berfungsi menjaga ketertiban
masyarakat, memiliki banyak kasus pelanggaran maka hal ini menjawab mengapa persepsi
masyarakat melihat satfung Sabhara rawan kekerasan.

9

6

Laporan eksekutif

Evaluasi Kebijakan Mabes Polri untuk Binmas
1 Desa: 1 Bhabinkamtibmas
Minimal 1 Desa 1 Bhabinkamtibmas adalah upaya Polri untuk mengoptimalkan fungsi
pencegahan dengan menjaga Keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas). Jumlah
Desa dan Kelurahan di Indonesia (Permendagri No 56 Tahun 2015) sebanyak 83.184.
Jumlah Bhabinkamtibmas (Desember 2015) tercatat sebanyak 52.899 personel. Namun,
anggota Definitif (1 Desa 1 Bhabinkamtibmas) sebanyak 36.981 personel, sementara
15.918 personel Bhabinkamtibmas ditempatkan pada lebih dari 2 desa/Kelurahan. Untuk
memenuhi target minimal 1 desa 1 bhabinkamtibmas masih kurang 30.285 personel
Bhabinkamtibmas (termasuk rangkap).
Jika dilihat lebih jauh diantara sampel 70 Polres, ditemukan 6 polres yang telah
memiliki bhabinkamtibmas definitif, namun masih terdapat kekurangan jumlah
bhabinkamtibmas dan sarana. Dari data ini, dapat dilihat bahwa setiap daerah menghadapi
luas wilayah dan juga karakter masyarakat yang berbeda sehingga membutuhkan sarana
yang memadai untuk menjangkau hingga ke pelosok.
Desa/
Kel

Personel
Bhabin
kamtibmas

Kota DIY

45

46

46

32,50

407.904

0,77 km2

Memadai

Bantul

75

75

75

508,13

913.407

6,77 km2

Memadai

Denpasar

43

56

56

127,78

632.460

2,26 km2

Sangat Memadai

Badung

62

51

51

418,62

461.384

8,19 km2

Kurang anggota

Mataram

102

102

20

61,30

411.745

0.59 km2

Kurang sarana

Lotim

254

254

18

1,230

1.280.446

4,84 km2

Kurang sarana

Polres

R2

Luas
(KM2)

Jumlah
Penduduk

Wilayah/
Bhabin
kamtibmas

Status

10

6

Laporan eksekutif

Di sisi lain, terdapat 6 Polres yang memiliki kekurangan bhabinkamtibmas terbesar
antara lain:
Polres

Desa
/Kel

Anggota

R2

Bhabin
Kamtibmas

Luas
(KM2)

Jumlah
Penduduk

Wilayah

Status

Bhabin
kamtibmas

Makassar

143

123

46

199,26

1.651.146

(Km2)
1,61

Pangkep

103

38

0

1.132

358.294

29,78

Palembang

107

107

107

369,22

1.549.147

3,44

Ogan Ilir

238

77

4

2.666

428.382

34,62

Bengkulu

67

67

3

151,70

360.747

2,25

Kepahiang

117

35

10

665

145.286

19

Kurang anggota &
sarana
Kurang anggota &
sarana
Memadai
Kurang anggota &
sarana
Kurang anggota &
sarana
Kurang anggota &
sarana

Diantara 70 polres, contoh ekstrim ditemukan di Polres Jayapura dimana hanya
memiliki 1 bhabinkamtibmas definitif dan 125 bhabinkamtibmas rangkap, dengan luas
wilayah binaan 935,9 km2 dan 144 desa yang berarti per bhabinkamtibmas (jika
bhabinkamtibmas rangkap dihitung juga) menyusuri 7 – 14 km2 per hari dengan jalan kaki
karena sarana kurang memadai.
Beban kerja (wilayah patroli, jumlah masyarakat) di atas masih ditambah dengan
minimnya dukungan anggaran untuk setiap
bhabinkamtibmas

yang

hanya

Rp.

1.100.000/bulan atau Rp. 45.000/hari untuk

Tambahan personil bhabinkamtibmas
bagi yang wilayah sangat luas.

operasional (bensin, komunikasi dan makan).

Responden Eksternal Kota Surabaya

Hal ini dirasa jauh dari memadai, terutama bagi
mereka yang menangani desa dengan kondisi geografis dan wilayah yang sulit dan luas (hal
ini seperti terjadi di desa/kelurahan di wilayah timur).

11

Laporan eksekutif

6

Evaluasi Kebijakan Mabes Polri untuk Satfung Intelkam
Intelkam memiliki skor tertinggi dibandingkan dengan dua satfung lainnya yaitu Binmas
dan Sabhara. Dengan skor 6.23 (kategori cukup), intelkam dianggap berperilaku baik,
cukup responsif dan efektif. Namun untuk prinsip kompetensi, akuntabilitas dan keadilan,
masih harus lebih ditingkatkan. Dikarenakan fungsi Intelkam adalah pencegahan maka
kompetensi dalam mendektesi potensi ancaman dan kejabatan menjadi sangat penting
bagi satuan ini. Namun tim ITK menemukan bahwa rata-rata hanya 11 personel dari 50-70
anggota yang telah menjalani pendidikan kejuruan. Sebagian besar personel intelkam
mendapatkan program pelatihan.

Sarana Intelkam juga perlu mendapatkan perhatian guna memastikan satuan ini dapat
mengikuti perkembangan jaman khususnya peralatan teknologi yang dapat membantu
pelaksanaan tugas di lapangan. Contoh yang dapat diambil adalah pemuktahiran peta
kerawanan yang masih manual berupa peta di dinding, pigura atau papan putih yang
cenderung kurang diperbaharui. Jika sistem pembuatan peta kerawanan ini dapat
dimuktakhirkan maka fungsi pencegahan dapat menjadi lebih efisien dan efektif. Contoh
jika peta kerawanan dapat diakses oleh Sabhara dan satuan penegak hukum lainnya maka
dua tugas pokok Polri dapat lebih optimal.

Khusus untuk fungsi pelayanan publik, pelayanan SKCK masih belum menjadi prioritas
jika dibandingkan dengan Layanan SIM. Dari sisi fasilitas, layanan SKCK masih lebih
terbatas dan informasi pembuatan SKCK belum dapat diakses secara online. Satker
Intelkam di tingkat Mabes dapat membuat standar survei kepuasan pelayanan publik yang
diadopsi oleh seluruh layanan SKCK di seluruh polres di Indonesia.

12

6

Laporan eksekutif

b. Fungsi Gakkum: Koordinasi Meningkatkan Efektivitas
6,15
Dari
sampel
Polres/
Polrestata/
Polrestabes/ Polres Metro terdapat
kesenjangan antara jumlah kasus yang
dianggarkan dengan total kasus yang
ditangani yang menyebabkan persepsi
integritas menjadi lebih buruk.

5,89

Reskrim

Resnarkoba

Tim ITK juga menemukan hubungan yang kuat
antara

indikator

koordinasi

reskrim

dan

intelkam dengan indikator efektivitas reskrim
khususnya

penyelesaian

kasus4.

Hal

ini

menunjukkan bahwa dengan berkoordinasi

Banyak penyidik tidak menguasai
secara kompershentif pasal-pasal
dalam KUHP sehingga seringkali
keegoan/arogan yang dikedepankan
dan berakibat perselisihan.

dengan Intelkam, maka Reskrim dapat lebih
efektif di dalam penyelesaian kasus.

Responden Eksternal
Kabupaten Asahan

Tim ITK juga menemukan pola kesenjangan penanganan kasus baik di tingkat Polda dan
Polres terutama dalam hal kesenjangan jumlah kasus yang dianggarkan dan jumlah kasus
yang ditangani per tahun. Seringkali satfung reserse dihadapkan dengan kenyataan bahwa
mereka harus menerima penanganan kasus yang tidak dianggarkan. Untuk tingkat Polda,
hanya 36% kasus yang dianggarkan sedangkan di tingkat Polres, hanya rata-rata 51% kasus
yang dapat dianggarkan.

Satuan
Fungsi

Tipe Kejahatan

Reskrimum

Kejahatan
Umum

Reskrimsus

Kejahatan
Khusus
(Korupsi, cyber
crime, dll)

Reskrim
Narkoba

Kejahatan
Narkoba

Tingkat*

Total Kasus
kejahatan tingkat
Polda **

Total kasus
ditangani per
tahun

Kasus yang
dianggarkan

Polda

±130,264

± 19,670

36%

Polres
Polda

±57,489
±5,599

±36,150
± 4,239

51%
36%

Polres

Tidak ada Reskrimsus di Polres, kasus kriminal
khusus digabung dengan Reskrimum

Polda

±14,563

± 4,135

36%

Polres

±6,934

±7,464

72%

* Polda dan Polres dapat melimpahkan kasus antar tingkatan
** Data yang diberikan Polda dan Polres yang menjadi sampel ITK

4

Tingkat signifikansi (r: 0,26).

13

Laporan eksekutif

6

Akibatnya, ITK menemukan bahwa terpaksa mereka harus swadaya baik dengan cara
menggunakan biaya dukungan operasional Kapolres, sumber lainnya atau dengan cara
meminta biaya baik ke terlapor dan pelapor. Sayangnya, kesenjangan ini menciptakan
efek domino negatif terhadap keseluruhan integritas penegakan hukum di Polri terutama
Satuan Reserse. Hal ini terbukti dengan temuan survei integritas terpisah dari indeks yang
menaruh dua satuan penegak hukum ini ke posisi tiga teratas di dalam kerawanan
terhadap penyuapan dan pemerasan Karenanya komposisi anggaran, terutama terhadap
penanganan kasus harus diperhatikan dan diprioritaskan agar persepsi publik terhadap
integritas penegakan hukum Polri semakin baik.
c. Fungsi Linyomyan: Tingkatkan Kualitas Pelayanan bukan Pencitraan.
6,47

6,55

5,89

4,44

Untuk pelayanan internal, oleh fungsi Sumda
dirasakan oleh kalangan internal sudah cukup
akomodatif di dalam pelayanan personil,
namun masih dirasa perlu meningkatkan
jumlah pelatihan peningkatan kompetensi
personil polres dan mengusulkan anggota

SumdaPropam

Lantas SPKT

untuk mengikuti Dikjur.

Sebagai tolak ukur kinerja pengawasan tindak tanduk personil oleh Propam, total kasus
yang ditangani oleh 70 Polres dalam setahun terakhir berjumlah 6,008, dimana 88% atau
5,298 kasus dapat diselesaikan. Tingkat penanganan terhadap aduan masyarakat juga
mencapai 86% dari total aduan.
Namun demikian, ITK menemukan tingkat kepatuhan fungsi Propam dalam
mengeluarkan surat rehabilitasi terhadap anggota yang telah selesai melaksanakan
hukuman dan pengawasan. Hal ini tentu merugikan, karena dengan belum keluarnya surat
rehabilitasi maka anggota tersebut belum dapat diusulkan untuk mendapatkan kenaikan
pangkat atau mengikuti dikjur/pelatihan oleh Sumda. Sama halnya dengan penerbitan
Surat Pemberitahuan Hasil Perkembangan Pengawasan (SPHP2) yang rata-rata tidak
dibuat atau dibuat namun tidak dikirimkan. SPHP2 seharusnya dikirimkan kepada terlapor
dan pelapor dengan cara dikirimkan melalui email, pos atau pengiriman langsung jika
memungkinkan.
14

Laporan eksekutif

6

Sementara itu, untuk kualitas pelayanan Polri ke publik, temuan ITK menunjukkan
bahwa kinerja tata kelola dan integritas Lantas mendapatkan skor rata-rata terendah di
antara seluruh satfung. Hal ini dikarenakan survei integritas masyarakat terhadap personel
Lantas menunjukkan tingginya kerawanan suap dan pemerasan yang dilakukan di jalan
raya, hal ini tidak lepas dari persepsi pengalaman masyarakat yang kerap kali terkena
imbas operasi-operasi yang jarang dilaporkan dan dipublikasikan tujuannya (grafik tingkat
kerawanan dapat dilihat di bagian Capaian Integritas).
SPKT mendapatkan nilai indeks tertinggi di antara tiga satfung lain, namun perlu
dicatat bahwa fungsinya belum maksimal seperti yang seharusnya, misalnya banyak
ditemukan di lapangan ruangan SPKT hanya seluas satu ruangan untuk 2 orang, hal ini jauh
dari kata memenuhi standar pelayanan kepada publik. Fakta ini jelas jauh dari tujuan
utama fungsi SPKT yakni menjadi sentra pelayanan publik. Akibatnya indikator penilaian
kinerja SPKT hanya berkisar pada fungsi administrasi kasus.
Fungsi utama yang dirasakan cukup baik oleh masyarakat adalah terakomodirnya
laporan kasus dan ditindaklanjutinya berkas ke satfung yang terkait. Namun, sayangnya
tim ITK menemukan bahwa mayoritas SPKT
masih memiliki sistem pencatatan manual,
hanya

berupa

buku

tamu

yang

jarang

direkapitulasi berdasarkan kategori kasus,

Masih banyak warga yang bingung
untuk melapor kasus atau masalah
yang terjadi, sebaiknya polisi lebih
banyak mensosialisasikan akes
pelaporan kepada polisi.

profil pelapor dan sebagainya.

Responden Eksternal
Kota Waringin Timur

Khusus untuk fungsi Lantas, terdapat 3
prinsip yang masuk ke dalam kategori cukup yaitu perilaku, transparansi dan akuntabilitas.
Namun keempat prinsip lainnya, kompetensi, responsif, keadilan dan efektivitas
mendapatkan nilai merah. Dalam hal responsif, Lantas

dinilai keadilan, temuan ITK

menunjukkan bahwa masih terjadi kesenjangan pelayanan khususnya pelaksanaan
pengaturan, pengawalan dan patrol (turjawali) dan layanan SIM.

15

6

Laporan eksekutif

7. Kinerja Satker Polres Per Tipe Polres/ Polresta/ Polrestabes/ Polres Metro
Dari perolehan indeks, skor rata-rata kinerja polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro
adalah 6,01 yang menunjukkan peningkatan 0,31 dari rata-rata kinerja Polda 5,69 tahun
lalu. Peningkatan skor indeks ini menunjukkan dampak langsung dari perbaikan di tingkat
Polda terhadap tingkat Polres.
Rangking Kinerja ITK Polrestabes
Untuk level Polrestabes, rata-rata
kinerja mencapai skor indeks 6,289

Polrestabes Semarang

6,706

yang masuk ke dalam kategori
Polrestabes Makasar

cukup. Dengan beban kerja yang
tinggi, skor pencapaian ini cukup

6,385

Polrestabes Bandung

6,216

memadai untuk menjadi indikasi
Polrestabes Surabaya

awal bahwa Polrestabes berusaha
menyeimbangkan

antara

beban

5,850
0

2

4

6

8

10

Rata-Rata 6,289

internal dan eksternal.
Rangking Kinerja ITK Polresta
Polresta Palembang (1)
Polresta Pontianak Kota (2)
Polresta Bekasi Kota (3)
Polresta Samarinda (4)
Polresta Depok (5)
Polresta Banda Aceh (6)
Polresta Yogyakarta (7)
Polresta Jambi (8)
Polresta Denpasar (9)
Polresta Pekanbaru (10)
Polresta Medan (11)
Polresta Bandar Lampung (12)
Polresta Barelang (13)
Polresta Manado (14)
Polresta Banjarmasin (15)
Polresta Padang (16)

6,462
6,341
6,338
6,287
6,091
6,045
6,042
6,036
5,954
5,788
5,759
5,580
5,561
5,421
5,200
5,184

0

2

4

6

8

Demikian juga dengan 16 Polresta yang
juga cenderung memiliki beban kerja tinggi
di ibukota provinsi, capaian rata-rata 5.881
masuk ke dalam kategori cukup dan masih
perlu banyak perbaikan terutama di dalam
menjaga keseimbangan antara lapangan
dan tata kelola internal.
10

Rata – Rata 5,881

16

6

Laporan eksekutif

Rangking Kinerja ITK Polres
Polres Ogan Ilir (1)
Polres Mataram (2)
Polres Sorong/Aimas (3)
Polres Sorong Kota (4)
Polres Semarang (5)
Polres Deli Serdang (6)
Polres Balikpapan (7)
Polres Bantul (8)
Polres Asahan (9)
Polres Lo ok Ti ur…
Polres Dumai (11)
Polres Sidoarjo (12)
Polres Tanah Laut (13)
Polres Palu (14)
Polres Kotawari gi …
Polres Konawe (16)
Polres Pangkep (17)
Polres Gorontalo (18)
Polres Garut (19)
Polres Bandung (20)
Polres Kendari (21)
Polres Parigi Mouto g…
Polres Kendal (23)
Polres Mamuju (24)
Polres Lebak (25)
0

6,815
6,589
6,566
6,519
6,512
6,476
6,476
6,457
6,427
6,399
6,390
6,302
6,290 Rata 6,287 Rata
6,275
6,023
6,244
6,208
6,192
6,170
6,162
6,150
6,145
6,039
6,000
5,953
2

4

6

8

10

Polres Gorontalo Kota (26)
Polres Bengkulu (27)
Polres Tidore (28)
Polres Palangka Raya (29)
Polres Aceh Besar (30)
Polres Sambas (31)
Polres Serang (32)
Polres Badung (33)
Polres Metro Jakarta…
Polres Jayapura (35)
Polres Gresik (36)
Polres Ternate (37)
Polres Minahasa (38)
Polres Bangka Barat (39)
Polres Kepahiang (40)
Polres Pangkal Pinang (41)
Polres Batang Hari (42)
Polres Maluku Tengah (43)
Polres Jayapura Kota (44)
Polres La pu g Te gah…
Polres Kupang Kota (46)
Polres P. A o & PP.…
Polres Bukit Tinggi (48)
Polres Tanjung Pinang (49)
Polres Kupang (50)
0

5,951
5,921
5,906
5,889
5,857
5,813
5,813
5,772
5,772
5,768
5,764
5,762
5,761
5,758
5,717
5,713
5,697
5,670
5,662
5,656
5,654
5,632
5,628
5,381
5,202
2

4

6

8

Khusus untuk tipe Polres, nilai rata-rata kinerja Polres adalah 6,023 yang masuk ke
dalam ketegori cukup. Jika dibandingkan dengan beban kerja Polresta/Polrestabes, maka
Polres bisa jadi setara atau lebih rendah.
Perkembangan cukup signifikan dialami oleh Polres Sorong, Polres Sorong Kota dan
Polres Lombok Timur sebagai polres dari daerah Timur yang mampu menduduki papan
atas telah membuktikan bahwa ITK murni soal tata kelola dan kinerja Polresnya, bukan
hanya soal fasilitas, sarana dan prasarana. Namun demikian, terdapat beberapa catatan
khusus pada prinsip kompetensi, responsif dan akuntabilitas, dimana perlu diperbaiki
khususnya oleh polres-polres di bagian timur.
Posisi atas ini diikuti pula oleh Polres Ogan Ilir (6,815) dan Polres Mataram (6,589).
Sedangkan skor terendah diperoleh oleh Polres Bukit Tinggi (5,628), Polres Tanjung Pinang
(5.381) dan Polres Kupang dengan (5,202).

17

10

Laporan eksekutif

6

Rangking Umum ITK 70 Polres

Polres Ogan Ilir (1)
Polrestabes Semarang (2)
Polres Mataram (3)
Polres Sorong/Aimas (4)
Polres Sorong Kota (5)
Polres Semarang (6)
Polres Deli Serdang (7)
Polres Balikpapan (8)
Polresta Palembang (9)
Polres Bantul (10)
Polres Asahan (11)
Polres Lombok Timur (12)
Polres Dumai (13)
Polrestabes Makassar (14)
Polresta Pontianak Kota (15)
Polresta Bekasi Kota (16)
Polres Sidoarjo (17)
Polres Tanah Laut (18)
Polresta Samarinda (19)
Polres Palu (20)
Polres Kotawaringin Timur (21)
Polres Konawe (22)
Polrestabes Bandung (23)
Polres Pangkep (24)
Polres Gorontalo (25)
Polres Garut (26)
Polres Bandung (27)
Polres Kendari (28)
Polres Parigi Moutong (29)
Polresta Depok (30)
Polresta Banda Aceh (31)
Polresta Yogyakarta (32)
Polres Kendal (33)
Polresta Jambi (34)
Polres Mamuju (35)

Polresta Denpasar (36)
5,954
6,815
Polres Lebak (37)
5,953
6,706
Polres Gorontalo Kota (38)
5,951
6,589
Polres Bengkulu (39)
5,921
6,566
Polres Tidore (40)
5,906
6,519
Polres Palangka Raya (41)
5,889
6,512
Polres Aceh Besar (42)
5,857
6,476
Polrestabes Surabaya (43)
5,850
6,476
Polres Sambas (44)
5,813
6,462
Polres Serang (45)
5,813
6,457
Polresta Pekanbaru (46)
5,788
6,427
Polres Badung (47)
5,772
6,399
Polres Metro Jakarta Barat…
5,772
6,390
Polres Jayapura (49)
5,768
6,385
5,764
6,341 Rata - Rata Polres Gresik (50)
Polres Ternate (51)
5,762
6,338
Polres Minahasa (52)
5,761
6,01
6,302
Polresta Medan (53)
5,759
6,290
Polres Bangka Barat (54)
5,758
6,287
Polres Kepahiang (55)
5,717
6,287
Polres Pangkal Pinang (56)
5,713
6,275
Polres Batang Hari (57)
5,697
6,244
Polres Maluku Tengah (58)
5,670
6,216
Polres Jayapura Kota (59)
5,662
6,208
Polres Lampung Tengah (60)
5,656
6,192
Polres Kupang Kota (61)
5,654
6,170
Polres P. A o & PP. Lease…
5,632
6,162
Polres Bukit Tinggi (63)
5,628
6,150
Polresta Bandar Lampung (64)
5,580
6,145
Polresta Barelang (65)
5,561
6,091
Polresta Manado (66)
5,421
6,045
Polres Tanjung Pinang (67)
5,381
6,042
Polres Kupang (68)
5,202
6,039
Polresta Banjarmasin (69)
5,200
6,036
Polresta Padang (70)
5,184
6,000
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ketika ketiga tipe Polres/Polresta/Polrestabes/Polres Metro digabungkan maka
didapatkan rangking umum ITK dimana semua tipe polres berusaha diperbandingkan
dengan menggunakan kerangka dan indikator yang sama. Tim ITK menemukan tren
polresta dengan beban kerja yang tinggi, memiliki kesulitan guna menjaga keseimbangan
lapangan dan tata kelola. Sebagai evaluasi kebijakan Mabes Polri, terbukti kunci dari
peningkatan reformasi birokrasi terletak pada kesinambungan sistem, bukan hanya faktor
pemimpin. Karenanya tren Polres yang memiliki indeks tata kelola (ITK) lebih baik
disumbang oleh fokus terhadap kesinambungan sistem yang bekerja pada sebuah institusi.
Tentunya rangking umum ini akan diuji oleh waktu terutama kesinambungan sistem yang
sedang atau telah dibangun.

18

6

Laporan eksekutif
8. Analisa Kinerja Prinsip per Satfung
Tabel Kinerja Prinsip Per Satfung
Prinsip

SPKT Sumda Intelkam

Kompetensi
Responsif
Perilaku
Transparansi
Keadilan
Efektivitas
Akuntabilitas
Skor Kinerja
Satfung

Reskrim

Propam

Binmas

4.48
7.60
8.61
7.02
5.40
8.30
4.34

3.84
6.37
8.42
6.80
7.19
6.29
6.14

4.56
6.41
7.93
6.30
5.70
7.26
5.47

4.65
4.19
7.61
5.84
5.90
7.02
7.84

3.74
4.76
7.16
5.49
4.09
8.41
7.60

3.80
5.38
8.46
5.39
4.17
7.82
5.73

6.53

6.43

6.23

6.15

5.89

5.82

Res
Sabhara Lantas
narkoba
4.04
4.10
4.06
3.94
6.30
5.77
7.95
5.78
6.76
6.50
5.78
6.48
5.42
5.08
4.37
6.44
6.33
5.39
6.38
6.84
6.08
5.81

5.74

5.55

Tabel rata-rata nilai per Prinsip
Prinsip
Perilaku
Efektivitas
Akuntabilitas
Transparansi

Rata-rata
7,61
6,90
6,21
6,14

Prinsip
Responsif
Keadilan
Kompetensi

Rata-rata
5,59
5,24
4,14

Tabel di atas menunjukkan bahwa prinsip yang paling lemah secara berurutan adalah
kompetensi, diikuti dengan keadilan, responsif, transparansi, akuntabilitas, efektivitas, dan
perilaku. Khusus untuk perilaku yang merupakan bagian dari integritas, tim ITK
memverifikasi data tersebut dengan survei persepsi masyarakat tentang praktik-praktik riil
di lapangan dengan menanyakan tingkat kerawanan praktik suap, pemerasan, kekerasan
dan keberadaan calo di layanan publik.

Program prioritas Kapolri telah sejalan dengan temuan ITK dimana peningkatan
kompetensi personil Polri melalui pendidikan kejuruan dan pelatihan guna meningkatkan
profesionalisme untuk memastikan personil paham dan dapat mengatasi permasalahan
yang ditemukan di lapangan, serta menyeimbangkan kapasitas lapangan dengan
manajerial seperti pelaporan dan pengawasan yang dibutuhkan untuk mencapai world
class organization pada tahun 2025.

19

Laporan eksekutif

6

Tren Skor Tata Kelola
10,00
9,00

Kompetensi

8,00

Skor Prinsip

7,