Peraturan Dirjen Perbendaharaan | KPPN TANJUNGBALAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 37/PB/2006
TENTANG
PENGELOLAAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dalam rangka melaksanakan amanah seluruh Pegawai Negeri
Sipil Pusat/Daerah, Personil Kepolisian Republik Indonesia, dan
Tentara Nasional Indonesia berkenaan dengan penyelenggaraan
Asuransi Kesehatan, Pensiun, Dana Tunjangan Hari Tua, Tabungan
Perumahan, dan Penyaluran Beras daerah tertentu yang ditunjuk
Menteri Keuangan;

b.


bahwa dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan untuk
memenuhi hak Pihak ketiga, terkait dengan pengembalian penerimaan
Perhitungan Fihak Ketiga secara lebih tepat;

c.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a dan b, dipandang perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan tentang Pengelolaan Perhitungan Fihak Ketiga;

: 1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43
Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890);


2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 4286);

3.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

5.


Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1971 tentang Asuransi Sosial
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia;

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil;

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan
Kesehatan PNS, Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan
Beserta Keluarganya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1991 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3456);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan Iuran

Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan Bagi Pegawai
Negeri Sipil dan Penerima Pensiun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4294);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4614);

10. Keputusan Presiden Nomor 56 Tahun 1974 tentang Pembagian,
Penggunaan, Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Besarnya Iuran-Iuran
yang Dipungut dari Pegawai Negeri, Pejabat Negara, dan Penerima
Pensiun sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor
8 Tahun 1974;
11. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan
Perumahan Pegawai Negeri Sipil Jo. Keputusan Presiden Nomor 46
Tahun 1994;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.06/2005 Tentang Bagan
Perkiraan Standar;
13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2005 tentang Petunjuk
Penyusunan, Penelaahan, Pengesahan, dan Revisi Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun Anggaran 2006;
14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang
Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara;
15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
16. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang
Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai
Negeri Sipil;
17. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 426/KMK.01/2004;
18. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.06/2005 tanggal 4 Juli
2005 tentang Pendelegasian Wewenang dari Menteri Keuangan Kepada
Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan untuk
Menetapkan Perhitungan Rampung (Definitif) Perhitungan Fihak Ketiga;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: PERATURAN

DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
TENTANG PENGELOLAAN PERHITUNGAN FIHAK KETIGA.
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini yang dimaksud
dengan:
1.

Perhitungan Fihak Ketiga untuk selanjutnya disebut PFK adalah
sejumlah dana yang dipotong langsung dari gaji pokok pegawai negeri
dan tunjangan keluarga, serta iuran asuransi kesehatan yang disetor
oleh provinsi/kabupaten/kota untuk disalurkan kepada Pihak Ketiga.

2.

Pengelolaan PFK adalah kegiatan-kegiatan yang meliputi penerimaan,

pengujian, pengembalian penerimaan, dan penetapan perhitungan
rampung (definitif).

3.

Pihak Ketiga adalah Pihak-Pihak yang menerima pembayaran
pengembalian penerimaan PFK.

4.

Surat Permohonan Penerbitan Surat Ketetapan Pembayaran untuk
selanjutnya disebut SPP-SKP adalah surat permintaan dari Pihak
Ketiga untuk diterbitkan SKP Pengembalian Penerimaan PFK.

5.

Surat Ketetapan Pembayaran untuk selanjutnya disebut SKP adalah
suatu
dokumen
yang

diterbitkan oleh
Direktur
Jenderal
Perbendaharaan selaku Kuasa Bendahara Umum Negara sebagai
ketetapan pembayaran PFK.

6.

Surat Permintaan Pembayaran Perhitungan Fihak Ketiga untuk
selanjutnya disebut SPP-PFK adalah suatu dokumen yang
dibuat/diterbitkan oleh Pihak Ketiga berdasarkan SKP dan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa
Bendahara Umum Negara.

7.

Surat Perintah Membayar Pengembalian Penerimaan Perhitungan
Fihak Ketiga untuk selanjutnya disebut SPM-PP-PFK adalah dokumen
yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan selaku Kuasa
Bendahara Umum Negara sebagai dasar penerbitan SP2D.


8.

Surat Perintah Pencairan Dana untuk selanjutnya disebut SP2D adalah
surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara
Umum Negara di daerah untuk pembayaran PFK berdasarkan SPMPP-PFK.

9.

Laporan Realisasi Penerimaan PFK untuk selanjutnya disebut LRPPFK adalah laporan yang digunakan sebagai dasar pembayaran
pengembalian penerimaan PFK dan ditandatangani oleh pejabat yang
berwenang.

10. Daftar Realisasi Penerimaan PFK untuk selanjutnya disebut DRP-PFK
adalah daftar penerimaan PFK yang dikirimkan oleh seluruh KPPN tiap
bulannya.
Pasal 2
Pegawai Negeri terdiri dari:
1. Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari PNS Pusat/Daerah, PNS POLRI,
PNS Dephan;

2. Anggota POLRI;
3. Anggota TNI.
Pasal 3
Pihak Ketiga yang berhak mendapatkan pembayaran
penerimaan PFK adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pengembalian

PT Taspen (Persero);
PT Askes (Persero);
PT Asabri (Persero);
Pusku POLRI;
Pusku Dephan;

Perum Bulog;
Sekretariat Tetap Bapertarum-PNS.
Pasal 4

Dalam Peraturan ini yang dipergunakan sebagai dokumen sumber
penerimaan PFK adalah Surat Perintah Membayar Langsung (SPM-LS)
Gaji yang sudah diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana dan Surat
Setoran Bukan Pajak.

Pasal 5
Penerimaan PFK meliputi:
1. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji PNS Pusat;
2. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji PNS Daerah;
3. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji POLRI dan PNS POLRI;
4. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji TNI dan PNS Dephan;
5. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan
PNS Pusat. Termasuk potongan 2% Askes dari Pensiun yang
dibayarkan melalui PT Asabri;
6. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan
PNS Daerah;
7. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan
POLRI dan PNS POLRI;
8. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan
TNI dan PNS DEPHAN;
9. Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog PNS Pusat;
10. Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog POLRI dan PNS POLRI;
11. Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog TNI dan PNS Dephan;
12. Penerimaan Setoran PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan Provinsi;
13. Penerimaan Setoran PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Kabupaten/Kota;
14. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Bidan/Dokter PTT;
15. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Pensiun TNI/PNS Dephan;
16. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Pensiun POLRI/PNS POLRI.
17. Penerimaan Setoran Potongan PFK Tabungan Wajib Perumahan PNS
Pusat;
18. Penerimaan Setoran Potongan PFK Tabungan Wajib Perumahan PNS
Daerah.
Pasal 6
(1) Dalam Peraturan ini yang dipergunakan sebagai dokumen sumber
pengembalian penerimaan PFK adalah SPM-PP-PFK yang sudah
diterbitkan Surat Perintah Pencairan Dana.
(2) SPM-PP-PFK diterbitkan paling lambat 2 hari kerja sejak diterimanya
SPP-PFK dari Pihak Ketiga.
Pasal 7
Persentase Pembagian Pengembalian Penerimaan PFK adalah:
1. PFK 10 % Gaji PNS Pusat/Daerah
a. 4,75% Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun PNS kepada PT
Taspen (Persero);
b. 3,25% Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua PNS kepada
PT Taspen (Persero);
c. 2,00% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS
kepada PT Askes (Persero).
2.

PFK 10% Gaji POLRI/PNS POLRI
a. 4,75% Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun POLRI dan PNS
POLRI kepada PT Asabri (Persero);

b. 3,25% Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua POLRI dan
PNS POLRI kepada PT Asabri (Persero);
c. 2,00% Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan dan
Kesehatan POLRI dan PNS POLRI kepada Pusku POLRI.
3.

PFK 10% Gaji TNI/PNS Dephan
a. 4,75% Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun Personel TNI dan
PNS Dephan kepada PT Asabri (Persero);
b. 3,25% Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua TNI dan
PNS Dephan kepada PT Asabri (Persero);
c. 2,00% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS
kepada Pusku Dephan.

4.

PFK 2 % Gaji Terusan
a. PFK 2% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS
Pusat kepada PT Askes (Persero). Termasuk potongan 2% Askes
dari Pensiun yang dibayarkan melalui PT Asabri;
b. PFK 2% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS
Daerah kepada PT Askes (Persero);
c. PFK 2% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan POLRI
dan PNS POLRI kepada Pusku POLRI;
d. PFK 2% Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan TNI dan
PNS Dephan kepada Pusku Dephan.

5.

PFK Pengembalian Penerimaan PFK Beras Bulog PNS Pusat,
POLRI/PNS POLRI, TNI/PNS Dephan kepada Perum Bulog;

6.

PFK 2% Pengembalian Penerimaan Setoran PFK 2% Iuran Asuransi
Kesehatan Provinsi Iuran Asuransi Kesehatan Pemerintah Daerah
Provinsi kepada PT Askes (Persero);

7.

PFK 2% Pengembalian Penerimaan Setoran PFK 2% Iuran Asuransi
Kesehatan Kabupaten/Kota Iuran Asuransi Kesehatan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota kepada PT Askes (Persero);

8.

PFK 2% Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan Iuran Asuransi
Kesehatan Bidan/Dokter PTT kepada PT Askes (Persero);

9.

PFK 2% Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan Iuran Asuransi
Kesehatan Pensiun TNI/PNS Dephan kepada PT Askes (Persero);

10. PFK 2% Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan Iuran Asuransi
Kesehatan Pensiun POLRI/PNS POLRI kepada PT Askes (Persero);

11. PFK Pengembalian Penerimaan PFK Tabungan Perumahan PNS
Pusat/Daerah Tabungan Wajib Perumahan PNS Pusat/Daerah untuk
Sekretariat Tetap Bapertarum-PNS.
Pasal 8
(1) Pembayaran pengembalian penerimaan PFK:
a. Pembayaran Bulanan, sebesar persentase tertentu dari penerimaan
PFK bulan sebelumnya.
b. Pembayaran Rampung (Definitif) Tahunan, sebesar kekurangan
pembayaran pengembalian penerimaan PFK selama satu tahun
anggaran.
(2) Kebijaksanaan penentuan dasar perhitungan dan persentase
pengembalian penerimaan PFK ditentukan oleh Direktur Pengelolaan
Kas Negara.
(3) Khusus untuk awal tahun anggaran pengembalian penerimaan PFK
bulan Januari dibayar berdasarkan penerimaan PFK bulan Desember
tahun anggaran sebelumnya.

(4) Selisih kurang/lebih pembayaran pengembalian penerimaan PFK
diperhitungkan dalam Pembayaran Rampung (Definitif) Tahunan.
Pasal 9
(1) Pembayaran pengembalian penerimaan PFK Bulog dilakukan oleh
KPPN yang mengelola penerimaan PFK Bulog dan diatur dalam
peraturan tersendiri.
(2) Penerimaan dan pengembalian penerimaan PFK merupakan transaksi
non anggaran dan pencairannya tidak memerlukan DIPA.
(3) Transaksi penerimaan dan pengembalian penerimaan PFK
menggunakan kode BA (069), kode Eselon I (08), kode satker 440780,
dan kode lokasi sesuai dengan lokasi satker penerbit SPM.
Pasal 10
Petunjuk Teknis dan dokumen-dokumen yang terkait dalam rangka
pengelolaan PFK diatur dalam Lampiran Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan ini.
Pasal 11
(1) Dengan berlakunya peraturan ini, maka Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor PER-111/PB/2005 tanggal 16 Pebruari 2005
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran PFK dinyatakan tidak
berlaku.
(2) Segala sesuatu yang terkait dengan pengelolaan PFK dan belum
diatur dalam peraturan Direktur Jenderal ini akan diatur kemudian
dan/atau ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama dengan Pihak
Ketiga.
Pasal 12
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
Agustus 2006
DIREKTUR JENDERAL,

MULIA P. NASUTION
NIP 060046519

LAMPIRAN Ia
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 37/PB/2006 TENTANG PENGELOLAAN
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA

BERITA ACARA
REKONSILIASI TRIWULAN .......
NO: BA-…../PB.3/2006 (PKN)
NO:…..(Pihak Ketiga)
Pada hari ini ........ tanggal ........ bulan ....... tahun...... , bertempat di ............, mulai pukul ...........
WIB sampai dengan selesai telah dilaksanakan rekonsiliasi data Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
Triwulan ..... dengan acara sebagai berikut:
a) Pembukaan;
b) Absensi;
c) Rekonsiliasi data PFK;
d) Penandatanganan Berita Acara Rekonsiliasi;
e) Penutup.
Dihadiri oleh Tim Rekonsiliasi yang terdiri dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara (PKN), dan
...... (pihak ketiga) dengan kesepakatan bersama sebagai berikut:
1. ……………..;
2. ....................;
3. ....................;
Hasil rekonsiliasi data PFK antara Dit. PKN dengan .... (pihak ketiga) adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan Premi Triwulanan;
Perhitungan sementara PFK .......
berdasarkan ………….
1)

PENERIMAAN

:

Penerimaan PFK ..... Tahun ......
Bulan ........ s.d. ...... 200...
Pembetulan pembukuan

:
:

.........
.........

Penerimaan bersih

:

.........

Rincian penerimaan Bagian (pihak ketiga)
a. MAK/Uraian
:
.........
b. MAK/Uraian
:
.........
Jumlah
:
.........
2)

PEMBAYARAN
Pembayaran PFK ........ bulan .... s.d. ..... 200...
a. MAK/Uraian
:
.........
b. MAK/Uraian
:
.........
Jumlah
:
.........

3)

KEKURANGAN PEMBAYARAN

:

Kekurangan Pembayaran PFK ......... bulan ..... s.d. .... 200..
a. MAK/Uraian
:
.........
b. MAK/Uraian
:
.........
Jumlah

:

.........

JUMLAH YANG HARUS DIBAYAR:
Jumlah yang harus dibayar periode premi ..... s.d. .... 200..
a. MAK/Uraian
:
.........
b. MAK/Uraian
:
.........
Jumlah

:

.........

b. PERINCIAN PREMI TRIWULANAN
1) PENERIMAAN POTONGAN PFK ....
NO BULAN PREMI

KOTOR

PEMBETULAN

BERSIH

MAK/URAIAN

JUMLAH

1.
2.
JUMLAH
2) RINCIAN PEMBAGIAN PENERIMAAN
NO BULAN PREMI MAK/URAIAN
1.
2.
JUMLAH
3) RINCIAN PEMBAYARAN BULANAN PFK BAGIAN (PIHAK KETIGA)
NO BULAN PREMI MAK/URAIAN

MAK/URAIAN

JUMLAH

PEMBAYARAN

KEKURANGAN
PEMBAYARAN

1.
2.
JUMLAH
4) RINCIAN KEKURANGAN PEMBAYARAN
NO

URAIAN

1.
2.
JUMLAH

PENERIMAAN

5) JUMLAH YANG HARUS DIBAYAR
NO

URAIAN

KEKURANGAN

JUMLAH YANG HARUS
DIBAYAR

1.
2.
JUMLAH

Demikian Berita Acara Rekonsiliasi dibuat 3 (tiga) rangkap dan salinannya dibagikan kepada
Direktorat PKN dan (Pihak Ketiga) untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
..........., ............... 200....

Tim Rekonsiliasi Data PFK,
Direktorat Pengelolaan Kas Negara,
NO
1.

NAMA

NIP

TANDA TANGAN

NAMA

NIK

TANDA TANGAN

(pihak ketiga)
NO
1.

LAMPIRAN Ib
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 37/PB/2006 TENTANG PENGELOLAAN
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA

BERITA ACARA
NOMOR BA/PB.3/.....
TENTANG
PERHITUNGAN RAMPUNG (DEFINITIF)
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK)

..........
TAHUN ANGGARAN ......
Pada hari ini ...... tanggal ....... bulan ...... tahun ...... bertempat di ......, telah dilaksanakan
pembahasan final Perhitungan Rampung (Definitif) PFK ....... Tahun Anggaran .....yang diikuti
oleh Direktur Pengelolaan Kas Negara Direktorat Jenderal Perbendaharaan, ...... , Kepala Biro
Perencanaan dan Keuangan Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan dan disepakati hal-hal
sebagai berikut:
1. Berdasarkan Laporan Kas Posisi yang diterima dari semua KPPN di seluruh Indonesia
diperoleh data penerimaan PFK sebagai berikut:
a. Uraian MAP...... (MAP ...... ) sebesar Rp........
b. Uraian MAP...... (MAP ...... ) sebesar Rp........
c. ......
2. Berdasarkan hasil validasi atas data SPM/SP2D yang dilakukan Direktorat Pengelolaan Kas
Negara terdapat pergeseran/perubahan jumlah yang mengakibatkan penambahan/
pengurangan sebagai berikut:
a. Uraian MAP...... (MAP ....... ) bertambah sebesar Rp....... dan berkurang sebesar Rp.......
b. Uraian MAP...... (MAP ....... ) bertambah sebesar Rp....... dan berkurang sebesar Rp.......
c. ......
3. Berdasarkan penambahan/pengurangan hasil validasi sebagaimana tersebut pada angka 2,
diperoleh jumlah penerimaan PFK sebagai berikut:
a. Uraian MAP...... (MAP ...... ) sebesar Rp........
b. Uraian MAP...... (MAP ...... ) sebesar Rp........
c. ......
4. Direktorat PKN Ditjen Perbendaharaan telah melakukan pembayaran pengembalian
penerimaan PFK ...... Tahun Anggaran ..... dengan rincian sebagai berikut:

a. Uraian MAK...... (MAK ..... ) kepada ....... sebesar Rp......
b. Uraian MAK...... (MAK ..... ) kepada ....... sebesar Rp......
c. ......
5. Selisih kekurangan/(kelebihan) pengembalian penerimaan PFK sebagaimana dimaksud
dalam angka 3 dan 4 adalah sebagai berikut:

a. Uraian MAK........ (MAK ...... ) kepada ...... sebesar Rp......
b. Uraian MAK........ (MAK ...... ) kepada ...... sebesar (Rp......)
c. ........

6. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dirinci kekurangan/kelebihan pembayaran
pengembalian penerimaan PFK Tahun Anggaran ..... kepada ...... sebagai berikut:
a. ....... (pihak ketiga)
...... kekurangan sebesar
...... kelebihan sebesar
Jumlah Kekurangan

Rp.
Rp.
Rp.

.....
(.....)
.....

Rp.
Rp.
Rp.

.....
(.....)
.....

b. ........ (pihak ketiga)
...... kekurangan sebesar
...... kelebihan sebesar
Jumlah Kekurangan

7. Dengan demikian jumlah seluruh kekurangan pembayaran PFK ..... Tahun Anggaran ......
adalah sebagai berikut:
....... (pihak ketiga)
....... (pihak ketiga)
Jumlah Kekurangan

Rp.
Rp.
Rp.

.....
.....
.....

8. Kesepakatan Hasil Perhitungan Rampung (Definitif) PFK ..... Tahun Anggaran .... , Direktorat
Pengelolaan Kas Negara akan segera menindaklanjuti dalam Keputusan Menteri Keuangan
untuk mendapatkan persetujuan.
Jakarta,

.......

Setjen Departemen Keuangan
Kepala Biro Perencanaan dan
Keuangan,

Ditjen Perbendaharaan
Direktur Pengelolaan Kas Negara,

..........................
NIP ................

..........................
NIP ................

Direksi/Kepala
........................,

Direksi/Kepala
........................,

..........................
......................

..........................
......................

LAMPIRAN Ic
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 37/PB/2006 TENTANG PENGELOLAAN
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR /KMK. /2006
TENTANG
PERHITUNGAN RAMPUNG (DEFINITIF) PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK)
TAHUN ANGGARAN ......
MENTERI KEUANGAN,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka menyelesaikan kekurangan pembayaran kepada
PT Askes (Persero), PT Taspen (Persero), PT Asabri (Persero), Pusat
Keuangan POLRI, Pusat Keuangan Dephan, dan Sekretariat Tetap
(Settap) Bapertarum-PNS berkaitan dengan Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK) 10% Gaji, 2% Gaji Terusan, Iuran Asuransi Kesehatan
Pemerintah Daerah, dan Tabungan Wajib Perumahan PNS,
dipandang perlu menyusun Perhitungan Rampung (Definitif)
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK);
b. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan
Keputusan Menteri Keuangan tentang Perhitungan Rampung (Definitif)
Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Tahun Anggaran ........;

Mengingat

:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4335);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2003 tentang Subsidi dan
Iuran Pemerintah dalam Penyelenggaraan Asuransi Kesehatan bagi
Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun (Lembaran Negara
Repuplik Indonesia Tahun 2003 Nomor 62, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4294);
5. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 1993 tentang Tabungan
Perumahan Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1994;
6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4212); sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004
(Lembaran Negara Repuplik Indonesia Tahun 2004 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4418);

7. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 302/KMK.01/2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah
diubah
dengan
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
426/KMK.01/2004;
8. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.06/2005 tanggal 4 Juli
2005 tentang Pendelegasian Wewenang dari Menteri Keuangan
Kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan
Untuk Menetapkan Perhitungan Rampung (Definitif) Perhitungan Fihak
Ketiga;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan

: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PERHITUNGAN
RAMPUNG (DEFINITIF) PERHITUNGAN FIHAK KETIGA (PFK) TAHUN
ANGGARAN .......

PERTAMA

: Menyetujui Perhitungan Rampung (Definitif) Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK) Tahun Anggaran …….. sebagaimana tersebut dalam Lampiran I
Keputusan Menteri Keuangan ini, yang terdiri dari:
1. Penerimaan PFK 10% Gaji PNS Pusat dan Daerah serta 2% Gaji
Terusan PNS Pusat dan Daerah;
2. Penerimaan PFK 10% Gaji POLRI dan PNS POLRI serta 2% Gaji
Terusan POLRI dan PNS POLRI;
3. Penerimaan PFK 10% Gaji TNI dan PNS Dephan serta 2% Gaji
Terusan TNI dan PNS Dephan;
4. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Bidan/Dokter PTT;
5. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Pensiun TNI/PNS Dephan;
6. Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Iuran Asuransi Kesehatan
Pensiun POLRI/PNS POLRI;
7. Penerimaan Iuran Asuransi Kesehatan Pemerintah Daerah;
8. Penerimaan PFK Tabungan Wajib Perumahan PNS.

KEDUA

:

Memerintahkan Direktur Jenderal Perbendaharaan untuk melakukan
pembayaran atas kekurangan pembayaran PFK kepada Pihak Ketiga
sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA kepada:
1. PT Askes (Persero) dan PT Taspen (Persero) sebagaimana tersebut
pada nomor I Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini;
2. Pusat Keuangan POLRI dan PT Asabri (Persero) sebagaimana
tersebut pada nomor II Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini;
3. Pusat Keuangan Dephan dan PT Asabri (Persero) sebagaimana
tersebut pada nomor III Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini;
4. Sekretariat Tetap (Settap) Bapertarum-PNS sebagaimana tersebut
pada nomor IV Lampiran II Keputusan Menteri Keuangan ini.

KETIGA

: Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Salinan Peraturan Menteri Keuangan ini disampaikan kepada:
1. Menteri Keuangan;
2. Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan;
3. Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan, Sekretariat Jenderal
Departemen Keuangan;

4.
5.
6.

Kepala Biro Hukum, Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan;
Direktur
Pengelolaan
Kas
Negara,
Direktorat
Jenderal
Perbendaharaan Departemen Keuangan;
Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Jakarta II.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
a.n.

MENTERI KEUANGAN
DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN,

...........................
NIP ....................

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR PER- 37/PB/2006 TENTANG PENGELOLAAN
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN
PERHITUNGAN FIHAK KETIGA
A. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sehubungan dengan fungsi Direktorat Pengelolaan Kas Negara khususnya dalam hal
melaksanakan amanat seluruh Pegawai Negeri berkenaan dengan penyelenggaraan
Asuransi Kesehatan, Pensiun, Dana THT, Tabungan Perumahan dan penyaluran beras
(daerah tertentu), serta dalam rangka pengelolaan keuangan negara dan untuk memenuhi
hak pihak ketiga, terkait dengan pengembalian penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga
secara lebih tepat maka perlu kiranya disusun suatu petunjuk teknis dalam pengelolaan
PFK.
2. TUJUAN
Disusunnya petunjuk teknis ini diharapkan dapat memberikan arah kebijakan yang jelas
atas pengelolaan PFK yang menjadi tanggung jawab Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
3. RUANG LINGKUP
Petunjuk teknis ini mengatur hal-hal yang terkait dengan:
• Tugas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara;
• Tugas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan;
• Tugas Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
B. TUGAS KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA
1. SEKSI PERBENDAHARAAN
1.1. Meneliti dan menguji kebenaran SPM-LS Gaji dan dokumen pendukungnya seperti
Bagian Anggaran (BA) dan Mata Anggaran Penerimaan (MAP) potongan SPM
sebelum diterbitkan SP2D;
1.2. Meneliti dan mencocokkan kebenaran mengenai jumlah uang, MAP, dan BA, antara
SSBP yang berkaitan dengan PFK dan data pendukung SPM DAU;
1.3. Mengkonfirmasi kebenaran SSBP tersebut dengan Seksi Persepsi/Bendum;
1.4. Mencatat penerimaan PFK yang berasal dari potongan SPM-LS Gaji setiap bulan dan
menyampaikan kepada Seksi Bendum;
1.5. Menyampaikan perbaikan/koreksi bila terjadi kesalahan pembebanan BA dan MAP
yang berasal dari potongan SPM-LS Gaji kepada Seksi Bendum.
2. SEKSI BENDUM/BANK/GIRO POS/PERSEPSI
2.1. Mencocokkan dan meneliti kebenaran pembebanan MAP yang terdapat pada SPMLS Gaji lembar ke-2 dengan Buku Potongan setiap hari;
2.2. Mencocokkan peneriman PFK dalam Buku Potongan dengan LKP setiap hari;
2.3. Meneliti pencatatan penerimaan PFK yang diterima dari seksi perbendaharaan
dengan MAP yang bersangkutan;
2.4. Meneliti SSBP yang diterima dari setoran daerah dengan MAP yang bersangkutan
dengan ketentuan satu SSBP untuk 1 MAP;
2.5. Membuat Daftar Realisasi Penerimaan (DRP) PFK baik dari potongan SPM maupun
setoran daerah dan mencocokkan dengan LKP;
2.6. Melakukan perbaikan atas penerimaan potongan SPM-LS Gaji berdasarkan surat
pemberitahuan dari Seksi Perbendaharaan dan memperbaharui LKP;
2.7. Mengirimkan soft copy LKP setiap hari atau setiap ada perbaikan (file LKP harian) ke
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan;

2.8. Mengirimkan Daftar Realisasi Penerimaan (DRP) PFK yang telah diperbaiki kepada
Biro Perencanaan dan Keuangan Setjen Depkeu tembusan Dit. PKN (sesuai SE97/PB/2005 tanggal 15 November 2005).
3. SEKSI VERIFIKASI DAN AKUNTANSI
3.1. Meneliti kelengkapan dan melakukan pengujian terhadap dokumen/transaksi
keuangan;
3.2. Meneliti kesesuaian elemen data (validasi) yang ada dalam Daftar Transaksi Harian
dengan dokumen sumber;
3.3. Meneliti dan memeriksa kebenaran Bagian Anggaran (BA) dan mata anggaran
(MAP/MAK) berdasarkan SPM lembar ke-3 sebelum dilakukan posting;
3.4. Menyampaikan kesalahan yang ditemukan kepada Kepala Kantor untuk dibuatkan
memo pengesahannya;
3.5. Kepala kantor menyampaikan memo tersebut kepada Seksi Perbendaharaan untuk
diperbaiki;
3.6. Melakukan posting data SPM setelah perbaikan yang dilakukan oleh Seksi
Perbendaharaan.
C. TUGAS KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA JAKARTA II
Khusus untuk KPPN Jakarta II selaku KPPN pembayar yang melakukan pembayaran
pengembalian penerimaan PFK melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menerima berkas pembayaran pengembalian penerimaan PFK dari Direktorat Pengelolaan
Kas Negara c.q. Subdit AKN berupa:
a. SKP-PFK rangkap 1;
b. SPM-PPPFK rangkap 2;
c. SPP-PFK rangkap 1.
2. Menerbitkan SP2D sebagai surat perintah pembayaran pengembalian penerimaan
penerimaan PFK.
D. TUGAS KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
1. Menerima Laporan Kas Posisi dari KPPN;
2. Bidang PPKN mencocokkan data PFK pada LKP dengan LAK pada Bidang AKLAP;
3. Menyusun dan menyiapkan laporan rekapitulasi setoran/potongan PFK dan selanjutnya
disampaikan ke Kantor Pusat Ditjen Perbendaharaan.
E. TUGAS DIREKTORAT PENGELOLAAN KAS NEGARA
1. MONITORING
Melakukan monitoring data penerimaan PFK yang dilaporkan dalam Daftar Realisasi
Penerimaan (DRP) PFK dan Laporan Kas Posisi Akhir Bulan yang diterima dari seluruh
KPPN.
2. KONFIRMASI
2.1. Melakukan konfirmasi data PFK kepada seluruh KPPN berdasarkan hasil monitoring
data PFK yang telah dilakukan;
2.2. Melakukan perbaikan/penyesuaian kembali data PFK berdasarkan hasil koreksi yang
diterima dari KPPN;
2.3. Membuat Surat Edaran atau Surat Teguran kepada KPPN terkait dengan masalah
pengelolaan PFK.
3. REKONSILIASI
3.1. Melakukan pencocokkan data PFK setiap triwulan dengan Direktorat Informasi dan
Akuntansi;
3.2. Membuat Laporan Hasil Rekonsiliasi Data Penerimaan PFK;
3.3. Melakukan rekonsiliasi data penerimaan PFK dengan Pihak Ketiga setiap triwulan;
3.4. Menuangkan hasil rekonsiliasi dalam Berita Acara Rekonsiliasi.

4. PERHITUNGAN RAMPUNG DEFINITIF
4.1. Rampung definitif dilakukan setahun sekali setelah berakhirnya satu Tahun
Anggaran;
4.2. Menyiapkan data realisasi penerimaan dan pengembalian penerimaan PFK selama
satu tahun anggaran;
4.3. Melakukan Perhitungan Rampung dengan melibatkan Biro Perencanaan dan
Keuangan Setjen Depkeu, Direktorat Informasi dan Akuntansi serta Pihak Ketiga;
4.4. Dalam Rampung definitif tersebut dapat dihasilkan hal-hal sebagai berikut:
• Perhitungan kurang apabila hasil perhitungan Rampung definitif lebih besar
daripada pembayaran pengembalian penerimaan PFK yang telah dicairkan dalam
tahun bersangkutan. Terhadap kekurangan pembayaran ini akan diterbitkan SPMPP-PFK oleh Dit. PKN dan diteruskan ke KPPN Jakarta II untuk diterbitkan SP2D.
• Perhitungan lebih apabila hasil perhitungan Rampung definitif lebih kecil daripada
pembayaran pengembalian penerimaan PFK yang telah dicairkan dalam tahun
bersangkutan. Terhadap kelebihan tersebut akan dikompensasikan dengan
penerimaan PFK yang lain untuk menutup terlanjur bayar yang telah dicairkan oleh
Dit. PKN.
4.5. Menuangkan hasil perhitungan dalam Berita Acara Rampung Definitif;
4.6. Berdasarkan Berita Acara Rampung Definitif ditetapkan Surat Ketetapan Menteri
Keuangan c.q. Direktur Jenderal Perbendaharaan sebagai dasar Pembayaran
Rampung Definitif.
5. PEMBAYARAN PENGEMBALIAN PENERIMAAN PFK
5.1. Pembayaran Bulanan
5.1.1. Proses penyiapan data penerimaan PFK bulanan:
• Data penerimaan PFK yang digunakan adalah data penerimaan PFK bulan
sebelumnya;
• Membuat Laporan Realisasi Penerimaan PFK sebagai dasar pembayaran
pengembalian penerimaan PFK.
5.1.2. Berdasarkan LRP-PFK dibuat perhitungan pembayaran penerimaan PFK
bulanan untuk diterbitkan SKP-PFK Bulanan;
5.1.3. SKP-PFK Bulanan diselesaikan paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak
Surat Permohonan Penerbitan SKP dari Pihak Ketiga diterima;
5.1.4. Dirjen Perbendaharaan menerbitkan SKP-PFK Bulanan asli sebanyak 3 (tiga)
rangkap dengan peruntukan:
• 1 rangkap kepada Pihak Ketiga;
• 1 rangkap kepada KPPN Jakarta II;
• 1 rangkap pertinggal pada Subdirektorat Administrasi Kas Negara.
5.1.5. Pihak Ketiga mengajukan SPP-PFK bulanan asli sebanyak 2 (dua) rangkap
kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara setelah menerima SKP-PFK
bulanan;
5.1.6. Direktur Pengelolaan Kas Negara a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
menerbitkan SPM-PP-PFK asli selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah
menerima SPP-PFK. SPM-PP-PFK diterbitkan sebanyak 4 (empat) rangkap
dengan peruntukan:
• 2 rangkap untuk KPPN Jakarta II;
• 1 rangkap kepada Pihak Ketiga;
• 1 rangkap pertinggal pada Subdirektorat Administrasi Kas Negara.
5.1.7. KPPN Jakarta II menerbitkan SP2D berdasarkan SPM-PP-PFK yang diterima;
5.1.8. Dalam rangka pelaksanaan pembayaran, Pihak Ketiga menyampaikan
spesimen tanda tangan dan paraf pejabat yang berwenang menandatangani
SPP-PFK serta cap dinas kepada Direktur Pengelolaan Kas Negara.

5.2. Dasar Perhitungan Pembayaran PFK
5.2.1. Perhitungan pembayaran PFK Bulanan didasarkan pada Laporan Realisasi
Penerimaan (LRP) PFK yang telah ditandatangai oleh Direktur Pengelolaan
Kas Negara;
5.2.2. Persentase pembayaran PFK Bulanan ditetapkan sebesar 90% dari LRP PFK
bulan lalu;
5.2.3. Pembayaran PFK Rampung (definitif) dibayar sebesar kekurangan
pembayaran pengembalian penerimaan PFK selama satu tahun anggaran
yang dituangkan dalam Surat Ketetapan Menteri Keuangan c.q. Dirjen
Perbendaharaan.
6. PEMBAYARAN RAMPUNG DEFINITIF
6.1. Pembayaran rampung definitif berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan;
6.2. Pihak Ketiga mengajukan SPP-PFK Rampung asli sebanyak 2 (dua) rangkap kepada
Direktur Pengelolaan Kas Negara setelah menerima Surat Ketetapan Menteri
Keuangan;
6.3. Direktur Pengelolaan Kas Negara a.n. Direktur Jenderal Perbendaharaan
menerbitkan SPM-PP-PFK asli selambat-lambatnya 5 hari kerja setelah menerima
SPP-PFK. SPM-PP-PFK diterbitkan sebanyak 4 (empat) rangkap dengan peruntukan:
• rangkap ke-1 dan ke-2 untuk KPPN Jakarta II;
• rangkap ke-3 kepada Pihak Ketiga;
• rangkap ke-4 pertinggal pada Subdirektorat Administrasi Kas Negara;
6.4. KPPN Jakarta II menerbitkan SP2D berdasarkan SPM-PP-PFK yang diterima.
7. KODE MATA ANGGARAN PFK
7.1. KODE MATA ANGGARAN PENERIMAAN (MAP)
811111
811112
811113
811114
811211
811212
811213
811214
811311
811312
811313
811411
811412
811511
811611
811612
811912
811913

Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji PNS Pusat
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji PNS Daerah
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji POLRI dan PNS POLRI
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 10% Gaji TNI dan PNS Dephan
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan PNS Pusat
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan PNS Daerah
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan POLRI dan PNS POLRI
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2% Pembayaran Gaji Terusan TNI dan PNS Dephan
Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog PNS Pusat
Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog POLRI dan PNS POLRI
Penerimaan Setoran/Potongan PFK Bulog TNI dan PNS Dephan
Penerimaan Setoran PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan Provinsi
Penerimaan Setoran PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan Kabupaten/Kota
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan Bidan/Dokter PTT
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan TNI/PNS Dephan
Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan POLRI/PNS TNI
Penerimaan Setoran Potongan PFK Tabungan Wajib Perumahan PNS Pusat
Penerimaan Setoran Potongan PFK Tabungan Wajib Perumahan PNS Daerah

7.2. KODE MATA ANGGARAN PENGELUARAN (MAK)
821111
821112
821113
821114
821115
821116
821117
821118
821119
821211
821212
821213
821214
821311
821312
821313
821411
821412
821511
821611
821612
821912
821913

Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun PNS (4,75%)
Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua PNS (3,25%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS (2%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun Polri dan PNS POLRI(4,75%)
Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua POLRI dan PNS POLRI (3,25%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan dan Kesehatan POLRI dan PNS POLRI
(2%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pensiun Personel TNI dan PNS Dephan (4,75%)
Pengembalian Penerimaan Tunjangan Hari Tua TNI dan PNS Dephan (3,25%)
Pengembalian Penerimaan Dana Pemeliharaan dan Kesehatan TNI dan PNS Dephan (2%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan PNS (2%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan Daerah (2%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan POLRI dan PNS POLRI (2%)
Pengembalian Penerimaan Asuransi Kesehatan TNI dan PNS Dephan (2%)
Pengembalian Penerimaan PFK Beras Bulog PNS Pusat
Pengembalian Penerimaan PFK Beras Bulog POLRI dan PNS POLRI
Pengembalian Penerimaan PFK Beras Bulog TNI dan PNS Dephan
Pengembalian Penerimaan Setoran PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan Provinsi
Pengembalian Penerimaan Setoran PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan Kabupaten/Kota
Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan
Bidan/Dokter PTT
Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan TNI/PNS
Dephan
Pengembalian Penerimaan Setoran/Potongan PFK 2 % Iuran Asuransi Kesehatan
POLRI/PNS POLRI
Pengembalian Penerimaan PFK Tabungan Perumahan PNS Pusat
Pengembalian Penerimaan PFK Tabungan Perumahan PNS Daerah

F. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi (Ia)
2. Lampiran Berita Acara Rampung Definitif (Ib)
3. Lampiran Keputusan Menteri Keuangan (Ic)