HAK-HAK POLITIK WARGA NEGARA NON MUSLIM SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF - Raden Intan Repository

  

HAK-HAK POLITIK WARGA NEGARA NON MUSLIM

SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PANDANGAN HUKUM

ISLAM DAN HUKUM POSITIF

  

Skripsi

  Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

  Dalam Ilmu Syari’ah Oleh:

CHOIRUN NISA

  NPM : 1321020165 Jurusan : Siyasah Pembimbing I : Dr. Alamsyah, S.Ag.,M.Ag.

  Pembimbing II : Drs. H. Ahmad Jalaludin, SH,M.M.

  

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

1438/2017

  ABSTRAK Pemimpin merupakan suatu yang sangat penting dalam sebuah negara, dalam kehidupan bernegara masyarakat memiliki hak politik seperti hak memilih dan dipilih.Oleh karena itu setiap negara menjamin hak politik tiap warga negara nya tanpa membedakan agama, akan tetapi mengenai hak dipilih non Muslim sebagai pemimpin menjadi kontroversi didalam hukum Islam karena perbedaan pendapat ulama klasik dan ulama kontemporer untuk itu perlu adanya pembahasan yang mendetail mengenai kebolehan seorang non Muslim menjadi pemimpin

  Dari latar belakang diatas penyusun mengajukan rumusan masalah yaitu bagaimanakah hak hak politik warga negara non Muslim dalam pandangan hukum Islam dan hukum positif, serta adakah perbedaan dan persamaan hak-hak politik warga negara non Muslim dalam pandangan hukum Islam dan hukum positif.

  Tujuan dan kegunaan penelitian ini agar pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang hak-hak politik warga negara menurut hukum Islam dan hukum positif, dalam bidang akademik diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya hukum Islam dan hukum positif dalam hak dipilih warga negara non Muslim yang secara langsung dapat merespon kenyataan yang terjadi pada masa kini.

  Metode penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian LibraryResearch dengan pendekatan normatif serta metode perbandingan hukum. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan kajian kepustakaan yang bersumber dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Al-

  Qur’an , Hadist serta pendapat ulama dan ahli hukum di Indonesia. Pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa hingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini, adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan metode deskriptif analisis. Temuan penelitian ini mengenai hak politik warga negara non Muslim mengenai hak dipilih di dalam hukum Islam non Muslim berhak dipilih menjadi pemimpin atas kaum Muslim dimana penamaan kaum dzimmi pada zaman klasik dikarenakan banyaknya peperangan pada zaman itu antara Muslim maupun non Muslim, begitu juga larangan dipilih berdasarkan surat Al-Maidah ayat 51 yang hanya berlaku dalam konteks peperangan dan tidak relevan diterapkan pada zaman sekarang dimana hak asasi manusia telah diatur didalam Undang-Undang karna Islam mengusung prinsip persamaan.Sedangkan di dalam hukum positif tidak ada satupun syarat dan peraturan yang dapat menghalangi non Muslim menjadi pemimpin. Meskipun dari kedua hukum sama-sama mengakui hak politik non Muslim dan kedua hukum ini mengakui kesetaraan bagi seluruh warga negara akan tetapi kedua sumber hukum ini berbeda hukum Islam bersumber dari Al-

  Qur’an dan Hadist sedangkan hukum positif bersumber dari barat.Akan tetapi hukum Islam membela hak-hak non Muslim sebagai keturunan Adam karena Islam mengakui prinsip kemuliaan manusia sedangkan hukum positif membela hak-hak warga negara non Muslim karena itu termasuk hak asasi manusia yang sudah didapatkan dari mereka lahir.

  

MOTTO

         

       

  Artinya: Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka didaratan dan dilautan, kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan (Q.S Al-Isra:70)

  

PERSEMBAHAN

  Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkah dan hidayahnyalah sehingga skripsi ini dapat diselesaikan, serta kepada junjunganku baginda besar Muhammad S.A.W yang telah membawaku dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang ini, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis persembahkan skripsi ini kepada:

  1. Ayah Nusirwan Efendi,BBa dan Ibu Laila Wati,Spd.yang tercinta dengan ketulusan doa dan kasih sayang tanpa putus yang senantiasa memberikan dorongan untuk keberhasilan penulis.

  2. Kedua kakak ku Kurniawan Syarif,SH dan Liza Fitri,S.pd serta adik-adiku Muhammad Nasir dan Ulfa Annisa yang penulis banggakan yang senantiasa memberikan arahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Sahabat-sahabatku Aziza Aziz Rahmaningsih, Luciyana Andriyan Saputri, Inda Areskha, Nanik Priyanti, Ahmad Hadi Nurkholis atas bantuan dan dukungannya selama ini. Semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

  4. Teman-teman seperjuangan Siyasah (Hukum tata Negara) 2013.

  5. Almamater tercinta.

RIWAYAT HIDUP

  Penulis bernama Choirun Nisa dilahirkan di Krui, Pesisir Barat, pada tanggal 6 Maret 1995, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Nusirwan Efendi,BBa dan Ibu Laila Wati,S.pd.

  Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 2000 di Taman Kanak-kanak (TK) Diniyyah Putri Lampung dan diselesaikan tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di MI Diniyyah Putri lampung hingga 2005 kemudian berpindah ke SD Negeri 63 Gedong Tataan dan diselesaikan pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 26 Bandar Lampung, diselesaikan pada tahun 2010. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri

  14 BandarLampung,diselesaikan pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung

  Program Strata 1 (satu) jurusan Siyasah dan telah menyelesaikan skripsi dengan judul “ Hak Hak Politik Warga Negara Non Muslim Dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif”.

KATA PENGANTAR.

  Segala puji bagi Allah SWT Dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah banyak memberikan banyak kenikmatan dan senantiasa memberikan hidayahnya sehingga dengan izinnya skripsi dengan judul: Hak-Hak PolitikWarga Negara Non Muslim Dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif dapat terselesaikan.

  Shalawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Agung, Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman Jahiliyyah menuju zaman Islamiyyah dan semoga kita sebagai umat nya mendapatkat syafa’atnya kelak.

  Penulis menyadari skripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

  1. Dr.H.Moh.Mukri M.Ag Selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung.

  2. Dr.Alamsyah.S.Ag.M.Ag Selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Susiadi.AS.,M.Sos.I Selaku Ketua Jurusan Siyasah..

  4. Frenki,Msi Selaku Sekretaris Jurusan Siyasah. 5. dan Drs.H.Ahmad Dr.Alamsyah,S.Ag.,M.Ag.

  Jalaludin,S.H.,M.M. selaku pembimbing I dan pembimbing II skripsi yang telah banyak membantu meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya disela-sela kesibukan, serta memberikan bimbingan, pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan sumbangan pemikiran selama penulis duduk di bangku kuliah sehingga selesai.

  7. Seluruh guru MI Diniyyah Putri Lampung, SDN 63 Gedong Tataan, SMPN 26 Bandarlampung, SMAN 14 Bandarlampung yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pemikiran selama penulis duduk dibangku sekolah.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Syariah khususnya

  Siyasah yang telah membantu penulisan baik tenaga pikiran maupun bantuan secara materi demi selesainya penelitian ini.

  Penulis sadar bahwa skrispi ini masih banyak kekurangan disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang saya miliki, untuk itu para pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran-sarannya sehingga laporan penelitian ini akan lebih baik dan sempurna.

  Saya berharap semoga hasil penelitian ini betapapun kecil kiranya dapat memberikan masukan dalam upaya praktek terhadap hak-hak politik non Muslim dalam pemerintahan sesuai dengan Syariat Islam dan Hukum positif yang berlaku serta untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan kesejahteraan Amiin.

  Bandar Lampung, 27 April 2017 Penulis

  CHOIRUN NISA NPM : 1321020165

  

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................. i

ABSTRAK ................................................................................. ii

PERSETUJUAN ....................................................................... iv

PENGESAHAN ........................................................................ v

MOTTO ..................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP ................................................................... viii

KATA PENGANTAR .............................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................. xi

  

BAB I : PENDAHULUAN ..................................................... 1

A. Penegasan Judul .................................................. 1 B. Alasan Memilih Judul ......................................... 3 C. Latar Belakang Masalah ..................................... 4 D. Rumusan Masalah. .............................................. 9 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ....................... 9 F. Metode Penelitian ............................................... 10 BAB II : HAK-HAK POLITIK WARGA NEGARA DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ................................................. 13 A. Pengertian dan Sejarah Hak Politik Warga Negara ............................................................... 13 B. Hak-Hak Pokok Warga Negara. ....................... 23 C. Ketentuan Hak Memilih dan dipilih Bagi Warga Negara .................................................. 29 BAB III : TINJAUAN UMUM WARGA NEGARA NON MUSLIM DALAM PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ......................... 41 A. Definisi Warga Negara Non Muslim. ................. 41 B. Hak dan Kewajiban Non Muslim ....................... 44 C. Pandangan Ulama dan ahli hukum Indonesia Terhadap Hak dipilih Non Muslim .................... 57

  

BAB IV : ANALISIS DATA .................................................... 71

A. Analisis Hak-Hak Politik Warga Negara Non Muslim Menurut Hukum Islam dan Hukum

  positif .................................................................. 71 B. Adakah Perbedaan dan Persamaan Hak-Hak

  Politik Warga Negara Non Muslim Dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif .... 77

  

BAB V : PENUTUP .................................................................. 79

A. Kesimpulan ............................................................... 79 B. Saran ......................................................................... 81 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk memahami judul skripsi ini, penulis akan terlebih

  dahulu mengemukakan beberapa istilah yang terkandung dalam judul skripsi ini adapun judul skripsi ini adalah “HAK-HAK

  

POLITIK WARGA NEGARA NON MUSLIM DALAM

PANDANGAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF ”.

  Adapun hal-hal penting yang berhubungan dengan judul tersebut sebagai berikut: Hak Politik adalah hak-hak yang diperoleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai seorang anggota organisasi politik, seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam negara. Hak politik juga dapat didefinisikan sebagai hak-hak dimana individu dapat memberi andil, melalui hak tersebut, dalam mengelola masalah-masalah

  1 negara atau pemerintahannya.

  Warga Negara Adalah penduduk sebuah negara atau bangsa yang berdasarkan keturunan, tempat kelahiran, dan sebagainya mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai

  2 seorang warga negara dari negara itu.

  Non Muslim Adalah sebagai para penganut agama selain Islam yang menjadi warga negara komunitas Islam yang kuantitasnya lebih sedikit dibandingkan warga negara mayoritas

  3 yang beragama Islam.

  Pemimpinadalah seorang pribadi yang memiliki

  superioritas tertentu, sehingga dia memiliki kewibawaan dan 1 Mujar Ibnu Arif, Hak

  • –hak politik Non Muslim dalam Komunitas Islam , (Bandung : Angkasa, 2005)hlm. 30
  • 2 R.suyoto Bakir, Sigit Suryanto, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Batam, Karisma, 2006) hlm.320 3

      kekuasaan untuk menggerakan orang lain melakukan usaha

      4 bersama guna mencapai sasaran tertentu.

      Pemimpin didalam Hukum Islam didalam bahasa Arab

      5

      dikenal dengan Istilah Imam yang berarti ikutan bagi kaum, dan berarti setiap orang yang diikuti oleh kaum yang sudah berada pada jalan yang benar ataupun mereka yang sesat. Imam juga bisa diartikan sebagai “pemimpin” seperti “ketua” atau yang lainnya. Kata Imamjuga digunakan untuk orang yang mengatur kemashlahatan sesuatu, untuk pemimpin pasukan, dan untuk orang dengan fungsi lainnya.

      Pemimpin didalam Hukum Positif adalah di Indonesia pemimpin atau kepala negaranya dipegang oleh presiden. Menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 Pasal 4 Presiden adalah pemegang kekuasaan pemerintahan yang dalam melakukan kewajibannya

      6 sebagai presiden dibantu oleh seorang Wakil Presiden.

      Hukum Islam, adalah titah syara ’ yang berhubungan dengan mukallaf baik berupa tuntunan, kebolehan memilih atau

      7

      menjadikan sesuatu sebagai, sebab dan syarat. Hukum Islam juga dapat diartikan dengan seperangkat peraturan berdasarkan tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini

      8 masyarakat untuk semua hal bagi yang beragama Islam.

      Hukum Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ketentuan Allah SWT. Untuk mengatur tingkah laku manusia,serta mengikat dalam segala waktu dan tempat, 4 5 R.suyoto Bakir, Sigit Suryanto, Op.Cit, hlm.246

       Atabik Ali, A.Zuhdi Muhdlor, Kamus Kontemporer Bahasa Arab Indonesia , Jakarta, Gema Insan Press, 2010. 6 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 4. 7 W.J.S. Poewodarminta, Pusat Pembinaan Dan Pengembangan

    Bahasa, Departemen Pdan K Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta, Balai Pustaka, 1997, hlm.370 8 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, Jilid 1, Jakarta, PT.Logos Wacana pelaksanaannya tidak bergantung pada wewenang penguasa melainkan bergantung dan berpedoman pada Al- Qur’an dan Hadist.

      Hukum Positif, adalah Kumpulan asas dan kaidah hukum tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan pernah berlaku yang bersifat mengikat secara umum atau khusus dan ditegakkan melalui pemerintah atau pengadilan

      9 dalam negara Indonesia.

      Berdasarkan penjelasan-penjelasan kalimat diatas maka makna dari judul “HAK-HAK POLITIK NON MUSLIM SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PANDANGAN HUKUM

      ISLAM DAN HUKUM POSITIF” adalah hak-hak yang diperoleh seseorang dalam kapasitas nya sebagai seorang anggota organisasi politik seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum untuk menjadi pemimpin yang merupakan penduduk sebuah negara yang beragama selain Islam dan kuantitasnya lebih sedikit dibandingkan warga negara mayoritas yang beragama Islam yang kewenangan

    • –kewenangan yang diberikan diatur oleh hukum islam yang berdasarkan Al-Qur

      ’an dan Hadist dan pendapat ulama serta hukum positif yang kewenangan- kewenangan nya diatur oleh UUD 1945, Undang-Undang serta perjanjian Internasional,dan pendapat ahli hukum yang bertujuan melindungi hak-hak warga negara.

    B. Alasan Memilih Judul

      Adapun alasan-alasan yang mendorong dipilihnya judul Skripsi adalah : 1.

      Alasan Objektif Menganalisis tentang arti Hak Politik Non Muslim, hal ini disebabkan karna disebuah negara setiap warga negara mempunyai hak politik yaitu memilih dan dipilih

      9 maka sepatutnya negara menjamin hak tersebut agar

      10 tidak ada diskriminasi antar agama.

      Mendalami dan memperluas wawasan terkait masalah hak politik non muslim dalam Politik Islam dan untuk menambah pemahaman tentang hak dipilih warga negara non muslim dalam Islam.

    2. Alasan Subjektif

      Selain alasan diatas yang mendasari dipilihnya judul ini adalah bahwa masyarakat banyak yang tidak mengetahui tentang hak-hak politik non muslim dimana pembahasan mengenai politik tetap memiliki relevansi dengan dinamika dan perkembangan zaman. Apalagi permasalahan topik itu dihubungkan dengan topik keagaamaan, perbedaan agama merupakan salah satu persoalan paling mendasar dalam bermasyarakat. Permasalahan ini masih belum ada yang membahasnya khususnya di Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan

      Lampung, selain itu juga sebagai syarat penulis dalam menyelesaikan strata satu dan sesuai dengan bidang keilmuan yang penulis tekuni sebagai mahasiswa fakultas syari’ah jurusan Siyasah.

    C. Latar Belakang

      Dalam Kehidupan bernegara, masyarakat memiliki beberapa hak dan kewajiban yang diatur dalam undang- undang negara. Seperti hak untuk mendapatkan perlindungan hukum, hak menyampaikan pendapat, hak beragama, hak

      11 untuk membela negara serta hak-hak lain nya.

      Di dalam pemerintahan warga negara berperan penting demi jalan nya pemerintahan yang baik. Karena itu masyarakat memiliki beberapa hak

    • –hak dalam pemerintahan yang berupa hak politik. Seperti memberikan suaranya ketika pemilu, kemudian hak untuk memilih dan hak untuk dipilih
    • 10 Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, Sinar Grafika , Jakarta,

        2005 hlm. 161 11 David Litle, John Kelsay, Abdulaziz A Sachedina , Kebebasan

        sebagai kepala daerah, wakil rakyat atau memegang peranan

        12 dipemerintahan.

        Hak-Hak Warga Negara menjadi persoalan penting dalam pemerintahan Islam. Dalam Islam tidak dikenal perbedaan kelas. Karena Alquran mengakui prinsip kemuliaan manusia (karamatul insan ) . Dalam sebuah ayat :

        

               

             

        Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan

        13

        makhluk yang Telah kami ciptakan. (QS. Al Isra [17]:70) Berdasarkan ayat di atas yang dimaksud keturunan adam adalah seluruh umat manusia yaitu muslim maupun non muslim, beriman maupun kafir.

        Saat ini sebuah negara dibangun tidak hanya berdasarkan satu keyakinan saja, tetapi banyak keyakinan yang dipercaya oleh masyarakatnya. Dalam negara demokrasi tidak dapat perbedaan antara hak-hak yang dimiliki oleh pemeluk kepercayaan satu dengan yang lainnya. Negara memandang sama hak-hak warga negara selama dia menjadi warga

        14 negara tersebut.

        12 13 Ibid , hlm.20 Al-Quran dan Terjemahan, Kementerian Agama Islam Wakaf

      Dakwah dan Bimbingan Islam Kerajaan Arab Saudi, Kompleks Percetakan

        Al-Quran Raja Fahad, Arab Saudi, 2007 14 David Litle, John Kelsay, Abdulaziz A Sachedina , Kebebasan

        Berbeda dengan negara berdasarkan demokrasi ataupun yang liberal, negara yang menjadikan Islam sebagai landasan hukum nya tidak memberikan hak istimewa nya kepada masyarakat non Muslim. Islam menganggap mereka sebagai warga negara yang dilindungi tetapi Islam tidak membedakan manusia seperti ayat diatas melainkan Islam sangat menghormati hak-hak non Muslim.

        Penetapan hak-hak non muslim dalam Islam, baik yang bersifat politik dan non politik, merupakan satu bagian yang tidak terpisahkan dari penetapan Islam bagi prinsip-prinsip keadilan, kebebasan dan persamaan hak setiap individu daulah islamiyah dihadapan undang-undang.

        Penetapan prinsip-prinsip itu ada dalam kitab Allah dan penjelasan dari sunnah nabawi yang menyatakan prinsip- prinsip itu merupakan dasar-dasar yang baku dalam syariat Islam dan pilar-pilar yang kokoh dalam struktur sistem politik bernegara Islam.

        Ketika piagam madinah atau konstitusi negara baru menetapkan bahwa orang-orang nonMuslim adalah umat yang sama dengan kaum Muslimin, maka dengan demikian piagam itu telah menjadiakan mereka sebagai warga negara dan mempunyai hak seperti yang dimiliki oleh kaum

      15 Muslimin. Mereka juga mempunyai kewajiban

        sebagaimana kewajiban yang miliki kaum Muslimin mereka sama dalam negara itu, mereka bebas menjalankan agama mereka dan kaum muslimin juga bebas menjalankan agama nya, dan mereka masing-masing berhak memberi nasihat dan dinasihati, serta berbuat baik dan tidak berbuat jahat.

        Dalam teks Piagam N abawi ada dalil syar’i yang pasti mengukuhkan “hak warga negara” secara sempurna untuk ahli kitab dalam masyarakat muslim dan dalam daulah 15 Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, Sinar Grafika, Jakarta, Islamiyah. Nash-nash dan bukti lain nya juga menguatkan

        16 akan hal itu.

        Pada nash-nash inilah kami berpegang dalam menetapkan dua hak memilih dan dipilih menjadi anggota dewan, yang kedua hak tersebut termasuk dalam hak-hak politik prioritas yang berhubungan dengan hukum dan administrasi, dan dengan terwujudnya keikutsertaan para warga negara lainnya dalam hak-hak politik prioritas dengan jalan langsung maupun tidak langsung.

        Penetapan dua hak dari hak-hak politik untuk nonmuslim di negara Islam ini tidak di larang dalam Islam, dan tidak mengapa partisipasi nonmuslim dalam menggunakan dua hak ini, karena mereka umat yang sama dalam kaum muslimin.

        Dua hak ini tidak lah termasuk dari sifat keagamaan yang menjadi dasar untuk membedakan antara warga negara, artinya harus ada syarat Islam dalam diri seseorang yang melaksanakan nya.Beberapa peneliti kontemporer juga telah menyimpulkan seperti ini.

        Abdul Karim Zidan berkata dalam masalah yang berhubungan dengan hak memilih dan dipilih, serta hak partisipasi dalam m emilih presiden di negara islam:”menurut kami,hukum yang paling jelas adalah boleh, sebab jabatan presiden dimasa sekarang tidak mempunyai bentuk kata keagamaan dan partisipasi sebagaimana dahulu. Oleh karena itu, ia bukanlah kekhalifahan yang banyak dibicarakan oleh para fukaha sekalipun masih ada sedikit makna yang sama”. Jabatan presiden adalah jabatan kepemimpinan didunia dan bukan kekhalifahan yang diberikan Rasulullah SAW dalam memelihara agama dan

        17 politik dunia, ini adalah definisi kekhalifahan Al-Mawardi. 16 17 Ibid. hlm.165

        Berdasarkan hal ini, orang-orang kafir dzimmi boleh berpartisipasi dalam pemilihan umum sebab mereka tidak dilarang untuk ikut serta dalam urusan urusan duniawi. Sedangkan untuk memilih wakil-wakil mereka dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat dan pencalonan dirinya sebagai anggota dewan,kami juga berpendapat boleh, sebab kanggotaan dalam majelis permusyawaratan rakyat artinya memberikan usulan juga memberikan nasihat kepada pemerintah dan ini adalah perkara

      • –perkara yang tidak ada larangan nya bagi orang-orang kafir dzimmi untuk

        18 melakukannya dan ikut serta didalamnya.

        Selama sistem hukum dalam negara Islam adalah musyawarah dan syariat Islam sebagai sumber undang- undang didalam nya yakni tidak ada satu undang-undang negara pun yang menyalahi satu dasar dari dasar-dasar Islam yang baku, juga terwujud didalamnya keadilan politik dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, maka sistem itu adalah sistem hukum Islam, sekalipun berbeda struktur dan nama.

        Adapun yang menjadi dasar kita menetapkan hak-hak politik non muslim adalah prinsip warga negara yang sempurna yang telah ditetapkan untuk mereka di dalam Piagam Madinah dan dijadikan sebagai kaidah konstitusional Islam, yakni bahwa mereka itu umat yang

        19

        sama dengan kaum mukminin. Mereka semua berhak menasihati dan dinasihati serta diperlakukan dengan baik, tidak dengan perlakuan jahat.

        Piagam itu juga menetapkan bahwa yahudi yang tinggal bersama kaum mukminin di Madinah adalah termasuk warga negara Islam, mereka mempunyai hak dan kewajiban sama seperti yang di miliki dengan kaum muslimin sebagaimana 18 Mujar Ibnu Arif, Hak-hak Politik Minoritas Non Muslim dalam

        Komunitas Islam , Angkasa, Bandung.hlm 36 19 Farid Abdul Khaliq, Fikih Politik Islam, Sinar Grafika, Jakarta,

        Piagam Madinah menetapkan hal semacam itu kepada kabilah-kabilah yahudi lainnya.

        Di Indonesia didalam hukum positif hak-hak politik meliputi hak untuk ikut serta dalam pemerintahan yaitu hak memilih dan dipilih , hak dipilih merupakan bagian dari HAM yaitu hak politik, hak untuk dipilih dapat dipergunakan untuk menentukan seseorang menduduki jabatan posisi publik maupun non pubik. Pengaturan mengenai hak untuk dipilih terdapat dalam pasal 21 UDHCR, kemudian terdapat dalam pasal 25 kovenan internasional hak sipil dan politik, pasal 27 ayat 1 dan pasal

        28D ayat 3 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 43 ayat 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM.

        D. Rumusan Masalah

        Adapun Rumusan Masalah dalam Penulisan Skripsi ini adalah :

        1. Bagaimanakah Analisis terhadap hak-hak politik bagi warga negara Non Muslim menurut hukum Islam dan hukum positif 2. Adakah Perbedaan dan Persamaan Hak-Hak Politik

        Warga Negara Non Muslim Dalam Pandangan Hukum Islam dan Hukum Positif.

        E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.

        Tujuan Penelitian

        a. Untuk mengetahui dan menganalisis tentang hak politik warga negara menurut hukum positif dan hukum Islam b. Untuk mengetahui dan menganalisis pandangan politik Islam terhadap larangan hak dipilih warga negara non Muslim dalam hukum Islam dan hukum positif.

      2. Kegunaan Penelitian

        Adapun Kegunaan Penelitian ini adalah a.

        Kegunaan secara teoritis yaitu sebagai berbagi ilmu mengetahui hak-hak warga negara non muslim dalam Islam.

        b.

        Kegunaan praktis yaitu unutuk memperluas wawasan bagi penulis untuk memenuhi syarat ujian akhir semester dalam menyelesaikan studi di Fakultas Syariah.

      F. Metode Penelitian

        Agar kegiatan praktis dalam penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini terlaksana dengan objektif, ilmiah serta mencapai hasil yang optimal, maka penulis merumuskan beberapa macam langkah atau metode penelitian yang dipakai dalam karya ilmiah ini adalah metode deskriptif. Hal ini di maksudkan agar penulisan karya ilmiah sesuai dengan syarat ilmiah yang sudah ditentukan. Adapun syarat-syarat tersebut terdapat didalam metode sebagai berikut :

        1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Library

        Research dengan Pendekatan normatif yang mana

        penelitian ini dilakukan dengan meneliti bahan pustaka

        20

        atau data sekunder. Penelitian ini juga menggunakan metode perbandingan hukum (Komparatif), dalam hal ini penulis membandingkan antara Hukum Islam dan Hukum Positif mengenai hak warga negara non Muslim.

        2. Sumber data penelitian

        21

      a. Bahan hukum primer Sumber data primer yaitu data.

        merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dariAl-

        Qur’an dan Hadist, Universal

        Declaration Of Human Right (UDHCR), Undang-

        Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang 20 HAM.

        Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta, Kencana Prenada Media Grup,2011, hlm. 33 21 Kartini Kartono, Pengantar Teknologi Riset Sosial, Mandar Maju,

        b.

        Sumber Sekunder merupakan sumber yang diperoleh untuk memperkuat data yang diperoleh dari data primeryaitu, buku-buku, makalah-makalah, jurnal- jurnal,majalah, artikel, internet, dan sumber-sumber

        22 yang berkenaan dengan penelitian ini.

        3. Teknik pengumpulan dan pengolahan data a.

        Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kajian kepustakaan yaitu upaya pengidentifikasi secara sistematis dan melakukan analisis terhadap dokumen

      • –dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan tema, objek dan

        23 masalah penelitian yang dilakukan.

        b. Teknik Pengolahan data Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah.

        4. Teknik Analisis Data Teknik Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau mudah

        24

        dipahami dan diinformasikan kepada orang lain. Pada tahapan analisis data, data diolah dan dimanfaatkan sedemikian rupa hingga dapat menyimpulkan kebenaran- kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam penelitian ini. Adapun data-data tersebut dianalisis menggunakan metode Komparatif analisis yaitu membandingkan kedua hukumdengan memberikan suatu gambaran secara jelas sehingga 22 menemukan jawaban yang diharapkan.

        Susiadi AS, Metodelogi Penelitian, LP2M IAIN RADEN INTAN Bandarlampung,hlm 75 23 J.Moelang, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosada Karya, 1997, hlm.17 24 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung,

      BAB II HAK-HAK POLITIK WARGA NEGARA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Pengertian dan sejarah hak politik warga negara Kata hak politik terdiri dari dua kata yaitu hak dan

        politik. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata hak berarti benar, milik, kewenangan, kekuasaan, untuk berbuat sesuatu karena telah ditentukan oleh undang-undang untuk

        1 menuntut sesuatu dan hak juga berarti derajat atau martabat.

        Sedangkan kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan. Secara leksikal, asal kata tersebut berarti acting or judging

        

      2

      wisely, well judget, prudent . Kata ini terambil dari kata latin

        politicus dan bahasa yunani politicos yang berarti relating to

        citizen . Kedua kata tersebut juga berasal dari kata polis yang

        bermakna “city” yang berarti kota, politic kemudian diserap kedalam Bahasa Indonesia dengan arti, yaitu: segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya). Mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu

        3 politik.

        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia politik diartikan sebagai ilmu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan, segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan

        1 Penyusunan Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

      Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai Pustaka ,1998),cet.1hlm.292 2 Ayi Sofyan, Etika Politik Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2012, hlm. 60 3 Abd.Muin Salim, Fiqh Siyasah : Konsepsi kekuasaan Politik negara atau terhadap negara lain, kebijakan cara bertindak

        4 dalam menghadapi atau menangani suatu masalah.

        Politik merupakan kata kolektif yang mempunyai pemikiran-pemikiran yang bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan.

        Pada umum nya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah usaha untuk menentukan peraturan- peraturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat kearah kehidupan

        5 bersama yang harmonis.

        Menurut Miriam Budiardjo, politik adalah bermacam- macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Selanjutnya sebagai suatu sistem politik adalah suatu konsepsi yang berisikan ketentuan-ketentuan siapa sumber kekuasaan negara,siapa pelaksana kekuasaan tersebut, apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan serta kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu diberikan, kepada siapa pelaksana kekuasaan itu bertanggung jawab dan bagaimana

        

      6

      bentuk tanggung jawab nya.

        Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik pada dasarnya membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, azas-azas sejarah pembentukan negara, hakekat

        7 negara serta bentuk dan tujuan negara. 4 Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

      Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka,

      2000,hlm. 292 5 Miriam Budiardjo, Dasar-dasar ilmu Politik , Gramedia pustaka utama, Jakarta 2007, hlm 14 6 7 Ibid . hlm 13

        Politik adalah cara dan upaya menangani masalah- masalah rakyat dengan seperangkat undang-undang untuk mewujudkan kemaslahatan dan mencegah hal-hal yang merugikan bagi kepentingan manusia. Mengacu pada pengertian tersebut politik yang berasal dari kata polis yang berarti negara bisa yang baik, karena nya setiap negara harus memiliki suatu aturan main yang disebut undang-undang juga diartikan sebagai bentuk kumpulan yang sengaja dibentuk untuk mendapatkan suatu atau hukum, pemegang otoritas hukum yang kemudian disebut sebagai politicos atau raja, dan yang melaksanakan aturan pemerintahan dalam hal ini semua lapisan masyarakat yang mengakui kekuasaan seorang pemimpin.

        Dari penjelasan diatas, secara garis besar hak politik dapat diartikan sebagai suatu kebebasan dalam menentukan pilihan yang tidak dapat diganggu atau diambil oleh siapapun dalam kehidupan bermasyarakat disuatu negara. Menurut para ahli hukum hak politik adalah hak yang dimiliki dan diperoleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai anggota organisasi (negara), seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam

        8

        negara. Hak politik itu adalah hak dimana individu memberi andil melalui hak tersebut dalam mengelola masalah- masalah negara atau memerintahnya. Hak politik merupakan hak asasi setiap warga negara untuk berkumpul dan berserikat (membentuk partai) dan hak untuk mengeluarkan pendapat termasuk mengawasi dan dan mengkritisi pemerintah apabila terjadi penyalahgunaan kewenangan kekuasaan atau membuat kebijakan yang bertentangan dengan aspirasi rakyat.

        Sejarah Hak politik berawal dari perang dunia yang melibatkan hampir seluruh dunia dan telah menelan banyak korban harta dan jiwa manusia,di kalangan masyarakat internasional timbul keinginan merumuskan hak-hak asasi manusia, termasuk hak-hak politik dalam sebuah naskah 8 A.M.Saefuddin, Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim, Jakarta, internasional. Hal ini dimaksudkan untuk mengembalikan hak-hak asasi manusia,termasuk hak

      • –hak politiknya,yang selama ini telah direndahkan,dirampas, dan diinjak-injak oleh negara,penguasa, atau golongan tertentu.

        Awal konsep hak asasi manusia didunia barat terdapat dalam karangan beberapa filsuf abad ke-17, antara lain John Locke (1932-1704), hampir dua puluh tahun kemudian, Deklarasi Universal di jabarkan dalam dua Perjanjian Internasional yaitu Konvenan Internasional hak sipil dan politik dan Kovenan Internasional hak ekonomi, sosial, dan

        9 budaya (1966).

        Selanjutnya diadakan diskusi PBB mengenai hak asasi manusia yang telah menghasilkan beberapa piagam penting antara lain Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (The

        Universal Declaration of Human Right oleh PBB dalam

        sidang umumnya di istana Chaillot, Paris, pada tanggal 10 Desember 1948,dalam piagam tersebut telah berhasil ditetapkan secara rinci beberapa hak politik sebagai berikut:

        1. Hak untuk mempunyai dan menyatakan pendapat tanpa mengalami ganggua (pasal 19)

        2. Hak atas kebebasan berkumpul dan berserikat secara tenang (pasal 20 ayat 1)

        3. Hak untuk ikut serta dalam pemerintahan negara( pasal 21 ayat 1)

        4. Hak untuk ikut serta dalam pemilu yang dilakukan secara periodik, serentak, wajar, bebas, dan rahasia

        10 (pasal 21 ayat 3).

        Hak-hak politik yang dikukuhkan dalam naskah

        

      Declaration of Human Right ini kemudian dianggap masih

        kurang sempurna dan tidak cukup mampu untuk melindungi warga sipil dari penindasan beberapa negara, tahap kedua yang ditempuh komisi hak asasi PBB adalah menyusun sesuatu yang lebih mengikat daripada deklarasi belaka yaitu dalam bentuk perjanjian (covenant ) yaitu dua perjanjian Kovenan 9 10 Miriam Budiardjo, Op.Cit, hlm. 212

        Internasional hak sipil dan politik dan Kovenan Internasional hak ekonomi, sosial, dan budaya (1966).Sepuluh tahun kemudian International Covenanton Civil and Political Right ini baru dapat berlaku setelah diratifikasi oleh 35 negara anggota PBB. Dalam perjanjian yang disebut terakhir ini antara lain juga dirumuskan beberapa hak politik sebagai berikut:

        1. Hak kebebasan untuk menentukan status politik (pasal 1 ayat 1).

        2. Hak untuk berkumpul secara tenang (pasal 21 ayat 1).

        3. Hak kebebasan berasosiasi, membentuk dan bergabung dalam suatu perserikatan (pasal 22 ayat 1).

        4. Hak untuk ikut serta dalam pengaturan urusan pemerintahan,utama nya hak memilih dan dipilih sebagai pejabat negara (pasal 25 ayat 1 dan 2).

        11 Naskah-naskah Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,

        dua kovenan atau dua perjanjian sebagai satu kesatuan,yang dinamakan Undang-undang Internasional Hak Asasi Manusia,

        (International Billof Human Right).

        12

        pada tahun 2002 kemajuan konsep hak asasi manusia mencapai tonggak sejarah baru dengan didirikannya Mahkamah Pidana Internasional (Internasional Criminal

        Court atau ICC) yang khusus mengadili kasus pelanggaran terhadap kemanusiaan, genosida, dan kejahatan perang.

        13 Dewasa ini, kita membedakan tiga generasi hak asasi,

        generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang sudah lama dikenal dan selalu diasosiasikan dengan pemikiran- pemikiran negara barat. Generasi kedua adalah hak ekonomi, sosial, dan budaya yang gigih diperjuangkan oleh negara- negara komunis yang dalam perang dingin (1945 sampai awal tahun 1970). Generasi ketiga adalah hak atas 11 Ibid . hlm 52 12 Prof Miriam Budiarjo, Op.Cit, hlm. 218 13

        perdamaian dan hak atas pembangunan, yang terutama diperjuangkan oleh negara-negara dunia ketiga.

        Sementara itu berbagai negara non barat merasa terpanggil untuk membahas beberapa aspek yang menurut mereka kurang memperoleh perhatian yaitu pertama, konsep setiap manusia disamping mempunyai hak juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap masyarakat dimana ia berada. Kedua bahwa bagi banyak negara yang rasa agamis nya kuat, hak asasi dianggap tidak dapat dilihat terpisah dari agama dan budaya.

        Akhirnya, pada bulan juni 1993, lebih dari 170 negara anggota PBB (termasuk Indonesia) merumuskan Vienna Declaration yang mengakomodasikan pendirian negara barat dan non barat terutama seperti dirumuskan dalam Bangkok

      14 Declaration .

        Di dalam forum PBB terdapat perbedaan sifat antara hak politik dan hak ekonomi, hak politik adalah warisan dari aliran liberalisme abad ke-17 dan ke-18 dipihak lain hak ekonomi lebih bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyakat. Maka dari itu negara-negara barat cenderung curiga tekanan atas hak ekonomi hanya merupakan alasan untuk kurang memperdulikan hak politik.

        Pada hakikatnya hak politik di maksud untuk melindungi individu dari penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak penguasa, karena negara sedikit banyak dianggap sebagai ancaman bagi manusia. Untuk melaksanakan hak politik, kewenangan pemerintah perlu dibatasi melalui perundang- undangan.

        Berbeda dengan hak ekonomi yang seusai perang dunia ke II secara gigih diperjuangkan Uni Soviet dan sekutu nya, dimana hak ekonomi mencakup penghidupan yang layak sukar ditentukan tolak ukur yang dapat diterima oleh semua negara.

        Pelaksanaan beberapa hak politik secara khusus diberi pembatasan yaitu perundang-undangan yang menyangkut ketertiban dan keamanan nasional dalam negara masing- 14 masing misalnya dalam kovenan sipil dan politik ditentukan bahwa hak berkumpul secara damai terkena pembatasan yang sesuai dengan undang-undang nasional dan yang dalam negara demokratis diperlukan demi kepentingan keamanan nasional atau keselamatan umum.

        Untuk memantau perkembangan pelaksanaan hak-hak politik, didirikan panitia hak asasi (human right comittee), yang berhak menerima serta menyelidiki pengaduan dari suatu negara terhadap negara lain, jika telah terjadi pelanggaran terhadap hak asasi yang tercantum dalam

        15 kovenan itu.