KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS

KETERPADUAN PROGRAM BERDASARKAN ENTITAS

   RPPKP/SP PIP

  Bab .7

   SPAM MBR (di Rusunawa, Kws Sektor Bangkim  Rusunawa

   Perda BG Sektor AM

   SSK Sektor PBL

  Sektor PPLP

   Infrastruktur Drainase Perkotaan  Infrastruktur TPA Sampah

   Infrastruktur Air Limbah terpusat

   SPAM Kab/Kota Sektor PPLP

   Penyehatan PDAM

  Sektor AM

  Sesuai dengan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun dengan berlandaskan berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan serta dalam upaya mewujudkan keterpaduan pembangunan permukiman di daerah, maka keseluruhan usulan yang telah dianalisis dan disusun sebelumnya dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) skala entitas yaitu: 1.

  Entitas Regional; 2. Entitas Kabupaten/kota; 3. Entitas Kawasan; dan 4. Entitas Lingkungan/komunitas

  Sektor AM

  IPAL Regional Kab/ Kota

   TPA Regional 

   SPAM Regional Sektor PPLP

  Sektor AM

   Masterplan  Feasibility Study

  Regional

  BENTUK DUKUNGAN/KEGIATAN SOFTWARE PEMBANGUNAN FISIK

  Acuan Program Keterpaduan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Entitas ENTITAS

  Tabel 7.1

  Acuan pengelompokan usulan berdasarkan skala entitas sebagai Program Keterpaduan Bidang Cipta Karya tersebut seperti ditunjukkan pad tabel berikut.

   RISPAM Sektor Bangkim

  7.1. ENTITAS REGIONAL

  Entitas regional didefinisikan sebagai suatu wilayah lintas batas administratif yang memiliki kesamaan fungsi, antara lain fungsi ekonomi, sosial, dan lingkungan, yang mendorong terjadinya kerjasama antar daerah (antar kabupaten/kota). Pengembangan infrastruktur Bidang Cipta Karya entitas regional untuk Kota Binjai yang masih dalam tahap pengembangan di tingkat provinsi adalah Sektor PLP untuk Pengembangan TPA Persampahan pada Kawasan Mebidangro. Selain itu beberapa Program kegiatan Infrastruktur Cipta Karya lainnya yang dapat dikembangkan dalam arahan kegiatan skala Entitas Regional adalah SPAM Regional pada sektor Pengembangan Air Minum dan Infrastruktur Pengolahan Air Limbah Terpusat Regional pada sektor PLP.

  7.2. ENTITAS KABUPATEN/KOTA

  Pada skala entitas kabupaten/kota, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya merupakan infrastruktur yang memiliki tingkat pelayanan dalam skala kabupaten/kota. Usulan Program kegiatan yang dapat dikelompokkana pada entitas kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

  a. Program software/non fisik antara lain berupa: i.

  Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum (RISPAM), sektor Pengembangan Air Minum; ii.

  Kawasan Permukiman (RP2KP), sektor Rencana Pembangunan dan Pengembangan

  Pengembangan Permukiman; ii i. Perda Bangunan Gedung dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan di Kawasan

  Strategis Kabupaten/Kota (RTBL KSK), sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; iv. Strategi Sanitasi Kota (SSK), program dari Direktorat Pengembangan PLP Ditjen Cipta Karya,

  b. Program pembangunan fisik antara lain berupa: i.

  Penyehatan PDAM, sektor Pengembangan Air Minum; ii.

  Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Kabupaten/Kota, sektor Pengembangan Air Minum; ii i. Infrastruktur Air Limbah Terpusat, sektor Pengembangan PLP; iv. Infrastruktur Drainase Perkotaan, sektor Pengembangan PLP; v . Infrastruktur TPA Sampah, sektor Pengembangan PLP. c.

  Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) IKK, sektor Pengembangan Air Minum; d.

  Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Pelabuhan Perikanan, sektor Pengembangan Air Minum; e. Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) di Kawasan Perbatasan, sektor Pengembangan

  Air Minum; f. Rusunawa, sektor Pengembangan Permukiman; g.

  Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuhsektor Pengembangan Permukiman; h. PSD Kawasan Rawan Bencana, Kawasan Perbatasan, Pulau Kecil Terluar, dan Kawasan

  Perdesaan Potensial (Agro/Minapolitan dan KTM), sektor Pengembangan Permukiman; i. Infrastruktur Air Limbah Komunal, sektor Pengembangan PLP; j.

  Infrastruktur TPST/3R, sektor Pengembangan PLP; k.

  Revitalisasi Kawasan, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; l. Pengembangan RTH, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; m. m.PSD PermukimanTradisional/Bersejarah, sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan. Sedangkan untuk program software/non fisik, yang termasuk dalam entitas kawasan antara lain adalah: a.

  Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), sektor Penataan b.

  Bangunan dan Lingkungan; c. Desain Kawasan.

7.4. ENTITAS LINGKUNGAN

  Pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya di Kota Binjai sebagai pengelompokan usulan pada entitas lingkungan diutamakan diselenggarakan pada pembangunan berbasis komunitas, dan lokasi pembangunan diutamakan pada KSK, yaitu: Untuk program software/non fisik, kegiatan dapat berupa penyusunan Rencana Kerja Masyarakat/Community Action Plan, sedangkan pada program fisik dapat berupa

  : a.

  Sistem Pengembangan Air Minum (SPAM) Desa Rawan Air/Pesisir/Terpencil, sektor Pengembangan Air Minum; b. Pengembangan Air Minum dan Sanitasi Masyarakat (PAMSIMAS), sektor Pengembangan

  Air Minum; c. Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), sektor Pengembangan

7.5. INDIKASI LOKASI KETERPADUAN PROGRAM KOTA BINJAI

  A. Identifikasi Keterpaduan Program berdasarkan Arahan Kawasan Strategis Kota Binjai pengembangan yang paling lengkap sehingga memiliki nilai strategis dalam pembangunan Kota Binjai. Dari proses pertimbangan dan penilaian dari berbagai kriteria/indikator penilaian, maka diperoleh 3 (tiga) indikasi kawasan permukiman prioritas.

  F

B

A C E D

  Prioritas Penanganan Permukiman Kawasan Kumuh Tahap I

  G

  Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Timur: A . Kawasan Setia –Mencirim

  Kecamatan Binjai Kota B . Kawasan Tangsi-Binjai C . Kawasan Berngam

  Prioritas Penanganan Permukiman Kawasan Kumuh Tahap II Kecamatan Binjai Kota:

  D . Kawasan Satria E . Kawasan Kartini Dari gambar diatas, sebagai prioritas penanganan kawasan kumuh di Kota Binjai dapat dijelaskan sebagai berikut: Prioritas penangana tahap pertama adalah :

   Kawasan kumuh Tangsi –Binjai di Kecamatan Binjai kota; dan

  Kawasan kumuh Setia-Mencirim di Kecamatan Binjai Kota dan Binjai Timur

    Kawasan kumuh Berngam di Kecamatan Binjai Kota. Prioritas penanganan kawasan kumuh pada tahap berikutnya adalah: Kawasan Satria di Kecamatan Binjai Kota.

   Kawasan Kartini di Kecamatan Binjai Kota.

   Kawasan Limau Sundai di Kecamatan Binjai Barat.; dan

   Kawasan kumuh Rambung Dalam di Kecamatan Binjai Selatan.

   Kesimpulan hasil identifikasi Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Kota Binjai seperti dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 7.2. Identifikasi Keterpaduan Program Bidang Cipta Karya Kota Binjai

  Termuat pada Dokumen RIS

  No P Sektor

  Entitas Program/Kegiatan Lokasi KSK

  P S K S M P P L A P /R

  • M RTB -S

  IP P RI P SSK S

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

  • Regional

  Regional

  • Rencana Pembangunan dan Pengembangan

  

1 Kab / Kota Perumahan Permukiman Daerah (RP4D) Kota Kec. Binjai Timur √ √ - √ √ Bangkim

  Binjai DED dan Pembangunan Unit Air Baku lokasi

  2 Kab / Kota

  Kel. Kebun Lada Kec. Binjai Utara √ √ - √ √ AM Intake IPA Kebun Lada I DED dan Pembangunan Unit Produksi IPA

  3 Kab / Kota

  Kel. Kebun Lada Kec. Binjai Utara AM √ √ - √ √

  Kebun Lada I  Kec. Binjai Timu DED dan Pembangunan Pipa  Kec. Binjai Utara

  4 Kab / Kota

  √ √ - √ √ AM Transmisi/Distrubusi Utama

   Kec. Binjai Selatan  Kec. Binjai Kota

  Termuat pada Dokumen RIS

  No Sektor

  Entitas Program/Kegiatan Lokasi KSK P

  P S S K M P L P A P /R

  • M RTB -S

  IP P RI SSK P S

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

  Limbah Setempat dan Komunal Kawasan - Kec. Binjai Selatan Kumuh dan MBR  Setia, Binjai - Kec. Binjai Kota

   Dataran Tinggi, Timbang Langkat,

  • Kec. Binjai Timur  Damai ,Kebun Lada - Kec. Binjai Utara  Limau Sundai, Sukaramai - Kec.

  Binjai Barat DED dan Pembangunan Sarana/Prasarana

  10 Kawasan

  Kota Binjai √ √ - √ √ PLP TPST (3R) Sosialisasi, Pembentukan KSM dan Pelatihan

  11 Kawasan

  Kota Binjai √ √ - √ √ PLP pembangunan Sarana/Prasarana TPST (3R)  Lingkungan II dan IV (Kel DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan

  12 Kawasan

  Setia)Lingkungan II (Kel Tangsi) √ √ - √ √ AM Pamsimas untuk kawasan kumuh dan Lingkungan III (Kel Binjai)

   Kel Tangsi, Kel Berngam, Kel DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan

  13 Kawasan

  Kartini Kec. Binjai Kota √ √ - √ √ AM Pamsimas untuk kawasan kumuh

   Kel. Mencirim-Kec. Binjai Timur DED,Pembangunan, Sosialisasi dan Perawatan Kel. Tanah Seribu, Kel. Tanah Merah-

  14 Kawasan

  √ √ - √ √ AM Pamsimas untuk kawasan rawan air perkotaan Kec.Binjai Selatan

  15 Lingkungan Penyiapan Lokasi Relokasi di Binjai Timur Kecamatan Binjai Timur

  √ √ - √ √ Bangkim  Kecamatan Binjai Kota Relokasi Permukiman Di Sempadan Sungai,  Kecamatan Binjai Timur

  16 Lingkungan Diatas Saluran Drainase, Rel Kereta Api, Padat

  √ √ - √ √ Bangkim  Kecamatan Binjai Utara Dan Kurang Layak Huni  Kecamatan Binjai Selatan  Kec. Binjai Timur Pembangunan Infrastruktur PSD Permukiman

  17 Lingkungan

   Kec. Binjai Utara √ RSH  Kec. Binjai Selatan DED dan Pembangunan Fasilitas Pendukung

  18 Lingkungan

  Kota Binjai PBL

  √ √ - √ √ RTH Publik/Lingkungan Kota Binjai DED dan Pembangunan Sanimas Kawasan Kel. Tangsi, Binjai, Pekan Binjai-Kec.

  19 Lingkungan

  √ √ - √ √ PLP Kumuh dan MBR Binjai Kota DED dan Pembangunan Sanimas Kawasan

  20 Lingkungan

  Kel. Mencirim-Kec. Binjai Selatan PLP √ √ - √ √

    Optimaslisasi IKK

   Pamsimas di Kawasan Kumuh PAM

   Air Limbah Setempat dan Komunal di Kawasan Kumuh/MBR

   Sanimas di Kawasan Kumuh/MBR  TPST (3R)  Saluran Drainase Lingkungan/Tersier PLP

   Infrastruktur Kawasan Kumuh dan Relokasi Permukiman  Relokasi Permukiman Baru BANGKIM

  KSK PUSAT KOTA KECAMATAN BINJAI KOTA

  Bab .8 ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

  Dukungan kajian analisis terhadap aspek-aspek lingkungan dan sosial paa RPI2-JM bidang Cipta Karya dibutuhkan untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN

  Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kota Binjai telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut: 1.

  UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; 3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

  Tahun 2010-2014; 4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis; 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Adapun tugas dan wewenang pemerintah kab/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: a.

  Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

2. KLHS dijadika sebag alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang

  Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. ordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbang kan isu-isu pokok seperti:

  (1) Perubahan iklim,

  (2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahankeanekaragaman hayati,

  (3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

  (4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

  (5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

  (6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau

  (7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

8.1.2. Amdal, UKP-UPL dan SPPLH

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan HidupNo. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008.

  Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib

  Jenis Kegiatan Skala/Besaran No.

  • luas landfill, atau

  semua kapasitas/

  • Kapasitas Total

  besaran

  c. Pembangunan transfer station: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  e. Pengolahan dengan insinerator: semua kapasitas

  • Kapasitas

  f. Composting Plant: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  g. Transportasi sampah dengan kereta api: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  B. Pembangunan Perumahan/Permukiman: > 25 ha

  a. Kota metropolitan, luas > 50 ha

  b. Kota besar, luas > 100 ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas > 2.000 ha

  d. keperluan settlement transmigrasi C. Air Limbah Domestik

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:

  • Luas, atau

  > 2 ha

  3

  • Kapasitasnya

  > 11 m /hari

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

  • Luas, atau

  > 3 ha

  • Kapasitasnya

  > 2,4 ton/hari

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:

  • Luas layanan, atau

  > 500 ha

  • Debit air limbah

  > 16.000 m3/hari Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di D. permukiman

  > 5 km

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 10 km

  b. Kota sedang, panjang:

  E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  a. Pembangunan jaringan distribusi > 500 ha

  • Luas layanan

  b. Pembangunan jaringan transmisi > 10 km

  • panjang

  Sumber

  : Permen LH 5/2012 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak

  3. Kesepakatan pemukiman kembali atau konsolidasi lahan atas masyarakat yang lahannya digunakan oleh pembangunan bidang Cipta Karya.

  4. Pengamanan kegiatan produktif masyarakat yang lahannya terkena pembangunan Bidang Cipta Karya.

  5. Pengamanan sistem ekonomi lokal, pada wilayah yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta karya atau lahannya digunakan untuk pembangunan tersebut.

  6. Kesepakatan kompensasi atas kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan ataupun biaya penggantian lahan atas lahan yang digunakan untuk pembangunan kegiatan-kegiatan Bidang Cipta Karya.

  7. Pemberdayaan ekonomi kelompok masyarakat yang terkena dampak pembangunan Bidang Cipta Karya.

  8. Sosialisasi program pengamanan sosial atas dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Bidang Cipta Karya yang membutuhkan lahan milik masyarakat

  A . Safeguard Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali Kegiatan Safeguard Pengadaan Pengadaan Tanah dan Permukiman Kembali biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, memperbaiki pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak kegiatan pengadaan tanah. Pengadaan tanah dan pemukiman kembali atau land acquisition and resettlement untuk kegiatan RPI2JM mengacu pada prinsip-prinsip berikut: 1.

  Transparan, kegiatan harus diinformasikan secara transparan kepada pihak yang terkena dampak, mencakup: daftar warga, aset (tanah, bangunan, tanaman, dll) yang terkena dampak; 2. Partisipatif, Warga yang berpotensi terkena dampak/dipindahkan (DP) harus terlibat dalam seluruh tahap perencanaan proyek, seperti: penentuan lokasi proyek, jumlah dan bentuk kompensasi/ganti rugi, serta lokasi tempat pemukiman kembali; 3. Adil, Pengadaan tanah tidak memperburuk kondisi kehidupan DP Warga tersebut memiliki hak untuk mendapatkan ganti rugi yang memadai yang setara dengan harga pasar tanah

  2. Kegiatan yang mengakibatkan dampak pada lebih dari 200 orang atau 40 KK, atau melibatkan pemindahan Iebih dari 100 orang atau 20 KK, harus didukung dengan Rencana Tindak Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali atau RTPTPK.

   Dampak fisik, seperti dampak pada tanah, bangunan, tanaman dan aset produktif,

   Warga yang menguasai/menempati tanah/lahan tanpa landasan hukum ataupun perjanjian dengan pemilik tanah, Warga yang mengelola tanah wakaf (tanah yang dihibahkan untuk kepentingan agama).

   Warga yang menguasai tanah berdasarkan perjanjian dengan pemilik tanah,

   Warga yang tidak memiliki hak atas tanah tetapi menguasai/ menggarap lahan

   Warga yang memiliki hak atas tanah pada saat pendataan dilakukan,

  6. Berkenaan dengan hak hukum atas tanah, DP dapat dikelompokkan menjadi:

   Dampak non-fisik, seperti dampak lokasi, akses pada tempat kerja atau prasarana.

   Pihak yang dapat terkena dampak pembebasan tanah dan / atau pemukiman dipindahkan dalam kegiatan sub proyek dapat berupa warga/individu, entitas, atau badan hukum. Adapun bentuk dampak yang diakibatkan dapat berupa:

  3. Jika kegiatan investasi mengakibatkan dampak pada kurang dari 200 orang atau 40 KK atau kurang dari 10% asset produktif atau melakukan pemindahan penduduk secara temporer selama konstruksi, harus didukung dengan RTPTPK sederhana.

   Perhitungan ganti rugi aset diganti dengan aset yang sama, atau ganti rugi uang tunai setara dengan harga untuk memperoleh aset.

   Perhitungan ganti rugi tanaman berdasarkan nilai pasar tanaman ditambah biaya kerugian non material lain,

   Perhitungan kompensasi ganti rugi bangunan berdasarkan nilai pasar bangunan dengan kondisi yang serupa di lokasi yang sama;

   Perhitungan ganti rugi tanah berdasarkan nilai pasar tanah di lokasi yang memiliki karakteristik ekonomi serupa saat pembayaran ganti rugi dilakukan;

  5. Ada beberapa alternatif cara untuk menghitung ganti rugi bagi DP, yakni:

  4. RTPTPK menyeluruh atau RTPTPK sederhana dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab pemrakarsa kegiatan, dimonitor oleh Tim Pemantauan Safeguard.

  B . Metode Pendugaan Dampak

  Proses Penyajian Pemilihan Safeguard alternative untuk safe guard lingkungan dan safe guard pengadaan tanah dan permukiman kembali yaitu dengan memaparkan dan membandingkan antara 2 (dua) atau lebih safe guard yang lebih bernilai ekonomis, lebih efektif, potensial menimbulkan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.

  8.2.2. Terhadap Sub Bidang Air Minum

  Dari hasil analisa teknis, pembangunan sumber air baku, perpipaan baik transmisi maupun distribusi tidak akan mengambil lahan masyarakat. Selain itu lahan yang digunakan untuk pembuatan sumur bor sebagian merupakan hibah dari masyarakat, sehingga tidak perlu ada penggantian lahan maupun re-settlment penduduk. Disimpulkan bahwa investasi Sub Bidang Air Minum tidak akan menimbulkan dampak negatif, baik dari segi lingkungan, sosial. Sehingga pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan investasi Sub Bidang Air Minum hanya dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan kementerian/lembaga.

  8.2.3. Terhadap Sub Bidang Air Limbah

  Investasi sistem terpusat (off site) memerlukan studi AMDAL. Sedangkan penyediaan lahan bagi pembangunan fisiknya pada lahan di luar kawasan permukiman hanya perlu dilakukan pengelolaan safeguard sosial dan lingkungan dalam bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat dan anggaran dari kementerian/lembaga.

  8.2.4. Terhadap Sub Bidang Persampahan

  Dalam jangka panjang perluasan lahan TPA yang ada di Kec. Binjai Timur berupa kawasan lahan kebun milik PT. Perkebunan Nusantara (BUMN) diupayakan dengan kompensasi dan kesepakatan antara Pemerintah Kota Medan dengan pihak terkait. Dengan demikian tidak memerlukan re- settlement bagi masyarakat. Pengelolaan dan pemantauan dampak di seputar lokasi TPA akan dilaksanakan berdasarkan hasil Studi AMDAL dan RKL dan RPL.

  8.2.5. Terhadap Sub Bidang Drainase

  Pembangunan saluran induk baru memerlukan lahan, untuk itu dilakukan pembelian lahan sepanjang calon saluran induk baru. sosial dan ekonomi bagi masyarakat. Guna meningkatkan efektivitas program tersebut, kegiatan penataan dan peremajaan kawasan didukung oleh program pemberdayaan masyarakat untuk pemeliharaan prasarana dasar yang akan dibangun. Program Pematangan Tanah untuk KASIBA – LISIBA Kawasan permukiman baru Kota Binjai berada pada lokasi yang tersebar di lima BWK sesuai rencana RTRW Kota Binjai dan disesuaikan perkembangan wilayah pada masa sekarang. Kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas pelayanan umum dan jaringan jalan. Kawasan siap bangun (Kasiba) yaitu kawasan permukiman yang dipersiapkan dan dikelola oleh pemerintah dalam penyediaan lahan matang. Kawasan ini sudah dilengkapi dengan jaringan jalan arteri sekunder, fasilitas dan utilitas umum. Kasiba direncanakan berlokasi di BWK B pada lahan HGU perkebunan tebu milik PTP II. Penggunaan lahan terbangun di wilayah perencanaan didominasi oleh peruntukan perumahan seluas 1.483,75 Ha sehingga tidak memerlukan re-settlement maupun konsolidasi lahan. Akan tetapi juga memungkinkan dilakukan konsolidasi lahan, untuk konsolidasi tersebut diperlukan: 1.

  Sosialisasi program konsolidasi lahan 2. Kesepakatan konsolidasi lahan 3. Program pemberdayaan ekonomi selama proses konsolidasi itu berlangsung.

8.3. RENCANA PENGELOLAAN 8.3.1.

  Rencana Sistem Pengelolaan Safeguard Sosial dan Lingkungan

  Sistem Pengelolaan Safeguard Lingkungan dan Safeguard sosial di Kota Binjai direncanakan dikelola dengan sistem terpadu di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Binjai dengan melibatkan Iangsung Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD) terkait sesuai tugas masing- masing SKPD.

  

Pengelolaan Safeguard sosial direncanakan dikelola oleh Dinas-Dinas terkait

pembangunan infrastruktur khususnya bidang Cipta Karya di Kota Binjai seperti

untuk pengadaan lahan dan permukiman kembali direncanakan dikelola oleh

Bagian Tata Pemerintahan Sekretariat Pemerintah Kota Binjai dan Dinas Pekerjaan

Umum (PU).

  Bab .9 ASPEK PEMBIAYAAN

  Dalam kegiatan pembangunan infrastruktur dan prasarana baru serta pelaksanaan pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun, pemerintah Kota Binjai tetap berkomitmen untuk mengalokasikan sebagian anggaran belanja daerahnya untuk keberlanjutan pembangunan demi kesejahteraan masyarakatnya. Dengan keterbatasan fiskal yang ada dalam pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman serta program-program kegiatan pembangunan yang telah direncanakan, pemerintah kota Binjai dituntut untuk mencari alternatif pembiayaan dari sumber-sumber lain baik dari sektor swasta maupun mengali peluang-peluang sebagai potensi investasi baru yang dapat dikembangkan dan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan asli daerah. Tuntutan keadaan tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yng mengamanatkan bahwa kewenangan pembangunan termasuk bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya selama ini lebih merupakan stimulan bagi daeerh dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu terus dikembangkan. Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPI2JM ini pada dasarnya adalah bertujuan untuk: a.

  Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah Kota Binjai dalam kemampuanya melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya yang telah direncanakan pada pembahasan bab sebelumnya b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c.

  Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya. daerah ini akan digunakan untuk mendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

  3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan. Dana Perimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan Dana Alokasi Khusus.

  Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yang ditentukan Kementerian Keuangan.

  4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.

  5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumber pinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, Lembaga Keuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidak dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskan melalui pemerintah pusat.

  6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahan Perpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapat bekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenis infrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usaha adalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman dan prasarana persampahan

  7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 dan Permendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari: a.

  Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  b.

  Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran.

  8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Infrastruktur: Kementerian PU menyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya, Adapun ruang lingkup dan

  2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

  3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

  4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta

  Corporate Social Responsibility (KPS), maupun skema (CSR).

  5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.

  6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar- besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

  

9.2. PROFIL ANGGARAN BELANJA DAERAH, PENDAPATAN DAN PEMBIAYAAN DAERAH

KOTA BINJAI

  Sampai saat ini kondisi pendapatan daerah Kota Binjai masih sangat bergantung pada dana perimbangan yang pengalokasiannya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi yang teriri dari Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya alam, Dana Alokasi Khusus (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) serta pendapan lain-lain yang sah dalam bentuk bantuan kontijensi/penyeimbang dari Pemerintah Pusat. Penerimaan pendapan daerah Kota Binjai selama 5 (lima) tahun terakhir mengalami peningkatan realisasi yang diikuti dengan peningkatan persentase kenaikan pendapatan pada tahun 2012 sebesar 18,87% pada tahun 2011 sebesar 31,15% jika dibandingkan dengan persentase kenaikan pendapan pada tahun 2010 sebesar 11,59 % Ringkasan realisasi Anggaran Pendapatan untuk APBD 2013 Kota Binjai adalah sebesar Rp 711.568.038.000,- sedangkan realisasi belanja untuk APBD 2013 sebesar Rp. 702.169.562.000,-. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Binjai pada tahun 2013 dapat dilihat padatabel berikut.

  Tabel 9.1.

  Realisasi Pendapatan Daerah Kota Binjai APBD 2013 Uraian (000) Rp a.

  Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.

  b.

  Pendapatan Daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.

  c.

  Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan Pengeluaran. Dari data perkembangan Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah Kota Binjai dalam 5 (lima ) tahun terakhir terlihat bahwa realisasi penerimaan pembiayaan untuk Kota Binjai pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 711.568.038,00,- dengan realisasi pengeluaran pembiayaan sebesar Rp. 702.167.562,00,- dan sisa lebih anggaran tahun berkenaan sebesar Rp. 9.400.476,00,-. Lebih lengkapnya Perkembangan Belanja Daerah Kota Binjai erakhir seperti dijelaskan pada tabel berikut.

  Tabel 9.2.

  Perkembangan Belanja Daerah Kota Binjai dalam 5 Tahun Terakhir Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013

  Anggaran No.

  Rp Rp Rp Rp Rp

  1. Pendapatan Daerah Pendapatan Asli Daerah

  17.272.605.866,42 18.832.884.480,77 26.640.032.636,71 48.178.078.000,00 49.196.059,00

  (PAD) Dana Perimbangan 364.953.958.201,71 372.387.616.528,00 417.735.148.865,00 552.755.195.000,00 530.808.739,00 Lain-lain Pendapatan

  13.929.319.000,00 50.833.233.800,00 135.360.652.865,00 88.173.811.000,00 131.563.240,00

  yang sah Total Pendapatan 396.155.883.068,13 442.053.734.808,77 579.735.834.366,71 689.107.084.000,00 711.568.038,00

  2. Belanja Daerah

  220.874.661.428,00 277.840.220.041,00 312.714.068.757,84 491.878.213.000,00 400.697.327,00

  Belanja Tidak langsung Belanja Langsung 162.529.222.373,00 140.380.171.794,00 232.783.322.589,00 158.209.028.000,00 301.470.235,00

  Jumlah Belanja 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84 650.087.241.000,00 702.167.562,00 Surplus/Defisit 12.688.999.267,13 23.833.342.973,77 33.238.443.019,87 39.019.843.000,00 9.400.476,00

  Sumber: Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Binjai

9.3. PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

  Sumber-sumber pembiayaan sebagai investasi pembangunan bidang Cipta karya di Kota Binjai didukung oleh banyak sumber baik dari Pemerintah Pusat, Provinsi Sumatera Utara dan Pemerintah Kota Binjai melalui APBD, selain itu swadaya masyarakat dan swasta turut mendukung peningkatan perekonomian dan pembangunan. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi masih

  0,13 0,43 0,26 0,08 0,18 Pendanaan APBD

  3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan 1.565.250.000,00 294.311.550,00 52.570.000,00 - 2.897.666.650,00

  8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Total Belanja APBD (%)

  7 Total Belanja APBD 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84

  6 Total Belanja Modal Sanitasi 475.209.934,32 1.673.204.900,00 988.973.700,00 328.669.930,00 1.010.203.950,00

  5 Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi, Pendampingan, dll)

  4 Drainase 307.374.934,32 - - - -

  3 Sampah 167.835.000,00 91.591.600,00 42.444.000,00 328.669.930,00 375.243.950,00

  2 Air Limbah - 24.863.300,00 25.232.700,00 - -

  1 Air Minum - 1.556.750.000,00 921.297.000,00 - 634.960.000,00

  3,84 2,43 1,90 1,99 4,94 Pendanaan DAK

  8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (%)

  7 Jumlah Belanja Total (dalam APBD) 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84

  6 Total Belanja Sanitasi 13.621.042.023,02 9.558.215.550,00 7.280.196.000,00 8.323.857.250,00 26.970.141.485,00

  5 Dinas kesehatan 27.400.450,00 16.115.000,00 22.400.000,00 - 99.020.500,00

  4 Badan Lingkungan Hidup 66.000.000,00 151.911.000,00 30.000.000,00 - 95.342.000,00

  2 Dinas Tata Ruang dan Permukiman - 419.736.000,00 449.475.000,00 670.775.000,00 -

  IX .

  1 Dinas Pekerjaan Umum 11.962.391.573,02 8.676.142.000,00 6.725.751.000,00 7.653.082.250,00 23.878.112.335,00

  0,13 0,43 0,26 0,08 0,18 Pendanaan APBD

  8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (%)

  7 Jumlah Belanja Total (dalam APBD) 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84

  6 Total Belanja Sanitasi 475.209.934,32 1.673.204.900,00 988.973.700,00 328.669.930,00 1.010.203.950,00

  5 Dinas kesehatan - - - - -

  4 Badan Lingkungan Hidup 167.835.000,00 116.454.900,00 67.676.700,00 328.669.930,00 375.243.950,00

  3 Dinas Kebersihan dan Pertamanan - - - - -

  2 Dinas Tata Ruang dan Permukiman - - - - -

  1 Dinas Pekerjaan Umum 307.374.934,32 1.556.750.000,00 921.297.000,00 - 634.960.000,00

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Pendanaan DAK

  SKPD Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

  Perkembangan Realisasi Belanja Modal Pembangunan Cipta Karya Kota Binjai Tahun 2007-2011 No

  Tabel 9.3.

  IX . No

  SKPD Tahun 2007 2008 2009 2010 2011

  (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

  1 Air Minum 1.837.349.000,00 191.000.000,00 942.130.000,00 522.414.000,00 4.446.967.500,00

  2 Air Limbah - - - 383.990.200,00 -

  3 Sampah 1.443.050.450,00 195.625.000,00 965.353.000,00 1.259.684.000,00 2.881.938.400,00

  4 Drainase 10.125.042.573,02 8.904.878.000,00 5.320.313.000,00 6.157.769.050,00 19.431.144.835,00

  5 Aspek PHBS (Pelatihan, Sosialisasi, Komunikasi, Pendampingan, dll)

  215.600.000,00 266.712.550,00 52.400.000,00 - 210.090.750,00

  6 Total Belanja Modal Sanitasi 13.621.042.023,02 9.558.215.550,00 7.280.196.000,00 8.323.857.250,00 26.970.141.485,00

  7 Total Belanja APBD 354.397.082.286,00 393.514.431.902,00 383.466.883.801,00 418.220.391.835,00 546.497.391.346,84

  8 Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Total Belanja APBD (%)

  3,84 2,43 1,90 1,99 4,94

  

Sumber:

  Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kota Binjai, BPS-SSK Kota Binjai 2013

  

9.3.2. Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun

Terakhir

  Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah ( profit oriented ). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya. Salah satu dukungan keuangan perusahaan daerah untuk bidang Cipta Karya di Kota Binjai adalah PDAM Tirta Sari Kota Binjai sebagai perusahaan daerah yang mengelola SPAM untuk pelayanan Kota Binjai, namun sampai saat ini perusahaan tersebut belum mampu memberikan kontribusi yang berarti dalam mendukung ketersediaan dana di Kota Binjai, hal disebabkan kedua perusahaan tersebut lebih bersifat pelayanan dari pada mengejar keuntungan (profit). Gambaran pendapatan keuangan PDAM Tirtasari Kota Binjai selama 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut:

  Tabel 9.4.

  Realisasi Pendapatan PDAM Tirtasari Kota Binjai Tahun 2010, 2011, 2012 Tahun Jumlah Pendapatan (Rp)

  Tahun 2010 9.506.637.015,- Tahun 2011 10.095.713.061 Tahun 2012 10.607.653.045

  Sumber:

  PDAM Tirtasari kota Binjai, RI-SPAM Kota Binjai 2013

9.3.3. Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya bersumber dari Swasta

  Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema

9.4. PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

  Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD Kabupaten.

9.4.1. Proyeksi APBD 5 Tahun ke Depan

  Proyeksi APBD Kota Binjai dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya. Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut: 1.

  Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatan Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

  Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

  Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depan: Yn=Y0(1+r)n

  Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut: Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan

  Y0 = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5) 3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku. Kewajiban Daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

   Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

  Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.

  Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

  (PAD+DAU+DBH+DB Belanja Wajib) Pokok Pinjaman + Bunga + Biaya Lain

  DSCR = b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

  c.

  Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

  d.

  Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah. Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah

  Debt Service Cost Ratio

  untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut: b.

  Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhitungan.

  c.

  Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis.

  d.

  Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta.

9.5.2. Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya