Tradisi Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima (Studi Kasus Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima) - Repositori UIN Alauddin Makassar

  

TRADISI NGAJI JAMA’ PADA MASYARAKAT BIMA (STUDI

KASUS DESA BARALAU KECAMATAN MONTA KABUPATEN

BIMA)

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

  Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Sosiologi Agama pada Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar

  Oleh :

  

FITRIANITA

NIM: 30400114036

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR

  

2018

  

MOTTO HIDUP

KU

Raihlah dulu baju sarjana mu sebelum kamu

meraih baju pengantin mu..

tetaplah melangkah kedepan, jangan pernah

mundur sebelum ada usaha..

yakin dan percaya tidak ada proses yang

menghianati hasil..

.. tetap jalani hidup ini dengan Semangat

semangat juangku untuk meraih kesuksesan tak

pernah henti, demi meraih masa depan yang

cerah, agar membahagiakan kedua orang tuaku

dan keluarga terdekatku..

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

  Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fitrianita NIM : 30400114036 Tempat/Tgl. Lahir : Baralau, 23 April 1997 Jur/Prodi/Konsentrasi : Jurusan Sosiologi Agama Fakultas/Program : Ushuluddin Filsafat dan Politik/ S1 Alamat : Desa Baralau Kec. Monta Kab. Bima Judul : Tradisi Ngaji Jama’ Pada Masyarakat Bima (Studi

  Kasus Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima)

  Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

  Makassar, 27 Agustus 2018 Penyusun,

FITRIANITA NIM: 30400114036

KATA PENGANTAR

   ِْ ِ ﱠ ا ِﷲ ِ َ ْ ﱠ ا ِ ْ ِ

  Segala puji dan syukur penulis persembahkan kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, rahmat, hidayah dan karunia-Nya kepada setiap manusia. Kupersembahkan cintaku pada Ilahi, atas segala anugerah kesempurnaan-Nya dan juga nikmat-Nya, hingga pada pencerahan epistemologi atas seluruh kesadaran alam semesta. Bimbinglah kami menuju cahaya-Mu dan tetapkanlah orbit kebenaran Islam sejati. Salam dan Shalawat penulis curahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw. Nabi terakhir menjadi penutup segala risalah kebenaran sampai akhir zaman. Kepada para keluarga beliau, sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan orang-orang yang senantiasa istiqomah dalam memperjuangkan kebenaran Islam sampai akhir zaman.

  Berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nyalah kepada seluruh umat manusia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai bentuk perjuangan selama penulis menuntut ilmu pada Jurusan/ Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, dengan judul “Tradisi Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima (Studi Kasus Desa Baralau

  

Kecamatan Monta Kabupaten Bima)”. Diajukan sebagai salah satu persyaratan

  untuk memperoleh gelar sarjana sosial pada Jurusan/ Prodi Sosiologi Agama, Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  

iv Melalui kesempatan ini penulis haturkan ucapan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan yang tulus kepada kedua orang tuaku tercinta, kedua orang tuaku, Rosdiana dan Ubud atas segala do’a, jasa, jerih payah dalam mengasuh dan mendidik penulis dengan sabar, penuh pengorbanan baik lahiriyah maupun batiniyah sampai saat ini. Kepada satu-satunya saudaraku Esa Yuliasa terima kasih telah memberikan bantuan berupa do’a, semangat dan materi sejak penulis memulai studi hingga selesai penulisan skripsi ini. Atas segala cinta dan kasih sayang mereka, semoga Allah swt senantiasa membalasnya dan melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada mereka, Aamiin ya Rabbal Aalamin.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian studi maupun dalam proses penulisan skripsi dari awal sampai akhir, tentunya tidak dapat penulis selesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, arahan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, moral maupun materil. Oleh karena itu, penulis sampaikan rasa syukur dan ucapan terima kasih yang setulus- tulusnya kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar, dan Bapak Prof. Dr. Mardan, M.Ag, Bapak Prof. Dr. Lomba Sultan, M.A, dan Ibu Prof. Dr. Hj. Siti Aisyah Kara, M.Ag. Ph.D, selaku para Wakil Rektor I, II dan III yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar yang menjadi tempat bagi penulis untuk memperoleh ilmu, baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

  2. Bapak Prof. Dr. H. Muh. Natsir Siola, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik bersama Bapak Dr. Tasmin, M.Ag, selaku

  

v Wakil Dekan I, Bapak Dr. H. Mahmuddin, M.Ag, selaku Wakil Dekan II, dan Bapak Dr. Abdullah Thalib, M.Ag, selaku Wakil Dekan III Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik beserta jajarannya yang senantiasa membina penulis selama menempuh perkuliahan.

  3. Ibu Wahyuni, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Sosiologi Agama dan Ibu Dr. Dewi Anggariani, S.Sos., M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi Agama, atas ilmu, bimbingan dan kesabarannya dalam mengarahkan penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program yang telah direncanakan selama menempuh perkuliahan di UIN Alauddin Makassar.

  4. Ibu Dr. Hj. Aisyah, M.Ag, selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing penulis dari awal hingga masa penyelesaian.

  5. Bapak Dr. Abdullah, M.Ag, selaku Pembimbing I dan Hj. Suriyani S.Ag.M.Pd, selaku Pembimbing II, yang tulus ikhlas meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi ini sejak awal hingga selesai.

  6. Bapak Dr. M. Hajir Nonci, M.Sos.I, selaku penguji I dan Bapak Dr. Norman Said, Ma, selaku penguji II , yang tulus memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi penulis .

  7. Kepala Perpustakaan Pusat UIN Alauddin Makassar beserta jajarannya, yang telah menyediakan referensi yang dibutuhkan dalam penyusunan sampai penyelesaian skripsi ini.

  vi

  8. Para Bapak/Ibu Dosen dan juga Asisten Dosen yang telah berjasa mengajar dan telah banyak memberikan konstribusi ilmiah sehingga dapat membuka cakrawala berpikir penulis selama masa studi.

  9. Seluruh Karyawan dan Staf Akademik Lingkungan Fakultas Ushuluddin, Filsafat dan Politik UIN Alauddin Makassar, yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis selama ini.

  10. Para sahabat ku Widarsih dan Istika Ahdiyanti, yang selalu meberi semangat dan motivasi kepada penulis sejak awal hingga akhir penulisan skripsi ini, terima kasih yang tulus atas bantuan dan kebersamaannya selama ini, beserta seluruh teman-teman seperjuangan mahasiswa Jurusan Sosiologi Agama angkatan 2014 yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu, yang telah menyemangati dan banyak memberikan warna dan ruang yang sangat berarti bagi penulis selama ini. Untuk Teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) Angkatan ke-58 Desa Bila Kecamatan Amali Kabupaten Bone yaitu: Nino, Rose, Rizqi, Bahrul, Andi, Satri, Titi dan Adi, yang telah mengajarkan arti persaudaraan selama dilokasi KKN dan memberikan dukungan selama penulis melakukan awal penelitian hingga menyelesaikan skripsi ini.

  11. Masyarakat dan Staf pemerintahan Desa Baralau Kecematan Monta Kabupaten Bima yang telah menerima penulis untuk mengadakan penelitian dan memberikan keterangan yang ada hubungannya dengan materi skripsi.

  Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan.

  

vii Semoga Allah swt, memberikan balasan yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa, kebaikan serta bantuan yang diberikankepada penulis. Semoga Allah swt memberikan rahmat dan hidayah-Nya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi agama, bangsa dan Negara.

  Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

  Samata Gowa, 30 Agustustus 2018

  Penulis Fitrianita NIM: 30400114036 viii

  

DAFTAR ISI

Halaman SAMPUL .......................................................................................................... i MOTTO ........................................................................................................... ii PENGESAHAN .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................... v PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................................. xii ABSTRAK ......................................................................................................viii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-10 A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ............................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................................ 8 D. Kajian Pustaka .................................................................................. 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................. 11-34 A. Tradisi Ngaji Jama’ ....................................................................... 11

  1. Pengertian Tradisi .................................................................... 11

  2. Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima ....... ................................. 16

  B. Masyarakat Desa ............................................................................ 18

  C. Teori Yang Berkaitan ...................................................................... 21

  1. Teori Upacara Keagamaan (Ritus Kematian) ......................... 21

  2. Teori Perilaku Sosial ................................................................ 24

  D. Agama dan Kepercayaan pada Masyarakat Bima .......................... 26

  E. Tinjauan Islam Tentang Pelaksanaan Ngaji Jama’ ........................ 29 BAB III METODE PENELITIAN .........................................................

  35 -41

  A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ........................................... 35

  B. Pendekatan Penelitian .................................................................... 38

  C. Sumber Data ................................................................................... 38

  D. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 39

  E. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data ........................................... 40

  F. Instrumen Penelitian....................................................................... 41

  G. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................... 42

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................44-65 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 44

  a. Letak Geografis Desa Baralau Kecamatan Monta ................... 44

  b. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat ...................................... 47

  c. Tingkat Pendidikan Mayarakat ................................................ 49

  d. Agama dan Kepercayaan Masyarakat ...................................... 50

  e. Sarana dan Prasarana Masyarakat ............................................ 51

  B. Sejarah Munculnya Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima ............................................... 53

  C. Proses Pelaksanaan Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima ............................................... 56

  a. Proses Pelaksanaan Ngaji Jama’ pada Hari ke 1 Sampai Hari ke 3 dan 7 Hari ................................................................................ 57 b. Proses Pelaksanaan Ngaji Jama’ pada Hari ke 44 hari ........... 62

  D. Pengaruh Ngaji Jama’ Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima .................................. 63

  BAB V PENUTUP……………………………………………………… 68-71 A. Kesimpulan…………………………………………………… 68 B. Implikasi Penelitian…………………………………………… 69 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 72-74 LAMPIRAN-LAMPIRAN TABEL INFORMAN SURAT IZIN PENELITIAN RIWAYAT HIDUP

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN DAN SINGKATAN

A. Transliterasi Arab-Latin

  Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada tabel berikut:

  1. Konsonan Huruf

  Arab Nama Huruf Latin Nama

  ا alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan ب ba b be ت ta t te ث

  ṡa ṡ es (dengan titik di atas) ج jim j je ح

  ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah) خ kha kh ka dan ha

  د dal d de ذ

  żal ż zet (dengan titik di atas) ر ra r er ز zai z zet

  س sin s es ش syin sy es dan ye

  ص ṣad ṣ es (dengan titik di bawah)

  ض ḍad ḍ de (dengan titik di bawah)

  ط ṭa ṭ te (dengan titik di bawah)

  ظ ẓa ẓ zet (dengan titik di bawah)

  ع ‘ain ‘ apostrof terbalik

  غ gain g ge ف fa f ef

  ق qaf q qi ك kaf k ka ل lam l el

  م mim m em ن nun n en و wau w we

  ه ha h ha ء hamzah ʼ apostrof

  ى ya y ye Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‘).

  2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

  Vokal tuggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut: Tanda Nama Huruf Latin Nama

  َ ا

  fatḥah a a

  ِ ا

  kasrah i i

  ُ ا ḍammah u u

  Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu: Tanda Nama Huruf Latin Nama

  fatḥah dan yā’ ai a dan i

  َٸ ٷ

  fatḥah dan wau au a dan u

  Contoh: : kaifa

  َﻒْﻴَﻛ

  : haula

  َلْﻮَﻫ

  3. Maddah Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

  Harakat dan Nama Huruf dan Tanda Nama Huruf

  fatḥah dan alif

  ā a dan garis di atas َى ... | َا ... atau yā’

  kasrah dan yā’ ī i dan garis di atas

  ِى

  dammah dan

  ū u dan garis di atas ُو

  wau

  Contoh: َتﺎﻣ : māta ﻰَﻣَر : ramā َﻞْﻴِﻗ : qīla

  ُتْﻮَﳝ : yamūtu

  4. Tā’ marbūṭah Transliterasi untuk tā’ marbūṭah ada dua, yaitu: tā’ marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan

  tā’ marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, transliterasinya adalah [h].

  Kalau pada kata yang berakhir dengan tā’ marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka tā’

  marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h).

  Contoh: A : rauḍah al-aṭfāl

  ﻷ ا ْﻃ

  ِلﺎَﻔ ﺔَﺿْوَر

  : al-madīnah al-fāḍilah ﺔَﻠِﺿﺎﻔ

  ْﻟا ُﺔَﻨْـﻳ ِﺪَﻤَﻟا

  : al-ḥikmah ﺔَﻤْﻜَِﳊا

  5. Syaddah (Tasydīd)

  Syaddah atau tasydīd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

  sebuah tanda tasydīd ( ّ◌ ), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Contoh: َﺎﻨّﺑَر : rabbanā َﺎﻨْﻴَّﳒ : najjainā ّﻖََﳊا : al-ḥaqq َﻢﻌﻧ : nu“ima ّوُﺪَﻋ : ‘aduwwun

  Jika huruf ى ber-tasydid diakhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّى) maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah menjadi ī. Contoh: ّﻰِﻠَﻋ : ‘Alī (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly) ّﰉَﺮَﻋ : ‘Arabī (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

  6. Kata Sandang Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf

  لا (alif

  

lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti

  biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiyah maupun huruf qamariyah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-). Contoh: ُﺲْﻤّﺸَﻟا : al-syamsu (bukan asy-syamsu) ﺔﻟَﺰﻟّﺰَﻟا : al-zalzalah (bukan az-zalzalah) ﺔَﻔَﺴْﻠَﻔَﻟا : al-falsafah

  َﺪﻠﺒَﻟا : al-bilādu

  7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi

  

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal

kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

  Contoh: ْﻣﺄﺗ

  َنْوُﺮ : ta’murūna ُعْﻮّـﻨَﻟا : al-nau‘ ٌءْﻲَﺷ : syai’un ُتْرِ◌ُمأ : umirtu

  8. Penulisan Kata Arab yang Lazim Digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, atau lazim digunakan dalam dunia akademik tertentu, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya, kata al-Qur’an (dari al-Qur’ān), alhamdulillah, dan munaqasyah. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka harus ditransliterasi secara utuh.

  Contoh:

  Fī Ẓilāl al-Qur’ān Al-Sunnah qabl al-tadwīn

  9. Lafẓ al-Jalālah ( ﷲا)

  Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Contoh: ِﷲا ُﻦﻳِد dīnullāh ِﷲِﺎﺑ billāh

  Adapun tā’ marbūṭah di akhir kata yang disandarkan kepada Lafẓ al-Jalālah, ditransliterasi dengan huruf [t]. Contoh: ِﷲا ِﺔَﲪر ِْﰲ ْﻢُﻫ hum fī raḥmatillāh

  10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR). Contoh:

  Wa mā Muḥammadun illā rasūl Inna awwala baitin wuḍi‘a linnāsi lallażī bi Bakkata mubārakan Syahru Ramaḍān al-lażī unzila fīh al-Qur’ān Naṣīr al-Dīn al-Ṭūsī Abū Naṣr al-Farābī Al-Gazālī Al-Munqiż min al-Ḍalāl

  Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abū (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contoh: Abū al-Walīd Muḥammad ibn Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abū al-Walīd

  Muḥammad (bukan: Rusyd, Abū al-Walīd Muḥammad Ibnu) Naṣr Ḥāmid Abū Zaīd, ditulis menjadi: Abū Zaīd, Naṣr Ḥāmid (bukan: Zaīd, Naṣr

  Ḥāmid Abū)

B. Daftar Singkatan

  Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subḥānahū wa ta‘ālā saw. = ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-salām H = Hijrah M = Masehi SM = Sebelum Masehi l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja) w. = Wafat tahun QS …/…: 4 = QS al-Baqarah/2: 4 atau QS Āli ‘Imrān/3: 4 HR = Hadis Riwayat

  

ABSTRAK

Nama : Fitrianita Nim : 30400114036

Judul Skripsi : Tradisi Ngaji Jama’ Pada Masyarakat Bima (Studi Kasus Desa

Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima)

  Penelitian ini berjudul “Tradisi Ngaji Jama’ Pada Masyarakat Bima (Studi Kasus

Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima)”. Skripsi ini mengemukakan tiga

rumusan masalah yaitu, Bagaimana Sejarah Munculnya Tradisi Ngaji Jama’ Pada

Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima, Bagaimana Proses

Pelaksanaan Ngaji Jama’ Pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten

Bima, Bagaimana Pengaruh Ngaji Jama’ Terhadap Kehidupan Sosial Pada Masyarakat Bima

Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

  Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (Field research) jenis

deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara serta dokumen-

dokumen yang dianggap penting. Pendekatan yang digunakan adalah Sejarah, Kebudayaan,

Fenomenologis, dan Sosiologis. Data-data dari penelitian ini bersumber dari data primer dan

sekunder, sedangkan dalam peengumpulan data digunakan metode observasi, wawancara dan

dokumentasi, serta tekhnik pengolahan data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan.

  Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Sejarah munculnya tradisi ngaji

jama’ pada masyarakat Bima yaitu untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan (sunnah),

dan sudah menjadi tradisi turun temurun dari nenek moyang terdahulu yang mempercayai

kehidupan manusia setelah meninggal dunia, sehingga dilakukan pengajian (ngaji jama’).

  

Selain dari itu mereka beranggapan bahwa pada zaman dahulu kala, manusia datang dengan

Al-Quran dan Dzikir, sehingga harus pulang dengan Al-Quran dan Dzikir. Oleh karena itu

pada masyarakat Bima dilakukan tahlilan dan ngaji jama’ ketika ada orang yang meninggal.

2) proses pelaksanaan ngaji jama’ terdapat beberapa acara yaitu: Pada saat seseorang dalam

keadaan sakaratul maut, ziarah kubur, tekar ne’e, tahlilan, ngaji jama’ dan do’a rowa jama’.

3) pengaruh ngaji jama dalam kehidupan sosial masyarakat yaitu: Meningkatkan iman dan

takwa pada masyarakat, Mengingatkan masyarakat tentang datangnya kematian,

Meningkatkan antisipasi masyarakat untuk saling membantu baik secara materil maupun non

materil sehingga menyambung tali silaturahmi antara warga desa Baralau, menyadarkan

masyarakat tentang pentingnya membaca Al-Quran serta meningkatkan solidaritas pada

masyarakat Bima khususnya masyarakat desa Baralau.

  Implikasi dari penelitian ini, berdasarkan hasil penelitian mengenai Tradisi Ngaji

Jama’ Pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima

menunjukkan tingginya antisipasi warga untuk saling membantu. Dengan demikian,

masyarakat Bima harus tetap melestarikan tradisi ngaji jama’ baik ngaji jama’ di acara

kematian, pernikahan, naik haji maupun di acara yang lainnya, karena tradisi ngaji jama’

memiliki pengaruh yang besar terhadap kehidupan sosial masyarakat Bima, salah satunya

tradisi ngaji jama’ pada acara kematian yang memiliki pengaruh terhadap kehidupan sosial

masyarakat seperti, mengingatkan masyarakat tentang datangnya kematian, menyadarkan

masyarakat tentang pentingnya membaca Al-Quran serta meningkatkan antisipasi masyarakat

dalam hal membantu, baik secara materi maupun non materil.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara majemuk yang kaya akan tradisi dan

  kebudayaan. Wilayahnya yang terbentang luas luas dari Sabang sampai Merauke sehingga didalamnya terdapat berbagai suku, etnis dan agama yang menghasilkan berbagai tradisi dan kebudayaan yang beragam pula. Setiap daerah pasti memiliki tradisi dan kebudayaan yang berbeda, tradisi dan kebudayaanlah yang membedakannya dengan daerah lain sekaligus menjadi identitas pada daerah itu sendiri. Menurut Soerjono Soekanto, kebudayaan bersifat universal, tetapi perwujudan kebudayaan mempunyai ciri-ciri khusus yang sesuai situasi maupun

  1

  lokasinya. Hal ini mengakibatkan setiap masyarakat mempunyai ciri khas kebudayaan . Perbedaan kebudayaan dapat dirasakan ketika seseorang dari masyarakat lain berinteraksi dengan seseorang yang menjadi anggota masyarakat yang berlain.

  Masyarakat Bima yang di kenal saat ini merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar diseluruh pelosok tanah air. Akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang lebih dominan adalah berasal dari imigrasi yang dilakukan oleh etnis disekitar Bima. Karena beragamnya etnis dan

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Ed.I; Jakarta: Rajawali Press, 2010), h. 160.

  2

  budaya yang masuk di Bima, maka tak heran agamapun cukup beragam meskipun

  2 90% lebih masyarakat Bima beragama Islam.

  Suku Mbojo (Bima) dikenal dengan suku yang taat akan agama dengan memiliki falsafah hidup Maja Labo Dahu, yang bermakna malu apabila melalaikan segala perintah agama dan adat dan merasa takut apabila melakukan perbuatan yng

  3

  dilarang oleh agama dan adat. Hamzah Diha dalam Hilir Ismail, Menggali Pusaka

  

Terpendam (butir-butir mutiara budaya mbojo), Maja labo dahu mempunyai peran

  penting dalam kehidupan masyarakat Bima, karena Setiap melakukan segala aktivitas, masyarakat Bima selalu mengingat falsafah maja labo dahu, sehingga mereka selalu ekstra hati-hati dalam melakukan sesuatu. Malu ketika melakukan aktivitas yang bertententangan dengan adat serta takut ketika tidak menjalankan

  4 perintah Allah.

  Suku Mbojo (Bima) merupakan suatu daerah yang kaya akan budaya dan adat istiadat yang merupakan ciri khas dari masyarakat Bima itu sendiri, salah satunya yaitu budaya mengaji. Ngaji merupakan simbol sekaligus identitas kaum muslim dibelahan bumi manapun, lebih-lebih masyarakat Bima yang mengaku diri sebagai masyarakat muslim. Budaya mengaji wajib dilakukan oleh anak-anak di Bima, dirumah-rumah terdengar lantunan ayat suci yang keluar dari mulut anak-anak mulai dari umur lima tahun, anak tersebut diarahan untuk belajar secara aktif. Mereka mulai 2

  http://ranggambojoarea.blogspot.co.id/2009/08/rimpu-mbojo.html. (diakses pada tanggal 27 desember 2017 pukul 12.40). 3 4 Taufiqurrahman, Sejarah Pelabuhan Bima (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), h. 21.

  Hilir Ismail, Menggali Pusaka Terpendam(Butir-Butir Mutiara Budaya Mbojo: 2004), h.3.

  3

  belajar mengaji, sholat, puasa, dan usia tujuh tahun harus mampu menamatkan diri pelajaran membaca Al-Quran dan sudah bisa serta rajin melakukan sholat dan

  5 puasa.

  Mengaji merupakan sebuah identitas yang dimiliki oleh masyarakat Bima. Sebuah identitas yang menandakan masyarakat Bima adalah masyarakat yang Religius. Karena membaca Al-Quran merupakan salah satu perintah agama yang wajib umat Islam laksanakan, Sebagaimana yang telah Allah swt, firmankan dalam QS. Al-Baqarah/121:2 yang berbunyi:

  ϵÎ/ öà õ3tƒ tΒuρ 3 ϵÎ/ tβθãΖÏΒ÷σムy7Íׯ≈s9'ρé& ÿϵÏ?uρŸξÏ? ¨,ym …çµtΡθè=÷Gtƒ |=≈tGÅ3ø9$# ãΝßγ≈oΨ÷s?#u tÏ%©!$# ∩⊇⊄⊇∪ tβρçŽÅ£≈sƒø:$# ãΝèδ y7Íׯ≈s9'ρé'sù

  Terjemahnya: 121. Orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepada- Nya. dan Barangsiapa yang ingkar kepada-Nya, Maka mereka Itulah orang-

  6 orang yang rugi.

  Berdasarkan ayat di atas, menjelaskan betapa pentingnnya umat Islam membaca Al-Quran apalagi membaca dengan sebenar-benarnya dan beriman kepada kitab Allah, dan jika ada yang mengingkarinya maka mereka itulah orang-orang yang merugi. Adapun ayat lain yang mendukung tentang kewajiban membaca Al-Quran yaitu terdapat dalam QS. Al-Isra’: 107: 17 yang berbunyi: 5 Hamzah Diha, Infilltrasi Budaya: Globalisasi dan Modernitas dalam Ruang Budaya Mbojo,

(Yayasan Ali Abdurraziq Al-Diha; Jln. Lintas Parado Desa Tangga-Monta Kab. Bima, 2016), h. 109.

6 Kementrian agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya(jakarta: CV Penerbit Jumanatul Ali-ART 2014), h. 19.

  4 öö≅è% (#θãΖÏΒ#u ÿϵÎ/ ÷ρr& Ÿω (#þθãΖÏΒ÷σè? (#θè?ρé& 4 ¨βÎ) tÏ%©!$# zΝù=Ïèø9$#

  ÏΒ ÿÏ&Î#ö6s% # sŒÎ) 4‘n=÷FムöΝÍκöŽn=tã tβρ”Ïƒs† Èβ$s%øŒF|Ï9 # Y‰¤fß™ ∩⊇⊃∠∪

  Terjemahnya: 107. Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud.

  

7

Berdasarkan ayat di atas, menjelaskan bahwa semua kitab Alllah yang

  diturunkan kepada hamba-hamba-Nya merupakan pengajaran bagi mereka yang tujuannya untuk memimpin dan memberi petunujuk kejalan yang lurus. Karena itu wajib para hamba Allah membaca dengan sebenar-benarnya, berulang-ulang berusaha memahami pimpinan dan petunjuk Allah didalamnya. Sebagaiman Rasulullah saw, bersabda:

8 EF GHIJ GKLMN EO GLPQا مTU VW XU EY Z[ نأ ^PQا اوء^a ا

  Artinya: Bacalah oleh kalian Al-Quran. Karena ia (Al-Quran) akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafa’at bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim 804).

  Berdasarkan hadis di atas telah dijelaskan bahwasannya setiap umat muslim wajib membaca Al-Quran dan mengamalkannya secara terus-menurus, karena Al- Quran merupakan pedoman hidup umat muslim yang akan memberikan pertolongan diakhirat kelak bagi yang mengamalkannya. 7 Kementrian Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, h. 293. 8 Muslim Bin Al-Hajjaj Abu Al-Hasan Al-Qusyairi Al-Naisaburi, Sahih Muslim, Juz.1 (Bairut: Dar Ihya’ Al-Turas Al-Arabi, t.th.), h. 553.

  5

  Daerah Bima merupakan daerah yang sangat kental akan jiwa agamaisnya, masyarakatnya yang ramah dan terbuka, menjadikan daerah Bima sangat dikenal dan disegani oleh daerah lain. Hal yang sangat melekat dalam kepribadian masyarakat Bima pada dasarnya terletak pada nilai-nilai sosial yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan keagamaan yang sering diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat. Mengaji merupakan kegiatan yang sudah mendarah daging dalam setiap pribadi masyarakat yang telah ditanamkan sejak dini, guna menjadikan Al-quran sebagai kitab suci sekaligus pedoman dalam aspek kehidupan. Mengaji sudah menjadi sebuah tradisi pada masyarakat Bima, karena setiap melakukan kegiatan tidak terlepas dari membaca Al-Quran secara berjamaah baik itu acara aqiqah, naik haji, acara pernikahan dan kematian. Pada masyarakat Bima salah satunya pada upacara kematian, dilakukan acara pengajian (ngaji jama’) yang bermaksud untuk mendoakan seseorang yang telah meninggal sekaligus menghibur keluarga yang ditinggalkan.

  Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadis.

  9 ِ◌ eَOG َLِPْQا َمْTَU ِeَOاَ^َhْQا iَjُl ْmِO ُﷲ ُهGَpq ﱠJِإ ٍeَuْLِvُwِF ُهGَxَا يﱢ{َKُU ٍmِOْ|ُO ْmِO GَO

  Artinya: Tidaklah seorang Mukmin bertakziyah kepada saudaranya yang terkena musibah kecuali Allah akan memakaikan pakaian kemulian kepadanya di hari kiamat ( HR. Ibn Majah). Berdasarkan penjelasan hadis di atas, tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para ulama bahwasannya hukum berta’ziah kepada orang yang tertimpa 9 Konsultasi islam: www.hadis ta’ziah.com (diakses pada tanggal 17 februari 2018, pukul 12.35).

  6

  musibah adalah sunah. Dan bagi yang melakukannya akan mendapat pahala seperti pahala yang didapat oleh orang tersebut dan mendapat kemuliaan dihari kiamat.

  Mengaji merupakan sebuah tradisi yang sudah mendarah daging pada masyarakat Bima. Oleh karena itu, masyarakat Bima harus tetap mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan niat untuk keselamatan sebagai bekal dihari akhirat bukan karena ada acara-acara tertentu sehingga dilakuakan pengajian.

  Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dan hadis membaca Al-Quran merupakan jalan yang akan menolong kita di akhirat kelak.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  1. Fokus penelitian

  Peneliti memfokuskan penelitian pada “Tradisi Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima”, ngaji jama’ yang peneliti maksud yaitu tradisi pengajian pada acara kematian, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan sosial pada masyarakat Bima khusunya Desa Baralau.

  2. Deskripsi Fokus

  Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami fokus penelitian ini, maka penulis mendeskripsikan variabel dan fokus penelitian sebagai berikut: a. Tradisi

  Tradisi merupakan keseluruhan benda material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang

  7

  atau dilupakan. Disini tradisi hanya berarti warisan, apa yang benar-benar tersisa dari masa lalu. Tradisi berarti segala sesuatu yang diwariskan dari masa lalu ke masa kini.

  b. Ngaji jama’

  Ngaji jama’, merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Bima

  pada saat ada acara-acara tertentu seperti pada upacara kematian, dimana masyarakat melakukan pengajian secara berjamaah di rumah keluarga duka untuk menghibur keluarga yang ditinggalkan dan mendo’akan mayyit dengan hari yang ditetapkan. 1 hari 7 hari dan 44 hari.

  c. Masyarakat Bima J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam bukunya yang berjudul Culture Sosiology

  (1984) mengatakan, bahwa masyarakat adalah kesatuan manusia terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan-perasaan yang sama. Masyarakat meliputi pengelompokan yang lebih kecil. Agak lebih terperinci adalah definisi Mac Iver, yang berbunyi bahwa masyarakat adalah satu sistem dari cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengamatan tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks yang selalu berubah, atau jaringan dari relasi sosial, itulah

  10

  yang dinamakan masyarakat. Masyarakat Bima adalah masyarakat yang memiliki tradisi dan kebudayaan yang cukup beragam, tradisi yang membedakannya dengan masyarakat lain. Salah satunya tradisi ngaji jama’. Ngaji jama’ merupakan Tradisi 10 H.R. Warsito, Antropologi Budaya (yogyakarta: penerbit ombak, 2012), h. 116.

  8

  yang memiliki banyak nilai positif, salah satunya yaitu meningkatkan solidaritas pada masyarakat Bima khususnya masyarakat desa Baralau.

  C. Rumusan Masalah

  1. Bagaimana Sejarah Munculnya Ngaji Jama’ pada Masyatakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

  2. Bagaimana Proses Pelaksanaan Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

  3. Bagaimana Pengaruh Ngaji Jama’ Terhadap Kehidupan Sosial pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima?

  D. Kajian Pustaka Peneliti melakukan kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya.

  Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang tradisi yang sudah ada baik itu skripsi, ataupun karya ilmiah yang lain tetapi tidak ada yang secara khusus membahas tentang Tradisi Ngaji Jama’ pada Masyarakat Bima Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Adapun beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut:

  Skripsi”Tradisi Tahlilan Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Tegalangus

  (Analisis Sosiokultural)”. Oleh Muhammad Iqbal Fauzi, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah 2014. Dalam skripsi ini membahas tentang motivasi masyarakat yang berbeda-beda dalam menghadiri pelaksanaan tahlilan ditempat orang yang meninggal. Dalam pelaksanaan tahlilan ini terdapat nilai positif dan negatif. Nilai positifnya yaitu terdapat solidaritas sosial masyarakat didesa Tegalengus, dan adanya ceramah yang menambah pengetahuan agama pada

  9

  masyarakat Tegalengus. Selain dari nilai positif ada juga nilai negatif yang terdapat didalamnya seperti membentuk kebiasaan masyarakat dalam menyuguhkan aneka hidangan untuk jama’ah tahlilan yang memberatkan keluarga terutama keluarga yang tidak mampu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif kualitatif

  11 dengan menggunakan teori struktural fungsional dan teori solidaritas sosial.

  Skripsi “Tradisi Selametan Kematian dalam Tijauan Hukum Islam dan

  Budaya”. Oleh Moh. Khairudin, mahasiswa Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta 2015. Dalam skripsi ini membahas bahwa masyarakat Jawa dikenal mempunyai suatu tradisi dalam berbagai ritual yang merupakan sebuah gambaran atau wujud ekspresi yangdilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu warisan tersebut adalah selametan kematian yang merupakan sebagai suatu rasa tanggungjawab apabila ada orang yang meninggal dunia, baik itu keluarga sendiri, maupun tetangga. Orang Jawa pada umumnya masih percaya bahwa roh orang yang meninggal (makhluk halus) itu masih hidup dialam kubur/alam barzah dan lambat laun akan pergi dari tempat tinggalnya. Kepercayaan orang Islam Jawa terhadap orang yang telah meninggal dunia perlu dikirim do’a, maka timbul suatu kebiasaan kirim do’a dikalangan

  12 masyarakat, sehingga perlu diadakan ritual tahlilan.

  Berdasarkan kajian pustaka diatas, terdapat persamaan antara penelitian ini dengan karya dan penelitian sebelumnya yaitu sama-sama membahas tradisi pada 11 Muhammad Iqbal Faauzi, “Tradisi Tahlilan Dalam Kehidupan Masyarakat Desa

  

Tegalangus (Analisis Sosial Cultural)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2014, h. 1. 12 Moh. Khaerudin, “Tradisi Selametan Kematian dalam Tinjauan Hukum Islam dan Budaya”. Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2015, h.1.

  10

  upacara kematian, hanya yang membedakan pada penelitian sebelumnya membahas tradisi tahlilan beserta permasalahannya yang berbeda serta letak geografisnya, sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang tradisi ngaji jama’ pada masyarakat Bima dan berbeda pula pembahasannya. Dalam skripsi ini sama-sama menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan letak geografis penelitiannya sama sekali berbeda. Oleh sebab itu peneliti menyimpulkan bahwa belum ada karya yang intensif tentang “Tradisi Ngaji Jama’ Pada Masyarakat Bima Khusnya di Desa Baralau Kecamatan Monta Kabupaten Bima.