BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Rohmatul Yulina Akfi BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

  diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya pelayanan kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan atau kesehatan penunjang. Keberhasilan suatu rumah sakit dalam menjalankan tugasnya ditandai dengan adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit.

  Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktor yang dominan adalah sumber daya manusia (Depkes, 2002) .

  Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit perlu mendapatkan perhatian khusus salah satunya adalah perawat. Perawat adalah salah satu profesi yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Perawat merupakan ujung tombak pelayanan Rumah Sakit karena selalu berinteraksi secara langsung dengan pasien, keluarga pasien, dokter dan tenaga kerja lainnya. Perawat mempunyai tanggung jawab yang cukup besar dan dituntut bekerja secara profesional dalam memberikan pelayanan terhadap pasien (Nursalam, 2002).

  Perawat rumah sakit di dominasi sebagian oleh tenaga kerja wanita, keterlibatan wanita yang sudah kentara tetapi secara jelas belum diakui di Indonesia membawa dampak terhadap peranan perempuan dalam kehidupan

  1 keluarga. Sumbangan wanita dalam pembangunan ekonomi terlihat dari kecenderungan partisipasi wanita dalam angkatan kerja. Di Indonesia, jumlah angkatan kerja wanita yang aktif meningkat dari 6.869.357 pada tahun 1990 menjadi 36.871.239 pada tahun 2000 (BPS, Data komposisi angkatan kerja, 2000).

  Kecenderungan wanita untuk bekerja menimbulkan banyak implikasi, antara lain merenggangnya ikatan keluarga, meningkatnya kenakalan remaja dan implikasi lain. Selain itu keterlibatan wanita ini dapat memberikan keuntungan psikososial, seperti peningkatan kepercayaan diri, moral, serta kebahagiaan (Aryee, et, al 1999).

  Namun menjalani dua peran sekaligus, sebagai seorang pekerja sekaligus sebagai ibu rumah tangga, tidaklah mudah. Konflik pekerjaan- keluarga menjelaskan terjadinya benturan antara tanggung jawab pekerjaan dirumah atau kehidupan rumah tangga (Frone dan Cooper, 1994). Karyawan yang tidak dapat membagi atau menyeimbangkan waktu untuk urusan keluarga dan bekerja dapat menimbulkan konflik yaitu konflik keluarga dan konflik pekerjaan, atau sering disebut sebagai konflik peran ganda wanita antara keluarga dan pekerjaan. Di satu sisi perempuan dituntut untuk bertanggung jawab dalam mengurus dan membina keluarga secara baik, namun disisi lain, sebagai seorang karyawan yang baik mereka dituntut pula untuk bekerja sesuai dengan standar perusahaan dengan menunjukkan performan kerja yang baik. Kondisi seperti diatas sering memicu terjadinya konflik-konflik yang terjadi dalam pekerjaan, apabila tidak ditangani secara tepat dan bijaksana, dapat berakibat langsung pada diri perawat, karena mereka dalam keadaan suasana serba salah sehingga mengalami tekanan jiwa (stress).

  Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Stres adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri. Pengertian lain menyatakan bahwa stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang. Jika seorang karyawan mengalami stres yang terlalu besar, maka akan mengganggu kemampuan seseorang tersebut untuk menghadapi lingkungan dan pekerjaannya (Handoko, 2000).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Islam Purwokerto diperoleh data daftar perawat pada Maret 2013 diketahui jumlah perawat sebanyak 67 orang dan 40 orang diantaranya perawat wanita yang terdiri dari 33 orang sebagai perawat pelaksana, 4 orang kepala bagian, dan 3 orang staf Rekam Medik. Jumlah perawat wanita yang telah berkeluarga sebanyak 21 orang, yang berstatus pegawai tetap 35 orang dan pegawai kontrak 5 orang dan memiliki masa kerja 1 sampai 26 tahun.

  Perawat wanita yang telah menikah dan punya anak memiliki peran dan tanggung jawab yang lebih berat daripada wanita single. Peran ganda dialami oleh perawat wanita tersebut karena selain berperan di dalam keluarga, wanita tersebut juga berperan di dalam pekerjaannya, hal itu merupakan penyebab kelelahan kerja yang sering terjadi pada perawat wanita.

  Berdasarkan wawancara dengan dua orang perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto pada tanggal 6 April 2013, tugas-tugas pokok perawat pelaksanaan bagian rawat inap antara lain yaitu melaksanakan pengkajian perawatan, melaksanakan analisis data untuk merumuskan diagnosis keperawatan, merencanakan dan melaksanakan evaluasi keperawatan sederhana pada individu, melaksanakan pendokumentasian askep, melaksanakan sistem kerja yang terbagi atas tiga waktu yaitu pukul 06.30- 13.30, pukul 13.30-20.30 dan pukul 20.30-06.30, melaksanakan tugas siaga

  on call di rumah sakit, memelihara peralatan keperawatan dan medis agar

  selalu dalam keadaaan siap pakai, melakukan pre serta post conference dan serah terima pasien pada saat pergantian dinas, mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh kepala ruang, dan melakukan droping pasien. Tugas-tugas yang begitu banyak serta monoton menjadi stresor bagi perawat, terkadang perawat juga harus berhadapan dengan sikap pasien yang emosional. Menurut Meadow (dalam Jiewell dan Siegall, 1990) menyatakan shift kerja juga dapat merusak kehidupan perawat dan membuat tambahan konflik dari pertentangan antara aktifitas kerja dan kehidupan di luar aktifitas kerja.

  Selain permasalahan yang dihadapi tersebut, perawat di RSI Purwokerto juga dihadapkan pada proses kerja yang membosankan dan sikap pasien yang emosional, permasalahan yang memicu kelelahan kerja adalah keterbatasan SDM, stres kerja perawat dan peran sebagai wanita bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagai ibu rumah tangga yang sama-sama membutuhkan waktu, tenaga, dan perhatian.

  Bertolak dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melihat lebih lanjut tentang pengaruh konflik peran ganda dan stress kerja terhadap kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

B. Rumusan Masalah

  Rumah Sakit Islam Purwokerto pelayanan jasa dalam bidang pelayanan kesehatan yang dilaksanakan selama 24 jam. Pekerja yang terbanyak adalah perawat, yang bekerja pada unit rawat inap maupun rawat jalan. Dalam melaksanakan pelayanannya, perawat harus menghadapi pekerjaan yang membutuhkan kecekatan, ketepatan, ketrampilan, keahlian, kesiagaan, kekuatan fisik dalam menangani pasien yang sesuai dengan jenis penyakitnya. Perawat wanita yang mengalami tingkat konflik pekerjaan- keluarga dan keluarga-pekerjaan terhadap stress tinggi melaporkan menurunnya stamina tubuh dan kinerja karena merasa lebih dikuasai oleh pekerjaannya yang mengakibatkan karyawan tidak bisa memenuhi tanggung jawab keluarganya, karena mengurangi kualitas kehidupan keluarganya. Namun sejauh mana peranan konflik peran ganda dan stress kerja tersebut terhadap kelelahan kerja perawat wanita belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti ingin mengetahui “Apakah ada pengaruh konflik peran ganda dan stress kerja terhadap kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto”

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Mengetahui hubungan konflik peran ganda dan stress kerja dengan kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

2. Tujuan Khusus a.

  Menggambarkan karakteristik responden (usia, masa kerja dan status pegawai) di Rumah Sakit Islam Purwokerto b.

  Menggambarkan konflik peran ganda di Rumah Sakit Islam Purwokerto c. Menggambarkan stress kerja perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  d.

  Menggambarkan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  e.

  Menganalisis hubungan konflik peran ganda dengan kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

  f.

  Menganalisis hubungan stres kerja dengan kelelahan kerja perawat wanita di Rumah Sakit Islam Purwokerto.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Bagi Institusi Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi institusi terkait termasuk universitas, departemen pendidikan, dinas kesehatan, dan akademisi tentang stress yang dapat dialami tenaga perawat di Rumah Sakit.

  2. Bagi Rumah Sakit Dapat memberikan informasi tentang stres kerja perawat di ruang rawat inap RS, sehingga pihak rumah sakit dapat melakukan upaya mengatasi stres kerja dengan baik terhadap tenaga keperawatan.

  3. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan masukan/informasi bagi kelengkapan penelitian lainnya.

E. Penelitian Terkait 1.

  Hariyono (2009) berjudul “Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja Dan Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survey (survey research method) yang bersifat analitik (explanatory study) dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit PDHI berjumlah 52 perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik sampel jenuh atau sering disebut total sampling. Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja, stress kerja dan tingkat konflik dengan kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI.

2. Indriyani (2009) berjudul ”Pengaruh Konflik Peran Ganda Dan Stress

  Kerja Terhadap Kinerja Perawat Wanita Rumah Sakit (Studi Pada Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang)”. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survey. Populasi adalah karyawan tenaga paramedis perawat yang ada di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang dengan teknik sampling menggunakan sensus sehingga jumlah sampel 115 tenaga paramedis perawat yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak. Hasil penelitian ini diperoleh bukti bahwa konflik peran ganda yang terdiri dari konflik pekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaan berpengaruh signifikan positif terhadap terjadinya stress kerja dan diikuti adanya pengaruh variabel stress kerja terhadap kinerja perawat.

3. Gustia (2012) berjudul ”Hubungan Konflik Peran Ganda Dengan Stres Kerja Pada Perawat Wanita Di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi”.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling. Sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah para perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit Stroke Nasional kota Bukittinggi yaitu sebanyak 73 responden. Hasil penelitian yang diperoleh secara signifikan koefisien korelasi sebesar 0,402 dengan niali signifikansi yang diperolah adalah 0,000 (p<0,05) sehingga bila ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara konflik peran ganda dengan stres kerja khususnya pada perawat wanita yang bekerja di Rumah Sakit Stroke Nasional kota Bukittinggi yang menjadi sampel pada penelitian ini. Dari korelasi diatas dapat terlihatbahwa semakin tinggi tingkat konflik peran ganda seseorang maka akan semakin tinggi tingkat stres kerjanya.