BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - RUCHIE MARETA SARI BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya dalam mendidik dan mendewasakan

  manusia sehingga terjadinya perubahan dalam diri manusia tersebut, yaitu perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang belum dewasa menjadi dewasa dan dari yang belum bisa menjadi bisa. Pendidikan dapat direalisasikan salah satunya melalui proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah. Melalui proses pembelajaran di sekolah, diharpakan dapat mendidik peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi kehidupan bangsa dan negara. Dilihat dari definisinya, menurut Sagala (2010:4), pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah.

  Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia. Matematika yang senantiasa selalu mengikuti perkembangan zaman, menjadikan peradaban manusia berubah dengan pesat kearah yang lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditunjang oleh partisipasi matematika didalamnya. Oleh karena itu, matematika menjadi sangat penting untuk dipelajari. Begitu pula di Indonesia, semua peserta didik baik dari Sekolah Dasar, atau bahkan sejak Taman Kanak-kanak telah dikenalkan dan diberikan konsep matematika. Untuk dapat menjalani pendidikan yang baik dan hasil

  1 yang memuaskan sejak di bangku sekolah hingga kuliah, siswa dituntut untuk dapat menguasai matematika dengan baik. Untuk dapat menguasai matematika dengan baik, maka perlu mempelajarinya dengan cara yang baik pula. Matematika bukan hanya pelajaran teori namun juga merupakan pelajaran yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Begitupun dalam berbagai bidang kehidupan, penyelesaiannya memerlukan pemecahan masalah yang menggunakan matematika sebagai sarananya. Untuk dapat memecahkan permasalahan berhubungan dengan matematika tersebut, diperlukan cara dalam menemukan konsep serta penyelesaiannya. Namun, banyak siswa takut akan pelajaran matematika. Selama ini matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh sebagian besar siswa. Anggapan demikian tidak lepas dari persepsi yang berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang sulit. Persepsi negatif itu diperkuat dengan anggapan bahwa matematika merupakan ilmu yang abstrak, teoritis, penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang sulit dan membingungkan. Hal tersebut muncul seiring atas pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar matematika di sekolah.

  Proses pembelajaran matematika masih didominasi pembelajaran yang berpusat pada guru. Dalam memposisikannya, siswa dijadikan objek pembelajaran, siswa dianggap tidak atau belum tahu dan cara untuk menjadikan mereka tahu adalah menganggap siswa seperti gelas kosong yang kemudian mengisinya hingga penuh bahkan sampai tumpah. Sedangkan guru memposisikan diri sebagai orang yang mempunyai pengetahuan, yang menjadi sumber ilmu. Proses pembelajaran lebih didominasi oleh ceramah guru, sehingga sering kali siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajaran.

  Pada umumnya pembelajaran matematika yang berlangsung adalah siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru, bahkan untuk mengetahui suatu rumus dalam matematika pun diperoleh siswa dengan mendengarkan guru, kemudian mencatatnya dan menghapalkan tanpa tahu asal mula rumus tersebut. Langkah selanjutnya adalah dengan memberikan berbagai macam soal yang harus dapat diselesaikan siswa dengan apa yang telah dihapal tadi.

  Pada akhirnya hal ini dapat menyebabkan hasil belajar matematika menjadi kurang maksimal.

  Kenyataan yang ditemukan hingga saat ini menunjukkan bahwa hasil belajar matematika masih belum maksimal, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yang terlibat di dalamnya, selain mengenai proses pembelajaran matematika yang umumnya masih berpusat pada guru tadi. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi belum maksimalnya hasil belajar matematika diantaranya dapat berasal dari suasana pembelajaran yang kurang mendukung keaktifan belajar siswa, belum menerapkan media atau alat peraga, hingga pada belum menerapkannya metode pembelajaran yang disesuaikan dengan materi.

  Hasil yang belum maksimal juga terlihat dari hasil pengamatan di SD Negeri 1 Brobot pada mata pelajaran matematika. Nilai yang diperoleh siswa belum menunjukkan hasil yang optimal dibandingkan dengan nilai pada mata pelajaran ujian nasional lainnya yaitu Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam selama tiga tahun terakhir. Berikut ini data mengenai nilai tersebut.

Tabel 1.1 Data Nilai Ujian Nasional SD Negeri 1 Brobot dalam Tiga Tahun Terakhir

  Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Tahun Ajaran

  Bahasa Indonesia Matematika

  IPA 2008/2009 7,93 6,48 6,11 2009/2010 7,95 7,70 7,80 2010/2011 8,02 6,47 7,82

  Sumber : Dokumen SD Negeri 1 Brobot, Bojongsari, Purbalingga

  Sedangkan nilai yang belum maksimal juga ditunjukkan dari hasil belajar matematika kelas V tahun pelajaran 2010/2011 pada Ujian Akhir Semester 1 (UAS). Dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika kelas V semester I adalah 60, hasilnya pun belum maksimal. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai yang diperoleh siswa dengan keterangan terdapat pada tabel di bawah ini.

  Tabel 1. 2 Data Nilai Hasil Ulangan Akhir Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011

  No. Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase 1. 38-48 4 10,81 % 2. 49-59 10 27,03 % 3. 60-70 12 32,43 % 4. 71-81 8 21,62 % 5. 82-92 2 5,41 % 6. 93-103 1 2,70 %

  Sumber : Dokumen SD Negeri 1 Brobot, Bojongsari, Purbalingga

  Dari data di atas terlihat bahwa siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebanyak 37,84% atau sebanyak 14 siswa dari 41 siswa. Sedangkan yang memperoleh nilai di atas KKM dengan sangat memuaskan adalah sebanyak

  29,73% atau sebanyak 11 siswa dari 41 siswa. Sebanyak 32,43% lainnya memperoleh nilai diatas KKM, namun perolehan nilai masih belum maksimal. Nilai rata-rata UAS semester I pada tahun pelajaran 2010/2011 tersebut adalah 63,62, nilai rata-rata tersebut telah melampaui KKM namun masih perlu diupayakan pencapaian rata-rata kelas yang lebih maksimal lagi. Sedangkan ketuntasan klasikal yang diperoleh, baru mencapai 62,16% dari seluruh jumlah siswa dalam kelas tersebut.

  Data-data tersebut di atas adalah sebagai data awal mengenai hasil belajar matematika aspek kognitif. Hal ini dikarenakan data yang ada bertumpu pada kemampuan pengetahuan dan pemahaman, yang keduanya merupakan hasil belajar pada aspek kognitif. Sedangkan untuk aspek afektif dan psikomotor belum melaksanakan penilaian secara khusus baik dengan menggunakan instrumen berupa angket, lembar wawancara ataupun lembar observasi dan lain sebagainya.

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan kepala sekolah, guru kelas V dan siswa, beberapa faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika yaitu, dikarenakan pelaksanaan pembelajaran yang masih berpusat pada guru, sehingga kurang menyenangkan bagi siswa, akibatnya siswa sulit dikondisikan dan memilih bergurau dengan temannya saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung, selain itu materi pelajaran matematika pun terlanjur dianggap sulit oleh siswa, juga kegemaran bermain yang mendominasi kegiatan siswa dibandingkan dengan kegiatan belajar baik di rumah maupun di sekolah, kemudian kurangnya perhatian dari orang tua siswa yang umumnya bekerja hingga malam, hingga kurangnya minat siswa yang disebabkan karena kurangnya motivasi dalam diri siswa pula. Untuk menumbuhkan minat terhadap matematika, dalam penyajiannya pembelajaran matematika di sekolah harus diupayakan dengan cara yang lebih menarik bagi siswa, sehingga matematika tidak hanya dikenal siswa sebagai kumpulan rumus dan simbol belaka. Berdasarkan hal tersebut, hendaknya guru menciptakan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam pelaksanaannya yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, serta perlunya menggunakan alat peraga sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran.

  Dalam menentukan metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terlibat aktif tersebut maka dapat diupayakan dengan penerapan metode penemuan terbimbing. Penentuan metode tersebut didasarkan pada pokok bahasan geometri, yaitu mengenai menentukan luas trapesium dan layang- layang dengan cara terlebih dahulu menemukan rumus-rumusnya. Dengan menggunakan metode penemuan terbimbing, diharapkan dapat pula meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep luas bangun datar tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat Masykur dan Fathani (2008:54), jika rumus matematika yang digunakan itu tidak disertai dengan pemahaman yang cukup dan mendalam tentang hakikat dan konsep matematika, maka matematika hanya akan menjadi hapalan saja. Kendati diakui bahwa dalam belajar matematika juga perlu menghapal (dengan prosentase yang kecil), namun, yang lebih penting, menghapal dalam belajar matematika harus dilandasi dengan pemahaman konsep yang matang terlebih dahulu.

  Penentuan metode penemuan terbimbing ini diperkuat pula dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Sri Muryaningsih (2010), yang menyimpulkan bahwa metode penemuan terbimbing dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika, yaitu pada materi bangun datar mengenai sifat-sifat bangun datar, kesebangunan dan simetri serta penyelesaian masalah berkaitan dengan bangun datar. Oleh karena itu, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing yang diharapkan dapat memfasilitasi pemahaman konsep dalam menentukan luas trapesium dan layang-layang pada pokok bahasan geometri di kelas V semester I dengan disertai penggunaan alat peraga bongkar pasang sebagai pendukung penerapan metode penemuan terbimbing dalam meningkatkan keaktifan siswa dan menyesuaikan materi dengan tahap perkembangan berpikir siswa.

B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti menemukan beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Brobot, diantaranya yaitu: 1.

  Siswa Kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran matematika, hal ini dikarenakan beberapa hal seperti siswa terlanjur menganggap matematika sulit, karena kegiatan belajar-mengajarnya kurang menyenangkan serta materi yang dirasa sulit untuk dipahami oleh siswa karena siswa tidak memahami konsepnya. Selain itu, kurangnya minat juga dikarenakan kurangnya keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Beberapa hal diatas menyebabkan hasil belajar matematika siswa rendah atau kurang maksimal.

2. Proses Pembelajaran

  Proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan masih berpusat pada guru, yaitu pembelajaran yang didominasi ceramah guru, sehingga siswa tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya siswa lebih memilih bergurau saat pembelajaran matematika berlangsung.

C. Pembatasan Masalah

  Melihat beberapa masalah yang ditemukan dan diuraikan pada latar belakang dan identifikasi masalah, karena keterbatasan penulis maka tidak semua dapat penulis teliti pada penelitian ini. Karenanya ada pembatasan masalah yaitu pada:

1. Metode Pembelajaran

  Metode pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing untuk menemukan rumus luas bangun datar trapesium dan layang-layang pada pokok bahasan luas bangun datar kelas V semester I SD Negeri 1 Brobot.

  2. Alat peraga Alat peraga merupakan salah satu sarana yang digunakan untuk meningkatkan minat serta keaktifan siswa dalam pembelajaran. Alat peraga yang dimaksud adalah alat peraga pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa. Siswa pada tahap usia sekolah dasar masih berada pada tahap berpikir konkrit disertai dengan benda-benda konkrit, bermain dan permainan.

  3. Hasil Belajar Matematika Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar baik aspek kognitif, aspek afektif maupun aspek psikomotor dengan menggunakan penilaian dan pengamatan tertentu.

D. Perumusan Masalah

  Berdasarkan atas temuan di lapangan serta latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti menemukan beberapa masalah mendasar yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa SD Negeri 1 Brobot, diantaranya yaitu:

  1. Apakah dengan pembelajaran melalui metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif mata pelajaran matematika materi geometri, yaitu luas bangun datar kelas V SD Negeri 1 Brobot? 2. Apakah dengan pembelajaran melalui metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif mata pelajaran matematika materi geometri, yaitu luas bangun datar kelas V SD Negeri 1 Brobot? 3. Apakah dengan pembelajaran melalui metode Penemuan Terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek psikomotor mata pelajaran matematika materi geometri, yaitu luas bangun datar kelas V SD Negeri 1 Brobot? E.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai upaya untuk: 1.

  Meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 1 Brobot.

  2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek afektif mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 1 Brobot.

  3. Meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek psikomotor mata pelajaran matematika kelas V SD Negeri 1 Brobot.

F. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari penelitian ini dapat ditinjau berdasarkan manfaat teoritis maupun manfaat praktis. Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah memberi sumbangan pengetahuan dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui metode penemuan terbimbing serta dapat digunakan sebagai dasar acuan pada penelitian selanjutnya. Sedangkan manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

  1. Bagi Siswa a.

  Meningkatkan minat siswa pada pelajaran dan pembelajaran matematika, b.

  Membantu memotivasi siswa untuk belajar matematika, c. Siswa mendapatkan suasana belajar yang lain selain yang disajikan guru

  2. Bagi Guru a.

  Membantu mengatasi permasalahan dalam pembelajaran b.

  Meningkatkan wawasan serta keterampilan pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa

  3. Bagi Peneliti a.

  Memberi wawasan mengenai pembelajaran b.

  Sebagai sarana dalam menyalurkan gagasan-gagasan terkait pembelajaran, khususnya matematika di sekolah dasar.

  4. Bagi Sekolah Memberi sumbangan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan, melalui upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran matematika pada khususnya.