BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi - RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE SIMULATED ANNEALING (STUDI KASUS PT. BELLA AGUNG CITRA MANDIRI SIDOARJO) Repository - UNAIR REPOSITORY

  6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  Menurut Alter (1992) yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), Sistem informasi adalah kombinasi antara prosedur kerja, informasi, orang, dan tekologi informasi yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan dalam sebuah organisasi. Sedangkan menurut pendapat Wilkinson (1992)yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), sistem informasi adalah kerangka kerja yang mengkoordinasikan sumber daya (manusia, komputer) untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (informasi), guna mencapai sasaran-sasaran perusahaan.

  (Turban, dkk 1999 : 5) kemampuan utama sistem informasi, antara lain : 1. Melaksanakan komputasi numerik, bervolume besar, dan dengan kecepatan tinggi.

  2. Menyediakan komunikasi dalam organisasi atau antar organisasi yang murah, akurat, dan cepat.

  3. Menyimpan informasi dalam jumlah yang sangat besar dalam ruang lingkup kecil tetapi mudah diakses.

  4. Memungkinkan pengaksesan informasi yang sangat banyak di seluruh dunia dengan cepat dan murah.

  5. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi orang-orang bekerja dalam suatu tempat atau pada beberapa lokasi.

  6. Menyajikan proses-proses bisnis yang semi otomatis dan tugas-tugas yang dikerjakan secara manual.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7. Mempercepat pengetikan dan penyuntingan.

  8. Pembiayaan yang jauh lebih murah daripada pengerjaan secara manual.

2.2 Sistem Pendukung Keputusan

  Menurut Alter (1992)yang dikutip oleh Abdul Kadir (2003), Sistem pendukung keputusan atau Decision Support System (DSS) adalah sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur dimana tak seorangpun tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat.

  Kadarsah et al (2000) menyatakan bahwa Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan pengembangan lebih lanjut dari Sistem Informasi Manajemen terkomputerisasi (Computerized Information System), yang dirancang sedemikian rupa sehingga bersifat interaktif dengan pemakainya. Sifat interaktif dimaksudkan untuk memudahkan integrasi antara berbagai komponen dalam pross pengambilan keputusan,seperti prosedur, kebijakan, teknik analisis, serta pengalaman dan wawasan manajerial guna membentuk suatu kerangka keputusan yang bersifat fleksibel.

  Sudirman dan Widjajani (1996) yang dikutip Kadarsah (2000) mengemukakan ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Alters Keen, sebagai berikut :

  1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur dan umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.

  3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara manusia dengan komputer.

  4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan perubahan-perubahan yang terjadi.

  2.3 Gambaran Umum Perusahaan

2.3.1 Sejarah Perusahaan

  PT. Bella Agung Citra Mandiri merupakan perusahaan yang memproduksi

  springbed dengan berbagai jenis dan ukuran. Perusahaan ini memiliki daya saing

  yang tinggi terhadap harga dan kualitas. Dengan adanya harga yang terjangkau dan kualitas yang terbaik, sehingga perusahaan ini menjadi lebih unggul dengan perusahaan springbed lainnya (Rachman, 2012).

  Perusahaan didirikan sejak bulan oktober tahun 1997 oleh Bapak Sugianto, SE dan Ibu Asih Kurniasih selaku pemilik perusahaan dan direktur perusahaan hingga saat ini. Lokasi awal perusahaan berada di Jl. Raya Jati No. 32 Sidoarjo.

  Namun, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perusahaan mulai bulan September 2004 pindah di Jl. Somban Lor 32 Candi, Sidoarjo. Perusahaan memiliki karyawan sekitar 120 orang. Adapun wilayah pemasaran meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali dan NTT serta pemasaran luar pulau yang dilakukan melalui dealer/agent di kota Surabaya. Selanjutnya, pada tahun 2009, perusahaan melakukan ekspansi dengan mendirikan pabrik baru di Semarang guna mempercepat pemenuhan permintaan di wilayah Jawa Tengah (Rachman, 2012).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.3.2 Struktur Organisasi

  Struktur organisasi pada PT. Bella Agung Citra Mandiri, sebagai berikut (Rachman, 2012) :

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Bella Agung Citra Mandiri

2.4. Penjadwalan Produksi

2.4.1 Definisi Penjadwalan

  Penjadwalan merupakan pengurutan pembuatan / pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. Dengan demikian masalah pengurutan (sequencing) senantiasa melibatkan pengerjaan sejumlah komponen yang sering disebut dengan istilah job. Job (pekerjaan) sendiri masih

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA merupakan komposisi dari sejumlah elemen-elemen dasar yang disebut aktivitas atau operasi. Tiap aktivitas atau operasi ini membutuhkan alokasi sumber daya tertentu selama periode waktu tertentu yang sering disebut dengan waktu proses (Ginting : 2009). Sedangkan menurut Baker (1974) yang dikutip Ginting (2009), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber daya untuk memilih sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

  Menurut Ginting (2009), alat bantu yang digunakan dalam menyelesaikan masalah penjadwalan dikenal satu model yang sederhana dan umum digunakan yaitu Gantt Chart. Gantt Chart merupakan grafik hubungan antara alokasi sumber daya dengan waktu. Pada sumbu vertical digambarkan sumber daya yang digunakan dan sumbu horizontal digambarkan satuan waktu.

2.4.2 Tujuan Penjadwalan

  Bedworth (1987) yang dikutip Ginting (2009), mengidentifikasi beberapa tujuan dari aktivitas penjadwalan, diantaranya :

  1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggu, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat.

  2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas yang lain. Teori Baker menyatakan, jika aliran kerja suatu jadwal konstan, makaantrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi.

  3. Mengurangi beberapa keterlambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu penyelesaian sehingga akan meminimasi penalty cost (biaya keterlambatan).

  4. Membantu pengambilan keputusan mengenai perencanaan kapastas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan.

  Model penjadwalan menurut Baker (1974) yang dikutip Ginting (2009) dapat dibedakan menjadi 4 jenis keadaan, yaitu :

  1. Mesin yang digunakan dapat berupa proses dengan mesin tunggal atau proses dengan mesin majemuk.

  2. Pola aliran proses dapat berupa aliran identik atau sembarang.

  3. Pola kedatangan pekerjaan statis atau dinamis.

  4. Sifat informasi yang diterima dapat bersifat deterministik atau stokastik.

  Pada keadaan kedua, pola aliran dapat dibedakan menjadi dua (Ginting : 2009), adalah sebagai berikut : 1.

  Flow shop merupakan pola aliran proses dari urutan tertentu yang sama.

  Flow shop dibagi menjadi dua, yaitu : a.

  Pure flow shop berbagai pekerjaan akan mengalir pada lini produksi yang sama dan tidak dimungkinkan adanya variasi.

Gambar 2.2 Penjadwalan pure flow shop

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.4.3 Model Penjadwalan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA b.

  General flow shop dimungkinkan adanya variasi antara pekerjaan atau pekerjaan yang datang tidak harus dikerjakan di semua mesin.

Gambar 2.3 Penjadwalan general flow shop 2.

  Job shop merupakan setiap pekerjaan memiliki pola aliran yang berbeda.

Gambar 2.4 Penjadwalan job shop

  Pada keadaan ketiga, pola kedatangan dibagi menjadi dua (Ginting : 2009), yaitu : 1.

  Pola kedatangan statis : pekerjaan datang bersamaan pada waktu nol dan siap dikerjakan atau kedatangan pekerjaan bisa tidak bersamaan tetapi saat keadaan telah diketahui pada waktu nol.

  2. Pola kedatangan dinamis : adanya kedatangan pekerjaan yang tidak menentu, sehingga terdapat variabel waktu sebagai faktor yang berpengaruh. Pada keadaan keempat, sifat informasi yang diterima dibagi dua (Ginting :

  2009), yaitu : 1.

  Model deterministik memiliki kepastian informasi tentang parameter dalam model. Parameter yang terdapat pada model deterministik yaitu :

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA a.

  Saat datang, saat siap, jumlah pekerjaan, batas waktu penyelesaian (due date), dan bobot kepentingan masing-masing pekerjaan.

  b.

  Jumlah operasi, susunan mesin (routing), waktu proses, dan waktu setup.

  c.

  Jumlah dan kapasitas mesin, kemampuan dan kecocokan tiap mesin terhadap pekerjaan yang akan dikerjakan.

  2. Model stokastik mengandung unsur ketidak pastian. Parameter yang terdapat pada model stokastik yaitu : a.

  Processing time (ti) atau waktu proses, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk memberikan nilai tambah pada order i.

  b.

  Ready time (ri) atau saat siap, yaitu saat paling awal order i dapat diproses oleh mesin.

  c.

  Due date (di) atau saat kirim, yaitu saat kirim order i kepada konsumen.

2.4.4 Penjadwalan Hybrid Flowshop

  Menurut Ogus (2001), Hybrid Flow Shop adalah generalisasi dari permasalahan flow shop klasik dengan adanya beberapa mesin paralel setiap stasiun kerja atau tahap dari suatu proses. Menurut Ruiz dan Rodriguez (2010),

  Hybrid flow shop merupakan lingkungan manufakturing secara umum dimana

  sejumlah n job akan diproses pada m stasiun kerja secara berurutan. Menurut Wignjosoebroto (2003), stasiun kerja mengacu pada lokasi / tempat dimana suatu pekerjaan dilakukan. Pada stasiun kerja biasanya terdapat komponen-komponen lainnya seperti material (bahan baku / produk jadi / produk setengah jadi),

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA peralatan / mesin, peralatan pembantu dan manusia sebagai pekerja dan sebagainya. Ada beberapa karakteristik yang untuk hybrid flow shop yaitu:

  1. Jumlah stasiun kerja m minimal dua buah.

  2. Setiap tahapan memiliki mesin ≥ 1 dalam bentuk pararel dan paling tidak di salah satu stasiun kerja memiliki lebih dari 1 mesin.

  3. Semua job diproses mengikuti alur produksi yang sama sepertistasiun kerja 1, stasiun kerja 2, sampai dengan stasiun kerja m. Sebuah job mungkin saja melewati beberapa stasiun kerja dimana job ini tetap diproses paling tidak di salah satu stasiun kerja tersebut.

2.5 Pengukuran Sistem Kerja

2.5.1 Metode Pengukuran Waktu

  Menurut Ginting (2009), Pengukuran waktu kerja merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengamati pekerja dan mencatat waktu kerja termasuk waktu siklus dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Waktu yang diukur adalah waktu siklus pekerjaan, yakni waktu penyelesaian satu satuan pekerjaan mulai dari bahan diproses di unit pengolahan hingga keluar dari unit tersebut.

  Menurut Wignjosoebroto (1990) yang dikutip oleh Ginting (2009), pengukuran waktu dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

  1. pengukuran waktu secara langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan di tempat pekerjaan tersebut dijalankan. Metode pengukuran secara langsung dibagi menjadi dua bagian, antara lain : a. metode sampling pekerjaan

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA pengamat tidak harus menetap di tempat kerja, melainkan melakukan pengamatan secara sesaat pada waktu yang telah ditentukan secara acak/random. Untuk itu biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya ditentukan oleh pengukur.

  b. metode waktu jam henti (stopwatch) pengukuran waktu henti dilakukan dengan tiga metode, diantaranya (Barnes, 1990) : metode berulang (snap back method), yaitu pengukuran

  • waktu secara berulang, stopwatch dijalankan dan pada akhir elemen kerja, stopwatch dibaca dan dicatat. Untuk mengukur elemen lainnya jarum stopwatch dikembalikan pada titik nol.
  • dijalankan pada permulaan pengamatan hingga elemen kerja terakhir selesai. Pembacaan dan pencatatan terhadap waktu kumulatif dilakukan setiap akhir dari masing- masing elemen pekerjaan.

  metode kontinue (continuous method), yaitu stopwatch

  • pengukuran waktu yang dilakukan dengan menggunakan dua stopwatch yang digabungkan sedemikin rupa, sehingga jika stopwatch yang pertama dijalankan maka stopwatch yang kedua berhenti secara otomatis dan

  metode akumulatif (accumulative method), yaitu ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA sebaliknya. Pengukuran waktu secara akumulatif memungkinkan pembacaan langsung dari masing-masing elemen kerja.

  2. pengukuran waktu secara tidak langsung, yaitu pengukuran waktu yang dilakukan tanpa harus berada ditempat pekerjaan tersebut dijalankan. Hal ini dilakukan dengan membaca tabel/grafik yang tersedia, asalkan mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau elemen-elemen gerakan, misalnya data waktu baku dan data gerakan.

2.5.2 Tingkat Ketelitian dan Tingkat Keyakinan

  Tingkat ketelitian dan tingkat keyakinan adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan melakukan pengukuran yang banyak. Tingkat ketelitian menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dan waktu penyelesaian sebenarnya.Sedangkan tingkat keyakinan menunjukkan besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian. Sehingga ketika tingkat ketilitian 5 % dan tingkat keyakinan 99 % memberi arti bahwa penyimpangan hasil pengukuran dari hasil sebenarnya maksimal yang diizinkan adalah 5 % dan kemungkinan berhasil mendapatkan hasil demikian adalah 99 %. Dengan kata lain, jika pengukur sampai memperoleh hasil pengukuran yang menyimpang lebih dari 5 % dari sebenarnya, maka hasil demikian diijinkan paling banyak 1 % dari jumlah seluruh pengukuran (Ginting, 2009).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  2.5.3 Uji Keseragaman Data

  Selama melakukan pegukuran terkadang terdapat data yang tidak seragam muncul tanpa disadari, maka diperlukan alat untuk mendeteksi ketidak seragaman data yang disebut dengan Peta Kontrol Shewhart. Prinsipnya adalah semua data dimasukkan ke dalam peta yang sudah ditentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB). Data dikatakan seragam apabila berada diantara kedua batas kontrol, dan tidak seragam apabila berada diluar batas kontrol.

  (Ginting, 2009)

  =1

  , K = 1 + 3,3 log N (2.2) = 2 2

  − =1 =1

  =

  (2.3) (2.4)

  BKA =

  • 3 BKB =

  (2.5)

  • 3 Keterangan :

  =nilai rata-rata dari setiap sub grup K = banyaknya sub grup

  =rata-rata pada sub grup ke-i N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. data ke-j

  = = standar deviasi

  2.5.4 Uji Kecukupan Data

  Uji kecukupan data digunakan untuk mengetahui jumlah data yang diambil dalam suatu pengamatan tersebut sudah cukup atau belum. Data pengamatan dikatakan cukup ketika N’<N (Ginting, 2009).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 2 2

  

2

) ) −( (

  =1 =1 (2.1)

  N’ =

  =1

  Keterangan : N’ = banyaknya pengukuran yang diperlukan.

  N = banyaknya pengukuran yang telah dilakukan. k = tingkat kepercayaan s = tingkat ketelitian

  = data ke-j

2.5.5 Penentuan Waktu Normal

  Waktu normal merupakan waktu yang didapatkan dengan mengkalikan waktu rata-rata dengan faktor penyesuaian.Wignjosoebroto (1990) yang dikutip Ginting (2009), Terdapat 5 sistem penyesuaian yang sering digunakan, yaitu : 1.

  Skill and Effort 2. Westinghouse System of Rating

  Terdapat 4 faktor penyesuaian yang menjadi dasar penelitian (Sutalaksana, 1979) : a.

  Skill (Ketrampilan) : kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan.

  b.

  Effort (usaha) : kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya.

  c.

  Conditions (kondisi kerja) : kondisi fisik lingkungan seperti pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. d.

  Consystency (konsistensi) : setiap pengukuran waktu, angka- angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama.

  3. Schumard Rating Cara ini memberikan penilaian melalui kelas-kelas performansi kerja dimana setiap kelas memiliki nilai tersendiri. Faktor ini diperoleh dengan membandingkan nilai performansi kerja dari kelas yang bersangkutan dengan nilai performansi normal.

Tabel 2.1 Tabel penyesuaian dengan Sistem Westinghouse

  (Sutalaksana, 1979) Ketrampilan Usaha Kondisi Consistency

  0,15 A1 Superskill 0,13 A1 Superskill 0,06 A Ideal 0,04 A Ideal 0,13 A2 0,12 A2 0,04 B Excellent 0,03 B Excellent 0,11 B1 Excellent 0,1 B1 Excellent 0,02 C Good 0,01 C Good 0,08 B2 0,08 B2 D Average D Average 0,06 C1 Good 0,05 C1 Good -0,03 E Fair -0,02 E Fair 0,03 C2 0,02 C2 -0,07 F Poor -0,04 F Poor

  D Average D Average

  • 0,05 E1 Fair -0,04 E1 Fair -0,1 E2 -0,08 E2
  • 0,16 F1 Poor -0,12 F1 Poor -0,22 F2 -0,17 F2 4.

  Objective Rating Faktor yang diperhatikan adalah kecepatan kerja dan tingkat kesulitan dalam pekerjaan.

  5. Syntetic Rating Metode ini mengevaluasi kecepatan operator berdasarkan data waktu gerakan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Prosedurnya adalah dengan mengukur waktu penyelesaian dari setiap elemen gerakan dan kemudian

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA dibandingkan dengan waktu aktual dari data tabel waktu gerakan kemudian dihitung harga rata-ratanya. Harga rata-rata ini disebut rating factor.Rating

  factor adalah faktor yang diperoleh dengan membandingkan kecepatan

  bekerja seseorang (operator) dengan kecepatan normal menurut ukuran seorang peneliti.

  Rumus untuk menghitung waktu normal adalah : Waktu Normal = Waktu rata-rata x (1+ Rating factor) (2.6)

2.5.6 Penentuan Waktu Baku (Waktu Standar)

  Menurut Ginting (2009), Waktu standar merupakan waktu yang dibutuhkan secara wajar oleh seorang pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem kerja terbaik. Rumus perhitungan waktu standar yaitu :

  Waktu Standar = Waktu Normal x (100 / (100 - Allowance)) (2.7) Dalam menentukan waktu standar diperlukan suatu kelonggaran waktu yang terbagi menjadi 3 bagian :

  1. Personal Allowance, yaitu kelonggaran yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pribadi pekerja.

  2. Delay Allowance, yaitu waktu yang diberikan pada pekerja sebagai akibat dari keadaan yang tidak terduga yang dapat memperlambat jalannya pekerjaan.

  3. Fatique Allowance, kelonggaran diberikan untuk memperpanjang datangnya kelelahan.

Tabel 2.2 Tabel Allowance (Sutalaksana, 1979) Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%)

4. Berbaring 5.

C. Gerakan Kerja 1.

  Badan Terbatas Ayunan bebas dari palu Ayunan terbatas dari palu Membawa beban berat dengan satu tangan Bekerja dengan tangan diatas kepala Bekerja di lorong pertambangan yang sempit

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  0-6 6-7,5 7,5-16 16-30

  0-6 6-7,5 7,5-12 12-19 19-30 30-50

  Membawa alat ukur Pekerjaan-pekerjaan yang teliti Memeriksa cacat-cacat pada kain Pemeriksaan yang sangat teliti

  3. Pandangan terus menerus dengan fokus yang berubah-ubah 4. Pandangan terus menerus dengan fokus tetap

  2. Pandangan yang hampir terus-menerus

  1. Pandangan yang terputus-putus

  Pencahayaan baik Pencahayaan buruk

  0-5 0-5 5-10 10-15

  Pada Anggota badan terbatas

  A. Tenaga yang dikeluarkan

  Normal 2. Agak Terbatas 3. Sulit 4.

  0-1 1-2,5 2,5-4 2,5-4 4-10

  Membungkuk Bekerja duduk, ringan Badan tegak, ditumpu dua kaki Satu kaki mengerjakan alat kontrol Pada bagian sisi, belakang atau depan badan Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki

  3. Berdiri diantara satu kaki

  Duduk 2. Berdiri diantara dua kaki

  B. Sikap Kerja 1.

  0-6 6-7,5 7,5-16 16-30

  0-6 6-7,5 7,5-12 12-19 19-30 30-50

  Tanpa beban 0-2,25 kg 2,25-9 kg 9-18 kg 19-27 kg 27-50 kg Diatas 50 kg

  Bekerja di meja, duduk Bekerja di meja, berdiri Menyekop, ringan Mencangkul Mengayun palu yang berat Memanggul bahan Memanggul karung berat

  Dapat diabaikan 2. Sangat Ringan 3. Ringan 4. Sedang 5. Berat 6. Sangat Berat 7. Luar Biasa Berat

  Ekivalen beban Pria Wanita 1.

5. Seluruh Anggota

D. Kelelahan Mata *)

  c Temperatur diatas 38

  E. Keadaan Temperatur Tempat Kerja **)

  Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 2. Siklus kerja yang berulang-ulang antara 5-10 detik 3. Siklus kerja yang berulang-ulang antara 0-5 detik 4. Sangat bising 5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 6. Terasa adanya getaran lantai

  G. Keadaan Lingkungan yang Baik 1.

  0-5 5-10 10-20

  Ruang yang berventilasi baik, udara segar Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) Adanya debu-debu beracun, atau tidak beracun tetapi banyak Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan menggunakan alat-alat pernafasan

  Kurang baik 4. Buruk

  Baik 2. Cukup 3.

  F. Keadaan Atmosfer ***) 1.

  Diatas 12 12-5 8-0 0-8 8-100 Diatas 100

  c Diatas 10 10-0 5-0 0-5 5-40 Diatas 40

  o

  o

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  c Temperatur 28-38

  o

  c Temperatur 22-28

  o

  c Temperatur 13-22

  o

  c Temperatur 0-13

  o

  Temperatur dibawah 0

  Baku 2. Rendah 3. Sedang 4. Normal 5. Tinggi 6. Sangat tinggi

  Kelemahan normal Berlebihan 1.

  Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi kebersihan, dll) 0-1 1-3 0-5 0-5 5-10 5-15

  • ) kontras antara warna hendaknya diperhatikan
    • ) tergantung juga pada keadaan ventilasi
      • ) dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim Catatan pelengkap : kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi pria = 0-2,5%, wanita = 2-5%

2.6 Konsep DasarOptimasi

  Menurut (Santoso dan Willy, 2011), Optimasi digunakan untuk menerjemahkan kata optimization. Optimasi adalah proses maksimasi atau minimasi suatu fungsi tujuan dengan tetap memperhatikan pembatas yang ada. Suatu fungsi didefinisikan sebagai suatu aturan yang menugaskan setiap pilihan nilai x dengan satu nilai unik y = f(x), x adalah variabel independent sedangkan y adalah variabel dependent.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Optimasi memegang peran penting dalam proses mendesain suatu sistem. Dengan optimasi, desain suatu sistem dapat menghasilkan ongkos yang lebih murah atau profit yang lebih tinggi, menurunkan waktu proses, dan sebagainya.

  Penggunaan software sangat diperlukan untuk penyelesaian masalah agar mendapatkan solusi yang optimal dengan waktu yang tidak terlalu lama.

2.7 Definisi Metaheuristik

  Menurut Talbi (2009), Heuristik berasal dari kata Yunani heuriskein yang berarti seni untuk menemukan strategi dalam menyelesaikan persoalan, sedangkan meta berarti metodologi tingkat tinggi atau lanjut. Metaheuristik dapat didefinisikan sebagai metode lanjut (advanced) berbasis heuristik untuk menyelesaikan persoalan optimisasi secara efisien. Menurut Blum dan Roli (2003), metaheuristik memiliki beberapa karakteristik dasar yaitu:

  1. Metaheuristik adalah strategi yang memandu proses pencarian.

  2. Tujuan dari metaheuristik adalah untuk menjelajahi ruang pencarian secara efisien untuk menemukan solusi optimal.

  3. Teknik metaheuristik berkisar dari prosedur pencarian local yang sederhana sampai proses pembelajaran yang komplek.

  4. Meteheuristik adalah metode pendekatan dan biasanya non-deterministik 5.

  Metaheuristik dapat terdiri dari penggabungan beberapa mekanisme supaya proses pencarian tidak terjebak dalam daerah terbatas di ruang pencarian.

  6. Konsep dasar dari metaheuristik memungkinkan pendeskripsian secara abstrak.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  7. Metaheuristik bersifat general/umum sehingga dapat diterapkan dalam berbagai macam persoalan.

  8. Metaheuristik dapat menggunakan domain pengetahuan khusus dalam bentuk heuristik yang dikendalikan dengan strategi tingkat lanjut.

  9. Metaheuristik dapat menggunakan pengalaman yang didapat selama proses pencarian untuk menuntun proses pencarian.

2.8 Simulated Annealing

2.8.1 Definisi Simulated Annealing

  Metode Simulated annealing pertama kali diperkenalkan oleh Metropolis dkk pada tahun 1953, dan dipopulerkan oleh Kirkpatrick dkk pada tahun 1983.

  Simulated annealing termasuk algoritma yang meniru perilaku fisik proses

  pendinginan baja. Teknik ini meniru perilaku baja yang mengalami pemanasan sampai suhu tertentu kemudian didinginkan secara perlahan. Ketika baja dipanaskan sampai suhu mendidih, atom-atom dalam baja tersebut bergerak bebas, dan semakin terbatas gerakannya ketika suhunya turun. Ketika suhu turun, susunan atomnya akan menjadi lebih teratur dan akhirnya akan membentuk Kristal dan mempunyai energi internal yang minimum (Santoso dan Willy, 2011)

  Pendinginan yang cepat akan menyebabkan kerusakan pada material. Oleh karena itu, suhu baja yang mendidih perlu diturunkan secara perlahan dan teratur sehingga memungkinkan pemadatan yang bagus dan menghasilkan kristal dengan susunan yang bagus dan kandungan energi internal yang kecil. Proses pendinginan secara perlahan disebut dengan annealing (Santoso dan Willy, 2011).

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Menurut Santoso dan Willy (2011), metode simulated annealing meniru proses pendinginan baja secara perlahan untuk mencapai nilai minimum fungsi dalam permasalahan minimasi. Proses pendinginan ini ditiru dengan cara menentukan parameter yang serupa dengan suhu lalu mengontrolnya dengan menggunakan konsep distribusi probabilitas Boltzmann. Distribusi probabilitas Boltzmann menyatakan bahwa energi (E) dari suatu sistem dalam keseimbangan panas pada suhu T terdistribusi secara probabilistik dengan rumus :

  −∆E/kT

  P(E) = e

  (2.8)

  Keterangan : P(E) = Peluang mencapai tingkat energi E

  = perubahan energi E k = konstanta Boltzmann T = suhu Menurut kriteria metropolis, probabilitas titik solusi berikutnya adalah x i+1 bergantung pada perbedaan status energi atau fungsi tujuan dari dua titik.Titik baru dapat ditemukan menggunakan distribusi probabilistik Boltzmann tersebut.Untuk konstanta Boltzmann (k), dapat diberi nilai 1. Dalam minimasi fungsi, solusi sekarang adalah x dan nilai fungsinya adalah f(x), maka energi E i pada status x i adalah E i = f i = f(x i ). Jika i+1 ] = 1 sehingga titik x i+1

  E ≤ 0 maka P[E selalu diterima, namun jika E ≥ 0 maka digunakan rumus probabilitas Boltzmann (Santoso dan Willy, 2011).

  i+1 i = i+1 i = f(x i+1 ) i ) (2.9)

  • – E – f – f(x E = E f = f
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Dalam Simulated Annealing perlu diperhatikan adanya langkah khusus untuk keluar dari local optimum.Langkah ini berupa penerimaan x dengan

  i+1 −∆f/kT

  peluang e walaupun nilai fungsi pada titik ini tidak lebih baik dari tidak sebelumnya (x i ). Hal ini dilakukan dengan harapan pada langkah selanjutnya akan dicapai suatu titik dengan nilai fungsi yang lebih baik lagi.

  Menurut Santoso dan Willy (2011), pada saat temperatur tinggi, maka peluang menerima x i+1 dengan E yang lebih besar akan besar. Dengan menurunnya temperatur, probabilitas untuk menerima titik x i+1 yang lebih buruk dari titik sebelumnya akan mengecil. Sehingga jika temperatur semakin rendah (semakin dekat pada titik optimal), peluang suatu solusi x i+1 dengan nilai f lebih besar dibanding pada titik x i akan semakin kecil.

2.8.2 Algoritma Simulated Annealing

  Algoritma simulated annealing dapat dituliskan sebagai berikut (Santoso dan Willy, 2011):

  1.

  :

  i

  Tentukan parameter dan mulai dengan vektor x T : nilai temperatur

  • c : faktor pereduksi temperatur dengan nilai 0 < c <1
  • n : jumlah iterasi
  • 2. i = f(x i ), tetapkan iterasi i = 1, dan jumlah siklus p = 1.

  Hitung nilai f 3. di sekitar x dan hitung f(x ), hitung

  i+1 i i+1

  Bangkitkan vektor baru x i+1 i .

  • – f f=f

  4. sebagai solusi kriteria metropolis :

  i+1

  Terima atau tolak vektor baru x a. , maka x i+1 diterima.

  Jika f bernilai negatif ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA b.

  Jika f bernilai positif, maka digunakan distribusi probabilitas boltzmann. Untuk menerima atau tidak, perlu digunakan solusi pembanding terhadap nilai probabilitas dengan membangkitkan nilai acak (0,1). jika nilai acak < P(E), maka solusi baru diterima. namun, jika sebaliknya maka solusi baru ditolak.

  5. Jika i < n, kembali ke langkah 3. Akan tetapi jika i ≥ n, maka lanjutkan ke langkah 6.

  6. Update siklus iterasi p=p+1, dan iterasi i=1 7.

  Kurangi temperatur 8. Jika kriteria pemberhentian tercapai, maka pencarian dihentikan. Namun jika kriteria pemberhentian tidak tercapai, maka ulangi dari langkah 3.

  Keterangan : x i : solusi ke-i f : nilai fungsi tujuan

  i

  f(x i ) : nilai fungsi tujuan dari solusi ke-i Menurut Santoso dan Willy (2011), tidak ada nilai T, c, n yang unik yang akan sesuai untuk semua permasalahan, tetapi ada beberapa cara untuk mendapatkan nilai yang cukup baik. Untuk nilai T bisa dipilih nilai rata-rata dari nilai fungsi tujuan yang dihitung pada sejumlah solusi awal yang dipilih secara acak. Jumlah iterasi n bisa dipilih diantara 50 dan 100 berdasarkan pada akurasi solusi yang diinginkan. Faktor pereduksi temperatur (c) bisa dipilih antara 0.4 - 0.6 untuk strategi pengurangan temperatur yang masuk akal (cooling schedule). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq dan Budi Santoso

  (2014), kriteria pemberhentian menggunakan nilai temperatur akhir (Tf) sebesar 0.0000001.

  Flowchart adalah suatu diagram yang menampilkan aliran data dan rangkaian

  tahapan operasi dalam suatu sistem (Widjajanto, 2001). Berikut ini adalah simbol-simbol yang terdapat dalam flowchart :

  1. Simbol terminal Simbol yang menyatakan permulaan atau akhir suatu program.

  Gambar 2.5Simbol Terminal

  2. Simbol input/output Simbol yang menyatakan proses input atau output tanpa tergantung jenis peralatannya.

Gambar 2.6 Simbol input/output

  3. Simbol Proses Simbol yang menyatakan suatu tindakan atau proses yang dilakukan oleh komputer

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.9 Perancangan Sistem

2.9.1 Flowchart Salah satu cara penggambaran alur sistem dapat menggunakan flowchart.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Gambar 2.7 Simbol Proses

  4. Simbol Keputusan Simbol yang menunjukkan suatu kondisi tertentu yang akan menghasilkan dua kemungkinan jawaban, ya atau tidak.

Gambar 2.8 Simbol Keputusan

  5. Simbol Garis Alir Simbol garis alir digunakan sebagai penghubung simbol-simbol lainnya

Gambar 2.9 Simbol Garis Alir

  6. Data Store (Simpanan Data) Data store merupakan simpanan dari data yang dapat berupa suatu file di

  sistem komputer atau suatu arsip atau catatan manual

Gambar 2.10 Simbol Data Store

  7. Operasi Manual Menyatakan suatu tindakan atau proses yang tidak dilakukan oleh komputer

  Gambar 2.11Simbol Operasi Manual

  Menurut Sugiarti (2013), diagram use case mendeskripsikan sebuah interaksi antara satu atau lebih aktor dengan sistem yang akan dibuat. Diagram use

  case

  digunakan untuk mengetahui fungsi apa saja yang ada di dalam sebuah sistem, dan siapa aja yang berhak menggunakan fungsi-fungsi tersebut. Simbol- simbol yang terdapat pada diagram use caseadalah : a.

  Use case : fungsionalitas yang disediakan sistem sebagai unit-unit yang saling bertukar pesan antar unit atau aktor, biasanya dinyatakan dengan kata kerja.

Gambar 2.12 Simbol Use Case b.

  Aktor : orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat, biasanya dinyatakan menggunakan kata benda.

Gambar 2.13 Simbol Aktor c.

  Asosiasi (Association) : relasi antara aktor dan use case yang berpartisipasi pada use case.

Gambar 2.14 Simbol Asosiasi

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.9.2 Use Case Diagram

  d.

  Extend : <<extend>>

Gambar 2.15 Simbol Extend e.

  Include : <<include>>

Gambar 2.16 Simbol Include

  Menurut Sugiarti (2013), activity diagram menggambarkan aktivitas yang dapat dilakukan oleh sistem bukan yang dilakukan aktor. Activity diagram menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, dimulai dari masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, hingga sistem tersebut berakhir. Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Beberapa simbol yang digunakan pada activity diagram, diantaranya : a.

  Start point : awal proses.

Gambar 2.17 Simbol start point b.

  Activities : aktivitas yang terjadi pada sistem

Gambar 2.18 Simbol activities c.

  Fork : percabangan

Gambar 2.19 Simbol fork

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

2.9.3 Activity Diagram

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA d.

  Join : penggabungan

Gambar 2.20 Simbol join e.

  Decision : untuk menggambarkan behavior pada kondisi tertentu.

Gambar 2.21 Simbol desicion f.

  Swimlane : sebuah cara untuk mengelompokkan activity berdasarkan actor g.

  End point : akhir proses.

Gambar 2.22 Simbol end point

2.9.4 Perancangan Antar Muka

  Menurut Sudarmawan dan Ariyus (2007), interface (antarmuka) adalah suatu bit program yang terdiri dari menu tombol yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, atau suatu bagian perangkat lunak yang digunakan oleh end

  user yang bisa dilihat di layar monitor jika program dijalankan. Dalam membuat

  antar muka berbasis grafis memiliki 7 bagian, diantaranya : 1.

  Button (Tombol), merupakan suatu hal yang sudah biasa digunakan untuk

  input dan output aplikasi berbasis grafik. Tombol juga digunakan untuk melakukan serangkaian aksi, memilih keputusan, dan lain sebagainya.

2. Menu, merupakan suatu tawaran yang ditampilkan dilayar mengenai pemilihan operasi atau layanan yang dapat dilakukan sistem.

  ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

  3. Check Box, memberikan kemudahan bagi user untuk membuat suatu pilihan. Check Box bisa mengizinkan user untuk memilih lebih dari satu, pada waktu yang bersamaan. Check Box diberi label dengan teks yang sesuai dengan aksi yang akan diberikan.

  4. Radio Buttons, mengizinkan user untuk memilih salah satu pilihan dalam satu waktu dan diberi label sesuai aksi yang akan dilakukan. Radio akan menjadi suatu pilihan yang baik jika pemrogram

  Buttons

  memberikan pilihan untuk user. Radio Buttons terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pengendali yang berupa lingkaran kecil dan bagian label yang menunjukkan atribut radio buttons tersebut.

  5. Single-Line Text Box, merupakan suatu langkah awal bagi user untuk memasukkan input karakter-karakter alfanumerik ke program. Single-Line

  Text Box biasanya digunakan untuk pengamanan sistem atau hal-hal lain yang hanya memerlukan satu input.

  6. Multiline Text Box, merupakan kotak teks yang membutuhkan masukan beberapa baris teks. Multiline Text Box mempunyai ukuran dan bentuk bervariasi tergantung kebutuhan programnya.

  7. Drop-Down Menu, merupakan menu yang terletak pada aplikasi yang mempunyai turunan dari menu awal. Menu ini membantu user untuk membuat pilihan dengan cepat dari kelompok pilihan yang tersedia.

Dokumen yang terkait

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN TENAGA PENDIDIK MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

0 1 8

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN PINJAMAN NASABAH (STUDI KASUS KOPERASI RIDHO RIZKI)

0 0 8

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE PROFILE MATCHING

1 3 5

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMINJAMAN UANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SCORING SYSTEM (STUDI KASUS : KOPERASI ARTHA KARYA MANDIRI SINGOSARI)

0 1 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang - VARIASI WAKTU PERENDAMAN DALAM SIMULATED BODY FLUID PADA KOMPOSI HIDROKSIAPATIT-GELATIN SEBAGAI KANDIDAT BONE GRAFT Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Viskositas Darah - RANCANG BANGUN ALAT UKUR VISKOSITAS DARAH DENGAN SENSOR PPG (PHOTOPLETHYSMOGRAPH) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 22

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KLASIFIKASI KELAS RISIKO KREDIT MENGGUNAKAN METODE NAÏVE BAYES SKRIPSI

0 1 135

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DENGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (STUDI KASUS BANK JATIM CABANG Dr. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DENGAN METODE K-NEAREST NEIGHBOR (STUDI KASUS BANK JATIM CABANG Dr. SOETOMO SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 231

RANCANG BANGUN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE SIMULATED ANNEALING (STUDI KASUS PT. BELLA AGUNG CITRA MANDIRI SIDOARJO) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 19