1 PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Ko

  

PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR

MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA

JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

Skripsi

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

Oleh:

Faulina Br Sembiring

Nim: 011114054

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

  

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  2007

  

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Pemikiran, keinginan, dan harapan tidak akan terwujud tanpa diawali perbuatan.

  hanya yang berani melawan rasa takut yang dapat merubah segalanya”.

  (Ruskin) Mendidik tidak berarti mengajarkan apa yang tidak mereka ketahui.

  Mendidik adalah pekerjaan yang memakan hati, terus menerus dijalankan dan amat sulit, harus dilaksanakan dengan keramahan dan kelembutan, pengawasan dan peringatan, perintah dan pujian, tetapi terutama dengan keteladanan.

  (Ruskin) Seorang guru yang mengajar tanpa menimbulkan keinginan belajar pada diri murid- muridnya sama dengan menempa besi yang dingin.

  (Heinrich Mann) Skripsi ini penulis persembahkan kepada

  Kedua orangtua penulis dan adik penulis Petrus Sembiring dan Romi Sembiring

  

ABSTRAK

PERAN GURU PEMBIMBING DALAM MEMOTIVASI BELAJAR

MENURUT PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP TAMAN DEWASA

JETIS-YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007

  Faulina Sembiring Universitas Sanata Dharma, 2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007. Jumlah populasi adalah 158 orang.

  Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan peran guru pembimbinng dalam memotivasi belajar oleh Thomas F. Staton (Sardiman, 2005) kemudian dikembangkan oleh peneliti. Alat ini terdiri dari enam peran guru pembimbing dala m memotivasi belajar siswa yaitu 1) memberikan dorongan belajar, 2) menegaskan pentingnya berkonsentrasi, 3) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar, 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran, 5) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif, dan 6) membantu siswa mengelola waktu belajar, yang disusun dalam 17 indikator pernyataan dan dikembangkan menjadi 40 item pernyataan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pembahasan.

  Teknik analisis data yang digunakan adalah tabulasi data, perhitungan frekuensi dan persentase. Selanjutnya mengidentifikasikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa yang item persentasenya minimal 56% dari skor maksimal yang dapat dicapai setiap item.

  Hasil penelitian menunjukkan hasil sebagai berikut: 1) mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar (96%); 2) membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif (95,2%); 3) membantu siswa mengelola waktu belajar (94,4%); 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran (93%); 5) menegaskan pentingnya berkonsentrasi (89%); 6) memberikan dorongan belajar (65%),

  Dapat disimpulkan bahwa peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar sangat diperlukan atau dibutuhkan oleh siswa, dilihat dari hasil analisis data. Kuesioner peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar tersebut mempunyai kualifikasi sangat tinggi.

  

ABSTRACT

THE ROLE OF COUNSELORS

IN MOTIVATING THE EIGHTH GRADE STUDENTS TO STUDY

  

IN TAMAN DEWASA JETIS JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA

ACADEMIC YEAR OF 2006/2007

  Faulina Br Sembiring Sanata Dharma University, 2005

  This researh was to know the role of counselors teacher in motivating the eighth grade students study in Taman Dewasa Jetis Junior High School, Yogyakarta academic year of 2006/2007.

  This research was a descriptive research. The population in this research was all of eighth grade students in Taman Dewasa Jetis Junior High School Taman, Yogyakarta academic year of 2006/2007. The total of population was 158.

  The instrument in this research was questionnaire compiled based on the psychological factors in study according to Thomas. Stanton (Sardiman, 2005) which was developed by the researcher. This instrument consisted of six role- elements in motivating study which was developed into 40 questions, among than were: 1) giving the support to study, 2) arguving the importance of concentration, 3) directioning student active to study, 4) helping to understand of lesson study by students, 5) guidancing student of lesson by comprehensive thinking, and 6) helping to prepare of lesson by student. It was conducted to facilitate the discussion.

  The technique of data analysis was data tabulation, the calculation of frequencies and percentage. Then identifying the item which has minimal percentage of 56% from the maximal score which could be achieved by every item.

  The data analysis revealed that: {1) direct all of five sense optimally (96%); 2) major the subjects of lesson by comprehensive thinking (95,2%); 3) have willingness torepeat the subjects of lesson (94,4%); 4) organize the facts or ideas into the formulation understandable by students (93%); 5) argue the inmportance of concentration (89%); 6) giving the support to study (65%)}.

  Therefore, it could be concluded that the students need the role of counselor very much in motivating studies and having high qualification.

KATA PENGANTAR

  Syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan karena cinta kasih dan bimbingan-NYA selalu menyertai penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Secara khusus ucapan terima kasih ini penulis haturkan kepada:

  1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Ignatia Esti Sumarah, M.Hum., Dosen Pembimbing I yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi sekaligus mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  3. Suster Milburga, CB., M.Ed., Dosen Pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran mendampingi serta mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya, yang sangat berguna bagi penulis.

  Para karyawan sekretariat FKIP, BK, MPK, MKDK dan BAA, yang memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi.

  5. Bapak Kepala Sekolah SMP Taman Dewasa Jetis yang telah menerima dan mengijinkan penulis melakukan ujicoba dan penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta dan seluruh siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis-Yogyakarta, atas kerjasamanya dalam mengisi kuesioner penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  6. Kedua orangtua penulis yang dengan penuh kasih mendampingi dan mengantarkan penulis hingga sekarang, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

  7. Petrus Sembiring dan Theodora Depari, atas pengorbanannya buat penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Adik penulis Romi Sembiring, yang telah memberikan semangat dan dorongan serta canda tawa (dan dalam menyelesaikan skripsi ini).

  8. Abang Jopta Sembiring, atas bantuan dan perhatiannya selama penulis kuliah di Yogyakarta dan dalam menyelesaikan skripsi ini. Secara khusus kepada abang Sedar Barus, atas dukungan, semangat, cinta dan perhatian dalam berbagai bentuk sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  9. Sr. Gaby SCMM, Sr. Angela SFD atas doa dan bimbingannya selama penulis kuliah di Yogyakarta ini.

  10. Mbak Nina, Mbak Lusie (Mbak Upik), Mbak Novi, Mbak Ria, Mbak Meymey, Ita atas waktu dan guyonannya, (kalian kakak-kakak yang baik buat penulis walaupun kadang penulis banyak maunya). Dewi, Serly, Nuning, Wita atas canda tawanya selama kita bersama di Yogyakarta

  11. Jack (zakeus), Roberth, Siprianus Lita Lalu dan Iswadi atas kebersamaan, dukungan, kerjasama serta pengalaman berharga yang sudah dibagikan bersama dengan penulis selama ini.

  12. Teman-teman di Prodi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2001, atas kebersamaan, dan keceriaan selama kita berada dibangku kuliah: Rm.

  Emil, Fr Frans, Sr Tere, Sr Vero, Sr Agata, Sr Floren, Sr Die, Sr Monika, Kak Fa, Mba Die-die, Mba Kristin, Agus dan Sandry, atas kerjasama dan bantuannya selama kita bersama di Gatot Kaca 3D kalian memang teman yang baik. Fetri, Veron, Cueng, Dedy, Willy, Andri, Mba Kenit, Rika, Diesta, Maya, Ary, Sandry, Mala, Okta, Bety, Kiki, Paska, Yuni (penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuannya selama kita kuliah bersama), Deni, Alpon, Wahyu, Yuyun, Arny, Nida, Pehalina, Eta, Page, Anggiat, Paulina Theresia.

  13. Semua pihak yang banyak membantu penulis selama menempuh kuliah dan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Semoga Tuhan yang Maha Kasih melimpahkan berkat-Nya kepada semua yang telah penulis sebutkan di atas. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Akhir kata, penulis berharap mudah- mudahan skripsi ini berguna bagi siapa saja yang membacanya.

  Penulis

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................ iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................... v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT..................................................................................................... vii KATA PENGANTAR...................................................................................... viii DAFTAR ISI.................................................................................................... xi DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

  1 B. Perumusan Masalah Penelitian ..........................................................

  5 C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

  5 D. Manfaat Penelitian.............................................................................

  6 E. Definisi Operasional ..........................................................................

  6 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................

  8 A. Peran Guru Pembimbing....................................................................

  8

  B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar........................

  10 1. Memberikan Dorongan Belajar……………………….. ................

  15

  2. Menegaskan Pentingnya Berkonsentrasi…………………………

  17 3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar …………... .............

  18

  4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran …………………………………………………… ........

  20

  5. Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara Komprehensif……………………………………………………..

  21 6. Membantu siswa mengelola waktu belajar ……………………. ..

  23 C. Pentingnya Layanan Bimbingan Dan Konseling Dalam Memotivasi Belajar Siswa ……………………………………………………….

  24 D. Layanan Bimbingan Belajar Pent ing Untuk Siswa SMP …………..

  26 E. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis…………………………………...

  28 BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................

  30 A. Jenis Penelitian ..................................................................................

  30 B. Subjek Penelitian................................................................................

  30 C. Instrumen Penelitian ..........................................................................

  31 D. Validitas dan Reabilitas Kuesioner ....................................................

  34 1. Validitas Instrumen……………………………………………….

  34 2. Reliabilitas Instrumen…………………………………………….

  36 E. Prosedur Pengumpulan Data ..............................................................

  37 1. Tahap Persiapan…………………………………………………..

  37

  2. Tahap Pelaksanaan……………………………………………….

  38 F. Teknik Analisi Data............................................................................

  39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................

  41 A. Hasil Penelitian..................................................................................

  41 B. Pembahasan........................................................................................

  45 BAB V RINGKASAN, KESIMPULAN DAN SARAN ................................

  52 A. Ringkasan...........................................................................................

  52 B. Kesimpulan ........................................................................................

  54 C. Saran...................................................................................................

  54 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................

  57 LAMPIRAN ……………………………………………………………….... 59

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 : Data Siswa Kelas II SMP Taman Dewasa Jetis,

  Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007…………………… 31 Tabel 2 : Kisi-kisi Penyusunan Koesioner………………………….. 32 Tabel 3 : Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas……………………….. 36 Tabel 4 : Tabulasi Hasil Penelitian

  Di SMP Taman Dewasa Jetis, Tahun Ajaran 2006/2007.... 41 Tabel 5 : Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa berdasarkan persentase alternatif jawaban perlu dan sangat perlu……………………………………………. 44

  Grafik : Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa… 45

  

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

  Lampiran 1 : Kuesioner penelitian tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar……......... 59 Lampiran 2 : Tabulasi data ujicoba penelitian

  (Skor untuk masing- masing siswa)……........................ 64 Lampiran 3 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian…... 66 Lampiran 4 : Perhitungan reliabilitas dan validitas ujicoba penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007... 68 Lampiran 5 : Tabulasi data penelitian (Skor masing- masing siswa)

  SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007........ 70 Lampiran 6 : Tabulasi jumlah skor-skor hasil ujicoba penelitian……. 72 Lampiran 7 : Perhitungan reliabelitas dan validitas ujicoba penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis, tahun ajaran 2006/2007..... 74

BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,

  pasal 39 ayat 2 menyatakan pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Guru pembimbing merupakan salah satu tenaga pendidikan di sekolah. Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).

  Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Prayitno (1997:18): guru pembimbing adalah pelaksana utama pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

  Oleh karena guru pembimbing diharapkan dapat memberikan pelayanan bimbingan di sekolah, maka ia harus tahu tentang dasar-dasar bimbingan dan konseling. Hal ini menjadi sangat mendesak untuk dipahami khususnya oleh guru pembimbing yang bukan berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling. Adapun standar prestasi kerja guru pembimbing, sebagaimana tertuang dalam SK Mendikbud No.025/0/1995 (Prayitno, makalah), diharapkan guru pembimbing dapat melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling secara optimal, agar dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada para siswa dalam hal: kemampuan serap (bimbingan belajar), perkembangan kepribadian (bimbingan pribadi), kemampuan sosial (bimbingan sosial), dan perencanaan masa depan (bimbingan karir). Selain itu guru pembimbing diharapkan tampil atau menunjukkan kinerja yang penuh dalam menyelenggarakan kegiatan bimbingan dan konseling (melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling).

  Menurut Prayitno (1997: 41-43) pola umum bimbingan dan konseling di sekolah mencakup bidang-bidang bimbingan, jeni-jenis layanan, dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling dimana dalam penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab guru pembimbing. Adapun salah satu bidang bimbingan pola umum bimbingan dan konseling tersebut adalah bimbingan belajar. Yang dimaksud dengan bimbingan belajar adalah usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkannya melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi.

  Dalam pembahasan ini penulis lebih menyoroti bagaimana guru pembimbing dapat memberikan motivasi belajar kepada siswa dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa sendiri. Dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa diharapkan dapat membantu siswa dapat disiplin dalam belajarnya, dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di sekolah.

  Menurut Sardiman (2005:20-28), belajar merupakan usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan menuju terbentuknya kepribadian seutuhya sehingga: 1) siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir sekaligus memperkaya pengetahuannya. 2) siswa diharapkan dapat terampil dalam belajar. Dengan demikian siswa perlu mendapat bimbingan belajar supaya dapat belajar secara efektif. Menurut Sadirman (2005:89-90) motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman), jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Thornburgh (Prayitno, 1989:14) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi ekstrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik.

  Siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) termasuk anak yang sedang berada pada masa pubertas. Menurut Hurlock (19980:197) pada masa pubertas seseorang mengalami bahaya psikologis seperti konsep diri yang kurang baik, prestasi yang rendah serta kurang memiliki persiapan dalam menghadapi pubertas dan lain- lainnya. Dalam rangka membantu atau menolong siswa remaja tersebut agar tidak memiliki prestasi rendah maka perlu pembimbingan dalam belajarnya. Pendampingan yang diberikan menurut penulis yaitu berupa pendampingan psikologis supaya dapat menyemangati siswa agar dapat meningkatkan prestasi dalam belajarnya.

  Dalam memberikan pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) guru pembimbing dapat melakukannya dengan berbagai peran diantaranya adalah: 1) Memberikan dorongan belajar supaya tahu apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut dipelajari. 2) Menegaskan pentingnya berkonsentrasi yaitu memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. 3) Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar. 4) membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran. 5) Membimbing siswa dalam menguasai materi pelajaran secara komprehensif. 6) Membantu siswa mengelola waktu belajar.

  Sebagai calon guru pembimbing di sekolah, penulis tertarik untuk meneliti bagaimanakah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah khususnya siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis. Alasan penulis memilih sekolah ini: pertama, karena penulis pernah melaksanakan PPL di sekolah ini sehingga sudah mengenal guru pembimbing maupun siswanya. Alasan yang kedua, karena penulis ingin melihat sejauh mana peran guru pembimbing diperlukan oleh siswa dalam memotivasi belajarnya karena (Mappiare, 1982:60) banyak diantara siswa yang menglami masalah dalam belajarnya antara lain; malu apabila disuruh oleh guru untuk memberikan atau mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran berlangsung (malu mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Alasan yang ketiga, visi dan misi sekolah tersebut adalah membantu siswa supaya unggul dalam prestasi yang berakar pada nilai- nilai budaya bangsa. Itu sebabnya siswa perlu dimotivasi untuk bersemangat dalam belajar. Ketiga alasan tersebut yang mendorong penulis mencoba untuk menulis skripsi dengan judul “Peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis, Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007”.

  B. Rumusan Masalah Bagaimanakah peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah menurut siswa-siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Tahun Ajaran

  2006/2007?

  C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

  Mendeskripsikan peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah menurut persepsi siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Tahun Ajaran 2006/2007.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi guru pembimbing Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai masukan dalam refleksi diri demi peningkatan mutu pelayanan bimbingan belajar kepada siswa.

  2. Bagi siswa Guru pembimbing dapat memotivasi belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai prestasi yang unggul sesuai dengan visi dan misi SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.

  3. Bagi penulis Menambah informasi bagi penulis mengenai peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar siswa di sekolah sehingga peneliti lebih siap menghadapi tugas-tugas yang akan datang.

  E. Definisi Operasional

  1. Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).

  2. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

  3. Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, nilai-sikap.

  4. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

  5. Siswa SMP Taman Dewasa Jetis merupakan remaja awal yang berusia sekitar 12-16 tahun serta subjek belajar yang mempunyai tujuan dan kegiatan dalam belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini disajikan hasil kajian pustaka mengenai beberapa hal yang dapat

  memperjelas topik penelitian dan kiranya berguna untuk membantu memahami keseluruhan isi penelitian tentang peran guru pembimbing dalam memotivasi belajar menurut siswa kelas II SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007.

A. Peran Guru Pembimbing

  Guru pembimbing merupakan tenaga pendidik, yang dituntut dapat melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik, (Prayitno, 1997:9). Guru pembimbing adalah guru-guru dari sekolah yang bersangkutan, yang ditugaskan untuk melaksanakan bimbingan dan konseling di sekolah karena latar belakang pendidikannya yang memungkinkan untuk melaksanakan tugas tersebut (Partowisastro, 1985:20).

  Guru pembimbing dapat dikatakan sebagai seorang pendidik yang memberikan bantuan kepada siswa, agar dapat mengembangkan potensi- potensi yang dimiliki siswa, mengenal diri sendiri, dan mengatasi persoalan- persoalan sehingga para siswa dapat menentukan sendiri jalan hidupnya atau masa depannya secara bertanggung jawab tanpa bergantung kepada orang lain. Guru pembimbing dapat membantu siswa untuk mengembangkan motivasi belajar yang ada di dalam diri siswa, sehingga siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang baik pada proses belajar di sekolah.

  Menurut Prayitno (1997:41-43) dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah guru pembimbing sebagai pelaksana utamanya bertugas untuk mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang salah satu layanannya adalah bimbingan belajar. Prayitno lebih lanjut menegaskan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan belajar merupakan usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, menguasai pengetahuan dan keterampilan belajar dalam rangka menyiapkan siswa melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi. Dalam usaha membantu siswa mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik diharapkan guru pembimbing dapat memberikan memotivasi siswa dalam belajar supaya disiplin dalam belajarnya, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat menguasai materi pelajaran di sekolah.

  Dalam mengembangkan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan tenaga yang berkemampuan baik ditinjau dari personalitas dan profesionalitasnya. Modal personal guru pembimbing adalah berbagai ciri kepribadian yang dimiliki oleh guru pembimbing (Prayitno, 1997:45-47). Ciri- ciri kepribadian meliputi “semua sifat yang melekat pada pribadi seseorang dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya” (Winkel,

  1997:196). Modal personal guru pembimbing tersebut sebagai modal dasar yang menjamin kesuksesan penyelengga raan layanan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:45-46). Modal personal guru pembimbing yang disebutkan oleh Prayitno antara lain: menyayangi peserta didik, sabar dan bijaksana, lembut dan baik hati, dapat diteladani/dicontoh, tanggap terhadap keadaan dan mampu mengambil tindakan, serta memahami dan bersikap positif terhadap layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan yang dimaksud modal profesional yang diperlukan dalam mengembangkan bimbingan dan konseling mencakup kematangan wawasan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan modal profesional yang dimiliki guru pembimbing diharapkan akan mampu melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling secara profesional. Modal personal dan profesional guru pembimbing merupakan dua hal tidak dapat dipisahkan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

B. Peran Guru Pembimbing Dalam Memotivasi Belajar Siswa

  Winkel (1997: 25) menguraikan bahwa sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian kegiatan yang teroganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar di dalam kelas. Kegiatan belajar ini bertujuan menghasilkan perubahan-perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan melalui usaha belajar. Untuk mengetahui sejauh mana para siswa telah berhasil menguasai bahan pelajaran dalam batas waktu yang ditentukan perlu diadakan penilaian. Penilaian ini sangat penting untuk menentukan prestasi belajar yang telah dicapai siswa. Untuk memperoleh prestasi yang baik di sekolah diperlukan motivasi untuk belajar karena motivasi memegang peranan yang penting dalam memberikan gairah atau semangat belajar, sehingga siswa bermotivasi kuat dan memiliki semangat untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar adalah kegiatan atau aktivitas pokok yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar. Selama melakukan kegiatan belajar, tentunya siswa memiliki keinginan agar kegiatan yang dilakukannya itu pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang berguna atau bermanfaat bagi dirinya. Siswa termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar karena hasil dari aktivitas itu pada akhirnya dapat memenuhi kebutuhannya. Motivasi belajar sangat dibutuhkan oleh para siswa. Dengan memiliki motivasi belajar siswa mengeluarkan tenaga dari dalam dirinya untuk mengarahkan dan mengorganisasikan tingkahlakunya, sehingga mengalami suatu proses yang pada akhirnya merubah perilakunya akibat pengalaman yang diperoleh selama melakukan aktivitas belajar (Handoko, 1992). Maka berikut ini akan dibahas mengenai arti motivasi belajar.

  1. Motivasi Belajar Untuk memahami arti motivasi belajar maka akan diuraikan arti masing- masing kata yaitu motivasi dan belajar. Motivasi berasal dari kata

  Latin yaitu motivum yang menunjukkan bahwa ada alasan tertentu mengapa sesuatu itu dilakukan. Motivasi merupakan daya pengerak dari dalam untuk melakukan aktivitas-aktivitas demi mencapai suatu tujuan tertentu. Thomas L. Good dan Jere B. Brophy (Prayitno, 1989:8) mendefinisikan motivasi sebagai energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Menurut Handoko (1992:9) motivasi adalah suatu tenaga yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah laku manusia. Motivasi merupakan usaha- usaha yang dapat menyebabkan seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya, (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:593).

  Motivasi adalah daya penggerak yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisirkan tingkah laku manusia untuk mencapai suatu tujuan.

  Motivasi belajar menurut Sardiman (2005:75) adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai. Sifat keseluruhan tersebut karena pada umumnya ada beberapa motif yang bersama-sama menggerakkan siswa untuk belajar.

  Motivasi belajar menurut Winkel (1997:27) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. Winkel juga memandang motivasi belajar sebagai daya penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar. Anderson, C.R. dan Faust, G.W. (Prayitno, 1989:10) mengemukakan bahwa motivasi dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman, perhatian, konsentrasi dan ketekunan.

  Dari definisi motivasi belajar di atas penulis sependapat dengan Sardiman (2005:75) yaitu keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehenaki oleh subjek dapat dicapai karena di sekolah siswa belajar dan membutuhkan bimbingan dari orang lain khususnya guru pembimbing yang dapat membantunya termasuk juga tenaga pengajar lain, sehingga tujuan belajar siswa sendiri tercapai.

  2. Jenis –jenis motivasi, adalah: a. Motivasi belajar intrinsik.

  Menurut Sadirman (2005:89) motivasi intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau berfungsi karena dalam diri individu ada suatu dorongan untuk melakukan sesuatu. Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Contohnya, anak yang senang membaca, tidak ada yang menyuruh atau mendorong, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.

  Winkel (1997:174) mengemukakan bahwa motivasi intrinsik sebagai kegiatan belajar yang dimulai dan diteruskan berdasarkan penghyatan suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan kegiatan belajar. Tingkah laku yang muncul tanpa dipengaruhi oleh faktor- faktor lingkungan. Contoh, seorang anak belajar karena ingin mengetahui sesuatu, bukan karena ingin mendapat pujian. Grage dan Berline (Prayitno, 1989:11) mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik. b. Motivasi ekstrinsik.

  Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang keberadaannya karena pengaruh rangsangan dari luar (Prayitno, 1989:13). Motivasi ekstrinsik bukan merupakan perasaan atau keinginan yang ada di dalam diri siswa untuk belajar. Rumusan yang lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik memiliki tujuan yang berada di luar dari kegiatan belajar itu sendiri atau tujuan itu tidak terlibat dalam aktivitas belajar Thornburg, (Prayitno, 1989:14). Menurut Sardiman (2005:90-91) motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulus dari luar individu. Contoh, seorang anak belajar supaya mendapat pujian dari orang lain (guru, orang tua, teman-teman) jadi, aktivitas belajar dilakukan bukan karena ingin mengetahui sesuatu. Sedangkan Winkel (1997:173) memandang motivasi ekstrinsik sebagai aktivitas belajar dimulai dan diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

  Menurut penulis baik motivasi ekstrinsik maupun intrinsik merupakan dua hal yang penting dalam belajar siswa karena hubungan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik itu saling menambah atau memperkuat, bahkan motivasi eksrinsik dapat membangkitkan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik dapat diperkuat oleh motivasi ekstrinsik Thornburgh (Prayitno, 1989:14)

  Dalam pemberian layanan bimbingan belajar, guru pembimbing perlu memperhatikan perkembangan psikologis siswanya. Memberikan pendampingan belajar dengan memperhatikan perkembangan psikologis siswa menurut Thomas F. Staton (Sardiman, 2005:39-44) dapat dilakukan dengan:

  1. Memberikan dorongan belajar Dalam kegiatan belajar sehari- hari seringkali siswa tidak berminat atau menaruh perhatian dalam belajar karena tidak adanya motivasi dalam diri siswa sendiri. Hal ini sering terlihat dalam perilaku siswa yang malas belajar, sering bolos sekolah, mencontek dan lainnya. Oleh karena hal tersebut maka perlu motivasi baik dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Memiliki motivasi merupakan dasar yang baik untuk belajar. Sebab tanpa adanya motivasi kegiatan belajar sulit untuk berhasil (Sardiman, 2005:40).

  Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.

  Namun terkadang motivasi belajar siswa menurun akibat ketidakmatangan dari tugas-tugas perkembangan sebelumnya, hal ini bisa dilihat dari perilaku siswa seperti tidak bertanggungjawab dan mengabaikan pelajarannya untuk bersenang-senang dengan teman sebayanya (Ridwan 2004:133). Selain itu dapat dilihat dari bentuk-bentuk emosi yang sering muncul (Mappiare, 1982:60) antara lain; malu apabila disuruh oleh guru untuk memberikan atau mengemukakan pendapat sewaktu pelajaran berlangsung (malu mengungkapkan permasalahan/kesulitan belajar yang sedang dialaminya), takut diejek oleh teman-teman sekelas khususnya oleh teman laki- laki ataupun sebaliknya apabila memberikan pendapat yang keliru, cemas yang tidak tahu apa sebabnya sehingga mengurangi semangat belajarnya, marah kepada guru apabila ditegur atas kesalahan yang diperbuat dan lainnya. Hal ini bisa menyebabkan belajar siswa terganggu, sehingga membutuhkan orang lain untuk membantunya seperti guru pembimbing untuk menumbuhkan motivasi belajar bagi siswa- siswanya.

  Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu misalnya kegiatan belajar. Pada tahap awalnya akan menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan untuk belajar dan ingin melakukan kegiatan belajar. Hal ini yang akan memberikan arah kepada siswa dalam belajar. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal maka perlu ada motivasi dalam diri siswa sendiri. Dalam pencapaian hasil belajar yang optimal diharapkan guru pembimbing dapat mendorong siswa dengan: a. Memberikan kemudahan dan bantuan dalam belajar siswa, baik secara langsung oleh guru pembimbing sendiri maupun memberikan petunjuk kemana siswa meminta bantuan dalam mengatasi masalah belajar yang dialaminya.

  b. Memberikan pujian. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa setiap orang senang dipuji atas prestasi yang dicapainya. Pemberian pujian dapat dilakukan dengan senyuman, wajah cerah, anggukan kepala atau secara verbal misalnya. Sebab semuanya itu sangat berarti bagi siswa (Alsa, 1988:8-9).

  c. Penghargaan terhadap pribadi siswa. Sikap menerima siswa, dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa menggunakan kemampuannya sendiri dalam belajarnya.

  2. Menegaskan pentingnya berkonsentrasi Konsentrasi merupakan usaha memusatkan perhatian pada situasi belajar. Namun dalam kegiatan belajar sehari- hari seringkali konsentrasi belajar siswa terhadap pelajarannya hanya bersifat sekedarnya saja sehingga informasi tentang materi pelajaran yang disampaikan berkesan samar-samar dalam ingatan siswa (Sardiman, 2005:40-41). Hal ini bisa terjadi karena pada masa remaja, terjadi perubahan tubuh secara fisik sehingga merasa tidak nyaman. Dan akibat dari perubahan tersebut (Masidjo, 2006: 9) antara lain munculnya perilaku seperti lesu, canggung, mudah teralihnya perhatian yang dapat mengganggu konsentrasi pikiran, sehingga dapat menurunkan prestasi belajar siswa. Untuk hal tersebut guru pembimbing perlu memperhatikan perkembangan psikologis siswa- siswanya agar dalam layanan bimbingan belajar sesuai dengan kebutuhan dan keinginan siswa. Pada tahap perhatian umumnya siswa memusatkan perhatian pada objek, materi atau perilaku. Sehingga model yang menarik dan dikagumi akan mengundang perhatian siswa, berpengaruh kuat dan menyediakan kemungkinan besar untuk dicontoh oleh siswa. Agar siswa konsentrasi dalam belajar maka guru pembimbing dapat: a. Mengingatkan siswa agar memusatkan perhatianya pada pelajaran yang sedang dipelajari bukan pada hal- hal lain.

  b. Mengingatkan siswa agar mengabaikan hal- hal yang menganggu perhatian belajar seperti suara bising, orang lalu lalang dan lainnya.

  c. Mengingatkan siswa agar melengkapi perlengkapan belajarnya agar tidak menganggu teman yang lain dengan cara meminjam buku, pulpen, atau perlengkapan belajar lainnya di dalam kelas karena akan mengganggu konsentrasi siswa lain.

  3. Mengarahkan siswa agar aktif dalam belajar.

  Dalam kegiatan belajar di sekolah siswa harus belajar aktif, bertindak dan melakukan kegiatan belajar dengan menggunakan segala panca indranya secara optimal agar semua fakta- fakta atau ide- ide yang disampaikan oleh pengajarnya dapat direspon dengan baik karena pengoptimalan panca indera merupakan faktor penting dalam keberhasilan belajar (Sardiman, 2005:41-42). Dalam hal ini sudah menjadi tanggung jawab guru pembimbing untuk membantu siswanya dalam menjaga kesehatan dan kenyamanan belajar siswanya dengan memberikan bimbingan tentang cara hidup yang sehat, karena dengan kondisi fisik yang sehat akan mempengaruhi pengoptimalan segenap panca indera dalam kegiatan belajar. Selain kondisi fisik yang sehat suasana lingkunan non sosial dan lingkungan sosial orang belajar perlu diperhatikan (Surya, 2003). Yang dimaksud dengan suasana lingkungan non sosial adalah kondisi tata laksana ruangan tempat belajar misalnya kebersihan ruangan kelas, pencahayaan yang bagus, sirkulasi udara yang baik, serta penataan kursi dan meja senyaman munkin untuk siswa dan lainnya. Hal ini ada pengaruhbya dalam memfokuskan panca indera secara optimal dalam belajar. Suasana lingkungan sosial yang dimaksud disini adalah faktor hubungan sesama manusia yang turut mempengaruhi kegiatan belajar individu (siswa). Penelitian ini memberi batasan lingkungan sosial orang yang belajar. Proses belajar yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi oleh hubungan siswa dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat pergaulannya. Misalnya hubunga n yang harmonis dalam keluarga baik dengan kakak, ayah, ibu, dan adik dapat mendukung semangat belajar, hubungan siswa dalam lingkungan sekolah dapat ditunjukkan dengan kedekatan antara guru dan siswa-siswanya sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan lingkungan sosial belajar siswa yang baik diantaranya adalah: a. Membantu atau membimbing siswa membuat ringkasan bahan pelajaran yang diterangkan oleh gurunya di dalam kelas sehingga siswa-siswa mudah mempela jarinya kembali di rumah sehingga bisa membantu siswa dalam belajarnya dan pada waktu menjelang ujian dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

  b. Menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu: guru pembimbing hendaknya menciptakan lingkungan fisik yang sebaik mungkin misalnya kebersihan ruangan, tata letak, fasilitas, demikian pula lingkungan sosial-psikologis seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan.

  c. Guru pembimbing mengingatkan siswa agar memfokuskan pikirannya sewaktu guru menerangkan materi pelajaran di dalam kelas

  4. Membantu siswa dalam memahami perumusan bahan pelajaran Menurut Sardiman (2005:42), perumusan fakta- fakta atau ide-ide secara jelas akan membantu siswa atau akan memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami materi pelajarannya, (agar siswa mengerti atas apa yang dipelajarinya). Mengorganisasikan fakta atau ide-ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa perlu dilakukan karena setiap siswa memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda-beda, maka dengan rumusan yang jelas diharapkan siswa lebih mudah mengerti atas apa yang dipelajarinya.

  Dalam hal ini perlu bagi guru pembimbing untuk lebih memahami perbedaan siswa-siswanya baik dalam cara penerimaan dan pengolahan pesan-pesan yang di sampaikan oleh gurunya dalam proses belajar karena setiap siswa memiliki kecepatan yang berbeda dalam mengolah informasi yang diberikan. Tergantung informasi tersebut mudah dicerna atau tidak oleh siswa sendiri. Oleh karena itu hendaknya dalam pemberian pesan atau informasi belajar hendaknya diproses sesuai dengan kebutuhan dan daya tangkap siswa serta diolah semenarik mungkin sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi siswa sendiri dan bisa menambah motivasinya untuk belajar.

  Dalam mengorganisasikan fakta atau ide- ide ke dalam rumusan yang dipahami siswa maka guru pembimbing perlu bekerja sama dengan guru pengajar lainnya di sekolah agar materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa, suasana belajar yang menyenangkan serta yang tidak kalah pentingnya yaitu tujuan belajar yang jelas sehingga siswa menyadari arti belajarnya sendiri. Tujuan merupakan pembangkit motivasi. Denny (1994:11) mengatakan “adalah mustahil bagi siapapun untuk menjadi termotivasi tanpa adanya sasaran yang jelas dan terinci”. Tujuan yang jelas akan memperkuat usaha untuk mencapainya. Sebaliknya, tujuan yang tidak jelas akan melemahkan usaha untuk mencapainya. Dengan kata lain, kejelasan tujuan akan menumbuhkan motivasi, sedangkan ketidakjelasan atau ketidakadaan tujuan akan melemahkan atau menghilangkan motivasi. Dalam memperjelas tujuan-tujuan belajar siswa guru pembimbing dapat melakukan dengan cara: