HERI PRIYANTO D11112097 (UAS PELABUHAN)
DAMPAK RELOKASI PELABUHAN PONTIANAK TERHADAP
EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TUGAS
PELABUHAN
Oleh:
HERI PRIYANTO
NIM D11112097
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat- Nya penulisan tugas yang berjudul “DAMPAK RELOKASI
PELABUHAN
PONTIANAK
TERHADAP
EKONOMI
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT” dapat diselesaikan. Tugas ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menempuh ujian matakuliah pelabuhan.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih banyak
kekurangannya karena keterbatasan penulis. Maka segala kritik dan saran
yang
membangun
sangat
diharapkan
sebagai
masukan
guna
penyempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
rekan- rekan mahasiswa maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan,
khususnya dalam bidang Teknik Sipil.
Pontianak, Juli 2018
(Penulis)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. GAMBARAN UMUM PELABUHAN PONTIANAK .............................................................4
2.1 Kondisi Umum Pelabuhan Pontianak ............................................................................4
2.2 Fasilitas Pelabuhan Pontianak ....................................................................................... 5
3. PELABUHAN DWIKORA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI...........................................5
BAB II GAMBARAN PERMASALAHAN .......................................................................................... 9
2.1 Rencana Relokasi Pelabuhan Pontianak...................................................................................... 9
BAB III METEDOLOGI KAJIAN ...................................................................................................... 14
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jenis Kajian................................................................................................................................. 14
Lokasi Penelitian......................................................................................................................... 14
Jenis dan Sumber Data................................................................................................................ 14
Metode Pengumpulan Data......................................................................................................... 15
Variabel penelitian....................................................................................................................... 15
Populasi dan sampel.................................................................................................................... 16
Metode Analisis Data.................................................................................................................. 18
BAB IV DATA DAN ANALISIS............................................................................................................ 21
A. Karakteristik Responden Penelitian............................................................................................ 21
1. Karakteristik Responden Masyarakat....................................................................................... 21
2. Persepsi Responden Masyarakat............................................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................................................... 29
A. Kesimpulan................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah sangat luas, sangat
diperlukan adanya pengangkutan yang efektif dan efisien, dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah,
teratur dan nyaman. Setiap tahap pembangunan sangat memerlukan transportasi yang efisien sebagai
salah satu prasyarat untuk terjaminnya pelaksanaan pembangunan negara tersebut, dan salah satu
pendukung transportasi ini adalah sub sektor transportasi laut. Negara Indonesia sebagai negara maritim,
peranan angkutan laut sangat penting bagi kehidupan sosial ekonomi penduduknya.Faktor ekonomis
yang dikehendaki adalah agar dalam sektor transportasi laut harus dicapai, antara lain bentuk-bentuk;
unitasi muatan atau muatan curah, bentuk kapal yang cocok dengan jenis muatan yang diangkut ataupun
perlengkapan peralatan bongkar muat yang memadai. Hal ini dapat dicapai bila perencanaan dan
perancangan pelabuhan dapat didekati dengan teknologi yang tepat dan operasional pelabuhan didukung
oleh sarana dan prasana yang baik.
Peran penting dan strategis suatu pelabuhan dalam aktivitasnya sangat besar disumbangkan bagi
pertumbuhan industri, ekonomi dan perdagangan serta merupakan bidang usaha yang memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
bidang usaha pelabuhan agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional
sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pelayanan
yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal dan terhadap muatan yaitu barang dan
penumpang. Pelabuhan sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut berfungsi sebagai tempat
pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling
terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda
transportasi darat, misalnya ke truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau
kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling
bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina,
syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Berdasarkan hal-hal ini, maka dapat dikatakan bahwa pelabuhan
1
sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah
karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.
Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia.
Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di
negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antarpulau maupun
antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hampir semua
pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman. Dari 134 negara, daya saing
pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di
urutan ke-104.5 Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan
pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur. Indonesia juga kalah dalam
produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan pengurusan dokumen kepabeanan yang
lama. Kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura yang nilainya 6,8 dan
Malaysia 5,6. Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di
Indonesia. Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.
Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar. Melihat
buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang perkapalan.
Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat.
Kalimantan Barat merupakan salah satu pulau di Indonesia yang tingkat perekonomiannya
didukung dari sektor kepelabuhan yang menjadi komponen penting dalam membuka jalur transportasi
dan perdagangan ke daerah lain dalam jumlah yang besar. Menurut data dari PT. Pelabuhan Indonesia II
Cab. Pontianak (2011), Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki 1 (satu) pelabuhan utama
diantara 10 pelabuhan yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat. Pelabuhan Dwikora Pontianak adalah
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat yang berfungsi mengangkut penumpang dan telah lama
menjadi gerbang untuk keluar masuknya barang dari dan menuju ke Provinsi Kalimantan Barat,
khususnya Pontianak dan hal ini menuntut akan kelengkapan pelayanan fasilitas pelabuhan yang
memadai agar proses bongkar muat dan distribusi barang tidak terkendala.
Lokasi Pelabuhan Dwikora yang terletak di muara Sungai Kapuas ternyata telah menimbulkan
beberapa masalah yang dapat mengganggu alur pelayaran dari dan menuju ke pelabuhan.Hasil Studi
2
Kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan Ditjen. Perhubungan Laut tahun 2010
menemukan telah terjadi pendangkalan sedalam 1,5 - 3 meter pada dasar permukan air di muara sungai
dan di beberapa titik lainnya dan harus dikeruk sebanyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun yang mengakibatkan
biaya operasional sangat tinggi dan keadaan ini menimbulkan resiko kapal kandas atau karam sangat
mungkin terjadi. Kapal-kapal besar yang ingin bersandar ke pelabuhan terpaksa harus menunggu keadaan
air pasang sehingga terjadi antrian kapal untuk menunggu giliran masuk, ditambah dengan keadaan
kecilnya kapasitas dermaga dan semakin sempitnya lahan penumpukan petikemas yang menyebabkan
ketidakteraturan pada pemisahan antara petikemas yang kosong, petikemas yang berisi dan petikemas
yang akan dilakukan pemindahan moda transportasi. Penumpukan petikemas di Terminal Petikemas
Pelabuhan Pontianak terlihat menjulang tinggi melebihi tinggi bangunan di sekitarnya, di khawatirkan
akan mengancam keselamatan para pekerja di pelabuhan dan minimnya fasilitas umum atau rest area di
dalam terminal memaksa para pekerja untuk mencari konsumsi atau area beristirahat diluar kawasan
Terminal pada saat jam istirahat berlangsung, semua hal ini menjadi permasalahan besar bagi pihak
pelabuhan Pontianak.
Berdasarkan data PT. Pelindo II (2011), pergerakan jumlah penumpang, petikemas, kegiatan bongkar
muat dan pergerakan arus barang di Pelabuhan Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya,
namun tidak diikuti dengan pengembangan, perbaikan dan peningkatan fasilitas pelabuhan, menuntut
pembangunan pelabuhan baru di lokasi strategis dengan skala fasilitas pelayanan yang lebih besar, yang
dimaksudkan
untuk
mengimbangi
pergerakan
angka
barang
yang
terus
meningkat
dan
mempertimbangkan fakta menurut Mayona dan Salahudin (2012) bahwa wilayah perairan Kalimantan
Barat berbatasan langsung dengan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yaitu Laut Cina
Selatan yang melayani pelayaran dalam dan luar negeri. Berdasarkan data di atas, wilayah perairan
Kalimantan Barat memiliki salah satu dari beberapa potensi dasar untuk pembangunan pelabuhan
berskala internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak dan melalui keberadaan
Pelabuhan Internasional ini nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat dapat lebih terangkat di mata dunia
melalui ciri khas desain atau bangunan yang terdapat di dalam kawasan pelabuhan ataupun terminal.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak merupakan salah satu alternatif
lokasi pembangunan Pelabuhan Internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak
yang dianggap paling layak berdasarkan Studi Kelayakan tahun 2010 yang telah dikeluarkan oleh
Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Lokasi ini dianggap paling layak dari
3 (tiga) alternatif lokasi dengan nilai tertinggi yaitu Pantai Kijing, Pantai Kura-kura, dan Pelabuhan
Merabau dengan memperhatikan 10 aspek penilaian yaitu kedalaman pantai, arus dominan, pasang surut,
gelombang, sedimentasi, alur pelayaran, aksesbilitas, ketersediaan lahan, kondisi lahan dan fasilitas
pendukung.
3
Sesuai dengan Konsep Zoning Kawasan di atas, fungsi dan peruntukan kawasan Terminal Petikemas
terletak pada 3 (tiga) kawasan yang saling berhubungan yaitu Zona Kolam Pelabuhan, Zona Dermaga
dan Zona Industri, Perdagangan dan Gudang. Zona ini terletak di Desa Bundung Laut dan wilayah
perairan Pantai Kijing. Dilihat dari keadaan geografis dan administrasi Desa Bundung Laut memiliki
beberapa potensi yang menjadikan kawasan ini layak sebagai Terminal Petikemas, yaitu sebagai berikut
(Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, 2012) :
1.
Lokasi berada pada jalur jalan raya Arteri Primer Potianak – Singkawang
2.
Berjarak 18 Km dari Kota Mempawah yang merupakan Ibukota Kabupaten Pontianak
3.
Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) darat cukup luas untuk dilakukan
pengembangan
4.
Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) perairan cukup luas untuk olah gerak kapal.
5.
Memiliki kedalaman kolam pelabuhan >12 mdpl, telah memenuhi persyaratan Pelabuhan
Internasional, memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar
6.
Berjarak ±400 Mil dari jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yang melayani jalur
pelayaran dalam dan luar negeri.
Dengan beberapa potensi yang telah disebutkan di atas, diharapkan mampu menjadikan solusi atas
permasalahan-permasalahan yang telah terjadi di Pelabuhan Dwikora Pontianak khususnya dalam sektor
pelayanan petikemas. Di samping itu dengan keberadaan Terminal Petikemas ini akan membuka banyak
lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar dan menjadikan daerah tersebut lebih cepat berkembang
dalam berbagai sektor mulai dari pembangunan, ekonomi, perdagangan, kependudukan dan lainnya.
2. GAMBARAN UMUM PELABUHAN PONTIANAK
2.1 Kondisi Umum Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak merupakan tempat kegiatan sarana transportasi laut terbesar di Kalimantan
Barat, dan merupakan pelabuhan internasional yang melayani kegiatan perdagangan antar pulau dan antar
negara. Pelabuhan Pontianak berada di tepian sungai Kapuas Kota Pontianak, berjarak 17 Km dari muara
Sungai Kapuas. Posisi Pelabuhan Pontianak yang strategis tersebut tidak terlepas dari letaknya yang
berada di tengah Kota Pontianak. Kota Pontianak terletak pada ketinggian antara 0,10 meter sampai
dengan 1,50 meter di atas permukaan laut, dan sebagian daerahnya berada di daratan delta Sungai
Kapuas. Pelabuhan Pontianak terletak pada 00 o - 01’ - 00" LS dan 109 o - 20' - 00" dengan jenis pelabuhan
samudera. Pelabuhan Pontianak mempunyai luas 91.789 m 2, dengan luas perairan 38.000 m2. Alur
pelayaran di Pelabuhan Pontianak memiliki panjang 17 mil dengan lebar 70 meter dengan kedalaman
maksimum – 5 m LWS dan kedalaman minimum -4 , LWS dengan dasar lumpur. Kolam pelabuhan
4
Pontianak memiliki panjang 1 mil dengan lebar 350 meter dengan kedalaman -10 meter LWS dan
kedalaman minimum -5 meter LWS dengan dasar lumpur
2.2 Fasilitas Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak adalah salah satu pelabuhan sungai dan menjadi pelabuhan utama di Kalimantan
Barat. Perairan Pontianak mempunyai luas + 380.000 m2. Kolam pelabuhan di Pelabuhan Pontianak
mempunyai luas 34,8 Ha dengan kedalaman -4 LWS.
a. Dermaga
Pelabuhan Pontianak memiliki 8 (delapan) dermaga tambat dengan total panjang 832 meter. Selain
itu Pelabuhan Pontianak memiliki dermaga jety dengan panjang 55 meter dengan luas 275 m 2.
Dermaga di Pelabuhan Pontianak merupakan jenis dermaga tambatan beton. Luas total dermaga di
Pelabuhan Pontianak adalah 17.640 m2.
b. Gudang
Pelabuhan Pontianak pada tahun 2012 mempunyai 4 unit gudang yang difungsikan dengan luas
masing- masing 8.090 m2 dengan luas efektif 4.854 m 2. Panjang gudang di Pelabuhan Pontianak
mencapai 246 meter. Lebar gudang rata-rata adalah 30 meter.
c. Lapangan
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki sembilan (9) lapangan untuk penumpukan barang
dengan total luas 47.171 m 2 dengan kapasitas 2 ton per m 2. Secara keseluruhan total lapangan di
pelabuhan Pontianak terbagi menjadi 7 lapangan, dengan lapangan yang paling besar adalah
lapangan 7 dengan luas 12.942 m 2.
d. Peralatan Pendukung di Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki 12 jenis peralatan yang digunakan untuk membantu
aktivitas pelabuhan. Peralatan tersebut antara lain cantainer crane, mobil crane, forklift, head truck,
tronton, chassis, side loader, top loader, super tracker, terminal tracktor, rail munted gantry crane,
dan gantry jib crane. Sebagian besar peralatan tersebut merupakan milik pelabuhan, tetapi ada
beberapa fasilitas yang masih sewa dengan pihak lain.
3. PELABUHAN DWIKORA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI
Kota Pontianak menjadi Ibu Kota Kalimantan Barat pada tanggal 23 Oktober 1771 yang
diresmikan oleh Sy. Abdurrahman Alkadrie sebagai Raja Pontianak masa itu. Dua tahun setelah
berdirinya Kota Pontianak, pemerintah Kolonial Belanda mengirim utusannya bernama William Ardi
Polm sehingga perdagangan melalui Sungai Kapuas semakin ramai. Pada tahun 1939 dibangunlah
5
tambatan atau striger yang terbuat dari kayu yang panjangnya 298 m, serta dibuat juga gudang untuk
menimbun barang-barang seluas 230 m2.
Pada tahun 1940, tepatnya tanggal 16 Juni, ditetapkan Pelabuhan Dwikora Pontianak sebagai
pelabuhan yang diusahakan (Bedrijthea) oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda yang tercantum dalam
Vender Gouvensur Vannerja.
Sesuai data IPC. Pelabuhan Indonesia (Persero) II Cabang Pontianak, perkembangan
Pelabuhan Dwikora Pontianak dapat dibagi menjadi 4 Periode :
1. Periode sebelum tahun 1960
Pada periode ini perusahaan besar diatur berdasarkan IBW (Indische Bedrijhvent Wet).
Sementara itu, untuk perusahaan kecil berdasarkan ICW (Indische Comtabilitie Wet).
2.
Periode tahun 1960 s/d 1969
Pada periode ini, dengan keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 1960, perusahaan
Indonesia mengalami perubahan stastus dalam bentuk Perusahaan yang baru. Pelabuhan-pelabuhan
besar yang ditetapkan pada ICW dilebur ke dalam bentuk perusahaan baru yang disebut Perusahaan
Negara Pelabuhan (PN. Pelabuhan) dan dibagi menjadi tujuh Perusahaan Negara Pelabuhan
berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 15/16 tahun 1965.
3. Periode tahun 1969 s/d 1983
Pada periode ini, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1969, tentang susunan
organisasi dan tata cara kerja untuk menertibkan mekanisme kerja antar instansi Pelabuhan yang di
sebut Badan Pengelolahan Pengusaha Pelabuhan. Badan ini memiliki fungsi sebagai administrator
pelabuhan sekaligus sebagai pelaksana fungsi pemerintah dan fungsi pelabuhan.
4. Periode tahun 1983 s/d 1991
Pada periode ini, perkembangan pelabuhan yang kian pesat pemerintah mengeluarkan PP No.
11 tahun 1983 untuk mengatur pembinaan kepelabuhanan. Hal ini dilakukan untuk lebih
meningkatkan peran pelabuhan sebagai pendukung kelancaran angkutan laut. Kemudian PP No. 15
tahun 1983 jo PP. No. 5 tahun 1985 di jadikan PT (persero) Pelabuhan Indonesia II dan mulai
ditetapkan dengan PP RI No. 57 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 menjadi PT (Persero).
6
Pelabuhan tidak bisa dipisahkan dengan daerah hinterlandnya. yang dimaksud dengan
hinterland pelabuhan adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar (belakang) pelabuhan, termasuk di
dalamnya adalah kota pelabuhan itu sendiri dan kota-kota serta daerah-daerah pedalaman di luar kota
pelabuhan yang saling memiliki hubungan ekonomi dengan pelabuhan. Hiterland Pelabuhan Dwikora
adalah Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah ±146.897 km. Pelabuhan Dwikora Pontianak
dikelola oleh IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak. Pelabuhan ini terletak di
pinggir Sungai Kapuas Kecil dengan jarak 31 km dari muara sungai yang dapat ditempuh selama ±2
jam pelayaran. Pelabuhan ini berfungsi melayani arus kapal, arus barang dan penumpang baik antar
pulau maupun antar negara.
Daerah lingkup kerja Pelabuhan Dwikora Pontianak dibedakan menjadi dua, yaitu Daerah
Perairan yang mempunyai wilayah seluas 9,25 Ha dan Daerah Daratan dengan luas 128.644 m 2 (yang
dikuasai) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan seluas 380.000 m 2. Batas-batas
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ditetapkan mulai dari
ambang luar sampai jembatan tol terletak pada 0º 05’ LS dan 109º16’ - 109º23’ BT, ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan No.46 Tahun 1998 dan
KM. 73 Tahun 1998 pada tanggal 10 Oktober 1998.
Tabel 1.1. Arus Penumpang Pelabuhan Pontianak Tahun 2010-2014
TAHUN
NO
URAIAN
2010
2011
2012
2013
2014
1.1 emberkasi
0
0
0
0
0
B. debarkasi
0
0
0
0
0
A. embarkasi
193.538
156.077
151.121
173.833
109.934
B. debarkasi
197.865
215.618
174.783
194.603
152.249
391.403
371.695
325.904
368.436
262.183
1.
Luar Negeri
2. Dalam Negeri
TOTAL
Sumber : Data IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak, 2016
7
Dari tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi perubahan arus
penumpang di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Perubahan yang terjadi pada hal tesebut
dipengaruhi oleh kondisi kapal yang datang dan pergi, selain itu dipengaruhi oleh
kondisi pelabuhan yang mengalami pegerukan sedimentasi setiap dua tahun, sehingga
jumlah penumpang kapal menurun.
Tabel 1.2. Arus Kunjungan Kapal Pelabuhan Pontianak Tahun 2010-2014
Tahun
No
1.
Uraian
Satuan
2010
2011
2012
2013
2014
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
255
269
331
306
319
Pelayaran Luar
Negeri
Unit
A. Liner
GT
Unit
B. Tramper
1.147.423 1.122.048 1.120.132 1.136.565 1.279.776
GT
Sub Jumlah
Unit
GT
Pelayaran
Dalam
Unit
Negeri
GT
2.
3.
Pelayaran
Rakyat
Unit
GT
4.
Pelayaran
Perintis
Unit
GT
Unit
5.
Kapal Negara
GT
Sub Jumlah
Unit
255
1.147.42
3
3.445
269
331
306
1.122.0
48
1.120.13
2
1.136.56
5
4.029
4.149
3.802
319
1.279.77
6
3.724
5.436.886 6.128.574 6.958.726 7.154.497 7.469.867
827
926
880
794
845
120.644
189.728
161.597
109.016
123.625
157
141
112
84
84
82.128
74.740
69.391
33.733
32.619
38
30
22
27
45
46.015
21.209
31.341
23.433
38.794
4.467
5.126
5.163
4.707
4.698
8
5.685.673 6.414.251 7.221.055 7.320.679 7.664.905
GT
Unit
Jumlah
4.722
5.395
5.494
5.013
5.017
6,833,096 7,536,299 8,341,187 8,457,244 8,944,681
GT
Sumber : Data IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak, 2016
Perkembangan pembangunan bidang transportasi laut yang semakin pesat menuntut adanya
sistem penunjang sarana dan prasarana transportasi laut yang memadai, sehingga dapat mewujudkan
sistem pelayaran yang aman dan layak. Cakupan bidang pelayaran meliputi angkutan penumpang dan
barang, pelabuhan dan rute pelayaran.
Salah satu sarana dan prasarana yang melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan
adalah Terminal Penumpang Kapal Laut. Sebagai salah satu bangunan sarana publik, keberadaan
Terminal Penumpang tentunya harus memperhatikan kenyamanan publik sebagai pemakainya.
Kenyamanan yang dimaksud merupakan kenyamanan dari segi kemudahan akses serta kemudahan
pencapaian terhadap sarana transportasi darat dan jalan raya. Faktor tersebut akan mempengaruhi
kelancaran perpindahan transportasi dari laut ke darat.
BAB II
9
GAMBARAN PERMASALAHAN
1.1 RENCANA RELOKASI PELABUHAN UTAMA KALIMANTAN BARAT
Pelabuhan Dwikora Pontianak selain melayani kegiatan terminal penumpang, juga melayani
kegiatan bongkar muat barang yang terjadi setiap harinya dimana semakin hari kegiatan ini semakin
padat. Kondisi ini tidak didukung dengan pengembangan prasarana pada pelabuhan. Kemacetan
terjadi pada jalur sirkulasi ketika penumpang melakukan proses embarkasi dan debarkasi serta alur
keluar masuk truk dan container yang membahayakan pengguna jalan lainnya. Selain kemacetan
tersebut, desak-desakan terjadi antara pengantar, penjemput, dan penumpang akibat ketidak jelasan
alur sirkulasi pada terminal penumpang Pelabuhan Dwikora. Akibatnya, area khusus penumpang dapat
dimasuki oleh pengantar atau penjemput dan sehingga mengganggu dari segi keamanan.
Ini adalah gambar dari keadaan jalan yang selalu dilewati kendaraan dari kegiatan di
pelabuhan dwikora.
Truck container yang lewat dijalan Tanjungpura Pontianak, jalan ini adalag sebagai akses
utama yang setiap hari dilewati kendaraan dari pelabuhan peti kemas pelabuhan dwikora pontianak
yaitu salah satunya truck container tersebut yang mengakibatkan pengguna jalan tersebut mengurangi
kecepatan nya. Hal tersebut terjdi hampir setiap hari dari pagi hingga malam hari.
10
Jalan imam bonjol ini juga merupakan akses atau jalan yang selalu dilewati olehseperti jalan
tanjung pura juga, truck container yang ditimbulkan dari kegiatan di Pelabuhan Dwikora Pontianak.
Ini dijalan adisucipto, sam seperti jalan imam bonjol dan jalan tanjungpura yang juga elalu
dilewati kendaraan dari kegiatan pelabuhan dwikora salah satu nya truck container tersebut.
Pelabuhan Dwikora saat ini juga belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti : hotel
atau penginapan, agen travel, taksi atau ojek, jasa penyewaan porter sehingga saat kapal datang para
porter sering berdesak-desakan untuk memasuki kapal. Begitu pula dengan para penyedia jasa taksi
11
atau ojek, mereka dapat dengan leluasa memasuki area lapangan dermaga yang seharusnya hanya
boleh diakses oleh petugas yang berkepentingan dan para penumpang. Selain itu, tidak ada pemisah
antara ruang tunggu bagi penumpang yang akan menunggu keberangkatan dan penumpang yang
menunggu jemputan yang mengakibatkan penumpukan penumpang di ruang tunggu hingga ke selasar
terminal penumpang.
Masalah yang terjadi pada ruang luar adalah hanya ada satu pintu untuk akses keluar masuk
kendaraan dari area terminal pelabuhan, satu pintu yang ukurannya relatif kecil untuk digunakan untuk
akses keluar masuk kendaraan mengakibatkan kemacetan saat adanya jadwal kedatangan kapal,
mengingat penumpang kapal laut adalah penumpang moda transportasi dengan kapasitas yang cukup
besar dibanding moda transportasi lainnya. Area parkir yang kurang luas untuk menampung jumlah
kendaraan juga menjadi masalah di Terminal Penumpang Pelabuhan Dwikora. Tidak adanya penunjuk
arah mengakibatkan para pengunjung memarkirkan kendaraan seenaknya sehingga parkir menjadi
tidak teratur.
Dari beberapa masalah yang telah dijabarkan di atas, keterbatasan pelayanan Pelabuhan
Dwikora Pontianak menuntut adanya pengembangan pelabuhan untuk menyelesaikan masalahmasalah yang terjadi di pelabuhan. Ditambah lagi, masalah teknis seperti sedimentasi dari hulu Sungai
Landak dan Kapuas yang tinggi, pada muara Sungai Kapuas terjadi pendangkalan (1,5m – 3m) dan
harus dikeruk 2 kali dalam jangka waktu 1 tahun. Hal ini mengakibatkan biaya operasional pelabuhan
menjadi semakin tinggi. Perluasan lahan pelabuhan menjadi sulit untuk dilakukan akibat lokasi
pelabuhan yang berada di wilayah perkotaan yang telah padat dengan bangunan di sekitarnya.
Pengembangan Pelabuhan Dwikora diharapkan dapat mencapai tujuan pemerintah dalam mewujudkan
kenyamanan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan dan sekitarnya.
Pembangunan pelabuhan baru yang dicanangkan pemerintah menjadi cukup penting sebagai
alternatif untuk mengatasi berbagai keterbatasan pelabuhan yang ada di Kalimantan Barat. Pelabuhan
internasional merupakan alternatif yang dapat menjadi pilihan dalam pengembangan pelabuhan yang
telah ada. Sesuai dengan fakta yang ada saat ini pelabuhan internasional mempunyai arti yang sangat
penting untuk mendorong roda perekonomian di Kalimantan Barat, mengingat Kalimantan Barat
berada di persilangan rute perdagangan dunia.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak merupakan lokasi pembangunan
pelabuhan internasional baru sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak yang
dianggap paling layak berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan oleh Menteri Perhubungan,
Direktorat Perhubungan Laut Indonesia pada tahun 2010. Dengan adanya pengembangan Pelabuhan
12
Dwikora ke lokasi pelabuhan yang baru. Segala aktifitas pelabuhan yang ada di Pelabuhan Dwikora
termasuk aktifitas terminal penumpang akan dipindahkan ke lokasi pelabuhan yang baru.
Pemindahan aktifitas tersebut mengakibatkan pembangunan terminal penumpang yang baru
di kawasan yang baru pula. Dalam pembangunan terminal penumpang yang baru banyak hal harus
diperhatikan agar perencanaan pembangunannya dapat menghasilkan rancangan yang berfungsi secara
maksimal. Selain dapat memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi penggunanya, pelabuhan baru
diharapkan dapat menyelesaikan masalah di terminal penumpang yang lama agar tidak terulang lagi
pada bangunan yang baru. Sehingga perencanaan terminal penumpang pelabuhan merupakan suatu hal
yang penting untuk diperhatikan. Dalam perancangannya, faktor pelayanan dan keamanan dapat
dicapai dengan memenuhi standar-standar perancangan pelabuhan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan untuk mencapai faktor kenyamanan, dibutuhkan perancangan yang lebih
arsitektural karena faktor kenyamanan itu sendiri mencakup banyak unsur. Salah satunya yaitu
kemudahan akses dan sistem sirkulasi, kesesuaian suasana, yang dihadirkan dalam kawasan terminal
penumpang maupun di dalam masing-masing bangunannya serta gaya arsitektur yang sesuai dengan
budaya dan iklim setempat. Hal-hal diatas harus dipenuhi dalam perancangan sebuah terminal
penumpang pelabuhan agar dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
Mengingat pentingnya pengembangan Pelabuhan Dwikora ke kawasan yang baru, maka sudah
selayaknya dilakukan perancangan terminal penumpang pelabuhan di kawasan Pelabuhan Utama
Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan agar dapat mengikuti standar pelabuhan yang lebih baik dari
terminal yang telah ada sebelumnya, serta memenuhi faktor kenyamanan bagi para penggunanya agar
terwujud sistem transportasi laut yang aman, nyaman, dan efisien di daerah tersebut.
13
BAB III
METEDOLOGI KAJIAN
A. Jenis kajian
kajian ini termasuk dalam jenis kajian ini bersifat deskriptif kualitatif, kajian ini yaitu
kajian terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yang mana penelitian dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu penelitian non matematis dengan proses
menghasilkan data-data dari hasil temuan berupa pengamatan survey
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan tepi sungai kapuas tepatnya di sekitar
Pelabuhan Pontianak tepatnya dikota pontianak, kalimantan Barat, yang meliputi tahap
pengambilan data dan analisis.
C. Jenis dan Sumber data
1. Jenis data
Menurut jenisnya data terbagi atas dua yaitu :
a. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data numerik. Data yang
dikumpulkan berupa : data jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah sarana dan
prasarana wilayah penelitian, demografi dan lain sebagainya.
b. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara
deskripsi tentang kondisi lokasi penelitian secara umum.
2. Sumber data
a. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan yaitu suatu teknik penjaringan
data melalui pengamatan langsung pada objek penelitian. Survei ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi kualitatif objek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi
wawancara (kuesioner) langsung dengan masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh informasi tentang pengaruh relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap
ekonomi masyarakat provinsi Kalimantan Barat dengan berbagai indikator.
14
b. Data sekunder dengan observasi pada instansi terkait dengan yaitu salah satu teknik
penjaringan data melalui instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif objek
penelitian jenis data yang dimaksud meliputi, luas wilayah dari pembagian
administrative, kependudukan, aktifitas bongkar muat pelabuhan, data oprasional
dan lain-lain yang diperoleh dari UPT dan ASDP Pelabuhan Bira.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan mencakup :
1. Observasi lapangan, teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang langsung
pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi
kawasan pesisir yang menjadi objek penelitian.
2. Pendataan instansional, salah satu teknik pengumpulan data melalui insatansi terkait
guna mengetahui data kuantitatif dan kualitatif objek penelitian.
3. Kepustakaan (library research) adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui
literatur yang terkait dengan studi yang akan dilakukan.
4. Studi dokumentasi untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari
dokumentasi yang ada hubungannya dengan objek yang menjadi studi. meliputi yaitu
dengan cara mengambil gambar, lefeat/brosur objek, dan dokumentasi foto.
E. Variabel Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, diperoleh beberapa variabel terpilih
yang dapat mendukung proses penelitian. Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
15
Tabel 2 Variabel Penelitian
Variabel
Objek yang di amati (Indikator)
•
Tingkat Pendapatan
•
Peluang Kerja
•
Tingkat Pendidikan
Sosial Ekonomi
Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber (2018)
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan masyarakat yang menjadi objek penelitian
Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di
Kawasan pesisir di Desa Bira, Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba yang
berjumlah dari 3.485 jiwa .
2. Sampel
Sampel merupakan contoh atau representasi dari suatu populasi yang cukup
besar jumlahnya atau satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representatif
sifatnya, dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin dari (Notoatmodjo
dalam Agung, 2004) sebagai berikut :
16
n=
❑
N ( d 2 ) +1
N
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Penduduk
D = derajat bebas/tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1%)
Penentuan jumlah Jiwa Penduduk dengan berdasar pada data jumlah keseluruhan dari
jiwa penduduk di wilayah penelitian tahun 2018 dengan jumlah 554.764 (sumber :
bps pontianak sensus 2010 )
dengan demikian :
n=
n=
554764 jp
554674 jp ( 0,12 ) +1
554674
=99,998=100 jiwa
55468,4
Jadi adapun sampel yang diambil dari keseluruhan Penduduk mencapai 100
responden.
17
G. Metode Analisi Data
Data yang digunakan yaitu, data yang terjaring melalui hasil quesioner, diolah dan dianalisis
dengan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif dengan menggunakan pendekatan tabulasi silang
(Crosstabulation). Data yang terkumpul dilakukan kategorisasi dengan skala Likert menurut Djaali
(2008:28) skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena.
Format untuk kuisioner :
KUESIONER PENELITIAN
Dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Provinsi Kalimantan Barat
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Warga Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Di Tempat
Dengan hormat,
Sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam penyusunan skripsi yaitu diperlukan data
untuk mendukung kelancaran suatu penelitian, maka saya yang melakukan penelitian yang
berjudul “DAMPAK RELOKASI PELABUHAN PONTIANAK TERHADAP EKONOMI
MASYARAKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT”,saya mohon kesediaan anda untuk
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi angket ini. Tidak ada jawaban yang benar atau
salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, maka semua data informasi dijamin
kerahasiaannya. Anda tidak perlu berpikir rumit, saya berharap anda akan menjawab dengan
lebih leluasa sesuai dengan pengetahuan, pengamatan, pendapat dan harapan anda mengenai
Relokasi Pelabuhan Pontianak. Saya harap anda menjawab jujur dan terbuka.
18
Saya sangat menghargai segala partisipasi dan ketulusan anda dalam menjawabb
kuesioner ini dan saya sangat mengucapkan banyak terima kasih atas semua kerjasamanya.
Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas responden dengan data diri anda dengan benar dan lengkap pada
tempat yang disediakan.
2. Setiap nomor dalam kuesioner ini berisi pertanyaan dan 4 (empat) pilihan jawaban.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pandangan anda.
3. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih dan jangan sampai ada nomor
yang terlewatkan.
i.
Identintas Responden
Usia
:……………….. Tahun
Jenis kelamin
: Wanita/Pria (Pilih salah satu)
Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi (pilih salah satu)
jumlah tanggungan
: ………………. Orang
penghasilan
: Rp……………. /bulan
Status kependudukan :
a. penduduk asli Kota Pontianak
c. pendatang dari kota/kabupaten lain
(thn…)
b. penadatang dari kecamatan lain (thn….) d. pendatang dari provinsi lain
(thn….)
ii.
Persepsi Dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap kehidupan
Ekonomi masyarakat
1. Apakah anda mengetahui adanya rencana Relokasi Pelabuhan Pontianak ?
A. Sangat mengetahui
C. kurang mengetahui
B. Sedikit mengetahui
D. Tidak Mengetahui
2. Bagaimana menurut saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap taraf hidup
masyarakat ?
A. Sangat menguntungkan
C. Tidak berpengaruh
B. Menguntungkan
D. Merugikan
19
3. Bagaiman dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga biaya
hidup di Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga biaya hidup.
c. Relokasi Pelabuhan Pontianak tidak akan mempengaruhi harga biaya hidup.
d. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup turun.
4. Jika biaya hidup naik, berapa besar peningkatan pengeluaran biaya hidup saudara/i setiap
bulan ?
a. Pengeluaran meningkat tidak lebih dari 5 %
b. Pengeluaran meningkat sebesar 5-10 %
c. Pengeluaran meningkat 11-20 %
d. Pengeluaran meningkat lebih besar dari 20 %
5. Bagaimana dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga barang
di sekitar Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga Barang naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga barang.
c. Relokasi Pelabuhan Pontianak tidak akan mempengaruhi harga Barang.
d. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga barang turun.
6. Bagaimana menurut saudara dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak dalam pengurangan
masalah di Pontianak ?
a. Sangat mempengaruhi.
b. Sedikit mempengaruhi.
c. Kurang mempengaruhi.
d. Tidak mempengaruhi.
7. Bagaimana menurut saudara dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Masyarakat ?
a. Sangat mempengaruhi.
b. Sedikit mempengaruhi.
c. Kurang mempengaruhi.
d. Tidak mempengaruhi.
8. Sebutkan apa yang paling anda harapkan terhadap Relokasi Pelabuhan Pontianak :
…………………………………………………...........
20
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang merupakan
sebagian dari populasi (sampel) yang diambil dari 554674 jiwa penduduk yang ada di Kota Pontianak.
Penelitian mengenai Pengaruh keberadaan pelabuhan terhadap perkembangan sosial ekonomi yang
melibatkan variabel bebas dan variabel terikat yaitu; variabel tetap (Y) Pelabuhan dwikora pontianak
sedangkan Variabel bebas (X) sosial ekonomi .
1.
Karakteristik Responden Masyarakat
Penelitian pada variabel ini adalah aspek keadaan sosial ekonomi masyarakat sebagai impilkasi
terhadap keberadaan Pelabuhan dwikora Pontianak. Dari observasi yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Pelabuhan dwikora Pontianak relatif tidak banyak
berbeda pada sebagian kondisi masyarakat yang ada di kawasan kawasan kota Pontianak. Dalam
penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai pengaruh dari relokasi Pelabuhan dwikora
Pontianak, maka disusun pada indikator-indikator sub variabel yakni:
a. Tingkat Pendapatan
Pendapatan dari masyarakat yang berada disekitar Pelabuhan dwikora Pontianak diperoleh informasi
yang mengalami peningkatan, hal ini dimungkinkan bahwa sebagian besar hasil-hasil pendapatan mereka
baik sebagai pekerja pada sektor lain adalah cukup memadai, dalam arti bahwa dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka, responden memiliki sumber-sumber pendapatan yang memadai, hal ini
sejalan dengan berbagai aktivitas di kawasan pariwisata yang memberikan nilai tambah. Banyaknya
sumber-sumber pendapatan yang dapat diraih masyarakat di Pelabuhan dwikora Pontianak yang bekerja
di sekitar Pelabuhan jelas memberikan peluang bagi mereka untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Tabel 4.1. Tingkat Pendapatan Responden
No
Tingkat Pendapatan
Frekuensi
Persentase
(%)
1.
< Rp. 750.000 / Bulan
7
7
21
2.
Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000 / Bulan
20
20
3.
Rp. 1.500.000 – Rp.2.500.000 / Bulan
67
67
4.
> Rp. 2.500.000 / Bulan
6
6
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
Berdasarkan tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden yang
diteliti memiliki pendapatan yang meningkat, yaitu umumnya berpendapatan di atas
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 / bulan, hal ini terlihat bahwa pendapatan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara terbuka,
kondisi perekonomian masyarakat di Pelabuhan dwikora Pontianak mengalami
perubahan, hal ini di dukung oleh peluang lapangan pekerjaan yang ada di Kawasan
Pelabuhan dwikora Pontianak.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan responden yang diteliti dalam penelititan ini, pada dasarnya
relatif bervariasi mulai dari SD sampai S1, Seperti yang disajikan dalam table 4.180
berikut ini:
Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
SD
10
4
2.
SLTP
20
26
3.
SLTA
63
63
4.
≥ SARJANA
6
6
22
Jumlah
100
100
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
Berdasarkan table 21 diatas, dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang
diteliti ternyata terdapat responden yang tidak berpendidikan atau tidak sekolah
yaitu sebanyak 4 %, dan berpendidikan SLTA ke atas mencapai 63% selebihnya
adalah berpendidikan SD, SLTP dan S1. Dilihat dari presentase responden yang
diteliti pada umumnya berpendidikan SLTA bahkan terdapat 26 % yang
berpendidikan SLTP kebawah dan 6 % yang berpendidikan SI atau yang telah lulus
perguruan tinggi. Hal ini tentu saja berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat sekitar Kota Pontianak yang relatif masih kurang memadai. Demikian
dapat dipastikan bahwa hampir keseluruhan responden yang diteliti pernah
memperoleh pendidikan, setingkat SLTP dan SLTA, terutama para nelayan, buruh
kapal, dan pedagang yang berada di sekitar Kota Pontianak.
2. Persepsi Responden Masyarakat
Persepsi masyarakat dapat dijadikan sebuah acuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh relokasi Pelabuhan Dwikora Pontianak. Persepsi ini diukur dengan beberapa
parameter yaitu pandangan masyarakat mengenai. Pengaruh Pelabuhan terhadap
perkembangan sosial ekonomi, tingkat pendapatan, dan peluang pekerjaan di kawasan
maupun sekitar pelabuhan.
a. Presepsi responden pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap tingkat
pendapatan masyarakat
Dari hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan pada masyarakat Kota
POntianak, didapatkan hasil bahwa sebanyak 73 % responden menyatakan bahwa
pelabuhan memiliki tingkat pengaruh terhadap tingkat pendapatan yang meningkat,
sedangkan responden yang menyatakan tingkat pendapatan tetap sebanyak 27 %.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Persepsi Responden Tingkat Pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak
Terhadap Pendapatan
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
23
1.
Sangat Berpengaruh
73
73
2.
Berpengaruh
27
27
3.
Kurang Berpengaruh
-
-
4.
Tidak Bepengaruh
-
-
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
b. Persepsi responden mengenai pengaruh Pelabuhan Pontianak terhadap tingkat
pendidikan masyarakat Mayoritas penduduk merasa keberadaan Pelabuhan
Pontianak sangat berpengaruh terhadap tingkat Pendidikan masyarakat,
berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang berjumlah 100
responden, 67 responden beranggapan bahwa pelabuhan bira memiliki pengaruh
yang tinggi terhadap tingkat pendidikan masyrakat.
Tabel 4.4. Persepsi Responden Relokasi Pelabuhan Pontianak Terhadap Tingkat
Pendidikan Masyrakat
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Berpengaruh
67
67
2.
Berpengaruh
17
17
3.
Kurang Berpengaruh
6
6
24
4.
Tidak Bepengaruh
Jumlah
-
-
100
100
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
c. Persepsi Responden terhadap Peluang Pekerjaan
Bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Pontianak, aspek pekerjaan tidak
jauh berbeda dengan komunitas masyarakat lainnya di kawasan pesisir Kabupaten
Bulukumba, mereka memiliki beragam pekerjaan mulai dari penenun, nelayan,
pedagang sampai pada anggota PNS. Meskipun demikian bagi masyarakat yang
berada di Desa Bira memberikan keuntungan tersendiri, terutama responden yang
memiliki
aktifitas
yang
berhubungan
langsung
dengan
aktifitas-aktifitas
Pelabuhan. Disamping itu masyarakat dapat meraup keuntungan dengan berdagang
di sekitar pelabuhan.
Tabel 4.5. Persepsi Responden Tentang Peluang Lapangan Pekerjaan Di
Pelabuhan Pontianak.
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
1.
Tidak Berminat
6
6
2.
Cukup Berpeluang
12
12
3.
Berpeluang
15
15
4.
Sangat Berpeluang
67
67
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
25
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden mengenai
peluang untuk melakukan aktivitas pekerjaan di Pelabuhan
Pontianak
ternyata
umumnya
responden
mengatakan
sangat
berpeluang untuk melakukan aktivitas di Pelabuhan Bira, dan
mereka tahu bahwa beberapa peluang bisnis dapat dilakukan di
sekitar Pelabuhan, termasuk berdagang serta berbagai peluang
lainnya. Dan yang cukup berminat ternyata diidentifikasi adalah
yang memang memiliki aktivitas di sekitar Pelabuhan dengan tingkat
pendidikan yang kurang memadai, sedangkan bagi kelompok
responden yang memiliki pekerjaan formal mengatakan tidak
berminat.
Untuk lebih mempermudah peneliti dalam menyimpulkan hasil
kuesioner
yang
di
lakukan
dengan
menggunakan
metode
crosstabulation dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi maka hasil
analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat
Faktor
Pengaruh
Sosial
Variabel
Ekonomi
Indikator
Frekuensi
Persentase
Bobot
Sangat Berpengaruh
73
73
4
Tingkat
Berpengaruh
27
27
2
Pendapatan
Cukup Berpengaruh
-
-
-
Tidak Berpengaruh
-
-
-
Sangat Berpengaruh
67
67
4
Relokasi
Sosial
Tingkat
Berpengaruh
17
17
1
Ekonomi
Pendidikan
Cukup Berpengaruh
6
6
1
-
-
Pelabuhan
Pontianak
Tidak Berpengaruh
-
26
Sangat Berpeluang
67
67
4
Peluang
Berpengaruh
15
15
1
Pekerjaan
Cukup Berpengaruh
12
12
1
Tidak berminat
6
6
1
Sumber : Hasil Analisis 2018
Tabel 4.7. Rekapitulasi Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat di
Sekitar Pelabuhan Pontianak
Faktor yang
Variabel
Indikator
Nilai
Standar Nilai
Nilai
Kesimpulan
mempengaruhi
hasil
Pengaruh
Bobot
kondisi sosial
Crosst
Ekonomi
Ab
masyarakat
(%)
73
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
67
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
67
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
Tingkat
Pendapatan
Tingkat
Sosial
Relokasi
Pelabuhan
Ekonomi
Pendidikan
Pontianak
Peluang
Pekerjaan
Sumber : Hasil Analisis 2018
27
Dari hasil rekapitulasi penilaian koesioner berdasarkan beberapa indikator yang di tampilkan
pada table 26 diatas maka ditarik kesimpulan dengan akumulasi nilai responden yang di dapat, maka
diketahui faktor yang sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi
pelabuhan adalah tingkat pendapatan, dimana rata-rata masyarakat sekitar Pelabuhan memiliki
tingkat pendapatan yang relative tinggi, yaitu umumnya berpendapatan Rp. 1.500.000 – 2.500.000/
bulan, hal ini terlihat bahwa tingkat pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dan mata pencaharian sangat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat karena padatnya aktifitas
pelabuhan sehingga masyarakat banyak yang bekerja di sekitar pelabuhan baik itu berdagang atau
menawarkan jasa, serta bekerja sebagai buruh di kawasan pelabuhan. Dalam perkembangan wilayah,
keberadaan Pelabuhan Pontianak juga memegang peranan penting dalam mengembangkan wilayah
Kota Pontianak baik dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana dan sistem transportasi.
28
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sesuaipembahasan mengenai pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Provinsi Kalimantan Barat, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Relokasi Pelabuhan Pontianak mempengaruhi Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Terutama
Masyarakat Dikota Pontianak, selain itu mengurangi permasalahan Lalu lintas yang terjadi di Kota
Pontianak. Relokasi Pelabuhan Pontianak mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat baik dalam
pendapatan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian, masyarakat yang diharapkan mampu
memenuhi segala kebutuhan dan mencapai kesejahteraan bagi masyarakat di Provinsi Kalimantan
Barat Khusus nya di Kota Pontianak yang Merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat ini,
dengan demikian adanya Relokasi pelabuhan memberikan peluang dan pengaruh bagi para
pedagang untuk melakukan aktivitas mengais rejeki dalam bentuk berdagang dan sebagainya.
Berdasarkan analisis, kriteria utama dari pelabuhan yang dapat dijadikan pintu masuk impor
produk industri berturut-turut mulai dari yang paling prioritas adalah
(1) kriteria Keamanan, Ketahanan, dan Pelayanan Pelabuhan,
(2) kriteria Ketersediaan Sumberdaya Manusia,
(3) kriteria Fasilitas Pelabuhan Laut ,
(4) kriteria Proteksi terhadap Produk Lokal , dan
(5) kri
EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
TUGAS
PELABUHAN
Oleh:
HERI PRIYANTO
NIM D11112097
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat- Nya penulisan tugas yang berjudul “DAMPAK RELOKASI
PELABUHAN
PONTIANAK
TERHADAP
EKONOMI
PROVINSI
KALIMANTAN BARAT” dapat diselesaikan. Tugas ini disusun sebagai
salah satu syarat untuk menempuh ujian matakuliah pelabuhan.
Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan tugas ini masih banyak
kekurangannya karena keterbatasan penulis. Maka segala kritik dan saran
yang
membangun
sangat
diharapkan
sebagai
masukan
guna
penyempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
rekan- rekan mahasiswa maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan,
khususnya dalam bidang Teknik Sipil.
Pontianak, Juli 2018
(Penulis)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
1. LATAR BELAKANG ............................................................................................................. 1
2. GAMBARAN UMUM PELABUHAN PONTIANAK .............................................................4
2.1 Kondisi Umum Pelabuhan Pontianak ............................................................................4
2.2 Fasilitas Pelabuhan Pontianak ....................................................................................... 5
3. PELABUHAN DWIKORA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI...........................................5
BAB II GAMBARAN PERMASALAHAN .......................................................................................... 9
2.1 Rencana Relokasi Pelabuhan Pontianak...................................................................................... 9
BAB III METEDOLOGI KAJIAN ...................................................................................................... 14
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Jenis Kajian................................................................................................................................. 14
Lokasi Penelitian......................................................................................................................... 14
Jenis dan Sumber Data................................................................................................................ 14
Metode Pengumpulan Data......................................................................................................... 15
Variabel penelitian....................................................................................................................... 15
Populasi dan sampel.................................................................................................................... 16
Metode Analisis Data.................................................................................................................. 18
BAB IV DATA DAN ANALISIS............................................................................................................ 21
A. Karakteristik Responden Penelitian............................................................................................ 21
1. Karakteristik Responden Masyarakat....................................................................................... 21
2. Persepsi Responden Masyarakat............................................................................................... 23
BAB V KESIMPULAN.......................................................................................................................... 29
A. Kesimpulan................................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Negara Republik Indonesia yang berbentuk kepulauan dengan daerah sangat luas, sangat
diperlukan adanya pengangkutan yang efektif dan efisien, dalam arti aman, murah, lancar, cepat, mudah,
teratur dan nyaman. Setiap tahap pembangunan sangat memerlukan transportasi yang efisien sebagai
salah satu prasyarat untuk terjaminnya pelaksanaan pembangunan negara tersebut, dan salah satu
pendukung transportasi ini adalah sub sektor transportasi laut. Negara Indonesia sebagai negara maritim,
peranan angkutan laut sangat penting bagi kehidupan sosial ekonomi penduduknya.Faktor ekonomis
yang dikehendaki adalah agar dalam sektor transportasi laut harus dicapai, antara lain bentuk-bentuk;
unitasi muatan atau muatan curah, bentuk kapal yang cocok dengan jenis muatan yang diangkut ataupun
perlengkapan peralatan bongkar muat yang memadai. Hal ini dapat dicapai bila perencanaan dan
perancangan pelabuhan dapat didekati dengan teknologi yang tepat dan operasional pelabuhan didukung
oleh sarana dan prasana yang baik.
Peran penting dan strategis suatu pelabuhan dalam aktivitasnya sangat besar disumbangkan bagi
pertumbuhan industri, ekonomi dan perdagangan serta merupakan bidang usaha yang memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan
bidang usaha pelabuhan agar pengoperasiannya dapat dilakukan secara efektif, efisien dan profesional
sehingga pelayanan pelabuhan menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pelayanan
yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan terhadap kapal dan terhadap muatan yaitu barang dan
penumpang. Pelabuhan sebagai bagian dari mata rantai transportasi laut berfungsi sebagai tempat
pertemuan (interface) dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang saling
terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan dipindahkan ke moda lain seperti moda
transportasi darat, misalnya ke truk atau kereta api). Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau
kereta api ke pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai kepentingan saling
bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina,
syahbandar dan pusat kegiatan lainnya. Berdasarkan hal-hal ini, maka dapat dikatakan bahwa pelabuhan
1
sebagai salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan perekonomian suatu wilayah
karena merupakan bagian dari mata rantai dari sistem transportasi maupun logistik.
Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam perekonomian Indonesia.
Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di
negeri ini. Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan antarpulau maupun
antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di Indonesia sangat memprihatinkan. Hampir semua
pelabuhan yang ada di Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman. Dari 134 negara, daya saing
pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-95, sedikit meningkat dari posisi 2008 yang berada di
urutan ke-104.5 Namun, posisi Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan
pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan suprastruktur. Indonesia juga kalah dalam
produktivitas bongkar muat, kondisi kongesti yang parah, dan pengurusan dokumen kepabeanan yang
lama. Kualitas pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 3,6, jauh di bawah Singapura yang nilainya 6,8 dan
Malaysia 5,6. Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas kepelabuhanan di
Indonesia. Untuk bersandar dan bongkar muat, sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.
Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama ketimbang waktu untuk berlayar. Melihat
buruknya kondisi pelabuhan itu, tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang perkapalan.
Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat.
Kalimantan Barat merupakan salah satu pulau di Indonesia yang tingkat perekonomiannya
didukung dari sektor kepelabuhan yang menjadi komponen penting dalam membuka jalur transportasi
dan perdagangan ke daerah lain dalam jumlah yang besar. Menurut data dari PT. Pelabuhan Indonesia II
Cab. Pontianak (2011), Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi memiliki 1 (satu) pelabuhan utama
diantara 10 pelabuhan yang tersebar di seluruh Kalimantan Barat. Pelabuhan Dwikora Pontianak adalah
pelabuhan utama di Provinsi Kalimantan Barat yang berfungsi mengangkut penumpang dan telah lama
menjadi gerbang untuk keluar masuknya barang dari dan menuju ke Provinsi Kalimantan Barat,
khususnya Pontianak dan hal ini menuntut akan kelengkapan pelayanan fasilitas pelabuhan yang
memadai agar proses bongkar muat dan distribusi barang tidak terkendala.
Lokasi Pelabuhan Dwikora yang terletak di muara Sungai Kapuas ternyata telah menimbulkan
beberapa masalah yang dapat mengganggu alur pelayaran dari dan menuju ke pelabuhan.Hasil Studi
2
Kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan Ditjen. Perhubungan Laut tahun 2010
menemukan telah terjadi pendangkalan sedalam 1,5 - 3 meter pada dasar permukan air di muara sungai
dan di beberapa titik lainnya dan harus dikeruk sebanyak 2 kali dalam 1 (satu) tahun yang mengakibatkan
biaya operasional sangat tinggi dan keadaan ini menimbulkan resiko kapal kandas atau karam sangat
mungkin terjadi. Kapal-kapal besar yang ingin bersandar ke pelabuhan terpaksa harus menunggu keadaan
air pasang sehingga terjadi antrian kapal untuk menunggu giliran masuk, ditambah dengan keadaan
kecilnya kapasitas dermaga dan semakin sempitnya lahan penumpukan petikemas yang menyebabkan
ketidakteraturan pada pemisahan antara petikemas yang kosong, petikemas yang berisi dan petikemas
yang akan dilakukan pemindahan moda transportasi. Penumpukan petikemas di Terminal Petikemas
Pelabuhan Pontianak terlihat menjulang tinggi melebihi tinggi bangunan di sekitarnya, di khawatirkan
akan mengancam keselamatan para pekerja di pelabuhan dan minimnya fasilitas umum atau rest area di
dalam terminal memaksa para pekerja untuk mencari konsumsi atau area beristirahat diluar kawasan
Terminal pada saat jam istirahat berlangsung, semua hal ini menjadi permasalahan besar bagi pihak
pelabuhan Pontianak.
Berdasarkan data PT. Pelindo II (2011), pergerakan jumlah penumpang, petikemas, kegiatan bongkar
muat dan pergerakan arus barang di Pelabuhan Pontianak mengalami peningkatan setiap tahunnya,
namun tidak diikuti dengan pengembangan, perbaikan dan peningkatan fasilitas pelabuhan, menuntut
pembangunan pelabuhan baru di lokasi strategis dengan skala fasilitas pelayanan yang lebih besar, yang
dimaksudkan
untuk
mengimbangi
pergerakan
angka
barang
yang
terus
meningkat
dan
mempertimbangkan fakta menurut Mayona dan Salahudin (2012) bahwa wilayah perairan Kalimantan
Barat berbatasan langsung dengan jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yaitu Laut Cina
Selatan yang melayani pelayaran dalam dan luar negeri. Berdasarkan data di atas, wilayah perairan
Kalimantan Barat memiliki salah satu dari beberapa potensi dasar untuk pembangunan pelabuhan
berskala internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak dan melalui keberadaan
Pelabuhan Internasional ini nilai-nilai kearifan lokal daerah setempat dapat lebih terangkat di mata dunia
melalui ciri khas desain atau bangunan yang terdapat di dalam kawasan pelabuhan ataupun terminal.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Pontianak merupakan salah satu alternatif
lokasi pembangunan Pelabuhan Internasional sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak
yang dianggap paling layak berdasarkan Studi Kelayakan tahun 2010 yang telah dikeluarkan oleh
Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Lokasi ini dianggap paling layak dari
3 (tiga) alternatif lokasi dengan nilai tertinggi yaitu Pantai Kijing, Pantai Kura-kura, dan Pelabuhan
Merabau dengan memperhatikan 10 aspek penilaian yaitu kedalaman pantai, arus dominan, pasang surut,
gelombang, sedimentasi, alur pelayaran, aksesbilitas, ketersediaan lahan, kondisi lahan dan fasilitas
pendukung.
3
Sesuai dengan Konsep Zoning Kawasan di atas, fungsi dan peruntukan kawasan Terminal Petikemas
terletak pada 3 (tiga) kawasan yang saling berhubungan yaitu Zona Kolam Pelabuhan, Zona Dermaga
dan Zona Industri, Perdagangan dan Gudang. Zona ini terletak di Desa Bundung Laut dan wilayah
perairan Pantai Kijing. Dilihat dari keadaan geografis dan administrasi Desa Bundung Laut memiliki
beberapa potensi yang menjadikan kawasan ini layak sebagai Terminal Petikemas, yaitu sebagai berikut
(Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Barat, 2012) :
1.
Lokasi berada pada jalur jalan raya Arteri Primer Potianak – Singkawang
2.
Berjarak 18 Km dari Kota Mempawah yang merupakan Ibukota Kabupaten Pontianak
3.
Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) darat cukup luas untuk dilakukan
pengembangan
4.
Areal Daerah Lingkungan Kerja Pelabuhan (DLKR) perairan cukup luas untuk olah gerak kapal.
5.
Memiliki kedalaman kolam pelabuhan >12 mdpl, telah memenuhi persyaratan Pelabuhan
Internasional, memungkinkan kapal-kapal besar untuk bersandar
6.
Berjarak ±400 Mil dari jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yang melayani jalur
pelayaran dalam dan luar negeri.
Dengan beberapa potensi yang telah disebutkan di atas, diharapkan mampu menjadikan solusi atas
permasalahan-permasalahan yang telah terjadi di Pelabuhan Dwikora Pontianak khususnya dalam sektor
pelayanan petikemas. Di samping itu dengan keberadaan Terminal Petikemas ini akan membuka banyak
lapangan pekerjaan bagi penduduk di sekitar dan menjadikan daerah tersebut lebih cepat berkembang
dalam berbagai sektor mulai dari pembangunan, ekonomi, perdagangan, kependudukan dan lainnya.
2. GAMBARAN UMUM PELABUHAN PONTIANAK
2.1 Kondisi Umum Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak merupakan tempat kegiatan sarana transportasi laut terbesar di Kalimantan
Barat, dan merupakan pelabuhan internasional yang melayani kegiatan perdagangan antar pulau dan antar
negara. Pelabuhan Pontianak berada di tepian sungai Kapuas Kota Pontianak, berjarak 17 Km dari muara
Sungai Kapuas. Posisi Pelabuhan Pontianak yang strategis tersebut tidak terlepas dari letaknya yang
berada di tengah Kota Pontianak. Kota Pontianak terletak pada ketinggian antara 0,10 meter sampai
dengan 1,50 meter di atas permukaan laut, dan sebagian daerahnya berada di daratan delta Sungai
Kapuas. Pelabuhan Pontianak terletak pada 00 o - 01’ - 00" LS dan 109 o - 20' - 00" dengan jenis pelabuhan
samudera. Pelabuhan Pontianak mempunyai luas 91.789 m 2, dengan luas perairan 38.000 m2. Alur
pelayaran di Pelabuhan Pontianak memiliki panjang 17 mil dengan lebar 70 meter dengan kedalaman
maksimum – 5 m LWS dan kedalaman minimum -4 , LWS dengan dasar lumpur. Kolam pelabuhan
4
Pontianak memiliki panjang 1 mil dengan lebar 350 meter dengan kedalaman -10 meter LWS dan
kedalaman minimum -5 meter LWS dengan dasar lumpur
2.2 Fasilitas Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak adalah salah satu pelabuhan sungai dan menjadi pelabuhan utama di Kalimantan
Barat. Perairan Pontianak mempunyai luas + 380.000 m2. Kolam pelabuhan di Pelabuhan Pontianak
mempunyai luas 34,8 Ha dengan kedalaman -4 LWS.
a. Dermaga
Pelabuhan Pontianak memiliki 8 (delapan) dermaga tambat dengan total panjang 832 meter. Selain
itu Pelabuhan Pontianak memiliki dermaga jety dengan panjang 55 meter dengan luas 275 m 2.
Dermaga di Pelabuhan Pontianak merupakan jenis dermaga tambatan beton. Luas total dermaga di
Pelabuhan Pontianak adalah 17.640 m2.
b. Gudang
Pelabuhan Pontianak pada tahun 2012 mempunyai 4 unit gudang yang difungsikan dengan luas
masing- masing 8.090 m2 dengan luas efektif 4.854 m 2. Panjang gudang di Pelabuhan Pontianak
mencapai 246 meter. Lebar gudang rata-rata adalah 30 meter.
c. Lapangan
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki sembilan (9) lapangan untuk penumpukan barang
dengan total luas 47.171 m 2 dengan kapasitas 2 ton per m 2. Secara keseluruhan total lapangan di
pelabuhan Pontianak terbagi menjadi 7 lapangan, dengan lapangan yang paling besar adalah
lapangan 7 dengan luas 12.942 m 2.
d. Peralatan Pendukung di Pelabuhan Pontianak
Pelabuhan Pontianak pada saat ini memiliki 12 jenis peralatan yang digunakan untuk membantu
aktivitas pelabuhan. Peralatan tersebut antara lain cantainer crane, mobil crane, forklift, head truck,
tronton, chassis, side loader, top loader, super tracker, terminal tracktor, rail munted gantry crane,
dan gantry jib crane. Sebagian besar peralatan tersebut merupakan milik pelabuhan, tetapi ada
beberapa fasilitas yang masih sewa dengan pihak lain.
3. PELABUHAN DWIKORA SEBAGAI MODA TRANSPORTASI
Kota Pontianak menjadi Ibu Kota Kalimantan Barat pada tanggal 23 Oktober 1771 yang
diresmikan oleh Sy. Abdurrahman Alkadrie sebagai Raja Pontianak masa itu. Dua tahun setelah
berdirinya Kota Pontianak, pemerintah Kolonial Belanda mengirim utusannya bernama William Ardi
Polm sehingga perdagangan melalui Sungai Kapuas semakin ramai. Pada tahun 1939 dibangunlah
5
tambatan atau striger yang terbuat dari kayu yang panjangnya 298 m, serta dibuat juga gudang untuk
menimbun barang-barang seluas 230 m2.
Pada tahun 1940, tepatnya tanggal 16 Juni, ditetapkan Pelabuhan Dwikora Pontianak sebagai
pelabuhan yang diusahakan (Bedrijthea) oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda yang tercantum dalam
Vender Gouvensur Vannerja.
Sesuai data IPC. Pelabuhan Indonesia (Persero) II Cabang Pontianak, perkembangan
Pelabuhan Dwikora Pontianak dapat dibagi menjadi 4 Periode :
1. Periode sebelum tahun 1960
Pada periode ini perusahaan besar diatur berdasarkan IBW (Indische Bedrijhvent Wet).
Sementara itu, untuk perusahaan kecil berdasarkan ICW (Indische Comtabilitie Wet).
2.
Periode tahun 1960 s/d 1969
Pada periode ini, dengan keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 1960, perusahaan
Indonesia mengalami perubahan stastus dalam bentuk Perusahaan yang baru. Pelabuhan-pelabuhan
besar yang ditetapkan pada ICW dilebur ke dalam bentuk perusahaan baru yang disebut Perusahaan
Negara Pelabuhan (PN. Pelabuhan) dan dibagi menjadi tujuh Perusahaan Negara Pelabuhan
berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 15/16 tahun 1965.
3. Periode tahun 1969 s/d 1983
Pada periode ini, dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1969, tentang susunan
organisasi dan tata cara kerja untuk menertibkan mekanisme kerja antar instansi Pelabuhan yang di
sebut Badan Pengelolahan Pengusaha Pelabuhan. Badan ini memiliki fungsi sebagai administrator
pelabuhan sekaligus sebagai pelaksana fungsi pemerintah dan fungsi pelabuhan.
4. Periode tahun 1983 s/d 1991
Pada periode ini, perkembangan pelabuhan yang kian pesat pemerintah mengeluarkan PP No.
11 tahun 1983 untuk mengatur pembinaan kepelabuhanan. Hal ini dilakukan untuk lebih
meningkatkan peran pelabuhan sebagai pendukung kelancaran angkutan laut. Kemudian PP No. 15
tahun 1983 jo PP. No. 5 tahun 1985 di jadikan PT (persero) Pelabuhan Indonesia II dan mulai
ditetapkan dengan PP RI No. 57 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 menjadi PT (Persero).
6
Pelabuhan tidak bisa dipisahkan dengan daerah hinterlandnya. yang dimaksud dengan
hinterland pelabuhan adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar (belakang) pelabuhan, termasuk di
dalamnya adalah kota pelabuhan itu sendiri dan kota-kota serta daerah-daerah pedalaman di luar kota
pelabuhan yang saling memiliki hubungan ekonomi dengan pelabuhan. Hiterland Pelabuhan Dwikora
adalah Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah ±146.897 km. Pelabuhan Dwikora Pontianak
dikelola oleh IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak. Pelabuhan ini terletak di
pinggir Sungai Kapuas Kecil dengan jarak 31 km dari muara sungai yang dapat ditempuh selama ±2
jam pelayaran. Pelabuhan ini berfungsi melayani arus kapal, arus barang dan penumpang baik antar
pulau maupun antar negara.
Daerah lingkup kerja Pelabuhan Dwikora Pontianak dibedakan menjadi dua, yaitu Daerah
Perairan yang mempunyai wilayah seluas 9,25 Ha dan Daerah Daratan dengan luas 128.644 m 2 (yang
dikuasai) dan Daerah Lingkungan Kepentingan Perairan Pelabuhan seluas 380.000 m 2. Batas-batas
Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan ditetapkan mulai dari
ambang luar sampai jembatan tol terletak pada 0º 05’ LS dan 109º16’ - 109º23’ BT, ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Perhubungan No.46 Tahun 1998 dan
KM. 73 Tahun 1998 pada tanggal 10 Oktober 1998.
Tabel 1.1. Arus Penumpang Pelabuhan Pontianak Tahun 2010-2014
TAHUN
NO
URAIAN
2010
2011
2012
2013
2014
1.1 emberkasi
0
0
0
0
0
B. debarkasi
0
0
0
0
0
A. embarkasi
193.538
156.077
151.121
173.833
109.934
B. debarkasi
197.865
215.618
174.783
194.603
152.249
391.403
371.695
325.904
368.436
262.183
1.
Luar Negeri
2. Dalam Negeri
TOTAL
Sumber : Data IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak, 2016
7
Dari tabel 1.1. di atas dapat dilihat bahwa setiap tahun terjadi perubahan arus
penumpang di Pelabuhan Dwikora Pontianak. Perubahan yang terjadi pada hal tesebut
dipengaruhi oleh kondisi kapal yang datang dan pergi, selain itu dipengaruhi oleh
kondisi pelabuhan yang mengalami pegerukan sedimentasi setiap dua tahun, sehingga
jumlah penumpang kapal menurun.
Tabel 1.2. Arus Kunjungan Kapal Pelabuhan Pontianak Tahun 2010-2014
Tahun
No
1.
Uraian
Satuan
2010
2011
2012
2013
2014
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
255
269
331
306
319
Pelayaran Luar
Negeri
Unit
A. Liner
GT
Unit
B. Tramper
1.147.423 1.122.048 1.120.132 1.136.565 1.279.776
GT
Sub Jumlah
Unit
GT
Pelayaran
Dalam
Unit
Negeri
GT
2.
3.
Pelayaran
Rakyat
Unit
GT
4.
Pelayaran
Perintis
Unit
GT
Unit
5.
Kapal Negara
GT
Sub Jumlah
Unit
255
1.147.42
3
3.445
269
331
306
1.122.0
48
1.120.13
2
1.136.56
5
4.029
4.149
3.802
319
1.279.77
6
3.724
5.436.886 6.128.574 6.958.726 7.154.497 7.469.867
827
926
880
794
845
120.644
189.728
161.597
109.016
123.625
157
141
112
84
84
82.128
74.740
69.391
33.733
32.619
38
30
22
27
45
46.015
21.209
31.341
23.433
38.794
4.467
5.126
5.163
4.707
4.698
8
5.685.673 6.414.251 7.221.055 7.320.679 7.664.905
GT
Unit
Jumlah
4.722
5.395
5.494
5.013
5.017
6,833,096 7,536,299 8,341,187 8,457,244 8,944,681
GT
Sumber : Data IPC. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Pontianak, 2016
Perkembangan pembangunan bidang transportasi laut yang semakin pesat menuntut adanya
sistem penunjang sarana dan prasarana transportasi laut yang memadai, sehingga dapat mewujudkan
sistem pelayaran yang aman dan layak. Cakupan bidang pelayaran meliputi angkutan penumpang dan
barang, pelabuhan dan rute pelayaran.
Salah satu sarana dan prasarana yang melengkapi fasilitas-fasilitas yang ada di pelabuhan
adalah Terminal Penumpang Kapal Laut. Sebagai salah satu bangunan sarana publik, keberadaan
Terminal Penumpang tentunya harus memperhatikan kenyamanan publik sebagai pemakainya.
Kenyamanan yang dimaksud merupakan kenyamanan dari segi kemudahan akses serta kemudahan
pencapaian terhadap sarana transportasi darat dan jalan raya. Faktor tersebut akan mempengaruhi
kelancaran perpindahan transportasi dari laut ke darat.
BAB II
9
GAMBARAN PERMASALAHAN
1.1 RENCANA RELOKASI PELABUHAN UTAMA KALIMANTAN BARAT
Pelabuhan Dwikora Pontianak selain melayani kegiatan terminal penumpang, juga melayani
kegiatan bongkar muat barang yang terjadi setiap harinya dimana semakin hari kegiatan ini semakin
padat. Kondisi ini tidak didukung dengan pengembangan prasarana pada pelabuhan. Kemacetan
terjadi pada jalur sirkulasi ketika penumpang melakukan proses embarkasi dan debarkasi serta alur
keluar masuk truk dan container yang membahayakan pengguna jalan lainnya. Selain kemacetan
tersebut, desak-desakan terjadi antara pengantar, penjemput, dan penumpang akibat ketidak jelasan
alur sirkulasi pada terminal penumpang Pelabuhan Dwikora. Akibatnya, area khusus penumpang dapat
dimasuki oleh pengantar atau penjemput dan sehingga mengganggu dari segi keamanan.
Ini adalah gambar dari keadaan jalan yang selalu dilewati kendaraan dari kegiatan di
pelabuhan dwikora.
Truck container yang lewat dijalan Tanjungpura Pontianak, jalan ini adalag sebagai akses
utama yang setiap hari dilewati kendaraan dari pelabuhan peti kemas pelabuhan dwikora pontianak
yaitu salah satunya truck container tersebut yang mengakibatkan pengguna jalan tersebut mengurangi
kecepatan nya. Hal tersebut terjdi hampir setiap hari dari pagi hingga malam hari.
10
Jalan imam bonjol ini juga merupakan akses atau jalan yang selalu dilewati olehseperti jalan
tanjung pura juga, truck container yang ditimbulkan dari kegiatan di Pelabuhan Dwikora Pontianak.
Ini dijalan adisucipto, sam seperti jalan imam bonjol dan jalan tanjungpura yang juga elalu
dilewati kendaraan dari kegiatan pelabuhan dwikora salah satu nya truck container tersebut.
Pelabuhan Dwikora saat ini juga belum dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti : hotel
atau penginapan, agen travel, taksi atau ojek, jasa penyewaan porter sehingga saat kapal datang para
porter sering berdesak-desakan untuk memasuki kapal. Begitu pula dengan para penyedia jasa taksi
11
atau ojek, mereka dapat dengan leluasa memasuki area lapangan dermaga yang seharusnya hanya
boleh diakses oleh petugas yang berkepentingan dan para penumpang. Selain itu, tidak ada pemisah
antara ruang tunggu bagi penumpang yang akan menunggu keberangkatan dan penumpang yang
menunggu jemputan yang mengakibatkan penumpukan penumpang di ruang tunggu hingga ke selasar
terminal penumpang.
Masalah yang terjadi pada ruang luar adalah hanya ada satu pintu untuk akses keluar masuk
kendaraan dari area terminal pelabuhan, satu pintu yang ukurannya relatif kecil untuk digunakan untuk
akses keluar masuk kendaraan mengakibatkan kemacetan saat adanya jadwal kedatangan kapal,
mengingat penumpang kapal laut adalah penumpang moda transportasi dengan kapasitas yang cukup
besar dibanding moda transportasi lainnya. Area parkir yang kurang luas untuk menampung jumlah
kendaraan juga menjadi masalah di Terminal Penumpang Pelabuhan Dwikora. Tidak adanya penunjuk
arah mengakibatkan para pengunjung memarkirkan kendaraan seenaknya sehingga parkir menjadi
tidak teratur.
Dari beberapa masalah yang telah dijabarkan di atas, keterbatasan pelayanan Pelabuhan
Dwikora Pontianak menuntut adanya pengembangan pelabuhan untuk menyelesaikan masalahmasalah yang terjadi di pelabuhan. Ditambah lagi, masalah teknis seperti sedimentasi dari hulu Sungai
Landak dan Kapuas yang tinggi, pada muara Sungai Kapuas terjadi pendangkalan (1,5m – 3m) dan
harus dikeruk 2 kali dalam jangka waktu 1 tahun. Hal ini mengakibatkan biaya operasional pelabuhan
menjadi semakin tinggi. Perluasan lahan pelabuhan menjadi sulit untuk dilakukan akibat lokasi
pelabuhan yang berada di wilayah perkotaan yang telah padat dengan bangunan di sekitarnya.
Pengembangan Pelabuhan Dwikora diharapkan dapat mencapai tujuan pemerintah dalam mewujudkan
kenyamanan, keamanan dan ketertiban di pelabuhan dan sekitarnya.
Pembangunan pelabuhan baru yang dicanangkan pemerintah menjadi cukup penting sebagai
alternatif untuk mengatasi berbagai keterbatasan pelabuhan yang ada di Kalimantan Barat. Pelabuhan
internasional merupakan alternatif yang dapat menjadi pilihan dalam pengembangan pelabuhan yang
telah ada. Sesuai dengan fakta yang ada saat ini pelabuhan internasional mempunyai arti yang sangat
penting untuk mendorong roda perekonomian di Kalimantan Barat, mengingat Kalimantan Barat
berada di persilangan rute perdagangan dunia.
Pantai Kijing di Kecamatan Sungai Kunyit, Kabupaten Pontianak merupakan lokasi pembangunan
pelabuhan internasional baru sebagai pengembangan dari Pelabuhan Dwikora Pontianak yang
dianggap paling layak berdasarkan studi kelayakan yang telah dilakukan oleh Menteri Perhubungan,
Direktorat Perhubungan Laut Indonesia pada tahun 2010. Dengan adanya pengembangan Pelabuhan
12
Dwikora ke lokasi pelabuhan yang baru. Segala aktifitas pelabuhan yang ada di Pelabuhan Dwikora
termasuk aktifitas terminal penumpang akan dipindahkan ke lokasi pelabuhan yang baru.
Pemindahan aktifitas tersebut mengakibatkan pembangunan terminal penumpang yang baru
di kawasan yang baru pula. Dalam pembangunan terminal penumpang yang baru banyak hal harus
diperhatikan agar perencanaan pembangunannya dapat menghasilkan rancangan yang berfungsi secara
maksimal. Selain dapat memberikan kenyamanan serta kemudahan bagi penggunanya, pelabuhan baru
diharapkan dapat menyelesaikan masalah di terminal penumpang yang lama agar tidak terulang lagi
pada bangunan yang baru. Sehingga perencanaan terminal penumpang pelabuhan merupakan suatu hal
yang penting untuk diperhatikan. Dalam perancangannya, faktor pelayanan dan keamanan dapat
dicapai dengan memenuhi standar-standar perancangan pelabuhan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah. Sedangkan untuk mencapai faktor kenyamanan, dibutuhkan perancangan yang lebih
arsitektural karena faktor kenyamanan itu sendiri mencakup banyak unsur. Salah satunya yaitu
kemudahan akses dan sistem sirkulasi, kesesuaian suasana, yang dihadirkan dalam kawasan terminal
penumpang maupun di dalam masing-masing bangunannya serta gaya arsitektur yang sesuai dengan
budaya dan iklim setempat. Hal-hal diatas harus dipenuhi dalam perancangan sebuah terminal
penumpang pelabuhan agar dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya.
Mengingat pentingnya pengembangan Pelabuhan Dwikora ke kawasan yang baru, maka sudah
selayaknya dilakukan perancangan terminal penumpang pelabuhan di kawasan Pelabuhan Utama
Kalimantan Barat. Hal ini dilakukan agar dapat mengikuti standar pelabuhan yang lebih baik dari
terminal yang telah ada sebelumnya, serta memenuhi faktor kenyamanan bagi para penggunanya agar
terwujud sistem transportasi laut yang aman, nyaman, dan efisien di daerah tersebut.
13
BAB III
METEDOLOGI KAJIAN
A. Jenis kajian
kajian ini termasuk dalam jenis kajian ini bersifat deskriptif kualitatif, kajian ini yaitu
kajian terapan yang di dalamnya mencakup penelitian survey, yang mana penelitian dengan
pendekatan kualitatif dalam penelitian ini yaitu penelitian non matematis dengan proses
menghasilkan data-data dari hasil temuan berupa pengamatan survey
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada kawasan tepi sungai kapuas tepatnya di sekitar
Pelabuhan Pontianak tepatnya dikota pontianak, kalimantan Barat, yang meliputi tahap
pengambilan data dan analisis.
C. Jenis dan Sumber data
1. Jenis data
Menurut jenisnya data terbagi atas dua yaitu :
a. Data Kuantitatif, yaitu data yang berbentuk angka atau data numerik. Data yang
dikumpulkan berupa : data jumlah penduduk, luas wilayah, jumlah sarana dan
prasarana wilayah penelitian, demografi dan lain sebagainya.
b. Data kualitatif, yaitu data yang berbentuk bukan angka atau menjelaskan secara
deskripsi tentang kondisi lokasi penelitian secara umum.
2. Sumber data
a. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan yaitu suatu teknik penjaringan
data melalui pengamatan langsung pada objek penelitian. Survei ini dilakukan
untuk mengetahui kondisi kualitatif objek studi. Jenis data yang dimaksud meliputi
wawancara (kuesioner) langsung dengan masyarakat dengan tujuan untuk
memperoleh informasi tentang pengaruh relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap
ekonomi masyarakat provinsi Kalimantan Barat dengan berbagai indikator.
14
b. Data sekunder dengan observasi pada instansi terkait dengan yaitu salah satu teknik
penjaringan data melalui instansi terkait guna mengetahui data kuantitatif objek
penelitian jenis data yang dimaksud meliputi, luas wilayah dari pembagian
administrative, kependudukan, aktifitas bongkar muat pelabuhan, data oprasional
dan lain-lain yang diperoleh dari UPT dan ASDP Pelabuhan Bira.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan mencakup :
1. Observasi lapangan, teknik pengumpulan data melalui pengamatan yang langsung
pada objek yang menjadi sasaran penelitian untuk memahami kondisi dan potensi
kawasan pesisir yang menjadi objek penelitian.
2. Pendataan instansional, salah satu teknik pengumpulan data melalui insatansi terkait
guna mengetahui data kuantitatif dan kualitatif objek penelitian.
3. Kepustakaan (library research) adalah cara pengumpulan data dan informasi melalui
literatur yang terkait dengan studi yang akan dilakukan.
4. Studi dokumentasi untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari
dokumentasi yang ada hubungannya dengan objek yang menjadi studi. meliputi yaitu
dengan cara mengambil gambar, lefeat/brosur objek, dan dokumentasi foto.
E. Variabel Penelitian
Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, diperoleh beberapa variabel terpilih
yang dapat mendukung proses penelitian. Selengkapnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
15
Tabel 2 Variabel Penelitian
Variabel
Objek yang di amati (Indikator)
•
Tingkat Pendapatan
•
Peluang Kerja
•
Tingkat Pendidikan
Sosial Ekonomi
Sumber : Dirangkum dari berbagai sumber (2018)
F. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan masyarakat yang menjadi objek penelitian
Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian yang berada dalam wilayah penelitian. Adapun yang
menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di
Kawasan pesisir di Desa Bira, Kecamatan Bontobahari Kabupaten Bulukumba yang
berjumlah dari 3.485 jiwa .
2. Sampel
Sampel merupakan contoh atau representasi dari suatu populasi yang cukup
besar jumlahnya atau satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representatif
sifatnya, dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin dari (Notoatmodjo
dalam Agung, 2004) sebagai berikut :
16
n=
❑
N ( d 2 ) +1
N
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Penduduk
D = derajat bebas/tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,1%)
Penentuan jumlah Jiwa Penduduk dengan berdasar pada data jumlah keseluruhan dari
jiwa penduduk di wilayah penelitian tahun 2018 dengan jumlah 554.764 (sumber :
bps pontianak sensus 2010 )
dengan demikian :
n=
n=
554764 jp
554674 jp ( 0,12 ) +1
554674
=99,998=100 jiwa
55468,4
Jadi adapun sampel yang diambil dari keseluruhan Penduduk mencapai 100
responden.
17
G. Metode Analisi Data
Data yang digunakan yaitu, data yang terjaring melalui hasil quesioner, diolah dan dianalisis
dengan metode deskriptif kualitatif-kuantitatif dengan menggunakan pendekatan tabulasi silang
(Crosstabulation). Data yang terkumpul dilakukan kategorisasi dengan skala Likert menurut Djaali
(2008:28) skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan presepsi seseorang
atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau fenomena.
Format untuk kuisioner :
KUESIONER PENELITIAN
Dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Provinsi Kalimantan Barat
Kepada :
Yth. Bapak/Ibu/Saudara/Saudari
Warga Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Di Tempat
Dengan hormat,
Sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam penyusunan skripsi yaitu diperlukan data
untuk mendukung kelancaran suatu penelitian, maka saya yang melakukan penelitian yang
berjudul “DAMPAK RELOKASI PELABUHAN PONTIANAK TERHADAP EKONOMI
MASYARAKAT PROVINSI KALIMANTAN BARAT”,saya mohon kesediaan anda untuk
meluangkan waktu sejenak untuk mengisi angket ini. Tidak ada jawaban yang benar atau
salah. Sesuai dengan kode etik penelitian, maka semua data informasi dijamin
kerahasiaannya. Anda tidak perlu berpikir rumit, saya berharap anda akan menjawab dengan
lebih leluasa sesuai dengan pengetahuan, pengamatan, pendapat dan harapan anda mengenai
Relokasi Pelabuhan Pontianak. Saya harap anda menjawab jujur dan terbuka.
18
Saya sangat menghargai segala partisipasi dan ketulusan anda dalam menjawabb
kuesioner ini dan saya sangat mengucapkan banyak terima kasih atas semua kerjasamanya.
Petunjuk Pengisian
1. Isilah identitas responden dengan data diri anda dengan benar dan lengkap pada
tempat yang disediakan.
2. Setiap nomor dalam kuesioner ini berisi pertanyaan dan 4 (empat) pilihan jawaban.
Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan pandangan anda.
3. Beri tanda silang (X) pada jawaban yang anda pilih dan jangan sampai ada nomor
yang terlewatkan.
i.
Identintas Responden
Usia
:……………….. Tahun
Jenis kelamin
: Wanita/Pria (Pilih salah satu)
Pendidikan terakhir : SD/SMP/SMA/Perguruan Tinggi (pilih salah satu)
jumlah tanggungan
: ………………. Orang
penghasilan
: Rp……………. /bulan
Status kependudukan :
a. penduduk asli Kota Pontianak
c. pendatang dari kota/kabupaten lain
(thn…)
b. penadatang dari kecamatan lain (thn….) d. pendatang dari provinsi lain
(thn….)
ii.
Persepsi Dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap kehidupan
Ekonomi masyarakat
1. Apakah anda mengetahui adanya rencana Relokasi Pelabuhan Pontianak ?
A. Sangat mengetahui
C. kurang mengetahui
B. Sedikit mengetahui
D. Tidak Mengetahui
2. Bagaimana menurut saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap taraf hidup
masyarakat ?
A. Sangat menguntungkan
C. Tidak berpengaruh
B. Menguntungkan
D. Merugikan
19
3. Bagaiman dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga biaya
hidup di Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga biaya hidup.
c. Relokasi Pelabuhan Pontianak tidak akan mempengaruhi harga biaya hidup.
d. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga biaya hidup turun.
4. Jika biaya hidup naik, berapa besar peningkatan pengeluaran biaya hidup saudara/i setiap
bulan ?
a. Pengeluaran meningkat tidak lebih dari 5 %
b. Pengeluaran meningkat sebesar 5-10 %
c. Pengeluaran meningkat 11-20 %
d. Pengeluaran meningkat lebih besar dari 20 %
5. Bagaimana dugaan saudara dampak relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap harga barang
di sekitar Kota Pontianak ?
a. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga Barang naik drastis.
b. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan meningkatkan harga barang.
c. Relokasi Pelabuhan Pontianak tidak akan mempengaruhi harga Barang.
d. Relokasi Pelabuhan Pontianak akan menyebabkan harga barang turun.
6. Bagaimana menurut saudara dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak dalam pengurangan
masalah di Pontianak ?
a. Sangat mempengaruhi.
b. Sedikit mempengaruhi.
c. Kurang mempengaruhi.
d. Tidak mempengaruhi.
7. Bagaimana menurut saudara dampak Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Masyarakat ?
a. Sangat mempengaruhi.
b. Sedikit mempengaruhi.
c. Kurang mempengaruhi.
d. Tidak mempengaruhi.
8. Sebutkan apa yang paling anda harapkan terhadap Relokasi Pelabuhan Pontianak :
…………………………………………………...........
20
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
A. Karakteristik Responden Penelitian
Jumlah responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang yang merupakan
sebagian dari populasi (sampel) yang diambil dari 554674 jiwa penduduk yang ada di Kota Pontianak.
Penelitian mengenai Pengaruh keberadaan pelabuhan terhadap perkembangan sosial ekonomi yang
melibatkan variabel bebas dan variabel terikat yaitu; variabel tetap (Y) Pelabuhan dwikora pontianak
sedangkan Variabel bebas (X) sosial ekonomi .
1.
Karakteristik Responden Masyarakat
Penelitian pada variabel ini adalah aspek keadaan sosial ekonomi masyarakat sebagai impilkasi
terhadap keberadaan Pelabuhan dwikora Pontianak. Dari observasi yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar Pelabuhan dwikora Pontianak relatif tidak banyak
berbeda pada sebagian kondisi masyarakat yang ada di kawasan kawasan kota Pontianak. Dalam
penelitian kondisi sosial ekonomi masyarakat sebagai pengaruh dari relokasi Pelabuhan dwikora
Pontianak, maka disusun pada indikator-indikator sub variabel yakni:
a. Tingkat Pendapatan
Pendapatan dari masyarakat yang berada disekitar Pelabuhan dwikora Pontianak diperoleh informasi
yang mengalami peningkatan, hal ini dimungkinkan bahwa sebagian besar hasil-hasil pendapatan mereka
baik sebagai pekerja pada sektor lain adalah cukup memadai, dalam arti bahwa dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mereka, responden memiliki sumber-sumber pendapatan yang memadai, hal ini
sejalan dengan berbagai aktivitas di kawasan pariwisata yang memberikan nilai tambah. Banyaknya
sumber-sumber pendapatan yang dapat diraih masyarakat di Pelabuhan dwikora Pontianak yang bekerja
di sekitar Pelabuhan jelas memberikan peluang bagi mereka untuk memperbaiki taraf hidup mereka.
Tabel 4.1. Tingkat Pendapatan Responden
No
Tingkat Pendapatan
Frekuensi
Persentase
(%)
1.
< Rp. 750.000 / Bulan
7
7
21
2.
Rp. 750.000 – Rp. 1.500.000 / Bulan
20
20
3.
Rp. 1.500.000 – Rp.2.500.000 / Bulan
67
67
4.
> Rp. 2.500.000 / Bulan
6
6
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
Berdasarkan tabel 20 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata responden yang
diteliti memiliki pendapatan yang meningkat, yaitu umumnya berpendapatan di atas
Rp. 1.500.000 – Rp. 2.500.000 / bulan, hal ini terlihat bahwa pendapatan yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara terbuka,
kondisi perekonomian masyarakat di Pelabuhan dwikora Pontianak mengalami
perubahan, hal ini di dukung oleh peluang lapangan pekerjaan yang ada di Kawasan
Pelabuhan dwikora Pontianak.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan responden yang diteliti dalam penelititan ini, pada dasarnya
relatif bervariasi mulai dari SD sampai S1, Seperti yang disajikan dalam table 4.180
berikut ini:
Tabel 4.2. Tingkat Pendidikan Responden Penelitian
No
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase (%)
1.
SD
10
4
2.
SLTP
20
26
3.
SLTA
63
63
4.
≥ SARJANA
6
6
22
Jumlah
100
100
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
Berdasarkan table 21 diatas, dapat dilihat bahwa dari 100 responden yang
diteliti ternyata terdapat responden yang tidak berpendidikan atau tidak sekolah
yaitu sebanyak 4 %, dan berpendidikan SLTA ke atas mencapai 63% selebihnya
adalah berpendidikan SD, SLTP dan S1. Dilihat dari presentase responden yang
diteliti pada umumnya berpendidikan SLTA bahkan terdapat 26 % yang
berpendidikan SLTP kebawah dan 6 % yang berpendidikan SI atau yang telah lulus
perguruan tinggi. Hal ini tentu saja berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat sekitar Kota Pontianak yang relatif masih kurang memadai. Demikian
dapat dipastikan bahwa hampir keseluruhan responden yang diteliti pernah
memperoleh pendidikan, setingkat SLTP dan SLTA, terutama para nelayan, buruh
kapal, dan pedagang yang berada di sekitar Kota Pontianak.
2. Persepsi Responden Masyarakat
Persepsi masyarakat dapat dijadikan sebuah acuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh relokasi Pelabuhan Dwikora Pontianak. Persepsi ini diukur dengan beberapa
parameter yaitu pandangan masyarakat mengenai. Pengaruh Pelabuhan terhadap
perkembangan sosial ekonomi, tingkat pendapatan, dan peluang pekerjaan di kawasan
maupun sekitar pelabuhan.
a. Presepsi responden pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap tingkat
pendapatan masyarakat
Dari hasil wawancara dan kuesioner yang dilakukan pada masyarakat Kota
POntianak, didapatkan hasil bahwa sebanyak 73 % responden menyatakan bahwa
pelabuhan memiliki tingkat pengaruh terhadap tingkat pendapatan yang meningkat,
sedangkan responden yang menyatakan tingkat pendapatan tetap sebanyak 27 %.
Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3. Persepsi Responden Tingkat Pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak
Terhadap Pendapatan
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
23
1.
Sangat Berpengaruh
73
73
2.
Berpengaruh
27
27
3.
Kurang Berpengaruh
-
-
4.
Tidak Bepengaruh
-
-
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
b. Persepsi responden mengenai pengaruh Pelabuhan Pontianak terhadap tingkat
pendidikan masyarakat Mayoritas penduduk merasa keberadaan Pelabuhan
Pontianak sangat berpengaruh terhadap tingkat Pendidikan masyarakat,
berdasarkan hasil wawancara dan pembagian kuesioner yang berjumlah 100
responden, 67 responden beranggapan bahwa pelabuhan bira memiliki pengaruh
yang tinggi terhadap tingkat pendidikan masyrakat.
Tabel 4.4. Persepsi Responden Relokasi Pelabuhan Pontianak Terhadap Tingkat
Pendidikan Masyrakat
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
1.
Sangat Berpengaruh
67
67
2.
Berpengaruh
17
17
3.
Kurang Berpengaruh
6
6
24
4.
Tidak Bepengaruh
Jumlah
-
-
100
100
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
c. Persepsi Responden terhadap Peluang Pekerjaan
Bagi masyarakat yang berdomisili di Kota Pontianak, aspek pekerjaan tidak
jauh berbeda dengan komunitas masyarakat lainnya di kawasan pesisir Kabupaten
Bulukumba, mereka memiliki beragam pekerjaan mulai dari penenun, nelayan,
pedagang sampai pada anggota PNS. Meskipun demikian bagi masyarakat yang
berada di Desa Bira memberikan keuntungan tersendiri, terutama responden yang
memiliki
aktifitas
yang
berhubungan
langsung
dengan
aktifitas-aktifitas
Pelabuhan. Disamping itu masyarakat dapat meraup keuntungan dengan berdagang
di sekitar pelabuhan.
Tabel 4.5. Persepsi Responden Tentang Peluang Lapangan Pekerjaan Di
Pelabuhan Pontianak.
No
Jenis Persepsi
Frekuensi
Persentase
1.
Tidak Berminat
6
6
2.
Cukup Berpeluang
12
12
3.
Berpeluang
15
15
4.
Sangat Berpeluang
67
67
100
100
Jumlah
Sumber : Hasil perhitungan dan pengelolaan data kuesioner, 2018
25
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
penelitian yang telah dilakukan pada 100 responden mengenai
peluang untuk melakukan aktivitas pekerjaan di Pelabuhan
Pontianak
ternyata
umumnya
responden
mengatakan
sangat
berpeluang untuk melakukan aktivitas di Pelabuhan Bira, dan
mereka tahu bahwa beberapa peluang bisnis dapat dilakukan di
sekitar Pelabuhan, termasuk berdagang serta berbagai peluang
lainnya. Dan yang cukup berminat ternyata diidentifikasi adalah
yang memang memiliki aktivitas di sekitar Pelabuhan dengan tingkat
pendidikan yang kurang memadai, sedangkan bagi kelompok
responden yang memiliki pekerjaan formal mengatakan tidak
berminat.
Untuk lebih mempermudah peneliti dalam menyimpulkan hasil
kuesioner
yang
di
lakukan
dengan
menggunakan
metode
crosstabulation dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi maka hasil
analisis dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.6. Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat
Faktor
Pengaruh
Sosial
Variabel
Ekonomi
Indikator
Frekuensi
Persentase
Bobot
Sangat Berpengaruh
73
73
4
Tingkat
Berpengaruh
27
27
2
Pendapatan
Cukup Berpengaruh
-
-
-
Tidak Berpengaruh
-
-
-
Sangat Berpengaruh
67
67
4
Relokasi
Sosial
Tingkat
Berpengaruh
17
17
1
Ekonomi
Pendidikan
Cukup Berpengaruh
6
6
1
-
-
Pelabuhan
Pontianak
Tidak Berpengaruh
-
26
Sangat Berpeluang
67
67
4
Peluang
Berpengaruh
15
15
1
Pekerjaan
Cukup Berpengaruh
12
12
1
Tidak berminat
6
6
1
Sumber : Hasil Analisis 2018
Tabel 4.7. Rekapitulasi Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Variabel Sosial Ekonomi Masyarakat di
Sekitar Pelabuhan Pontianak
Faktor yang
Variabel
Indikator
Nilai
Standar Nilai
Nilai
Kesimpulan
mempengaruhi
hasil
Pengaruh
Bobot
kondisi sosial
Crosst
Ekonomi
Ab
masyarakat
(%)
73
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
67
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
67
66,67 – 88,88
4
Berpengaruh
Tingkat
Pendapatan
Tingkat
Sosial
Relokasi
Pelabuhan
Ekonomi
Pendidikan
Pontianak
Peluang
Pekerjaan
Sumber : Hasil Analisis 2018
27
Dari hasil rekapitulasi penilaian koesioner berdasarkan beberapa indikator yang di tampilkan
pada table 26 diatas maka ditarik kesimpulan dengan akumulasi nilai responden yang di dapat, maka
diketahui faktor yang sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi masyarakat sekitar lokasi
pelabuhan adalah tingkat pendapatan, dimana rata-rata masyarakat sekitar Pelabuhan memiliki
tingkat pendapatan yang relative tinggi, yaitu umumnya berpendapatan Rp. 1.500.000 – 2.500.000/
bulan, hal ini terlihat bahwa tingkat pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
dan mata pencaharian sangat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat karena padatnya aktifitas
pelabuhan sehingga masyarakat banyak yang bekerja di sekitar pelabuhan baik itu berdagang atau
menawarkan jasa, serta bekerja sebagai buruh di kawasan pelabuhan. Dalam perkembangan wilayah,
keberadaan Pelabuhan Pontianak juga memegang peranan penting dalam mengembangkan wilayah
Kota Pontianak baik dari segi infrastruktur, sarana dan prasarana dan sistem transportasi.
28
BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Sesuaipembahasan mengenai pengaruh Relokasi Pelabuhan Pontianak terhadap Ekonomi
Provinsi Kalimantan Barat, maka beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Relokasi Pelabuhan Pontianak mempengaruhi Ekonomi Provinsi Kalimantan Barat Terutama
Masyarakat Dikota Pontianak, selain itu mengurangi permasalahan Lalu lintas yang terjadi di Kota
Pontianak. Relokasi Pelabuhan Pontianak mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat baik dalam
pendapatan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian, masyarakat yang diharapkan mampu
memenuhi segala kebutuhan dan mencapai kesejahteraan bagi masyarakat di Provinsi Kalimantan
Barat Khusus nya di Kota Pontianak yang Merupakan Ibukota dari Provinsi Kalimantan Barat ini,
dengan demikian adanya Relokasi pelabuhan memberikan peluang dan pengaruh bagi para
pedagang untuk melakukan aktivitas mengais rejeki dalam bentuk berdagang dan sebagainya.
Berdasarkan analisis, kriteria utama dari pelabuhan yang dapat dijadikan pintu masuk impor
produk industri berturut-turut mulai dari yang paling prioritas adalah
(1) kriteria Keamanan, Ketahanan, dan Pelayanan Pelabuhan,
(2) kriteria Ketersediaan Sumberdaya Manusia,
(3) kriteria Fasilitas Pelabuhan Laut ,
(4) kriteria Proteksi terhadap Produk Lokal , dan
(5) kri