Bela Negara (1) negara-negara budaya negara-negara budaya negara-negara budaya

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang plural yang didalamnya terdapat

berbagai macam keragaman baik dari suku, agama, ras, maupun antar
golongan.

Perbedaan

itu

membuat

seseorang

akan


berusaha

berkomunikasi dan beradaptasi dengan sekelompok orang yang berbeda
budayanya, khususnya Provinsi Bali yang kita ketahui sebagai salah satu
Provinsi yang memiliki kekayaan wisata budaya yang cukup lengkap,
sehingga Bali menjadi sebuah pulau yang dilirik banyak wisatawan
mancanegara.
Bahkan keberadaan wisata budaya di Bali membuat Bali lebih
banyak dikenal oleh wisatawan mancanegara daripada nama negara
Indonesia sendiri. Kekayaan wisata budaya yang dimiliki oleh Bali juga
diikuti dengan kekayaan prosesi adat yang juga dikagumi wisatawan.
Menyadari makna kebudayaan di Indonesia sebagai perekat bangsa
dalam konteks bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bukanlah suatu
wacana

mengada-ada

tanpa

makna


produktivitas.

Kenyataannya,

kebudayan yang mengakar berupa seni dan tradisi masih segar di
masyarakat pedesaan dan perkauman etnik yang memiliki konteks tata
nilainya sendiri. Budaya yang masih hidup segar dalam konteks ideologi
masyarakat pedesaan harus didekati secara objektif berdasarkan tata nilai
mereka. Artinya budaya yang terdiri atas seni tradisi, baik jenis seni statis
maupun dinamis mengandung nilai tersendiri yang secara signifikan
berpengaruh terhadap perkembangan sosial masyarakat pemiliknya.
Bahkan budaya seringkali mengalami perubahan, mengalami signifikansi
bagi kepentingan masyarakat itu sendiri, yakni sejalan dengan perubahan
struktur sosialnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa budaya
Indonesia memiliki peran dan fungsi dalam kehidupan sosial dan

1

2


kebudayaan, karena itu dapat menjadi salah satu komponen bela negara
dan pertahanan nasional.
Bela negara yang sekarang ini dapat kita pahami secara fisik
maupun non fisik. Bela negara secara fisik adalah warga negara yang
maju perang dengan memanggul senjata, sedangkan bela negara non
fisik adalah bela negara yang dilakukan oleh warga negara dengan tidak
angkat senjata, melainkan melalui sikap cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, rela berkorban, dan yakin akan Pancasila
sebagai ideologi negara, serta taat pada aturan hukum yang berlaku. Oleh
karena itu, kajian tentang makna bela negara dapat dipahami pula dari
berbagai aspek (perspektif), diantaranya aspek wilayah, aspek hukum
kewarganegaraan, dan aspek ketahanan nasional.
Dalam perspektif wilayah, makna bela negara sebagai suatu sikap
dan tindakan dari orang-orang (penduduk) dari manapun asalnya
(asli/pendatang) yang menetap di wilayah tertentu untuk menjaga,
melindungi, dan bertanggungjawab untuk keberlangsungan wilayahnya.
Dalam perspektif hukum kewarganegaraan, makna belanegara terkait
dengan status hukum warga negara (WNI dan WNA), artinya yang berhak
dan wajib membela negara adalah warga negara Indonesia (WNI). Dalam

konteks dengan aspek ketahanan nasional, makna bela negara menjadi
sikap dan tindakan yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan suatu
bangsa dan negara dalam menjaga dan melindungi wilayah negara
secara keseluruhan.
Budaya lokal Bali sebagai salah satu unsur kebudayaan Nasional
perlu direinterpretasi dan direposisi untuk membangkitkan semangat bela
negara demi kokohnya ketahanan nasional. Fakta bahwa kebudayaan
nasional yang berasal dari puncak-puncak kebudayaan daerah, ternyata
memang memiliki daya bangkit terhadap semangat bela negara. Nilai
budaya yang dimiliki oleh setiap masyarakat memiliki kekayaan yang
begitu besar nilainya, akan tetapi seiring perkembangan zaman upaya
pelstariannya pun mulai luntur yang dipengaruhi oleh faktor eksternal
maupun faktor internal masyarakat itu sendiri. Budaya Bali memiliki

Universitas Pertahanan

3

banyak potensi nilai demokrasi yang sampai sekarang tetap menjadi
dasar kehidupan masyarakat Bali. Kebudayaan Bali menyimpan banyak

potensi nilai-nilai demokrasi yang hingga kini masih dijadikan pegangan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Kebudayaan Bali pada hakikatnya dilandasi oleh nilai-nilai yang
bersumber pada ajaran agama Hindu. Masyarakat Bali mengakui adanya
perbedaaan (rwa bhineda), yang sering ditentukan oleh faktor ruang
(desa), waktu (kala) dan kondisi riil di lapangan (patra). Konsep desa,
kala, dan patra menyebabkan kebudayaan Bali bersifat fleksibel dan
selektif dalam menerima dan mengadopsi pengaruh kebudayaan luar.
Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa komunikasi dan interaksi antara
kebudayaan Bali dan budaya luar seperti India (Hindu), Cina, dan Barat
khususnya di bidang kesenian telah menimbulkan kreatifitas baru dalam
seni rupa maupun seni pertunjukkan. Tema-tema dalam seni lukis, seni
rupa dan seni pertunjukkan banyak dipengaruhi oleh budaya India.
Kebudayaan

Bali

sesungguhnya

menjunjung


tinggi

nilai-nilai

keseimbangan dan harmonisasi mengenai hubungan manusia dengan
Tuhan (parhyangan), hubungan sesama manusia (pawongan), dan
hubungan manusia dengan lingkungan (palemahan), yang tercermin
dalam ajaran Tri Hita Karana (tiga penyebab kesejahteraan). Apabila
manusia mampu menjaga hubungan yang seimbang dan harmonis
dengan ketiga aspek tersebut maka kesejahteraan akan terwujud. Selain
nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, dalam kebudayaan Bali juga
dikenal adanya konsep tri semaya yakni persepsi orang Bali terhadap
waktu. Menurut orang Bali masa lalu (athita), masa kini (anaghata) dan
masa yang akan datang (warthamana) merupakan suatu rangkaian waktu
yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya. Kehidupan manusia pada
saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat
ini juga menentukan kehidupan di masa yang akan datang. Dalam ajaran
hukum karma phala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu
perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik.


Universitas Pertahanan

4

Demikian pula sebaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya juga buruk atau
tidak baik bagi yang bersangkutan.
Perkembangan pariwisata berpengaruh positif dan signifikan
terhadap budaya lokal, dimana terlihat pada pariwisata dapat memacu
motivasi kreativitas seni para pematung untuk berkarya lebih inovatif dan
lebih variatif sesuai dengan kebutuhan pariwisata dan meningkatnya
persaingan bisnis, dapat mengetahui budaya dari berbagai negara
terutama melalui berbagai pesanan karya seni selain yang di hasilkan oleh
masyarakat lokal dan berpengaruh negatif, yang terlihat pada masyarakat
yang dulunya hidup sederhana menjadi pola hidup konsumtif, di mana
masyarakatnya hampir semua menerapkan pola hidup mewah dan pola
hidup

instan


dalam

mengejar

prestise,

dan

berkurangnya

sifat

kebersamaan karena adanya pengaruh budaya barat terutama tuntutan
dari pengerjaan kerajinan modern yang lebih bersifat individual tidak
seperti dalam pengerjaan kerajinan tradisional yang lebih bersifat komunal
atau secara berkelompok.
Menurut Koentjaraningrat (2002), Nilai-nilai itu yang merupakan
lapisan pertama yaitu ide-ide yang mengkonsepsikan hal-hal yang paling
substantif dalam kehidupan bermasyarakat, kemudian diikuti dengan
lapisan yang lebih konkrit yaitu norma dan hukum akan banyak

menentukan corak kehidupan demokrasi masyarakat. Oleh karena itu,
Setiap Negara termasuk pelajar wajib menjaga toleransi di tengah
keberagaman, sebagai salah satu bentuk bela Negara. Anak muda untuk
berpegang teguh pada nilai-nilai budaya dalam aktivitas kesehariannya di
tengah masyarakat.
Bela negara adalah modal dasar yang seharusnya dimiliki oleh setiap
warga negara dimanapun mereka berada, hal ini sejalan dengan amanat
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 3 yang menegaskan bahwa
Tiap-tiap warganegara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan Negara, yang diperkuat oleh Undang-Undang Nomor 3 tahun
2002 tentang Pertahanan Negara pasal 9 ayat 1 berbunyi “setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang

Universitas Pertahanan

5

diwujudkan

dalam


penyelenggaraan

pertahanan

negara.

Pada

hakekatnya cinta tanah air dan bangsa adalah kebanggaan menjadi
salah satu bagian dari tanah air dan bangsanya yang berujung ingin
berbuat sesuatu yang mengharumkan nama tanah air dan bangsa. Rasa
cinta tanah air dapat ditanamkan kepada anak sejak usia dini agar rasa
terhadap cinta tanah air tertananam di hatinya dan dapat menjadi manusia
yang dapat menghargai serta membela bangsa dan negaranya.
Menurunnya rasa nasionalisme dan semangat Bela Negara diikuti
semakin lemahnya ketahanan budaya bagi remaja Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang harus mendapat perhatian penting sehingga
perwujudan ketahanan budaya serta sikap Bela Negara yang kokoh bagi
siswa siswi SMA dapat dipertahankan. Dalam beberapa tahun terakhir

Pemerintah

Pusat

bersama

Pemerintah

Daerah

(Pemda)

telah

melaksanakan program Bela Negara bagi kaum muda di Bali dengan
harapan dapat menambah rasa nasionalisme dan patriotisme generasi
muda di seluruh daerah Indonesia. Meski harus diakui banyak orang
Indonesia yang cerdas secara akademik, tetapi terbelakang secara emosi,
sehingga berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia
secara keseluruhan.
Penyebab lain, selama ini belum ada pendidikan karakter siswa
dalam kurikulum pendidikan nasional tetapi yang ada hanya pengajaran
pengetahuan karakter yang tertuang dalam mata pelajaran agama dan
kewarganegaraan

dan

Pancasila.

Kalaupun

selama

ini

orientasi

pendidikan Indonesia hanya memperoleh nilai bagus, maka tidak aneh
bila terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan perilaku masyarakatnya.
Dimungkinkan akar permasalahan dari krisis berat yang melanda
Indonesia adalah karena permasalahan hancurnya karakter bangsa.
Semua kondisi di atas membuktikan bahwa tujuan mendasar pendidikan
nasional untuk membuat manusia yang baik dan pintar belum tercapai.
Memudarnya

rasa

nasionalisme

dapat

mengancam

dan

menghancurkan bangsa Indonesia. Hal itu terjadi karena ketahanan
nasional akan menjadi lemah dan dapat dengan mudah ditembus oleh

Universitas Pertahanan

6

pihak luar. Bangsa Indonesia sudah dijajah sedari dulu sejak rasa
nasionalisme pemuda memudar. Bukan dijajah dalam bentuk fisik, namun
dijajah secara mental dan ideologi. Banyak sekali kebudayaan dan paham
barat yang masuk ke dalam bangsa Indonesia. Banyak budaya dan
paham barat yang berpengaruh negatif dapat dengan mudah masuk dan
diterima oleh bangsa Indonesia. Dengan terjadinya hal itu, maka akan
terjadi akulturasi, bahkan menghilangnya kebudayaan dan kepribadian
bangsa yang seharusnya menjadi jati diri bangsa.
Kecenderungan

penurunan

sikap

bela

negara

di

sebagian

masyarakat kita khususnya remaja sudah cenderung mengkhawatirkan,
dan apabila kondisi ini terus berlangsung tanpa ada solusi dan upaya
yang signifikan tidak menutup kemungkinan dalam waktu yang tidak
terlalu lama negara Indonesia akan mengalami persoalan-persoalan yang
serius yang dapat mengancam keutuhan dan kedaulatan NKRI, oleh
sebab itu perlu adanya kajian yang mendalam untuk dapat menemukan
solusi guna menyelamatkan remaja sebagai generasi penerus bangsa
dari degradasi nilai dan moral tentang wawasan kebangsaan yang
semakin dalam dan mengikis rasa kecintaan terhadap tanah air.
Semangat bela negara yang tinggi dalam diri warga negara menjadi
kekuatan negara dan dapat mempererat rasa persatuan di antara
penduduk Indonesia yang saling berbhineka tunggal ika, menjaga dan
membentengi remaja dari pengaruh-pengaruh negatif yang semakin
berkembang.
Di tengah beberapa kekurangan yang terjadi di lingkungan
kehidupan

bangsa

Indonesia,

hal

lain

yang

diharapkan

masih

berkontribusi positif terhadap kelangsungan pembinaan sikap bela negara
bagi masyarakat adalah budaya bangsa dari tiap lokal daerah, dimana
masing-masing daerah dengan berbagai perbedaan budaya yang ada
namun tidak mengurangi rasa kebersamaan dan persatuan antar sesama
bangsa Indonesia. Hal tersebut berangkat dari perkembangan jaman
kondisi sikap bela negara masyarakat Indonesia telah mengalami fluktuasi
yang

sedemikian

rupa

dan

bahkan

ada

beberapa

yang

sudah

Universitas Pertahanan

7

mengkhawatirkan. Kontribusi Budaya Bali terhadap sikap bela negara
dalam penelitian ini akan dilihat dari dua aspek yaitu pertama dari aspek
kekuatan tradisi Bali yang berisi tradisi dimana Tradisi bagi masyarakat di
Bali pada dasarnya bersifat dinamis, karena berisi nilai-nilai serta kaidahkaidah yang dapat menjawab tantangan. Sangat diperlukan untuk
menghindari tradisionalisme, yaitu sikap atau pandangan yang menuju
dan mempertahankan peninggalan masa lalu secara berlebihan atau tidak
wajar. Tradisi merupakan Ketahanan Sosial yang akan mempengaruhi
Ketahanan Nasional khususnya sikap bela negara ancaman serta upaya
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala daya
dan upaya.
Kedua dari tingkat pendidikan, terutama remaja siswa siswi SMA
sebab pendidikan merupakan bagian dari budaya dan berkontribusi positif
terhadap sikap bela negara generasi muda bangsa. Melalui pendidikan
masyarakat akan memperoleh kemampuan untuk menilai tentang
kesadaran bela negara yang masih sesuai atau tidak terhadap
perkembangan jaman.
Dari penelitian-penelitian di bidang bela negara yang telah
dilakukan oleh sivitas akademika Universitas Pertahanan Indonesia sejak
tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, ditemukan bahwa kecenderungan
masyarakat Indonesia belum memahami apa yang disebut dengan bela
negara serta apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka sebagai bagian
dari masyarakat dan bangsa Indonesia dalam pembelaannya terhadap
negara. Karena itulah dalam penelitian kali ini akan diambil topik berupa
“Pengaruh Pendidikan Bela Negara dan Budaya Asing Terhadap
Karakteristik Budaya Lokal Pada Siswa SMA” dengan melihat dari
dilihat dari aspek kekuatan budaya lokal Bali terhadap ancaman budaya
asing dan aspek pendidikan bela negara bagi siswa siswi SMA di
Kabupaten Bangli. Aspek tersebut merupakan bagian dari aspek
Kebudayaan Nasional sebagai salah satu pendukung terwujudnya sikap
Bela negara.

Universitas Pertahanan

8

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan gambaran dari isi pokok yang

dibahas

dalam

penelitian.

Rumusan

masalah

berfungsi

untuk

menegaskan hal-hal utama dari suatu masalah serta rumusan-rumusan
yang menjadi tolak ukur pencarian data. Oleh karena itu, berdasarkan dari
latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah-masalah pokok yang
ingin dijawab dalam penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana Pengaruh Pendidikan Bela Negara terhadap Budaya
Lokal Siswa SMA di Kabupaten Bangli?
b. Bagaimanakah Pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Lokal
siswa SMA di Kabupaten Bangli?
1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan Penelitian tentang kontribusi budaya lokal terhadap

sikap bela negara di Provinsi Bali maka penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang :
a. Untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Bela Negara terhadap
Budaya Lokal Siswa SMA di Kabupaten Bangli
b. Untuk mengetahui pengaruh Budaya Asing terhadap Budaya Lokal
Siswa SMA di Kabupaten Bangli
Signifikansi

penelitian

ini

tentang

sejauh

mana

pengaruh

pendidikan bela Negara yang diberikan di sekolah bagi siswa siswi SMA di
Kabupaten Bangli dalam menghadapi tantangan globalisasi dan budaya
asing serta bagaimana kontribusi budaya lokal turut serta membentuk
karakter remaja dalam kehidupannya sehingga memiliki prilaku bela
negara yang sekaligus mampu menghadapi tantangan globalisasi serta
dapat memberikan rekomendasi yang tepat kepada pihak terkait dalam
rangka meningkatkan peran serta bangsa dalam bela negara dan dapat
menjadi kekuatan untuk membangun bangsa dan negara Indonesia yang
lebih maju dan beradab.

Universitas Pertahanan

9

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan pemikiran di bidang kajian bela negara,
terutama yang berkaitan dengan pendidikan bela negara pada
siswa SMA.
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi
dibidang karya ilmiah yang dapat mengembangkan materi kajian
Bela Negara.
c. Penelitian ini merupakan pembelajaran dalam menerapkan teori
yang

diperoleh,

sehingga

dapat

menambah

pengetahuan,

pengalaman, dan dokumentasi ilmiah.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti dalam
teori dan praktik penelitian ilmiah di bidang kajian bela Negara.
b. Hasil penelitian dapat memberikan jawaban atas permasalahanpermasalahan yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian
ini.
c. Meningkatkan wawasan dalam mengembangkan pengetahuan bagi
peneliti akan permsalahan yang diteliti dan dapat dipergunakan
sebagai bahan masukan pengetahuan bagi para pihak terkait
dengan permasalahan dalam penelitian ini.
1.5

Ruang Lingkup dan Gambaran Desain Penelitian

1.5.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah studi manajemen pertahanan
dengan topik kajian pengaruh pendidikan bela Negara dan budaya asing
terhadap karakteristik budaya lokal siswa SMA, Sedangkan gambaran
desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan
melakukan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengumpulkan
data primer dan juga observasi di lapangan. Selain itu pengumpulan data
sekunder dilakukan dengan mengumpulkan artikel, jurnal dan tulisan
lainnya yang terkait dengan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan
dalam penelitian akan disusun dengan uraian sebagai berikut:
Universitas Pertahanan

10

BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tetang gambaran yang bersifat umum yang
terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan
signifikansi penelitian, manfaat penelitian, serta ruang lingkup dan
gambaran desain penelitian.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang terdiri dari
peneltian terdahulu, uraian teoritori yang relevan dengan penelitian,
dan kerangka pemikiran yang menjadi acuan dalam penelitian.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab in menjelasan cara yang digunakan dalam mengumpulkan
data penelitian yang diperlukan dalam menganalisis masalah
penelitian. Selain itu, pada bagian ini dijelaskan pula tenik dalam
menganalisis asil penelitian serta lokasi dan jadwal penelitian.
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan gambaran umum subjek yang akan diteliti,
analisis data hasil penelitian dan pembahasan penelitian dengan
merujuk pada teori dan konsep yang dijelaskan pada Bab 2.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjelaskan hasil analisis yang berupa jawaban atas
pertanyaan penelitian. Selanjutnya, rekomendasi dalam penelitian
dituangkan dalam saran teoritis dan saran praktis.
1.5.2 Gambaran Desain Penelitian
Pada penelitian ini menjelaskan pola gambaran singkat penelitian
yaitu

menggunakan

pendekatan

kuantitatif

dengan

metode

deskriptif analisis. Sumber data/subjek/objek penelitian dengan
penjelasan mengenai jenis data yang diambil baik primer yaitu
dengan melakukan pengisian kuesioner oleh Responden terkait
penelitian ini ataupun sekunder yang berupa data dan dokumen
terkait dalam penelitian ini.

Universitas Pertahanan

11

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1

Tinjauan pusaka

2.1.1

Konsep Bela Negara
Suatu negara akan selalu menghadapi berbagai rintangan baik

yang datang dari dalam dan luar negeri, bersifat langsung maupun tidak
langsung dalam mencapai tujuan nasionalnya. Semua rintangan yang ada
harus dihadapi oleh seluruh rakyatnya tanpa terkecuali sesuai dengan
kemampuan dan profesinya masing-masing. Sebagai bangsa yang besar
dan kuat negara Indonesia harus mampu untuk mempertahankan
eksistensinya baik dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi, sosial
budaya maupun kedaulatannya. Dalam hal mempertahankan kedaulatan
diperlukan adanya kerjasama yang baik antara warga negara dan
pemerintah melalui pertahanan negara. Jika antara warga negara dan
pemerintah saling menjalankan hak dan kewajibannya dengan baik, maka
eksistensi kedaulatan negara akan tetap terjaga.
1.

Pengertian dan Makna Bela Negara
Upaya bela negara dapat dilakukan oleh seluruh rakyat melalui

pengabdian sesuai dengan profesinya yang pada hakikatnya kegiatan
pembelaan

negara

merupakan

usaha

dari

warga

negara

untuk

mewujudkan ketahanan nasional (Winarno, 2010).
Di dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara pasal 1
ayat 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pertahanan negara
adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara,
keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan
segenap bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara. Kegiatan pertahanan negara dapat dilaksanakan oleh semua
warga negara Indonesia tanpa terkecuali melalui upaya bela negara.
Bela negara sering kali dikaitkan dengan militer atau militerisme,
yang

menggambarkan

bahwa

seolah-olah

tanggung

jawab

untuk

Universitas Pertahanan

12

membela negara hanya terletak di tumpuan Tentara Nasional Indonesia
(TNI). Padahal bela negara merupakan tanggung jawab dari semua warga
negara. Untuk memperjelas mengenai pengertian dan tanggung jawab
dari bela negara maka dijelaskan dari berbagai sumber berikut ini :
a. Bela negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara (UU No.
3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara).
b. Bela negara atau pembelaan negara adalah tekad, sikap dan
tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara (Kaelan, 2007).
c. Bela

negara

adalah

upaya

setiap

warga

negara

untuk

mempertahankan Republik Indonesia terhadap ancaman, baik dari
luar maupun dalam negeri (Winarno, 2010).
d. Bela negara adalah tekad, sikap, dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh
kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara
Indonesia, serta berkeyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai
Ideologi Negara dan kerelaan berkorban guna meniadakan setiap
ancaman, baik dari luar negeri maupun dari dalam neger, yang
membahayakan kemerdekaan dan kedaulatan negara, kesatuan
dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional
serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Darmadi, 2010).
Dari pengertian di atas, upaya bela negara atau pembelaan negara
sangat erat sekali kaitannya dengan kenyakinan dari setiap warga Negara
akan Pancasila dan UUD 1945 sebagai dasar dan konstitusi negara dan
sebagai wujud pengamalan dari hal tersebut. Pengamalan tersebut juga
tidak bisa lepas kaitannya antara kecintaan akan tanah airnya yang
ditunjukkan dalam hal pembelaan negara.

Universitas Pertahanan

13

Berbagai wujud dari usaha bela negara atau pembelaan negara adalah
kesiapan dan kerelaan setiap warga negara untuk berkorban demi
mempertahankan kemerdekaan, kedaulatan negara, persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yurisdiksi
nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.
Aturan maupun dasar hukum yang jelas mengenai hak dan
kewajiban dari setiap warga negara untuk ikut serta dalam hal pembelaan
negara atau bela negara telah tertuang jelas dalam berbagai peraturan,
baik itu Undang-Undang Dasar 1945 maupun Undang-Undang. Berbagai
peraturan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Di dalam amandemen UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan
bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
b. Pasal 30 UUD 1945 pasal 1 dan 2 secara lengkap sebagai berikut.
1) Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.
2) Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui
sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara
Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
sebagai

kekuatan utama, dan

rakyat sebagai

kekuatan

pendukung.
c. Selain itu dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
dalam pasal 9 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
d. Undang-Undang No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
pasal 2, yaitu Hakikat pertahanan negara adalah segala upaya
pertahanan bersifat semesta yang penyelenggaraannya didasarkan
pada kesadaran hak dan kewajiban warga negara serta kenyakinan
pada kekuatan sendiri.
e. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pasal 68 menjelaskan bahwa setiap warga negara ikut serta dalam

Universitas Pertahanan

14

upaya pembelaan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Berbagai undang-undang yang merupakan pelaksanaan dari pasal
30 UUD 1945 mengenai Pertahanan dan Keamanan Negara sebagai
berikut.
1) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia, dalam pasal 30 ayat 4. Polri sebagai alat
negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat
dan bertugas melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat
serta menegakkan hukum (Sunarso, 2006).
2) Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara,
dalam pasal 9 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara.
3) Undang-Undang No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional
Indonesia, pasal 30 ayat 3. TNI terdiri atas Angkatan Darat,
Angkatan Laut dan Angkatan Udara sebagai alat negara
bertugas mempertahankan dan memelihara keutuhan dan
kedaulatan negara (Sunarso, 2006).
Sesuai dengan amandemen UUD 1945 pasal 27 ayat 3
menjelaskan bahwa usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban
setiap warga negara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalam
pembelaan negara yang mencakup dua arti. Pertama, bahwa setiap
warga negara turut serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan
negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945
dan perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap warga
negara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai
dengan kemampuan dan profesinya masing-masing (Sukaya, 2002). Dari
uraian di atas membuktikan bahwa upaya bela negara tidak hanya
dilakukan dalam bentuk fisik (perlawanan bersenjata), akan tetapi
dilakukan melalui non-fisik (hukum, pendidikan, diplomasi) serta dapat
dilakukan dengan bekerja dengan baik dan tulus demi kemajuan bangsa,

Universitas Pertahanan

15

turut serta dalam mengharumkan nama bangsa, maupun bangga untuk
menjadi Indonesia dengan menggunakan produksi dalam negeri.
2.

Pembelajaran Pendidikan Bela Negara
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran
(Hamalik, 2007). Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 (UU
Sisdiknas) pembelajaran diartikan sebagai proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pengertian lain dari Pendidikan Bela Negara adalah pendidikan
dasar bela negara guna menumbuhkan kecintaan pada tanah air,
kesadaran

berbangsa

dan

bernegara

Indonesia,

keyakinan

akan

kesaktian Pancasila sebagai Ideologi negara, kerelaan berkorban untuk
negara serta memberikan kemampuan awal bela negara (Darmadi, 2010).
Jadi dapat disimpulkan pembelajaran Pendidikan Bela Negara adalah
suatu proses interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan pendidik
dalam aktivitas belajar mengajar yang mengkaji materi dasar-dasar bela
negara dengan tujuan menumbuhkan kesadaran bela negara kepada
peserta didik.
3.

Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
Tujuan Pendidikan Bela Negara tidak dapat lepas dari tujuan

pendidikan nasional, sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun
2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggungjawab (pasal 3 UU No. 20 tahun
2003).

Pendidikan
melaksanakan

Pendahuluan

upaya

dari

Bela

pertahanan

Negara
dan

ditujukan
keamanan

untuk
negara

Universitas Pertahanan

16

(Hankamneg), bahwa salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya
Hankamneg yaitu dengan mengikuti Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara (PPBN) yang tidak dapat terpisahkan dari Sistem Pendidikan
Nasional. Dengan dilaksanakannya Pendidikan Bela Negara di lingkungan
sekolah maupun di luar lingkungan sekolah akan dihasilkan warga negara
yang cinta tanah air, rela berkorban demi bangsa dan negara, yakin akan
kesaktian Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak
dan

kewajiban

sebagai

warga

negara

yang

bertanggungjawab.

Diselenggarakannya Pendidikan Pendahuluan Bela Negara ini tidak lepas
dari tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk menghadapi era globalisasi
yang dapat mengancam eksistensi dan integritas bangsa Indonesia, yaitu
dengan mendapatkan Pendidikan Bela Negara manusia Indonesia
diharapkan akan dapat menjadi manusia yang berkualitas, yakni manusia
yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan yang
dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan integritas bangsa (Subagyo,
2004).
Penyelenggaraan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara tidak saja
ditujukan untuk menghasilkan kualitas manusia Indonesia yang dapat
mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk mempertahankan dan
membela bangsa, negara dan tanah air, tetapi juga memberikan bekal
sebagai

warga

negara

Indonesia

yang

baik,

terutama

dalam

mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan negara
serta

membangkitkan

kehidupan

bangsa

dan

negara

serta

membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut
tanggungjawab serta turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional
guna mewujudkan suatu masyarakat yang tata tentrem kertaraharja
(Subagyo, 2004). Pada hakikatnya Pendidikan Bela Negara bertujuan
untuk menumbuhkan :
a. Kecintaan kepada tanah air
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia
c. Keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara
d. Kerelaan berkorban untuk negara

Universitas Pertahanan

17

e. Memiliki kemampuan awal bela negara (Subagyo, 2004).
Secara khusus sasaran yang hendak dicapai dari Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara adalah membentuk generasi penerus bangsa
atau peserta didik agar sadar akan perannya sebagai tunas bangsa dan
kader bangsa dimasa mendatang, mengenal dan mencintai tanah air, rela
memberikan kehormatan martabat bangsa dan negara, memiliki watak
dan sikap kejuangan dan ksatria (Subagyo, 2004)
Tujuan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara dapat di bedakan
menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, seperti yang telah
dijelaskan oleh Darmadi (2010) adalah sebagai berikut.
a. Tujuan umum adalah mewujudkan warga negara Indonesia yang
memiliki tekad, sikap, dan tindakan yang teratur, menyeluruh,
terpadu dan berlanjut guna meniadakan setiap ancaman baik dari
luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan Kemerdekaan
dan Kedaulatan Negara, kesatuan dan Persatuan Bangsa,
keutuhan wilayah dan yurisdiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945.
b. Tujuan khusus ditujukan melalui gerakan Pramuka yang mana
bertujuan agar para pelatih dan Pembina Pramuka dapat
meningkatkan upaya pembinaan secara lebih efektif dan efisien
dengan sasaran yang lebih konkrit demi terciptanya generasi muda
yang sehat, cerdas dan berkarakter (Darmadi, 2010).
4.

Implementasi Bela Negara
Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini implementasi bela

negara tidak dilakukan dengan mempersenjatai seluruh rakyat secara fisik
untuk mengadakan perlawanan fisik melainkan merupakan keikutsertaan
warga negara melalui bidang profesinya masing-masing. Dengan kata lain
implementasi bela negara dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
melalui bidang profesi atau pekerjaan masingmasing.
Upaya dari bela negara yang merupakan hak dan kewajiban setiap
warga negara, dapat diimplementasikan dalam berbagai lingkungan di

Universitas Pertahanan

18

masyarakat,

seperti

telah

dijelaskan

oleh

Subagyo, dalam buku

Pendidikan Kewarganegaraan berikut.
a. Lingkungan Pendidikan (pendidikan formal) Implementasi upaya
bela negara dalam lingkungan pendidikan formal dilakukan melalui
Pendidikan

Pendahuluan

mempersenjatai

warga

Bela

Negara,

yang

negara secara psikis/mental

bertujuan
dengan

ideologi Pancasila, kecintaan pada tanah air, kerelaan berkorban
untuk bangsa, negara serta kesadaran akan hak dan kewajibannya
sebagai warga negara yang bertanggungjawab.
b. Lingkungan pekerjaan (pendidikan nonformal) Sasaran utamanya
adalah

membentuk

karyawan

yang

selalu

mengutamakan

persatuan dan kesatuan bangsa, memiliki motivasi kerja yang
tinggi, memiliki disiplin dan produktivitas yang tinggi pula sesuai
profesinya masing-masing.
c. Lingkungan pemukiman (pendidikan informal) Sasaran yang ingin
dicapai adalah membentuk masyarakat yang dapat memahami
nilai-nilai perjuangan bangsa. Mencintai tanah air dan rela
berkorban serta mempunyai kemampuan awal bela negara,
memiliki persatuan dan kesatuan bangsa yang diwujudkan dalam
kehidupan secara gotong-royong, sehat, bersih, tertib dan aman,
pelestarian lingkungan disetiap pemukiman (Subagyo, 2004).
Konsep mengenai bela negara dapat diuraikan menjadi dua yaitu
secara fisik dan non fisik, maka keikutsertaan warga negara dalam upaya
bela negarapun dapat dilakukan dengan dua cara yaitu bela negara
secara fisik dan bela negara secara nonfisik. Bela negara secara fisik
sesuai dengan UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara dapat
dilaksanakan oleh seluruh warga negara dengan menjadi anggota Tentara
Nasional Indonesia dan mengikuti Pelatihan Dasar Kemiliteran yang
diselenggarakan melalui program Rakyat Terlatih (Ratih). Program Rakyat
terlatih dapat diikuti oleh seluruh warga negara dalam berbagai
lingkungan, seperti lingkungan kampus dan masyarakat. Berbagai unsur
dari dari rakyat terlatih adalah, Resimen Mahasiswa (Menwa), Perlawanan

Universitas Pertahanan

19

Rakyat (Wanra), Pertahanan Sipil (Hansip), Mitra Babinsa dan Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda. Dalam UU No. 3 tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara
dapat

dilakukan

secara

non

fisik,

yaitu

melalui

pendidikan

kewarganegaraan dan pengabdian sesuai dengan profesi. Keikutsertaan
dalam bela negara dapat dilakukan dengan cara :
1) Meningkatkan kesadran berbangsa dan bernegara, dengan
menghayati

arti

demokrasi,

menghargai

perbedaan

pendapat, dan tidak memaksakan kehendak.
2) Menanamkan kecintaan pada tanah air.
3) Berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara
dengan berkarya nyata (bukan retorika).
4) Meningkatkan

kepatuhan

dan

kesadaran

terhadap

hukum/undangundang dan menjunjung tinggi hak asasi
manusia.
5) Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar
dapat menangkal pengaruh budaya asing. (Winarno, 2010).
2.1.2 Teori Pendidikan
Mudyahardjo (2002) menjelaskan bahwa teori pendidikan adalah
sebuah pandangan atau serangkaian pendapat ihkwal pendidikan yang
disajikan dalam sebuah sistem konsep. Pendidikan sebagai sistem
mengandung arti suatu kelompok tertentu yang setidaknya memiliki
hubungan khusus secara timbal balik

dan memiliki informasi. Sagala

(2006), mengatakan bahwa teori pendidikan adalah sebuah sistem
konsep-konsep yang terpadu, menerangkan dan prediktif tentang
peristiwa-peristiwa pendidikan. Teori pendidikan ada yang berperan
sebagai asumsi pemikiran pendidikan dan ada yang beperan sebagai
definisi menerangkan makna.
Asumsi pokok pendidikan adalah pendidikan adalah aktual artinya
pendidikan bermula dari kodisi-kondisi aktual dari individu yang belajar
dan lingkungan belajarnya, pendidikan adalah normatif artinya pendidikan

Universitas Pertahanan

20

tertuju pada mencapai hal-hal yang baik, dan pendidikan adalah suatu
proses pencapaian tujuan artiya pendidikan berupa serangkaian kegiatan
bermula dari kondisi-kondisi aktual dan individu yang belajar, tertuju pada
pencapaian individu yang diharapakan.
Teori pendidikan ini dibagi menjadi empat, yaitu pendidikan klasik,
pendidikan personal, teknologi pendidikan, dan pendidikan interaksional.
Dari ke empat teori pendidikan tersebut akan menghasilkan desain
kurikulum sendiri atau berbeda yang akan menciptakan masyarakat
sesuai dengan tujuan. Menurut Sukmadinata (1997) mengemukakan 4
(empat) teori pendidikan, yaitu:

1.

Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti

Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang
bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan
dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi
pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli
tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan,
sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik.

Universitas Pertahanan

21

2.

Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan

anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta
didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing,
pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi
menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu
suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses
aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan
yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek
akademis).
3.

Pendidikan Teknologik
Teknologi

pendidikan

yaitu

suatu

konsep

pendidikan

yang

mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan
pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya
ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah
pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan
praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori
pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus,
berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang
mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan
menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah
besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi.
Keterampilanketerampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas
pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.

Universitas Pertahanan

22

4.

Pendidikan interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang

bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang
senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya.
Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja
sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi
dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada
guru.
2.1.3 Teori Masyarakat
Masyarakat di dalam bahasa inggris disebut society, asal kata
sociotus yang berarti kawan. Adapun kata “masyarakat” berasal dari
bahasa Arab, yaitu syirk yang artinya bergaul, ini karena ada bentukbentuk

aturan

perseorangan,

hidup

yang

melainkan

bukan

oleh

disebabkan

unsur-unsur

manusia

kekuatan

lain

sebagai
dalam

lingkungan sosial yang merupakan kesatuan.
Menurut Koenjaraningrat (2002), masyarakat merupakan kesatuan
hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat
tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Sedangkan Syani (2012) mendefinisikan bahwa
masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang.
Pertama, memandang community sebagai unsur statis, artinya tertentu,
maka ia menunjukkan bagian dari kesatuan masyarakat sehingga ia dapat
pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya Kampung, dusun
atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan
wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya
hubungan sosial, nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari
adanya pergaulan hidup atau hidup bersama manusia. Kedua, community
dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses
(nya) yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar
manusia,

maka

didalamnya

terkandung

unsur-unsur

kepentingan,

keinginan atau tujuan-tujuan yang sifatnya fungsional. Menurut J.L Gilin

Universitas Pertahanan

23

dalam Syani (2012), masyarakat merupakan kelompok manusia yang
terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan persatuan yang
sama.
Menurut Soekanto (2012), ciri-ciri dari masyarakat yaitu Masyarakat
merupakan manusia yang hidup bersama, Bercampur untuk waktu yang
cukup lama, Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan dan
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan beberapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan sekumpulam
manusia (individu) yang bertempat tinggal di suatu wilayah tertentu dan
berinteraksi dalam kehidupan sosialnya.
2.1.4 Teori kearifan lokal (local wisdom)
Kearifan lokal (local wisdom) dalam disiplin antropologi dikenal juga
dengan istilah local genius meru pakan istilah yang mula pertama
dikenalkan oleh Quaritch Wales. local genius adalah juga cultural identity,
identitas/kepribadian budaya bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut
mampu menyerap dan mengolah kebudayaan asing sesuai watak dan
kemampuan sendiri Sementara Moendardjito mengatakan bahwa unsur
budaya daerah potensial sebagai local genius karena telah teruji
kemampuannya untuk bertahan sampai sekarang. Ciri-ciri kearifan lokal
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mampu bertahan terhadap budaya luar,
b. Memiliki kemampuan mengakomodasi unsur-unsur budaya luar,
c. Mempunyai kemampuan mengintegrasikan unsur budaya luar
ke dalam budaya asli
d. Mempunyai kemampuan mengendalikan,
e. Mampu memberi arah pada perkembangan budaya.
Sibarani

(2012)

menjelaskan

bahwa

kearifan

lokal

adalah

kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari
nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.
Kearifan lokal juga dapat didefinisikan sebagai nilai budaya lokal yang

Universitas Pertahanan

24

dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat
secara arif atau bijaksana. Jadi, dapat dikatakan bahwa kearifan lokal
terbentuk sebagai keunggulan budaya masyarakat setempat berkaitan
dengan kondisi geografis dalam arti luas.
Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut
secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal
tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari
periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan
lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.
Proses evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat
menjadikan kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem
pengetahuan kolektif masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis
dan damai.
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan
milik manusia dengan belajar. Salah satu unsur kebudayaan adalah
sistem religi yang di dalamnya terkandung agama dan kepercayaan.
Menurut Taylor (2006), mengenai budaya sebagai berikut Budaya atau
peradaban adalah suatu keseluruhan yang kompleks dari pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, serta kemampuankemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai
anggota masyarakat.
Pernyataaan Kroeber dan Kluckhohn dalam Alisjahbana (1986),
definisi kebudayaan dapat digolongkan menjadi 7 hal, yaitu: Pertama,
kebudayaan sebagai keseluruhan hidup manusia yang kompleks, meliputi
hukum, seni, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan lain, yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kedua, menekankan
sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagai warisan
tradisi. Ketiga, menekankan kebudayaan yang bersifat normatif, yaitu
kebudayaan dianggap sebagai cara dan aturan hidup manusia, seperti
cita-cita, nilai, dan tingkah laku. Keempat, pendekatan kebudayaan dari

Universitas Pertahanan

25

aspek psikologis, kebudayaan sebagai langkah penyesuaian diri manusia
kepada lingkungan sekitarnya. Kelima, kebudayaan dipandang sebagai
struktur, yang membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan serta
fungsinya.

Keenam,

kebudayaan

sebagai

hasil

perbuatan

atau

kecerdasan. Ketujuh, definisi kebudayaan yang tidak lengkap dan kurang
bersistem.
Tradisi atau adat-istiadat atau disebut juga adat tata kelakuan,
menurut Koentjaraningrat (2002) dapat dibagi dalam empat tingkatan,
yaitu:
a. Tingkat nilai budaya,
b. Tingkat norma-norma,
c. Tingkat hukum,
d. Tingkat aturan
Khusus tingkat nilai budaya berupa ide- ide yang mengonsepsikan
hal-hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, biasanya
berakar dalam bagian emosional dan alam jiwa manusia. Tingkat normanorma yaitu berupa nilai-nilai budaya yang sudah terkait kepada peranan
masing-masing anggota masyarakat dalam lingkungannya dan tingkat
adalah sistem hukum yang berlaku. Serta tingkat ukuran khusus yang
mengatur kegiatan-kegiatan yang jelas terbatas ruang lingkupnya dalam
masyarakat dan bersifat konkret. Dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi
adalah tata kelakuan berdasarkan ide ide sesuai norma-norma yang
berlaku pada aturan setempat dan bersifat konkret.
2.2.

Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dan relevan dengan

penelitian ini. Beberapa penelitian sebelumnya yang dijadikan bahan
acuan dari penelitian yang dilakukan, dirangkum dalam Tabel 2.1 Tabel
Penelitian Terdahulu sebagai berikut.

Universitas Pertahanan

26

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Kategori

Tohari
Tesis, Institut Agama Islam Negeri Surakarta
(2014)
Judul
Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Karanganyar Tahun 2014
Metodologi Penelitian (Deskriptif Kualitatif) Tinjauan Pustaka yang
dan Teori
digunakan antara lain pendidikan budaya dan
karakter bangsa; prinsip, pendekatan dan
pelaksanaan pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa; dan prosedur penyusunan
kurikulum pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
Hasil
Menunjukkan bahwa Implementasi Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa di Madrasah
Tsanawiyah Negeri Karanganyar telah terintegrasi
ke dalam setiap mata pelajaran. Pengintegrasian
nilai nilai karakter tersebut memperhatikan
kesesuaian dengan materi pelajaran.Nilai karakter
yang dikembangkan adalah religius, jujur, mandiri,
disiplin,
bertanggung
jawab
dan
bersahabat/komunikatif.
Perbedaan dengan Penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu
Peneliti
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terlihat dari pendekatan dan metode yang
digunakan yaitu Kualitatif. Subjek penelitian
adalah guru dan siswa Madrasah Tsanawiyah.
Sedangkan informan penelitian adalah komite,
kepala sekolah, dan wali murid. Pendekatan yang
digunakan dalam menyampaikan kepada anak
adalah pendekatan kontektual sehingga ada
hubungan antara materi pelajaran dan nilai yang
disampaikan.
Nama Peneliti
Kategori
Judul

Cheri S., Eddy Purnomo, dan Maskun
Jurnal Tesis, Universitas Lampung (2012)
Pengaruh Pemahaman Materi Perjuangan Bangsa
Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Terhadap Sikap Nasionalisme, Patriotism dan
Pelestarian Nilai Budaya Bangsa.
Metodologi Penelitian (Kuantitatif – Deskriptif Korelasi)
dan Teori
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan
metode General Linear Model (GLM)

Universitas Pertahanan

27

Hasil

a. Hasil analisis menyatakan bahwa pemahaman
materi perjuangan bangsa indonesia dalam
mempertahankan kemerdekaan berpengaruh
langsung terhadap sikap nasionalisme siswa
SMA YP Unila.
b. Hasil analisis menyatakan bahwa pengaruh
pemahaman
materi
perjuangan
bangsa
indonesia
dalam
mempertahankan
kemerdekaan terhadap sikap patriotisme siswa
SMA YP Unila. Hasil analisis menyatakan
bahwa pemahaman materi perjuangan bangsa
indonesia
dalam
mempertahankan
kemerdekaan tidak berpengaruh terhadap sikap
pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.
c. Hasil analisis menyatakan bahwa sikap
nasionalisme berpengaruh terhadap sikap
patriotisme.
d. Hasil analisis menyatakan bahwa sikap
nasionalisme tidak berpengaruh langsung
terhadap pelestarian nilai budaya bangsa siswa
SMA YP Unila.
e. Hasil analisis menyatakan bahwa sikap
patriotisme berpengaruh terhadap pelestarian
nilai budaya bangsa siswa SMA YP Unila.
f. Hasil analisis menyatakan bahwa pengaruh
pemahaman
materi
perjuangan
bangsa
indonesia
dalam
mempertahankan
kemerdekaan
melalui
nasionalisme
berpengaruh terhadap sikap patriotisme siswa.
g. Hasil analisis menyatakan bahwa pemahaman
materi perjuangan bangsa indonesia dalam
mempertahankan
kemerdekaan
melalui
nasionalisme tidak berpengaruh langsung
tehadap sikap pelestarian nilai-nilai budaya.
Perbedaan dengan Penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu
Tesis Peneliti
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Penelitian ini menitikberatkan pada
Pengaruh Pemahaman Materi Perjuangan Bangsa
Indonesia dalam Mempertahankan Kemerdekaan
Terhadap Sikap Nasionalisme, Patrio