SARAN DAN REKOMENDASI ( ANALISIS PRESKRIPTIF)

  Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

BAB V BAB V SARAN D AN REKOM EN D ASI

  ( AN ALI SI S PRESKRI PTI F)

A. Pe r k e m ba n ga n Ek on om i Se ba ga i Pr a sya r a t Pe m ba n gu na n Pe n didik a n

  Sepert i yang dit egaskan oleh Heidenheimer (1990: 31) bahwa “ di negara yang sist em polit iknya t ersent ral (sent ralist ik), kebij akan sekt or pendidikannya t erpusat di dalam perundang-undangan nasional. Sebab di negara yang pemerint ahannya sent ralist ik permasalahan implement asi kebij akan it u relat if sedikit . Sedangkan di dalam sist em pemerint ahan desent rasliasi kebij akan pendidikan menj adi keput usan banyak badan yang secara relevan berkait an dengan sekt or pendidikan. Lebih dari it u, perubahan-perubahan ref ormasi kebij akan pendidikan harus selalu dirundingkan bersama dengan pemerint ah daerah yang sudah diberi ot onomi secara polit ik” . Maka ket ika sudah diket ahui bahwa kebij akan pendidikan Indonesia t ernyat a didesain dan dit erapkan secara desent ralisasi (sama dengan AS), sampailah kit a membuat analisis preskript if yang dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi perbaikan dan ref ormasi (bilamana dimungkinkan) kebij akan pendidikan di Indonesia. Analisis preskript if penulis adalah sebagai berikut :

  Bahwa dalam banyak hal Indonesia sama dengan AS. Mungkin hal ini dikarenakan Indonesia lebih condong meref ormasi kebij akan pendidikan berdasarkan hasil st udi pengal aman di negara AS. Arah polit ik kebij akan dengan demikian adalah unt uk mencipt akan kondisi yang kondusif bagi berkembangnya demokrat isasi dari t ingkat paling bawah ke t ingkat yang lebih pusat , dari sekt or yang paling sempit dampaknya ke sekt or yang dampaknya sangat kompleks. Ket erlibat an masyarakat luas dengan demikian sangat Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

  diperlukan. Demikian j uga f akt or-f akt or lingkungan, sepert i pert umbuhan ekonomi, harus didisain sedemikian rupa sehingga misi polit ik dalam desent ralisasi pendidikan dapat dicapai dengan opt imal. Khusus unt uk variabel ekonomi ini penulis sengaj a menganalisisnya berdasarkan t eori Hunt ingt on sepert i dij elaskan di bawah ini.

  D I AGRAM : PERKEM BAN GAN EKON OM I SEBAGAI SEBUAH FAKTOR D ALAM D EM OKRATI SASI Publik Yang Berpendidikan

  Lebih Tinggi

Sikap kult ur

Tingkat

Warganegara

  Perkembangan Dukungan Bagi

(Tanggung Jawab,

  Ekonomi Yang Demokrat isasi

Kepuasan,

  Lebih Tinggi

Kompet ensi)

Kelas Menengah Yg Lebih Besar

  Sumber : Samuel P. Hunt ingt on,

  

The Thi r d Wave: Democr at i zat i on In The Lat e

Twent i et h Cent ur y, Universit y of Oklahoma Press, 1991, (Diindonesiakan dalam Gel ombang Demokr at i sasi Ket i ga, Pust aka Ut ama Graf it i, 1997.

  Menurut Samuel P. Hunt ingt on (1991), perkembangan ekonomi merupakan f akt or yang mendorong t erj adinya perubahan-perubahan pada st rukt ur social dan nilai-nilai yang ada pada masyarakat , yang pada gilirannya mendorong t erj adinya proses demokrat isasi. Terhadap t eorinya ini, Hunt ingt on menj elaskan 5 argument asinya: Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

BAB V Pert ama; Bahwa t ingkat kemakmuran ekonomi dalam suat u masyarakat

  dapat membent uk “ nilai dan sikap” posit if pada masyarakat t ersebut (yait u; dit andai dengan t umbunya sikap saling mempercayai, rasa t anggung j awab ant ar pribadi karena dipercaya, berkembangnya kepuasan hidup, dan munculnya kompet ensi). Hal it u pada gilirannya berkorelasi kuat pada eksist ensi lembaga-lembaga demokrasi. Hunt ingt on mendasarkan argument asi ini dari hasil kaj ian yang dilakukan oleh (a). Alex Inkeles dan Larry J. Diamond, “ Personal Development and Nat ional Development : A Cross-Nat ional Perspect ive, ” dalam The Qual i t y of Li f e: Compar at i ve St udi es, ed. Alexander Szalai dan Frank M. Andrews, (London: Sage Publicat ions, 1980), hal. 83. (b). Lipset , Seong dan Torres, “ Social Requisit es of Democracy, ” hal. 24-25. (c). Ronald Inglehart , “ The Renaissance of Polit ical Cult ure, ” Amer i can Pol i t i cal Sci ence Revi ew 82 (Desember 1988), hal. 12, 15-20.

  Kedua; Bahwa perkembangan ekonomi meningkat kan t araf pendidikan masyarakat . Orang-orang berpendidikan lebih t inggi cenderung memiliki cirri- ciri sepert i t anggung j awab, kepuasan, dan kompet ensi yang cocok dengan demokrasi.

  Ket iga; Bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan lebih banyak sumber daya t ersedia unt uk didist ribusikan di ant ara kelompok-kelompok social sehingga memudahkan t ercapainya akomodasi dan kompromi.

  Keempat ; Bahwa dalam sej arahnya pada dasawarsa 1960 dan 1970, perkembangan ekonomi mempersyarat kan dan j uga mendorong ket erbukaan masyarakat bagi perdagangan, invest asi, t eknologi, pariwisat a, dan komunikasi dengan luar negeri. Keikut sert aan suat u Negara di dalam perekonomian dunia (umumnya dengan negara-negara indust ri) mencipt akan sumber-sumber kekayaan dan pengaruh dari lembaga-lembaga non-pemerint ah sert a membuka Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

  masyarakat it u t erhadap dampak (hasil) dari ide-ide demokrasi yang umumnya t erdapat di negara-negara indust ri.

  Kelima; Bahwa perkembangan ekonomi mendorong meluasnya kelas menengah. Semakin lama j umlah masyarakat yang bermat apencaharian sebagai pengusaha, kaum prof essional, pemilik t oko kecil, guru, pegawai negeri, manaj er, t eknisi, klerek dan pekerj a di bidang penj ualan semakin banyak.

  Apa art inya. Ref ormasi pendidikan yang sudah dilakukan dengan kebij akan desent ralisasi akan t idak berart i apa-apa j ika t ernyat a pemerint ah t idak mencipt akan kondisi makro ekonomi yang kondusif bagi masyarakat unt uk berkembang kemampuan ekonominya seirama dengan berkembangnya ekonomi makro. Sekarang ini sudah banyak cerit a dan f akt a di daerah (kabupat en/ kot a) yang menggambarkan bet apa angka part isipasi pendidikan dasar kit a masih belum opt imal. Unt uk ke SD saj a t ernyat a masih banyak anak usia sekolah yang t idak bisa memasuki daya t ampung yang disediakan. Demikian j uga ke j enj ang sekolah lanj ut an, apalagi ke perguruan t inggi. Problemnya adalah karena rendahnya akses ekonomi masyarakat .

  Sebagai gambaran, berikut ini penulis saj ikan dat a di Kot a Surabaya. Kot a Surabaya sengaj a penulis ambil sebagai cont oh kasus, dengan pert imbangan bahwa Kot a Surabaya merupakan salah sat u wilayah di Indonesia yang t ingkat pert umbuhan ekonominya cukup t inggi. Demikian j uga kemampuan ekonomi masyarakat diasumsi kan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan di wilayah kabupat en-kabupat en t erpencil. Maka ket ika dit emukan bahwa unt uk kasus semacam Kot a Surabaya saj a t ingkat part isipasi pada pendidikan SD dan SMP masih belum opt imal, lalu bagaimana kira-kira dengan t ingkat part isipasi pada pendidikan SD dan SMP di wilayah kabupat en yang kondisi ekonominya t idak lebih baik dari Kot a Surabaya. Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

BAB V TINGKAT PARTISIPASI PENDIDIKAN SD dan SMP DI SURABAYA TINGKAT SD/ SEDERAJAT Angka Part isipasi Murni (APM) SD/ Sederaj at 90, 99 persen Jumlah Siswa SD/ Sederaj at di Surabaya 262. 225 anak Perkiraan anak usia sekolah (7-12 t h) yang t dk bisa mengenyam

  pendidikan 26. 000 anak TINGKAT SMP/ SEDERAJAT

  Angka Part isipasi Murni (APM)SMP/ Sederaj at 79, 18 persen Jumlah Siswa SMP/ Sederaj at di Surabaya 108. 912 anak Perkiraan anak usia sekolah SMP (13-15 t h) belum menduduki bangku SMP/ Sederaj at

  28. 000 anak ANGKA PUTUS SEKOLAH Jenj ang SD 0, 1 persen 260 anak Jenj ang SMP 0, 38 persen 400 anak

  ANGKA TRANSISI Dari SD ke SMP 90, 93 persen Dari SMP ke SMA 62, 07 persen

  Sumber : Jawa Pos, 11 Okt ober 2005, hal. 10: “ Ti ngkat Par t i si pasi Pendi di kan SD dan SMP di Sur abaya: Ti nggi , Juml ah Si swa Tak Sekol ah” dan

  “ Har us Di car i Sumber Dana Bar u” .

B. Pe m be r ia n Su bsidi Pa da D a e r a h M in u s D a n Be r da sa r k a n Ke a dila n D ist r ibu t if

  Berikut nya adalah berkait an dengan hasil analisis SWOT. Harus diakui bahwa ref ormasi pendidikan di Indonesia memiliki peluang keberhasilan yang cukup baik, set idaknya hal ini dikarenakan adanya semangat bersama unt uk mendesent ralisasikan urusan pendidikan menj adi wewenang daerah (Lihat deskripsi

  St renght pada halaman 44 di makalah ini). Tet api yang harus

  diwaspadai adalah masih banyaknya daerah kabupat en/ kot a yang pemerint ah daerahnya masih minim anggaran. Pendapat an Asli Daerah nya masih belum mencukupi unt uk bisa meng-cover biaya pendidikan di daerahnya j ika t idak disubsidi secara khusus dari Pemerint ah Propinsi dan Pemerint ah Pusat (Lihat deskripsi Weakness pada halaman 45 makalah ini). Sement ara it u pada kasus- kasus subsidi, kit a semua sudah menget ahui bet apa anggaran subsidi it u cenderung bermasalah. Kalau t idak bermasalah karena besarnya, maka

  Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

  bermasalah karena perunt ukannya, karena ket idak adilannya, karena korupnya birokrasi dan lain-lain. Termasuk lemahnya pendat aan t ent ang siapa yang berhak mendapat g subsidi.

  Mekanisme subsidi dengan konsep BOS (Bant uan Operasional Sekolah) sebenarnya sama sekali t idak mencerminkan rasa keadilan dan semangat unt uk mendidik. Bet apa t idak, BOS diberikan kepada semua murid di semua sekolah SD t anpa kecuali. Murid SD yang orang t uanya kaya raya dan sekolah di SD f avorit yang super mahal pun harus mendapat j at ah BOS yang sama dengan murid SD yang orang t uanya sangat miskin dan sekolah di SD pinggiran yang sama sekali t idak diperhit ungkan. Karena it u penulis mengusulkan agar kebij akan desent ralisasi pendidikan lebih dif okuskan pada pelayanan dengan semangat mencipt akan keadilan dist ribut if , bukan keadilan komulat if .

C. Pe r lu Re for m a si Bir ok r a si Pe m da

  Perlu ada perat uran perundangan baru yang mengat ur t ent ang pendidikan anak-anak usia sekolah dari keluarga miskin yang berada di wilayah pemerint ah daerah yang t idak memiliki kemampuan anggaran berlebih. Sedemikian rupa j uga diperlukan perbaikan (ref ormasi) birokrasi pemerint ah (daerah) yang khusus menangani sect or pendidikan. Target nya adalah mencipt akan hubungan yang harmonis dan solut if ant ara Birokrasi-Sekolah- Masyarakat . Memang sekarang hubungan it u sudah dirint is, t et api cenderung t idak solut if , karena hubungannya bersif at f ormalist ic. Dewan pendidikan dan komit e sekolah t idak memiliki akses yang besar unt uk memecahkan permasalahan-permaslahan besar di wilayah masing-masing. Bahkan t erhadap permasalahan t ingginya angka Drop-Out SD dan SMP, lembaga t ersebut t idak cukup bergigi, apalagi berwibawa.

  D . Pe m da Pe r lu M e n yu su n M a st e r - Pla n

  Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

BAB V Pe n didik a n da n D ipr e se n t a sik a n k e Publik Akhirnya, perlu j uga dipikirkan unt uk membuat perat uran yang

  mengharuskan semua pemerint ah daer ah, yang memiliki kewenangan dan ot onom, menyusun mast erplan pendidikan di wilayahnya masing-masing dan dipresent asikan di t ingkat propinsi masing-masing, supaya pemerint ah propinsi secara dini sudah bisa menget ahui ke mana arah kebij akan pendidikan pemda di wilayahnya dan kapan sert a bagaimana ket erlibat an pemprov pada perencanaan dan kebij akan pendidikan di daerah t ersebut . Juga hal ini bermanf aat bagi pemerint ah daerah yang bersangkut an, karena dengan saling menget ahui present asi diant ara mereka diharapkan mereka saling menyempurnakan mast er-plannya. Selanj ut nya pemerint ah propinsi menyusun rencana dan mengident if ikasi f act or-f akt or lingkungan yang seharusnya dapat diint ervensi agar kondusif dengan kebij akan yang direncanakan.

  Surabaya, Okt ober 2005 Ulul Albab, Drs. , MS Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

BAB V Daft ar Bacaan Alex Inkeles dan Larry J. Diamond, “ Personal Development and Nat ional Development : A Cross-Nat ional Perspect ive, ” dalam The Qual i t y of Li f e: Compar at i ve St udi es, ed. Alexander Szalai dan Frank M. Andrews, (London: Sage Publicat ions, 1980). Chan, Sam M dan Sam, Tut i T, Anal i si s SWOT Kebi j akan Pendi di kan Er a Ot onomi Daer ah, Jakart a : PT. Raj a Graf indo Persada, 2005. Heidenheimer, at . al, Compar at i ve Publ i c Pol i cy : The Pol i t i cs of Soci al Choi ce i n Amer i ca, Eur ope, and Japan, ST. Mart in’ s Press, New York, 1990. Hunt ingt on, Samuel P. , The Thi r d Wave: Democr at i zat i on In The Lat e Twent i et h Cent ur y, Universit y of Oklahoma Press, 1991, (Diindonesiakan Gel ombang Demokr at i sasi Ket i ga, Pust aka Ut ama Graf it i, 1997.

  dalam

  ht t p: / / www. depdiknas. go. id , Vi si dan Mi si Depar t emen Pendi di kan Nasi onal Indonesi a, Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004. ht t p: / / www. depdiknas. go. id , St r ukt ur Or gani sasi Depar t emen

  Pendi di kan Nasi onal Indonesi a, Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004.

ht t p: / / www. depdiknas. go. id , Dewan Pendi dkkan dan Komi t e Sekol ah

  Depar t emen Pendi di kan Nasi onal Indonesi a, Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004.

ht t p: / / www. depdiknas. go. id , Suat u Opi ni Mengenai Ref or masi Si st em

  Pendi di kan Nasi onal , (Prof . Dr. H. Muhammad Yacub, Med), Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004. ht t p: / / www. depdiknas. go. id , Pr ogr am Pembangunan Nasi onal

  (PROPENAS) Pembangunan Pendi di kan, Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004.

ht t p: / / www. kompas. com , Si ap-Si ap Menyambut Kehadi r an Per gur uan

Ti nggi Asi ng, Pusat Dat a dan Inf ormasi Pendidikan, Balit bang Depdiknas, 2004. ht t p: / / www. kompas. com , Pendi di kan Luar Neger i : Mengi nt i p Duni a Pendi di kan Ti nggi di AS, Copyright @ Harian Kompas, 29 April 2004.

  Perbandingan Kebij akan Pendidikan AS-INDONESIA

  

ht t p: / / www. kompas. com , Mega Tr agedi Pendi di kan Nasi onal , Copyright

@ Harian Kompas, 16 Juni 2004.

ht t p: / / www. kompas. com , Mungki nkah Membongkar Kor upsi di Daer ah?,

Copyright @ Harian Kompas, 16 Pebruari 2005. ht t p: / / www. pikiran-rakyat . com/ cet ak , Pendelegasian Makin Rumit , Pikiran Rakyat , 19 Februari 2004.

  Jawa Pos, Ti ngkat Par t i si pasi Pendi di kan SD dan SMP di Sur abaya: Ti nggi , Juml ah Si swa Tak Sekol ah, 11 Okt ober 2005. Klingemann, Hans-Diet er, at . al, Par t i es, Pol i ci es, and Democr acy,

  Dit erj emahkan oleh: Sigit Jat miko, Par t ai , Kebi j akan dan Demokr asi , Jent era bekerj asama dengan Pust aka Pelaj ar, Yogyakart a, 2000.

  Nur, Agust iar Syah, Per bandi ngan Si st em Pendi di kan 15 Negar a, Penerbit LUBUK AGUNG, Bandung, 2001. Pet ers, B. Guy, Publ i c Pol i cy Inst r ument s: Eval uat i ng t he Tool s of Publ i c Admi ni st r at i on, Edward Elgar, USA, 1998.

  Ronald Inglehart , “ The Renai ssance of Pol i t i cal Cul t ur e, ” Amer i can Pol i t i cal Sci ence Revi ew 82 (Desember 1988). Tilaar, H. A. R, Membenahi Pendi di kan Nasi onal , Jakart a: Penerbit Rineka Cipt a, 2002.

  Undang-Undang Republ i k Indonesi a Nomor 32 Tahun 2004, t ent ang Pemer i nt ahan Daer ah, Komisi Pemilihan Umum Kot a Surabaya, 2004.