PPT UEU Keperawatan Maternitas II Pertemuan 4

  

ASKEP KPD, PARTUS LAMA, DAN PARTUS

PREMATURUS

Pertemuan 4

Ety Nurhayati, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat

  

Prodi Keperawatan. Fakultas ilmu-ilmu Kesehatan

Definisi Ketuban

  Ketuban adalah suatu membran yang membungkus fetus, termasuk golongan membran ekstra-embrional, strukturnya tipis, namun cukup kuat untuk melapisi korion dan berisi embrio yang kelak akan tumbuh menjadi fetus, dengan cairan amnion di sekitarnya.

Fisiologi Ketuban

  1. Selaput ketuban atau Amniokorion Selaput ketuban terdiri atas 2 lapisan besar, amnion dan korion. Amnion adalah membran janin yang paling dalam dan berdampingan langsung dengan cairan amnion (Likuor Amnii).

  2. Cairan Ketuban (Likuor Amnii) Merupakan cairan yang terdapat di dalam rongga amnion yang diliputi oleh selaput janin (Wiknjosastro, 2005).

ASUHAN KEPERWATAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) DEFINI

  Ketuban Pecah Dini (KPD) atau Ketuban SI

Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) sering

disebut dengan Premature Repture Of The

Membrane (PROM) didefnisikan sebagai

  

pecahnya selaput ketuban sebelum

waktunya melahirkan. Pecahnya ketuban

sebelum persalinan atau pembukaan pada

primipara kurang dari 3 cm dan pada

multipara kurang dari 5 cm.

Klasifiasi KPD

  • Klasifikasi Menurut POGI tahun (2014), KPD diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu, KPD preterm dam KPD aterm.
  • KPD Preterm Ketuban pecah dini preterm adalah pecahnya ketuban yang terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan, tes fern atau IGFBP-1 (+) pada usia<37 minggu sebelum onset persalinan. KPD sangat preterm adalah pecahnya ketuban saat umur kehamilan ibu antara 24 sampai kurang dari 34 minggu, sedangkan KPD preterm saat umur kehamilan ibu antara 34 sampai kurang dari 37 minggu.
  • KPD Aterm Ketuban pecah dini aterm adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya yag terbukti dengan vaginal pooling, tes nitrazin dan tes fern (+), IGFBP-1 (+ ) pada usia kehamilan ≥ 37 minggu.

ETIOLOGI KPD

  Etiologi Menurut

Sulistyowati (2013), sebab-

sebab terjadinya ketuban pecah dini antara lain:

  1.Faitor maternal

  

2.Faitor uteroplasental

  3. Faitor fetal

  4.Faitor Resiio

  5.Faitor Predisposisi

Ciri-ciri tanda ieluar air ietuban pecah

  • Keluar secara tiba-tiba dari liang vagina dalam jumlah banyak maupun sedikit
  • Tidak dapat dihentikan
  • Cairan ketuban bisa warna putih agak keruh mirip air kelapa muda karena bercampur dengan lanugo atau rambut halus pada janin
  • Mengandung verniks caseosa yaitu lemak pada kulit janin

PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI

  Mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.

  Persalinan Bayi pada Penanganan Aktif KPD Aterm menurut Sujiyatini

PENATALAKSANAAN

  • Bila anak belum viable (kurang dari 36 minggu), penderita dianjurkan untuk beristirahat di tempat tidur dan berikan obat- obat antibiotika profilaksis, spasmolitika, dan roboransia dengan tujuan untuk mengudur waktu sampai anak viable.
  • Bila anak sudah viable (lebih dari 36 minggu), lakukan induksi partus 6-12 jam setelah lag

  phase dan berikan antibiotika profilaksis. Pada

  kasus dengan PGE2 dan atau drips sintosinon gagal, maka lakukanlah tindakan operatif.

PENANGANAN PERSALINAN KOMPLIKASI DALAM KPD

  • Partus spontan
  • Ekstrasi vakum

Pada anai:

  • Ekst
  • IUFD dan IPFD,

  forceps

  Asfksia, dan

  • Embriotomi

  prematuritas

Pada ibu:

  bila anak

  • Partus lama,

  sudah

  dan infeksi,

  meninggal

  antonia uteri,

  • Seksio sesarea

  perdarahan

  bila ada

  postpartum,

  indikasi

  atau infeksi nifas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

  • Pemeriksaan Laboratorium • Pemeriksaan Ultrasonograf (USG)
  • Pemeriksaan dalam
  • Pemeriksaan dengan speculum

  Asuhan Keperawatan pada Ketuban Pecah Dini (KPD) PENGKAJIAN

  Lanjutan...

  • •Pola aktiftas sehari-hari

  • Makan dan minum
  • Eliminasi
  • Istirahat atau tidur
  • Personal hygiene

  Lanjutan...

  Lanjutan...

   Pemeriksaan Laboratorium Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, konsntrasi, bau dan PHnya.

  • -Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus

    merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
  • Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

   Pemeriksaan Ultrasonograf (USG)

Pemeriksaan dilakukan untuk melihat jumlah

cairan ketuban dalam kavum uteri.

Diagnosa Keperawatan

  • Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
  • Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi persalinan
  • Cemas berhubungan dengan kehilangan kehamilan
  • Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kontruksi uterus
  • • Risiko tinggi untuk trauma fetal berhubungan

    dengan hypoxia

  Rencana Tindaian Keperawatan

  

Dx: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan

dengan ketuban pecah dini.

  Tujuan : memperlihatkan kemajuan tanpa terjadi komplikasi infeksi

Kriteria Hasil :

  • Cairan amnion ibu tidak menyengat
  • Hindari pemeriksaan pervagina
  • Observasi drainaseamnitik teradap warna jumlah dan baunya tiap 2 sampai 4 jam.

  

Dx: Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan

dengan ketuban pecah dini.

  Intervensi:

  • Kaji Kondisi Ketuban •Pantau tanda-tanda infeksi
  • Dengarkan DJJ
  • Kolaborasi pemberian Antibiotik Rasionalisasi :
  • Untuk mencegah terjadinya infeksi
  • Untuk mengetahui keadaan janin
  • Perihal pemberian antibiotik

  Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada persalinan Tujuan: Adanya pembukaan kelahiran di akhiri tanpa komplikasi maternal.

Kriteria hasil :

  • Persalinan normal
  • Tidak ada komplikasi Rencana tindakan :
  • Mengkaji frekuensi kontraksi uterus
  • Menyarankan ambulasi atau perubahan posisi
  • Memonitor pertambahan pembukaan servik
  • Memonitor intake dan output

  Risiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan kerusakan tindakan pada persalinan

  Rasionalisasi :

  • •Untuk mencegah terjadinya komplikasi

  • Tindakan yang dapat mendorong aktivitas uterus
  • Untuk mengetahui waktu kelahiran
  • Untuk mengetahui pemasukan dan pengeluaran sebelum persalinan.

   

ASUHAN KEPERAWATAN PARTUS LAMA (Prolonged Labor)

  Persalinan umumnya pada primigravida (kehamilan pertama) berlangsung dalam waktu 18-20 jam dan pada

  DEFINIS DEFINIS multigravida 12-14 jam.

I I

  Persalinan yang lebih dari 24 jam pada primi, dan lebih dari 18 jam pada multi disebut dengan partus lama.

ETIOLOGI

  Pada dasarnya fase laten memanjang dapat disebabkan oleh:

  • His tidak efisien (adekuat)
  • Tali pusat pendek
  • Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor)
  • Kesalahan petugas kesehatan memastikan bahwa pasien sudah masuk dalam persalinan (inpartu) atau belum Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu power, .

  passage, dan passanger

  Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

yaitu power, passage, dan passanger.

  • Power (kekuatan)
  • Passage (jalan lahir)
  • Passenger (janin dan plasenta)
  • Faktor psyche (psikis)
  • Posisi ibu (positioning)

  PATOFISIOLOG

I

         Tidak ada pembukaan serviks walaupun didapatkan kontraksi uterus yang adekuat, pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam inpartu dan ibu ingin mengejan tetapi tidak ada kemajuan presentasi pada janin (Suhiroh, 2006). Partus tak maju merupakan penyulit persalinan dalam kala I, hal ini terjadi dikarenakan adanya 2 faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin, dimana dari faktor ibu adanya penyempitan pintu tengah panggul yang berbentuk android, tidak adanya penurunan kepala serta putaran paksi yang disebabkan karena disproporsi antara panggul dan janin, kontraksi uterus yang tidak adekuat sehingga menghambat kemajuan pembukaan.Dari faktor janin yang ditimbulkan yaitu adanya kelainan posisi seperti posisi oksipitalis posterior persisten atau ubun – ubun kecil janin melintang, presentasi dahi serta berat janin yang

KOMPLIKASI Bagi Ibu:

Bagi Janin:

  Infeksi intrapartum Ruptur uteri Cincin retraksi patologis

  Pembentukan vistula Cedera otot dasar panggul

  Kaput suksedaneum Molase pada kepala janin PEMERIKSAAN PENUNJANG:

  • MRI
  • Pasang infus Ri
  • Ct Scan

  Laktat atau NaCl 0,9%

  • USG

  (guyur 1 kolf dan tetes cepat pada kolf berikutnya)

  • Deksametason 10 mg (2

PENATALAKSANAA

  ampul) secara intravena

N

  • Pemberian antibiotika
  • Ceftriaxone 1 gr/intravena (skin test)
  • Cefotaxime 1-2 gr/intravena (skint test)
  • Pasang oksigen 2-3 liter per menit

  Asuhan Keperawatan pada Partus Lama  Anamnesis dan gejala klinis Usia ibu, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, pernapasan cepat, terdapat edema culva, serta bising usus yang

meningkat. Sedangkan pada janin

terdapat fetal dystress dan ketuban kehijauan dan bercampur mekonium serta adanya caput.

Asuhan Keperawatan pada Partus Lama

   Pemeriksaan Fisik  Keadaan umum

  • Ibu tampak takut, gelisah, cemas, dan syok
  • Kesadaran bervariasi mulai dari composmentis sampai koma
  • Kaji tanda-tanda vital
  • Hasil pemeriksaan umum (Tb >145 cm, deformitas pada tulang panggul)
    • Palpasi - Terdapat nyeri pada abdomen

  • Perut membesar dan tampak kembung
  • His lemah
  • Gerak janin tidak ada
  • Janin mudah diraba
    • Auskultasi - Terdapat bising usus yang meningkat

  • Denyut jantung janin, takhikardi, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)

Lanjutan..

   Pemeriksaan dalam

  • Terdapat tanda infeksi intrauterin (lokia berbau, berwarna keruh, tampak bercapur mekonium, dan edema vulva)
  • Terdapat edema porsio dan bagian terendah janin sulit di dorong ke atas
  • Pada janin mengalami asfksia sampai terjadi kematian dalam rahim
  • Suhu rektal >37,5

  o

C

   Auskultasi - Terdapat bising usus yang meningkat

  • Denyut jantung janin, takhikardi, irreguler, negatif (jika janin sudah mati)

Asuhan Keperawatan pada Partus Lama

   Diagnosa Keperawatan

  • Resiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan perubahan tonus otot/ pola kontraksi, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal
  • Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama, hipoksia/asidosis jaringan
  • Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan sistem pendukung

  Rencana Tindaian Keperawatan Dx: Resiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan perubahan tonus otot/pola kontraksi, obstruksi mekanis pada penurunan janin, keletihan maternal

  Intervensi:

  • •Kaji pola kontraksi uterus secara manual

    atau secara elektronik Rasional: Disfungsi kontraksi memperlama persalinan, meningkatkan risiko komplikasi maternal/janin.

  • Catat kondisi serviks. Pantau tanda

    amnionitis. Catat peningkatan suhu atau

    jumlah sel darah putih, catat bau dan warna rabas vagina.
  • Rasional: Serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi, menghambat penurunan janin/kemajuan persalinan. Terjadinya amnionitis secara langsung dihubungkan dengan lamanya persalinan, sehingga melahirkan harus terjadi dalam 24 jam setelah pecah ketuban

  • Catat penonjolan, posisi janin dan persentasi janin
    • Rasional: Indicator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifkasi timbulnya penyebab persalinan lama.

  • • Tempatkan klien pada posisi rekumben

    lateral dan anjurkan tirah baring atau

    ambulasi sesuai toleransi
    • Rasional: Relaksasi  dan peningkatan

      perfusi uterus dapat memperbaiki pola

      hipertonik.
    • • Anjurkan klien berkemih setiap 1-2 jam.

  Kaji terhadap kepenuhan kandung kemih diatas simpisis pubis

  • – Rasional: Kandung kemih  penuh  dapat  menghamb at  aktivitas  uterus    dan mempengaruhi penurunan janin.
    • Bantu dengan persiapan untuk seksio caesaria sesuai indikasi

  • – Rasional: melahirkan sesaria segera diindikasikan untuk distress janin.
Dx: Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan persalinan yang lama, hipoksia/asidosis jaringan

  Kriteria hasil:

  • •Menunjukkan denyut jantung janin (DJJ)

    dalam batas normal dengan variabilitas

    baik, tidak ada deselerasi lambat. Intervensi : •Kaji DJJ secara manual atau elektronik. Perhatikan variabilitas, perubahan periodik, dan frekuensi dasar

  Rasional:

  • Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan,

    bradikardia dan takikardia yang mungkin

    disebabkan  oleh stress, hipoksia, asidosis atau sepsis.

   Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalu kateter tekanan intrauterus bila tersedia Rasional: Tekanan istirahat lebih besar dari 30 mmHg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos. Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi, asidosis, ansietaas atau sindrom vena kava.

   Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi, asidosis, ansietaas atau sindrom vena kava Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana ( seperti membalikkan klien ke posisi rekumben lateral ) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plasenta serta dapat mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.

   Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal (lokasi fontanel dan sutura cranial ). Tinjau ulang hasil ultrasonografi Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi dan persentasi dapat mengidentifikasi factor-faktor yang memperberat disfungsional persalinan.  Biarkan klien memilih posisi tangan dan lutut atau posisi sim lateral pada sisi berlawanan dimana oksiput janin diarahkan bila janin pada posisi OP

  Rasional: Posisi ini mendorong pemutaran anterior dengan memungkinkan kolumna vertebralis janin turun kea rah anterior dinding abdomen klien (70% janin pada posisi

   Siapkan untuk kelahiran caesarea Rasional: Melahirkan pervagina dari bokong dihubungkan dengan cedera pada kolumna vertebralis janin, pleksus brakialis, klavikula, dan sutura otak,

mengingatkan mortalitas dan morbiditas

neonatal.

  Dx: Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi, kerentanan pribadi, harapan/persepsi tidak realistis, ketidakadekuatan system pendukung Tujuan: Mengidentifikasi/menggunakan teknik koping efektif Intervensi: Tentukan kemajuan persalinan. Kaji derajat nyeri dalam hubungannya dengan dilatasi/ penonjolan.

  Rasional: Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi/mengatur kontraksi.

  • Kenali realitas keluhan nyeri/ ketidaknyamanan

  Rasional: Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah

   Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih. Perhatikan adanya frustasi Rasional: Ansietas berlebihan meningkatkan aktivitas adrenal/ pelepasan katekolamin, menyebabkan ketidakseimbangan endokrin.  Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan yang dipelajari Rasional: Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan, dan membantu klien mengatasi situasi secara positif.

   Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi Rasional: Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping.

  ASUHAN KEPERAWATAN PARTUS PREMATURUS Partus Prematurus adalah persalinan (pengeluaran) hasil ionsepsi pada iehamilan 28-36 DEFINISI minggu; janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000-2500 gram.

ETIOLOGI

  • Hipertensi - Perkembang an janin terhambat
  • Solusio Plasenta - Plasenta pr
  • Aktivitas Uterus - Rasa tidak nyaman
  • Sekret vagina
  • Kelainan rhesus
  • Diabetes

KOMPLIKASI PARTUS PREMATURUS FAKTOR RISIKO PARTUS

  • Sindroma gawat janin

PREMATUR

  • Ketidakmatangan pada system

    saraf 

    • KEMATIAN JANIN

  • Rentang terjadinya perdarahan
    • PERDARAHAN otak atau serangan apneu 

INTRAVENTRIKULER

  • Intoleransi pemberian makanan 
    • SINDROM GAWAT

  • Retinopati dan gangguan PERNAFASAN penglihatan  atau kebutaan 
    • INFEKSI (fbroplasia retrolental) 
    • HIPOGLIKEMIA

  • Displasia bronkopulmoner 
    • HIPOTERMIA

  • Penyakit jantung 
    • RETINOPATI

    >Jaundice  PREMATURITAS
  • Infeksi atau septicemia 
  • • Anemia

    • Hipoglikemia/ Hiperglikemia 
  • Perkembangan dan partumbuhan yang terhambat 

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

  • Ultrasonograf: Pengkajian getasi (dengan berat badan janin 500 sampai 2500 gram)
  • Tes nitrazin: menentukan KPD
  • Jumlah sel darah putih: Jika mengalami peningkatan, maka itu menandakan adanya infeksi amniosentesis yaitu radio lesitin terhadap sfngomielin (L/S) mendeteksi fofatidigliserol (PG) untuk maturitas paru janin, atau infeksi amniotik.
  • Pemantauan eleitronii : memfalidasi aktiftas uterus / status janin

PATOFISIOLOGI

  

Penyebab terjadinya kelahiran bayi prematur belum diketahui

secara jelas. Data statistik menunjukkan bahwa bayi lahir

prematur terjadi pada ibu yang memiliki sosial ekonomi rendah.

Kejadian ini dengan kurangnya perawatan pada ibu hamil

karena tidak melakukan antenatal care selama kehamilan.

Asupan nutrisi yang tidak adekuat selama kehamilan, infeksi

pada uterus dan komplikasi obstetrik yang lain merupakan

pencetus kelahiran bayi prematur. Ibu hamil dengan usia yamg

masih muda, mempunyai kebiasaan merokok dan

mengkonsumsi alkohol juga menyebabkan terjadinya bayi

prematur. Faktor tersebut bisa menyebabkan terganggunya

fungsi plasenta menurun dan memaksa bayi untuk keluar

sebelum waktunya. Karena bayi lahir sebelum masa gestasi

yang cukup maka organ tubuh bayi belum matur sehingga bayi

lahir prematur memerlukan perawatan yang sangat khusus

untuk memungkinkan bayi beradaptasi dengan lingkungan luar.

  

ASUHAN KEPERAWATAN

PARTUS PREMATURUS

   Riwayat Menstruasi: Yang dinyatakan adalah HPHT untuk menentukan tafsiran persalinan, siklus, bau, warna, dan apakah nyeri waktu haid, serta kapan mendapat haid pertamakali

  • Riwayat penyakit kehamilan: Kemungkinan dari kasus bayi prematur selama kehamilan ibu pernah mengalami keadaan seperti diabetes maternal, penyakit hipertensi dalam kehamilan dan terjadi gangguan pembuluh intrauterin
  • Riwayat Kehamilan ini: Yang dikaji adalah HPHT untuk emnentukan usia kehamilan
  • Riwayat obstetric yang lalu: Kehamilan yang lalu, kemungkinan ibu pernah mengalami persalinan prematur dan mengeluhkan hal yang sama pada kehamilan sekarang.

Diagnosa Keperawatan

  • • Aktiftas intoleran berhubungan dengan

    hipersensitivitas otot / seluler.
  • Ansietas, ketakutan berhubungan dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
  • Nyeri akut atau ketidaknyamanan berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan. 

  Intervensi

  • Diagnosa : Aktiftas intoleran berhubungan dengan hipersensitivitas otot / seluler. Tujuan : •Menurunkan tingkat aktiftas. Intervensi Rasional •Jelaskan alasan perlunya tirah baring, penggunaan posisi rekumben kiri/miring dan penurunan aktiftas. Tindakan ini ditujukan

    untuk mempertahankan janin jauh dari serviks

    dan meningkatkan perfusi uterus, tirah baring

    dapat menurunkan peka rangsang uterus.

  • Berikan tindakan kenyamanan seperti gosokan punggung, perubahan posisi, atau penurunan stimulus dalam ruangan (misalnya lampu redup) Menurunkan tegangan otot dan kelelahan serta meningkatkan rasa nyaman.
  • • Kelompokkan aktivitas sebanyak mungkin,

    seperti pemberian obat tanda vital dan pengkajian. Meningkatkan kesempatan klien untuk beristirahat lebih lama diantara interupsi untuk tindakan berikutnya.
  • Berikan periode tanpa interupsi

    untuk istirahat/tidur. Meningkatkan

    istirahat, mencegah kelelahan, dan

    dapat meningkatkan relaksasi.
  • • Berikan aktivitas pengalihan, seperti

    membaca, mendengarkan rasio dan menonton televisi atau kunjungan dengan teman yang dipilih atau keluarga. Membantu klien dalam

    koping dengan penurunan aktiftas.

  • • Diagnosa : Ansietas, ketakutan berhubungan

    dengan krisis situasional, ancaman yng dirasakan atau aktual pada diri dan janin.
  • • Tujuan :Mengungkapkan pemahaman situasi

    individu dan kamungkinan hasil akhir.

  Intervensi Rasional

  • Orientasikan klien dan pasangan pada

    lingkungan persalinan. Membantu klien dan

    orang terdekat merasa mudah dan lebih nyaman pada sekitar mereka

  • Anjurkan penggunaan teknik relaksasi Memungkinkan klien mendapatka keuntungan maksimum dari periode istirrahat, mencegah kelelahan otot dan memperbaiki aliran darah uterus.
  • Anjurkan pengungkapan rasa takut dan masalah. Dapat membantu menurunkan ansietas dan merangsang identifkasi perilaku koping.
  • Berikan sedatif bila tindakan lain tidak berhasil Memberikan efek menenangkan dan traquiliser.

  • • Diagnosa : Nyeri akut atau ketidaknyamanan

    berhubungan dengan kontraksi otot dan efek obat-obatan. 
  • Tujuan : Melaporkan ketidaknyamanan menjadi minimal dan terkontrol.
  • Intervensi Rasional:
    • – Percepat proses penerimaan dan lakukan tirah baring pada klien, dngan menggunakan posisi miring kekiri. Posisi miring kekiri memperbaiki aliran darah uterus dan dapt menurunkan kepekaan uterus.

  • • Tinjau ulang teknik relaksasi Membantu

    menurunkan persepsi klien tentang ketidaknyamanan dan meningkatkan rasa kontrol.
  • Berikan analgesik sesuai indikasi Analgesik ringan menurunkan tegangan dan ketidaknyamanan otot.

  

Penatalaksanaan Sectio

Caesarea, Forceps,Vakum

Apa Itu Vakum?

  Kelahiran dengan bantuan vakum atau ektrasi vakum, merupakan metode kelahiran meliputi penempelan mangkuk vakum pada kepala janin, menggunakan tekanan negatif untuk membantu . melahirkan

Indikasi Vakum

  • Ibu yang mengalami kelelahan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk mengenjan
  • Gawat janin yang ringan
  • Toksemia gravidarum
  • Ruptur uteri mengancam
  • Untuk mempersingkat kala II pada ibu-ibu yang tidak boleh mengenjan lama, seperti ibu-ibu yang menderita anemia, vitium kordis, tuberkolosis paru, asam bronkial, dan lain-lain. Persalinan dengan indikasi tersebut dapat dilakukan dengan ekstrasi vakum dengan catatan persyaratan persalinan pervaginam memenuhi. Syarat untuk melakukan ekstrasi vakum adalah:
  • Pembukaan serviks lengkap
  • Penurunan kepala janin
  • Selaput ketuban sudah pecah
  • Kontraksi uterus (his) dan tenaga mengenjan ibu

  Susunan ekstraktor vakum terdiri dari

Teknik Pemasangan Ekstrasi Vakum (VE)

  2. Masukkan mangkuk vakum melalui introitus vagina secara miring dan pasang pada kepala bayi dengan titik tengah mangkuk pada sutura sagitalis ± 1 cm anterior dari ubun-ubun kecil dan menjauhi ubun-ubun besar.

  Cara:

  Dengan mempergunakan jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri, labia mayora disisihkan ke kiri dan kekanan. Mangkok dimasukkan ke dalam vagina dalam posisi agak miring. Setelah mangkuk diletakkan pada bagian terbawah kepala, dilakukan periksa dalam untuk mengetahui:

  • Apakah mangkuk telah benar letaknya
  • Apakah ada jalan lahir yang terjepit antara mangkuk dan kepala janin

  4. Dilakukan penghisapan dengan pompa penghisap, dengan tenaga -0,2kg/cm2. Tenaga vakum : -0,7 s/d -0,8kg/cm2, dengan waktu 6- 8 menit  terbentuk kaput suksedanum artifisialis.

  5. Periksa ulang apakah ada bagian jalan lahir yang terjepit

  6. Bersamaan timbulnya his, ibu mengejan  mangkuk ditarik searah sumbu panggul

  7. Ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri menahan mangkuk, tangan kanan melakukan tarikan.

  7. Traksi dilakukan terus selama ada his, ibu disuruh mengenjan dan mangkuk ditarik searah dengan arah sumbu panggul

  8. Kepala janin dilahirkan dengan menarik mangkuk ke arah atas. Tangan kiri penolong menahan perineum.

  9. Bila diperlukan episiotomi  sebelum pemasangan mangkuk atau waktu kepala membuka vulva.

Forceps

  Ektrasi cunam/forceps adalah suatu tindakan bantuan persalinan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam/forceps yang dipasang pada kepalanya.

  Beberapa jenis forceps

  Cunam akan dipasang  melintang kepala  danmelintang panggul :

Cunam dalam keadaan terkunci, dipegang operator yang berdiri didepan vulva sambil membayangkan posisi cunam

kelak didalam jalan lahir

Pemasangan daun sendok kiri pada sisi kiri panggul

  

ibu ; Jari telunjuk dan

tengah tangan kanan

dimasukkan vagina. Ibu

jari diarahkan keatas.

  

Daun sendok diluncurkan

sepanjang jari telunjuk

tangan kanan dengan

menekan tangkai cunam.

  3. Tangan kanan dikeluarkan dan sendok kiri yang telah terpasang dipegang oleh asisten

  4. Dengan cara yang sama, daun sendok kanan ditempatkan disamping kanan kepala anak

  Pemasangan sendok kanan : Sendok kiri yang sudah terpasang dipegang oleh asisten (atau ditahan dengan kelingking tangan kiri). Ibu jari , jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan menuntun pemasangan sendok kanan yang tangkainya dipegang tangan kanan.

  5. Dilakukan reposisi sendok cunam bilamana diperlukan untuk memudahkan penguncian cunam:

  Penguncian : Masing-masing tangan memegang tangkai cunam. Kedua ibu jari saling berdekatan diatas gagang cunam. : Kunci harus dipasang tanpa paksaan, bila perlu dapat dilakukan reposisi daun sendok untuk memudahkan penguncian

  

Traksi Percobaan ; Tangan kiri mencekap

cunam diatas kunci ; Telunjuk kanan

digunakan untuk mengetahui apakah kepala

anak ikut tertarik saat melakukan traksi percobaan

  3. Setelah traksi percobaan menunjukkan bahwa pemasangan dan penguncian cunam sudah dilakukan dengan benar, maka tindakan ini dilanjutkan dengan traisi defnitif. 

  Arah traksi yang sesuai dengan jenis klasifkasi ekstraksi Traksi definitif : Tangan kanan cunam ; Pada cunam out-let, arah ditempatkan dileher cunam dekap traksi adalah elevasi tangkai cunam dengan kepala janin. Tangan kiri sedikit kearah atas. operator disebelah distal tangan kanan.

  Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan perineum dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan

  1. Melakukan ekstraksi kepala dengan tangan kanan sambil menahan perineum dengan tangan kiri agar tidak regangan perineum yang berlebihan

  2. Persalinan tubuh anak lebih lanjut dilakukan seperti pertolongan persalinan presentasi belakang kepala seperti biasanya.

  3.Setelah bayi lahir, dilakukan plasenta manuil sambil melakukan eksplorasi jalan lahir untuk melihat adanya cedera pada jalan lahir.

Sectio Caesarea

Tujuan

Indikasi

  • Panggul sempit
  • Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran panggul
  • Ruptura uteri mengancam
  • Partus lama
  • Partus tak maju
  • Distosia serviks
  • Pre-eklamsi dan hipertensi
  • Malpresentasi janin

  Kelahiran caesar adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding perut dan dinding uterus.

  caesar adalah untuk menyelamatkan kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya; dimana kelahiran caesar dapat menjadi pilihan terbaik untuk kelahiran ketika terdapat bukti- bukti komplikasi pada ibu atau janin. Indikasi Kelahiran Caesar

  Definisi

Tahap Sectio Caesar

  1. Anesthesi Pada Sectio Caesaria Pembiusan adalah upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu menjalani operasi. Seperti pada tindakan pembedahan lainnya, bedah sectio caesaria juga memerlukan pembiusan atau anesthesia.

  2. Ada dua jenis sayatan operasi, yaitu sayatan melintang dan vertikal. Apapun jenis sayatannya, operasi caesar berlangsung sekitar 45 – 60 menit, tetapi proses melahirkan bayi sendiri hanya berlangsung 5

  • – 10 menit. ( Kasdu Dini, 2003).

  1) Sayatan melintang Dalam istilah kedokteran, sayatan ini disebut secarea pfannenstiel orang awam lebih akrab mengenal sebagai sayatan bikini atau horizontal. Sayatan pembedahan dilakukan di bagian bawah rahim (SBR), dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan diatas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. .

  2) Sayatan vertikal Disebut juga dengan operasi caesar clasik atau sectio caesaria cosporal.

  Sayatan dibuat secara vertikal atau mediana, tegak lurus mulai dari tepat di bawah perut pusar sampai tulang kemaluan

  Menyedot Cairan Ketuban

  Saat lapisan kulit yang tersayat sudah sampai rahim, maka dokter akan melakukan suctioning atau menyedot cairan ketuban. Hal ini bertujuan agar tangan dokter dapat leluasa masuk ke dalam atau memasukkan peralatan seperti forceps atau alat yang digunakan untuk mengeluarkan bayi.

  Kepala Bayi Diangkat

  Nah, pada proses ini dokter akan mengangkat bayi keluar dari dalam rahim. Biasanya bagian yang diangkat pertama kali adalah leher yang posisinya berada pada panggul. Setelah itu, dokter akan membantu menyedot cairan yang masuk pada mulut dan hidung bayi.

  Mengeluarkan Semua Bagian Tubuh Bayi

  Dokter mungkin akan melakukan manuver atau mengoyangkan tubuh bayi agar bisa dikeluarkan dari dalam lahir. Setelah kepala, bagian tubuh lain pun diangkat. Pada saat itu, mungkin kamu akan merasakan ada sesuatu yang bergoyang pada bagian perut. Setelah semua tubuh bayi berhasil diangkat, dokter akan memeriksa tali pusat dan kelainan lain yang mungkin ada pada tubuh bayi.