OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP

KULIAH KE-11

  OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP

Pasal 20 angka 1 UU KUP Jumlah pajak yang masih

  harus dibayar yang tidak dibayar oleh ditagih Penanggung Pajak dengan sesuai dengan jangka

  Surat STP waktu

  Paksa SKPKB SKPKBT SK Pembetulan SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan

  Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan tanggal jatuh tempo penundaan pembayaran

PENANGGUNG PAJAK

  orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 28)

  kecuali apabila dapat

  a. badan oleh pengurus; membuktikan dan

  b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; meyakinkan Dirjen c. badan dalam pembubaran oleh orang atau Pajak bahwa mereka badan yang ditugasi untuk melakukan dalam kedudukannya pemberesan; benar-benar tidak

  d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; mungkin untuk dibebani e. suatu warisan yang belum terbagi oleh tanggung jawab atas salah seorang ahli warisnya, pelaksana pajak yang terutang wasiatnya atau yang mengurus harta tersebut. peninggalannya; atau

  CONTOH Udin (WP orang pribadi) menyampaikan SPT Tahunan untuk tahun 2008

tepat pada waktunya yang disertai dengan setoran akhir. Pada tanggal 10

  

Oktober 2009 dikeluarkan SKPKB yang menunjukkan kekurangan pajak

yang terutang sebesar Rp1.000.000,00. Atas kekurangan tersebut ditambah

sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan. SKPKB

diterbitkan dengan penghitungan sebagai berikut :

  1. Pajak yang terutang Rp1.725.000,00

  2. Kredit Pajak : Rp 725.000,00

  3. Pajak yang kurang dibayar Rp1.000.000,00

  4. Bunga 10 bulan =2% X 10 X Rp1.000.000,00 Rp 200.000,00

  5. Pajak yang masih harus dibayar Rp1.200.000,00 harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan yaitu sampai dengan tgl 9 November 2009.

  CONTOH

  Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008

atas nama PT ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB

dengan perincian sbb: Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00 Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00 Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00

SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober

2009. Oleh KPP diberikan penundaan sampai dengan tanggal 25 Januari

2010.

  Apabila sampai dengan tanggal 25 Januari 2010 SKPKB tersebut belum dilunasi oleh PT ABC maka dilakukan penagihan dengan Surat Paksa.

BUNGA PENAGIHAN

  Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. CONTOH

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap SPT PPh Badan Tahun 2008 atas nama PT

ABC, pada tanggal 20 September 2009 diterbitkan SKPKB dengan perincian sbb: Pajak kurang bayar Rp1.200.000,00 Bunga 9 bulan (Pasal 13 ayat 2) Rp 216.000,00 Pajak yang masih harus dibayar Rp1.416.000,00 SKPKB tersebut harus sudah dilunasi paling lambat tanggal 19 Oktober 2009.

  Misalkan WP melunasi SKPKB tersebut tanggal 25 Oktober 2009.

  Bunga Penagihan: 2% x 1 x 1.416.000,00 = Rp28.320,00

  Ditagih dengan Surat Tagihan Pajak (STP)

PENAGIHAN SEKETIKA DAN SEKALIGUS

  tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.

  dilakukan apabila

  a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu; b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;

  c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan

badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau

memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;

PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA

  

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

  (Pasal 20 ayat 3 UU KUP) UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak

dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU

Nomor 19 Tahun 2000

Pasal 21 UU KUP

HAK MENDAHULU

  ayat (1) Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak. Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum.

  

Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

ayat (2) Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak. ayat (3) Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap:

  

a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk

melelang suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;

b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;

dan/atau c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan. ayat (3a)

DALUWARSA HAK MENDAHULU

Pasal 21 UU KUP

  ayat (4)

  Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.

  ayat (5)

  Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:

  a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau

DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

  Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali.

  (Pasal 22 ayat 1 UU KUP) Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan.

  

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan,

keberatan, banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa

TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Pasal 22 ayat 2 UU KUP Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila: Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut. Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara

  

mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran

utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam

hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal

surat permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang

pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena WP melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak tersebut.

Dokumen yang terkait

PENGARUH SOSIALISASI, SANKSI PERPAJAKAN, BIAYA KEPATUHAN, PENERAPAN E-FILLING DAN TAX AMNESTY TERHADAP KEPATUHAN PAJAK (Studi Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Kudus dan Pati)

1 1 19

PENGARUH PEMANFAATAN APLIKASI E-SPT MASA PPN DENGAN E-FAKTUR TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK (Studi pada KPP Pratama Jepara)

0 0 16

PENGARUH PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, KESADARAN WAJIB PAJAK, SANKSI PAJAK, ACCOUNT REPRESENTATIVE DAN PENERAPAN E- FILLING TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK (STUDI EMPIRIS WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MELAKUKAN KEGIATAN BISNIS SECARA ONLINE YANG TERDAFTAR DI KAN

1 2 17

EFEKTIFITAS PROMOSI WISATA PADA OBJEK WISATA SITE MUSEUM TAMBAKSARI DI DESA TAMBAKSARI KECAMATAN TAMBAKSARI KABUPATEN CIAMIS

0 1 11

PELAKSANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN OBJEK WISATA ALAM CITUMANG OLEH PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN CIAMIS Oleh : Cica Muliani Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Galuh Jln. R.E.Martadinata No.150 Ciamis ABSTRAK - PELAKSANAAN STRATEG

0 0 10

ANALISIS PENGGUNAAN E-FILING UNTUK PENINGKATAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK

0 1 10

PERANAN SISTEM PENAGIHAN PIUTANG DALAM MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERN PIUTANG

0 0 10

PERANAN SOSIALISASI PERPAJAKAN DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK

0 2 8

PERANAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA CIAMIS

1 2 10

Tabel berikut menyajikan profil responden karyawan SPBU berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

0 0 12