PENGEMBANGAN KOMIK KIMIA BERBASIS INKUIRI PADA MATERI TATA NAMA SENYAWA KIMIA

PENGEMBANGAN KOMIK KIMIA BERBASIS INKUIRI
PADA MATERI TATA NAMA SENYAWA KIMIA

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:
Yulia Wahyu Setya Wardani
NIM F1061131018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

PENGEMBANGAN KOMIK KIMIA BERBASIS INKUIRI
PADA MATERI TATA NAMA SENYAWA KIMIA

Yulia Wahyu Setya Wardani, Husna Amalya Melati, Rahmat Rasmawan
Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Pontianak

Email: yuliasetya95@gmail.com

Abstract
This research was aimed to produce chemistry comic that was feasible to be used. The form
of the research was research and development (R & D) which is adopted from development of
Sugiyono’s model for the research and development of Kemp’s model for set of equipment.
Chemistry comic was validated by expert judgement to find out feasibilities. The feasibilities
of the product were determined by expert judgement using validation sheets. The feasibilities
of the product are consist of a feasibility of assessment sheet on the subject or content,
feasibility of presentment, feasibility of language, feasibility of graph and feasibility of
medium. The results showed that chemistry comic have a very feasible on the feasibility of
content, presentment, language, graph, and medium with a total score 3.7; 3.8; 3.8; 3.7 and
3.7 respectively. Thus, chemistry comic can be used as supporting teaching material in the
learning process at school or outside school.
Keywords: chemistry comic, inquiry, feasibility of the product

Tata nama senyawa kimia merupakan salah
satu materi yang dipelajari di SMA/MA dan
tercakup dalam Kurikulum 2013 pada kelas X di
semester 2. Salah satu materi yang ada di dalam

tata nama senyawa kimia yaitu materi pokok tata
nama senyawa anorganik. Tata nama senyawa
anorganik berisikan hafalan yang cukup banyak
yaitu penamaan senyawa biner yang terdiri dari
sesama unsur nonlogam dan antara unsur logam
dan nonlogam, serta penamaan senyawa
poliatomik yang terdiri unsur nonlogam.
Akibatnya apabila guru tidak memberikan
penyajian materi dan proses pembelajaran yang
sesuai dengan mata pelajaran tata nama senyawa
kimia akan menyebabkan siswa cepat bosan dan
tidak tertarik dalam memahami konsep-konsep
pada materi tersebut sehingga prestasi belajarnya
menjadi rendah. Oleh karena itu, maka setiap
guru mata pelajaran kimia diharapkan mampu
menyajikan materi-materi kimia dengan lebih
menarik dan inovatif (Islamic 2016) dan
diperlukan suatu strategi yang dapat
mempermudah siswa dalam memahami dasar


dari materi tata nama senyawa. Hal tersebut
dilakukan agar siswa tidak mengalami kesulitan
pada saat menerima pembelajaran materi tata
nama senyawa anorganik, sehingga hasil belajar
yang dicapai siswa dapat maksimal (Faizah,
2013).
Wawancara yang dilakukan dengan guru
kimia di SMA Negeri 7 Pontianak bahwa materi
tata nama senyawa anorganik adalah salah satu
materi yang dianggap sulit oleh siswa. Bila siswa
hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi
tidak membaca atau memahami isi materi dalam
bahan ajar tersebut, maka siswa akan mengalami
kesusahan untuk menerima materi tata nama
senyawa kimia tersebut. Hal ini dapat dibuktikan
dengan persentasi ketuntasan nilai ulangan kimia
pada materi tata nama senyawa kimia yang
masih rendah pada Tabel 1. Dari empat kelas
yang ada satu kelas X MIA 4 merupakan kelas
yang memiliki persentase ketuntasan paling

rendah yaitu 5,41%. Hal ini menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan dalam enyelesaikan
soal-soal tata nama senyawa kimia.

Tabel 1. Persentase Ketuntasan Nilai Ulangan Harian Kimia Tahun Ajaran 2015/2016
No
1
2
3
4

Kelas
X MIA 1
X MIA 2
X MIA 3
X MIA 4
Rata-rata

Pada proses pembelajaran tata nama
senyawa kimia, bahan ajar yang digunakan oleh

guru SMA Negeri 7 yakni buku paket dan LKS.
Pemilihan bahan ajar tersebut merupakan
komponen pembelajaran yang memiliki tingkat
interaksi dengan siswa paling tinggi, dalam
artian siswa akan banyak membaca dan
mengembangkan pemikirannya lewat buku
pelajaran ini (Latif, 2010).
Hasil wawancara terungkap bahwa siswa
tidak tertarik untuk membaca buku pelajaran
yang digunakan. Terlihat dari kegiatan
pembelajaran dimulai hanya beberapa siswa

Persentase Ketuntasan
(%)
8,11
18,42
18,42
5,41
12,59
yang membuka buku pelajaran, selain itu ada

beberapa siswa hanya menyiapkan buku
pelajaran di atas meja tetapi tidak membuka
buku tersebut dan meninggalkan buku pelajaran
tersebut sepulang sekolah. Siswa menuturkan
bahwa buku pelajaran kurang menarik
dikarenakan pada materi tata nama senyawa
hanya menyajikan uraian materi yang berisi
banyak tulisan dan hanya menampilkan
beberapa gambar. Terbukti dengan angket siswa
terhadap bahan ajar yang digunakan pada Tabel
2.

Tabel 2 Persentase Angket Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Pontianak Terhadap Bahan Ajar
yang Digunakan
No
1
2
3
4
5

6
7

8

Tanggapan
Siswa (%)
Ya

Pernyataan
Saya memahami materi setelah belajar menggunakan
buku pelajaran kimia
Buku pelajaran kimia membuat saya bingung dalam
memahami pelajaran
Saya suka membaca buku pelajaran kimia
Saya bosan membaca buku pelajaran kimia yang terlalu
banyak tulisan
Saya lebih senang membaca buku bergambar atau komik
Saya senang membaca komik berwarna
Jika ada LKS Kimia, buku paket kimia, dan komik kimia

yang memuat materi pelajaran kimia yang sama. Maka
yang akan Anda baca:
LKS kimia
Buku paket kimia
Komik kimia
Buku pelajaran kimia menurunkan semangat saya belajar

Buku
paket yang digunakan tersebut
membuat siswa merasa bosan karena berisikan

62,00
46,00
34,67
58,67
78,00
75,33

36,67
16,67

76,00
18,67

banyak tulisan. Padahal manfaat bahan ajar
sebagai media pengajaran itu adalah dapat

menarik perhatian siswa untuk membacanya dan
dapat membimbing siswa untuk belajar mandiri.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2015)
mengemukakan bahwa salah satu manfaat media
pengajaran dalam proses pembelajaran siswa
yaitu pengajaran akan lebih menarik perhatian
siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi
belajar siswa. Selain itu, Slameto (dalam
Purwanti, 2014) menambahkan bahwa media
erat kaitannya dengan cara belajar siswa, karena
media yang digunakan guru pada waktu
mengajar digunakan pula oleh siswa untuk
menerima bahan yang diajarkan itu. Sehingga
diperlukan

media
yang
tepat
untuk
memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang
diberikan kepada siswa yaitu komik kimia.
Komik kimia merupakan cerita bergambar
yang memuat materi tata nama senyawa kimia
yang dapat menarik perhatian siswa dan
memudahkan pemahaman siswa dalam
penggunaannya. Menurut Scout McCloud
(dalam Waluyanto, 2005:51) bahan ajar yang
berbentuk gambar seperti komik dapat memiliki
artian untuk menyampaikan informasi dan
mencapai tanggapan estetis dari pembacanya.
Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita
bergambar yang ringan dan menghibur. Komik
adalah suatu bentuk media komunikasi visual
yang
mempunyai

kekuatan
untuk
menyampaikan informasi secara popular dan
mudah dimengerti oleh pembaca.
Buku ajar yang digunakan di SMA Negeri
7 Pontianak kurang menekankan pada kurikulum
2013. Buku ajar tersebut masih menggunakan
pendekatan behavioristik yang ditekankan pada
penambahan pengetahuan bukan mengkaitkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari,
selain itu banyak materi yang bisa di gali dari
siswa agar menjadi konsep yang bisa ditemukan
oleh siswa itu sendiri sehingga sesuai dengan
pembelajaran saintifik kurikulum 2013. Oleh
karena itu bahan ajar ini disusun harus sesuai
dengan pembelajaran saintifik kurikulum 2013
dan karakteristik siswa SMA kelas X.
Pendekatan inkuiri merupakan suatu
pendekatan yang merangsang siswa untuk
berpikir, menganalisa suatu persoalan sehingga
menemukan pemecahannya. Inkuiri juga dapat
membimbing siswa untuk dapat berpikir ilmiah,
sistematis, logis serta dapat menarik kesimpulan

sendiri. Metode inkuiri dapat membangkitkan
rasa ingin tahu dan memupuk sikap ilmiah
sehingga siswa akan mendapatkan pemahaman
yang lebih baik serta tertarik terhadap sains jika
mereka dilibatkan dalam kegiatan sains. Hasil
penelitian Wenning (2015) menunjukkan bahwa
pembelajaran berbasis inkuiri memberikan siswa
pengalaman dalam bekerja secara ilmiah. Suma
(2010) juga menjelaskan bahwa pembelajaran
berbasis inkuiri efektif dalam meningkatkan
penguasaan materi dan penalaran ilmiah.
Berdasarkan
uraian
yang
telah
dikemukakan, maka perlu dikembangkan bahan
ajar yang dapat mengatasi keterbatasan buku
yang ada yaitu dengan komik kimia berbasis
pendekatan inkuiri dengan pada materi tata nama
senyawa kimia anorganik kelas X MIA SMA
Negeri 7 Pontianak yang diharapkan dapat
menarik perhatian siswa dalam mempelajari
materi kimia dan membimbing siswa untuk
belajar mandiri serta menggungkapkan ide atau
gagasan dalam menemukan sendiri konsep
materi.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah model penelitian dan
pengembangan (research and development).
Penelitian ini menggunakan model penelitian
Sugiyono dan pengembangan model perangkat
Kemp. Pada penelitian ini, produk yang
dikembangkan berupa bahan ajar komik kimia
berbasis inkuiri pada materi tata nama senyawa
kimia anorganik.
Instrumen
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data berupa angket kelayakan
terhadap komik kimia. Angket kelayakan
disusun dengan maksud untuk mengevaluasi
kualitas komik kimia yang dikembangkan.
Tahap Persiapan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
persiapan penelitian antara lain: (1) melakukan
pra-riset di SMA Negeri 7 Pontianak dengan
mengidentifikasi potensi dan masalah serta
mengumpulkan data; (2) membuat instrumen
penelitian berupa angket kelayakan komik
kimia.

Tahap Desain Produk
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap
desain produk menggunakan pengembangan
model perangkat Kemp antara lain: (1)
mengidentifikasi masalah pembelajaran (2)
mengidentifikasi karakter siswa; (3) analisis
tugas; (4) perumusan tujuan pembelajaran; (5)
pengurutan konten/isi; (6) strategi pra
intruksional; dan (7) pemilihan model
pembelajaran.
Tahap Validasi desain
Tahap ini digunakan untuk memvalidasi desain
produk dengan uji coba kelayakan komik kimia.
Validasi kelayakan komik kimia meliputi: (1)
kelayakan isi dan (2) kelayakan penyajian oleh
dua orang dosen kimia dan seorang guru yang

ada di sekolah SMA Negeri 7 Pontianak, (3)
kelayakan bahasa oleh seorang yang ditunjuk
pihak balai bahasa, (4) kelayakan grafika oleh
seorang yang ahli dalam melihat grafik pada
media dan (5) kelayakan media oleh seorang
yang ahli dalam membuat komik.
Tahap Revisi Desain Produk
Tahap revisi desain produk dilakukan revisi
untuk kesalahan-kesalahan dan saran dari semua
ahli bersangkutan.
Tahap Akhir
Pada tahap akhir dilakukan analisis data dan
menyusun laporan penelitian. Dari prosedur
penelitian diatas, dapat lihat pada Gambar 1:
prosedur penelitian.

Persiapan Penelitian
Pra Riset
Penyusunan Draf Media Komik
Identifikasi Masalah Pembelajaran

Pengurutan
Konten/ Isi

Strategi Pra
Instruksional

Perumusan Tujuan
Pembelajaran
Strategis
Pembelajaran

Instrumen Evaluasi
Draf Media Komik

Validasi Desain
Revisi
Tidak Valid

Valid

Menganalisis Data
Menyusun Laporan Penelitian
Bagan 1. Prosedur Penelitian

Identifikasi
Karakteristik Siswa

Analisis Tugas

Pemilihan Model
Pembelajaran

kategori sangat layak, namun ada beberapa saran
oleh para ahli untuk memperbaiki komik kimia
tersebut agar menjadi lebih baik.

Skor Total

HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Produk pengembangan bahan ajar menjadi
komik dikemas dalam bentuk hardfile ukuran
A5 menggunakan kertas art paper 120g dan
180g pada cover komik. Proses pembuatan
komik kimia menggunakan aplikasi Toondoo
dan Adobe Photoshop CS6.
Secara garis besar komik kimia berisi: (1)
petunjuk penggunaan komik; (2) KI, KD dan
indikator; (3) materi tata nama senyawa
anorganik yaitu pengertian senyawa biner dan
poliatomik serta aturan penamaannya; (4) latihan
soal; (5) sistem periodik unsur; (6) biodata
penulis.
Setelah produk hasil pengembangan selesai
dibuat, maka dilakukan validasi oleh tiga orang
ahli materi/isi dan penyajian, satu orang ahli
bahasa, kegrafikan, dan media. Data hasil
validasi komik kimia diperoleh dengan
menggunakan pedoman lembar validasi yang
dinilai layak untuk digunakan.
Hasil validasi ahli materi/isi dan media
terhadap komik kimia mendapat rata skor 3,7
dengan kategori sangat layak. Ahli penyajian
dan bahasa memberikan nilai dengan kategori
sangat layak pada rata skor 3,8. Ahli kegrafikan
memberikan nilai 3,5 dengan kategori sangat
layak. Terlihat hasil yang diperoleh dalam
5
4
3
2
1
0

4

Kesesuaian
dengan
kebutuhan
siswa

1.

Validasi Materi/isi
Validasi materi/isi bertujuan untuk
menyesuaikan isi dalam komik kimia dengan
materi pelajaran, tujuan yang akan dicapai
sehingga dapat memudahkan siswa dalam
memahami materi. Hasil validasi materi/isi
diperoleh rata skor 3,7 dengan kategori sangat
layak. Rata skor yang didapat adalah hasil dari
tiga para ahli materi. Komponen yang dinilai
terdapat kategori sangat layak pada aspek nomor
1, 3, 4, dan 5, kemudian untuk kategori layak
pada aspek nomor 2 dan 6 yang dapat di lihat
pada Grafik 1.

3.7

3.3

Kesesuaian
dengan KI
dan KD

Pembahasan
Memperhatikan hasil validasi yang
diperoleh oleh para ahli maka dapat dikatakan
bahwa bahan ajar yang dikembangkan berupa
komik kimia termasuk dalam kategori sangat
layak sehingga dapat disimpulkan komik kimia
layak untuk digunakan. Namun hasil tersebut
tidak terlepas dari proses pengembangan komik
kimia yang dilakukan secara sistematis dan
meninjaklanjuti saran yang diberikan oleh para
ahli.

4

4
3.3

Kesesuaian
Manfaat
Kesesuaian Kebenaran
dengan nilai
untuk
substansi
dengan
penambahan moral, dan
materi
kebutuhan
nilai-nilai
bahan ajar pembelajaran wawasan
sosial
Kriteria yang Dinilai

Grafik 1. Kelayakan Bahan Ajar Komik Kimia Berbasis Inkuiri berdasarkan Ahli Materi/ Isi
Proses
pembuatan
komik
kimia
menggunakan dua referensi tingkat universitas
yaitu Kimia Dasar 1 oleh Syukri (1994) dan
Kimia Dasar Edisi Ketiga Konsep-konsep Inti
Jilid 1 oleh Raymond Chang (2003). Sedangkan

untuk dua referensi tingkat SMA adalah Kimia
untuk SMA/MA Kelas X oleh A. Haris Watoni
(2013) dan Pegangan Guru Kimia Peminatan
Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam oleh Rufaida
dan Qurniawati (2014).

Informasi yang diberikan pada komik berkaitan
dengan adanya senyawa anorganik pada benda
di kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah
senyawa yang terdiri dari unsur logam dan
nonlogam yaitu senyawa Fe2O3 yang terdapat
pada besi yang berkarat. Selain itu, pada cover
belakang komik terdapat informasi tentang soda
kue yang termasuk salah satu senyawa
anorganik. Namun ada hal yang disarankan
untuk menambahkan sistem periodik unsur pada
bagian akhir agar mempermudah siswa dalam
mengikuti materi tentang unsur logam dan
nonlogam yang diberikan. Sistem periodik unsur
diletakkan pada halaman 23 di belakang soal
latihan. Diletakkan pada halaman 23 karena SPU
adalah informasi pendukung yang membedakan
senyawa logam dan nonlogam.
Kebutuhan bahan ajar telah disajikan pada
tahap identifikasi masalah pembelajaran dimana
siswa tidak tertarik untuk membaca buku
pelajaran karena memuat banyak tulisan, tidak

berisikan gambar ataupun warna yang menarik.
Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Edmund
Faison (James W. Brown dalam Sudjana dan
Rivai, 2013) tentang penggunaan gambar dan
grafik dalam pengajaran dapat membuktikan
bahwa gambar-gambar berwarna lebih menarik
minat siswa daripada hitam putih.
Setiap pembahasan di dalam komik sudah
terdapat dua contoh di setiap bahasannya dari
tingkat sedang hingga tingkat yang sulit. Dua
contoh ini dianggap sudah memenuhi bahasan
yang ada dan tidak berdampak pada ketebalan
halaman komik yang ada. Bila halaman komik
tersebut terlalu tebal, siswa akan merasa bosan
untuk membacanya. Selain itu terdapat
perbaikan yang disarankan oleh validator yaitu
memperbaiki beberapa kata pada soal posttest
sehingga sesuai dengan indikator yang ada dan
tidak membingungkan siswa dalam memahami
soal. Salah satunya pada soal posttest nomor 1.

Sebelum Revisi

Sesudah Revisi

Gambar 1. Perbaikan pada Soal Posttest
Validasi Penyajian
Validasi penyajian pada komik ini
bertujuan untuk menampilkan materi pada
komik dengan sistematis dan sesuai dengan
pemikiran siswa sehingga tidak membingungkan
siswa saat membaca. Hasil validasi diperoleh
rata skor 3,8 dengan kategori sangat layak. Rata

Skor Total

2.

4.1
4
3.9
3.8
3.7
3.6
3.5

skor yang didapat adalah hasil dari tiga para ahli
penyajian. Semua kriteria pada validasi
penyajian mendapat kategori sangat layak yang
dapat dilihat pada Gambar 2. Kriteria pertama
dan kedua memiliki satu aspek yang dinilai dan
keriteria ketiga memiliki dua aspek yang dinilai.

4
3.85
3.7

Urutan sajian

Pemberian motivasi, daya Kelengkapan informasi
tarik
Kriteria yang Dinilai

Grafik 2.Kelayakan Bahan Ajar Komik Kimia Berbasis Inkuiri berdasarkan Ahli Penyajian

Kriteria pertama mengenai aspek konsep
yang disajikan pada komik kimia mendapat
kategori sangat layak. Aspek tersebut sesuai
dengan rancangan pada model perangkat Kemp
yang dibuat pada pengurutan konten/ isi.
Konten/ isi diurutkan dari definisi dan diikuti
contoh
untuk
memudahkan
siswa
menyimpulkan aturan yang digunakan dan
memahami materi yang ada. Hal ini sesuai
dengan pendapat Amri dan Ahmadi (2010:165)
yang mengatakan bahwa urutan penyajian sangat
penting untuk menentukan urutan mempelajari
bahan ajar sehingga bila tidak dibuat secara
berurutan, siswa akan mengalami kesulitkan
dalam mempelajarinya.
Aspek pemberian motivasi pada kriteria
kedua mendapat kategori sangat layak. Aspek
pemberian motivasi pada komik kimia terdapat
pada awal cerita komik. Cerita pada komik
menerangkan bahwa senyawa anorganik
terdapat pada benda-benda di sekitar dan terletak
di bawah petunjuk penggunaan.

Sebelum Revisi

Kriteria ketiga memiliki dua aspek yang
dinilai yaitu kelengkapan informasi dan petunjuk
penggunaan komik kimia.
Kelengkapan
informasi yang disajikan akan menuntun siswa
mempelajari materi yang dimulai dari awal
hingga akhir. Misalnya, menuntun siswa dalam
memberikan nama senyawa dimana siswa harus
dapat membedakan senyawa logam dan
nonlogam
terlebih
dahulu
kemudian
memberikan nama pada senyawa tersebut.
Petunjuk penggunaan komik kimia dibuat
dengan
penomoran
bertujuan
untuk
memfokuskan pembaca agar memahami
petunjuk yang ada sehingga tidak menimbulkan
kebingungan ketika ingin menggunakan komik
tersebut. Namun ada perbaikan yang disarankan
oleh validator yaitu mengubah dan menambah
beberapa redaksi petunjuk penggunaan komik.
Petunjuk penggunaan akan mengarahkan siswa
agar tidak bingung menggunakan komik.
Beberapa saran validator adalah mengubah kata
“diselingi” menjadi kata “dilengkapi” pada
Gambar 2.

Sesudah Revisi

Gambar 2. Petunjuk Penggunaan Komik Kimia
Namun ada beberapa perbaikan yang
disarankan oleh ahli penyajian yaitu untuk
mengubah ilustrasi pada panel komik, dan
perbaikan narasi pada panel. Ilustrasi pada panel
harus diubah karena ilustrasi yang ada tidak
cocok dengan alur cerita komik. Pada panel

Sebelum Revisi

sebelum revisi berisi percakapan dan sesudah
revisi menjadi panel yang berisi informasi
mengenai aturan Yunani pada tata nama
senyawa anorganik.
Saran yang pertama
diberikan untuk mengubah ilustrasi pada panel
komik halaman 13 pada Gambar 3.

Sesudah Revisi

Gambar 3. Perubahan Ilustrasi pada Panel Komik

Saran selanjutnya yaitu untuk perbaikan
narasi. Perbaikan narasi dilakukan untuk
mengaitkan alur yang ada pada tiap panel dan

menuntun pembaca untuk memahami alur dalam
komik tersebut salah satunya halaman 1 yang
dapat dilihat pada Gambar 4.

Sebelum Revisi

Sesudah Revisi

Gambar 4. Perbaikan Narasi pada Panel
Validasi Bahasa
Validasi bahasa bertujuan untuk melihat
apakah bahasa yang digunakan pada komik
kimia ini sesuai dengan karakter siswa SMA
kelas X dan tidak menimbulkan kata-kata yang
Skor Total

3.

5
4
3
2
1
0

rancu. Hasil yang diperoleh termasuk kategori
sangat layak dengan rata skor 3,8. Aspek yang
terdapat pada validasi bahas mendapat kategori
sangat layak pada kriteria satu dan tiga
sedangkan kategori layak pada kriteria dua.

4

4
3

Kejelasan informasi

Kesesuaian dengan kaidah
Bahasa Indonesia yang baik
dan benar
Kriteria yang Dinilai

Pemanfaatan bahasa secara
efektif dan efisien (jelas dan
singkat)

Grafik 3. Kelayakan Bahan Ajar Komik Kimia Berbasis Inkuiri berdasarkan Ahli Bahasa
Validator memberikan skor dengan
kategori sangat layak pada kriteria pertama
dengan aspek kejelasan informasi dan bahasa
yang digunakan mudah dimengerti, dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda. Dengan
kategori ini, diharapkan siswa tidak mengalami
kesulitan memahami materi pada komik karena
penggunaan bahasa yang sesuai dengan karakter
siswa. Pada aspek informasi yang ada di dalam
komik kimia jelas dan tidak berbelit-belit
ditunjukkan dengan diadospsinya kata-kata dari
beberapa referensi dengan tidak mengubah
makna aslinya dan tidak berbelit-belit dalam
menyampaikan informasi sehingga siswa
dituntun memahami informasi tahap demi tahap.

Pada komik kimia menggunakan bahasa yang
sering digunakan oleh siswa, sehingga siswa
tidak memerlukan penalaran untuk memahami
isi komik. Bahasa yang digunakan dalam komik
kimia tidak menimbulkan penafsiran ganda
karena bahasa yang digunakan tidak
menimbulkan respon atau tanggapan yang tak
sesuai sehingga pesan tersampaikan secara
benar.
Kriteria kedua yaitu pada kesesuaian
dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan
benar mendapatkan kategori layak dengan skor
3. Skor ini didapat karena masih ada kesalahan
pada penggunaan awalan dan tanda baca
sehingga dapat merubah intonasi pada kalimat.

Ahli bahasa menyarankan untuk menulis
kata dengan awalan dan tanda baca yang benar
supaya dapat menunjukkan struktur suatu
tulisan, jeda, dan intonasi saat dibaca salah

satunya pada halaman 6. Kata “dimana” yang
terdapat pada balon kata diperbaiki menjadi “di
mana?”

Sebelum Revisi

Sesudah Revisi

Gambar 5. Perbaikan Tata Cara Penulisan
Tata cara penulisan yang diperbaiki harus
sesuai dengan pedoman umum ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan. Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan (2012:15) adalah
kata ungkapan asing harus dicetak miring yang
menandakan ungkapan tersebut telah diserap ke
dalam bahasa Indonesia, pemisahan kata depan
yang benar seharusnya awalan di- dipisah saat
menyatakan tempat, penggunaan tanda tanya
pada kalimat tanya, dan penggunaan tanda seru
untuk
mengakhiri
ungkapan
atau
menggambarkan pernyataan yang berupa seruan
atau perintah. Ejaan bahasa Indonesia di atas
harui diikuti oleh pembuatan kalimat yang ada.
Kriteria ketiga dengan dua aspek yang
dinilai yaitu penggunaan bahasa yang
komunikatif dan bahasa yang digunakan
dikemas dengan efektif dan efisien. Pada aspek
penggunaan
bahasa
yang
komunikatif

ditunjukkan oleh penggunaan bahasa yang sudah
biasa digunakan meskipun susunan kalimatnya
kurang tepat tetapi dapat dipahami oleh
pembaca. Bahasa yang efektif dan efisien dilihat
dari pemilihan kata yang sewajarnya saja serta
tidak berkonotasi kurang baik.
4.

Validasi Kegrafikan
Validasi ini bertujuan untuk melihat
kesesuaian antara grafik pada penggunaan
komik kimia yang baik. Hasil validasi
kegrafikan diperoleh rata skor 3,5 yang masih
tergolong kategori sangat layak. Kriteria
pertama memiliki dua aspek yang dinilai dengan
rata skor 3,5, kriteria kedua memiliki satu aspek
yang dinilai dengan skor 3, kriteria ketiga
memiliki dua aspek yang dinilai dengan rata skor
4, dan kriteria keempat memiliki satu aspek yang
dinilai dengan skor 3.

Skor Total

6
4

3.5

4
3

3

2
0
Penggunaan font, Lay out atau tata Ilustrasi, gambar Desain tampilan
jenis dan ukuran
letak
Komponen yang Dinilai

Grafik 4: Kelayakan Bahan Ajar Komik Kimia Berbasis Inkuiri berdasarkan Ahli
Kegrafikan
Aspek penggunaan jenis font dan ukuran
font pada kriteria pertama menunjukkan kategori
sangat layak. Penggunaan jenis font yang dipilih
pada komik ini adalah jenis Arial. Font ini sudah

sesuai dengan standar umum pada buku karena
font yang dipilih dapat dibaca dengan jelas dari
jarak jauh maupun dekat sehingga tidak
menyusahkan siswa dalam membaca tulisan

yang ada di komik kimia dan dapat menarik
perhatian siswa untuk membacanya. Untuk
aspek ukuran font, validator memberikan saran
untuk konsisten dalam ukuran font pada setiap
balon kata. Alasan tidak dikonsisten ukuran font
pada komik karena disesuaikan dengan panjang
pendeknya kalimat pada balon kata. Tidak
konsistennya font tersebut masih bisa dibaca
dengan jelas oleh siswa sehingga siswa tidak
merasa lelah dan tidak perlu membaca dengan

jarak dekat saat menggunakannya dan bila tidak
disesuaikan maka akan menutupi gambar yang
ada. Selain itu saran dari validator yaitu
memperbesar animasi buku pada komik kimia
dapat dilihat pada Gambar 6. Perbesaran ini akan
memperjelas gambar buku paket yang dibaca
siswa dan memperjelas tulisan yang ada di dalam
animasi buku. Ukuran font yang kecil menjadi
ukuran font yang besar sehingga tulisan yang ada
menjadi lebih jelas.

Sebelum Revisi

Sesudah Revisi
Gambar 6. Animasi Buku

Kriteria kedua mengenai tata letak teks
mendapatkan skor 3 dengan kategori layak. Tata
letak teks pada komik sudah disusun secara
proporsional supaya tidak menutupi tokoh yang
ada sehingga berdampak pada letak balon kata
pada panel.
Aspek ilustrasi gambar dan kejelasan warna
ilustrasi pada kriteria ketiga mendapat kategori
sangat layak dengan rata skor 4. Ilustrasi gambar
dan warna yang ada menampilkan gambar yang
baik, jelas, kontras dan sesuai dengan
percakapan yang ada. Untuk pemilihan resolusi
pada komik ini adalah 300 dpi. Hal ini sejalan
pendapat Sant (2005:127) yang mengatakan
bahwa resolusi 300 dpi adalah resolusi yang

Sebelum Revisi

sudah baik dan tidak terlihat pecah jika dinikmati
tetapi bila gambar yang dibuat dengan resolusi di
bawah 300dpi maka gambar tersebut bisa terlihat
pecah.
Desain cover dan isi yang ada dalam komik
pada kriteria keempat mendapat skor 3 dengan
kategori layak. Pada isi komik terdapat gambar
yang terlalu monoton sehingga harus diubah
agar sesuai dengan balon kata yang ada. Namun
terdapat perbaikan yang disarankan oleh
validator terhadap panel yang ada yaitu untuk
mengubah ekspresi wajah tokoh sehingga tidak
monoton saat dibaca. Hal ini ditunjukkan pada
Gambar 7.

Sesudah Revisi

Gambar 7. Perbaikan Ekspresi Wajah Tokoh

Validasi Media
Validasi media bertujuan untuk melihat
apakah media yang telah dibuat sesuai dengan
media yang baik sehingga dapat meningkatkan
kualitas media yang dikembangkan. Hasil yang
diperoleh pada saat validasi yaitu 3,7 dengan
Skor Total

5.

4.5
4
3.5
3

kategori sangat layak dengan tiga kriteria.
Kriteria pertama memuat empat aspek yang
dinilai. Kriteria kedua dengan lima aspek yang
dinilai. Kriteria ketiga memuat tiga aspek yang
dinilai.

4

3.75
3.4

Tampilan komik

Kemudahan
menggunakan komik

Bahan yang
dipergunakan pada
komik

Komponen yang Dinilai

Grafik 5: Kelayakan Bahan Ajar Komik Kimia Berbasis Inkuiri berdasarkan Ahli Media
Kriteria pertama mendapat rata skor 3,75
dengan kategori sangat layak. Aspek yang
terdapat pada kriteria pertama mengenai desain
cover depan dan belakang pada komik kimia,
background dan karakter yang konsisten. cover
komik kimia menunjukkan desain cover yang
dibuat telah dinyatakan menarik sehingga siswa
dapat tertarik untuk membacanya. Sejalan
dengan ketentuan dalam teknik penyusunan
bahan ajar yaitu adanya stimulan yang
menyangkut enak tidaknya bahan ajar cetak

Sebelum Revisi

yang dilihat dan tulisannya dapat mendorong
pembaca untuk berpikir (Prastowo, 2013:74).
Namun
validator
menyarankan
untuk
memperbaiki sampul depan pada komik karena
sampul komik terlihat terlalu ramai dan kurang
mencantumkan identitas. Misalnya identitas dan
fakultas penulis pada Gambar 8. Background
dan karakter yang konsisten menunjukkan
bahwa yang komik yang telah dibuat tidak
memiliki perbedaan dalam gambarnya setiap
tokohnya sehingga tidak membingungkan siswa.

Sesudah Revisi

Gambar 8. Perbaikan pada Sampul Komik Kimia
Kriteria kedua mengenai kemudahan
mengggunakan komik meliputi bentuk huruf,
ukuran huruf, balon kata dan ilustrasi yang
digunakan mendapat kategori layak dengan rata
skor 3,4 . Untuk bentuk huruf dan ukuran
hurufnya diberi skor dengan kategori layak
sebagaimana sudah dikatakan pada aspek

penyajian. Untuk bentuk huruf dan ukuran huruf
yang dipilih sudah disesuaikan dengan
kemudahan siswa dalam membaca komik
tersebut. Aspek balon kata dan ilustrasi yang
digunakan sudah memenuhi kategori sangat
layak sehingga siswa tidak mengalami kesulitan
untuk membaca balon kata yang ada dan

memahami isi cerita di dalam komik kimia yang
disertai ilustrasi gambar yang digunakan.
Kriteria ketiga mengenai bahan yang
dipergunakan dalam komik kimia memuat
komik yang nyaman dan aman digunakan, serta
pemilihan bahan yang tepat mendapat rata skor
4 dengan kategori sangat layak. Bahan yang
digunakan pada komik kimia yaitu art paper.
Bahan tersebut tidak cepat rusak dan halus tidak
melukai tangan sehingga sangat baik untuk
setiap produk cetak. Sejalan dengan Mulyani
(2015) dimana media komik diupayakan
menjadi media yang memiliki kualitas baik
dengan mencetak menggunakan kertas yang
berkualitas baik dan dicetak hard cover agar
media awet dan tahan lama serta dapat
digunakan berulang-ulang
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan tentang pengembangan komik kimia
berbasis inkuiri pada materi tata nama senyawa
kimia kelas X MIA SMA Negeri 7 Pontianak,
dapat disimpulkan bahwa: (1) pengembangan
komik kimia pada materi tata nama senyawa
kimia siswa kelas X MIA SMA Negeri 7
Pontianak dinyatakan valid dan sangat layak
pada kelayakan isi, kelayakan penyajian,
kelayakan bahasa, kelayakan kegrafikan, dan
kelayakan media dengan skor total berturut-turut
3,7; 3,8; 3,8; 3,7 dan 3,7.
Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
terdapat beberapa temuan yang dapat dijadikan
saran untuk kelanjutan penelitian kedepannnya.
Saran-saran yang dimaksud adalah sebagai
berikut: (1) komik kimia perlu dilakukan tahap
pengembangan selanjutnya yaitu uji lapangan
utama agar dapat dilihat keefektifannya dalam
pembelajaran di
kelas; (2) komik kimia
diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi bagi
para guru untuk mengembangkan bahan ajar
serupa dan disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran; (3) perlu dikembangkan lebih
lanjut penelitian tentang pengembangan komik
komia dengan materi pokok yang lain, sehingga
komik kimia yang dikembangkan dapat
digunakan siswa sebagai bahan belajar mandiri.

DAFTAR RUJUKAN
Amri, Sofan dan Iif Khoirul Ahmadi. 2010.
Konstruksi Pengembangan Pembelajaran.
Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.
Islamic, Andre Reza, J.S Sukardjo, dan Nanik
Dwi Nurhayati. 2016. Penerapan Metode
Pembelajaran
Team
Assisted
Individualization (TAI) Dilengkapi Media
Handout Untuk Peningkatkan Prestasi
Belajar Dan Interaksi Sosial
Siswa
Pada Materi Pokok Tata Nama Senyawa
Kimia Dan Persamaan
Reaksi Kimia
Kelas X2 Sma Negeri
Gondangrejo
Karanganyar Tahun
Pelajaran
2013/2014. Jurnal Pendidikan Kimia. Vol.
5 No. 2.
Faizah, Laily Sa’idatul, Dermawan Afandy,
Muhammad
Su’aidy.
2013.
Studi
Pemahaman Konsep Tata Nama Iupac
Senyawa Anorganik Siswa Kelas X Sma
Negeri 9 Malang Semester 2 Tahun Ajaran
2012/2013.
Skripsi. Program Studi
Pendidikan Kimia Jurusan Kimia FMIPA
Universitas Negeri Malang.
Latif, Abdul, dkk. 2010. Pengembangan
Representasi Kimia Berbasis Knowledge
Building Environment Pada Pembuatan
Bahan Ajar Pokok Bahasan Elektrokimia.
Jurnal Pendidikan Kimia.
Prastowo, Andi. 2013. Panduan Kreatif
Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press.
Mulyani, Sri Puji. 2015. Pengembangan Media
Komik Untuk Pembelajaran
Bahasa
Jawa Di Kelas III SD Negeri
Tegalpanggung. Skripsi. Universitas
Yogyakarta.
Nugraha, Eka Arif, Dwi Yulianti, Siti
Khanafiyah. 2013. Pembuatan Bahan Ajar
Komik Sains Inkuiri Materi Benda Untuk
Mengembangkan Karakter Siswa Kelas Iv
Sd. Unnes Physic Education journal 2 (1)
(2013).
Purwanti.
2015.
Pengembangan
Media
Pembelajaran
Monopoli
Chemistry
(Mochi) Pada Materi Reaksi Redoks Siswa
Kelas X SMA Negeri Di Pontianak.
Skripsi.
Universitas
Tanjungpura
Pontianak.

Sant, Esvandiari. 2005. Seri Penuntun Praktis
Cara Mudah Mengedit Komik dengan
Photoshop. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2015. Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D). Bandung: CV. Alfabeta.
Suma, Ketut. (2010). Efektivitas Pembelajaran
Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan

Pengusaan Konten dan Penalaran Ilmiah
Calon Guru Fisika. Fakultas
MIPA,
Universitas Pendidikan Ganesha. Jurnal
Pendidikan dan
Pengajaran, 43(6), 4755.
Waluyanto, Heru Dwi. 2005. Komik sebagai
Media Komunikasi Visual Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan. Vol 7. No 2: 45-55
Wenning, C. J. 2005. Levels of inquiry:
Hierarchies of pedagogical practices and
inquiry processes. In J. Phys. Teach. Educ.