DOMINASI BUDAYA PADA KELUARGA PERKAWINAN CAMPUR ANTAR ETNIS Febrianti Saputri, Yohanes Bahari, Supriadi Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak Email : febriyantisaputry2017gmail.com Abstract - DOMINASI BUDAYA PADA KELUARGA PERKAWINAN CAMP

  

DOMINASI BUDAYA PADA KELUARGA PERKAWINAN

CAMPUR ANTAR ETNIS

Febrianti Saputri, Yohanes Bahari, Supriadi

  

Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP Untan Pontianak

Email : febriyantisaputry2017@gmail.com

Abstract

  

This thesis title is "Cultural Dominance At Inter-Ethnic Mixed Marriage

Family". The purpose of this study was to determine the cultural

dominance of ethnic intermarriage families in the hamlet of Paradise. The

approach used is qualitative descriptive method. The data collection

technique used is the technique of interview, observation and

documentation. The analysis in this study are presented in descriptive

qualitative by using informants as many as 10 people consisting of 5 pairs

of ethnic intermarriage-Dayak Java, Java-Sambas, and Java-Bugis. The

results showed that there has been a cultural domination kinship systems

related to culture, livelihood systems, language, and art on each pair of

mixed marriages. Some informants have dominated in his work, from the

kinship system of each child to follow the ethnic intermarriage couples

ayahya, customary marriages performed depends on the agreement of the

mixed marriage couples. 4 languages in terms of interbreeding dominant

partner uses the Java language, while one pair of intermarrying more

dominant use Malay Sambas. In terms of art, intermarried couples retain

the more dominant Javanese art. while one pair of intermarrying more

dominant use Malay Sambas. In terms of art, intermarried couples retain

the more dominant Javanese art. while one pair of intermarrying more

dominant use Malay Sambas. In terms of art, intermarried couples retain

the more dominant Javanese art.

  Keywords: Cultural Domination, Inter-Ethnic Marriages

PENDAHULUAN istiadat. Namun diantara berbagai

  bentuk yang ada, perkawinan Indonesia merupakan negara merupakan salah satu contoh yang yang terdiri dari bermacam-macam dapat dilihat secara adat istiadat etnik suku bangsa atau etnik (multietnik), setempat yang dapat diterima serta dengan derajat keberagaman yang diakui secara umum oleh masyarakat, tinggi dan memiliki peluang yang tidak sedikit juga yang masih besar dalam mewujudkan perkawinan terdapat kesenjangan atau perbedaan yang berbeda budaya adat dan tradisi. yang terjadi. Perkawinan yang dilangsungkan

  Berbicara tentang etnis tidak lepas mengandung nilai-nilai atau norma- dari kebudayaan. Setiap masyarakat norma budaya yang sangat kuat dan berurusan dengan hasil-hasil mengikat. Budaya yang berbeda kebudayaan. Ada beberapa pendapat melahirkan standar masyarakat yang mengenai kebudayaan, menurut E.B berbeda dalam berbagai aspek Tylor (dalam Soekanto, 1982:172) kehidupan, termasuk juga dalam yang menyatakan, “Kebudayaan mengatur hubungan perkawinan adat adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.

  Soerjono Soekanto2012:154 menyatakan bahwa, “ada tujuh unsur kebudayaan yang dianggap sebagai

  cultural universal , yaitu : 1)

  peralatan dan perlengkapan hidup manusia, 2) mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, 3) sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan), 4) bahasa, 5) kesenian, 6) sistem pengetahuan, 7) religi (sistem kepercayaan)”

  Menurut Horton (1999:65-66), “Amalgamasi berarti pembauran biologis dua kelompok manusia yang masing-masing memiliki fisik yang berbeda, sehingga keduanya menjadi satu rumpun. Amalgamasi merupakan istilah perkawinan campur antar etnis”.

  Dominasi budaya pada keluarga perkawinan campur antar etnis menarik diamati, di mana pasangan dari pernikahan tersebut akan menjadi salah satu etnis mereka sebagai identitasnya. Adapun pasangan beda etnis yang akan diamati penulis adalah pasangan etnis Jawa-Dayak, Jawa-Sambas dan

  Banyak orang yang menginginkan memiliki sebuah keluarga yang harmonis sampai akhir hayatnya nanti, memiliki keluarga yang bahagia guna memperoleh masa depan yang lebih baik, yaitu dengan melalui perkawinan yang sah di depan agama dan orang banyak. Hal ini juga sejalan dengan maksud dari perkawinan yang dipaparkan menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pada BAB I Dasar Perkawinan Pasal 1 (Abdullah, 2013:18) yang berbunyi,

  “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

  Menurut Rahmi Elfitri (2016:7) “Perkawinan beda budaya adalah suatu perkawinan yang terjadi antara pasangan yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda, yang bertujuan untuk membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Peristiwa ini membawa masyarakat saling terikat dengan suku-suku yang berbeda”.

  Berkaitan dengan sistem kekerabatan yang menarik dari pernikahan beda etnis ini adalah adat perkawinan yang mereka gunakan. Etnis apa yang mereka gunakan, apakah etnis Dayak, Jawa, Sambas, Bugis atau mungkin adat pernikahan nasional dari setiap pasangan.

  Bahasa merupakan kunci utama untuk memahami masyarakat secara mendalam. Di Dusun Cendrawasih Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya pada umumnya masyarakat menggunakan bahasa Jawa. Untuk memahami bahasa tidak mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama. Bagaimana adaptasi bahasanya, bahasa apa yang mereka gunakan sehari-hari, bahasa apa yang mereka gunakan kepada anak mereka, serta bahasa apa yang mereka gunakan untuk berinteraksi.

Jawa-Bugis

  Dusun Cendrawasih merupakan salah satu Dusun yang terletak di Desa Persiapan Parit Keladi Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 2693 jiwa dengan memiliki luas wilayah 30,36 %.

  Disini peneliti ingin membahas tentang dominasi budaya pada keluarga perkawinan campur antar mereka. Terlihat bahwa 5 pasangan etnis yang berkaitan dengan dominasi kawin campur lebih dominan budaya sistem kekerabatan, dominasi menggunakan kebudayaan Jawa. budaya sistem mata pencaharian, Dalam penelitian ini peneliti dominasi budaya bahasa, dan menemukan ada 5 keluarga kawin dominasi budaya kesenian. campur antara etnis Jawa-Dayak,

  Berdasarkan hasil penelitian Jawa-Sambas dan Jawa-Bugis di dilapangan peneliti menemukan Dusun Cendrawasih Kecamatan dominasi budaya yang dilakukan Sungai Kakap Kabupaten Kubu oleh suami dari pasangan kawin Raya. campur terhadap istri dan anak

  Tabel 1

Daftar Pasangan Perkawinan Campur Antar Etnis Di Dusun

Cendrawasih Desa Persiapan Parit Keladi

  No Nama Pasangan Suami Istri Etnis

  1 Sulistio Jawa

  Sumiati Kantil Dayak

  2 Nanik Jawa

  Tiah Sambas

  3 Bejo Armanto Jawa

  Mariam Sambas

  4 Mardi Jawa

  Ita Bugis

  5 Supaiman Jawa

  Suryati Bugis

  Sumber: Data Kantor Desa Persiapan Parit Keladi 2018

  Tabel di atas berdasarkan hasil pasangan keluarga yang melakukan observasi peneliti bahwa masyarakat pernikahan antar etnis, yaitu etnis Dusun Cendrawasih yang mengalami Jawa-Dayak, Jawa-Sambas dan perkawinan campur atau amalgamasi, Jawa-Bugis yang tinggal di Dusun percampuran budaya yang sudah Cendrawasih Kecamatan Sungai terjadi, yang menunjukkan ada 5 Kakap Kabupaten Kubu Raya.

  

METODE PENELITIAN Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten

  Metode penelitian yang Kubu Raya. Yang menjadi digunakan dalam penelitian ini instrument atau alat penelitian adalah adalah metode kualitatif bersifat penelitian itu sendiri. deskriptif data yang terkumpul Oleh karena itu peneliti berbentuk kata-kata, gambar, bukan sebagai instrument juga harus angka-angka, jika ada angka sifatnya divalidasi. Validasi terhadap hanya sebagai penunjang. Pemilihan penelitian sebagai instrument lokasi, Lokasi dalam penelitian ini meliputi validasi terhadap terletak di Dusun Cendrawasih pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan kekuasaan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah peneliti sendiri, melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti, serta kesiapan dan bekal memasuki lapangan.

  Sumber data didapat oleh peneliti melaluiinforman-informan yang diwawancara. sebagai informan dalam penelitian ini adalah pasangan kawin campur Jawa-Dayak, Jawa- Sambas dan Jawa-Bugis serta anak dari pasangan kawin campur tersebut yang tinggal di Dusun Cendrawasih Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Sumber data yang diperoleh untuk mendeskripsi data serta melacak informasi yang ada. Sumber data sekunder diperoleh peneliti dari studi kepustakaan yang meliputi bahan-bahan dokumentasi, jurnal penelitian, buku-buku referensi yang mendukung serta penelitian- penelitian terdahulu yang dapat membantu mengungkapkan kebenaran dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan dokumentasi. Penggunaan teknik ini adalah atas alasan untuk mendapatkan data atau infomasi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

  Alat bantu atau alat pengumpul data dalam penelitian ini berupa panduan wawancara dan dokumentasi baik itu berupa arsip data maupun gambaran dilapangan. Penggunaan alat pengumpul data ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian serta untuk memperkuat data penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara, serta untuk memperkuat penelitian peneliti mendokumentasikan semua kegiatan peneliti selama melakukan penelitian dilapangan dengan bantuan alat yang berupa alat tulis, alat perekam ketika wawancara, dan kamera sebagai alat dokumentasi yang dapat mendukung keaslian data.

  Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pengujian Keabsahan Data dalam bentuk tringulasi diantaranya, tringulasi sumber, tringulasi teknik dan tringulasi waktu. Informan dalam penelitian ini adalah pasangan kawin campur antar etnis Jawa-Dayak, Jawa-Sambas dan Jawa-Bugis serta anak dari pasangan kawin campur tersebut.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, dapat diketahui bahwa dominasi budaya pada keluarga perkawinan campur antar etnis Jawa- Dayak, Jawa-Sambas, dan Jawa- Bugis di Dusun Cendrawasih Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya dapat dibagi menjadi 4 hal penting yaitu dominasi budaya sistem kekerabatan, dominasi budaya sistem mata pencaharian, dominasi budaya bahasa, dan dominasi budaya kesenian yang terdapat pada keluarga perkawinan campur tersebut.

  Dari unsur sistem kekerabatan terdiri dari sistem keturunan dan sistem pernikahan. Dari unsur sistem kekerabatan peneliti mencari informasi lewat observasi dan wawancara. Dari hasil observasi terlihat bahwa anak dari pasangan kawin campur mengikuti garis keturunan patrilineal. Dari hasil wawancara dengan kesepuluh informan menunjukkan bahwa sistem keturunan mengikuti garis keturunan laki-laki (ayah). Ini diungkapkan oleh semua informan, jika ayahnya beretnis Jawa maka anaknya juga beretnis Jawa. Adat perkawinan dilakukan berdasarkan kesepakatan mempelai, pada 5 pasangan kawin campur dominan menggunakan adat pernikahan Jawa. Yang mendominasi adalah suami dari pasangan kawin campur.

  Unsur budaya sistem mata pencaharian, hasil observasi dan wawancara, keluarga Bapak Sulis dan Ibu Kantil, Bapak Sulis bekerja sebagai pelaut, setelah menikah dengan Ibu Kantil Bapak Sulis mendominasi agar Ibu Kantil tidak bekerja di tempat lain dan harus mengurus rumah tangga dan anaknya, keluarga Bapak Nanik dan Ibu Tiah, Bapak Nanik bekerja sebagai operator alat berat, setelah menikah beliau tidak mengizinkan istrtinya bekerja di tempat lain dan menyarakan untuk berjualan di rumah saja. selanjutnya keluarga Bapak Bejo-Ibu Mariam, Bapak Mardi-Ibu Ita dan Bapak Supaiman- Ibu Suryati setelah menikah Bapak Bejo, Bapak Mardi dan Bapak Supaiman mendominasi istrinya untuk membantu mereka bekerja di ladang, agar istri mereka tidak lagi bekerja di tempat lain.

  Dari unsur budaya bahasa, berdasarkan hasil observasi dan wawancara 4 pasangan kawin campur yaitu Bapak Sulis, Bapak Bejo, Bapak Mardi dan Bapak Supaiman mendominasi anak dan istrinya untuk berbicara menggunakan bahasa Jawa, mereka sehari-hari berkomunikasi dengan anak dan istrinya dengan menggunakan bahasa Jawa, sedangkan 1 pasangan kawin campur yaitu Bapak Nanik-Ibu Tiah sehari- hari berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu Sambas, hal tersebut karena istri dari Bapak Nanik masih menjalin komunikasi dengan keluarga yang berada di Sambas.

  Selanjutnya dari unsur budaya kesenian, dari hasil observasi dan wawancara, terlihat bahwa

  5 pasangan kawin campur masih menggunakan kesenian adat Jawa. Hal tersebut karena para suami dari pasangan kawin campur mendominasi dan mengajarkan kepada istri dan anak mereka untuk tetap melaksanakan atau melestarikan kesenian adat Jawa saat mengadakan acara tertentu seperti khitanan dan slametan selalu menghadirkan kesenian adat Jawa yaitu kuda lumping.

  Pembahasan Dominasi Budaya Sistem Kekerabatan

  Sistem kekerabatan adalah kesatuan sosial yang anggota- anggotanya mempunyai hubungan keturunan atau hubungan darah. Paling sedikit ada tiga sebab seseorang bisa disebut kerabat, yaitu kerabat karena hubungan darah, kerabat karena hubungan perkawinan, dan kerabat karena hubungan keturunan. Kerabat karena hubungan darah, yaitu kerabat karena adanya hubungan antara individu dan saudara sekandungnya yang berupa hubungan darah. Hubungan kerabat karena perkawinan adalah hubungan individu dengan pasangannya yang berupa hubungan karena perkawinan, yang menghubungkan kelompok saudara sekandungnya sendiri dengan saudara sekandung pasangannya. Sedangkan hubungan kekerabatan karena keturunan adalah hubungan individu dengan anak-anak mereka, yang berupa hubungan keturunan. (Adon Nasrullah,2015:74).

  Menurut Adon Nasrullah, (2015:76-77) Secara garis besar, Indonesia mengenal tiga bentuk sistem kekerabatan yaitu: “1) Sistem kekerabatan matrilineal, merupakan sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak perempuan (ibu), 2) Sistem kekerabatan patrilineal, merupakan sistem kekerabatan yang menarik garis keturunan dari pihak laki-laki (ayah), 3) Sistem kekerabatan parental, merupakan sistem kekerabatan yang didasarkan atas garis keturunan Bapak dan Ibu”.

  Dari hasil wawancara semua informan berkata bahawa anak mereka mengikuti garis keturunan laki-laki (ayah) mereka. Anak dari Bapak sulis-Ibu Kantil, Bapak Bejo- Ibu Mariam, Bapak Mardi-Ibu Ita, Bapak Nanik-Ibu Tiah dan Bapak Supaiman-Ibu Suryati beretnis Jawa yang berasal dari ayah mereka.

  Dominasi Budaya Sistem Mata Pencaharian

  Bertani adalah mata pencaharian sebagian besar masyarakat Jawa yang di pedesaan. Sebagian lainnya hidup dari pekerjaan sebagai pegawai, tukang, dan pedagang. (Saraswati, Sarjono, dan Suryanda, 2003:178).

  Mata pencaharian pokok masyarakat masyarakat Kendayatn adalah bercocok tanam di ladang dengan sistem tebang-bakar dan berpindah setelah kesuburan lahan berkurang. Tanaman pokoknya adalah padi ladang, tetapi mereka juga memanfaatkan bahan makanan lain dari pohon sagu. (Saraswati, Sarjono, dan Suryanda, 2003:178).

  Menurut Saraswati, Sarjono, dan Suryanda (2003:199) “Mata pencaharian etnis Sambas adalah bertani dan berkebun. Jeruk sambas sangat terkenal dan sering disebut jeruk pontianak”.

  Selanjutnya, Mata pencaharian utama masyarakat Bugis adalah bertani di sawah dan ladang. Tanaman utama yang ditanam dan makanan pokok mereka adalah padi, selain itu juga menanam jagung, ubi- ubian, kacang-kacangan, sayur- sayuran dan palawija. Tanaman perdangannya adalah tembakau, cengkeh, kelapa dan buah-buahan. Petani Bugis terkenal ulet, sama seperti keuletan para pelautnya. (Christian Pelras, 2006:278).

  Dari hasil wawancara dan observasi tersebut, dari aspek mata pencaharian tidak menjadi masalah. Terdapat dominasi dalam pekerjaan di mana Ibu Mariam, Ibu Ita, dan Ibu Suryati mengikuti suaminya bekerja sebagai petani setelah mereka menikah. Keluarga Bapak Sulis dan Bapak Nanik bisa bekerjasama dengan istri mereka dalam hal pekerjaan lain. Yang mendominasi berkaitan dengan sisitem mata pencaharian adalah suami dari pasangan kawin campur yang menginginkan istrinya bekerja dirumah dan membantu di ladang agar dapat selalu berkumpul setiap hari.

  Dominasi Budaya Bahasa

  Bahasa merupakan komponen kebudayaan yang paling penting karena umumnya transmisi kebudayaan berlangsung secara oral. Bahasa merupakan kunci utama untuk memahami masyarakat secara mendalam. Local Knowledge dapat dipahami dengan memahami bahasa dari masyarakat yang bersangkutan. (Zaenudin, 2013:25). Dalam penelitian ini aspek dibagi menjadi 2, yaitu lisan dan logat. (a) Lisan Lisan adalah suatu bentuk komunikasi yang unik dijumpai pada manusia menggunakan kata-kata. Peneliti mencari informasi dari hasil observasi dan wawancara dengan 10 informan. Dari hasil wawancara dengan Ibu Kantil, beliau mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, beliau berbahasa Jawa karena karena di lingkungan tempat tinggalnya mayoritas orang Jawa. Bahasa yang digunakan saat berbicara dengan suami Bapak Sulistio adalah bahasa Jawa dan sesekali menyelipkan bahasa Indonesia, dengan anaknya juga menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Walaupun Ibu Kantil berasal dari etnis Dayak, tetapi Ibu Kantil bisa berbahasa Jawa.

  Ibu Tiah yang beretnis Melayu Sambas mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Melayu Sambas sedikit menggunakan bahasa Jawa. Saat berbicara dengan suaminya Bapak Nanik, Ibu Tiah menggunakan bahasa Melayu Sambas. Dengan anaknya Ibu Tiah juga lebih sering menggunakan bahasa Melayu Sambas dibandingkan bahasa Jawa. Walaupun orang Jawa Bapak Nanik mengerti bahasa Melayu Sambas, tetapi Ibu Tiah hanya mengerti sedikit bahasa Jawa.

  Sedangkan Ibu Mariam yang beretnis Melayu Sambas mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan Indonesia. Saat berbicara dengan suaminya Bapak Bejo, Ibu Mariam menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Dengan anaknya Ibu Mariam dan Bapak Bejo menggunakan bahasa Indonesia dan sedikit menggunakan bahasa Jawa. Walaupun orang Jawa Bapak Bejo mengerti sedikit bahasa Melayu Sambas. Dan Ibu mariam yang beretnis Melayu Sambas juga mengerti bahasa Jawa. Yang mendominasi Ibu Mariam dan anaknya untuk berbahasa Jawa adalah suaminya. Karena suaminya jika berbicara sering menggunakan bahasa Jawa jadi Ibu Mariam terbiasa dengan bahasa Jawa.

  Ibu Ita yang beretnis Bugis mengatakan bahwa bahasa yang beliau gunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa dan Indonesia. Saat berbicara dengan suaminya Bapak Mardi, Ibu Ita menggunakan bahasa Jawa, dan dengan anaknya Ibu Ita dan Bapak Mardi berbicara menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia. Walaupun Ibu Ita beretnis Bugis, Ibu Ita mengerti bahasa Jawa, dan Bapak Mardi juga mengerti Bahasa Bugis sedikit.

  Selanjutnya Ibu Suryati yang beretnis Bugis beliau mengatakan bahwa bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa. Ibu Suryati juga mengatakan bahwa beliau lebih memahami bahasa Jawa dan sudah tidak mengerti bahasa Bugis. Saat berbicara dengan suaminya Bapak Supaiman dan anaknya, Ibu Suryati menggunakan bahasa Jawa. Bapak Supaiman yang beretnis Jawa sedikit mengerti bahasa Bugis.

  Dari hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa yang mendominasi dari pasangan kawin campur dari aspek budaya bahasa adalah suami dari pasangan kawin campur, dimana mereka lebih dominan berbahasa Jawa saat berbicara. Dan suami dari pasangan kawin campur mengajarkan bahasa Jawa kepada istri dan anak mereka. Terlihat 4 pasangan dominan menggunakan bahasa Jawa, dan 1 pasangan dominan menggunakan bahasa Melayu Sambas. (b) Logat Logat adalah cara mengucapkan kata (aksen) atau lekuk lidah yang khas, yang dimiliki oleh masing- masing orang sesuai dengan daerah asal ataupun suku bangsa. Logat dapat mengidentifikasikan lokasi di mana pembicara berada, status sosial- ekonomi, dan lain-lain.

  Dari hasil wawancara dan observasi dengan 10 informan, masih terdengar logat dari etnis masing- masing. Masih terdengar logat Dayak dari Ibu Kantil, logat Melayu Sambas dari Ibu Mariam dan Ibu Tiah, sedangkan Ibu Ita dan Ibu Suryati sudah jelas dengan logat Jawa. Bapak Sulistio, Bapak Nanik, Bapak Bejo, Bapak Mardi dan Bapak Supaiman tetap dengan logat Jawanya.

  Hal ini menunjukkan bahwa walaupun telah terjadi dominasi budaya bahasa dari suami pasangan kawin campur terhadap istri dan anak mereka, istri dari pasangan kawin campur walaupun sudah fasih berbicara bahasa Jawa tetapi logat atau aksen dalam berbicara tidak mudah untuk berubah.

  Dominasi Budaya Kesenian

  Dipandang dari sudut cara kesenian sebagai ekspresi hasrat manusia akan keindahan itu dinikmati, maka ada dua lapangan besar, yaitu: (a) seni rupa, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan mata, dan (b) seni suara, atau kesenian yang dinikmati oleh manusia dengan telinga”. (Koentjaraningrat, 2009:290).

  Dari hasil wawancara dan observasi dengan 10 informan, semua informan dominan menggunakan kesenian Jawa, dominasi tersebut dilakukan oleh suami dari pasangan kawin campur yaitu Bapak Sulis, Bapak Bejo, Bapak Nanik, Bapak Mardi dan Bapak Supaiman. Seperti menggunakan pakaian adat saat acara tertentu, slametan dan kesenian kuda lumping saat diadakan acara tertentu. Bapak Sulis dan Ibu Kantil menggunakan pakaian adat Jawa saat khitanan ank pertama mereka, Bapak Nanik dan Ibu Tiah menggunakan slametan dan melek-melek saat acara khitanan, Bapak Mardi dan Ibu Ita menggunakan pakaian adat Jawa saat menikah, dan Bapak Supaiman dan Ibu Suryati mengambil kesenian kuda lumping saat acara pesta panen.

  Hal ini menunjukkan bahwa terjadi dominasi pada budaya kesenian yaitu budaya kesenian Jawa pada setiap pasangan kawin campur. Yang mendominasi untuk melaksanakan kesenian adat Jawa adalah suami dari pasangan kawin campur. Bapak Sulis, Bapak Bejo, Bapak Nanik, Bapak Mardi dan Bapak Supaiman ingin istri dan anak mereka terus melaksanakan atau melestarikan kesenian adat Jawa, karena mayoritas warga Dusun Cendrawasih beretnis Jawa.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dominasi budaya pada keluarga kawin campur antar etnis di Dusun Cendrawasih Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Maka dapat ditarik kesimpulan secara umum yaitu terjadi dominasi budaya sistem kekerabatan pada keluarga kawin campur antar etnis, dominasi budaya sistem mata pencaharian pada keluarga kawin campur antar etnis, dominasi budaya bahasa pada keluarga kawin campur antar etnis, dan dominasi budaya kesenian pada keluarga kawin campur antar etnis di Dusun Cendrawasih Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya. Dominasi tersebut dilakukan oleh suami dari pasangan kawin campur yang beretnis Jawa. Mereka mendominasi istri dan anaknya berkaitan dengan budaya sistem kekerabatan, budaya sistem mata pencaharian, budaya bahasa dan budaya kesenian untuk lebih dominan ke adat istiadat Jawa.

  Saran

  Sarjono, Suryanda. (2003).

  Antropologi. Pontianak: STAIN

  Zaenudin. (2013). Pengantar

  Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

  Sosiologi Suatu Pengantar.

  Jakarta: PT. RajagrafindoPersada Soekanto, Soerjono. (2012).

  Sosiologi Suatu Pengantar.

  Penelitian Dan Pengembangan Ketransmigrasian Soekanto, Soerjono.(1982).

  Persebaran Suku Bangsa Di Indonesia. Jakarta: Pusat

  Samadengan Forum Jakarta- Paris, EFEO,2005 Soegiharto, Saraswati, Herry, W.

  Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan tentang hasil tersebut, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:(1) Kepada masyarakat etnis Jawa, Dayak, Sambas dan Bugis, pernikahan beda etnis bukanlah suatu masalah jadi tidak perlu takut untuk melakukan pernikahan beda etnis. (2) Kepada pasangan kawin campur untuk lebih toleransi, membiarkan pasangan ikut serta dalam acara adatnya, dan tetap melestarikan kebudayaan masing-masing. (3) Kepada peneliti selanjutnya, peneliti menyarankan agar peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan aspek yang berbeda seperti dominasi budaya dalam bentuk lainnya.

  Bugis. Jakarta: Nalar Bekerja

  Pustaka Setia Pelras, Christian. (2006). Manusia

  Perdesaan. Bandung: CV

  Nasrullah, Adon. (2015). Sosiologi

  IAIN Purwokerto Horton, B. Paul & Hunt, L. Chester. (1999). Sosiologi: Jilid 2. Jakarta: Erlangga

  Perkawinan Beda Kultur (Studi Kasus Pada Pasangan Suami Istri Beda Suku di Kelurahan Kober. Jurnal. Purwokerto :

  Bandung: Pustaka Setia Elfitri, Rahmi. (2016). Problematika

  Abdullah, Boesi dan Beni Ahmad Sabani. (2003). Perkawinan & Perceraian Keluarga Muslim.

  Pontianak press

Dokumen yang terkait

1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKn KELAS IV MADRASAH IBTIDAIYAH

0 3 7

Yani Safitri, Tahmid Sabri, Sri Utami Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email : yanisafitri2301gmail.com Abstract - PENGARUH MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION TERHADAP HASIL BELAJAR PKn DI SEKOLAH DASAR

0 1 8

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DI KELAS V SDN 05 TEMU TERIAK Herkulanus Aco, Marzuki, Mastar Asran Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Email: Herkulanus18gmail.com Abstract - PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN METO

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS I SD ARTIKEL PENELITIAN

0 0 12

Ripena, Asmayani Salimi, Kaswari Program Studi PGSD, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: Ripena.Harsonogmail.com Abstract - PENGARUH MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

0 0 7

1 PENGARUH TATA TERTIB ASRAMA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 0 11

Nasrullah, Tahmid Sabri, Rosnita Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Pontianak Email :rul.enasyahoo.com.id Abstract - PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH DASAR NEGERI PONTIANA

0 0 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS POSTER MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN KANAAN

0 0 11

PENGARUH DIRECT CORRECTIVE FEEDBACK TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI pH ASAM BASA SMK

0 0 8

1 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III

0 7 9