Harsono Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta har153ums.ac.id Sri Hastuti Guru SMA Negeri 3 Boyolali srihastuti961gmail.com ABSTRACT - BAGAIMANA PENDIDIKAN KARAKTER DISELENGGARAKAN DI SEKOLAH

BAGAIMANA PENDIDIKAN KARAKTER DISELENGGARAKAN DI SEKOLAH

  Har sono Dosen FKIP Univer sitas Muhammadiyah Sur akar ta

  Sr i Hastuti Gur u SMA Neger i 3 Boyolali

  

ABSTRACT

ur nation’s journey is getting dynamic. Problems are coming based on the era changing.

  The shape of our nation behavior is moving without any basic character concept. When the Demak emperor reached the peak of glory, continued by the colonialisms, Soekarno O

(Old Orde Era), Soeharto (New Orde Era), and Reformation era, the effort to build our nation

never stop. Many people and treasure were sacrificed; however the results were not satisfying.

  Even the same problems repeated as historical theory.

Through case analysis method, from small cases, the shape of unity is a fact. Character building

that was stated in religion subject could not serve the satisfying results. Even nation character

building is being more left behind compared to other nations. The new policy is needed to

overcome those problems. Firstly, mother culture and national culture need to improve, whereas

international culture is the second choice. Secondly, the implementation honesties, smart, queue

culture trough exemplary are important. Wider proportion of psychomotor dimension will

improve character building.

  Keywords: character, local culture, history

PENDAHULUAN dibangun, dikembangkan, dikesinambung-

  Sekar ang banyak dibicar akan mengenai kan, dir encanakan dengan apik , pendidikan kar akter (Kusumandar i, digembir akan, disehatkan agar dar i pr oses 2016), dar i tingkat pusat hingga daer ah. pelaksanaannya menghasilkan gener asi Yang belum banyak dir embuk adalah yang ber budaya, memiliki tanggung jaw ab bagaimana keber langsung budi yang ter hadap dir i, keluar ga, masyar akat, dan ber kar akt er pembangunan kebangsaan bangsanya. (Winar sih, 2014). Kecender ungannya Kita tidak ingin menjadikan bangsa kit a menunjukkan bahw a kar akter bangsa ini sebagai bangsa cer ai ber ai (Akbar , 2017), mer osot tajam, hal ini lah yang bodoh, mudah dimanipulasi, gar ang, melatar belakangi pentingnya dilaksana- pemar ah, penuh nafsu hew ani, agar kan pendidikan ber kar akt er , bagaimana keber samaan kita sebagai bangsa dapat pendekatannya, dan apa mater inya. secar a ber sama menata dir i dan

  Pendidikan mer upakan suatu media keluar ganya untuk menghadapi zaman yang tepat untuk mengembangkan potensi yang ter us ber ubah di er a kecangihan peser ta didik yang ber upa kooqnitif, teknologi dan komunikasi. affektif, dan psikomotor ik (Bloom, 1956). Pembangunan manusia (jiw a dan Pendidikan secar a ter us-mener us r aganya), keluar ga, masyar akat, dan

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  bangsa per lu ditingkatkan secar a ber per adaban, ber keteknologian, ber ke- ter encanaan yang konsisten dan ar ah yang jelas, agar mampu menghasilkan sumber daya yang cer das, ter ampil, mandir i, ber budi peker ti luhur , ber akhlak mulia, bahagia, sehat , cinta dir i, keluar ga, masyar akat, dan bangsanya dalam kompetisi antar bangsa dalam mer ebut kejayaan dan kemakmur an ber samama. Kegagalan pendidikan dalam menjadikan manusia siap ber ubah sesuai dengan tantangan zaman har us dir enungkan kembali.Lihatlah r umusan tujuan pendidikan nasional Nomor 20 Pasal 3 tentang sist em Pendidikan Nasional menjelaskan bahw a: pendidikan Nasional ber fungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk w atak ser ta per adaban yang ber mar tabat dalam r angka mencer daskan kehidupan bangsa, ber tujuan untuk ber kembangnya potensi peser ta didik agar menjadi manusia yang ber iman dan ber takw a kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber akhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kr eatif, mandir i dan menjadi w ar ga Negar a yang demokr atis ser ta ber tanggung jaw ab. Menjadi manusia cer das, ber kebudayaan, ber keutuhan, ber keunggulan, dan kompetitif dalam hidup ber sama bangsa-bangsa dunia.

  UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 yang ter akhir dijelaskan bahw a pendidikan akhlak (kar akter ) diintegr asikan mata mata pelajar an agama dan diser ahkan sepenuhnya pada gur u agama. Kar ena itu, mungkin sebagai beban yang ber at bagi gur u agama (dan mungkin PKn) menyebabkan mat er i kar akt er tidak mendapatkan tempat yang pr opor sional.

  Mungkin pada penyajian pendidikan agama ter jebak pada pembudayaan r itual khusushasilnya dapat kita lihat lahir nya faham kecender ungan (dunia)yang mengar ahkan pendidikan agama pada pola pikir sektar ian, sempit, dan ker as. Di Indonesia, hal ini ter bukti dar i fenomena sosial yang menunjukkan per ilaku masyar akat sekolah dan masyar akat umum yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kar akter Islam ke-Indoensiaan.

  Bur uknya kar akter (tidak ber kar akt er ) dapat dilihat secar a seksama dengan semakin mar aknya taw ur an, per gaulan bebas, kesenjangan sosial-ekonomi-politik di masyar akat, demostr asi ber bagai keantian, ker usakan lingkungan di selur uh pelosok neger i, ketidakadilan hokum dan kesew enang-w enangan penjaga gaw ang per adilan, keker asan dan ker usuhan, kor upsi yang mew abah dan mer ambah pada semua sektor kehidupan masyar akat, tindakan anar kis, konflik, baik yang melibatkan gur u, tokoh pemer intahan, tokoh agama,maupuntokoh masyar akat.

  Dapat disimpulkan bahw a lemahnya pendidikan kar akter yang hanya diembankan pada gur u agama, har us diubah menjadi tanggungjaw ab dan pelibatan semua anggota masyar akat pendidikan dan per sekolahan.Bahkan pendidikan kar akter har us dilaksanakan oleh selur uh lapisan masyar akat , di selur uh instansi pemer intah, or mas, par tai politik, DPR, lembaga sw adaya masyar akat, per usahan dan kelompok nya, pendidikan kar akter memer lukan keteladanan dan pembi asaan.

  Kita har us memulai membiasakan dir i untuk ber buat baik, jujur , suka menolong, ber sikap toler an, malu ber buat cur ang- dholim-fitnah-gibah, malu ber sikap malas, dan malu membiar kan lingkungan kotor . Kita har us melatih dir i secar a ser ius secar a ter us mener us agar mencapai bentuk kar akt er yang tepat dan ideal.

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  Kementr ian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ristek Dikti ber tangung jaw ab atas penyelenggar aan pendidikan kar akter . Ber tanggung jaw ab ialah mengajar kan kepada peser ta didik agar ber tanggung jaw ab atas apa yang telah ia ucapkan, tulis, dan lakukan sebagai cer minan bahw a dia telah memiliki kar akter yang baik.

  Disiplin ber ar ti ketentuan har us dilaksanakan secar a konsist en, ter padu, dan ber keadilan antar a or ang, lembaga, dan pemer intah, sehingga dalam pr akteknya peser ta didik memiliki keper cayaan atas tanggungjaw ab yang diemban oleh pemangku nor ma agama, adat, dan hukum secar a bemar tabat.Mungkin kita per lu melihat kembali apakah yang dimaksud dengan pendidikan kar akter sebelum kita lanjutkan pembahasannya secar a lebih mendalam.

  Dalam UU RI No 20 tahun 2003 dir umuskan tentang fungsi dan tujuan pendidikan Nasional yang digunakan untuk mengembangkan pendidikan di Indonesia, sebagaimana pasal 3 UU Sikdiknas bahw a “Pendidikan Nasional ber fungsi mengembangkan dan membentuk w atak ser ta per adaban bangsa yang ber mar tabat dalam r angka ber kembangnya potensi, peser ta didik agar menjadi manusi a yang ber iman yang ber takw a kepada Tuhan Yang Maha Esa, ber akhlak mulia, sehat, ber ilmu, cakap, kr eatif, mandir i dan menjadi w ar ga negar a yang demokr atis ser ta ber tanggung jaw ab”.

  Rumusan tujuan pendidikan nasional. Setiap satuan pendidikan memiliki kew ajiban mengembangkan kar akt er istik kualitas manusia moder n sesuai dengan jamannya. Rumusan tujuan pendidikan nasional har us menjadi acuan bagi pengembang pendidikan kar akter bangsa.

  Ada banyak batasan mengenai pendidikan kar akter yang cocok bagi kita.

  Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan sistematis (Sutr iani, 2012; Har toko, 2009) dalam mengembangkan potensi peser ta didik sesuai dengan kaidah kebudayaan, kebangsaan, t eknologi, dan kompetitif inter nasional.

  Kar akter adalah nilai-nilai yang khas, baik w atak, akhlak atau kepr ibadian seseor ang yang ter bentuk dar i hasil inter nalisasi kaidah kebudayaan, kebangsaan, t eknologi, dan kompetitif inter nasional sebagai car a pandang, ber pikir , ber si kap, ber ucap dan ber tingkah laku dalam kehidupan sehar i-har i.

  Pendidikan Kar akter adalah pendidikan mor al yaitu pendidikan yang mempengar uh pembentukan kar akter sisw a (Lickona, 2017) yaitu usaha sadar dan ter encana guna mew ujudkan suasana dan pr oses pember dayaan potensi peser ta ddik, sesuai dengan kaidah dan nilai pembudayaan masyar akat set empat dan neasionalisme guna membangun kar akter pr ibadi dan/ atau kelompok yang unik baik sebagai w ar ga negar a.

BATASAN PENDIDIKAN KARAKTER

  Kar akter Bangsa adalah per ilaku kolektif kebangsaan yang khas (Ivy, kesadar an, pemahaman, r asa, kar sa, dan per ilaku ber bangsa dan ber negar a, implementasi dar i olah pikir , olah r asa, kar sa, dan per ilaku ber bangsa dan ber negar a, mer upakan manifestasi dar i nilai-nilai Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen ter hadap NKRI. Nilai yang dikembangkan adalah jujur , kesadar an antr i, saling menghor mati, kesadar an kehidupan

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  ber pr ibadi dan ber masyar akat.Negatifnya nampak pada pemaksaan dir i dan kelompok melalui demonstr asi, fitnah dan gibah, keinginkan diutamakan dan dipr ior itaskan, menganggap pihak lain jelek, lemah, dan har us dikalahkan.

  METODE

  Naskah ini dibangun dengan langkah panjang, pendefinisian, pengoper asi an, pengumpulan infor masi melali ber bagai media (pengumpulan data), pemaknaan atas kasus, mer umuskan pemahaman (analisis data) , dan membandingkan dengan kajian peneliti lain yang r elevan (pembahasan) dan akhir nya menar ik simpulan.

  Untuk lebih mudah memahami pendidikan kar akter dan per ilaku yang ber kar akt er , kita per lu memahami pilihan kasus yang diambil secar a acak pada medsos ber ikut ini.

  Kasus 1. Kasus mesum r emaja di taman kota yang menyer uak, disaksi kan olah banyak pihak, dar i ber bagai kelompok umur , bahkan mer upakan w ahana pendidikan negatif bagi anak-anak, nilai agama, adat , tr adisi, bahkan hukum tidak hadir dalam kondisi seper ti ini. Nor ma hukum sangat pasif, menunggulapor an, khususnya dar i pihak yang dir ugikan.

  Dikutip dar i Solopos.com, SALATIGA – Kenakalan r emaja ber upa per buatan ber bau mesum diduga kembali ter jadi di salah satu taman Kota Salatiga, Jaw a Tengah (Jateng). Setelah beber apa w aktu lalu publik dunia maya (netizen) r amai menggunjingkan r emaja diduga ber buat mesum di Taman Selasar dan Taman Tingkir, kini netizen kembali r amai membicar akan sepasang r emaja diduga melakukan per buatan ser upa di Taman Kota Bendosar i, tepi Jalan Lingkar Selatan, Kota Salatiga.

  Gunjingan itu mengemuka di gr up Facebook Kabar Salatiga setelah pengguna akun Facebook Heni Susanti mengunggah foto sepasang r emaja di Taman Bendosar i Kota Salatiga ter sebut, Selasa (16/ 5/ 2017).

  Kasus 2 : Ketidak jujur an di mulai di Sekolah, melibatkan gur u (bahkan apar at di atasnya) yang ber langsung secar a masif.

  Keidak jujur an ini dibungkus oleh kepeningan sesaat, nilai malu, menghor mati or ang lain, antr i, matematika sosial, dan sebagainya kabur . Masyar akat sekolah sebagai institusi pencetak kader bangsa masa depan memiliki w ajah ganda, w ajah utama (sesuai dengan cit a-cita pendidikan nasional) w ajah kedua adalah w ajah kebohongan ter str ukyur , kalkulasi semu, antr i ter sembunyi, har kat kemanusiaan, per mufakatan, dan keadilan sosial, dan kecer dasan yang ter gadaikan. Anehkan, sekolah menggadaikan kecer dasan demi kepentingan sesaat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Kepr ihatinan ter hadap kondisi ter sebut antara lain disampaikan manran Komisioner KPU Pusat I Gusti Putu Ar tha. Dalam or asinya, dia mengungkap ketidakjujuran yang ber langsung secar a masif mulai dari pr oses ujian hingga pener imaan sisw a bar u. Kar ena malu dicap gagal dalam mendidik, banyak oknum gur u member i r uang bagi sisw anya untuk beker jasama saat ujian. Pr aktek membocor kan soal hingga member i kunci jaw aban juga telah menjadi r ahasia umum di kalangan pelaku pendidikan. Bahkan, belakangan ber kembang infor masi bahw a nilai ujian bisa disesuaikan di instansi ter kait. Semua itu dilakukan secar a masif agar par a sisw a dapat meraih nilai tinggi dan menembus sekolah favor it. Tak hanya di kalangan gur u, orang tua pun ter kesan menghalalkan segala car a kar ena gengsi kalau anaknya tak mampu menembus sekolah neger i. Yang lebih parah, kata Gusti Putu Ar tha, dunia pendidikan juga ter pasung oleh kepentingan politik. (Bali Ber kar ya.com. Minggu

  17 Juli 2016).

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  Kasus 3 : kejadian dimana seor ang gur u honor er melakukan tindakan tidak senonoh pada mur id putr i yang ber umur antar a 6 hingga 9 tahun, dengan alasan sebagai hukuman kar ena mur id tidak menger jakan peker jaan r umah yang diber ikan, dengan di hukum tujuannya agar mur id-mur id menjadi lebih r ajin. Ini kar akter pengabaian ter hadap asas kemanusiaan, keber adaban, kesusilaan, dan sebagainya.

  Dikutip dar i Kompas.com. Habibi (32), seor ang gur u honor di salah satu SD di Kecamatan Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengakui telah mencabuli sejumlah mur idnya dengan dalih untuk member i sanksi. Kasatr eskr im Polr es Nunukan, AKP Supar no mengatakan, pelaku mengaku ketiga kor ban yang bar u ber usia 6 dan 9 tahun itu tidak menger jakan peker jaan r umah, sehingga dihukum dengan cara yang tak senonoh. "Alasan pelaku untuk member i pelajar an kepada 3 sisw i agar rajin supaya tidak malas," ujar nya, Rabu (1/ 3/ 2017).

  Di atas adalah fakt a yang menar ik dimana sekolah yang mer upakan miniatur masyar akat, w ar ganya melakukan kegiatan-kegiatan yang tidak pantas. Kasus 3, diw ar takan bahw a anak-anak mendapatkan pelajar an yang melanggar ber bagai nilai adat, agama, dan hukum. Anak-anak usia 3 hingga 9 tahun tidak mendapatkan pengayoman atas har kat dan mar tabat kemanusi aan.

  Kasus 2 menggambar kan betapa bobr oknya kasus nilai sekolah, gur u dan pejabat mestinya menjadi benteng ter selenggar anya pr oses pembelajar an dan penilaian yang akuntabel, kaidah akuntabilitas itu dilanggar secar a jamaah oleh pihak-pihak, hukum tidak bisa hadir yang mantab sehingga ada jaminan bahw a sekolah-sekolah tidak akan lagi melaksanakan hal seper ti itu.

  Kasus per tama menggambar kan r emaja (yang secar a logis adalah w ar ga sekolah) melaksanakan kegiatan asusila di r uang publik, menjadi pelajar an bagi ber bagai kalangan dar i ber bagai kelompok umur , dan ketiga nor ma itu tidak dapat dihadir kan oleh masyar akat dan negar a, kecuali celotehan di ponsel yang sangat mungkin hanya menyebar luaskan ber ita kebobr okan, tet api tidak ada solusi atas bobr ok itu sendir i.

  Untuk mengokohkan goncanngan nilaisebagai infor masi di atas, dalam konteks Pendidikan Kar akter pemer intah telah mer umusan kebijakan dalam r angka pembangunan kar akter bangsa. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Kar akter Bangsa Tahun 2010-2025 ditegaskan bahw a kar akt er mer upakan hasil keter paduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir , olah r aga, ser ta olah r asa dan kar sa. Olah hati ter kait dengan per asaan sikap dan keimanan, olah pikir ber kenaan dengan pr oses nalar guna mencar i dan menggunakan pengetahuan secar a kr itis, kr eatif, dan inovatif, olah r aga ter kait dengan pr oses per sepsi, kesiapan, penir uan, manipulasi, dan penciptaan aktivitas bar u diser tai spor tivitas, ser ta olah r asa dan kar sa ber hubungan dengan kemauan dan kr eativitas yang tecer min dalam kepedulian, pencitr aan, dan penciptaan akan kebar uan (Pemer intah RI, 2010: 21). Nilai-nilai kar akter yang dijiw ai oleh sila-

  1. Kar akter yang ber sumber dar i olah hati antar a lain ber iman dan ber takw a, jujur , amanah, adil, ter tib, taat atur an, ber tanggung jaw ab, ber empati, ber ani mengambil r esiko, pantang menyer ah, dan r ela ber kor ban.

  2. Kar akter yang ber sumber dar i olah pikir antar a lain cer das, kr itis, kr eatif, inovatif, ingin tahu, pr oduktif, ber or ientasi Ipteks, dan r eflektif;

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  13. Sikap penuh tanggung jaw ab.

  PEMBAHASAN

  24. Kemauan dan kemampuan menghar gai keber agaman (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010). Bagi kami har uslah ada penonjolan mana yang dipr ior itaskan dalam mengambil kebijakan (kar ena tidaklah mungkin semua dipilih, tetapi piliha pada 3 kar akter ), dimana pilihan itu mencer minkan semua kar akter . Pemupukan jiw a kejujur an, cer das, dan keber ani an antr i sangatlah penting untuk mengimbangi pr oses-pr oses kor upsi yang menghiasi bunga kehidupan bangsa saat ini (Paku Buw ono V,1990).

  23. Cinta tanah air .

  22. Kesantunan penampilan.

  21. Menghar gai kar ya dan pr estasi or ang lain.

  20. Kepatuhan ter hadap atur an-atur an social.

  19. Penghor amatan ter hadap hak dan kew ajiban dir i dan or ang lain.

  18. Cinta akanilmu.

  17. Sifat keingintahuan.

  16. Rasa per caya dir i.

  15. Kedisiplinan dir i dan kelompok.

  14. Mener apkan gaya hidup sehat.

  12. Kemauan dan kemampuan ker ja ker as.

  3. Kar akter yang ber sumber dar i olah r aga antar a lain ber sih, dan sehat, spor tif, tangguh, andal, ber daya tahan, ber sahabat, kooper atif, deter minatif, kompetitif, keantr ian, dan bahagia.

  11. Bakat kepemimpinan.

  10. Kemauan ber or ientasi pada tindakan.

  9. Keber anian mengambil r isiko.

  8. Kemampuan dan kemauan ber pikir logis.

  7. Jiw a yang mandir i

  6. Jiw a yang peduli

  5. Watak kedemokr atisan.

  4. Ketangguhan dir i.

  3. Kapasitas kecer dasan.

  1. Sifat ker eligiusan.

  Dir ektor at Pembinaan SMP Kemdiknas RI mengembangkan nilai-nilai utama yang disar ikan dar i butir -butir standar kompetensi lulusan (Per mendiknas No. 23 tahun 8 2006) dan dar i nilai-nilai utama yang dikembangkan oleh Pusat Kur ikulum Depdiknas RI (Pusat Kur ikulum Kemdiknas, 2009). Dar i kedua sumber ter sebut nilai-nilai utama yang har us dicapai dalam pembelajar an di sekolah (institusi pendidikan) di antar anya adalah:

  4. Kar akter yang ber sumber dar i olah r asa dan kar sa antar a lain kemanusiaan, saling menghar gai, gotong r oyong, keber samaan, r amah, hor mat, toler an, nasionalis, peduli, mengutamakan kepentingan umum, dinamis, danker ja ker as. Nilai kar akter dapat dikembangkan dan diintegr asikan dalam mater i pembelajar an di sekolah. Menanamkan semua butir nilai ter sebut mer upakan tugas yang sangat ber at. Oleh kar ena itu, gur u, or ang tua, dan pemimpin masyar akat har uslah or ang yang mampu menjadi teladan dan meneladankan dir i bagi peser ta didik.

  Pengintegr asian pendidikan kar akter ser angkaian keangkuhan dan kebobr okan mor al tokoh dan pemimpin bangsa, ser angkaian kor upsi ber jamaah, penyer obotan demi kepentingan kelompok, penolakan hukum secar a ar ogan, per kelaian antar kelompok, pembunuhan sadis, dan masih banyak lagi.Pilihan yang har us dikembangkan adalah.

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  1. Pendidikan kejujur an dan keteladanan, diintegr asikan pada semua mata pelajar an dan per ilaku par a pembelajar , kar ena pilihan pelajar an agama sebagai penyangga pendidikan kar akter ter bukti tidak dapat menghasilkan impian, banyak per ilaku yang tidak sesuai dengan nilai adat, agama, dan hukum. Sehingga mater i pendidikan kar akter lebih tepat dibebankan pada semua mata pelajar an secar a integr ated.

  2. Pendidikan cer das dan pendidikan antr i, diper kir akan menjadi piliha bar u, kar ena mater i pendidikan di Sekolah hanya mer upaan bagian kecil dar i mater i pendidikan secar a menyelur uh, pendidikan masyar akat secar a langsung maupun tidak langsung (

  on line

  ) memiliki sumbangan yang cukup besar ter hadap pembentukan per ilaku peser ta didik dan masyar akat . Kar ena itu pemikir an penempat an pendidikan kar akter pada mapel ter tentu sebagaimana dalam (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010) har us kita kor eksi ber sama-sama. Per ilaku gur u sangat kemater ialisan ( Har sono,2010) dan ada kecender ungan dar i r el nor ma adat dan agama (Pur w adi & War yanti,2015). Itulah inovasi bar u yang kita ke depankan. Model ini ditempuh dengan par adigma bahw a semua gur u adalah pendidik

  char act er educat or

  ingin mengulangi sejar ah konflik politik dan kebangsaan (Munir , 2003; Simon, 2005: Munir , 2003; Pur batjar aka, 1952; Stockdale, 2010) dengan ker eta gantung yang ber nama pendidikan (pada semua mata pelajar an juga diasumsikan memiliki misi dalam membentuk kar akter eser ta didik menjadi insan yang mulia, cer das, jujur , menghar gai or ang lain dalam bentuk antr i (Mulyasa, 2011: 59).

  Di samping model ini, kita juga mengenal model lain dalam pendidikan kar akter di sekolah, seper ti model

  subject mat t er dalam bentuk mata pelajar an yang

  ber dir i sendir i, yakni menjadikan pendidikan kar akter sebagai mat a pelajatan ter sendir i sehingga memer lukan adanya r umusan ter sendir i mengenai standar isi , standar kompetensi dan kompetensi dasar , silabus, RPP, bahan ajar , str ategi pembelajar an, dan penilaiannya di sekolah. Model ini tidaklah mudah kar ena har us dilakukan r estr uktur kur ikulum dan akan menambah beban peser ta didik yang sudah seper ti per pustakaan yang ber jalan. Kar ena itulah, kita ber fikir bahw a model mengintegr asi- kan mater i pendidikan kar akter dalam sejumlah mata pelajar an dinilai lebih efektif dan efisien, sehingga menar ik untuk dipilih dan disar ankan.

  Integr asi pendidikan kar akter di dalam pr oses pembelajar an di sekolah dilaksanakan mulai dar i tahap per encanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajar an pada semua mata pelajar an.

  1. Tahap Perencanaan.

  Pada t ahap per encanaan yang mula- mula dilakukan adalah analisis SK/ KD, pengembangan silabus ber kar akt er , penyusunan RPP ber kar akter , dan penyiapan bahan ajar yang dapat diw ar nai oleh mater i kar akter . Analisi s mengidentifikasi nilai-nilai kar akter jujur , cer das, dan antr i yang secar a substansi dapat diintegr asikan pada SK/ KD yang ber sangkutan. Per lu dicatat bahw a identifikasi nilai-nilai kar akter ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada pembelajar an SK/ KD yang ber sangkutan tetapi ber sifat komplementer . Gur u dituntut

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  lebih cer das, jujur , dan ber jiw a keteladanan dalam memunculkan nilai- nilai yang ditar getkan pada pr oses pembelajar an.

  2. Pelaksanaan Pembelajaran

  Kegiatan pembelajar an dar i tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup dipilih dan dilaksanakan agar peser ta didik memiliki peluang untuk mempr aktikkan nilai-nilai kar akter jujur , cer das, dan antr i yang ditar getkan sebelumnya. Ketiga nilai ini mer upakan bagian tak ter pisahkan dengan mater i ajar dipr ogr amkan dalam pr ota dan pr omes. Sebagaimana disebutkan di depan, pr insip-pr insip

  Cont ext ual Teaching and Lear ning

  disar ankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajar an kar ena pr insip-pr insip pembelajar an t er sebut sekaligus dapat memfasilitasi ter inter nalisasinya nilai- nilai kar akter secar a ter padu. Selain itu, per ilaku gur u sepanjang pr oses pembelajar an har us apat dijadikan sebagai model yang dapat diteladani dalam pelaksanaan nilai-nilai. Jadi pembelajar an juga ber langsung pr oses pemodelan.

  Dalam er a teknologi infor masi yang sangat kencang, jiw a kejujur an, cer das, budaya antr i har us diteladankan oleh gur u secar a menggembir akan, demikian pula ber fikir cer das har us menjadi hapal) yang tidak menjenuhkan kar ena sifatnya inovatif dan keter bar uan secar a liter er dan model.

  3. Evaluasi Pembelajar an

  Evaluasi atau penilaian mer upakan

  bagian integr al dar i suatu pr oses pendidikan kar akter khususnya kejujur an, kecer dasan, dan budaya antr i. Dalam pendidikan kar akter ini, penilaian har us dilakukan dengan baik dan benar , tidak subyektif, dan penilaian pr oses har us mendapatkan tempat utama dan mendapatkan per hatian utama, jauhkan dominasi aspek koqnitif yang ber lebihan.

  KESIMPULAN

  Pendidikan kar akter bi sa diibar atkan sebagai pohon pendidikan (kalaulah diijinkan) yang memiliki empat bagian penting, yaitu akar , bat ang, cabang dan daun. Akar mer upakan landasan filosofis (pijakan) pelaksanaan pendidikan kar akter yang har us mudah dipahami oleh masyar akat sekolah dan pelaku pendidikan. Batang mer upakan mandat dar i pemer intah selaku st age pemangku kepentingan penyelenggar aan pendidikan nasional. Cabang r efor masi ber upa manajemen pengelolaan pendidikan kar akter , pember dayaan gur u, dan pengelola pendidikan har us ditingkatkan. Daun mer upakan gambar an ket er libatan or ang tua dan tokoh-tokoh masyar akat dan tokoh-tokoh agama dalam pembelajar an.

  Ada tiga jenjang pendidikan yang memiliki kw ew ajiban mengajar kan kar akter utama itu, yaitu jujur , cer das, dan antr i. Kar akt er dilestar ikan tidak boleh meninggalkan budaya lokal. Budaya lokal suatu masyar akat dan suku bangsa yang diw akili oleh budaya ibu, meliputi bahasa har us dipikir kan kembali w ajah dan suksma pada pendidikan dasar kita. Pendidikan kebangsaan, bahasa nasional, dan kebudayaan nasional har us menjadi w ajah utama agi pendidikan menengah atas. Pendidikan yang ber jiw a inter nasional, teknologi, kompetisi, dan jar ingan har uslah menjadi w ajah pendidikan tinggi dan pr ofesi. Ketiga jenjang pendidikan itu diw ar nai oleh pendidikan kar akter yang ber jenjang dan dengan kebiasaan hidup masyar akat yang ber vaiasi untuk pembentukan sikap ideal dan kondusif sebagai teladan bagi mental ke depan.Keter libatan or ang tua peser ta didik dalam ber sikap dan dan tokoh masyar akat dalam pelaksanaan ber per ilaku sehar i-har i. pendidikan kar akter yang yang r elevan

DAFTAR PUSTAKA

  Per int ah Ber sat u dan Lar angan Ber cer ai Ber ai Akbar , Cholis. 2017.

  .

  .

  Hidayatullah.com diunggah 3 Mar et 2017. Diunduh 24 Mei 2017.

  Bloom Taxonomy of Lear ning Domains. NY: Wor ld’s Fr ee Lear ning Bloom, Benyamin.1956. Plat for m.

  Pendidikan Kar akt er Ter int egr asi dalam Pembelajar andi Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Sekolah Menengah Per t ama . Jakar ta: Dir ektor at PSMP Kemdiknas.

  Pendidikan Kar akt er : St r at egi Mendidik Anak di Zaman Global Doni Koesoema A. 2007.

  . Jakar ta: Gr asindo. Cet. I.

  Eliade, Mir cea. 2002. Mit os: Ger ak Kembali yang Abadi, Kosmos Sejar ah. Ter j. Yogyakar ta: ikon Ter aliter a Fr ye, Mike at all. (Ed.) 2002. Char act er Educat ion: Infor mat ional Handbook and Guide for

  Suppor t and Implement at ion of t he St udent Cit izent Act of 2001

  . Nor th Car olina: Public Schools of Nor th Car olina.

  Pember ont akan Gur u: Menuju Peningkat an Kualit as.

  Har sono. 2010.

  Yogyakar ta: Pustaka Pelajar .

  Penger t ian Pendidikan Har tono.2009. . Diunggah 5 Agustus 2009.

  Diunduh 25 Juni 2017.

  Pembangunan Kar akt er Bangsa

  Ivy, Imu. 2014. . Diunggah

  15 Nopember 2014. Diunduh 24 Mei 2017

  Desain Induk Pendidikan Kar akt er

  Kemdiknas. 2010. . Jakar ta: Kementer ian Pendidikan Nasional. Kusumandar i, Naftalia. 2016. Tidak Bisa Bicar a Pendidikan Kar akt er Kalau Mer eka Lapar .

  Kompasiana. 26 Mei 2016. Lickona, 2017, Penger t ian Pendidikan kar akt er . http/ / diunggah. Diunduh 24 Mei 2017. Mulyasa, H.E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakt er . Jakar ta: Bumi Aksar a.

  Syekh sit i Jenar : Membuka Pint u Makr ifat .

  Mulkan, Abdul Munir . 2003.

  Yogyakar ta: Ahad Kusuma Djaja

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

  

J urna l Pe ndidik a n I lm u Sosia l, Vol 27, No.1, Juni 2017, ISSN:1412-3835

Mulkan, Abdul Munir . 2003.

  . Jakar ta: Pusat Kur ikulum Balitbang Kemdiknas. Simon, Hasanu. 2005.

  Refor masi Pendidikan: Kr it ik Kur ikulum dan Manajemen Ber basis Sekolah.

  Kompasiana. 6 Juni 2014. Zainuddin. 2008.

  Per an Pent ing Pendidikan kar akt er dalam Membangun Bangsa .

  Sutr iani, Made. 2012. Penger t ian Pendidikan . Diunggah 23 Mei 2012. Diunduh 24 Mei 2017. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Winar sih. 2014.

  Eksot isme: Jawa: Ragam Kehidupan dan Kebudayaan Masyar akat Jawa. Yogyakar ta: Pener bit Pr ogr esif Book

  Stockdale, John Joseph. 2010.

  Mist er i Syekh Sit i Jenar : Per an Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa . Jogyakar ta: Pust aka Pelajar

  Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Kar akt er Bangsa: Pedoman Sekolah

  Ajar an dan Jalan Kemat ianSyekh sit i Jenar : Konflik Elit e dan Lahir nya Mas Kar ebet .

  . Yogyakar ta: Lar as Medi a Pr ima Pusat Kur ikulum Kemdiknas. 2009.

  Tembang Dolanan

  . Djakar ta: Pener bit Djambatan Pur w adi dan War yanti, Endang. 2015.

  Kepust akan Jawi

  Per atur an Menter i Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Per atur an Menter i Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Per atur an Menter i Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2006 tentang Standar Pr oses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Pur botjar oko. 1952.

  Centini Pemer intah Republik Indonesia. 2010. Kebijakan Nasional Pembangunan Kar akt er Bangsa Tahun 2010-2025 . Jakar ta: Pusat Kur ikulum Balitbang Kemdiknas.

  Yogyakar ta: Kr easi Wacana Paku Buw ono V. Kaser at dening Kamajaya. 1990. Ser at Centini. Yogyakar ta: Yayasan

  Yogyakar ta: Pustaka Pelajar