SEGERA KELOLA DAS KITA

SOSIALISASI RPDAS TERPADU
PADANG DAS PADANG
27,35 % HUTAN PRODUKSI

PENANGANAN DAS
HARUS ‘ONE RIVER
ONE MANAGEMENT

DAERAH ALIRAN SUNGAI
PADANG WAJIB
KITA KELOLA

ISSN 1978 - 8080 NOMOR 129 TAHUN 2013 TAHUN XI 2013

SINERGI

SEGERA KELOLA
DAS KITA
MEDIA PEMERINTAH KOTA TEBING TINGGI
www.tebingtinggikota.go.id


ESA HILANG
DUA TERBILANG

SALAM REDAKSI

SINERGI
REFERENSI TEBING TINGGI DELI

TERBIT SEJAK 16 Juli 2002
SK WALIKOTA TEBING TINGGI
NO.480.05/286 TAHUN 2002
Pembaca budiman…
Ada satu pertanyaan yang sering dilontarkan publik, kenapa penanggulangan
banjir di kota Tebingtinggi sepertinya jalan di tempat. Selalu ada upaya untuk
menanggulangi banjir. Tapi setiap upaya itu dilakukan, setiap itu pula banjir
datang. Korban banjir juga tak jauh-jauh dari lokasi, yakni mereka yang berada di bantaran sungai, terutama pada daerah-daerah cekungan tepian sungai.
Namun, satu hal yang jadi pertanyaan, kenapa banjir yang sering menimbulkan kerugian kepada warga yang terdampak banjir, tak pernah mau belajar
dari pengalaman. Warga bukannya menghindari daerah-daerah banjir, tapi
justru berkecenderungan mendatanginya dengan membangun pemukimanpemukiman baru di tepian sungai. Menjadi fakta, ketika setiap tahun, angka
rumah tangga yang terkena dampak banjir kian meningkat dari tahun-tahun

sebelumnya. Kecenderungan itu menunjukkan kian ramainya warga memanfaatkan lahan di bantaran sungai sebagai tapak perumahan.
Menyoroti soal itu, SINERGI edisi Nopember 2013 ini mencoba memaparkan
bagaimana rencana penanggulangan banjir yang dilaksanakan oelh sejumlah instansi. Pada laporan utama kali ini, ada tulisan tentang apa sebenarnya
DAS (daerah aliran sungai) itu. Sama tidak antara DAS dengan bantaran atau
tepian. Jika tidak sama, lalu apa bedanya. Lalu bagaiaman kebijakan pengelolaan DAS Padang tempat di mana sebagian besar anak Tebingtinggi berada di
atasnya.
Ada pula soal kebijakan Bappeda Pemprovsu dalam soal pelestarian DAS di
Sumut. Tulisan ini diambil dari diskusi yang dllaksanakan BPDAS Wampu-Ular
di Tebingtinggi beberapa waktu lalu. Kemudian, laporan ini dilengakpi dengan
pernyataan Wali Kota Tebingtinggi soal penanganan DAS Padang.
Kami juga melengkapi laporan kali dengan sejumlah tulisan dari beberapa rekan. Misalnya, rubric ekonomi, coba menyoroti keberadaan pedagang lemang
di perbatasan kota Tebingtinggi, tepatnya di kebun Rambutan. Untuk halaman
kesehatan, satu tulisan menarik dipaparkan penulis lepas dari Dinas Perhubungan. Judulnya ‘Interaksi Bahan Pangan dengan Kemasan,’ yang mencoba
menyoroi dampak negative kemasan terhadap kualitas pangan di dalamnya.
Sebuah makalah yang ditulis Kaban Kesbang Linmas Amas Muda, SH, juga
kami munculkan dalam edisi kali ini, Makalah inimenyoroti soal ‘empat pilat
kebangsaan’ yang pemahamannya belakangan ini mulai memudar khususnya
di kalangan generasi muda. Ada pula kolom agama, terkait dakwah Islam
melalui seni nasyid.
Sejumlah artikel dari dua penulis juga kami muat, dengan judul ‘Para Pahlawan Lahir dan Pergi’ juga Jangan takut mengejar impian. Di halaman social

ditulis rekan kita, ada laporan soal Pileg yang memanas. “Dua calon sudah
mendatangi penulis,’ begitu judulnya. Majalah ini ditutup dengan tulisan
renungan yang biasa ditulis rekan kita. Judulnya ‘Malala’ tak jelas apa pesan
yang ingin disampaikan. Tapi saran saya nikmati sajalah, pasti ada manfaatnya.
Kami berharap edisi SINERGI kali ini bisa menambah pengetahuan kepada
pembaca sekalian. Paling tidak memberikan pemahaman baru atas berbagai
masalah yang ada. Pemred.

2

KETUA PENGARAH :
Ir.Umar Zunaidi Hasibuan, MM
( WaliKota Tebing Tinggi )

WAKIL KETUA PENGARAH :
H. Irham Taufik, SH, M.AP
(Wakil WaliKota Tebing Tinggi )

PENGENDALI :
H. Johan Samose Harahap, SH, MSP

(Sekdako Tebing Tinggi Deli )

PENANGGUNG JAWAB :
Ir. H. Zainul Halim
(Asisten Administrasi Umum )

PIMPINAN REDAKSI :
Ahdi Sucipto, SH
(Kabag Adm. Humas PP)

REDAKSI :
Rizal Syam, Khairul Hakim, Juanda

BENDAHARA :
Jafet Candra Saragih

KOORDINATOR LIPUTAN :
Drs Abdul Khalik, MAP

SEKRETARIS REDAKSI :

Dian Astuti
LAYOUT DESAIN GRAFIS
Edi Suardi, S.Sos
Aswin Nasution, ST

FOTOGRAFER :
Sulaiman Tejo
Chairul Fadhli

KOORDINATOR DISTRIBUSI
RIDUAN

LIPUTAN DAN REPORTER :
Wartawan Unit Pemko Tebing Tinggi

Redaksi menerima tulis,photo juga surat berisi saran
penyempurnaan dari pembaca dengan melampirkan
tanda pengenal (KTP, SIM, Paspor) dan Redaksi berhak
mengubah tulisan sepanjang tidak mengubah isi dan maknanya.
Tulisan dikirim ke alamat redaksi :

Bagian Administrasi Humasy Pimpinan dan Protokol Sekreariat
Daerah Kota Tebing Tinggi
Jl,Dr Sutomo No : 14 Kota Tebing Tinggi Deli Deli
Eimail : sinergi@tebingtinggikota.go.id
Facebook : majalah_sinergi@yahoo.co.id

SINERGI NOPEMBER 2013

DAFTAR
ISI
SINERGI EDISI 130 NOPEMBER 2013
4. MOMENTUM
8. SINERGITAS
• Daerah Aliran Sungai
9. UTAMA
• Sosialisasi RPDAS Terpadu Padang DAS
Padang 27,35 % Hutan Produksi
• Penanganan DAS Harus ‘One River One
Management’
• Daerah Aliran Sungai Padang Wajib Kita

Kelola
• Banjir Di Kawasan Pertanian Jln Amd Di
Kel Bulian Kecamatan Bajenis
18. PENDIDIKAN
• Menuju Kota Pelajar, Mulai Desember,
Tebingtinggi Wajib Belajar
19. KESEHATAN
• Idi Tebingtinggi Gelar Symposium
Management Emergency Care
• Interaksi Bahan Pangan Dengan Kemasan
23. EKONOMI
• Pedagang Lemang Perbatasan Kota Butuh
Penataan
24. LINGKUNGAN HIDUP
• Walikota Tebing Tinggi Sidak Proyek Normalisasi Sei Bahilang
• HMPI dan BMN di Tebing Tinggi Dinas
Pertanian Bagikan 2.300 Bibit Pohon
28. HUKUM
• EMPAT PILAR KEBANGSAAN
30. PEMKO KITA

• Tebing Tinggi Terima Penghargaan Kota
Tertib Ukur 2013
• Majalah Sinergi Pemko Tebing Tinggi Raih
Juara Iii Anugerah Media Humas
Menkominfo

Pimpinan Redaksi
AHDI SUCIPTO.SH

Koordinator Liputan
Drs.ABDUL KHALIK.MAP

Layout Desain Grafis
ASWIN NAST.ST

Sekretaris Redaksi
DIAN ASTUTI

Layout Desain Grafis
EDI SUWARDI.S.Sos


Bendahara
JAFET CHANDRA SARAGIH

Distributor
RIDWAN

Redaksi
JUANDA

Foto Grafer Sinergi
FADHLI

• Pwi Tebing Tinggi Gelar Lomba Karya
Tulis Pelajar
• Dirjen IKP Gelar Dialog Interaktif Asean
Comunity 2015
• I-Gist Bandung Tawarkan Kerjasama
Penghijauan Di Tebing Tinggi
• Ribuan Umat Muslim Hadiri Tabligh Akbar

Muharam 1435 H
40. LENSA PEMKO
44. AGAMA
• Kader KAHMI Diminta Kawal Proses UU
Halal
• BKAG dan MUI Sepakat Berantas Judi dan
Narkoba
47. OLAH RAGA
• 858 Atlit Tebing Tinggi Bertarung di Porkot
2013
• Kejurcab Tenis Meja Dibuka Wawako
Tebing Tinggi
49. WANITA
• Hj Sutias Gatot Pujonugroho Kukuhkan
Bunda Paud Tebing Tinggi
50. SOSIAL
• Bulan Bakti Karang Taruna Tebingtinggi
Diawali Donor Darah
• Dua Calon Sudah Mendatangi Penulis
52. SASTRA

• Menyampaikan Dakwah Islam Melalui Seni
Nasyid
53 . INFO NASIONAL
• Bencana Mewabah di Tanah Karo
57. RAGAM PLURALIS
• Emporium Barus, Warisan Peradaban Dunia
Yang Merana
58. OPINI
59. TEPIAN

Redaksi
KHARUL HAKIM

Redaksi
RIZAL SYAM

Foto Grafer Sinergi
SULAIMAN

3

MOMENTUM

4

SINERGI NOPEMBER 2013

MOMENTUM

5

MOMENTUM

6

SINERGI NOPEMBER 2013

MOMENTUM

7

SINERGITAS

Daerah Aliran Sungai
Dahulu, sungai masih asri dan airnya tanpa ragu sedikit pun bisa diteguk
langsung manakal kita sedang kehausan. Tak dipungkiri, waktu itu sungai
merupakan satu wilayah cukup penting bagi masyarakat.
Pada sungai ada ekplorasi hasil alam, di sungai menjadi pusat kegiatan lalu
lintas transportasi, dan di sungai juga terjadi proses jual beli atau pertukaran
barang yang membangun struktur ekonomi masyarakat.
Sungai menjadi pusat ekonomi paling signifikan, karena di situ terjadi
transaksi barter di antara masyarakat yang saling membutuhkan.
Sekarang sungai sudah menjadi kotor.
Bahkan ada yang berwarna hitam pekat
dan menjijikkan. Inti sungai sudah tercemar. Berbabagai bahan -mulai dari sampah
masyarakat sampai bahan industri yang
berbahaya- berkumpul menjadi satu. Di
sekitar sungai bukan hanya rumah-rumah
masyarkat yang berdiri, tapi juga tumbuh
industri-industri yang setiap hari menuangkan limbah beracun ke dalam sungai.
Hal ini tentu saja menjadi masalah utama.
Ke depan bila dibiarkan akan menjadi
momok yang menakutkan.
Tetapi sekarang, sungai juga tetap menjadi
penting karena berfungsi menampung
air curah hujan. Dan berguna menjaga
stabilitas air yang ada di daratan. Tapi kita
mafhum, bahwa di sungai ada yang disebut
dengan Daerah Aliran Sungai disingkat
DAS. Pengertian DAS ialah air yang

8

mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi
oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan
terkumpul dalam sistem tersebut. Guna
dari DAS adalah menerima, menyimpan,
dan mengalirkan air hujan yang jatuh
diatasnya melalui sungai.
Air pada DAS merupakan aliran air yang
mengalami siklus hidrologi secara alamiah.
Selama berlangsungnya daur hidrologi,
yaitu perjalanan air dari permukaan laut ke
atmosfer kemudian ke permukaan tanah
dan kembali lagi ke laut yang tidak pernah
berhenti tersebut, air itu akan tertahan
(sementara) di sungai, danau/waduk, dan
dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan
oleh manusia atau makhluk hidup. Batas
wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara
wilayah aliran sungai yang satu dengan

yang lain. Dari titik inilah kita senantiasa
memperhatikan keberadaan sungai agar
tetap terawat dan dapat dimanfaatkan sampai ke anak cucu.
Terlepas dari itu, menjaga keberadaan
daerah air sungai agar tetap lestari
menjadi pekerjaan rumah dari setiap kita.
Sungai-sungai dirawat dengan cara tidak
mencemari dan diambil pasirnya secara
terus menerus. Menjadi perhatian siapa
pun, bahwa upaya membuat sungai dapat
membangun ekonomi masyarakat tentu
saja tidak mengeksplorasi habis-habisan
daerah aliran sungai, apalagi dengan cara
membabi buta. Ingat itu! (khairul hakim)

SINERGI NOPEMBER 2013

U TA M A

Sosialisasi RPDAS Terpadu Padang
DAS Padang 27,35 % Hutan Produksi
Keterangan gambar :
DISKUSI “Walikota Tebingtinggi Ir H Umar Zunaidi Hasibuan melakukan diskusi dengan sejumlah stakeholder pada acara sosialisasi RPDAS Terapadu Padang yang digelar BPDAS Wampu Sei ular di Tebingtinggi”.

Kondisi hutan di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Padang semakin memprihatinkan, hal itu ditunjukkan dengan luas
penggunaan lahan hutan kering sekunder
sebesar 6,77 persen dari luas total DAS
Padang. Sedangkan berdasarkan status
kawasan hutannya, DAS Padang memiliki
27,35 persen hutan produksi terdiri dari
hutan lindung (0,83%) dan hutan produksi
terbatas (0,76%).
Hal itu dikatakan kepala BPDAS Wampu
Sei Ular, Ahmad Syofyan pada Sosialisasi
Rencana Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Terpadu (RPDAS T) Padang yang digelar
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPDAS) Wampu Sei Ular, Senin (4/11) di
gedung Hj Sawiyah Nasution Jalan Sutomo
Tebingtinggi.
Sosialisasi yang melibatkan tiga daerah
kabupaten/kota yakni Tebingtinggi, Serdang Bedagai dan Kabupaten Simalungun
itu menghadirkan pembicara Prof Dr Ir
Abdul Rauf MS, Drs Abdul Khalik MAP
MIKom (Sekretaris Forum DAS Padang)
dan Kepala Bappeda Provsu.
Tampak hadir Walikota Tebingtinggi Ir
H Umar Zunaidi Hasibuan MM, Bupati

Sergai, Bupati Simalungun, Kepala Bappeda Tebingtinggi H Gulbakhri Siregar,
Kepala Bappeda Kabupaten Sergai, Kepala
Bappeda Kabupaten Simalungun dan para
tamu undangan dari berbagai Stakeholder.
Lebih lanjut dikatakan Ahmad Syofyan,
bahwa hutan memiliki peranan penting
dalam DAS, berdasarkan amanat peraturan
perundang-undangan No.41 Tahun 1999
pasal 18, maka luas hutan dan penutupan
lahan hutan minimal 30 persen untuk
setiap DAS yang harus dipertahankan.
Diakui, rusaknya hutan dibagian hulu DAS
Padang akan berdampak pada respon DAS
secara keseluruhan, seperti meningkatnya
frekuensi banjir yang terjadi, ”Kejadian
banjir yang melanda kota Tebingtinggi
pada akhir Oktober lalu mengakibatkan
terendamnya sejumlah lahan pertanian
dan pemukiman penduduk”, kata Ahmad
Syofian.
Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi
Hasibuan saat membuka sosialisasi mengatakan, kegiatan sosialisasi diharapkan dapat
memberikan kontribusi pemikiran bagi
kita semua dan stakeholder terkait dalam
penataan DAS Padang agar memberikan

manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
“Aparatur dan masyarakat harus dapat
memahami betapa pentingnya DAS Padang
untuk dijaga, dilestarikan dan dikelola
dengan baik, sehingga sumberdaya hutan
dan lahan berfungsi optimal untuk menjamin keseimbangan lingkungan dan tata
air DAS, serta memberikan manfaat social
ekonomi nyata bagi masyarakat”, katanya.
Diakui Walikota bahwa kejadian banjir
di DAS Padang yang secara rutin terjadi
khususnya pada musim hujan, merupakan
salah satu pertanda terjadinya degradasi
lahan di daerah DAS Padang. Degradasi
lahan tersebut berdampak pada rusaknya
fungsi hidrolis DAS dan kapasitas infiltrasi
DAS menurun serta koefisian aliran permukaan meningkat.
“Banjir yang telah merugikan masyarakat
selama ini baik secara social maupun
ekonomi, disebabkan oleh factor-faktor
alam dan kegiatan manusia yang terkait
dengan pemanfaatan sumberdaya alam
yang berdampak pada penurunan fungsi
hidrologis ekosistem DAS”, katanya**..
(juanda

9

U TA M A

Penanganan DAS Harus ‘One River One Management’

Pengelolaan daerah aliran sungai
(DAS) harus menggunakan prinsip
‘one river one management.’ Dalam
artian harus ada lembaga yang memiliki otoritas khusus terhadap pengelolaan DAS, sekaligus berfungsi
mengatasi berbagai hambatan lintas
sektoral dan daerah yang dialiri oleh
suatu sungai.
Usulan itu disampaikan Wali Kota
Tebingtinggi Ir. H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM, baru-baru ini, di acara
‘Sosialisasi Rencana Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai Terpadu (RPDAST) DAS
Padang,’ dilaksanakan BPDAS WampuUlar di kota Tebingtinggi. Sebagai pembicara, Kepala Bappeda Provsu Ir.H.Riadil
Akhir Lubis, MSi, pakar lingkungan Fak.
Pertanian USU Prof. Dr.Ir.H.Abdul Rauf,
MS serta dari Drs. Abdul Khalik, M.AP,
M.I.Kom Forum DAS Padang.
Ditegaskan Wali Kota, pengelolaan DAS

10

Padang misalnya, tidak
bisa hanya dilakukan oleh
institusi tertentu, karena
dalam pengelolaannya
menyangkut banyak faktor. Dalam kawasan DAS
Padang, tambah Umar Z
Hasibuan, ada Pemkab
Simalungun di hulu dan
Pemkab Sergai dan Pemko
Tebingtinggi di tengah
dan hilir sungai. “Kalau
cuma satu atau dua daerah
saja yang peduli, dipastikan penanganannya tidak
maksimal,” tegas Wali
Kota.
Wali Kota berharap ada
upaya sinergitas antar
Pemkab di DAS Padang
melalui semacam MoU
dalam pengelolaan DAS.
“Keinginan ini bisa
terwujud jika instansi
di atas, seperti BPDAS
menjembatani pendekatan
ke arah itu,” ujar Umar Z
Hasibuan.
Ka. Bappeda SU Ir. H. Riadil Akhir Lubis,
MSi, dalam pemaparannya, menyatakan
Pemprovsu sangat mendukung program
pengelolaan DAS sekaligus pemanfaatan
DAS secara berkesinambungan. Gubsu
telah mengesahkan enam naskah RU
PDAST di Sumut. Yakni, RU PDAST Padang, Wampu, Deli, Asahan, Batang Gadis
dan Muzoi.
Ditegaskan, kebijakan RU PDAST mengikuti kebijakan nasional, di mana setiap
provinsi harus menerbitkan Perda Pengelolaan DAS. “Saat ini melalui Badan
Legislasi DPRD Provsu sudah menginisiasi
pembentukan Perda Pengelolaan DAS
yang kini dalam penyempurnaan,” ujar
Riadil.
Pakar lingkungan USU Prof. Dr.Ir.H.Abdul
Rauf, MS, dalam pemaparannya, menyatakan umumnya perusahaan perkebunan
yang berada di DAS Padang menjadi
sumber terjadinya kerusakan DAS. Salah
satu contoh sumbangan terbesar bagi keru-

sakan DAS adalah dominasi lahan kelapa
sawit dan karet. Hal itu menyebabkan
penurunan kemampuan tanah menyerap
air (infiltrasi) dan menahan air (intersepsi)
serta penyimpanan air (holding capacity)
akibat tanah yang lebih padat dan lapisan
serasah.
Guru besar Fak. Pertanian USU itu,
mengusulkan adanya peraturan tertentu
yang mengatur bagaimana perkebunan
mengelola lahannya secara aman dan
ramah lingkungan. “Umumnya perusahaan perkebunan kan BUMN dan BUMD
dan sebagian kecil PMA, kegiatan mereka
harus di atur meminimalisir kerusakan
DAS,” tegas Rauf.
Sebelumnya, Kepala BPDAS Wampu-Ular
Achmad Syofyan, SE, menyebutkan, luas
DAS Padang secara keseluruhan mencapai
110.671 Ha, berada di tiga wilayah administrasi yakni Kab. Simalungun, Serdang
Bedagai dan kota Tebingtinggi. Dari luas
DAS Padang itu, sekira 895,48 Ha merupakan daerah sangat rawan banjir. Daerah
rawan banjir seluas 1.658,29 Ha, agak
rawan 1.138,23 Ha. “Umumnya daerah
rawan banjir berada di kota Tebingtinggi,”
papar Syofyan.
Disampaikan pula dalam RU PDAST itu,
pengelolaan DAS Padang akan dilakukan
berkesinambungan melibatkan semua instansi terkait dengan selalu berkoordinasi
satu dengan lainnya. Selain itu, telah direncanakan anggaran pengelolaan RU PDAST
Padang mencapai Rp130 milyar lebih.
Dari Forum DAS Padang Drs. Abdul
Khalik, MAP, M.I.Kom, mengungkapkan
tentang sejarah pengelolaan DAS Padang
di masa lalu. Menurut Khalik, sejak era
Kerajaan Padang, sudah ada semacam
peraturan adat kerajaan, di mana rakyat
diperintahkan untuk membudidayakan
tanaman tertentu di bantaran sungai dengan fungsi pelestarian. Misalnya, tanaman
rumbia yang diperintahkan Raja Kerajaan
Padang ke X Tengku Muhammad Nurdin
agar ditanam di tepian sungai, karena
fungsinya bagi pelestarian habitat sungai.
Abdul Khalik

SINERGI NOPEMBER 2013

U TA M A

Daerah Aliran Sungai Padang
Wajib Kita Kelola
Daerah Aliran Sungai (DAS)
sesuai Peraturan Pemerintah No.37 Tahun
2012, didevinisikan sebagai suatu wilayah
daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya,
yang berfungsi menampung, menyimpan
dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas daratan.
Umumnya masyarakat masih belum
memahami pemaknaan DAS secara benar,
karena selama ini DAS dimaknai sebagai
bantaran atau pinggiran sungai. Padahal,
DAS memiliki pengertian yang luas, dapat
dicontohkan berupa wilayah berbentuk
kuali dari ujung hingga ke dasar, di mana
dasar kuali adalah sungai dan tepian kuali
sebagai batas DAS.
Ditengah pemahaman yang berbeda antara
peraturan dengan masyarakat, muncul
kekhawatiran kian rusaknya DAS. Hal itu

ditandai dengan bencana banjir yang tidak
lagi bersifat periodik, tapi berlangsung
terus menerus. Demikian pula dengan
kian dangkalnya aliran sungai akibat erosi
dan sedimentasi, sehingga merusak habitat
dan biota sungai, ditambah kualitas air
sungai sebagai bahan baku air minum,
yang kian buruk.
Pemerintah kemudian membuat sejumlah
regulasi guna melindungi dan mengurangi kerusakan DAS yang terus berlanjut
dengan membuat sejumlah undangundang. Tercatat misalnya, UU No.7/2004
tentang Pengelolaan Sumber Daya Air,
UU No.32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
UU No.26/2007 tentang Penataan Ruang
atau yang terbaru UU No.18/2013 tetang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan. Seluruh ketentuan ini selanjutnya
memiliki peraturan turunan dalam bentuk
Peraturan Pemerintah maupun Permen
hingga Perda dan Pergub.
Provinsi Sum. Utara, terkait perlindungan

DAS, termasuk daerah yang terlambat
dalam pengesahan peraturannya, disbanding daerah lain, misalnya NTT, Bali,
Jambi, Sum. Barat dan beberapa provinsi
lain. Namun, meski terlambat Gubsu
H. Gatot Pujo Nugroho, ST, MSi, telah
mengesahkan Rencana Umum Pengelolaan
DAS Terpadu. Termasuk di dalamnya RU
PDAST Sungai Padang yang melintasi kota
Tebingtinggi.
Paling tidak sudah ada delapan naskah
RU PDAST se Sumut yang sudah disahkan Gubsu hingga Maret 2013. Yakni,
DAS Padang (No.611/1775/2013), DAS
Wampu (611/1776/2013), DAS Deli
(No.611/1778/2013). DAS Toba Asahan
(No.611/1774/2013), DAS Batang Gadis
(No.611/1779/2013) dan DAS Muzoi
(No.611/1777/2013). Sedangkan dua DAS
lain, yakni DAS Besitang dan DAS Lepan
disahkan Bupati Langkat.
Berikut dipaparkan sebagian naskah RU
RPDAST Padang yang telah disahkan
Gubsu H. Gatot Pujo Nugroho, ST, MSi,

11

U TA M A
Ringkasan
I. KONDISI UMUM.
Pengelolaan DAS Terpadu merupakan
upaya pengelolaan sumber daya yang
menyangkut berbagai pihak yang punya
kepentingan berbeda-beda, sehingga
keberhasilannya ditentukan oleh banyak
pihak, tidak semata-mata oleh pelaksana langsung di lapangan, tetapi oleh
pihak-pihak yang berperan sejak perencanaan hingga monitoring dan evaluasinya. Masyarakat merpakan unur pelaku
utama, sedangkan pemerintah merupakan
unsr=ur pemegang otoritas kebijakan dan
fasilitator. Selain itu, masih ada LSM yang
turut mendukung keberhasilan pengelolaan DAS.
Sasaran pengelolaan RU PDAST Padang,
adalah keseluruhan kawasan DAS seluas
110.671,85 Ha, meliputi tujuh kawasan
sub DAS, yaitu sub DAS Bahilang 9.451,12
Ha, sub DAS Bah Kuliat 12.803,10 Ha, sub
DAS Bah Sumbu 11.008,44 Ha, sub DAS
Sei Kelembah 4.360,15 Ha, sub DS Sei
Padang 30.275,87 Ha, sub DAS Sei Padang
Hilir 17.677,27 Ha dan sub DS Sibarau
25.005,89 Ha.
Wilayah DAS Padang secara geografis
terletak di antara 020 57 25,56 s/d 030
29 15,83 LU dan 980 48 59,60 s/d 990
17 42,83 BT. Secara administrative DAS
Padang berada di dua wilayah kabupaten,
yaitu Simalungun dan Serdang Bedagai
serta 1 wilayah kota, yakni Tebingtinggi.
Batas satuan DAS hamper selalu tidak
sesuai dengan batas administrasi pemerintahan, sehingga koordinasi dan integrasi
antar pemerintah otonom dan instansi
sektoral sangat penting. DAS Padang
bagian hulu mencakup tiga pemerintahan,
sehingga koordinasi dan integrasi kegiatan
dilakukan antar daerah otonom terkait,
juga Pemprovsu.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, khususnya untuk mengkoordinasikan peran
pemerintah pusan dan daerah provinsi dan
kabupaten/kota, instansi seperti BPDAS
Wampu-Ular sangat penting. Menjadi
partner instansi sejawat. Kebijakan pengelolaan sumberdaya hutan, air dan lahan
harus dirumuskan dengan memperhatikan
isu-isu penting yang dirasakan masyarakat
dengan masukan dari berbagai pihak.
Standar, criteria dan indicator kinerja
penyelenggaraan RHL dan perlindungan
kualitas air dalam pengelolaan DAS perlu

12

disusun bersama secara partisipatif oleh
pihak terkait, baik birokrasi pemerintah
maupun lembaga lainnya. Dan disepakati
bersama sebagai rencana tindak yang
dituangkan dalam bentuk Perda provinsi
ata Peraturan Gubernur maupun Perda
ditingkat kabupaten/kota. Sebagai landasan penilaian akuntabilitas Pemkab dan
Pemprov.
II. PERMASALAHAN.
Berdasarkan identifikasi , kajian dan analisis masalah yang telah dilakukan, maka
permasalahan DAS adang, baik aspek
biofisik, social maupun kelembagaan dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Banjir.
Banjir di DAS Padang umumnya terjadi
pada saat perkebunan melaksanakan
replanting yang bersamaan dengan musim
hujan. Perkebunan membuka lahan dengan menggunakan alat berat , dengan luasan lahan yang sangat s]luas. Kondisi ini
menyebabkan aliran permukaan dari areal
planting cepat terkonsentrasi ke parit dan
menuju ke sungai dengan membawa sedimen. Perlu regulasi pengaturan replanting dalam dan antar perkebunan sawit
dan karet yang ada di DAS Padang. Hasil
identifikasi terhadap HGU perkebunan
besar yang ada di DAS Padang, ditemukan
setidaknya ada 10 perkebunan.
Beberapa perkebunan diperkirakan yang
melakukan tindakan demikian, adalah
Kebun Gn Pamela, Kebun Gn. Monako,
Kebun Nagaraja, Kebun Pabatu, Kebun
Bandar Bejabu, Kebun Rambutan, Kebun
Gnung Para serta beberapa kebun lain
yang posisinya agar ke hilir, seperti Kebun
Paya Pinang, PT Lonsum Kebun Sibulan,
dan PT Nusa Pusaka Kencana (NPK). .
Semua perkebunan BUMN, BUMD dan
PMA itu merupakan perusahan yang
menguasai lahan DAS Padang. Umumnya,
perkebunan in berada di wilayah Kec.
Sipispis dan Tebingtinggi, Kab. Sergai dan
beberapa lainnya berada di wilayah Kab.
Simalungun, juga melakukan hal sama,
misalnya PT Bridgestone Dolok Ilir serta
beberapa perkebunan swasta di perbatasan
kedua kabupaten, khususnya di Kec. Raya
Kahean.
Dalam rangka mengurangu resiko bahaya
banjir di DAS Padang, maka koordinasi
pengaturan luasan dan waktu replanting
di antara perkebunan menjadi hal yang
mutlak dilakukan. Jika tidak upaya mengu-

rangi resiko banjir menjadi suatu yang
sia-sia.
2. Erosi dan Sedimentasi.
Besaran sedimentasi yang terbawa aliran
sungai Padang tergolong besar, terutama
di musim hujan. Sumber dari sedimentasi
di sungai Padang tidak hanya berasal dari
perkebunan besar perilaku masyarakat di
sekitar perkebunan pun jadi salah satu
factor penting penyumbang kerusakan.
Terutama masyarakat yang berada di kaki
pegunungan Simbolon serta masyarakat
pengguna lahan di bantaran sungai.
Umumnya, mereka menjadikan bantaran
sebagai kebun yang jenias tumbuhan dan
pola tanamnya sama dengan perkebunan.
Sedangkan kegiatan perladangan juga
mengabaikan aspek keseimbangan lingkungan , terutama pertanian yang sejajar
dengan lereng.
3. Kualitas Air
Kualitas air terutama di Kota Tebingtinggi
kea rah hilir mulai tercemar oleh limbah
pabrik. Beberapa pabrik menjadi sumber
pencamaran sungai Padang, diantaranya
PT ADEI Jalan Imam Bonjol, PT Batanghari Tebing Pratama Jalan Lintas MedanKisaran serta sejumlah pabrik tapioka
yang juga melakukan pencemaran sungai,
misalnya UD Tapioka di Jalan Ir.H. Juanda.
Beberapa perusahaan sudah punya komitmen kuat untuk membuat instalasi pengolahan limbah (Ipal), seperti PT ADEI yang
mengalokasikan dan Rp4 milyar untuk
pembuatan Ipal dalam jangka waktu 1,5
tahun sejak 2009. Mengingat masi banyak
laporan masyarakat soal pencemaran,
perlu pengawasan yang ketat terhadap
perusahan-perusahaan yang jadi sumber
pencemar air sungai.
4. Perambahan Hutan dan Lahan Kritis.
Hasil identifikasi di Desa Nagur, Kec. Sipispis (desa kawasan sekitar hutan register)
sekira 50 persen penduduk desa dan penduduk desa sekitar pegunungan Simbolon,
menggunakan area register sebagai lahan
berkebun dan bercocok tanam. Sebagian
besar area register itu untuk tanaman sawit
dan tanaman keras lainnya. Bahkan, ada
di antaranya yang menanam tanaman semusim. Area register itu juga banyak yang
sudah dipandang sebagai lahan pribadi sehingga diperjual belikan di antara sesame
penduduk.

SINERGI NOPEMBER 2013

U TA M A
Perda Provsu No.7/2003 tentng Tata
Ruang Provinsi Sum. Utara 2003-2018
dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.44/2005, merupakan salah satu
penyebab kerusakan DAS Padang. Ketentuan itu telah menetapkan pegunungan
Simbolon sebagai hutan produksi, padahal
sebelumnya status hutan pegunungan Simbolon adalah hutan lindung. Alih fungsi
hutan yang terjadi dalam dua ketentuan itu
mengakibatkan terjadi pernjarahan besarbesaran terhadap hutan, mulai dari kaki
hingga lereng pegunungan Simbolon. Bahkan, pemukiman penduduk juga sudah ada
di lereng pegunungan. Misalnya Dusun
Huta Baru, Desa Nagur. Dusun yang telah
dihuni sekira 25 kepala keluarga, lokasinya
berada di lereng gunung dan mereka mendiami kawasan itu sejak 10 tahun terakhir.
Hal itu, menyebabkan kondsi DAS Padang
bagian hulu sudah ditanami sawit, sehingga menimbulkan ketidak seimbangan eko
system di DAS Padang.
5. Kelembagaan Terkait Pengelolaan DAS.
Dari sisi kelembagaan isu-isu pengelolaan
DAS yang perlu mendapat perhatian adalah sebagai berikut :
1. Pemahaman Masyarakat Yang Keliru
Terhadap Devinisi DAS
Hasil pertemuan dengan masyarakat menunjukkan gambaran bahwa pemahaman
masyarakat terhadap devinisi DAS masih
keliru. Sebagian besar masyaraka memahami bahwa DAS adalah sempadan sungai
(10 meter sebelah kiri dan kanan sungai).
Kondisi itu menyebabkan penyusunan
rencana pengelolaan DAS hanya sebatas
bagaimana mengelola sempadan sungai.
2. Lemahnya Kelembagaan Pengelolaan
DAS
Kelembagaan pengelolaan DAS dirasakan kurang mantap. Hal itu ditunjukkan
dengan lemahnya koordinasi antar pihak
yang terkait pengelolaan DAS, kebijakan
pemerintah yang tidak konsisten dan
pengawasan yang lemah. Koordinasi
tampaknya menjadi titik penting kelemahan dalam pengelolaan DAS, yang berakibat pada perencanaan dan pelaksanaan
pengelolaan DAS secara terpadu tidak terlaksana. Koordinasi lmemah diakibatkan
oleh permasalahan yang cukup mendasar,
antara lain karena kentalnya ego sektoral
yang menyebabkan persepsi , visi dan misi
pengelolaan DAS tidak sama.
3. Tata Ruang Yang Tidak Mantap

Permasalahan tidak mantapnya tata ruang
wilayah menyebabkan penggunaan lahan
seringkali tidak sesuai atau tidak mengikuti ketentuan yang ada. Perubahan status
kawasan hutan pegunungan Simbolon dari
hutan lindung menjadi hutan produksi
telah merubah mindset masyarakat dari
kawasan yang harus dilindungi menjadi
kawasan yang bisa diolah lahannya. Tata
ruang yang tidak mantap juga menyebabkan perencanaan program rehabilitasi
hutan dan penghijauntidakmantap pula.
Koordinasi antar 3 daerah (Simalungun,
Sergai, Tebingtinggi) dalam perencanaan
tata ruang masih rendah. Wilayah yang
seharusnya menjadi areal lindung beralih
menjadi areal budidaya. Selain itu, belum ada upaya mekanisme ‘pembayaran
jasa lingkungan’ yang mana daerah hilir
memberikan dana kepada pihak hulu guna
menjaga dan merehabilitasi lahannya,
sehingga daerah hilir menikmati kondisi
lingkungan yang baik.
4. Kurangnya Penegakan Hukum.
Penegakan hukum adalah dalam rangka
mendapatkan kepastian hukum atas segala
aturan yang telah dibuat dan disepakati
bersama. Penegakan hukum yang kurang
bisa dilihat dari terus berlangsungnya
illegal logging., perambahan hutan dan
bentuk-bentuk pelanggaran lingkungan.
Kondisi itu, tentu berakiba disintensif bai
masyarakat dalam rangka menjaga dan
memperbaiki lingkungan DAS yang rusak.
Selain itu perlu peningkatan taraf ekonomi
masyarakat sekitar hutan dengan penngkatan sumber pendapatan dari usaha non
pertanian dan kehutanan.
5.
Kurangnya Pendekatan Sosial
Budaya.
Kurangnya pendekatan social budaya
cukup dirasakan dalam perencanaan rehablitasi lahan. Pendekatan bersifat top-down
di mana aspirasi bawah kurang tersahuti.
Kurangnya peran serta masyarakat dalam
perencanaan menyebabkan masyarakat
merasa tida berkewajiban atau tidak perlu
dalam kegiatan rehabilitasi lahan dan
penghijauan kawasan DAS. Perlu sosialisasi berkelanjutan dan peningkatan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan
rehabilitasi, mulai dari penentuan jenis dan
model penghijauannya.
6. Kurangnya Sosialisasi Program
Kurangnya sosialisasi program juga dirasakan banyak kalangan, khususnya di level
tengah dan bawah masyarakat. Akibatnya,
muncul ketidak samaan persepsi, visi dan

misi serta program di antara sesama pihak
terkait, sehingga terjadi ketidak samaan
terhadap manfaat penghijauan.
7. Sumberdaya Manusia
Rendahnya kualitas SDM dapat menyebabkan permasalahan lainnya muncul. Perlu
peningkatan kapasitas masyarakat dalam
memahami DAS serta manfaatnya dalam
kehidupan. Hal itu jadi syarat mutlak bagi
tercapainya peran masyarakat yang lebih
besar.
8. Kurangnya Pertimbangan Ekonomi
Program rehabiltasi lahan dan penghijauan
sangat mempertimbangkan masalah teknis
biologis, tapi kurang mempertimbangkan
masalah ekonomi. Pertimbangan ekonomi
dalam program rehabilitasi sangat menentukan dan menjadi pendorong/motivator
bagi masyarakat untuk kegiatan rehabilitasi
lahan dan penghijauan. Beberapa pertimbangan ekonomi perlu jadi pemikiran,
antara lain pemilihan tanaman komersial
dan disukai masyarakat, diversifikasi
usaha, dukungan pasar dan hasil kegiatan
penghijauan melalui penyediaan atau perbaikan infrastruktur dan stabilisasi harga
III.
RENCANA DAN STRATEGI
PENGELOLAAN DAS
Permasalahan umum DAS Padang adalah
banjr, erosi dan sedimentasi, pertanian
tidak/kuang menerapkan kaidah konservasi tanah dan air, perambahan kawasan
hutan dan kelembagaan pengelolaan DAS.
Sesuai rumusan masalah , maka perlu
dilakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi banjir, erosi dan sedimentasi, perambahan kawasan hutan dan peningkatan
kapasitas kelembagaan pengelolaan DAS.
Sehingga kualitas, kuantitas dan kontinuitas airan air sungai Padang serta anak-anak
sungainya dapat terjaga, sekaligu mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di kawasan DAS Padang.
Strategi pencapaian tujuan dalam pengelolaan DAS Padang, meliputi tiga (3) factor,
yaitu :
1.Merumuskan factor pemungin dalam
pengelolaan DAS Padang Terpadu, meliputi :
• Merumuskan bentuk pengelolaan DAS
yang aspiratif.
• Optimalisasi lembaga pengelola DAS
yang sudah ada.
• Kebijakan dan regulasi yang di tingkat
stakeholders terkait yag berwawasan
lingkungan, sehingga punya kekuatan
hukum mengikat serta terintegrasi
satu sama lainnya.

13

U TA M A


Dukungan finasial dari APBN, APBD
maupun sumber lain untuk menjamin
kelangsungan program.
2.. Merumuskan aturan kelembagaan
dalam pengelolaan DAS Padang harus
memiliki :
• Semacam organisasi /forum/lembaga
yang bersifat lintas sektoral dan berperan sebagai koordinator stakeholders yang ada dalam pengelolaan DAS.
• Melalui organisasi/forum/lembaga
ini dapat diterapkan aturan main bagi
semua stakeholders yang ada dalam
DAS Padang, sehingga masing-masing
yang berkepentingan dengan DAS
dapat berperan lebih jelas.
3. Merumuskan instrument pengelolaan
DAS Padang, meliputi :
• Perencanaan pengelolaan DAS Terpadu, dikombinasikan dengan RTRW,
pengelolaan dan penilaian resiko lingkungan, ekonom dan social dengan
partisipasi masyarakat.
• Instrumen erubahan perilaku social
melalui perumusan kurikulum pendidikan berbasis pengelolaan DAS.
• Instrumen ekonomi menjadikan DAS
punya nilai ekonomi melalui mekanisme jasa lingkungan.
• Instrument regulasi untuk mengontrol
kualitas air, distribusi jumlah air,
perencanaan penggunaan lahan dan
perlindungan lingkungan.
• Resolusi konflik melalui menajemen
konflik dan pembiasaan consensus.
• Pertukaran data dan informasi antar
stakeholders.
Penjelasan atas ketiga jenis kegiatan itu
dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Kegiatan vegetative, merupakan bentuk kegiatan utuk meresapkan air hujan
ke dalam tanah melalui media tanaman
sehingga sejulah air menjadi limpasan
permukaan akan berkurang sampai jumlah
yang diinginkan. Kegiatan ini dilakukan
jika lahan tersedia sesuai untuk dilakukan
penanaman. Termasuk dalam kegiatan ini,
vegetasi tetap, penghijauan, agroforestry,
strip rumput dan penghijauan di kanan
kiri sungai.
b. Kegiatan sipil teknis berbasis lahan.
Termasuk kegiatan ini adalah pembuatan
rorak di kawasan pemukiman, pembuatan
teras gulud, parit buntu/rorak, biopori dan
embung.
c. Kegiatan sipil teknis berbasis alur sungai

14

terutama di ordo sungai bagian hulu.
Merupakam kegiatan menhan/menampung air di badan air untuk waktu tertentu, sehingga sedimen dan air punya waktu
untuk meresap. Juga membuat pengaturan
air, melalui pembuatan bending, gully
plug, dam penahan, dam pengendali, dan
kegiatan penahan dan memperpanjang
waktu tempuh air menuju muara.
IV. KEBIJAKAN, PROGRAM DAN
KEGIATAN
1.

2.

3.









1. Kegiatan Pemulihan Hutan dan
Lahan Dengan Metode Vegetatif. Rencana pemulihan hutan dan lahan DAS
Padang dan sekitarnya meliputi tiga
kabupaten/kota. Rencananya dilakukan pada kawasan hutan baik hutan
produksi maupun hutan lindung serta
penghijauan/hutan rakyat di luar
kawasan hutan. Rencananya, reboisasi
hutan meliputi areal seluas 36.555,41
Ha dan penghijauan seluas 11.533,52
Ha.
2.Kegiatan Pengendalian Erosi dan
Sedimentasi dan Pengembangan
Sumberdaya Air Penerapan teknik
konservasi tanah secara sipil berupa
pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, dan sumur resapan. Sedangkan biopori diharapkan
dapat dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat.
Kegiatan Pengembangan Kelembagaan.Dalam kegiatan pengembangan
kelembagaan, maka perlu dikembangakkn fungsi, koordinasi dan sinkronisasinya, a.l :
Bappeda Provinsi, bertugas mengkoordinasikan, mengintegrasikan,
mensinkronkan dan mensinergikan
seluruh lembaga terkait di provinsi.
Dinas Kehutanan Provsu, merupakan
institusi kepanjangan tangan dari
Gubsu dalam melaksanakan tugas
bidang kehutanan.
Balai Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (BPDAS), bertugas memfasilitasi pelaksanaan program pengelolaan
DAS d wilayah kerjanya.
Balai Wilayah Sungai Sumatera
(BWSS) II, di mana DAS termasuk
dalam bagian dari wilayah sungai
(WS). Untuk WS Belawan-Ular-Padang masuk wilayah strategis nasional

4.

, karena memiliki irigasi lebihbesar
dari 10.000 Ha. Pengelolaan SDAnya
berada dalam wewenang Kementerian
PU diberi kewenangan kepada BWSS
II.
Lembaga Tingkat Kabupaten/Kota,
meliputi :
• Bappeda Kabupaten/kota
• Dinas Kehutanan Kabupaten/kota
• LSM dan Perguruan Tinggi
• Lembaga Penyuluh
• Perkebunan Swasta BUMN/
BUMD.

V. RENCANA IMPLEMENTASI
PROGRAM KEGIATAN
Total rencana pembiayaan dari
kegiatan pengelolaan DAS Padang
sektor kehutanan, berdasarkan
kegiatan termaktub d muka mencapai Rp130.953.320.00 (seratus tiga
puluh miliar Sembilan ratus lima
puluh tiga juta tiga ratus dua puluh
ribu).
Biaya ini meliputi :
• Total Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan
Rp.116.278,120
• Total Rencana Biaya Pengendalian Erosi, Sedimentasi
• dan Konservasi SDA
Rp.2.830,200
• Total Rencana Pengembangan
Kelembagaan Rp.18.645.000
VI. REKOMENDASI
1. Perlu peyadaran masyarakat
dalam hal pemahaman terhadap pentingnya menjaga kelestarian ekosistem berbasis DAS
termasuk DAS Padang.
2. Pelibatan masyarakat sejak
dini dalam perencanaan menjadi kunci keberhasilan dan
keberlangsungan rehabilitasi,
sehingga dari awal terlihat jelas
tanggung jawab masing-masing
pihak.

SINERGI NOPEMBER 2013

U TA M A
3.

4.

5.

6.

7.

Dibutuhkan strategi dan peningkatan
peran kapasitas kelembagaan antara
lain dengan membentuk forum komunikasi yang intensif (Forum DAS).
Perlu adanya data dan informasi yang
lengkap tentang inventarisasi terhadap kerusakan, manfaat, inventarisasi
potensi komponen ekosistem, ancaman terhadap kepunahan komponen
ekosistem, serta pengetahuan lain
yang belum lengkap.
Perlu pendekatan persuasive, karena
banyak permasalahan yang terkait
lahan milik.
Pendekatan rehabilitasi DAS harus
didasari program untuk meningkatkan pendapatan masyarakat (income
generating)
Kepemimpinan dan dorongan politik
(political will) menjadi penentu
keberhasilan kegiatan ini di lapangan,
sehingga diperlukan leadership yang
kuat dari bupati/walikota, kepalda
dinias terkait, BPDAS, untuk mendorong pelaksanaan menyeluruh dan
memahami tanggung jawab masingmasing dengan mengedepankan

fungsional dibandingkan kewenangan
yang dimiliki
8. Rencana yang disusun harus disepakati sebagai rencana bersama, sehingga pelaksanaannya ada sinergi
dan koherensi yang meliputi penilaian,
pelaksanaan RHL dan social kelembagaan, monitorning dan evaluasi serta
dukungan pendanaanuntuk keberlangsungan kegiatan pengelolaan DAS
Padang.
9. Ada keberlanjutan jangka panjang
dan tidak terpengaruh oleh pergantian personil di lembaga pemangku
kepentingan
10. Perlu adanya penyadaran public
tentang pola penggunaan lahan yang
lestari, ramah lingkungan dan secara
ekonomi menguntungkan perlu mendapat dukungan nyata.
11. Perlu ada model-model demplot dan
model pendekatan DAS mikro sebagai
contoh untuk direplikasi petani.
12. Perlu pendampingan dan pelatihan
melibatkan perguruan tinggi dalam
mendampingi Pemda dan masyarakat
menjadi salah satu factor keberhasilan

kegiatan.
13. Pemberdayaan Forum DAS yang telah
terbentuk beranggotakan seluruh
perwakilan pemangku kepentingan,
berfungsi merumuskan pengelolaan
terpadu DAS Padang. Forum ini bersifat ad hoc.
14. Perlu penegakan hukum yang kuat.
Rencana Umum Pengelolaan DAS Terpadu Padang ini, telah dipresentasikan
oleh BPDAS Wampu-Ular pada, Senin
(4/11) lalu, di gedung Hj. Sawiyah,
Jalan Sutomo, dihadiri Wali Kota Ir.
H. Umar Zunaidi Hasibuan, MM. Para
pembicara menghadirkan sejumlah
pakar, yakni Ir. H. Riadil Akhir Lubis,
Msi (Kepala Bappeda Provsu) Prof. Dr.
Ir.H. Abdul Rauf, MS (guru besar Fak.
Pertanian USU), Muhammad Syofyan,
SE (Kepala BPDAS Wampu-Ular) dan
Drs. Abdul Khalik, MAP, M.I.Kom
(Forum DAS Padang).
15. RU PDAST Padang ini, akan menjadi
acuan dalam pengelolaan DAS Padang
dalam 20 tahun ke depan dan diharapkan bisa jadi bue print pengelolaan
DAS Padang bagi tiga daerah dilintasi

Banjir Di Kawasan Pertanian Jln Amd
Di Kel Bulian Kecamatan Bajenis
PENGELOLAAN DAS DI PROVINSI
SUMATERA UTARA
OLEH : BADAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI
SUMATERA UTARA

tentang Rencana Kerja Pemerintah
10. Peraturan Pemerintah No. 37/2012
tentang Pengelolaan DAS
11. Keputusan Pemerintah No. 32/1990
tentang kawasan lindung.

Dasar Hukum Pengelolaan DAS
1. UUD 1945 pasal 33 ayat 3
2. UU No. 5/1990 tentang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
3. UU No. 42/1992 tentang penataan
ruang
4. UU No. 23/1997 tentang pengelolaan
lingkungan Hidup
5. UU No 41/1999 tentang kehutanan
6. UU No. 7/2004 tentang Sumber Daya
Air
7. UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
8. Peraturan Pemerintah no. 25/2000
tentang Kewenangan Provinsi dan
Kewenangan Derah
9. Peraturan Pemerintah No. 20/2004

Arti Pentingnya Pengelolaan DAS
1. Terdapat keterkaitan antara berbagai
kegiatan dalam pengelolaan sumber
daya alam dan pembinaan aktivitas
manusia dalam pemanfaatan sumber
daya alam.
2. Melibatkan berbagai disiplin ilmu dan
mencakup berbagai kegiatan yang
tidak selalau saling mendukung
3. Meliputi daerah hulu, tengah dan hilir
yang mempunyai keterkaitan biofisik
dalam bentuk daur hidrologi
Komponen Pengelolaan DAS
1. Pemgembangan Sumber Daya Alam :
Lahan. Hutan dan Air
2. Tindakan pengendalian untuk meminimumkan laju degredasi dan memperbaiki sumber daya alam

3.
4.

Pengelolaan Sumber Daya Alam :
Lahan, Hutan dan Air
Diversifikasi Mata Pencaharian

Ruang Lingkup Pengelolaan DAS
1. Pengelolaan ruang melalui usaha
pengaturan penggunaan lahan ( landuse ) dan konservasi tanah dalam arti
yang luas
2. Pengelolaan sumberdaya air melalui
konservasi , pengembangan , penggunaan dan pengendalian daya rusak air.
3. Pengelolaan vegetasi yang meliputi
pengelolaan hutan dan jenis vegetasi
darat lainnya yang memiliki fungsi
produksi dan perlindungan terhadap
tanah dan air.

4. Pembinaan kesadaran dan
kemampuan manusia termasuk
pengembangan kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan
sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga ikut berperan
dalam upaya pengelolaan DAS.

15

U TA M A

Banjir di kawasan pertanian Jln AMD di kel Bulian kecamatan Bajenis

Permasalahan
Secara umum berdasarkan identifikasi ,
kajian dan analisis masalah , permasalahan
pada DAS :
1. Lahan kritis ( penyebab, luas dan
distribusi )
2. Kondisi Habitat ( daerah perlindungan keanekaragaman hayati )
3. Sedimentasi ( sumber , laju , dampak )
4. Kualitas air ( sumber polutan, kelas,
waktu )
5. Masalah penggunaan air tanah dan air
permukaan
6. Daerah rawan bencana ( banjir , longsor )
7. Masalah sosial, ekonomi dan kelembagaan
8. Masalah tata ruang dan penggunaan
lahan
9. Permasalahan antara hulu dan hilir
10. Konflik pemanfaatan sumber daya
Strategi Pengelolaan DAS
1. Merumuskan bentuk pengelolaan
DAS yang aspiratif, mengingat stakeholder yang terkait sangat banyak
2. Optimalisasi lembaga pengelolaan

16

3.

4.
5.

DAS yang sudah ada
Kebijakan dan regulasi di tingkat
stakeholder terkait yang berwawasan
lingkungan
Dukungan finansial dari APBN ,
APBD ataupun sumber lainnya
Diperlukan penggalian sumber pendanaan dari pihak-pihak swasta

Kunci keberhasilan dalam pengelolaan
DAS
1. Perlu penyadaran mesyarakat dalam
hal pentinnya menjaga kelestarian
ekositem berbasis DAS
2. Pelibatan masyarakat sejak dini dalam
kegiatan perencanaan
3. Dibutuhkan strategi peningkatan dan
peran kelembagaan dalam mengaktifkan forum DAS
4. Perlu adanya data dan informasi yang
lengkap tentang inventarisasi kerusakan, manfaat, potensi komponen
ekosistem, ancaman terhadap kepunahan komponen ekosistem
5. Diperlukan pendekatan persuasive
karena banyak permasalahan yang
terkait lahan milik

6.

7.
8.
9.

10.

11.

12.

13.
14.

Pendekatan rehabilitasi DAS harus
didasari program-program untuk
meningkatkan/ menciptakan pendapatan masyarakat
Kepemimpinan dan political will
Rencana yang disusun disepakati
sebagai rencana bersama
Ada keberlanjutan kebijakan jangka
panjang yang tidak terpengaruh oleh
pergantian personil
Perlu adanya penyadaran public
tentang pola penggunaan lahan yang
lestari, ramah lingkungan dan secara
ekonomi menguntungkan
Perlu adanya model-model demplot
dan model pendekatan DAS mikro (
sub DAS ) senagai contoh direplikasi
oleh petani
Perlu pendamping dan pelatihan
dengan melibatkan perguruan tinggi
dalam mendampingi pemda dan
masyarakat
Pemberdayaan Forum DAS
Perlu penegakan hukum

SINERGI NOPEMBER 2013

U TA M A
Kondisi DAS di Provinsi Sumatera Utara
Kondisi DAS di Provinsi Sumatera Utara
sudah sangat perlu untuk ditangani, hal ini
diakibatkan :
• Banyaknya perizinan Pengelolaan
Sumber Daya Air ( PSDA ) tidak
mempertimbangkan aspek ekologis
dan lingkungan
• Penyusunan RTRW provinsi dan
kabupaten / kota belum sepenuhnya
berbasis DAS
• Keterpaduan antar berbagai sektor

dan wilayah yang sangat kurang
Kesadaran dan partisipasi masyarakat
terhadap lingkungan yang masih
sangat minim
Pengelolaan Sumber Daya Alam yang
tidak sesuai dengan kaidah dan teknik
konservasi tanah dan air
Konservasi hutan menjadi non hutan
berupa perambahan yang terus berlanjut





Salah satu permasalahan yang timbul
akibat pengelolaan DAS yang tidak tepat
adalah makin luasnya lahan kritis pada
setiap DAS.
Berdasarkan SK.328/Menhut-II/2009
tanggal 12 Juni 2012 tentang Penetapan DAS Prioritas dalam rangka RPJM
tahun 2010 – 2014 di Provinsi Sumatera
Utara kategori DAS yang dipulihkan daya
dukungnya, yang merupakan DAS prioritas I diantaranya adalah :

DAS Prioritas I di Sumatera Utara dengan kondisi kekritisan Lahan
No

Nama DAS

Kelas Kekritisan Lahan
Sangat Kritis

Kritis

Agak kritis

Potensial kritis

Tdk kritis

Total

1

Deli

-

1,395.88

9,048.74

7,514.82

29,338.82

42,298.01

2

Ular

1,908.05

12,986.76

44,372.27

33,783.35

38.409.76

131,460.19

3

Wampu

8,258.83

20,650.78

58,194.00

171,038.89

158,032.68

416.175.19

4

Lepan

-

3,448.40

14,026.44

14,478.36

25,410.27

57,363.46

5

Besitang

-

5,115.73

29,034.05

27,781.00

34,830.30

96,761.08

6

Asahan Toba

9,799.29

11,757.38

23,230.71

70,235.66

184,568.140

299,591.180

7

Batang Gadis

32,156.15

42,178.85

146,074.8

123,708.18

138,788.32

482,906.3

8

Nias

3,716.48

23,881.73

35,893.18

5,037.21

9,295.78

77,824.38

Kebijakan Pengelolaan DAS di Provinsi
Sumatera Utara ( Aspek Legal )
• Sesuai dengan amanat PP 37 Tahun
2012 dan Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Tahun 2013 tentang Inventarisasi Data dan PERDA mengenai
DAS, bahwa setiap Provinsi di Indonesia wajib menerbitkan PERDA tentang
Pengelolaan DAS.
• Provinsi Sumatera Utara melalui
Badan Legislatif DPRD Provsu menginisiatifkan pembentukan PERDA
Pengelolaan DAS yang saat ini dalam
penyempurnaan.
• PERDA pengelolaan DAS tersebut
nantinya sebagai pedoman dalam
pengelolaan DAS di Sumatera Utara
sekaligus sebagai Payung Hukum yang
mengikat semua pihak : Pemerintah
Daerah, Masyarakat luas dan dunia
usaha.
• Program – program Pengelolaan DAS

yang terdapat pada Naskah Rencana
Umum Pengelolaan DAS yang telah
disahkan Gubernur Sumatera Utara
telah diinternalisasikan ke dalam
RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2014
– 2018.
8 ( delapan ) Naskah Rencana Umum Pengelolaan DAS Terpadu yang telah disahkan
oleh Gubernur Sumatera Utara :
6 ( enam ) DAS lintas Kabupaten/ Kota
yang telah disahkan pada tanggal11 Maret
2013 oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu :
1. DAS Padang ( No. 611/1775/2013)
2. Wampu ( No. 611/1776/2013 )
3. Deli ( No. 611/1778/2013)
4. Asahan Toba ( No. 611/1774/2013 )
5. Batang Gadis ( No. 611/1779/2013 )
6. Muzoi ( No. 611/1777/2013 )

dan DAS Lepan.
• Naskah Rencana Umum Pengelolaan DAS yang telah disahkan oleh
Gubernur tersebut terdapat Rencana
Aksi memuat kegiatan-kegiatan yang
mendukung keberlanjutan kemampuan daya dukung dan daya tamping
DAS di Sumatera Utara.
• Rencana Aksi tersebut melibatkan
semua pihak, instansi baik di tingkat
Provinsi, Kabupaten/Kota , dunia
usaha dan masyarakat dalam pengelolaan DAS
• Keterpaduan kelembagaan mutlak
diperlukan dalam pengelolaan DAS,
mengingat DAS merupakan lintas sektor dan wilayah adminitrasi. (Khalik;
disadur dari Bappeda Sumatera Utara)

2 ( dua ) DAS yang berada di kabupaten
Langkat disahkan pada bulan Desember
2012 oleh Bupati Langkat : DAS Besitang

17

P E N D I D I K A N

Hakikat Kehidupan
Oleh Khairul Hakim

Menuju Kota Pelajar,
Mulai Desember, Tebingtinggi Wajib Belajar

Bagi peminat psikologi, teori psikologi analisa dari Sigmund
Freud, sudah tak asing lagi. Ia mengemukakan beberapa hal
menarik dalam perkembang manusia. Ia memulainya dari “id”.
Semasa anak-anak, orang akan bertindak secara impulsif. Tak
ada kendali di sini. Anak-anak akan mengerjakan apa saja yang
diinginkannya. Mereka mengejar kesenangan, mereka menjadi
budak nafsu.
Tahap kedua, itulah yang disebutnya dengan “ego”. Sampai
anak-anak besar, ia mulai memperhatikan hukuman dan ganjaran dari lingkungan sekitarnya. Prilakunya dipengaruhi kontrol
dari luar. Perilakunya hanya mengarah pada kesenangan dan
menghindari apa saja yang mengakibatkan kesusahan.
Tahap ketika, Freud menyebutnya dengan “super ego”. Semakin
bertambah usianya, anak-anak mulai mengembangkan kontrol
dari dalam. Ia mengikat dirinya dengan nilai, moral, dan etika
masyarakat. Ia sudah berpikir, bahwa perbuatan yang dilakukannya bukan karena takut hukuman atau mengharap ganjaran. Ia bersikap karena apa yang “seharusnya” ia lakukan.
Orang dewasa, bila mencoba menentang superego-nya, atau
setiap kali ia melakukan pelanggaran hukum atau menyimpang
dari nilai-nilai etika dan moral (atau dalam bahasa agama:
melakukan dosa), maka ia akan mengalami kegelisahan atau
kecemasan.
Perasaan persalahan (berdosa) akan menimbulkan luka
psikologis yang akan mengendap di alam bawah sadar. Perasaan ini secara kejiwaan akan memunculkan kelemahan fisik
dan psikologis. Para psikolog menyebutnya dengan anxiety
disorder.
Rata-rata orang yang mendapat gangguan anxiety disorder
akan mengalami:
1. Setiap persoalan akan selalu memicu detak jantung.
2. Masalah kecil saja sudah sangat mengganggu rangsangan
syaraf.
3. Seringkali merasa takut tanpa alasan.
4. Kecemasan yang terus menerus menyebabkan perasan
putus asa.
5. Kegalauan akan mengakibatkan kelelahan dan menguras
tenaga.
6. Sulit mengam