KONSENTRASI SPASIAL INDUSTRI MANUFAKTUR (1)

Critical Review
ANALISA LOKASI DAN KERUANGAN
KONSENTRASI SPASIAL INDUSTRI MANUFAKTUR
BERBASIS PERIKANAN DI JAWA TIMUR
(Studi Kasus Industri Besar dan Sedang)

Nama :
Hera Windy W

(3612100023)

Jurusan Perencanaan Wilayah Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya
2015

Pendahuluan
Perkembangan sektor industri di Indonesia menyebabkan terjadinya percepatan
munculnya bangunan industri, penambahan devisa negara, serta mengurangi jumlah
pengangguran. Namun, hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kebijakan-kebijakan yang
kuat, analisa lokasi khususnya lokasi industri yang tepat, maka keberadaan kawasan

industri disamping memberikan dampak positif juga akan mempengaruhi potensi, kondisi,
dan mutu sumber daya alam dan lingkungan sekitar (Anonim, 1993). Keberadaan sektor
industri tersebut tidak terlepas dari pemilihan lokasi yang didasarkan pada teori lokasi yang
telah berkembang mulai dari teori klasik, neo-klasik, sampai dengan teori lokasi modern
lokasi merupakan sebuah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi. Selain itu, teori lokasi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
lokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta pengaruhnya terhadap lokasi
berbagai macam usaha atau kegiatan lain. Dengan dasar itu pengenalan terhadap
karakteristik lokasi dan ruang menjadi penting yang pada akhirnya akan menghasilkan
keputusan yang optimal. Secara umum, analisis lokasi dalam perencanaan bertujuan untuk
dua hal yaitu berkaitan dengan analisis yang sifatnya deskriptif atau positif untuk memahami
karaketristik lokasi dari kegiatan-kegiatan dalam skala wilayah dan kota sedangkan yang
kedua lebih bersifat normatif, yakni bagaimana membuat alokasi lokasi dan ruang bagi
kegiatan-kegiatan tersebut untuk membuat sebuah komposisi keruangan yang optimal.
Hampir semua negara cenderung mengutamakan sektor industri. Sektor industri
dipandang sebagai sektor yang memiliki tingkat produktifitas yang tinggi, sehingga dengan
keunggulan sektor industri akan didapat nilai tambah yang tinggi yang pada akhirnya tujuan
menciptakan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi lebih cepat terwujud. Sedangkan
masalah lokasi dari setiap kegiatan produksi terutama dalam pembangunan harus
dipertimbangkan


dan

dipilih

secara

tepat

agar

kagiatan-kegiatan

tersebut

dapat

dilaksanakan secara efektif dan efisien. Konsep tata ruang ekonomi sangat penting dalam
studi pengembangan wilayah. Menurut perkembangan historis, tata ruang ekonomi
mengalami perubahan dan pertumbuhan.

Konsep Dasar Teori Lokasi
Teori lokasi industri pertama kali diungkapkan oleh ahli ekonom Jerman pada tahun
1929, yakni Alfred Weber. Menurut teori Weber, pemilihan lokasi industri didasarkan atas
prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada
total biaya transportasi dan tenaga kerja, dimana penjumlahan keduanya harus minimum.
Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik
dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Menurut Weber ada tiga faktor yang
2

mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan
aglomerasi atau deaglomerasi.
Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber
menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi
optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan
baku atau pasar, Weber merumuskan indeks material (IM), sedangkan biaya tenaga kerja
sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi lokasi industri dijelaskan Weber
dengan menggunakan sebuah kurva tertutup (closed curve) berupa lingkaran yang
dinamakan isodapan (isodapane).
Adapun penentuan lokasi terbaik menurut Weber tergantung pada karakter bahan baku
yang digunakan, antara lain:

a. Bahan baku yang tersedia dimana saja.
b.

Bahan baku setempat yang berpengaruh spesifik terhadap lokasi.

c. Berdasarkan perhitungan Indeks Material (IM) yang menentukan apakah lokasi
industri tersebut lebih berorientasi pada bahan baku atau lebih berorientasi pada
lokasi pasar.
Alasan Pemilihan Lokasi
Perkembangan suatu kawasan industri memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih
tinggi, sehingga hal tersebut semakin memudahkan dalam hal penyediaan sarana
infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik-pabrik dalam melakukan produksinya. Dengan
menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan, maka pemenuhan fasilitas sarana
dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk proses industri dapat dipenuhi dengan
lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan dan lebih murah sifatnya, Pada studi
kasus konsentrasi spasial industri manufaktur berbasis perikanan di jawa timur menunjukkan
bahwa lokasi industri manufaktur berbasis perikanan di Jawa Timur tahun 1998 cenderung
mengumpul di tiga kabupaten atau kota di Jawa Timur yaitu kabupaten Banyuwangi,
Pasuruan, dan Sidoarjo. Namun pada tahun 2003 terjadi perubahan pola, dimana industri
berstrata sangat tinggi di Jawa Timur terkonsentrasi di empat kabupaten dan kota yaitu

kabupaten Banyuwangi, Pasuruan, Sidoarjo, dan kota Surabaya. Kabupaten atau kota yang
paling tinggi peringkat outputnya berlokasi di sekitar pusat-pusat perdagangan dan disekitar
daerah bahan baku (terjadi tarik menarik antara kekuatan sentripetal dan sentrifugal). Jadi
pemilihan lokasi industri pada studi kasus kali ini karena lokasi tersebut berdekatan dengan
lokasi bahan baku dan lokasi pasar. karena dapat digunakan secara bersama. Selain itu,

3

pada umumnya usaha industri yang sejenis dikelompokkan tersendiri, sehingga akan
mempermudah dalam proses produksi hingga pendistribusian barang.
Penelitian ini akan mencoba mengamati konsentrasi daerah industri manufaktur
berbasis perikanan di Jawa Timur periode waktu 1990 sampai tahun 2003. Selain itu,
penelitian ini juga akan mengamati faktor-faktor penentu konsentrasi spasial industri
manufaktur besar dan sedang berbasis perikanan di Jawa Timur serta faktor-faktor yang
mempengaruhi. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
lokasi industri manufaktur berbasis perikanan di Jawa Timur, mengetahui perkembangan
industri manufaktur berbasis perikanan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
industri manufaktur berbasis perikanan di Jawa Timur. juga mempengaruhi perkembangan
kawasan industri tersebut adalah terdapatnya sarana transportasi yang memadai. Peranan
sarana transportasi ini sangat penting bagi suatu kawasan untuk menyediakan aksesibilitas

bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari akan barang dan jasa, serta untuk
meningkatkan kehidupan sosial ekonomi. Semakin kecil biaya transportasi antara lokasi
bahan baku menuju pabrik dan dari pabrik menuju pasaran (market), maka jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk mengangkut bahan baku maupun hasil produksi juga akan semakin
rendah.
Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kawasan industri “
KONSENTRASI SPASIAL INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS PERIKANAN DI JAWA
TIMUR” memiliki pengaruh yang besar terhadap kegiatan perekonomian di Jawa Timur. Dari
sinilah timbul suatu ketertarikan untuk meneliti faktor-faktor penentu lokasi industri di
kawasan industri manufaktur berbasis perikanan dengan menggunakan pendekatan teoriteori pakar terkait penentuan suatu lokasi industri.
Faktor-Faktor Lokasi
Faktor yang harus di perhatikan dalam lokasi industri meliputi aspek dari geografi
fisik, ekonomi, pertimbangan sumber daya manusia. Dikarenakan kepentingan relatif dari
faktor tetapi dalam komplek antar hubungan dan mereka mungkin berubah sepanjang
waktu, diantara industri ke industri. Dan faktor penenntu pola wilayah keseluruhan dari
industri, kemudian faktor ekonomi lebih mengarahkan industri.
Faktor fisik merupakan pengaruh utama pada pola dari industri biasanya terkait
dengan area dari dataran rendah dan iklim sedang.
a. Lahan
b. Modal

c. Tenaga Kerja
d. Transpotasi
e. Pasar
4

f.

Sumber daya manusia

Menurut teori Weber pemilihan lokasi industri didasarkan pada prinsip minimisasi
biaya. Weber menyatakan bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya
transportasi dan tenaga kerja di mana penjumlahan keduanya harus minimum yang berarti
memaksimalkan tingkat keuntungan. Dalam menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan
bahan baku Weber menggunakan konsep segitiga lokasi atau locational triangle untuk
memperoleh lokasi optimum. Untuk menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih
dekat ke lokasi bahan baku atau pasar maka Weber merumuskan indeks material (IM).
Pada intinya, lokasi akan optimal apabila pabrik berada di sentral, karena biaya transportasi
dari manapun akan rendah. Biaya tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu transportasi
bahan mentah yang didatangkan dari luar serta transportasi hasil produksi yang menuju ke
pasaran. Berikut adalah ilustrasi serta penjelasan dari penentuan lokasi yang mengacu pada

teori Weber:
Gambar 1 : Segitiga lokasional dari Weber

Penjelasan ilustrasi gambar diatas adalah sebagai berikut:

5

 lokasi industri netral yang artinya jarak antara lokasi bahan mentah dengan lokasi
industri sama dengan jarak lokasi industri ke pasar. Sehingga Indeks Material (IM) =
1 yaitu lokasi industri berada diantara lokasi bahan mentah dan lokasi pasar. Dalam
hal ini lokasi industri yang berada di sentral sangat optimal karena biaya transportasi
dari manapun akan rendah. Biaya tersebut berkaitan dengan dua hal, yaitu
transportasi bahan mentah yang didatangkan dari luar serta transportasi hasil
produksi yang menuju ke pasaran.
 Lokasi Industri dekat bahan mentah dengan Indeks Material (IM) > 1 berarti bahan
mentah berkurang setelah dipabrikkan, maka biaya transportasi bahan mentah
menuju pabrik lebih mahal dibandingkan biaya transportasi produksi jadinya menuju
pasaran.
 Lokasi industry dekat dengan pasar dengan Indeks Material (IM) < 1 berarti berat
bahan mentah bertambah setelah dipabrikan maka biaya transportasi bahan mentah

Apabila dianalisa memang teori tersebut sangat tepat digunakan untuk menentukan
suatu lokasi industri yang ingin mendapatkan keuntungan optimal. Teori Weber sendiri juga
masih relevan digunakan di Indonesia karena teori tersebut dirasa sangat pas untuk
diterapkan dalam menentukan suatu lokasi industri. Isi Pokok Teori Weber adalah memilih
lokasi industri yangh biayanya paling minimal (prinsip least cost location) dan untuk
mendapatkan enam prakondisi tersebut perlu diasumsikan :
a. Wilayah yang seragam dalam hal topografi, iklim dan penduduk (berkaitan dengan
ketrampilan).
b. Sumber daya atau bahan mentah yang terdapat di tempat tertentu saja.
c. Upah Buruh yang telah baku, artinya sama dimanapun juga.
d. Biaya transportasi yang tergantung dari bobor bahan mentah yang diangkut dan
dipindahkan.
e. Terdapatnya kompetisi antra industri.
f. Manusia itu berpikir rasional.
Untuk membuktikan adanya enam pra-kondisi yang diasumsikan di atas, Weber
menyusun model yang berupa segitiga lokasional (locational triangle). Dan lokasi industri
yang ideal yaitu yang paling rendah biaya tranportasinya untuk mengangkut bahan mentah
dan hasil industri yang ada pada titik P1 pada setiap segitiga lokasional
Implikasi Teori Lokasi yang Dipilih
Kegitan industri pada suatu wilayah penting dalam mempelajari lokasi industri.

Dengan pendekatan wilayah dan cara untuk menilai alasan mengapa lokasi tersebut
memiliki daya tarik untuk kegiatan industri pada umumnya di lihat dari skala lokal maupun
6

skala internasional. Dan faktor yang harus di pertimbangkan dalam lokasai industri meliputi
aspek-aspek geografi fisik, ekonomi, pertimbangkan manusia serta sosial politik.
Dalam melakukan analisis lokasi diperukan teori-teori lokasi sebagai acuan dalam
menganalisis lokasi. Hoover dan Giarratani (2007) mengatakan bahwa teori lokasi sendiri
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari
sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai
macam usaha atau kegiatan lain (activity). Secara umum, pemilihan lokasi oleh suatu unit
aktivitas ditentukan oleh beberapa faktor seperti: bahan baku lokal (local input); permintaan
lokal (local demand); bahan baku yang dapat dipindahkan (transferred input); dan
permintaan luar (outside demand). Dalam hal ini akan dibahas tentang implikasi teori lokasi
khusunya teori Weber dalam menetukan lokasi industri manufaktur berbasis perikanan di
Jawa Timur.
Pada studi kasus konsentrasi spasial industri manufaktur berbasis perikanan di jawa
timur menunjukkan bahwa lokasi industri manufaktur berbasis perikanan di Jawa Timur
tahun 1998 cenderung mengumpul di tiga kabupaten atau kota di Jawa Timur yaitu

kabupaten Banyuwangi, Pasuruan, dan Sidoarjo. Namun pada tahun 2003 terjadi
perubahan pola, dimana industri berstrata sangat tinggi di Jawa Timur terkonsentrasi di
empat kabupaten dan kota yaitu kabupaten Banyuwangi, Pasuruan, Sidoarjo, dan kota
Surabaya. Kabupaten atau kota yang paling tinggi peringkat outputnya berlokasi di sekitar
pusat-pusat perdagangan dan disekitar daerah bahan baku (terjadi tarik menarik antara
kekuatan sentripetal dan sentrifugal). Jadi pemilihan lokasi industri pada studi kasus kali ini
karena lokasi tersebut berdekatan dengan lokasi bahan baku dan lokasi pasar.
Lesson Learned
Apabila dianalisa memang teori tersebut sangat tepat digunakan untuk menentukan
suatu lokasi industri yang ingin mendapatkan keuntungan optimal. Teori Weber sendiri juga
masih relevan digunakan di Indonesia karena teori tersebut dirasa sangat pas untuk
diterapkan dalam menentukan suatu lokasi industri. ternyata juga berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan perkembangan industri di suatu wilayah, apalagi apabila lokasi
tersebut wilayah sekitarnya memiliki jumlah penduduk yang relatif cukup besar dan sangat
strategis antara lokasi bahan baku dan lokasi pemasaran, sehingga besarnya biaya
angkutan dapat diminimumkan.
Hal ini tentunya dapat memunculkan banyaknya industri manufaktur berbasis
perikanan di Jawa Timur yang pada nantinya dapat menyerap penduduk di sekitar dan
mengurangi angka pengangguran yang ada., Untuk itu para penentu kebijakan diharapkan
haruslah jeli dan menaruh perhatian yang lebih besar pada pembangunan prasarana
7

manufaktur yang mempunyai peranan cukup tinggi dalam menciptakan pertumbuhan
ekonomi antar daerah. Aksebilitas yang memadai baik ke pasar maupun ke faktor industri.
Perbaiakan prasarana dan aksebilitas menigkatkan industri-industri berlokasi di daerahdaerah perkotaan yang lebih kecil atau bahkan di daerah pedesaan jika keuntungan yang
diperoleh dari ketersediaan sarana dan prasarana, hal ini nantinya akan menggantikan
peranan sektor industri yang kebanyakan terdapat di daerah-daerah kota – kota besar.
Kesimpulan
Dari teori yang disimpulkan bahwa teori lokasi Weber sangat mengutamakan
keuntungan dimana keuntungan tersebut akan optimal apabila lokasi industri berada pada
central yaitu diantara lokasi pemasaran dan bahan baku. Apabila dianalisa memang teori
tersebut sangat tepat digunakan untuk menentukan suatu lokasi industri yang ingin
mendapatkan keuntungan optimal. Teori Weber sendiri juga masih relevan digunakan di
Indonesia karena teori tersebut dirasa sangat pas untuk diterapkan dalam menentukan
suatu lokasi. menjelaskan dengan sangat baik mengenai indutri berat mulai revolusi industri
sampai dengan pertengahan abad dua puluh. Bahwa kegiatan yang lebih banyak
menggunakan bahan baku cenderung untuk mencari lokasi dekat dengan lokasi bahan baku
Kegiatan yang menggunakan bahan baku yang ada di mana-mana, seperti air, cenderung
dekat dengan lokasi pasar
Bahwa teori lokasi Weber sangat mengutamakan keuntungan dimana keuntungan
tersebut akan optimal apabila lokasi industri berada pada central yaitu diantara lokasi
pemasaran dan bahan baku. Apabila dianalisa memang teori tersebut sangat tepat
digunakan untuk menentukan suatu lokasi industri yang ingin mendapatkan keuntungan
optimal. Teori Weber sendiri juga masih relevan digunakan di Indonesia karena teori
tersebut dirasa sangat pas untuk diterapkan dalam menentukan suatu lokasi industri.
Daftar Pustaka
file:///F:/SM%206/ANLOK/(1)%20TEORI%20LOKASI%20INDUSTRI%20_%20Vania%20Ta
mariska%20-%20Academia.edu.htm
file:///F:/SM%206/ANLOK/kasihdalamkata%20%20Aplikasi%20Teori%20Weber%20Dalam%
20Menentukan%20Lokasi%20Industri%20di%20Kecamatan%20Kerek,%20Kabupaten%20T
uban.htm
file:///F:/SM%206/ANLOK/daniel's%20blog%20%20Perencanaan%20Lokasi.html
file:///F:/SM%206/ANLOK/Implikasi%20Teori%20Lokasi%20Terhadap%20Penentuan%20Lo
kasi%20Industri%20di%20Kompleks%20Surabaya%20Industrial%20Estate.html

8

9