Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik Kampung Kota di Kecamatan Klojen, Kota Malang dengan Pendekatan Fuzzy Logic
Indonesian Green Technology Journal E-ISSN.2338-1787
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik Kampung Kota di Kecamatan Klojen,
Kota Malang dengan Pendekatan Fuzzy Logic
1
2
3 1 Miftahul Ridhoni , Surjono , I Nyoman Suluh Wijaya
Jurusan Teknik Sipil minat Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
2, 3Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
Abstrak
Ruang dan kehidupan perkotaan saat ini menampung dan menyatukan semua aspek yang terkait dengan pembangunan
berkelanjutan. Proses penilaian keberlanjutan selama ini tidak menjawab mengapa nilai keberlanjutan antar
kampung sangat beragam, hal ini terutama disebabkan karena hubungan antar teori dan praktek penilaian keberlanjutan kampung belum terbentuk secara utuh . Penelitian berfokus pada identifikasi faktor-faktor
keberlanjutan fisik pada kampung Arab, Kampung Pecinan, dan Kampung Kebalen di Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Kemudian, dilakukan evaluasi menggunakan metode Fuzzy Logic untuk mengetahui tingkat keberlanjutan kampung-
kampung kota tersebut. Wilayah studi secara umum memiliki ciri-ciri bukan merupakan wilayah kumuh, bukan
merupakan permukiman formal, memiliki fasilitas pendukung minimal, dan memiliki nilai-nilai kelokalan. Nilai faktor-
faktor keberlanjutan fisik Kampung Arab yaitu: compactness: 0,73 (Baik); connectivity: 0,63 (Sedang); density: 0,63
(Sedang); mix land use: 0,76 (Baik). Nilai faktor-faktor keberlanjutan fisik Kampung Pecinan yaitu: compactness: 0,63;
connectivity: 0,34 (Sedang); density: 0,58 (Sedang); mix land use: 0,17 (Buruk). Nilai faktor-faktor keberlanjutan Kampung
Kebalen yaitu: compactness: 0,58; connectivity: 0,36 (Sedang); density: 0,1 (Buruk); mix land use: 0,26 (Buruk). Tingkat
keberlanjutan Kampung Arab (Medium-High) lebih tinggi daripada tingkat keberlanjutan Kampung Pecinan (Medium) dan
Kampung Kebalen (Medium-Low).Kata kunci: faktor keberlanjutan, fuzzy logic, kampung, tingkat keberlanjutan
Abstract
Urban space accommodates and integrates all aspects related to sustainable development. Sustainability appraisal
process has not answered why the value of sustainability vary between kampungs, this is mainly due to the relationship
between theory and practice of kampung sustainability appraisal not yet fully formed. This research focused on
identifying factors of sustainability of cities in the Kampung Arab, Chinatown, and Kampung Kebalen in Malang, followed
with evaluation to determine the level of Kampung physical sustainability. The locations generally had characteristics: not
belong to the slum area, and not a formal settlement. They also had minimal support facilities as well as the values of the
locality. The values of physical sustainability of the Kampung Arab were: compactness: 0.73 (good); connectivity: 0.63
(medium); density: 0.63 (medium); mix land use: 0.76 (good). The Chinatown ’s values were: compactness: 0.63 (medium); connectivity: 0.34 (medium); density: 0.58 (medium); mix land use: 0.17 (bad). The Kampung Kebalen’s values were:
compactness: 0.58 (good); connectivity: 0.36 (medium); density: 0.1 (bad); mix land use: 0.26 (bad). Aggregation of the
factors using fuzzy logic showed that the level of sustainability of the Kampung Arab (medium-high) is higher than the
level of sustainability of the Chinatown (medium) and the Kampung Kebalen (medium-low).Keywords: fuzzy logic, level of sustainability, sustainability factor, urban
PENDAHULUAN
Paradigma pembangunan berkelanjutan dan lain-lain. Ruang dan kehidupan perkotaan saat berarti pembangunan mencapai keseimbangan ini menampung dan menyatukan semua aspek yang dinamis secara ekonomis, ekologis, dan sosial yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan budaya. Pembangunan berkelanjutan secara luas tersebut. Pembangunan dengan visi untuk mempengaruhi aspek-aspek seperti mencapai kota berkelanjutan berarti menetapkan kemasyarakatan, pertanian, keanekaragaman tujuan-tujuan yang didasarkan pada kebutuhan hayati, industri, penggunaan sumber-sumber komunitas, lingkungan fisik, serta nilai-nilai sosial energi, pemanasan global, perubahan iklim polusi, ekonomi. Proses evaluasi keberlanjutan kota
Alamat Korespondensi Penulis: Miftahul Ridhoni, S.T.
Email : ridhonimiftahul@gmail.com Alamat : Jl. Mayjend. Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.)
Di = 2√( л
EI = Indeks Entropi K = Luas guna lahan N = Jumlah guna lahan
berdasarkan mix land use. Semakin beragam guna lahan suatu wilayah, semakin tinggi tingkat keberlanjutan wilayah tersebut dalam menunjang aktivitas [10].
Entropy index merupakan ukuran keberlanjutan
A = Alpha index e = jumlah ruas jalan v = jumlah persimpangan p = luas wilayah
A = − + −
mengindikasikan kemudahan dalam pencapaian antara satu titik ke titik yang lain dalam satu unit wilayah, yang berimbas pada pengurangan kebutuhan berkendara [9].
circuitry. Connectivity
berdasarkan aspek accessibility, connectivity dan
Alpha index merupakan ukuran keberlanjutan
Menghubungkan dua titik pada batas wilayah ke-i Ai = luas area 2. Alpha Index
C = compactness index Di = diameter lingkaran yang memiliki luas area yang sama dengan wilayah ke-i Di’ = garis lurus terpanjang yang
)
C = ′
2
Ruang perkotaan yang tidak menyebar (sprawl) dan dibangun melalui intensifikasi Mengindikasikan penggunaan efisiensi ruang dan sumber daya alam yang berkelanjutan [8].
Faktor-faktor tersebut dihitung berdasarkan rumus dan keterangan sebagai berikut: 1. Compactness index.
land use.
Faktor keberlanjutan fisik yang digunakan adalah compactness, connectivity, density, dan mix
Metode Analisa
Pengambilan data sekunder pada penelitian bersumber dari pemerintah Kota Malang melalui Instansi yang terkait. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian berupa peta administrasi Kota Malang, Peta guna lahan Kota Malang, dan Peta jaringan jalan Kota Malang.
Metode yang dilakukan untuk pengambilan data primer yaitu menggunakan metode observasi dan dokumentasi. Observasi berbasis pada pengamatan langsung serta pencatatan kondisi yang ada pada wilayah studi untuk mendapatkan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (untuk data yang bersifat terukur). Dokumentasi berbasis pada pengambilan data melalui foto, video, dan gambar. Observasi dan dokumentasi dilakukan untuk menunjang penilaian keberlanjutan fisik kampung.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian termasuk kombinasi dari penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Aspek kualitatif dilakukan pada tinjauan karakteristik kampung kota melalui proses penyimpulan deskriptif yang didasarkan pada data sekunder dan primer yang tersedia. Sedangkan aspek kuantitatif dilakukan dalam penilaian keberlanjutan dan penentuan tingkat keberlanjutan kampung kota.
Hal-hal yang dilakukan dalam penelitian yaitu, mengidentifikasi kampung kota yang terdapat pada Kecamatan Klojen Kota Malang. Kemudian melakukan penilaian faktor-faktor keberlanjutan fisik kampung kota, serta penentuan tingkat keberlanjutan fisik kampung kota
Sebagian besar penilaian terhadap keberlanjutan pembangunan kota yang mencakup aspek-aspek konseptual secara luas hanya menyoroti tujuan penilaian semata. Prosesnya tidak menjawab mengapa nilai keberlajutan menjadi berbeda pada satu tempat dengan tempat yang lain. Hal ini terutama disebabkan karena hubungan antar teori dan praktek penilaian keberlanjutan belum terbentuk secara utuh terutama ketika berbicara keberlanjutan dalam ruang fisik perkotaan dan kampung yang kompleks. Logika fuzzy sebagai alat analisa yang didasarkan pada logika himpunan sederhana namun mampu memodelkan fungsi-fungsi linear dan nonlinear kompleks, serta dibangun melalui pengalaman pakar secara langsung, menjadi salah satu alternatif dalam merumuskan indikator agregat untuk komparasi tingkat keberlanjutan kampung- kampung kota [6], [7].
Istilah “kampung kota” di Indonesia merujuk pada permukiman perkotaan dengan identitas kelokalan yang merupakan hasil dari transformasi desa dan masih bertahan sebagai bagian integral dari elemen pembangunan kota. Identitas kelokalan yang melekat pada kampung kota menjadikan kampung kota memiliki keunikan masing-masing dari sisi latar belakang sejarah, pengelompokan etnis, dan lain-lain [4], [5].
terdiri atas kegiatan merencanakan, memperoleh, menyediakan informasi, dan menentukan keputusan secara sistematis [1-3].
METODE PENELITIAN
3. Entropy Index
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.) 4.
Residential Density Index Kepadatan tempat tinggal mengindikasikan ambang jumlah penduduk (threshold) untuk
Z = nilai titik pusat daerah fuzzy (himpunan menunjang terjadinya interaksi sosial ekonomi kontinu) masyarakat pada suatu wilayah [11].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah bangunan rumah Kampung kota pada Kecamatan Klojen, Kota luas wilayah (Ha)
5. Fuzzy Logic melalui tinjauan penelitian terdahulu. Identifikasi Terdiri atas 3 (tiga) tahap yaitu proses fuzzifikasi, lokasi berdasarkan penelitian terdahulu dapat
inference system (rule base), dan proses dilihat pada Tabel 1.
defuzzifikasi. Proses fuzzifikasi dalam menentukan himpunan keanggotaan 4 (empat) faktor
Tabel 1. Penelitian terdahulu terkait kampung kota Malang
keberlanjutan fisik dan tingkat keberlanjutan fisik
Tipologi
menggunakan fungsi keanggotaan linear naik,
kampung Lokasi Sejarah
turun, dan segitiga. Kurva linear digunakan karena tenement
[13]
nilai tingkat keberlanjutan berubah naik dan turun
Kampung Kelurahan Masyarakat era kolonial secara linear [6]. arab Kasin, RW di Kota Malang tinggal
Proses penentuan rule base menggunakan metode
9-11 [14- berdasarkan etnis dan
Delphi. Metode Delphi adalah metode analisa yang
15] status sosial. masyarakat
digunakan untuk mengumpulkan, menyeleksi, dan
Kampung Kelurahan timur asing (etnis cina
menarik kesimpulan para narasumber dan arab) serta
pecinan Sukoharjo RW 3-7 masyarakat bumiputera
menggunakan kueisioner secara iterasi. Metode
[16] (pribumi) tinggal di area
Delphi digunakan agar kombinasi nilai faktor
yang ditentukan Kampung Kelurahan
keberlanjutan dalam membentuk tingkat pemerintah belanda.
kebalen Sukoharjo keberlanjutan terbentuk secara objektif [12].
Masyarakat pribumi dan (Bumiputera) RW 1-2
Metode Delphi digunakan dengan iterasi minimal
timur asing kemudian [17]
dua kali dengan pertimbangan:
masing-masing membangun
a.
Agar para ahli yang dijadikan narasumber dapat
permukiman sendiri menghasilkan keputusan yang konsensus. hingga membentuk b.
Agar hasil yang didapat lebih akurat dan agar
kantung-kantung menghindari bias hasil. permukiman yang
Ahli yang bertindak sebagai narasumber untuk
disebut kampung [16]
metode Delphi dipilih berdasarkan kriteria: Sumber: Hasil analisa a. Memiliki latar belakang pendidikan, kelimuan, dan keahlian di bidang perencanaan wilayah dan kota Lokasi penelitian dibatasi 1 RW per wilayah serta keberlanjutan aspek fisik dan non fisik kampung dengan pertimbangan masing-masing perkotaan lokasi penelitian sudah mewakili jenis-jenis b. kampung tenement sebagai sample. RW 10 dipilih
Memiliki pemahaman terhadap kondisi dan situasi kampung-kampung di Kota Malang untuk lokasi Kampung Arab, RW 7 dipilih untuk c. lokasi Kampung Pecinan, dan RW 2 dipilih untuk
Memiliki minimal tingkat pendidikan strata-3 (doktoral) Lokasi Kampung Kebalen. Peta lokasi wilayah studi Waktu pelaksanaan metode delphi dibatasi dapat dilihat pada Gambar 1. maksimal satu bulan untuk mengantisipasi terlalu panjangnya proses serta menurunnya minat Penilaian Tingkat Keberlanjutan narasumer terhadap penelitian. Penilaian faktor-faktor keberlanjutan Proses defuzzifikasi sebagai proses aggregasi didasarkan pada normalisasi nilai ke dalam nilai faktor-faktor keberlanjutan menggunakan metode ordinal. Proses penilaian keberlanjutan untuk mamdani dengan aturan centroid. Penggunaan masing-masing faktor dapat dilihat pada Tabel 2. metode mamdani aturan centroid dengan asumsi Dan Tabel 3. bahwa semua faktor memiliki kepentingan dan urgensi yang setara. Rumus yang digunakan yaitu:
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.) 0,58 0,36 0,1 0,26 Kebalen
(Sedang) (Sedang) (Buruk) (Buruk) C = Compactness Ct = Connectivity D = Density M = Mix Land Use
Sumber: Hasil analisa
Proses fuzzy logic dilakukan dengan bantuan aplikasi MATLAB versi 7.11.0.584. Proses penentuan tingkat keberlanjutan dapat dilihat 1. Fuzzifikasi
Faktor keberlanjutan dirubah dalam operasi himpunan dengan menggunakan 3 himpunan ke anggotaan yaitu μ[Baik], μ[Sedang], μ[Buruk]. Penentuan nama himpunan keanggotaan disesuaikan dengan normalisasi hasil penilaian masing-masing aspek. Persamaan kurva untuk masing-masing himpunan keanggotaan yaitu:
0 ≤ (0.5 − )/(0.5 − 0) μ[Buruk] = { ≤ 0.5
0 ≤ ≤ 1 ( − 0)/(0.5 − 0) μ[Sedang] = { (0.5 − )/(1 − 0.5)
0.5 ≤ Gambar 1. Lokasi wilayah studi
μ[Baik] = { ( − 0.5)/(1 − 0.5) ≤ 1 Tabel 2. Normalisasi ordinal nilai keberlanjutan
Tingkat keberlanjutan menggunakan 5 (lima)
Faktor
himpunan keanggotaan yaitu μ[Low], μ[Medium-
keberlanjutan Normalisasi nilai
/metode Low ], μ[Medium], μ[Medium-High], μ[High].
Compactness 0-0.33 (compactness buruk)
Persamaan untuk masing-masing himpunan
(Compactness 0.34-0.66 (compactness sedang)
keanggotaan tingkat keberlanjutan kampung kota
index) 0.67-1 (compactness baik)
yaitu:
0-0.33 (connectivity buruk) Connectivity
0 ≤ 0.34-0.66 (connectivity sedang)
μ[low sust] = { (0.2 − )/(0.2 − 0) (Alpha index)
0.67-1 (connectivity baik) ≤ 0.2
Mixed land 0-0.33 (keberagaman buruk)
0 ≤ ≤ 0.5 use
0.34-0.66 (keberagaman sedang) ( − 0)/(0.25 − 0) μ[medium-low sust] = {
(Entropy 0.67-1 (keberagaman baik)
(0.25 − )/(0.5 − 0.25) index)
<30 Rumah/Ha atau 100< Rumah/Ha 0.25 ≤ ≤ 0.75
Residential (buruk)
( − 0.25)/(0.5 − 0) μ[medium sust] = { density index
30< x <80 Rumah/Ha (sedang) (0.5 − )/(0.75 − 0.5)
80< x <100 Rumah/Ha (baik) 0.5 ≤ ≤ 1
0.81-1 (High sustainability) ( − 0.5)/(0.75 − 0) μ[medium-high sust] = {
0.61-0.8 (Medium High sustainability) Tingkat (0.5 − )/(1 − 0.5)
0.41-0.6 (Medium sustainability) keberlanjutan 0.21-0.4 (Medium Low sustainability) 0.5 ≤ 0-0.2 (Low sustainability) μ[high sust] = { ( − 0.5)/(1 − 0.5)
Sumber: Hasil analisa ≤ 1
Tabel 3. Nilai faktor-faktor keberlanjutan Fisik Kampung C Ct D M
0,73 0,63 0,63 0,76 Arab (Baik) (Sedang) (Sedang) (Baik) 0,63 0,34 0,58 0,17
Pecinan (Sedang) (Sedang) (Sedang) (Buruk)
4
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.) Gambar 2. Proses fuzzy logic tingkat keberlanjutan 2.
Rule Base Rule base aspek keberlanjutan fisik didapatkan
melalui metode delphi yang didasarkan pada pendapat narasumber. Kombinasi rule base serta penilaian masing-masing rule base untuk tingkat keberlanjutan fisik dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kombinasi rule base fuzzy aspek fisik If “C” And “Ct” And “D” And “M” Then “Aspek Fisik” (Hasil Delphi)
Baik Baik Baik Baik High Baik Baik Baik Sedang High Baik Baik Sedang Baik High Baik Sedang Baik Baik High Sedang Baik Baik Baik High Baik Baik Baik Buruk Medium High Baik Baik Buruk Baik Medium High Baik Buruk Baik Baik Medium High Buruk Baik Baik Baik Medium High Sedang Sedang Baik Baik Medium High Sedang Baik Baik Sedang Medium High Baik Baik Sedang Sedang Medium High Baik Sedang Sedang Baik Medium High Sedang Baik Sedang Baik Medium High Baik Sedang Baik Sedang Medium High Baik Baik Sedang Buruk Medium High Baik Sedang Buruk Baik Medium High Sedang Buruk Baik Baik Medium High Buruk Baik Baik Sedang Medium High Buruk Baik Sedang Baik Medium High Baik Baik Buruk Sedang Medium High Baik Buruk Sedang Baik Medium High Buruk Sedang Baik Baik Medium High Sedang Baik Baik Buruk Medium High Sedang Baik Buruk Baik Medium High Baik Buruk Baik Sedang Medium High Baik Sedang Baik Buruk Medium High Sedang Sedang Sedang Sedang
Medium Sedang Sedang Sedang Baik Medium Sedang Sedang Baik Sedang Medium
If “C” And “Ct” And “D” And “M” Then “Aspek Fisik” (Hasil Delphi) Sedang Baik Sedang Sedang Medium Baik Sedang Sedang Sedang Medium Sedang Sedang Sedang Buruk Medium Sedang Sedang Buruk Sedang Medium Sedang Buruk Sedang Sedang Medium Buruk Sedang Sedang Sedang Medium Baik Baik Buruk Buruk Medium Baik Buruk Buruk Baik Medium Buruk Buruk Baik Baik Medium Buruk Baik Buruk Baik Medium Buruk Baik Baik Buruk Medium Sedang Sedang Baik Buruk Medium Sedang Baik Buruk Sedang Medium Baik Buruk Sedang Sedang Medium Buruk Sedang Sedang Baik Medium Buruk Sedang Baik Sedang Medium Sedang Baik Sedang Buruk Medium Sedang Sedang Buruk Baik Medium Sedang Buruk Baik Sedang Medium Buruk Baik Sedang Sedang Medium Baik Sedang Sedang Buruk Medium Baik Sedang Buruk Sedang Medium Sedang Buruk Sedang Baik Medium Buruk Buruk Sedang Sedang Medium Low Buruk Sedang Sedang Buruk Medium Low Sedang Sedang Buruk Buruk Medium Low Buruk Sedang Buruk Sedang Medium Low Sedang Buruk Sedang Buruk Medium Low Sedang Buruk Buruk Sedang Medium Low Buruk Buruk Buruk Baik Medium Low Buruk Buruk Baik Buruk Medium Low Buruk Baik Buruk Buruk Medium Low Baik Buruk Buruk Buruk Medium Low Buruk Buruk Sedang Baik Medium Low Buruk Sedang Baik Buruk Medium Low Sedang Baik Buruk Buruk Medium Low Baik Buruk Buruk Sedang Medium Low Baik Buruk Sedang Buruk Medium Low Buruk Sedang Buruk Baik Medium Low Buruk Buruk Baik Sedang Medium Low Buruk Baik Sedang Buruk Medium Low Baik Sedang Buruk Buruk Medium Low Sedang Buruk Buruk Baik Medium Low Sedang Buruk Baik Buruk Medium Low Buruk Baik Buruk Sedang Medium Low Buruk Buruk Buruk Buruk Low Buruk Buruk Buruk Sedang Low Buruk Buruk Sedang Buruk Low Buruk Sedang Buruk Buruk Low Sedang Buruk Buruk Buruk Low
Sumber: Hasil analisa 3.
Defuzzifikasi Hasil analisa fuzzy yang masih dalam bentuk komposisi aturan-aturan fuzzy kemudian di ubah kembali dalam bentuk bilangan crisp sehingga memiliki nilai yang diinginkan. Proses defuzzifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.)
Saran
Hasil penilaian tingkat keberlanjutan aspek fisik Kampung Arab, Kampung Pecinan, dan Kampung Kebalen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Tingkat keberlanjutan fisik Kampung Nilai Keberlanjutan Fisik Tingkat Keberlanjutan Fisik
Arab
0.63 Medium High
UCAPAN TERIMA KASIH
Sustainability Pecinan 0.463
Medium Sustainability Kebalen 0.367
Medium Low Sustainability Sumber: Hasil analisa KESIMPULAN 1.
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Warga Kampung Arab RW 10 Kelurahan Sukoharjo, serta warga kampung Pecinan RW 07 dan Kampung Kebalen RW 02 Kelurahan Sukoharjo.
Agar dapat menjadi sebuah penilaian tingkat keberlanjutan kampung Kota Malang yang komprehensif, maka perlu dilakukan penilaian dengan objek penelitian (kampung) dan faktor keberlanjutan yang lebih banyak, serta mencakup aspek yang lebih luas dan beragam
DAFTAR PUSTAKA [1].
tingkat keberlanjutan Kampung Pecinan (Medium Sustainability) dan Kampung Kebalen (Medium-Low Sustainability).
6 Gambar 3. Proses defuzzifikasi
3. Hasil penilaian menggunakan fuzzy logic berbasis faktor-faktor keberlanjutan yang telah ditentukan menunjukan bahwa tingkat keberlanjutan fisik Kampung Arab (Medium-
James, Paul. 2015. Urban sustainability in theory and practice. Routledge. New York. [2].
Sofeska, Emilija. 2016. Relevant factors in sustainable urban development of urban planning methodology and implementation of concept for sustainable planning. Procedia Environmental Sciences (34) 2016, hlm 140- 151. [3].
Wulan, A Ratna. 2010. Pengertian dan esensi konsep evaluasi, asesmen, tes, dan pengukuran. UPI. Bandung. [4].
Setyaningsih, Wiwik., Iswati, T Yuni., Yuliani, Sri. 2014. Low-Impact-Development as an Implementation of the Eco-Green-Tourism Concept to Develop Kampung towards Sustainable City. Procedia - Social and Behavioral Sciences (179) 2015, hlm 109-117.
2. Tingkat keberlanjutan untuk komparasi nilai antar kampung dapat ditentukan dengan menggunakan metode fuzzy logic pada kampung Kota Malang
Evaluasi faktor-faktor keberlanjutan menunjukan nilai yang bervariasi pada setiap kampung dan menggambarkan kondisi empiris dilapangan.
High Sustainability) lebih tinggi daripada
Evaluasi Tingkat Keberlanjutan Fisik dengan Fuzzy Logic (Ridhoni, et al.) [5].
Silas, Johan., Ernawati, rita. 2012. Liveability of Settlements by People in the Kampung of Surabaya. ITS. Surabaya [6]. Kusumadewi, Sri., Purnomo, Hari. 2010.
Aplikasi Logika Fuzzy untuk Mendukung Keputusan. Graha Ilmu. Yogyakarta [7]. Yigitlancar, Tan; Dur, Fatih. 2010. Developing a Sustainability Assessment Model: The
Sustainable Infrastructure, Land-Use, Environment and Transport Model. MDPI. 2. 321-340. [8].
Li, Wewen; Goodchild, F Michael; Church, L Richard. 2013. An Efficient Measure of Compactness for 2D Shapes and its Application in Regionalization Problems.
Arizona State University. Santa Barbara. [9].
Al-dami, A N Haidar. 2015. Measuring the accessibility of road networks: Diwaniya/Iraq as case study. EP. 3(2). 173-182. [10].
Gemilang, A Akhmad. 2008. Analisis Pola Spasial Penggunaan Lahan Kota Makassar Sulawesi Selatan. IPB. Bogor.
[11].
Komuro, Mai. 2007. Urban density, a study to measure and enhance density of urban diversity: a case study on metrobasel. The University of Tokyo. Tokyo. [12].
Syahid, A Ahmad. 2013. Desain kurikulum pelatihan untuk meningkatkan kompetensi penyusunan bahan ajar. UPI. Bandung [13]. Wijaya, Pele. 2013. Kampung-Kota Bandung.
Graha Ilmu. Bandung. [14].
Roihanah, Ita; Pangarsa, G Widjil; Tjahjono, Rusdi. 2009. Konsep Privasi Visual Ruang dan Keamanan pada Permukiman Kampung Arab Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
[15].
Aryati, Allafa; Antariksa; Wardhani, K Dian.
2012. Perubahan Kawasan Kampung Arab Kota Malang. Universitas Brawijaya. Malang. [16].
Handinoto. 1996. Perkembangan Kota Malang pada Jaman Kolonial (1914-1940).
DIMENSI. Surabaya. [17].
Junda, A Hartono. 2013. Pasar-Pasar di Era Stadsgemeente Malang (1914-1942).
Universitas Negeri Malang. Malang.