BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum - Evaluasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Aek Sibundong Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Mikrohidro merupakan istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik

  yang mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources) penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketinggian tertentu dan instalasi yang mendukungnya berupa bangunan sipil. Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari instalasi maka semakin besar energi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.

  Saat isu pemanasan global (global warming) semakin gencar didengungkan, energi listrik yang dibangkitkan dari tenaga air menjadi alternatif energi yang dapat menjadi bahagian dari solusi untuk mengurangi dampak pemanasan global tersebut. Dikatakan demikian karena instalasi pembangkit listrik seperti ini menggunakan sumber daya yang telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik.

  Seperti dikatakan di atas, mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya, istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara istilah mikrohidro dengan minihidro adalah output daya yang dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 KW, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 KW sampai 2 MW (Khairul Amri, 2008).

  PLTMH harus memiliki komponen-komponen struktur pembangkit untuk menghasilkan energi listrik. Komponen-komponen tersebut antara lain: 1)

  Dam atau bendungan pengalih dan bangunan pengambil. Pada banyak kasus, PLTMH lebih banyak menggunakan bendung (weir) untuk meninggikan muka air, daripada penggunaan bendungan (dam) yang dalam hal ini fungsinya untuk

  storage dan peninggi muka air. (diversion weir and intake).

  2) Saluran pembawa (headrace)

  3) Bak pengendap (settling basin)

  4) Bak penenang (forebay)

  5) Pipa pesat (penstock)

  6) Turbin dan generator(turbine dan generator)

  7) Rumah pembangkit (power house)

8) Saluran pembuang (tail race).

  Dalam pemanfaatannya, jaringan PLTMH yang menghasilkan energi listrik disambungkan melalui tiang-tiang listrik dan kabel seperti yang digunakan PLN, untuk kemudian aliran energi listrik disalurkan ke rumah-rumah. Dengan sumber bahan baku yang melimpah dan terbarukan, PLTMH sangat cocok diterapkan di desa-desa terpencil yang mempunyai jaringan irigasi/sungai atau pun air terjun.

1.2 Latar Belakang

  Seiring pertambahan jumlah penduduk di Indonesia maka industrialisasi dan kebutuhan masyarakat akan energi listrik juga semakin meningkat. Hal ini tentu akan memicu PLN yang merupakan sebagai operator energi listrik di negara ini dalam penyediaan listrik tersebut. PLN perlu mencari dan mengembangkan alternatif penyediaan listrik bagi masyarakat. Salah satu alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro ( PLTMH ).

  Di daerah Sumatra Utara terdapat berbagai daerah yang cukup berpotensi dalam pengembangan sumber daya energi khususnya pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro bahkan PLTA skala kecil – menengah. Potensi ini dapat dijumpai di daerah-daerah kabupaten yang berada di jajaran pegunungan Bukit Barisan seperti Dairi, Pakpak barat, Karo, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Humbang Hasundutan. Sehingga PLTMH ini merupakan salah satu alternatif yang cocok dikembangkan oleh PLN dalam penyediaan listrik sehingga kabutuhan eneri listrik untuk masyarakat dapat dipenuhi.

  Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi dalam pengembangan pembangkit listrik tenaga minihidro dan mikrohidro, karena Kabupaten Humbang Hasundutan yang merupakan salah satu Kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Utara, sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Tapanuli Utara yang secara geografis, terletak di bagian tengah Sumatera Utara, berada pada 2º 13' - 2º 28' Lintang Utara dan 98º 10' - 98º 57' Bujur Timur.

  Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir di sebelah Utara, dengan Kabupaten Tapanuli Utara di sebelah Timur, dengan Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah Selatan, dan dengan Kabupaten Dairi di sebelah Barat. Memiliki luas wilayah sekitar 233.533 ha dengan jumlah penduduk 154.280 jiwa, dan keadaan tanah berbukit–bukit dan bergelombang dikelilingi dataran. Berdasarkan topografi daerah ini berada di jajaran Bukit Barisan dengan ketinggian 330 – 2037 meter di atas permukaan laut.

  Diversivikasi energi yang bersumber pada potensi sumber daya alam (SDA) di daerah merupakan strategi kebijakan dalam upaya mengatasi krisis energi di daerah Sumatera Utara, termasuk di lokasi studi Kabupaten Humbang Hasundutan Kecamatan Sijamapolang Desa Sibuntuon yaitu PLTMH Aek Sibundong,dengan memanfaatkan potensi sungai yang mengalir di daerah ini,yaitu sungai Aek Sibundong.PLTMH ini dibangun pada tahun 1987,dimana yang dahulunya masih bagian dari Kabupaten Tapanuli Utara.PLTMH ini direncanakan menghasilkan daya sebesar 750 kwh.

1.3 Maksud dan Tujuan

  Secara umum tugas akhir ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dari PLTM di Desa Sijamapolang Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara sehingga dapat diukur tingkat keberlanjutannya. Hasil evaluasi kinerja yang diperoleh dapat menjadi rekomendasi apabila daya yang dihasilkan selama ini di lokasi studi masih dapat ditingkatkan

  Untuk mencapai tujuan umum tersebut secara khusus tugas akhir ini bertujuan sebagai berikut:

  1. Mengevaluasi debit sungai di lokasi studi.

  2. Mengevaluasi jenis dan kondisi bangunan-bangunan sipil atau komponen- komponen PLTM pada lokasi studi.

  3. Mengevaluasi produksi energi listrik yang dihasilkan pada PLTM di lokasi studi.

1.4 Pembatasan Masalah

  Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi permasalahannya dalam hal penentuan debit air serta potensi keberlanjutannya dan besarnya energi listrik yang mampu dibangkitkan. Dalam hal ini, penulis tidak mengkaji dan memperhitungkan besarnya nilai investasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja PLTMH, apabila ternyata dari penelitian ini, hal itu memungkinkan untuk dilakukan.

1.5 Metodologi Penelitian

  Studi dalam tugas akhir ini tentang penelaahan teori-teori dan konsep-konsep yang mempunyai relevasi dengan pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH). Ini dilakukan dengan mempelajari buku-buku, diktat-diktat, jurnal-jurnal ilimiah dan literatur lainya, serta sumber-sumber yang dapat membantu studi ini. Di mana

  

mikrohidro pada prinsipnya memanfaatkan kapasitas aliran air (debit) dan tinggi jatuh

(head) .

1.5.1 Kapasitas Aliran Air (debit) dan Tinggi Jatuh (head) Debit merupakan salah satu parameter penting dalam perencanaan PLTMH.

  Ukuran debit air akan menentukan besarnya energi yang mampu dihasilkan. Debit juga akan menentukan ukuran dan jenis turbin yang akan digunakan. Pengukuran debit sesaat untuk kalibrasi, dilakukan di beberapa penampang melintang sungai. Dan bisa dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

  Pers. 1.1 = . di mana Q = debit aliran (m³/s) V = kecepatan aliran (m/s), dan A = luas penampang (m²).

  Head adalah ketinggian vertical di mana air jatuh. Pengukuran head dapat di

  lakukan dengan berbagai macam metode yang disesuaikan dengan kondisi yang di hadapi pada saat pengukuran di lapangan.

  1.5.2 Energi Lisrik

  Data hasil survei potensi air diolah untuk mengetahui besarnya daya yang dapat dibangkitkan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Pers. 1. 2

  = . . . eff

  3

  di mana P = daya terbangkitkan (Watt), , g = = massa jenis air = 1000 /

  2

  3 percepatan gravitasi = 9,81 / / eff = tinggi efektif (m).

  , Q = debit ( ), H Sedangkan energi listrik yang dapat dihasilkan dari potensi daya yang ada harus dikalikan dengan efisiensi total ( ) , sehingga rumusnya menjadi:

  η tot eff tot

  (Pers.I.3)

  P= ρ.g.Q.H . η

  3

  di mana P = daya terbangkitkan (Watt), , g =

  ρ = massa jenis air = 1000 /

  2

  3

  percepatan gravitasi = 9,81 / / eff = tinggi efektif (m), dan tot =

  η

  , Q = debit ( ), H efisiensi total.

  1.5.3 Bangunan Sipil

  Bangunan sipil adalah bagian penting dalam suatu skema PLTMH. Pada umumnya bangunan sipil terdiri dari banguan intake dan pengalih aliran, saluran pembawa head race, bak penenang (headtank), pipa pesat (penstock), rumah pembangkit (power house) dan saluran pembuang (tailrace). Aksesoris bangunan sipil seperti peralatan hidromekanik juga merupakan bagian tak terlepaskan dari komponen sipil suatu PLTMH.

1.6 Tinjauan pustaka singkat

  Masalah yang dihadapi dalam penyedian energi adalah masih banyaknya penggunaan bahan bakar minyak (BBM), sementara kemampuan produksi dan suplai minyak semakin menurun.

  Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan dan pemilihan sumber energi baru adalah sebagai berikut:

  • Ketersediaan sumber energi dan usaha pelestarian.
  • Kemampuan manusia untuk menguasai dan mengelola energi.
  • Ketersediaan dana untuk menguasai sumber energi.
  • Masalah lingkungan.

  Di sebagian negara berkembang, termasuk Indonesia, aktivitas pembangunan terkonsentrasi di kota atau wilayah dengan berbagai fasilitas yang mendukungnya.

  Sementara di daerah perdesaan, pembangunan berjalan lambat karena kurangnya infrastruktur sarana, dan prasarana.

  Desa-desa di Indonesia rata-rata membutuhkan listrik relatif kecil (10 – 150 KW) serta lokasinya tersebar. Untuk pelistrikan pedesaan di Indonesia, salah satunya di desa Sijamapolang Kec. Sijamapolang Kab. Humang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara, pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) telah dikembangkan mengingat potensi tenaga air di Indonesia yang melimpah dan besar.

  Dari segi teknologi, PLTMH memiliki keuntungan dan kemudahan dibandingkan pembangkit listrik lainnya. Hal tersebut disebabkan antara lain:

  • Kontruksinya relatif sederhana
  • Teknologi mikrohidro telah matang dan terjamin sebagai teknologi yang dapat dikontrol dan dikelola secara mandiri oleh masyarakat pedesaan.

  • Mudah dalam perawatan dan penyedian suku cadang, karena hampir semua komponen yang dibutuhkan telah dapat diproduksi di dalam negeri.
  • Biaya operasi dan perawatan rendah.

1.7 Sistematika Penulisan

  Untuk memperjelas tahapan yang dilakukan dalam tugas akhir ini, penulisan tugas akhir ini dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Merupakan rencana yang akan dilakukan yang meliputi tinjauan umum, latar

  belakang, tujuan penelitian, pembatasan masalah, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mencakup data kepustakaan yang diperoleh dengan cara menghimpun berbagai literatur yang berhubungan data yang diperlukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang metode yang dipakai dalam penelitian ini, termasuk

  pengambilan data, langkah penelitian, analisis data, serta pemilihan lokasi penelitian.

  BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisikan tentang pengolahan dan perhitungan terhadap data-data yang

  dikumpulkan, dan kemudian dilakukan analisis secara komprehensif terhadap hasil-hasil yang diperoleh.

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

  Merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya, dan saran-saran yang dapat dijadikan bahan masukan untuk diterapkan di lokasi studi.

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Aek Sibundong Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara

9 106 119

Perencanaan Pembuatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

3 63 98

Studi Potensi Sungai Padang Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mini Hidro Di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara Tugas Akhir

6 88 128

Studi Potensi Sumber Daya Air Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro di Pekon Tugu Ratu Kecamatan Suoh Kabupaten Lampung Barat Propinsi Lampung

3 23 72

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Evaluasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Hutaraja di Kecamatan Dolok Sanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara

0 0 48

Desain Pembangkit Listrik Tenaga Piko Hidro Terapung (PLTPHT)

1 8 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Evalu{si Kinerja Pembangkit Listfik Tenaga Mikro Hidro Di Desa Buluh Awar Kecamatao Sibolangit Kabupaten Deli Serdatrg Propirsi Sumatera Utara

0 2 74

BAB I PENDAHULUAN - Evalu{si Kinerja Pembangkit Listfik Tenaga Mikro Hidro Di Desa Buluh Awar Kecamatao Sibolangit Kabupaten Deli Serdatrg Propirsi Sumatera Utara

0 1 14

Evalu{si Kinerja Pembangkit Listfik Tenaga Mikro Hidro Di Desa Buluh Awar Kecamatao Sibolangit Kabupaten Deli Serdatrg Propirsi Sumatera Utara

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian PLTMH - Evaluasi Kinerja Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Aek Sibundong Kecamatan Sijamapolang Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara

0 0 69