PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA, ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI TIDAK TETAP DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MA

  

PERATURAN WALIKOTA TANJUNGPINANG

NOMOR 7 TAHUN 2013

TENTANG

PEDOMAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEJABAT NEGARA,

ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI TIDAK

  

TETAP DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Menimbang : a. bahwa pembiayaan untuk perjalanan dinas harus sesuai

  dengan kebutuhan nyata dalam rangka memenuhi kaidah- kaidah pengelolaan keuangan daerah dan pelaksanaan perjalanan dinas dapat dilaksanakan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; b. bahwa perlu melakukan penyesuaian terhadap Peraturan

  Walikota Tanjungpinang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Walikota Nomor 47 Tahun 2011 tentang Pedoman Perjalanan Dinas Bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang;

  c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota Tanjungpinang tentang Pedoman Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang;

  Mengingat :

  1 . Undang-Undang Nomor

  28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

  2. Undang-Undang Nomor

  5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Tanjungpinang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 85, Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 4112);

  3. Undang-Undang Nomor

  17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

  4. Undang-Undang Nomor

  1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

  5. Undang-Undang Nomor

  15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400);

  6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493);

  7. Undang-Undang Nomor

  33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

  8. Undang-Undang Nomor

  12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

  9. Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4028);

  10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

  11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4416), sebagaimana telah diubah untuk ketiga kalinya dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4712);

  12. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

  13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

  14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

  15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintahan Daerah;

  16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 169);

  17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013;

  18. Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

  

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG PEDOMAN

PERJALANAN DINAS BAGI PEJABAT NEGARA, ANGGOTA DPRD, PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH DAN PEGAWAI

  

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah atau yang disebut Kota adalah Kota Tanjungpinang.

  2. Pemerintah Daerah atau yang disebut Pemerintah Kota adalah Pemerintah Kota Tanjungpinang.

  3. Walikota adalah Walikota Tanjungpinang.

  4. Wakil Walikota adalah Wakil Walikota Tanjungpinang.

  5. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil Ketua DPRD Kota Tanjungpinang.

  6. Pejabat Negara adalah Walikota Tanjungpinang, Wakil Walikota Tanjungpinang dan Pimpinan Anggota DPRD Kota Tanjungpinang sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-undang Dasar 1945 dan Pejabat Negara yang ditentukan oleh Undang-undang.

  7. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut Anggota DPRD adalah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Tanjungpinang.

  8. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang.

  9. Pegawai Tidak Tetap adalah Pegawai yang diangkat dilingkungan Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administrasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi dalam kerangka sistem kepegawaian, yang tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri.

  10. Pihak lain adalah orang selain yang diatur butir 3 sampai dengan butir 8 yang telah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.

  11. Pejabat yang berwenang adalah Walikota, Wakil Walikota, Pimpinan DPRD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku Pejabat yang diberi kuasa oleh Pejabat yang berwenang dalam penerbitan Surat Perintah Tugas untuk melakukan Perjalan Dinas.

  12. Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat perintah kepada Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap untuk melaksanakan perjalanan dinas.

  13. Surat Perintah Tugas yang selanjutnya disingkat SPT adalah Naskah Dinas dari atasan yang ditujukan kepada bawahan yang berisi perintah untuk melaksanakan pekerjaan Perjalanan Dinas yang dapat dijadikan dasar penerbitan SPPD.

  14. Pelaksana Surat Perintah Perjalanan Dinas yang selanjutnya disingkat Pelaksana SPPD adalah Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap yang melaksanakan Perjalanan Dinas.

  15. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

  16. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

  17. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.

  18. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima, menyimpan,membayarkan,menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.

  19. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disingkat SPM adalah dokumen yang digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD.

  20. Perjalanan Dinas Dalam Daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan di wilayah Kota Tanjungpinang untuk kepentingan Daerah atas Perintah Pejabat yang Berwenang.

  21. Perjalanan Dinas Luar Daerah adalah perjalanan dinas yang dilakukan diluar wilayah Kota Tanjungpinang untuk kepentingan Daerah atas Perintah Pejabat yang Berwenang.

  22. Perjalanan Dinas Luar Negeri adalah perjalanan dinas yang dilakukan diluar wilayah Republik Indonesia untuk kepentingan Daerah atas Perintah Pejabat yang Berwenang.

  23. Perjalanan Dinas Jabatan adalah Perjalanan Dinas melewati batas Kota dan/atau dalam Kota dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju, melaksanakan tugas, dan kembali ke tempat kedudukan semula di dalam negeri.

  24. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.

  25. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi SKPD.

  26. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disingkat PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

  27. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

  28. At cost adalah biaya rill yang dikeluarkan berdasarkan bukti-bukti pengeluaran yang sah.

  29. Lumpsum adalah suatu jumlah uang yang telah dihitung terlebih dahulu (pre-calculated amount) dan dibayarkan sekaligus.

  30. Perhitungan Rampung adalah perhitungan biaya Perjalanan Dinas yang dihitung sesuai kebutuhan riil berdasarkan ketentuan yang berlaku.

  31. Wilayah jabatan atau Tempat kedudukan adalah wilayah kerja dalam menjalankan tugas atau tempat/kota/kantor/satuan kerja berada.

  32. Tempat Tujuan adalah tempat/kota/kantor/satuan yang menjadi tujuan perjalanan dinas.

  33. Standar Satuan Harga adalah satuan harga yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan kebutuhan anggaran dalam Rencana Kerja dan Anggaran Pemerintah Kota Tanjungpinang, berupa barang dan jasa yang diperoleh dari survai harga pasar serta dari standar harga yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan yang berlaku.

  34. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPA- SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.

  35. Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat DPPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat perubahan pendapatan dan belanja setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan Perubahan Anggaran oleh pengguna anggaran.

  36. Biaya perjalanan dinas yaitu sejumlah uang yang diberikan kepada Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap sebagai biaya dalam rangka pelaksanaan perjalanan dinas yang besarannya sesuai dengan standar biaya perjalanan dinas.

  37. Uang Persediaan adalah sejumlah uang tunai yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari-hari yang ditetapkan melalui suatu Keputusan Walikota.

  38. SPP Uang Persedian yang selanjutnya disingkat SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan uang muka kerja yang bersifat pengisian kembali (revolving) yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

  39. SPP Ganti Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-GU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk permintaan pengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan dengan pembayaran langsung.

  40. SPP Tambahan Uang Persediaan yang selanjutnya disingkat SPP-TU adalah dokumen yang diajukan oleh bendahra pengeluaran untuk permintaan tambahan uang persediaan guna melaksanakan kegiatan SKPD yang bersifat mendesak dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran langsung dan menambah saldo uang persediaan, sisa kas SPP-TU harus disetor ke Kas Daerah sebelum pengajuan SPP-GU bulan berikutnya.

  41. Kelebihan pembayaran adalah kelebihan pembayaran biaya perjalanan dinas baik yang ditimbulkan oleh kesalahan perhitungan besaran biaya perjalanan dinas dan atau kelebihan pembayaran biaya perhari yang dibayarkan.

  42. Kerugian Daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai.

  

BAB II

RUANG LINGKUP PERJALANAN DINAS

Pasal 2

  (1) Peraturan Walikota ini mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas Dalam Negeri bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil Daerah, dan Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

  (2) Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya meliputi Perjalanan Dinas Jabatan. (3) Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

  a. Pegawai Negeri Sipil Daerah;

  b. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah;

  

BAB III

PRINSIP PERJALANAN DINAS

Pasal 3

Perjalanan Dinas dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai

  berikut:

  a. selektif, yaitu hanya untuk kepentingan yang sangat tinggi dan prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah; b. ketersediaan anggaran dan kesesuaian dengan pencapaian kinerja SKPD;

  c. efisiensi penggunaan belanja daerah; dan

  d. akuntabilitas pemberian perintah pelaksanaan Perjalanan Dinas dan pembebanan biaya Perjalanan Dinas.

  

BAB IV

PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 4

  (1) Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) digolongkan menjadi: a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas daerah; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam daerah.

  (2) Batas daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah khusus untuk batas wilayah Kota Tanjungpinang. (3) Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas perjalanan dinas untuk wilayah

  Kota Tanjungpinang yang terdiri atas :

  a. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 6 (enam) jam; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan dengan waktu minimal 6 (enam) jam dalam satu hari.

  

BAB V

PERSETUJUAN DAN/ATAU PERINTAH PERJALANAN DINAS

Pasal 5

  (1) Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap yang akan melaksanakan perjalanan dinas harus terlebih dahulu mendapat persetujuan atau perintah atasannya.

  (2) Persetujuan atau perintah atasannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan disetujui nota dinas atasan langsung dan disertai dengan terbitnya SPT. (3) Atas dasar SPT yang diterbitkan atasan langsung, dijadikan dasar penerbitan SPPD oleh Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran.

  (1) Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPPD dilakukan sesuai perintah atasan Pelaksana SPPD yang tertuang dalam SPT dan SPPD. (2) Dalam penerbitan SPT dan SPPD harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Walikota dan Wakil Walikota menerbitkan SPT untuk dirinya sendiri dalam rangka melakukan Perjalanan Dinas dan SPPD pada SKPD Sekretariat

  Daerah selaku Pengguna Anggaran;

  b. Pimpinan DPRD menerbitkan SPT untuk dirinya sendiri dan Anggota DPRD, dalam rangka melakukan Perjalanan Dinas dan SPPD pada SKPD Sekretariat DPRD selaku Pengguna Anggaran;

  c. untuk Sekretaris Daerah, Inspektorat, Sekretaris DPRD, Kepala Dinas, Kepala Badan dan Kepala Kantor, SPT ditandatangani Walikota/Wakil Walikota dan SPPD ditandatangani Kepala SKPD selaku Pengguna Anggaran; d. jika Walikota dan Wakil Walikota berhalangan menandatangani SPT sebagaimana dimaksud pada huruf (c) maka SPT dapat ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang yang ditunjuk untuk menandatangani SPT;

  e. untuk Kepala SKPD sekolah dilingkungan Pendidikan, SPT ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dan SPPD ditandatangani Kepala SKPD Sekolah selaku Pengguna Anggaran;

  f. untuk Kepala SKPD dilingkungan Puskesmas, SPT ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan, dan SPPD ditandatangani Kepala SKPD Puskesmas selaku Pengguna Anggaran; g. jika Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Dinas

  Kesehatan berhalangan menandatangani SPT sebagaimana dimaksud pada huruf (e) dan (f) maka SPT dapat ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang yang ditunjuk untuk menandatangani SPT;

  h. untuk Pegawai Negeri Sipil, baik Eselon II dan Staf Ahli dilingkungan Sekretariat Daerah, Eselon III, Eselon IV, Staf Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan SKPD, serta Pihak Lain yang dipandang perlu dalam rangka melaksanakan urusan pemerintah, SPT ditandangani oleh Kepala SKPD dan SPPD ditandatangani oleh Pengguna Anggaran;

  (3) Kewenangan penerbitan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk. (4) SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit mencantumkan hal- hal sebagai berikut: a. Pemberi tugas;

  b. Pelaksana tugas

  c. Waktu pelaksanaan tugas; dan d. Tempat pelaksanaan tugas. (5) Dalam hal penerbitan SPT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan:

  a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan

  b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota lebih dari 6 (enam) jam atau minimal 6 (enam) jam dalam satu hari, maka SPT dimaksud menjadi dasar penerbitan SPPD.

  (6) Dalam penerbitan SPPD, Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan berwenang untuk menetapkan tingkat biaya Perjalanan Dinas dan alat transportasi yang digunakan untuk melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.

  (7) SPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

  

BAB VI

KEDUDUKAN PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 7

  (1) Perjalanan dinas merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula dalam rangka kedinasan.

  (2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi atas perjalanan dinas dalam daerah, luar wilayah daerah dan luar negeri. (3) Dalam perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk pula perjalanan yang dilakukan dalam hal: a. pelaksanaan tugas dan fungsi yang melekat pada jabatan;

  b. ditugaskan untuk menempuh ujian dinas/ujian jabatan yang diadakan di luar wilayah Kota; c. ditugaskan mengikuti rapat-rapat koordinasi, seminar dan sejenisnya;

  d. Pengumandahan/Detasering (penugasan sementara waktu diluar tempat kedudukan); e. menghadap Majelis Penguji Kesehatan Pegawai Negeri atau menghadap seorang dokter penguji kesehatan yang ditunjuk, untuk mendapatkan surat keterangan dokter tentang kesehatannya guna kepentingan jabatan;

  f. ditugaskan melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan berkaitan dengan pekerjaan diluar tempat kedudukan; g. mengikuti pendidikan tugas belajar setara Diploma/S1/S2/S3;

  h. ditugaskan mengikuti diklat/kursus/bimtek diluar tempat kedudukan; i. ditugaskan melakukan pengawasan/pemeriksaan berkaitan dengan pekerjaan diluar tempat kedudukan; j. ditugaskan mengikuti konsultasi berkaitan dengan pekerjaan diluar tempat kedudukan; k. ditugaskan melakukan study banding berkaitan dengan pekerjaan diluar tempat kedudukan; l. ditugaskan untuk memperoleh pengobatan di luar wilayah Pemerintah

  Daerah karena mendapat cedera/sakit pada waktu melakukan tugas atau mendapatkan pengobatan diluar tempat kedudukan; m. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat negara/pegawai negeri yang meninggal dalam melakukan perjalanan dinas; n. menjemput/mengantarkan ke tempat pemakaman jenazah pejabat negara/pegawai negeri yang meninggal dunia dari wilayah Pemerintah

  Kota ke tempat pemakaman.

  

BAB VII

BIAYA PERJALANAN DINAS JABATAN

Pasal 8

  (1) Biaya perjalanan dinas luar daerah merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula, terdiri dari:

  a. uang harian;

  b. uang representasi;

  c. biaya penginapan;

  d. biaya transportasi;

  e. sewa kendaraan dalam Kota;

  f. biaya menjemput/mengantar jenazah dan/atau g. biaya kontribusi pelatihan/pendidikan/kepesertaan.

  (2) Uang harian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri untuk biaya diluar biaya sebagaimana dimaksud huruf b sampai dengan huruf g. (3) Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b hanya dapat diberikan kepada Pejabat Negara, dan Pejabat Eselon II selama melakukan

  Perjalanan Dinas. (4) Uang representasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hanya dibayarkan sepanjang tersedia anggarannya dengan mempedomani Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga. (5) Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap: a. di hotel; atau b. di tempat menginap lainnya.

  (6) Dalam hal Pelaksana SPPD tidak menggunakan biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Pelaksana SPPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di kota tempat tujuan sebagaimana diatur dalam

  Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga.

  b. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan secara lumpsum. (7) Biaya Transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri atas:

  a. biaya transportasi utama yang terdiri dari Transportasi udara, laut, darat dari Tempat Kedudukan sampai Tempat Tujuan keberangkatan dan kepulangan;

  b. biaya airport tax, asuransi jasaraharja dan pungutan retribusi lainnya yang dipungut terminal bus/stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan dan kepulangan;

  (8) Sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d hanya dapat diberikan kepada Pejabat Negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di tempat tujuan. (9) Sewa kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) sudah termasuk biaya untuk pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak yang dibayarkan dari belanja sewa sarana mobilitas darat. (10) Biaya menjemput/mengantar jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi biaya bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya angkutan jenazah dan dibayarkan dari belanja perjalanan dinas luar daerah;

  (11) Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f disesuaikan dengan biaya kontribusi pelatihan/pendidikan/kepesertaan yang dipersyaratkan dan fasilitas yang ditanggungkan didalam biaya kontribusi oleh pelaksana kegiatan yang diikuti.

  (1) Biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) digolongkan dalam 6 (enam) tingkat, yaitu: a. Tingkat A terdiri dari Walikota, Wakil Walikota dan Pimpinan DPRD;

  b. Tingkat B terdiri dari Pejabat Eselon II, Staf Ahli dan Anggota DPRD;

  c. Tingkat C terdiri dari Pejabat Eselon III;

  d. Tingkat D terdiri dari Pejabat Eselon IV dan Golongan IV Non Eselon;

  e. Tingkat E terdiri dari Pegawai Negeri Non Eselon; dan f. Tingkat F terdiri dari Pegawai Tidak Tetap (PTT/Honorer).

  (2) Biaya Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diberikan berdasarkan tingkat biaya Perjalanan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan ketentuan sebagai berikut:

  a. uang harian dan uang representasi dibayarkan secara lumpsum dan merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam Keputusan W alikota mengenai Standar Satuan Harga;

  b. biaya penginapan dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dengan standar tertinggi berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga;

  c. biaya transportasi dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dengan standar tertinggi berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga;

  d. sewa kendaraan dalam Kota dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil dan berpedoman pada Keputusan Walikota mengenai Standar Satuan Harga; e. biaya pemetian jenazah dan biaya angkutan jenazah termasuk yang berhubungan dengan pengurusan jenazah dibayarkan sesuai dengan Biaya Riil.

  f. biaya kontribusi pelatihan/pendidikan/kepesertaan dibayarkan sesuai dengan Biaya yang dipersyaratkan dengan menggunakan Belanja Kursus, Pelatihan, Sosialisasi dan Bimbingan Teknis PNS pada masing-masing DPA-SKPD.

  (1) Biaya perjalanan dinas dibebankan pada anggaran perjalanan dinas SKPD yang mengeluarkan SPPD bersangkutan. (2) Pejabat yang berwenang memberi perintah perjalanan dinas agar memperhatikan tersedianya dana yang diperlukan untuk melaksanakan perjalanan tersebut dalam anggaran SKPD. (3) Jumlah hari yang menjadi dasar perhitungan Biaya Perjalanan Dinas disesuaikan dengan lamanya waktu kegiatan dan harus sesuai dengan SPT dan mendapat persetujuan Pejabat yang berwenang.

  

Pasal 11

Pejabat negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap dilarang menerima biaya perjalanan dinas rangkap (dua kali atau lebih) untuk perjalanan dinas yang dilakukan dalam waktu yang sama.

Pasal 12

  (1) Biaya perjalanan dinas dalam daerah merupakan perjalanan dinas dari tempat kedudukan ke tempat yang dituju dan kembali ke tempat kedudukan semula, yang dapat diberikan uang harian. (2) Untuk perjalanan dinas dalam daerah hanya dapat dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat survey, pengumpulan data, monitoring, audit, asistensi, pendampingan kepada SKPD dan pelaksanaan reses kepada masyarakat yang berada dilingkungan Kota.

  (3) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dengan tujuan konsultasi kepada SKPD dan instansi lainnya dilingkungan Kota, memenuhi undangan kegiatan dalam daerah baik bimtek maupun sosialisasi yang diadakan Pemerintah Kota dan Provinsi Kepulauan Riau dalam wilayah Kota, tidak dapat dibayarkan biaya perjalanan dinas dalam daerah.

  (4) Biaya-biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Walikota tentang Standar Satuan Harga.

  

Pasal 13

  (1) Untuk perjalanan dinas luar daerah diperhitungkan sesuai dengan SPT yang diterbitkan dilengkapi dengan bukti tiket pergi dan tiket pulang yang disampaikan. (2) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dalam wilayah Kota dihitung berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang nyata yang menggunakan waktu kerja minimal 6 (enam) jam kerja dengan maksimal uang harian 3 (tiga) hari kerja dalam 1 (satu) SPT.

  (3) Untuk perjalanan dinas dalam daerah dalam rangka melakukan pengawasan/pemeriksaan reguler oleh Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dihitung berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang nyata, yang menggunakan waktu kerja lebih dari 6 (enam) jam kerja, dapat diberikan uang harian sesuai hari SPT atau sesuai dengan kemampuan keuangan dan anggaran yang tersedia.

  

Pasal 14

  (1) Uang harian perjalanan dinas luar daerah diberikan sesuai hari yang ditentukan dalam SPPD yang merupakan batas tertinggi uang harian atau sesuai dengan kemampuan keuangan dan anggaran yang tersedia. (2) Dalam hal terdapat biaya kontribusi untuk perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf g, yang membebankan biaya penginapan pada diklat dan bimtek dilaksanakan, maka:

  a. biaya penginapan dan uang harian yang dibayarkan hanya satu hari sebelum dan satu hari sesudah pelaksanaan kegiatan atau melihat kesesuaian antara tanggal tiket berangkat dengan tanggal diklat/bimtek dilaksanakan sesuai dengan biaya rill yang dilampirkan dan dengan tingkatan pelaksanaan perjalanan dinas;

  b. sedangkan untuk uang harian didalam pelaksanaan diklat dan bimtek dibayarkan setinggi-tingginya sebesar 50% (lima puluh persen) dari uang harian. (3) Untuk kegiatan yang tidak menyediakan biaya transportasi, uang harian dan biaya penginapan oleh pihak yang mengundang, maka kepada pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas diberikan uang transportasi, uang harian dan uang penginapan;

  (4) Untuk kegiatan yang menyediakan biaya transportasi dan/atau uang harian dan/atau biaya penginapan oleh pihak yang mengundang, maka kepada pejabat/pegawai yang melakukan perjalanan dinas hanya diberikan biaya yang tidak ditanggung oleh pihak yang mengundang;

  (5) Untuk pejabat/pegawai yang ditugaskan mengikuti pendidikan perjenjangan dan kursus dinas diluar kedudukan, maka: a. uang harian yang dibayarkan penuh hanya satu hari sebelum dan satu hari sesudah pelaksanaan pendidikan perjenjangan dan kursus dinas; b. sedangkan uang harian didalam pelaksanaan pendidikan perjenjangan dan kursus, diberikan setinggi-tingginya 30% (tiga puluh persen) dari uang harian dikalikan hari pelaksanaan pendidikan dan disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan anggaran yang tersedia.

  

Pasal 15

  (1) Untuk biaya penginapan, ditanggung selama hari perjalanan dinas dikurangi satu hari dari SPT dengan dilengkapi bukti pendukung dan biaya rill yang dilampirkan dengan memperhatikan tingkatan pelaksanaan perjalanan dinas.

  (2) Untuk Pejabat Negara, Anggota DPRD, Pegawai Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Tidak Tetap, dapat menggunakan biaya penginapan dengan klasifikasi biaya melebihi harga sesuai dengan tingkatan biaya penginapan pelaksanaan perjalanan dinas, jika dalam penggunaan biaya penginapan menggabungkan lebih dari satu orang yang melaksanakan perjalanan dinas.

  (3) Penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dengan memperhitungkan akumulasi nilai biaya rill masing-masing yang melaksanakan perjalanan dinas, tidak melebihi tingkatan biaya penginapan pelaksanaan perjalanan dinas.

  (4) Perhitungan rampung belanja penginapan sebagaimana dimaksud ayat (2), dihitung dengan membagi dua dari total biaya penginapan yang dipertanggungjawabkan dan disesuaikan dengan tingkatan biaya penginapan pelaksanaan perjalanan dinas.

  

Pasal 16

  (1) Pihak Lain dapat diberikan biaya perjalanan dinas dengan tingkatan standar biaya perjalanan dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e. (2) Perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan dalam hal yang sangat mendesak/khusus, dengan mempertimbangkan hubungan antara perjalanan dinas tersebut dengan kepentingan Pemerintah Kota dan setelah memperoleh persetujuan Walikota/Wakil Walikota/ Sekretaris Daerah.

  (3) Biaya perjalanan dinas juga dapat diberikan kepada Pejabat/Pegawai dari instansi vertikal yang terikat perjanjian kerja sama dengan Pemerintah Kota atau melaksanakan penugasan untuk kepentingan Pemerintah Kota atau diundang/dipanggil khusus oleh Pemerintah Kota.

  

Pasal 17

  (1) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas jabatan melebihi jumlah hari yang ditetapkan dalam SPT/SPPD dan tidak disebabkan oleh kesalahan/ kelalaian Pelaksana SPPD dapat diberikan tambahan uang harian, biaya penginapan dan sewa kendaraan dalam kota.

  (2) Tambahan uang harian, biaya penginapan, uang representasi, dan sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimintakan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan untuk mendapat persetujuan, dengan melampirkan dokumen berupa: c. Surat keterangan kesalahan/kelalaian dari Syahbandar/Kepala

  Bandara/perusahaan jasa transportasi lainnya; dan/atau d. Surat keterangan perpanjangan tugas dari pemberi tugas. (3) Berdasarkan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pengguna

  Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan membebankan biaya tambahan uang harian, biaya penginapan, dan sewa kendaraan dalam Kota pada DPA-SKPD masing-masing. (4) Tambahan uang harian, biaya penginapan, dan sewa kendaraan dalam Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat dipertimbangkan untuk hal- hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e sampai dengan huruf n. (5) Dalam hal jumlah hari perjalanan dinas ternyata kurang dari jumlah hari yang ditetapkan dalam SPPD, maka Pelaksana SPPD wajib menyetorkan kembali kelebihan uang harian dan biaya penginapan.

  

BAB VIII

PROSEDUR PEMBAYARAN PERJALANAN DINAS

Pasal 18

Pembayaran biaya perjalanan dinas dapat diberikan dalam batas pagu anggaran yang tersedia dalam DPA-SKPD masing-masing.

Pasal 19

  (1) Biaya perjalanan dinas dibayarkan sebelum dan sesudah perjalanan dinas dilaksanakan dengan menggunakan uang persediaan yang terdapat pada kas bendahara pengeluaran atau melalui pembayaran langsung (LS). (2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS dilakukan melalui: a. perikatan dengan penyedia jasa;

  b. Bendahara Pengeluaran; atau c. Pelaksana SPPD.

  

Pasal 20

  (1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPPD oleh Bendahara Pengeluaran. (2) Pemberian uang muka sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan persetujuan pemberian uang muka dari Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna

  Anggaran atau PPTK dengan melampirkan dokumen sebagai berikut:

  a. Surat Perintah Tugas untuk melaksanakan perjalanan dinas yang ditanda tangani pejabat yang berwenang; b. Surat Perintah Perjalanan Dinas;

  c. kuitansi tanda terima uang muka; dan d. rincian perkiraan biaya Perjalanan Dinas. (3) Untuk perjalanan dinas yang dibayarkan setelah pelaksanaan kegiatan/perjalanan dinas, biaya perjalanan dinas dapat dibayarkan bendahara pengeluaran bersamaan dengan dokumen pertanggungjawaban yang disampaikan setelah perjalanan dinas dilaksanakan. (4) Kelebihan atas uang muka yang diberikan sebagaimana dimaksud ayat (1), kepada pelaksana SPPD untuk mengembalikan kelebihan tersebut kepada

  Bendahara Pengeluaran.

  

Pasal 21

  (1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS dilakukan melalui transfer dari Kas Daerah ke rekening Bendahara Pengeluaran. (2) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada

  Pelaksana SPPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melebihi biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang seharusnya dipertanggungjawabkan, kelebihan biaya Perjalanan Dinas Jabatan tersebut harus disetor ke Kas Daerah melalui Bendahara Pengeluaran.

  (3) Penyetoran kelebihan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan: a. menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk tahun anggaran berjalan; atau b. menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun anggaran lalu. (4) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada

  Pelaksana SPPD kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan kekurangannya. (5) Pembayaran kekurangan biaya Perjalanan Dinas Jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilakukan melalui mekanisme UP atau LS.

  (1) Dalam hal terjadi pembatalan pelaksanaan Perjalanan Dinas Jabatan, biaya pembatalan dapat dibebankan pada DPA-SKPD masing-masing. (2) Dokumen yang harus dilampirkan dalam rangka pembebanan biaya pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: e. Surat Pernyataan Pembatalan Tugas Perjalanan Dinas Jabatan dari atasan Pelaksana SPPD, atau paling rendah Pejabat Eselon II bagi

  Pelaksana SPPD di bawah Pejabat Eselon III ke bawah, yang dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini;

  f. Surat Pernyataan Pembebanan Biaya Pembatalan Perjalanan Dinas Jabatan yang dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini;

  g. Pernyataan/Tanda Bukti Besaran Pengembalian Biaya Transpor dan/atau biaya penginapan dari perusahaan jasa transportasi dan/atau penginapan yang disahkan oleh Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

  (3) Biaya pembatalan yang dapat dibebankan pada DPA-SKPD berkenaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. biaya pembatalan tiket transportasi atau biaya penginapan; atau

  b. sebagian atau seluruh biaya tiket transportasi atau biaya penginapan yang tidak dapat dikembalikan/ refund.

  

BAB IX

PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS

Pasal 23

  (1) Perjalanan dinas dilakukan berdasarkan SPT dan SPPD yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. (2) Pejabat yang berwenang hanya dapat menerbitkan SPT dan SPPD untuk perjalanan dinas yang biayanya dibebankan pada anggaran yang tersedia pada SKPD masing-masing atau ditentukan lain. (3) Dalam hal SPT dan SPPD ditandatangani oleh pimpinan SKPD yang bukan atasan langsung pejabat/pegawai yang melaksanakan perjalanan dinas, maka pembiayaan perjalanan dinas dibebankan pada DPA-SKPD yang menerbitkan SPT dan SPPD.

  

Pasal 24

  (1) SPPD merupakan bukti pelaporan dan pertanggungiawaban pelaksanaan perjalanan dinas. (2) Dalam SPPD tidak boleh ada penghapusan atau cacat dalam tulisan. (3) Jika ada perubahan-perubahan yang dilakukan dengan coretan maka harus dibubuhi paraf dari pejabat yang berwenang. (4) Pada SPPD dicatat:

  a. tanggal berangkat dari tempat kedudukan/tempat berada dan ditandatangani oleh pejabat berwenang; a. tanggal tiba dan berangkat di/dari tempat tujuan dan ditandatangani oleh pihak/pejabat ditempat yang didatangi; b. tanggal tiba kembali di tempat kedudukan dan ditandatangani oleh Pejabat Yang Berwenang. (5) SPPD yang telah dibubuhi catatan tanggal tiba kembali dan tanda tangan pejabat yang berwenang diserahkan kepada bendaharawan, untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunan pertanggungjawaban belanja SPPD.

  

Pasal 25

  (1) Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalanan dinas luar daerah wajib menyampaikan dokumen pertanggungjawaban, yaitu: a. surat undangan/surat permintaan/surat panggilan atau surat lainnya sebagai dasar melaksanakan perjalanan dinas luar daerah dan/atau telaahan yang disetujui atau perintah khusus dari Walikota atau pejabat lainnya yang ditunjuk; b. SPT dan SPPD yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang dan pejabat ditempat tujuan dilakukannya perjalanan dinas; c. tiket penerbangan yang dikeluarkan maskapai penerbangan serta kwitansi tiket dari travel atau biro perjalanan, boarding pass, airport tax pergi dan pulang untuk perjalanan dinas yang menggunakan transportasi udara;

  d. kwitansi tiket sebagaimana dimaksud pada huruf (c) adalah kwitansi dengan nilai belanja resmi yang dikeluarkan oleh maskapai penerbangan, tidak termasuk fee travel atau biro perjalanan dan fee tersebut dibayarkan dari uang harian; e. tiket untuk perjalanan dinas menggunakan kapal/fery, boarding pass dan asuransi jasaraharja pergi dan pulang; f. tiket atau faktur untuk perjalanan dinas yang menggunakan transportasi darat pergi dan pulang; g. Kuitansi, invoice atau bukti pendukung yang sah lainnya untuk biaya penginapan; h. laporan pelaksanaan perjalanan dinas dengan memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas yang relevan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang ditandatangani oleh Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalanan dinas.

  (2) Dokumen pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pasal (1) huruf a sampai dengan huruf h, selambat-lambat 5 (lima) hari kerja setelah perjalanan dinas berakhir untuk disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk selanjutnya digunakan dalam penyusunan pertanggungjawaban belanja perjalanan dinas.

  

Pasal 26

  (1) Dalam penerbitan SPPD rampung harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. untuk Walikota/Wakil Walikota ditandatangani oleh SKPD Sekretariat

  Daerah/Pengguna Anggaran ;

  b. untuk Pimpinan dan anggota DPRD ditandatangani oleh SKPD Sekretariat DPRD/Pengguna Anggaran;

  c. Sekretaris Daerah, Inspektorat, Sekretariat DPRD, Kepala Dinas, Kepala Badan, Kepala Kantor dan Kepala SKPD lainnya ditandatangani oleh masing-masing Kepala SKPD/Pengguna Anggaran; d. untuk Asisten, Staf Ahli, Pegawai Negeri Sipil (pejabat struktural dan staf) dan Pegawai Tidak Tetap dilingkungan Sekretariat Daerah oleh Kepala

  SKPD/Pengguna Anggaran;

  e. untuk Pegawai Negeri Sipil (pejabat struktural dan staf) dan Pegawai Tidak Tetap diluar Sekretariat Daerah oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran;

  f. untuk Pihak Lain ditandatangani oleh Kepala SKPD/ Pengguna Anggaran dimana biaya SPPD dibebankan; g. untuk instansi vertikal ditandatangani oleh Kepala SKPD/Pengguna Anggaran dimana biaya SPPD dibebankan. (2) Format Rician SPPD rampung, Kwitansi SPPD rampung, Kwitansi Dalam

  Daerah, SPPD Dalam Daerah dan Luar Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlampir dalam Lampiran II dan Lampiran III yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

  

Pasal 27

  (1) Pejabat/Pegawai yang melakukan perjalanan dinas bertanggungjawab sepenuhnya atas kerugian yang diderita oleh daerah sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian atau kealpaan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perjalanan dinas dimaksud.

  (2) Terhadap kesalahan, kelalaian dan kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikenakan tindakan berupa: a. tuntutan ganti rugi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. Sanksi administratif dan sanksi lainnya menurut ketentuan yang berlaku.

  

Pasal 28

Dokumen yang terkait

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 22

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 8

1 PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 32

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

0 0 19

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG USAHA PARIWISATA KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

0 3 27

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

0 0 11

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN NON MEDI K DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 24

PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

0 0 19

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

0 0 26

1 PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG

0 0 83