BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On Asset Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Bank

  Pengertian bank dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004) mendefinisikan bank sebagai lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam maupun luar negeri.

  Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank seringkali menghadapi risiko, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional, maupun risiko reputasi (Komite Nasional Corporate Governance, 2004). Dunia perbankan memiliki peraturan yang rumit dalam kegiatannya dibandingkan dengan industri lainnya. Sebagai contoh, bank harus memenuhi giro wajib minimum yang ditetapkan BI. Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan pada dasarnya adalah untuk melindungi kepentingan rakyat selaku penyimpan dana.

2. Penilaian Kinerja Perbankan

  Menurut Koch (1997) Kinerja atau kemampuan bank dalam meningkatkan nilai usahanya melalui peningkatan laba, aset dan prospek ke depan sejak tahun 1987 dievaluasi dengan CAMEL (Capital-Asset-

  

Management-Earning and Liquidity). Namun titik berat evaluasinya tetap

mendasarkan pada aspek-aspek : earning atau profitabilitas dan resiko.

  Aspek profitabilitas diukur dengan ROA, ROE, NIM – Net Interest Margin dan Asset Utilization.

  Penilaian kinerja perusahaan dimaksudkan untuk menilai keberhasilan sebagai suatu badan usaha. Khusus untuk perbankan diatur oleh Bank Indonesia, sebagai bank sentral.

  Rasio Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets

  

Quality), Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas

(Liquidity) telah ditetapkan oleh otoritas moneter di Indonesia, seperti

  tertuang dalam Surat Keputusan Direksi BI No. 26/23/KEP/DIR tanggal

  29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan Surat Edaran BI No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang telah diperbaharui melalui Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 Tentang : Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/2/UPPB, tanggal 30 April 1997 tentang : Tata cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 Tentang : Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

  Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality), Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas (Liquidity) merupakan aspek yang sangat menentukan kinerja suatu bank. Lima (5) aspek kunci penentu tingkat kinerja suatu bank mencakup aspek : (Muljono, 1996) a.

  Permodalan b. Kualitas Aktiva Produktif (KAP) c. Manajemen d. Rentabilitas e. Likuiditas

  Sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret 1998 suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMEL dan sesuai dengan SE BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, terhitung posisi akhir bulan Desember 2004 suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMEL. Dari sisi rasio keuangan kesehatan bank dapat diukur dari rasio permodalan (capital), rasio assets (assets quality), rasio laba (earning), dan rasio likuiditas (liquidity).

3. Analisis Rasio Keuangan Bank

  Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dalam laporan keuangan dengan melakukan perbandingan antar komponennya sehingga menjadi angka dalam satu periode atau beberapa periode (Kasmir, 2008). Analisis rasio keuangan merupakan analisis dengan jalan membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi (Abdullah, 2003).

  Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri “kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Jika rasio keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

  Rasio-rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja perusahaan perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio rentabilitas.

  Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuiditas bank (Dendawijaya, 2005). Disamping itu, rasio ini digunakan untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien.

  Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005). Dimensi konsep rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja manajemen ditinjau dari sejauhmana menajemen mampu mengelola modal kerja yang didanai dari utang lancar dan saldo kas perusahaan. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melunasi utang jangka pendek semakin tinggi pula.

  Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba (Harmono, 2009). Rasio ini juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungannya, bisaanya dicari hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005).

  Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya. Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar hidup konsumen. Selain itu efisiensi operasional dapat dicapai mengurangi biaya dan meningkatkan output perusahaan (Koch, 2003). Bank yang tidak mampu memperbaiki tingkat efisiensi usahanya maka akan kehilangan daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha. Efisiensi operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan pendapatan operasional bank.

a. Kecukupan Modal

  Untuk mengetahui kemamampuan kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan bank secara efisien digunakan ratio CAR

  (Capital Adequacy Ratio).

  Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari

  aspek permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi penilaian modal pada bank antara lain (Harmon, 2009) 1)

  Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan.

  2) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham.

  3) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.

  Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar modal minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International

  Settlements (BIS). Persentase kebutuhan modal minimum yang

  diwajibkan BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya, 2005).

  Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan pada ketentuan BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=0% atau negatif, nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1 dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan. modal (CAR) adalah 25% (Harmon, 2009).

  Perhitungan kebutuhan modal minimum bank Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko,

  (ATMR). ATMR merupakan. penjumlahan ATMR aktiva neraca (aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva yang bersifat administrasi).

  Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank sebagai berikut: 1)

  ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut. 2)

  ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot resiko dari masing-masing pos rekening tersebut

  3) Total ATMR= ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif

  4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.

  Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009): Modal Bank

  CAR = x 100%

  Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank sebagai berikut (Harmono, 2009) :

Tabel 2.1 Skala predikat Capital Adequacy Ratio

  No Predikat Rasio CAR

  1 Sehat 8,00%-9,00%

  2 Cukup sehat 7,90%-< 8,00% Setiap penurunan 0,1ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9%

  Sumber : Harmono (2009)

b. Efisiensi

  Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO). Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya lebih dari 1.

  Hal yang terpenting untuk mencapai keefisiensian operasional adalah meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya, sehingga menghasilka output yang maksimal dan akan mempengaruhi laba (Koch, 2003). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Harmon, 2009) :

  Beban Operasiona l

BOPO -= x 100%

  Pendapatan Operasiona l

  Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut (Harmon, 2009):

1) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.

  2) Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah

  5%.

Tabel 2.2 Skala predikat Beban Opeasional terhadap

  

Pendapatan Operasional

No Predikat Rasio Nilai Kredit

  1 Sehat 93,52% - 92% 81-100

  2 Cukup Sehat 94,72% - <93,53% 66 - <81

  3 Kurang Sehat 95,92% - <94,73% 51- <66

  4 Tidak Sehat 100% - < 95,92% 0 - <51

  Sumber: Harmon (2009)

c. Likuiditas

  Ada beberapa rasio untuk mengukur likuiditas bank, dan salah satu rasio yang umum digunakan adalah Loan Deposit Ratio (LDR).

  LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005). LDR dapat dihitung dengan rumus (Riyadi, 2004) :

  Total kredit yang diberikan

LDR = x 100%

  • DPK Modal

  Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993, termasuk dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah sebagai berikut: 1) KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada. 2) Giro, deposito, dan tabungan. masyarakat. 3)

  Pinjaman bukan dari bank yang bedangka waktu lebih dari 3 bulan, tidak termasuk pinjaman. subordinasi.

  4) Deposito dan pinjaman dari bank lain yang bedangka waktu lebih dari 3 bulan.

  5) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang bedangka waktu lebih dari bulan.

  6) Modal pinjaman

  7) Modal inti

  LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

  Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan ketentuan nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmon, 2009) : 1)

  Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0 2)

  Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk. LDR adalah 5%.

Tabel 2.3 Skala predikat Loan to Deposit Ratio

  No Predikat Rasio Nilai Kredit

  1 Sehat < 94,75% 81-100

  2 Cukup Sehat 94,76%-98,5% 66-< 81

  3 Kurang Sehat 98,51%-102,25% 51-< 66

  4 Tidak Sehat > 100 0-< 51

  Sumber : Harmono (2009)

d. Non Performing Loan (NPL) Performing

  Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Gozali, 2007).

  Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal : 1)

  Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar, 2)

  Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban pada kontrak derivative. 3)

  Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan produk derivatif.

  Bentuk risiko kedit yang lain adalah settlement risk yang timbul ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang sama, risiko ini terjadi ketika counterparty pihak lain mungkin mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari penyelesaian (settlement), besarnya kerugian default counter party (pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari kedua pembayaran tersebut.

  Dalam penelitian ini tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL

  

(Non Peforming Loan) dikarenakan NPL dapat digunakan untuk

  mengukur sejauhmana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.

  (Teguh Pudjo Mulyono, 1995).

  Rumus yang digunakan untuk mengukur NPL adalah sebagai berikut:

  Kredit bermasalah

NPL = x 100%

  Kredit yang disalurkan

  Menurut Muburoh (2004) NPL berpengaruh negatif terhadap kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan. Hal ini sejalan dengan (Limpaphayom dan Polwitoon, 2004) dimana adanya kredit bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income) dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank. Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank harus menjaga NPL-nya di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank Indonesia.

  e. PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)

  Penilaian Aktiva Produktif harus disesuaikan dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank Indonesia (Supaino, 2005).

  Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

  

PPAP yang telah dibentuk

PPAP = x 100%

  

Total Aktiva Produktif

  f. ROA (Return On Assets)

  Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung profitabilitas.

  Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap bank. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja bank efisien.

  Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Alasan penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai Pembina dan pengawas perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari masyarakat.

  Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan terutama perbankan.

  Rumus yang digunakan sebagai berikut:

  EBT

ROA = x 100%

  Total (modal) asset

  Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Perhitungan ROA terdiri dari : 1)

  EBT EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak

  2) Total aktiva

  Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri dari: b)

  Aktiva lancar

  c) Aktiva tetap

  Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang baik adalah sekitar 1,5 persen.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Kamalia Saragih (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Kecukupan Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum di Indonesia menyatakan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.

  Ahmad Buyung Nusantara (2009) dengan judul Analisis pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun 2005- 2007), menyatakan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik.CAR berpengaruh signifikan positif terhadap variabeI ROA pada bank go publik. LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA adalah

  pada bank go publik. BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik. NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik. CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik. LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank non go publik. BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.NPL, CAR, LDR, dan BOPO yang mempengaruhi ROA bank go publik, sedangkan pada bank bank non go publik hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.

  Marnov P.P Nainggolan (2009) dengan judul Analisi Pengaruh LDR, NIM dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia menyatakan LDR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia.

Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu

  No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitia n Hasil Penelitian

  1 Kamalia Saragih (2008)

  Pengaruh Kecukupan Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilit as Pada Bank Umum di Indonesia

  Variabel independ en adalah CAR, LDR, QR. Variabel dependen adalah ROA.

  • CAR secara parsial mempengaruhi

  ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA.

  • Hasil lainnya menunjukkan bahwa

  CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.

  2 Ahmad Buyung Nusanta ra

  Analisis pengaruh NPL, CAR,

  Variabel

  • NPL berpengaruh Signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik.

  Indepen den

  No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitia n Hasil Penelitian

  (2009) LDR, dan BOPO terhadap profitabilit as bank (Perbandin gan Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun 2005- 2007)

  N PL, CAR, LDR, dan BOPO

  • CAR berpengaruh Signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
  • LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
  • BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
  • NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
  • CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
  • LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
  • BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
  • NPL, CAR, LDR dan BOPO yang mempengaruhi ROA pada bank go public, sedangkan pada bank-bank non go public hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.

  Variabel Depende n

  adalah ROA

  3 Marnov P.P Nainggo lan (2009)

  Analisis Pengaruh LDR, NIM dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia

  Variabel Independ en adalah LDR, NIM dan BOPO Variabel Depende n adalah ROA

  • LDR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia • NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia • BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia Sumber : Penulis

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian

1. Kerangka Konseptual

  Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritisn antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2003).

  Ada tiga rasio terpenting dalam menganalisis kinerja bank, yaitu analisis rasio solvabilitas, analisis rasio rentabilitas (profitabilitas), dan analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini, masing-masing analisis menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Return on Assets (ROA). Selain itu, penelitian ini juga mempertimbangkan tingkat efisiensi operasional bank yang diukur dengan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO).

  CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, Surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman, tabungan, deposito, dan giro (Dendawijaya, 2005).

  CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.

  Semakin tinggi nilai CAR suatu bank, maka kemampuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga laba perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika sebaliknya semakin rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya akan sulit dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun.

  ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan.

  (laba) secara keseluruhan (Dendawijaya 2005). Dengan demikian, tinggi rendahnya nilai ROA akan mempengaruhi perturnbuhan laba perusahaan perbankan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin baik posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

  LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan (Riyadi 2003). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio ini, mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.

  Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti rendahnya kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004).

  Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan produksivitas dan pelayanan bank. Hal ini dapat dilakukan dengan mengurangi biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003). Efisiensi operasional diindikasikan oleh besarnya beban operasional perusahaan terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005). BOTO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOTO berarti semakin baik kinerja bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ads dalam perusahaan (Riyadi 2003). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban operasionalnya. Semakin tinggi pendapatan operasional dibanding dengan biayanya, maka pertumbuhan laba bank semakin meningkat. Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005), Sumarni (2005).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Kecukupan Modal (X1) Efisiensi (X2)

ROA (Y)

  Likuiditas (X3) NPL (X4)

  PPAP (X5)

2. Hipotesis Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah : H1: Kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return

  On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  H2: Efisiensi berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  H3 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On

  Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  H4 : Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap ROA

  (Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  H5 : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

  H6 : Kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non Performing Loan dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 44 97

Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On Asset Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 41 113

Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif, Dan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Return On Assets (Studi Empiris Pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Wilayah Kabupaten D

0 34 99

Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Operational Efficiency Ratio, Financing To Deposit Ratio Terhadap Return On Asset Bank Mega Syariah Indonesia

2 41 105

Pengaruh Capital Edequacy Ratio, Debt To Equity Ratio, Non Performing Loan, Operating Ratio, Loan To Deposit Terhadap Return On Equity (ROE) Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 29 110

Pengaruh Beban Operasional Pendapatan Operasional, Non Performing Loan, Capital Adequacy Ratio, Loan To Deposit Ratio, Net Interest Margin Dan Bank Size Terhadap Return On Asset Pada Bank Bumn Go Public Di Bursa Efek Indonesia

0 54 99

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Bank - Analisis Pengaruh Efisiensi Operasional, Kecukupan Modal, Dana Pihak Ketiga Dan Risiko Kredit Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Kurs dan Return On Asset Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.

0 0 24

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank - Pengaruh Rasio Camel Terhadap Return On Asset (ROA) Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 30

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Net Interest Margin Terhadap Return On Assets Pada Perusahaan Finansial Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di Bei Pada Tahun 2006-2010

0 0 29