S LAGW ASTE AS AC OARSE

Vol. 13 No. 1 (2017) Hal. 11-18 p-ISSN 1858-3075 | e-ISSN 2527-6131

  1 " 3 "

  TILIZATION OF TEEL LAG ASTE AS A OARSE GGREGATE AND ON

  U S S W C A / 2 /

  8 OT OLLED HEET EARING OURSE

H R S W C (HRS WC)

   ! !"#!$!

  Email : [email protected]

  

Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

%& '!( — (HRS) merupakan campuran aspal yang menggunakan gradasi senjang dengan kandungan

agregat kasar, agregat halus dan memiliki kandungan aspal yang tinggi sehingga dibutuhkan mutu campuran beraspal yang

baik untuk menghasilkan perkerasan jalan yang baik. Pada penelitian ini digunakan limbah industri yaitu sebagai

3

pengganti agregat kasar No. ½” dan / ” pada campuran HRS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

8

pengaruh penambahan dalam campuran HRS terhadap karakteristik Marshall. Metode penelitian berupa

pengujian di laboratorium dengan tahapan sebagai berikut, persiapan alat dan bahan, pengujian bahan perencanaan

campuran, pembuatan benda uji, pengujian karakteristik marshall yang meliputi stabilitas, kelelehan (flow),

  (VIM), (VMA), (VFA) dan MQ), analisis

perhitungan dan terakhir pembahasan dan kesimpulan. Penelitian ini menggunakan kadar aspal optimum sebesar 7%. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penambahan kadar dengan persentase sebesar 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%

3 dari berat agregat no. / ” memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan penambahan kadar 8 dengan ukuran ½” ditinjau dari karakteristik Marshall yang meliputi nilai stabilitas, , VIM, VMA, VFA, dan MQ.

  HRS, karakteristik Marshall, )

  Hot Rolled Sheet is an asphalt mixture which has gap gradation of coarse aggregate, fine aggregate and has a

high content of bitumen to produce a good pavement. In this research, steel slag waste was used to replace coarse

3

aggregate with size No. ½ "and / " on HRS mixture. The aim of this study to determine the effect of utilizing steel slag as

8

an aggregate in HRS mixture using Marshall design parameters. The method will be used consists of preparation of

equipment and materials, testing of materials, design of specimens, Marshall testing, analysis and calculation, discussion

and conclusions. This study use bitumen optimum 7%. The results showed that the addition of steel slag with a percentage

3

of 0%, 25%, 50%, 75% and 100% of the aggregate size no. / " gives better results when compared with the addition of

8

steel slag with the size of ½" in terms of Marshall characteristics that includes the value of stability, flow, VIM, VMA,

  VFA, and MQ HRS, Marshall characteristic, steel slag.

  — perkerasan jalan tentu saja dibutuhkan material

  • * perkerasan yang memenuhi spesifikasi. Dalam hal

  Lapis tipis aspal beton (Lataston) atau yang penyediaan bahan material yang memenuhi sering di sebut HRS merupakan campuran aspal persyaratan inilah yang sering muncul permasalahan yang menggunakan gradasi senjang dengan dimana saat ini ditemukan kondisi semakin kandungan agregat kasar, agregat halus dan memiliki sedikitnya pengadaan material alami yang dimaksud. kandungan aspal yang tinggi sehingga dibutuhkan merupakan limbah yang diperoleh dari mutu campuran beraspal yang baik untuk proses pengolahan baja pada proses tanur tinggi. menghasilkan jalan dengan kelenturan dan keawetan

  Indonesia merupakan negara yang berkembang yang baik [1]. Untuk meningkatkan kualitas

  11 Pengaruh Penggunaan Limbah Steel Slag Sebagai Pengganti Agregat Kasar Ukuran ½" Dan 3 / 8 " Pada Campuran Hot Rolled Sheetwearing Course (Hrs_Wc) - [Anita Rahmawati]

  dalam industri baja, pada tahun 2010 Indonesia menghasilkan limbah yang cukup tinggi sekitar 800 ribu ton/tahun [2].

  Sesuai dengan [3], pengertian limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencangkup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan penimbunan B3. Pengolahan ini bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang telah tercemar [4][5]. Apabila masih dihasilkan limbah B3, maka diupayakan pemantauan limbah B3 untuk mengurangi jumlah limbah B3 dan meminimalkan beban pengolahan. Pemantauan limbah B3 mencakup perolehan kembali ( ), penggunaan kembali ( ), dan daur ulang ( ). Timbulan limbah B3 yang sudah tidakdapat diolah atau dimanfaatkan yang harus ditimbun pada lokasi penimbunan ( ) yang memenuhi syarat syarat yang sudah ditetapkan. Berawal dari beberapa masalah di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan sebagai bahan pengganti agregat terhadap karakteristik campuran beraspal.

  • * *
  • * Pelaksanaan pengujian dilakukan secara bertahap,

  Campuran ini terdiri dari agregat bergradasi timpang, dan aspal keras dengan perbandingan tertentu, yang dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas. Tebal padat 2,5 cm atau 3,0 cm [6]. Pembuatan HRS bertujuan untuk mendapatkan suatu lapisan permukaan atau lapisan antar pada perkerasan jalan raya yang mampu memberikan sumbangan daya dukung serta berfungsi sebagai lapisan kedap air yang dapat melindungi konstruksi bawahnya. bersifat lentur dan mempunyai durabilitas yang tinggi, hal ini disebabkan campuran HRS dengan gradasi timpang mempunyai rongga dalam campuran yang cukup besar, sehingga mampu menyerap jumlah aspal dalam jumlah banyak (7 8 %) tanpa terjadi . Selain itu, HRS mudah dipadatkan sehingga lapisan yang dihasilkan mempunyai kekedapan terhadap air dan udara tinggi.

  • * !"!+ ,'& !+!
  • * adalah batuan kasar berbentuk kubikal

  tidak teratur. Batuan ini terbentuk dari mineral mineral yang digunakan sebagai pemurnian baja dari dapur tinggi. Batuan mempunyai kekerasan yang tinggi dan digabung dengan permukaan yang kasar menyebabkan batuan ini menguntungkan bila dipergunakan sebagai tempat parkir [7]. Berdasarkan [8], agregat memenuhi persyaratan agregat standar dimana berat jenis lebih tinggi dari pada agregat standar, sehingga menyebabkan volume pekerjaan lebih kecil dari pada standar, untuk itu dilakukan upaya pencampuran sebagian agregat dengan bahan lainnya. Pencampuran ini akan menurunkan berat jenis campuran, sehingga volume pekerjaan akan tercapai, dan kekuatan campuran perkerasan lebih baik.

  Campuran beraspal bisa seluruhnya terdiri dari agregat (100%) dari padat sampai halus sehingga nilai kepadatannya menjadi tinggi, tetapi hal ini akan menjadi kendala di lapangan karena dengan tonase yang sama volumenya akan menjadi lebih kecil [9].

  Pemrosesan adalah proses pelaburan baja yang mengakibatkan terbentuknya dibagian atas, kemudian dialirkan dan ditampung dalam pot pada kondisi cair. Dalam waktu 5 menit membeku. Agar terbentuk serpihan, yang terhampar disemprot dengan air. Perubahan suhu yang mendadak membuat pecah, kemudian yang berbentuk serpihan dimasukkan ke dalam agar menjadi granular [7].

  yaitu pemeriksaan bahan seperti agregat maupun aspal, penentuan gradasi campuran, serta dilanjutkan dengan pengujian .

  Hal pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur atau studi pustaka yang bertujuan untuk mendapatkan referensi referensi yang berguna sebagai dasar dalam penelitian ini. Selanjutnya persiapan bahan dan alat, bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain agregat kasar, agregat halus, aspal dan . Agregat kasar dan halus didapatkan dari Clereng, Kulonprogo Yogyakarta, sedangkan untuk didapatkan dari pabrik baja PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, sedangkan aspal yang digunakan adalah Aspal pen 60/70. Alat alat yang digunakan untuk pengujian agregat kasar, agregat halus, aspal dan , serta benda uji Marshall harus dalam

  DINAMIKA REKAYASA Vol. 13 No. 1 (2017) p-ISSN : 1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | http://dinarek.unsoed.ac.id

  kondisi bersih, baik dan terkalibrasi. Gambar 1, Adapun untuk pengujian , meliputi abrasi Gambar 2, dan Gambar 3 menunjukkan bahan bahan dengan mesin Los Angeles, berat jenis, dan yang digunakan dalam penelitian ini. kelekatan aspal. Sedangkan untuk aspal pengujian yang dilakukan meliputi pengujian penetrasi, daktilitas, titik lembek, titik nyala, titik bakar dan kehilangan berat minyak.

  • * ,', 0! !! !#+.'!

  Pada perencanaan campuran terlebih dahulu kita menentukan kadar aspal optimum dengan menggunakan material tanpa campuran Kadar aspal yang digunakan adalah 6%, 6,5%, 7%, 7,5% dan 8% dari total campuran agregat. Jumlah sampel yang dibuat untuk mendapatkan kadar aspal optimum (KAO) sebanyak 10 sampel (duplo untuk tiap variasi kadar aspal). Dari pengujian campuran

  !#%!' . Aspal pen 60/70.

  diatas kita akan mendapatkan kadar aspal optimum (KAO), KAO inilah yang akan kita gunakan untuk mendesign benda uji dengan aggregate

  • * ,#%.! ! , 1! /

  Pada tahapan ini, agregat ditimbang sesuai dengan perencanaan gradasi campuran HRS WC setiap nomor saringan atau fraksinya. Misalnya jumlah agregat yang tertahan saringan No. ½” sebanyak 60 gram dari total berat agregat (1200 gram) yang akan diganti dengan sebanyak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100% dari berat total agregat No.1/2. Sedangkan untuk jumlah agregat 3 yang tertahan saringan no / 8 ” sebanyak 180 gram.

  !#%!' . Agregat.

  Hal ini sesuai dengan persentase jumlah agregat dengan ukuran setiap nomer saringan yang dibutuhkan untuk membentuk campuran HRS.

  Setelah dilakukan penimbangan, lalu agregat dipanaskan hingga suhu 160° C, lalu dilakukan pencampuran dengan aspal panas sampai suhu o mencapai 170 C sesuai dengan KAO yang telah di dapatkan. Kemudian campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan untuk ditumbuk sebanyak 2×75 kali. Suhu pada saat pemadatan tidak boleh kurang dari 160° C. Benda uji dibuat sebanyak dua (2) buah atau duplo untuk setiap persentase yang digunakan. Jadi banyaknya benda uji untuk 3

  !#%!' . pengujian dengan ukuran ½” dan / ” 8 adalah 20 benda uji.

  , -./ ! , 1! / * , -./ ! !"! *

  Prinsip dasar dari metode adalah Karena jalannya penelitian tersebut berada di pemeriksaan stabilitas dan kelelehan ( ), serta laboratorium, maka dapat dikatakan bahwa analisis kepadatan dan pori dari campuran padat penelitian ini sebagin besar adalah pekerjaan yang terbentuk. Pengujian untuk laboratorium. bahan bahan yang digunakan dalam mendapatkan stabilitas dan kelelehan ( ) penelitian ini terlebih dahulu dilakukan pengujian mengikuti prosedur SNI 06 2489 1991. Dari hasil sesuai dengan metode pengujian yang digunakan.

  • * !& 3 , -./ ! !'&"!33 !% 3 !&
  • * !& 3 , -./ ! &+!3

  s Minimum

  320 ≥232 1,04 Min. 1,0 0,145 Max 1

  sifat fisik ari hasil pengujian didapat hasil yang gganti agregat dalam

  2005.

  !%,3 . Hasil pengujian 4 5, & , -./ ! ! 1!'

  1 Berat Jenis Bulk

  2 Berat jenis Apparent

  3 Abrasi Los Angles

  40

  4 Penyerapan Mak. 3

  Nilai stabilitas digunakan untuk menggambarkan ketahan plastis dari suatu campuran a campuran untuk menahan de akibat beban lalu lintas sepe gambar 4.

  !%,3 8. Nilai stabilitas untuk masing !1!' &+!3 9: 3! !% 3 2!' !& ;: <:

  Tertahan ½” 1639 1654 Tertahan 3 / 8 ” 1639 1685

  Penggunaan seb pada aspal mempunyai kecen peningkatan. Pada Tabel 4 stabilitas tertinggi terjadi pada 50% sebesar 1707 kg untuk tertahan No. ½” dan untuk n campuran tertahan campuran 100%, yaitu sebesa menunjukkan bahwa campur tertahan no. 3 / 8 ” mempunyai lebih tinggi daripada campur tertahan no. 1 / 2 ”, hal ini dika agregat yang diganti lebih ba 3

  !#%!' 8. Hubungan antara stabil

  / 8 ” daripada yang berukuran mengakibatkan nilai stabilitas

  800 900 1.000 1.100 1.200 1.300 1.400 1.500 1.600 1.700 1.800 1.900 2.000 2.100

  25 S ta b il it a s (k g )

  Batas Min

  1!' !& 3 ! .! 2,90 3,05 20,45 % 1,675 %

  '&"!33

  unakan sebagai parameter etahanan terhadap kelelehan ran aspal atau kemampuan an deformasi yang terjadi s seperti ditunjukkan pada

  masing masing variasi kadar !% 3 !& - ,'1!&!'(! !' !& !1!' <: <;: 9<: ;;:

  1654 1707 1665 1623 1685 1945 1993 2085 stabilitas dan variasi campuran

  sebagai bahan campuran kecenderungan mengalami 4 diperlihatkan nilai i pada campuran untuk campuran ntuk nilai stabilitas tertinggi rtahan no. 3 / 8 ” terjadi pada sebesar 2085 kg. Gambar 2 ampuran dengan unyai nilai stabilitas yang ampuran dengan i dikarenakan jumlah total bih banyak yang berukuran kuran ½” sehingga hal ini bilitas meningkat untuk tiap

  50 75 100 % SLAG

  Tertahan 3/8"

  !& 3 ,'&7!'! ! 67,2 60– 70 52,5 ≥48

  60/70 berdasarkan [6].

  dalam penelitian ini 0/70 murni. Sebelum p campuran dengan aspal yang digunakan guna mengetahui ifikasi [6] yang telah Tabel 2. Berdasarkan menunjukkan bahwa n telah memenuhi ingga layak untuk

  Jenis aspal yang digunakan dalam ialah aspal dengan penetrasi 60/70 m melakukan penelitian terhadap cam menggunakan , maka aspal y perlu dilakukan pengujian guna kelayakan aspal tersebut. Spesifikasi ditetapkan dapat dilihat dalam Tabel hasil pengujian pada Tabel 2, menun aspal yang akan digunakan tel persyaratan yang ada sehingga digunakan.

  Pengaruh Penggunaan Limbah Steel Slag Seba Pada Campuran Hot Rolled Sheetwearing Cou

  gambar hubungan antara kadar aspal , maka akan diketahui optimumnya.

  2* * !& 3 , -./ ! -',-!

  Hasil pengujian sifat sifat fisik digunakan dalam penelitian ini ditu Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat yang digunakan pada penelitian ini su persyaratan yang ditetapkan oleh SNI dan SNI 03 2417 1991, sehingga a dapat digunakan pada penelitian ini.

  !%,3 . Hasil pengujian agregat kasar dan ha 4 5, & , -./ ! ! .! !& Agregat Kasar

  1 Berat Jenis ! 2,5

  2 Berat jenis " 2,67

  3 Penyerapan % 2,48 Agregat Halus

  1 Berat Jenis ! 2,52

  2 Berat jenis " 2,72

  3 Penyerapan % 3,00

  !%,3 . Hasil pengujian aspal keras AC 60/7 4 5, & , -./ ! !& 3

  3

  1 Penetrasi, 25 o

  2 Titik lembek; o C 52,5

  3 Titik Nyala; o C 320

  4 Berat jenis 1,04

  5 Kehilangan berat minyak 0,145

  Pemeriksaan terhadap sifat sifat f ditunjukkan dalam Tabel 3. Dari h secara langsung didap memenuhi standar sebagai pengganti campuran perkerasan sesuai SNI 04

  

Sebagai Pengganti Agregat Kasar Ukuran ½" Dan

3 / 8 " Course (Hrs_Wc) - [Anita Rahmawati]

  aspal dan parameter tahui kadar aspal fisik agregat yang i ditunjukkan dalam ilihat bahwa agregat ini sudah memenuhi h SNI 03 1969 1990 gga agregat tersebut

  dan halus.

  !& 3 +,& 6 (!& , -./ ! !(& 2,5 2,67 2,5

  2,48

  3 2,52 2,72 2,5 3,00

  • * !& 3 , -./ !

  DINAMIKA REKAYASA Vol. 13 No. 1 (2017) p-ISSN : 1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | htt

  enerima beban. Sebaliknya ampuran menjadi kaku dan ima beban melampaui daya

  3! 2 ! !1 ;: <:

  Tertahan ½” 4,45 4,40 Tertahan 3 / 8 ” 4,45 5,27

  VIM atau rongga dalam parameter yang biasanya durabilitas dan kekuatan dar kecil nilai VIM, maka campur kedap air, namun nilai VIM y mengakibatkan keluarnya as

  . Dari grafik Gambar 4 dapa pengaruh penambahan

  HRS cenderung mengalam campuran 0% hingga campura pada kadar 50 meningkat, namun dari 50% k ke kadar 100% nilai terus menurun sampai mende campuran normal.

  Batas M

  ra kelelehan ( ) dan variasi

  VIM menunjukan campura ( ). Proses ini mengaki mudah masuk ke dalam lapis berakibat meningkatkan prose mempercepat penuaan aspal. berkisar antara 4% 6%. Hasil pada Tabel 6 dan Gambar 6.

  nilai persentase rongga spal. Nilai VIM berpengaruh bilitas, semakin besar nilai mpuran bersifat keropos engakibatkan udara dan air lapis perkerasan sehingga proses oksidasi yang dapat aspal. Spesifikasi dari VIM

  Hasil nilai VIM ditunjukkan

  masing variasi kadar ! ,'1!&!'(! 2!' !& !1!' <;: 9<: ;;:

  4,64 4,46 4,26 5,70 4,80 4,54

  dalam campuran adalah sanya berkaitan dengan n dari campuran. Semakin ampuran akan bersifat lebih

  IM yang terlalu kecil dapat a aspal ke permukaan atau dapat disimpulkan bahwa terhadap campuran ngalami fluktuasi. Pada mpuran dengan penambahan ar 50% nilai VIM terus

  50% kadar hingga nilai VIM yang didapatkan mendekati nilai VIM pada

  !%,3 =. Nilai VIM untuk masing ma !1!' &+!3 9 :

  dalam suatu campuran aspal. N terhadap nilai dari durabilitas

  persentase yang digunak dengan penambahan kadar campuran sangat berpengaruh t stabilitas. Kenaikan nilai stabilitas i sifat fisis yang berongga tidak beraturan sehingga memungkin ikatan yang lebih kuat diantara ag dalam campuran yang digunakan agregat halus sehingga nantinya akan rongga tersebut. Kenaikan nilai mengakibatkan campuran yang memi yang lebih tinggi akan lebih ma deformasi akibat beban lalu lintas diatasnya, tanpa mengalami perubahan

  Nilai kelelehan tertinggi terjadi p HRS WC menggunakan 100% pengganti agregat no. 1 / 2 ” dan no. 3 / 8 3,40 mm dan 4 mm.

  Berdasarkan [6] ketentuan sifat Laston modifikasi nilai stabilitas mini kg, sehingga semua campuran yang penambahan ini memenuhi p

  ,3,3,"!

  Kelelehan menunjukkan deform akibat pembebanan. Nilai kelelehan di beberapa faktor antara lain gradasi bentuk dan permukaan agregat. Nila dapat dibaca dari pembacaan arloji k saat pengujian . Nilai pa satuan , maka harus dikonversika milimeter. Hasil kelelehan ditunjukka 5 dan Gambar 5.

  !%,3 <. Nilai kelelehan untuk masing masing !1!' &+!3 9: 3! ,3,3,"! ,'1! !1!' ;: <: <;:

  Tertahan ½” 3,18 3,10 3,15 Tertahan 3 / 8 ” 3,17 3,50 3,90

  Dari Gambar 5 dapat dilihat campuran HRS WC untuk berbagai k memenuhi syarat minimum

  Penggunaan dalam camp cenderung mengalami kenaikan, hal i bahwa kenaikan nilai disebabkan kadar aspal yang digunakan dan je HRS WC yang terdiri dari cam bergradasi timpang, dan aspal perbandingan tertentu. Suatu campura tinggi akan cenderung lembek, s

   2 Nilai VIM menunjukan ni

  | http://dinarek.unsoed.ac.id

  igunakan. Selain itu dalam uh terhadap nilai litas ini dikarenakan ngga dan berbentuk ungkinkan terjadinya ara agregat, dimana akan lebih banyak a akan masuk dalam nilai tersebut akan memiliki kadar bih mampu menahan lintas yang bekerja ubahan bentuk. sifat sifat campuran s minimum ialah 800 yang menggunakan enuhi persyaratan. eformasi benda uji han dipengaruhi oleh radasi, kadar aspal, t. Nilai ini langsung rloji kelelehan ( ) pada arloji dalam ersikan dalam satuan jukkan dalam Tabel

  masing variasi kadar ,'1!&!'(! 2!' !& ;: 9<: ;;:

  3,20 3,40 4,00 4,00

  lihat bahwa semua agai komposisi kadar imum (≥ 3 mm). adi pada campuran sebagai 8

  ”, yakni sebesar campuran HRS_WC , hal ini menunjukan abkan oleh tingginya dan jenis perkerasan campuran agregat aspal keras dengan mpuran dengan nilai bek, sehingga mudah berubah bentuk jika menerim jika rendah maka campu mudah retak jika menerima b dukungnya.

  !#%!' <. Hubungan antara kele campuran

  s Minimum Flow Pengaruh Penggunaan Limbah Steel Slag Seba Pada Campuran Hot Rolled Sheetwearing Cou !#%!' =. Hubungan antara VIM dan varia

  Kenaikan nilai VIM tersebut dikarenakan karakteristik dari yang bersifat sehingga me rongga dalam campuran lebih banyak banyaknya jumlah nilai akan semakin banyak rongga dal seperti agregat yang tertahan 3 / 8 ” ak nilai VIM nya bila dibandingkan d yang tertahan ½” hal ini karena bera digantikan lebih besar agregat yang te no 3 / 8 ”. Nilai VIM tertinggi terjadi pada ca kadar 50% dan terendah p

  Dari grafik di atas dapat pengaruh penambahan HRS cenderung mengalam campuran 0% hingga campura pada kadar 50 meningkat, namun dari kadar ke kadar 100% didapatkan terus menurun sa

  50% dan terendah pada Dari perhitungan di atas, kadar yang i nilai VMA yang diperoleh optimum. Maka kadar apat dari nilai VMA ialah tambahnya nilai VMA ini rtambahnya kadar erhadap berat isi campuran derung menurun dan n nilai VMA, begitu juga asi Umum Bina Marga 2010 tang ketentuan sifat sifat nilai VMA minimal sebesar puran yang digunakan telah fikasi.

  100% nilai VMA yang un sampai mendekati nilai ormal. Sama halnya seperti dipengaruhi oleh sifat fisis sehingga menambah yang ada diantara partikel ini sendiri. gi terjadi pada campuran

  dapat disimpulkan bahwa terhadap campuran ngalami fluktuasi. Pada mpuran dengan penambahan ar 50% nilai VMA terus kadar 50% hingga

  ,'1!&!'(! 2!' !& !1!' <;: 9<: ;;: 0,57 20,82 20,71 20,58 1,35 21,85 21,23 21,13 ra VMA dan variasi

  jukkan pada Tabel 7 dan masing campuran.

  Tertahan 3/8" Tertahan 1/2" Batas Minimum VMA

  Berdasarkan Spesifikasi Um (Revisi 3), 2014 tentang campuran Lataston/HRS nilai V 18%, maka semua campuran memenuhi standart spesifikasi

  Nilai VMA tertinggi ter dengan kadar 50% kadar 0%. Dari semakin bertambahnya kad digunakan semakin tinggi nilai hingga kadar optim optimum yang didapat d pada kadar 50%. Bertambah menunjukkan bahwa bertamba memberikan pengaruh terhada yang nilainya cenderun mengakibatkan kenaikan nila sebaliknya.

  VIM nilai VMA juga dipeng bahan yang jumlah volume rongga yang agregat dalam campuran ini sen

  VMA pada campuran normal

  !#%!' 9. Hubungan antara VM

  0% Dari perhitungan di bertambahnya kadar ya semakin tinggi nilai VIM yang dip kadar optimum. Maka ka optimum yang didapat dari nilai V kadar 50%. Hal ini menunjukkan yang terdapat dalam campuran kura aspal dengan baik, sehingga mengak rongga udara dalam campuran t tergolong besar.

  Tertahan ½” 20,58 20,57 Tertahan 3 / 8 ” 20,58 21,35

  !%,3 9. Nilai VMA untuk masing !1!' &+!3 9: 3! 2 ! ,'1 ;: <:

  ga yang terdapat di puran beraspal yang yang lebih dikenal erupakan salah satu ngan campuran aspal, ap ketahanan dari jukkan banyaknya % i aspal. Nilai hasil pengujian VMA ditunjukkan Gambar 7.

  2

  ” akan lebih tinggi kan dengan agregat a berat agregat yang ang tertahan saringan ada campuran dengan dah pada kadar di atas, semakin yang digunakan ng diperoleh hingga aka kadar ilai VIM ialah pada kkan bahwa agregat n kurang terselimuti engakibatkan jumlah ran tersebut masih um Bina Marga 2010 ketentuan sifat sifat minimal sebesar 4% ka semua campuran i standart spesifikasi.

  sebut kemungkinan nya sendiri a membuat volume banyak. Jadi semakin yang digantikan a dalam campuran

  

Sebagai Pengganti Agregat Kasar Ukuran ½" Dan

3 / 8 " Course (Hrs_Wc) - [Anita Rahmawati] n variasi campuran

  VMA adalah volume rongga ya antara partikel agregat suatu campuran telah dipadatkan. VMA atau yang dengan rongga dalam agregat merupa parameter penting dalam rancangan c karena pengaruhnya terhadap k campuran aspal. VMA menunjukkan aspal dari rongga yang terisi asp

  8 24 1 ,'!3 --',-! , 2

  Berdasarkan Spesifikasi Umum Bi (Revisi 3), 2014 tentang ketent campuran Lataston nilai VIM minim dan maksimal sebesar 6%, maka se yang digunakan telah memenuhi stand

  tertahan 3/8" tertahan 1/2"

  DINAMIKA REKAYASA Vol. 13 No. 1 (2017) p-ISSN : 1858-3075 | e-ISSN : 2527-6131 | htt < 24 1 > 33,1 $ " &+!3 2>

  asi Umum Bina Marga 2010 tang ketentuan sifat sifat

  !%,3 @. Nilai unt

  !1!' &+!3 9 : 3! ? " !1!'

  ;: <: Tertahan ½”

  516,72 543,19 Tertahan 3 / 8 ” 516,72 490,41 !#%!' @. Hubungan antara MQ da

  Pada grafik di atas menun campuran HRS WC untuk penggunaan mem ditetapkan untuk nilai MQ kg/mm. Nilai optimum yang d ini adalah pada kadar agregat no. ½” sebesar 562, kadar 100% terha yaitu sebesar 521,23 kg/mm.

  Hasil bagi atau adalah perbandingan antara ni kelelehan ( ) yang juga terhadap kekakuan campuran ada pembatas spesifikasi samp MQ, sehingga dapat dikatakan

  Tertahan 3/8" Tertahan 1/2"

  VFA minimal sebesar 68%, n yang digunakan telah fikasi. agai rasio dari stabilitas digunakan sebagai indikator makin tinggi nilai MQ suatu in kaku campuran tersebut.

  = !'&"!33 ?.4 , ?

  Q suatu campuran, maka kan adalah retak permukaan ntal pada arah perjalanan.

  MQ tersebut dapat dilihat untuk masing masing campuran.

  " ,'1!&!'(! 2!' !& !1!' <;: 9<: ;;:

  562,38 531,28 520,28 501,34 511,71 521,23 Q dan kadar campuran

  menunjukkan bahwa semua untuk berbagai variasi memenuhi syarat yang

  MQ yaitu lebih dari 250 yang didapat dari penelitian 50% terhadap berat r 562,38 kg/mm dan pada terhadap ageragat no. 3 / 8

  (MQ) tara nilai stabilitas dan nilai juga merupakan indikator puran secara empiris. Tidak sampai dimana besar angka takan dengan bertambahnya

  MQ dihitung sebagai terhadap kelelehan yang digun kekakuan campuran. Semakin campuran, maka semakin kak Semakin rendah nilai MQ su resiko yang memungkinkan ad dan pergerakan horizontal p Hasil untuk pengujian MQ pada Tabel 9 dan Gambar 9.

  Berdasarkan Spesifikasi Um (Revisi 3), 2014 tentang campuran Lataston nilai VFA maka semua campuran ya memenuhi standart spesifikasi.

  Rongga dalam campuran terjadi ruang sisa antar butiran penyusun cam ini dalam kondisi keringakan diisi o dalam kondisi basah akan diisi ole

  Batas

  VFA bertujuan untuk menjaga keaw beraspal dengan memberi batasan yan nilai VFA dapat dilihat pada Tabel 8

  !%,3 . Nilai VFA untuk masing masing cam !1!' &+!3 9 : 3! 2> ! ,'1!& !1!' ;: <: <;:

  Tertahan ½” 78,40 78,62 77,71 Tertahan 3 / 8 ” 78,40 75,72 73,95

  Dari grafik di bawah ini dapat disim pengaruh penambahan terh Lataston cenderung mengalami fl campuran 0% hingga campuran denga pada kadar 50% nilai VFA namun dari kadar hingga

  100% nilai VFA yang did meningkat sampai melebihi nila campuran normal.

  !#%!' . Hubungan antara VFA dan va

  Nilai VFA tertinggi terjadi p dengan kadar 100% dan kadar 50%. Dari perhitu semakin bertambahnya kadar digunakan semakin rendah nilai VFA hingga kadar tertentu, dan a peningkatan setelahnya. Nilai VFA dikarenakan rongga antara yang terisi oleh partikel agregat ya juga dikarenakan sifat menyerap panas sehingga aspal da suhunya menurun dan tidak mak rongga. Kenaikan nilai tersebut dap karena proses penusukan pada pemadatan yang baik.

  | http://dinarek.unsoed.ac.id

  VFA yang menurun dan agregat at yang lebih kecil, yang cepat al dalam campuran maksimal mengisi ut dapat diakibatkan pada saat sebelum

  erjadi akibat adanya n campuran. Rongga diisi oleh udara dan isi oleh air. Kriteria keawetan campuran an yang cukup. Hasil

  8 dan Gambar 8.

  ng campuran.

  ,'1!&!'(! 2!' !& <;: 9<: ;;: 71 78,47 79,31

  73,95 77,51 78,78

  at disimpulkan bahwa terhadap campuran mi fluktuasi. Pada dengan penambahan i VFA terus menurun, ingga ke kadar g didapatkan terus nilai VFA pada

  dan variasi

  adi pada campuran dan terendah pada perhitungan di atas, yang i VFA yang diperoleh , dan akan mengalami

  Tertahan 3/8" Tertahan 1/2"

  3 Pengaruh Penggunaan Limbah Steel Slag Sebagai Pengganti Agregat Kasar Ukuran ½" Dan / 8 " Pada Campuran Hot Rolled Sheetwearing Course (Hrs_Wc) - [Anita Rahmawati]

  kadar ke dalam campuran HRS WC, akan

  > memperbaiki konstruksi tersebut dari segi MQ.

  [1]. Lavin PG. " $ . London and New York:

  Penelitian [7] dengan variasi yang Spon Press. 2003. digunakan adalah 0%, 25%, 50% dan 75% terhadap

  [2]. Leksminingsih. $ $ %

  semua ukuran agregrat menghasilkan campuran

  & ! ' # ( ) %

  beton aspal sebagai berikut: semakin tinggi

  • * + ' ! $ ! . Bandung:

  Puslitbang Jalan dan Jembatan. 2011

  kandungan sebagai agregat kasar dalam [3]. Negara Republik Indonesia. PP No. 101 Tahun 2014. suatu campuran, akan semakin rendah

  $ , . Jakarta:

  workabilitasnya sedangkan nilai durabilitas akan Sekertariat Negara Republik Indonesia. 2014. naik dengan adanya penambahan kadar .

  [4]. Negara Republik Indonesia. PP No.18 Tahun 1999.

  Nlilai workabilitas yang baik dihasilkan pada kadar $ , .

  25% dan nilai durabilitas pada pada kadar Jakarta: Sekertariat Negara Republik Indonesia. 2014. 25% dengan kadar aspal optimum 5,575%.

  [5]. Negara Republik Indonesia. PP No.85 Tahun 1999.

  $ $$ -. % -/// $ , . Jakarta: 2* Sekertariat Negara Republik Indonesia. 1999.

  Adapun perbandingan nilai karaktristik

  [6]. Bina Marga. $ ( ! $

  campuran HRS WC menggunakan * ! 01-1 2# ! $ ! 3

  • + & + ! . Departemen Pekerjaan

  sebanyak 0%, 25%, 50%, 75% dan 100%, Umum. 2014. menghasilkan campuran dengan karakteristik

  [7]. Hartati FYM. $ $ "

  sebagai berikut:

  & $ ' " % 4 !

  1. Semakin banyak kadar yang digunakan ( ( . Padang: Politeknik Negeri Padang. 2009. dalam campuran perkerasan dapat meningkatkan

  [8]. Pusat Litbang Prasarana Transportasi Badan Litbang

  nilai stabilitas. Meningkatnya nilai stabilitas

  Pekerjaan Umum. T 04 2005 B. $ & ! campuran akan meningkatkan kemampuan . Departemen Pekerjaan Umum. 2005.

  campuran tersebut dalam memikul beban

  [9]. Gunawan G. $ * 3 ! % ! 5 , ! . Bandung: Kementrian lalulintas.

  • + Pekerjaan Umum. 2011.

  2. Semakin banyak kadar yang digunakan dalam campuran HRS dapat meningkatkan nilai kelelehan.

  3. Semakin banyak kadar cenderung menaikan nilai VMA dikarenakan sifat yang berongga ( #

  4. Penambahan kadar pada campuran HRS cenderung menurunkan nilai VFA.

  5. Penggunaan kadar cenderung meningkatkan nilai MQ.

  6. Dapat direkomendasikan bahwa dengan penambahan 50% dapat meningkatkan kemampuan konstruksi jalan dalam menerima beban, namun konstruksi tersebut masih fleksibel dan lentur.