INOVASI TERINTEGRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH

  INOVASI TERINTEGRASI DALAM PELAYANAN PUBLIK DI ERA OTONOMI DAERAH Martateri Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Islam Riau

  ABSTRAK

  Tulisan ini menganalisis terhadap problematika dalam pelayanan public dalam kerangka otonomi daerah. Sebagaimana kita ketahui bahwa otonomi daerah memiliki disain yang berbeda- beda dalam dekade kepemimpinan pemerintahan, mulai dari orde lama, orde baru dan reformasi. Perbedaan paradigma dan pemahaman terhadap model implementasi otonomi daerah, maka tidak terlepas dari berbedanya system pelayanan public yang terjadi. Tulisan ini lebih memfokuskan perkembangan otonomi daerah dan oreantasinya pelayanan public pada masuknya masa reformasi, dimana banyak berubahnya perangkat hukum tentang penyelenngaraan pemerintahan daerah, terutama berkaitan dengan peraturan perundang-undangan berkaitan dengan pemerintahan daerah. Perkembangan pola otonomi daerah yang mendasarkan kepada model pelayanan publik di daerah dan pengembangannya melalui one get service, sebagai dorongan untuk menciptakan standar pelayanan publik. Kajian ini bertujuan untuk memetakan model pelayanan publik oleh pemerintah daerah dan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (liberary reaserch).

  Kata Kunci : Public Service, inovasi terintegrasi dan Otonomi daerah. This paper analyzes the problems in public service within the framework of regional autonomy. As we know that regional autonomy has different designs in decades of government leadership, ranging from old order, new order and reform. Differences paradigm and understanding of the implementation model of regional autonomy, it can not be separated from the different public service system that occurs. This paper focuses on the development of regional autonomy and the public service in the entry period of reform, in which many changes in the legal instruments of local government administration, especially in relation to the laws and regulations related to regional government. The development of regional autonomy patterns based on the public service model in the region and its development through one get service, as an incentive to create public service standards. This study aims to map out public service models by local governments and by using qualitative methods with a literary approach (liberary reaserch)

  Key word: public service, Integrated innovation and regional autonomy.

  WEDANA

  Pelaksanaan Otonomi Daerah yang telah digulirkan oleh pemerintah sejak tahun 2001 membawa perubahan dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah. Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan didaerah dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

  Otonomi daerah merupakn wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah ataupun pemerintah daerah.

  Namun, hingga sekarang ini kualitas pelayanan publik masih diwarnai oleh pelayanan yang sulit untuk diakses, prosedur yang berbelit-belit ketika harus mengurus suatu perjanjian tertentu, biaya yang tidak jelas serta terjadinya praktek pungutan liar, merupakan indikator rendahnya kualitas pelayanan publik di indonesia. Di mana hal ini juga sebagai akibat dari berbagai permasalahan pelayanan publik yang belum dirasakan oleh rakyat. Di samping itu, ada kecenderungan adanya ketidakadilan dalam pelayanan publik di mana masyarakat yang tergolong miskin akan sulit mendapatkan pelayanan. Sebaliknya, bagi mereka yang memiliki “uang”, dengan sangat mudah mendapatkan segala yang diinginkan. Untuk itu, apabila ketidakmerataan dan ketidakadilan ini terus-menerus terjadi, maka pelayanan yang berpihak ini akan memunculkan potensi yang bersifat berbahaya dalam kehidupan berbangsa. Potensi ini antara lain terjadinya disintegrasi bangsa, perbedaan yang lebar antara yang kaya dan miskin dalam konteks pelayanan, peningkatan ekonomi yang lamban, dan pada tahapan tertentu dapat meledak dan merugikan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

  Agar pelayanan publik berkualitas, sudah sepatutnya pemerintah mereformasi paradigma pelayanan publik tersebut. Reformasi paradigma pelayanan publik ini adalah pergeseran pola penyelenggaraan pelayanan publik dari yang semula berorientasi pemerintah sebagai penyedia menjadi pelayanan yang berorientasi kepada kebutuhan masyarakat sebagai pengguna. Dengan begitu, tak ada pintu masuk alternatif untuk memulai perbaikan pelayanan publik selain sesegera mungkin mendengarkan suara publik itu sendiri. Inilah yang akan menjadi jalan bagi peningkatan partisipasi masyarakat di bidang pelayanan publik.

  Berdasarkan ketentuan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, desentralisasi diselenggarakan dengan pemberian otonomi yang seluas- luasnya kepada daerah untuk mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi yang luas-seluasnya kepada daerah antara lain dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peranserta masyarakat. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab, dengan pengertian bahwa penanganan urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah dalam rangka memberdayakan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  1

  titik temu dasarnya adalah upaya untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat daerah.

  1 Penejelasan Peraturan Pemerintah

  Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

WEDANA A. PENDAHULUAN

  WEDANA

  Pembanguanan di daerah tidak terlepas dari tiga peran besar yang menjadi dasar implementasinya, yaitu : Pemerintah daerah

  

Masyarakat Swasta

  Ketiganya merupakan dasar utama dari kemajuan masyarakat daerah. Peran pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan memberikan pelayanan publik, peran swasta adalah pendorong ekonomi masyarakat melalui dunia usaha yang membutuhkan berbagai macama kebijakan dan pelayanan publik agar kegiatan bisnis dapat berjalan dan peran besar masyarakat adalah ikut serta dalam segala macam pembangunan. Dengan ketiga konsep ini, maka pembangunan didaerah akan berjalan secara maksimal.

  Dalam kerangka otonomi daerah saat ini, berdasarkan ketentuan pasal 18 ayat (1) UUD RI 1945, bahwa pemerintah daerah yang tersusun dari provinisi dan kabupaten/kota menjalankan urusan rumah tangganya sendiri. Dengan konsep dasar tersebut, maka pemerintah daerah dituntut untuk mampu mengelola sumber daya dan memberikan pelayanan secara maksimal. Konsep dasar dari adanya otonomi daerah, pada dasarnya upaya untuk memperpendek proses pelayanan publik, karena dengan adanya otonomi daerah, maka peran sentral pemerintah sudah mulai berkurang, dan urusan-urusan diberikan sebagain kepada pemerintah daerah. Penguatan pelayanan publik dalam otonomi daerah, maka disipakan perangkat penguatan pelayanan public, yaitu keberadaan lembaga Ombudsmen RI, dimana berfungsi sebagai lembaga untuk menyelesaikan problematika pelayanan public termasuk di daerah, karena pada setiap provinsi terbentuk lembaga Ombdusmen provinsi.

  Banyak kepentingan umum sebagai sarana prasarana publik yang dapat dilihat, diantaranya jalan, rel kereta api, jaringan telepon, jaringan listrik, irigasi, radio, dan televisi. Semakin maju suatu daerah akan selalu diikuti dengan semakin berkembangnya fasilitas-fasilitas publik yang ada serta bentuk pelayanan publik yang memadai. Dalam era globalisasi sekarang ini yang pelayanan kepada publik merupakan kewajiban dari seluruh komponen masyarakat, swasra, maupun pemerintah. Era global tidak bisa terlepas dari perkembangan teknologi dan informasi, masyarakat semakin kritis menginginkan setiap proses pelayanan yang berkaitan dengan pemenuhan sarana dan prasarana publik dapat berjalan secara efektif dan efisien.

  Pemerintah yang responsif tentu akan segera melaksanakan kebijaksanaan yang mengarah kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat sebagai bagian dari pelayanan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui perbaikan sistem dan prosedur yang berbasis kepada teknologi informasi. Upaya ini tidak hanya direspon oleh pemerintah, kalangan swasta juga berupaya untuk menciptakan suatu informasi yang menarik dan diminati oleh masyarakat. Fenomena tersebut dapat dilihat dengan bermunculannya televisi-televisi lokal di berbagai daerah, tercatat kurang lebih 29 televisi lokal yang menjadi anggota Asosiasi Televisi Lokal Indonesia sudah mulai bermunculan (Asosiasi Televisi Lokal Indonesia, 2008).

  2. PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK

B. KAJIAN PUSTAKA 1. PELAYANAN PUBLIK DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH

  Permasalahan pelayanan publik yang terjadi di daerah-daerah dalam era otonomi daerah pada sekarang ini sangat komplek sekali. Hal tersebut terjadi karena beranekaragamnya kebijakan-kebijakan antardaerah, antarinstansi pusat atau vertikal yang persepsi daerah dengan pusat bisa terjadi perbedaan. Undang-undang 32 Tahun

  WEDANA

  3.2. Respon terhadap kebutuhan masyarakat yang lebih baik.

  6. Pemerintah yang beroreantasi hasil, mencapai tujuan suatu program adalah

  5. Pemerintahan yang Transparan dalam Urusan Publik, transparansi dalam urusan publik merupakan salah satu tuntutan masyarakat. Urusan publik harus ditangani secara cermat, tepat, efektif, dan efesien, sehingga terwujudnya pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

  Kemampuan mengembangkan sebagai katalis menimbulkan keuntungan- keuntungan sebagai pengemudi sehingga menejemen pemerintah berlangsung lebih efesien, lebih feleksibel lebih dapat dinilai kinerjanya, lebih kreatif, lebih berpengalaman dan lebih menyeluruh pemecahannya.

  4. Pemerintah katalis, dengan memanfatkan sektor swasta untuk melakukan yang lebih baik dalam pembangunan, terjalin hubungan kemitraan dalam pengelolaan sumber daya alam yang potensial bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

  3.4. Semangat juang aparat lebih tinggi.

  3.3. Menghargai inovasi.

  3.1. Efesiensi yang lebih besar

  2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai ruh_nya otonomi daerah sampai sekarang pun masih terjadi polemik. Antara peraturan dengan implementasinya terkadang bisa berbeda, akan tetapi semangat di daerah untuk menjadikan daerahnya menjadi yang terbaik perlu didukung bersama.

  3. Pemerintah yang kompetitif, pemerintah dalam melaksanak program perlu mengundang pesaing-pesaing dengan tujuan untuk menghasilkan pelayanan terbaik sehingga tidak terdapat monopoli. Kompetisi akan mendorong inovasi dan upaya untuk mencapai kesempurnaan. Pola pengembangan kompetisi dalam pemberian pelayanan memberikan keuntungan sebagai berikut :

  2. Pemerintah milik masyarakat, tugas pemerintah adaalah mendorong dan motivasi agar masyarakat dapat mengatasi masalah yang dihadapinya sendiri. Kepedulian masyarakat terhadap permasalahan yang mereka hadapi sangat penting dan dibutuhkan. Pemerintah memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat dan swasta dan tetap bertanggung jawab sampai ada kepastian bahwa berbagai kebutuhan masyarakat terpenuhi.

  Melalui pengembangan sistem anggaran dapat diinvestasikan dana untuk merespon perubahan-perubahan dan melakukan inovasi-inovasi baru.

  Simon & Schuster Inc. Rockefeller Centre, Avenue, New York

  Pemerintah yang digerakan oleh misi, dalam membuat program selalu berdasarkan misi yang sudah disusun. Peraturan-peraturan yang tidak sesuai dengan misi yang diemban harus dibuang, sehingga misi dapat menggerakan organisasi dengan semangat tinggi dari aparat pemerintah.

  kepada pembangunan kesejahteraan pada semua tingkatan pemerintahan. Dengan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi merupakan salah satu upaya untuk membangun paradigma yang baru untuk menuju good governance. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Osborne dan Gaebler 1993, bahwa paradigma baru otonomi daerah dalam menuju good governance menggunakan 10 (sepuluh) prinsip sebagai berikut : 1.

  Munculnya rancangan Undang-undang tentang Pelayanan Publik yang bertujuan untuk memberikan pelayanan yang sebaik- baiknya kepada masyarakat adalah upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. RUU tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik serta memberi perlindungan bagi warga negara dari penyalahgunaan wewenang (abuse of power) dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh pemerintah. Secara konstitusional, juga merupakan kewajiban negara melayani warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka pelayanan publik. Permasalahan untuk menjadikan daerah yang mempunyai fasilitas pelayanan publik yang berkualitas dalam era globalisasi saat ini menurut Kanter (1995) diperlukan strategi concept, competence, dan connections, jejaring kerja dan kolaborasi, dan keterkaitan paradigma global dengan tindakan lokal. Pada akhirnya diharapkan pelayanan publik akan menjadi lebih baik dengan prinsip-prinsip kesederhanaan, kejelasan, kepastian dan ketepatan waktu, tidak diskriminatif, bertanggung jawab, kemudahan akses, kejujuran, kecermatan, kedisiplinan, kesopanan-keramahan, keamanan, dan kenyamanan.

2 Perkembangan saat ini mengarah

2 Kanter, R.M. 1995. World Class, Thriving Locally in The Global Economy.

  WEDANA

  3 Pembangunan daerah ditentukan oleh

  Kerjasama Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Dan Universitas Hasanuddin hlm. 1.

  4 Idrus A. Paturusi, at.al. (2009), Esensi Dan Urgensitas Peraturan Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah,

  3 Bachrul Ulum, (2002). Keuangan Pemerintah Daerah Otonom di Indonesia, UI Press, Jakarta, hlm. 16-17.

  1. Barang-barang nyata (tangible), misalnya: buku, komputer, kendaraan, dan sebagainya.

  Menurut Supriyanto dan Sugiyanti, pelayanan sebagai upaya untuk membantu, menyediakan atau mengurus keperluan orang lain. Keperluan atau sesuatu yang disampaikan, disajikan atau dlakukan oleh pihak yang melayani kepada pihak yang dilayani dinamakan layanan. Layanan yang diberikan pelanggan dapat berupa :

  besar pemerintah daerah berhubungan dengan model pelayanan public yang harus dibangun di daerah.

  4 Oleh karena itu peran

  Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan khususnya penyelenggaraan pemerintahan daerah, maka instrumen pemerintahan memegang peran yang sangat penting dan vital guna melancarkan pelaksanaan fungsi dan tugas pemerintahan daerah. Instrumen pemerintahan daerah merupakan alat atau sarana yang ada pada pemerintah daerah untuk melakukan tindakan atau perbuatan pemerintahan yang memuat berbagai jenis atau macam instrumen pemerintahan daerah. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan instrumen pemerintahan daerah adalah alat atau sarana yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Instrumen pemerintahan daerah merupakan bagian dari instrumen penyelenggaraan pemerintahan negara dalam arti luas.

  indicator kesejahteraan masyarakat daerah, oleh karena itu paradigma pembangunan daerah harus dibangun dengan dasar menganalisais problematika yang dimiliki oleh daerah. Peran besar pemerintah daerah mennetukan bagi kemajuan daerah, terutama pada dasar pelayanan daerah.

  Sepuluh prinsip tersebut sebagai alat analisis, kerangka dan cara pikir merupakan paradigma baru untuk dikembangkan dalam pemerintahan sesuai dengan situasi dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi.

  sangat penting, sehingga anggaran diarahkan untuk tujuan tersebut. Dengan meningkatkan mutu hasil, seperti mutu sekolah, mutu pelayanan kesehatan, mutu pelayanan hotel, dan sebaginya. Masyarakat merasa puas dalam hal sistem skoringdan ranking segala kegiatan yang menyangkut pelayanan hendaknya dapat diterapkan.

  10.5. Pasar memungkinkan pemerintah mencapai skala yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah-masalah yang serius.

  10.4. Pasar memberikan respon terhadap perubahan yang cepat.

  10.3. Mengaitkan sumber daya secara langsung kepada hasil.

  10.2. Mendukung konsumen untuk menentukan pilihan sendiri.

  10.1. Pasar didesentralisasi (akan membentuk persaingan/kompetisi).

  10. Pemerintah beroreantasi pasar, pemerintah mendorong masyarakat dan swasta untuk menghasilkan produk- produk yang beroreantasi pasar. Masyarakat diberikan insentif yang lebih produktif. Keuntungan mekanisme pasar adalah :

  9. Pemerintah Desentralisasi, kewenangan desentralisasi memberikan kekuatan yang besar bagi pemerintah daerah untuk berkembang mengurus rumah tangganya sendiri. Pemerintah lokal mempunyai otoritas untuk melakukan keputusan sendiri, sesuai dengan kondisi masalah yang dihadapi, karena dalam era globalisasi, kecepatan informasi harus diimbangi dengan kecepatan keputusan.

  Antisipatif, dengan semboyan, “lebih baik mencegah daripada mengobati” pemerintah meningkatkan kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang bakal timbul di tengah-tengah masyarakat agar secara dini dapat mengatisipasinya. Dengan menerapkan peraturan pembangunan, misalnya, dapat dicegah kebakaran secara dini. Pencegahan mempunyai visi ke depan melalui rencana antisipatif.

  7. Pemerintah wirausaha, pemerintah bukan hanya badan yang menghabiskan dana saja, tetapi seharusnya juga dapat menghasilkan uang sebagaimana bisnis. Keuntungan dapat dimanfatkan untuk kesejahteraan masyarakat dan pegawai negeri. Dalam hal ini sebagai contoh pemanfaatan limbah yang dapat didaur ulang sehingga menghasilkan dana untuk pemerintah dalam menjalankan programnya.

8. Pemerintah

5 Ruang lingkup pelayanan yang luas,

  WEDANA 2.

  7. Lebih mengutamakan antisipasi terhadap permasalahan pelayanan.

  https://kinandika.wordpress.com/2013/02/04/6 4/

  6

  masyarakat dalam bidang pelayanan, maka tidak dapat terlepas dari konsep Negara hukum. Setiap pelayanan yang diberikan oleh pemerintah baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah, maka harus memiliki dasar regulasi sebagai tonggak dalam menjalankan pelayanan publik kepada masyarakat. oleh karena itu, peran Negara

  6 Untuk memberikan kepastian bagi

  6. Serta seringkali mejadi sasaran isu politik.

  5. Memiliki komplex and debated performance indicators.

  4. Dituntut untuk akuntabel kepada publik.

  3. Memiliki tujuan sosial.

  2. Memiliki wide stakeholders.

  1. Memeliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya.

  Namun dilain pihak, pelayanan publik juga memiliki sifat antara lain:

  9. Menerapkan sistem pasar dalam memberikan pelayanan.

  8. Lebihg mengutamakan desentralisasi dalam pelaksanaan pelayanan.

  6. Memberi akses kepada masyarakat dan responsif terhadap pendapat dari masyarakat tentang pelayanan yang diterimanya.

  Barang-barang tak nyata (intangible) seperti informasi, misalnya: keterangan cuaca, daftar menu makanan di restaurant, dan sebagainya.

  5. Lebih mengutamakan apa yang diinginkan oleh masyarakat.

  4. Terfokus pada pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran yang berorientasi pada hasil sesuai dengan masukan yang digunakan.

  3. Menerapkan sistem kompetisi dalam hal penyediaan pelayanan publik tertentu sehingga masyarakat memperoleh pelayanan yang berkualitas.

  2. Lebih memfokuskan diri pada pemberdayaan masyarakat sehingga masyarakat mempunyai rasa memiliki yang tinggi terhadap fasilitas-fasilitas pelayanan yang telah dibangun bersama.

  kondisi kondusif bagi kegiatan pelayanan kepada masyarakat.

  epegawaia n/ ikmo1341292012.pdf .(accessed on June 2 2016).

  diakses melalui

  1. Lebih memfokuskan diri pada fungsi pengaturan melalui berbagai kebijakan yang memfasilitasi berkembangnya

  Di era otonomi daerah saat ini, seharusnya pelayanan publik menjadi lebih responsif terhadap kepentingan publik, di mana paradigma pelayanan publik beralih dari pelayanan yang bersifat sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan yang berorientasi kepuasan pelanggan dengan ciri-ciri:

  D. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Inovasi Pelayanan Publik Daerah Berbasis Model Pelayanan Terintegrasi

  Menurut Hillway yang dikutip oleh Kaelani, bahwa penelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan kepustakaan (liberary reaserch).

  C. METODE PENELITIAN

  maka sebagai bagian dari konsep kewajiban yang dimiliki oleh pemerintah daerah, pelayanan harus dibangun melalui system yang beroreantasi kepada kesejahteraan rakyat. Berdasarkan kepada UU No. 23 Tahun 2015 Tentang Pemerintah Daerah, bahwa urusan pemerintahan daerah yang tercantum dalam lampiran undang-undang tersebut tidak terpisahkan, maka memiliki hubungan yang erat dengan pelayanan public secara umum yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

  3. Jasa dalam bentuk keahlian atau ketrampilan untuk mengurus keperluan dari pihak yang dilayani, misalnya : layanan yang diberikan seorang teknisi, dosen, pengemudi, konsultan, pelawak, penyiar radio, pengacara, notaris, dan lain-lain.

5 Suratno, Konsep Pelayanan Publik,

  hukum diperlukan untuk memaksimalkan Perwakilan Rakyat Daerah dengan tugas pelayanan public terhadap masyarakat. utama menjalan hak mengatur daerah (policy

  making ); dan wakil rakyat yang duduk sebagai

  Konsep negara hukum modern Kepala Daerah dan Wakil menjadi suatu keharusan sebagaimana Kepala Daerah yang tugas utamanya mengatur dan mengurus. Mengurus berarti dikatakan oleh FJ. Stahl dalam konsepsinya mengenai negara hukum yaitu : memimpin perangkat daerah untuk

  8 menjalankan kebijakan yang sudah dibuat.

  “Negara harus menjadi negara hukum, itulah semboyan

  Ciri-ciri pembangunan daerah yang

  dan sebenarnya juga menjadi daya

  memanfaatkan kewenangan otonomi dapat di

  pendorong perkembangan pada

  identifikasi ke dalam beberapa hal, antara lain

  zaman baru ini. Negara harus

  9 menentukan secermat-cermatnya a.

  Bahwa pembangunan itu berasal dari

  jalan-jalan dan batas-batas

  ide, aspirasi dan inspirasi masyarakat

  kegiatannya sebagaimana

  yang dicetuskan melalui lembaga-

  lingkungan (suasana) kebebasan

  lembaga legislatif setempat, sebagai warga negara menurut hukum itu aspek politis.

  dan harus menjamin suasana b.

  Bahwa pembangunan direncanakan

  kebebasan itu tanpa dapat secara relatif tepat dengan kebutuhan

  dan potensi daerah, yang umumnya

  ditembus. Negara harus

  untuk jangka waktu sedang dan

  mewujudkan atau pendek. memaksakan gagasan akhlak c.

  Proses pembangunan akan benyak

  dari segi negara, juga langsung

  berorientasi dengan mekanisme

  tidak lebih jauh daripada

  kedaerahan, baik secara fisik maupun

  seharusnya menurut suasana

  7 secara sosial budaya. hukum”

  Menurut Josep Riwu Kaho, bahwa Dari dimensi pemerintahan, dapat suatu daerah disebut daerah otonom apabila dikatakan bahwa Pemda memiliki peran kuat memiliki atribut sebagai berikut : dalam penyediaan layanan publik (strong a.

  Mempunyai urusan tertentu yang

  local government ). Hal ini dapat dipastikan

  disebut urusan rumah tangga daerah; dari berbagai indikator, seperti luasnya fungsi urusan rumah tangga daerah ini yang diemban daerah karena menganut merupakan urusan yang diserahkan general competence principle. Indikator pemerintah pusat kepada pemerintah lainnya adalah cara penyediaan layanan publik daerah; yang bersifat positif, atau kuatnya inisiatif b.

  Urusan rumah tangga daerah itu pemerintah dalam penyediaan layanan publik. diatur dan diurus/diselenggararak

  Indikator berikutnya adalah derajat otonomi atas inisiatif/parakarsa dan yang kuat, ditandai dengan adanya hak untuk kebijaksanaan daerah itu sendiri; mengatur dan mengurus sendiri setiap fungsi c.

  Untuk mengatur dan mengurus yang diemban. Sedangkan Indikator terakhir urusan rumah tangga daerah tersebut, adalah derajat kontrol pemerintah pusat yang maka daerah memerlukan aparatur rendah, karena menggunakan cara represif. sendiri yang terpisah dari aparatur

  Ditinjau dari dimensi politik, dapat diketahui pemerintah pusat, yang mampu untuk bahwa penyelenggaraan demokrasi dalam pemerintahan di daerah, mempergunakan cara

  8

  demokrasi perwakilan. Ini mengandung arti

  http://www.bappenas.go.id/files/78

  bahwa penyelenggaraan pemerintahan secara

  13/5228/1848/8pelayanan-pubik-di-era-

  intensif tidak dijalankan secara langsung oleh

  desentralisasi-studi-tentang-variasi-cakupan-

  masyarakat sebagai stakeholder utama

  dan-peranan-pemerintah-daerah-dalam- pelayan__20081123002641__7.pdf (accessed

  pemerintahan daerah, tetapi dijalankan wakil on June 1 2016). masyarakat yang dipilih setiap lima tahun

  9 Idrus A. Paturusi, et. al, (2009).

  sekali. Wakil masyarakat ini terdiri dari dua

  Hasil Penelitian Esensi Dan Urgensitas

  organ, yakni wakil rakyat di Dewan

  Peraturan Daerah Dalam

7 PelaksanaanOtonomi Daerah, Kerjasama SF Marbun dkk (ed), (2001).

  Dewan Perwakilan Daerah Republik Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Indonesia Dan Universitas Hasanuddin. hlm. Administrasi Negara , Jogyakarta : UII Press ,hal.7.

  4. WEDANA menyelengarakan urusan rumah Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan tangga daerahnya; Standar Pelayanan Minimal memberikan d. sumber keuangan acuan kepada Menteri/Pimpinan Lembaga

  Mempunyai sendiri yang dapat menghasilkan Pemerintah Non-Departemen dalam pendapatan yang cukup bagi daerah, menyusun dan menetapkan SPM sesuai agar dapat membiayai segala lingkup tugas dan-fungsinya sehingga kegiatan dalam rangka kemudian dapat diterapkan oleh Pemerintahan penyelenggaraan urusan rumah

10 Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah tangga daerahnya.

  Kabupaten/Kota. Kepmenpan No. KEP/25/M.PAN/2/2004 tentang Pedoman

  Menurut Fisher yang dikutip oleh Umum Penyusunan Indeks Kepuasan

  Alamsyah mengkategorikan pelayanan publik

  Masyarakat Unit Pelayanan Instansi ke dalam beberapa kelompok, antara lain : Pemerintah yang selain dimaksudkan sebagai 1. Pelayanan yang dibutuhkan untuk acuan untuk mengetahui tingkat kinerja mengembangkan, menginformasikan, masing-masing unit pelayanan instansi dan memproteksi individu (misalnya, pemerintah, juga diharapkan dapat pendidikan, kesehatan, dan keamanan). memberikan kesempatan kepada masyarakat 2. untuk menilai secara obyektif dan periodik dan mendorong

  Mendukung terhadap perkembangan kinerja unit perkembangan sektor swasta

  11

  pelayanan publik. Standar pelayanan public (misalnya, infrastruktur jalan, regulasi, sebagai batasan-batasan untuk memenntukan energi). pelayanan public bagi masyarakat, sehingga 3. Pelayanan dan mendukung dan dengan standar pelayanan public tersebut, mendorong infrastruktur kebudayaan maka diharapkan akan memperjelas arah (misalnya, jasa penyiaran, festival pelayanan pemerintah terhadap masyarakat. budaya).

  Keberadaan pedoman umum untuk 4. Pelayanan yang terkait dengan menyusun indeks kepuasaan masyarakat redistribusi kesejahteraan (misalnya, adalah bagian dari upaya untuk menciptakan

  11

  pelayanan pajak, jaminan social) objektifitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, terutama dalam kerangkan

  Sejauh ini Pemerintah Pusat telah otonomi daerah. amanat konstitusi dan UU mengeluarkan berbagai peraturan perundang-

  No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan undangan yang berkaitan dengan pelayanan Daerah yang telah memberikan kewenangan organisasi pemerintah. UU No. 25 Tahun kepada daerah untuk menjalankan urusannya 2009 tentang Pelayanan Publik mewajibkan pemerintahan daerah secara mendiri, kepada para penyelenggara pelayanan untuk menunjukan bahwa daerah dituntut untuk menyusun dan menetapkan standar pelayanan. mampu mengembangkan kapasitas daerah,

  PP No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman sehingga orientasi pembangunan daerah dapat Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan dilakanskana secara maksimal oleh Minimal memberikan pedoman kepada pemerintah daerah. Menteri/Pimpinan Lembaga Non-Departemen untuk menyusun standar pelayanan minimal

  Nilai-nilai otonomi daerah yang dan penerapannya oleh pemerintahan daerah. ditansformasi kedalam kewenangan daerah

  Permendagri No. 6 Tahun 2007 tentang menjadi landasan bagi pemerintah daerah untuk membangun sistem dalam pemerintahan

10 Josep Riwo Kaho, (2001).

  daerah yang berlandaskan kepada sistem

  Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik

  pemerintahan daerah yang beroreantasi

  Indonesia, Identifikasi Beberapa Faktoryang kepada pelayanan publik (public service). Mempengaruhi Penyelenggaraannya, Jakarta :

  Pelayanan publik sebagai bagian dari upaya Raja Grafindo Persada.hlm. 80.

  11

  untuk menciptakan good gavernance, maka Laporan Kegiatan, Penyusunan perlu adanya sistem yang terpadu, sehingga

  Pedoman Standar Pelayanan Publik Pemerintah Propinsi DIY

  sistem tersebut dapat memberikan pelayanan 2011, Pemerintah Propinsi Daerah yang bersifat maksimal terhadap masyarakat

  Istimewa Yogyakarta Proyek Peningkatan didasarkan kepada standar-standar pelayanan Kapasitas Berkelanjutan Untuk Desentralisasi minimal sesuai dengan amanat UU Nomor 25

  Sustainable Capacity Building for D

  tahun 2009 tentang pelayanan publik dan PP

  ecentralization (SCBD) Project (ADB Loan

1964-INO) , hlm. 4-5. Nomor 96 tahun 2012 tentang pelaksanaan

  Undang-Undang No 25 tahun 2009 tentang

  WEDANA

  WEDANA

  Pelayanan Publik. Dalam ketentuan Undang Undang No 25 tahun 2009 tentang Standar pelayanan, komponen yang terdapat dalam standar palayanan minimum adalah: 1.

  Dasar hukum, 2. Persyaratan, 3. Sistem, mekanisme, prosedur; 4. Jangka waktu penyelesaian; 5. Biaya/tarif; 6. Produk layanan; 7. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; 8. Kompetensi pelaksana; 9. Pengawasan internal; 10.

  Penanganan pengaduan, sarana, dan masukan;

  Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; 13. Jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko keragu raguan; dan 14. Evaluasi kinerja pelaksana komponen-komponen tersebut memberikan batasan yang menjadi dasar dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat, sehingga pelayanan tersebut dapat bersifat maksimal terhadap masyarakat.

  Pada kompetisi pelayanan public 2017 yangh diselenggarakan oleh kemerntrian pendayagunaan aparatur Negara dikelompokkan ke dalam empat kategori inovasi. Pertama, kategori Tata kelola pemerintahan, yang meliputi salah satu atau lebih unsur partisipasi, akuntabilitas, transparansi, efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, kualitas regulasi, penegakan hukum, ketertiban sosial, dan kontrol terhadap korupsi dalam pelayanan publik.

  Kedua , penggunaan teknologi informasi

  dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; ketiga , perbaikan kesejahteraan sosial dalam penyelesaian masalah-masalah sosial; dan keempat, pelayanan langsung kepada masyarakat yaitu pelayanan yang dilaksanakan melalui kontak langsung dengan masyarakat yang manfaatnya dirasakan langsung.

  Peserta kompetisi adalah inovasi pelayanan publik dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah. Setiap kementerian/lembaga, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah dapat mengajukan lebih dari satu inovasi pelayanan publik.

  Ditambahkan, inovasi pelayanan publik yang pernah diajukan dalam kompetisi periode sebelumnya, termasuk inovasi pelayanan publik yang pernah mendapat penghargaan TOP 99 pada kompetisi periode sebelumnya dapat diajukan kembali sebagai inovasi baru yang merupakan pengembangan dari inovasi sebelumnya.

11. Jumlah pelaksana; 12.

  Ditambahkan, satu inovasi pelayanan publik hanya boleh diikutkan dalam satu kategori. Apabila suatu inovasi memenuhi lingkup lebih dari satu kategori, harus memilih salah satu kategori yang paling dominan.

  Sri Hartini juga mengatakan, inovasi yang diajukan harus memenuhi empat kriteria, yakni memperkenalkan pendekatan baru, produktif, berdampak dan berkelanjutan. Dijelaskan, yang dimaksud memperkenalkan pendekatan baru adalah memperkenalkan gagasan yang unik, pendekatan yang baru dalam penyelesaian masalah, atau kebijakan dan desain pelaksanaan yang unik, atau modifikasi dari inovasi pelayanan publik yang telah ada, dalam rangka penyelenggaraan pelayanan publik.

  Sedangkan produktif, yang dimaksud adalah memberikan bukti hasil implementasi. Sedangkan yang dimaksud berdampak adalah memberikan manfaat terhadap peningkatan atau perubahan kondisi dan sebagai daya ungkit terhadap percepatan peningkatan kualitas.

  Adapun berkelanjutan adalah Memberikan jaminan bahwa inovasi pelayanan publik terus dipertahankan, diimplementasikan, dan dikembangkan dengan dukungan program dan anggaran, tugas dan fungsi organisasi, serta hukum dan perundang-undangan.

  WEDANA b. Sinergi Pemda dan Ombudsmen Dalam Penguatan dan Pengawasan Publik

  Bertitik tolak dari ungkapan Sabarudin di sela peringatan HUT ke-17 Ombudsman RI di kantornya, Jumat (10/3).

  Pelayanan publik yang paling disorot adalah Prona, dan kami sudah melakukan identifikasi permasalahan di daerah dan investigasi sistem. Selain itu, seleksi perangkat desa juga banyak dilaporkan kepada kami. Yang mau menjadi perangkat desa, diminta menyetorkan sejumlah uang ke desa. Ini padahal tidak ada dasar hukumnya.

  Di era otonomi daerah saat ini, paradigma dasar masyarakat sudah mulai bergeser kepada nilai-nilai kebebasan sebagai acuannya. Dengan otonomi daerah yang seluas-luasnya dan pembagian urusan yang secara jelas dibagai atas wilayah-wilayah provinsi, kabupaten/kota, maka titik awal dari pemikiran otonomi daerah adalah sebagai upaya untuk menciptakan sistem pelayanan public yang bersifat maksimal.

  Model pembagian urusan yang dibagi rata diantara tingkatan-tingkatan pemerintahan dan kemudian ddilaksanakan pada tingkat daerah oleh satuan kerja perangkat daerah (SKPD), sebagai upaya untuk memaksmalkan pelayanan public kepada masyarakat. model pelayanan publik yang digunakan saat ini lebih kepada sistem pembangunan pelayaanan publik dengan one get service .

  Dalam kerangka pelayanan public, maka penguatan pelayanan public dapat dilaksanakan dengan melakukan sinergi antara pemerintah daerah dengan Perwakilan Ombdusmen RI pada setiap daerah. Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Ombudsman adalah Lembaga Negara yang mempunyai kewenangan mengawasi Penyelenggaraan Pelayanan Publik baik yang diselenggarakan oleh penyelenggara Negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Miliki Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum milik Negara serta Badan Swasta atau perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja Negara dan/atau anggran pendapatan dan belanja daerah (pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia) Ombudsman merupakan Lembaga Negara yang bersifat mandiri dan tidak memiliki hubungan organik dengan Lembaga Negara dan instansi pemerintahan lainnya, serta dalam menjalankan tugas dan wewenangnya bebas dari campur tangan kekuasaan lainnya (pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia) Ombudsman dalam menjalankan tugas dan wewenangnya berasaskan (pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 Tentang Ombudsman Republik Indonesia) : 1.

  Kepatutan 2. Keadilan 3. Non-diskriminasi 4. Tidakmemihak 5. Akuntabilitas 6. Keseimbangan 7. Keterbukaan dan 8. kerahasiaan

  Keberadaan Ombdumesn pada tingkat daerah merupakan bagian dari sistem yang dibangun untuk dengan pemerintah daerah untuk memperkuat posisi pelayanan public pada tingkat daerah, sehingga dengan sinergisnya, maka prospek pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dapat berjalan secara maksimal. Selain itu langkah langkah-langkah yang dapat diambill

  pemda untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik, dapat mengikuti hal berikut ini : 1.

  Melibatkan masyarakat/LSM dalam penilaian kinerja pelayanan, antara lain dengan membentuk Komite Pelayanan Publik;

  2. Menindaklanjuti pengaduanpengaduan masyarakat mengenai keluhan/saran/pendapat berkaitan dengan pelaksanaan pelayanan;

  3. Melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik melalui privatisasi; 4. Melibatkan partisipasi masyarakat dalam melakukan kajian/analisis setiap penetapan kebijakan pemerintah di bidang pelayanan publik;

  5. Menetapkan indeks kepuasan masyarakat ;

E. KESIMPULAN

  WEDANA 6.

  Daerah di Negara Republik Indonesia, Identifikasi Beberapa Faktoryang Mempengaruhi Penyelenggaraannya, Jakarta : Raja

  

  UII Press ,hal.7. Suratno, Konsep Pelayanan Publik, diakses melalui

  Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara , Jogyakarta :

  SF Marbun dkk (ed), (2001). Dimensi-

  Penejelasan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.

  Standar Pelayanan Publik

  Laporan Kegiatan, Penyusunan Pedoman

  Simon & Schuster Inc. Rockefeller Centre, Avenue, New York

  Grafindo Persada.hlm. 80. Kanter, R.M. 1995. World Class, Thriving Locally in The Global Economy.

  Josep Riwo Kaho, (2001). Prospek Otonomi

  Penyuluhan mengenai berbagai kebijakan pelayanan kepada masyarakat.

  Penelitian Esensi Dan Urgensitas Peraturan Daerah Dalam PelaksanaanOtonomi Daerah, Kerjasama Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Dan Universitas Hasanuddin. hlm. 4.

  Idrus A. Paturusi, et. al, (2009). Hasil

  Kerjasama Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Dan Universitas Hasanuddin hlm. 1.

  Urgensitas Peraturan Daerah Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah,

  Idrus A. Paturusi, at.al. (2009), Esensi Dan

  Kualitatif Interdisipliner Bidang Sosial, Budaya, Filsafat, Seni, Agama danHumaniora . Yogyakarta : Penerbit Paradigma. hlm. 1.

  H. Kaelani, (2012), Metode Penelitian

  Daerah Otonom di Indonesia, UI Press, Jakarta, hlm. 16-17.

  Bachrul Ulum, (2002). Keuangan Pemerintah

  Selain itu, dalam rangka untuk meningkatkan pelayanan public dan membangun sistem pengawasan terhadap perlayanan public, maka eksistensi Ombdusmen RI pada tingkat wilayah perlu disinergikan sebagai upaya untuk memperkuat tingkat pelayanan public yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

  Pelayanan publik merupakan bagian yang utama dalam pembangunan dan peningkatan kesejahteraan, standar pelayanan public harus dibangun dalam kerangka otonomi daerah, oleh karena itu penyusunan standar pelayanan publik di daerah harus dirumuskan oleh seluruh steakholder sehingga dengan merumuskan standar pelayanan publik dengan menggunakan inovasi-inovasi pelayanan publik seperti dengan cara menggunakan one get service atau weekend service merupakan bagian dari pembangunan sistem pelayanan yang berorintasi kepada nilai-nilai pelayanan pablik. Pemerintah daerah sebagai bagian dari pemerintahan Indonesia, diberikan kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, kewenangan tersebut adalah amanat konstitusi dan UU No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Oleh karena itu, maka sebagai pemerintahan yang menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, pemerintah daerah memeiliki kewajiban untuk membangun sistem pelayanan pada tingkat daerah, dengan asumsi dasar kepada UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Standar Pelayanan Publik.

DAFTAR PUSTAKA

  pegawaian/

  June 2 2016). Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa

  Yogyakarta Proyek Peningkatan Kapasitas Berkelanjutan Untuk Desentralisasi Sustainable Capacity ccessed on June 1 2016).

  Building for D ecentralization https://kinandika.wordpress.com/2013/02/04/6 (SCBD) Project (ADB Loan 1964- 4/

  INO) , hlm. 4-5.

  WEDANA