PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI TENTANG PENYELESAIAN MASALAH FIQH KONTEMPORER

PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI TENTANG PENYELESAIAN MASALAH FIQH KONTEMPORER

Oleh: H. Mohd. Yunus

Dosen Fakultas Syariah UIN Suska Riau Email: lp2muinsuska@yahoo.com

Abstraks

Salah satu tokoh terkenal ahli fiqh kontemporer dunia abad dua puluh satu ini adalah Yusuf Qardhawi. Pendapat fiqih kontemporernya adalah bertumpu pada landaan Rabbani yang kuat, sebagai konsekwensi keyakinan atas Islam sebagai ajaran universal. Wujud konkrit dari formulasi fiqh dalam menangani berbagai problema kehidupan kekinian, kaum muslimin harus mampu berinteraksi dengan Islam sebagai sumber ajaran dan mengembalikan formulasinya sebagai sumber ajaran dan mengembalikan formulasi fiqhnya, Yusuf Qardhawi mencari setiap akar teologis sebagai pijakan bagi persoalan-persoalan modern termasuk dalam formulasi fiqhnya.

Dalam membentuk formulasi fiqh kontemporer Yusuf Qardhawi terlebih dahulu mempersiapkan metodologi secara teologis, dengan cara memberikan nuansa baru bagi pembaharuan ushul fiqh sebagai alat untuk menghasilkan formulasi fiqh yang sesuai dengan tuntutan zaman. Untuk itu ijtihad menjadi kunci untuk melakukan pembaharuan tersebut. Terbentuknya mazhab fiqh di zaman klasik tidaklah merupakan indikasi adanya kemandulan dan kelemahan, tetapi justru menjadi jembatan untuk pengembangan kreatifitas mujtahid kontemporer.

Kata Kunci: Fiqih Kontemporer; Yusuf Qardhawi

PENDAHULUAN

kaitannya dengan pekerjaan pertama), dan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pembuatan formulasi hukum yan dapat diterapkan terjadi seiring dengan perkembangan masyarakat. dalam kehidupan nyata manusia (dalam kaitannya Persoalan yang dihadapi oleh umat pun semakin dengan pekerjaan yang kedua). Pemahaman kompleks. Banyak persoalan baru yang hukuman dari sumber aslinya dapat dilakukan membutuhkan penyelesaiannya melalui hukum, secara sempurna melalui kaidah dan hukum yang di samping perlunya memberikan pemahaman berlaku. Pekerjaan ini disebut dengan pemahaman baru terhadap formulasi hukum yang dihasilkan ajaran agama dan pembuatan formulasi hukum oleh ulama-ulama terdahulu, dalam rangka syari’at yang dapat dilakukan secara sempurna memenuhi kebutuhan masyarakat Islam zaman melalui kaidah dan hukum yang berlaku disebut modern sekarang ini.

dengan pembuatan formulasi. Perbedaan pekerjaan ijtihad, antara memahami

Praktek yang dilakukan oleh umat Islam hukum agama murni dan membuat formulasi, setelah berakhirnya masa mujtahid besar lebih untuk diterapkan memerlukan metodologi yang banyak perhatian ditujukan kepada seni berbeda pula, sesuai dengan tuntutan setiap memahami dari pada seni membuat formulasi, kategorinya agar dapat sampai kepada tujuannya, baik terhadap aspek teoritis (ushul fiqh) maupun yakni penetapan hukum agama murni (dalam terhadap fiqh. Itulah sebabnya fiqh mengalami Praktek yang dilakukan oleh umat Islam hukum agama murni dan membuat formulasi, setelah berakhirnya masa mujtahid besar lebih untuk diterapkan memerlukan metodologi yang banyak perhatian ditujukan kepada seni berbeda pula, sesuai dengan tuntutan setiap memahami dari pada seni membuat formulasi, kategorinya agar dapat sampai kepada tujuannya, baik terhadap aspek teoritis (ushul fiqh) maupun yakni penetapan hukum agama murni (dalam terhadap fiqh. Itulah sebabnya fiqh mengalami

Di sinilah Yusuf Qardawi melihat bahwa umat diarahkan kepada pengumpulan hukum dari dalil- Islam memiliki kekayaan mazhab fiqh yang dalilnya, 1 sedangkan pembahasan yang berkaitan bermacam-macam. Menghadapi persoalan yang dengan pematangan formulasi fiqh untuk terjadi di hadapan kita, ulama Islam tidak hanya diterapkan dalam kebudayaan manusia sagat dituntut dapat mengucapkan “Ulama ini sedikit, misalnya term al-istihsan, al-mashlahah berpendapat demikian... ulama pulan berkata al-mursalah, al-‘urf. 2

demikian...” tetapi bagaimana sikap mereka Dalam perkembangan pemikiran hukum, terhadap pendapat yang beraneka ragam itu, yang terdapat sebagian kecil dari ulama yang mampu 5 terkadang saling kontradiksi dalam beberapa hal. membuat lompatan yang panjang untuk keluar dari

Konsep realitas ini akan nampak jelas apabila kebekuan, seperti al-Syatibi dengan pemikirannya dikaitkan dengan pemecahan kondisi nyata kaum tertuang dalam buku “al-Muwafaqat” al-Syatibi muslimin. Apabila hanya memungut hukum- telah menunjukkan nuansa baru dalam kajian hukum yang berkaitan dengan suatu persoalan, hukum. Ia dengan menawarkan metodologinya dalam bentuknya yang murni, yang terdapat dalam sendiri untuk memperbaiki kondisi manusia. Ia buku-buku fiqh atau dengan mengambil fatwa dari berpendapat bahwa hukum agama sebagai warisan kumpulan kitab hukum warisan masa lalu yang masa lalu memerlukan peninjauan kemabali, agar mirip dengannya , kemudian menganggap cukup dapat dibentuk sebuah formulasi hukum yang dengan aturan hukum murni tersebut atau fatwa dapat dipakai untuk perbaikan terhadap kondisi lama itu, untuk memperbaiki kondisi nyata yang berbeda. 3

kehidupan manusia. Perbaikan kehidupan nyata Memandang perubahan masalah kehidupan seperti itu tidak dapat dianggap realistik, dan yang jauh berbeda dari masa lalu dan bahkan ia adalah “ijtihad” yang menghindari perkembangan masyarakat sekarang yang luar biasa kehidupan nyata manusia, dan yang memisahkan di bidang pemurnian prilaku dan komunikasi, maka antara kehidupan nyata tersebut dengan hukum sesuangguhnya zaman kita sekarang ini sangat 6 agama. memerlukan ijtihad, tumbuhnya masalah-masalah

Perubahan luar biasa terjadi dalam kehidupan baru yang sebelumnya belum terbayang sama sosial setelah revolusi industri. Perkembangan sekali, seperti bayi tabung, pembenihan janin, teknologi dan kreativitas meterialis internasional

menjadikan negara besar seakan-akan merupakan

negara kecil saja, dan belum tergambar hukumnya

‘Ilah ini terlihat dari isyarat yan diberikan oleh defenisi yang sudah sangat dikenal di kalangan ahli ushul. Rumusan ushul fiqh

tentang realita-realita baru itu karena memang

ialah kaidah-kaidah yang dapat menyampaikan pembahasan atau mengumpulkan hukum dari dalil-dalilnya yang terinci, atau dia adalah ilmu dengan kaidah-kaidah itu sendiri. Lihat Wahbah al Zuhaili, al Wasith fi Ushul al Fiqh al Islamiy. (Damaskus: Dar al

4 Yusuf Qardhawi, Liqaat wa Muhawarat Haula Qadhaya al Kitab, 1978) Jilid I, hal 24.

Islam wa al ‘Ashr . (PN. Maktabah Wahbah, 1992). Terj. 2 Abdul Majid Najjar, op. cit, hal. 143-144.

Muhammad Ichsan, hal.66.

3 Al-Syatibi, Abu Ishak, al Muwafaqat fi Ushul al Syari’ah,

5 Ibid, hal. 47.

Jilid 2 (Beirut: Dar al Ma’rifah, t.t.), hal. 23. 6 Abdul Majid Najjar, op. cit, hal. 146.

belum pernah terjadi pada zaman lampau sehingga Untuk itu Yususf Qardhawi membuat dua kategori memerlukan ketetapan hukumnya. Lebih dari itu, ijtihad. Pertama, ijtihad insya’iy yaitu para mujtahid berbagai kejadian atau persoalan-pesoalan lama mengeluarkan ilmu baru yang belum pernah mungkin terjadi pada suatu kondisi tertentu yang dikemukakan oleh para fuqaha terdahulu dan belum dapat merubah tabiat, bentuk dan pengaruhnya ditulis oleh seorang pun, seperti zakat bangunan, zakat sehingga tidak cocok lagi hukum dan fatwa yang pabrik, zakat saham, zakat surat berharga, zakat gaji, telah ditetapkan ulama-ulama terdahulu. Hal inilah menganggap emas sebagai dasar nisab harta, yang menyebabkan perlunya merumuskan diwajibkan zakat tanah yang disewakan atas pemilik, kembali formulasi fiqh kontemporer. 7

dan penyewanya jika telah sampai nisabnya (pemilik Di sinilah Yusuf Qardhawi menawarkan membayar zakat upah sewa sebanyak zakat hasil yang metode ijtihad yang perlu dikembangkan untuk keluar dari tanah dan penyewa membayar zakat yang zaman sekarang dalam membuat formulasi hukum keluar dari tanah, seperti tanaman atau buah-buahan Islam kontemporer. Secara umum kaidah yang dengan menyisihkan upah sewa karena merupakan perlu diperhatikan di dalam ijtihad kontemporer, 10 hutangnya). adalah sebagai berikut:

Kondisi realistik itu tidak hanya bertindak

1. Jauh dari bilangan qath’iyyah (pasti), karena sebagai pentarjih kemungkinan hukum yang dipilih dalil dalam bidang ijtihad adalah hukum- menurut pertimbangan argumentasi akal semata, hukum yang zhanniy (dugaan kuat).

tetapi juga menjadi pentarjih kemungkinan hukum

2. Sebaliknya tidak boleh mengubah yang yang tidak terpilih (al-marjuhah) dalam zhanniy menjadi qath’iy dan melaksanakan pertimbanagn tersebut. Ada kemungkinan bahwa ijma’ atas hal-hal yang terdapat perbedaan hukum yang tidak terpilih itu pada satu saat akan pendapat di dalamnya. 8

terpilih untuk diberlakukan sesuai dengan kondisi

3. Seorang mujtahid harus bebas dari rasa takut realistiknya. Dengan demikian pemahaman dengan segala bentuknya, “takut kepada terhadap hukum-hukum yang tidak terpilih tidak penguasa yang begis, takut pada kekuatan harus di buang dari warisan fiqh Islam, seperti yang kekuasaan orang-orang yang jumud dan taqlid berlaku pada masa-masa kejumudan sebab dikalangna para ulama yan senantiasa hukum-hukum yang tidak terpilih itu merupakan menyerang setiap ijtihad baru. 9

kekayaan ijtihad yang tersimpan, yang pada satu saat nanti dalam perjalanan hidup umat bisa jadi hukum-hukum ini dapat menjadi sumbangan

7 Ibid, hal. 132.

pemikiran bagi pemecahan problem yang dihadapi

Yusuf Qardhawi membuat syarat ini adalah karena adanya semacam kekhawatiran jatuhnya mental orang yang berijtihad

oleh umat, sehingga hukum itu dapat dijadikan

berhadapan dengan peradaban Mesir, dan menyerah terhadap

sebagai bagian dari rencana perbaikan yang baru.

realitas pada masyarakat. Kadang kala realitas bukan buatan Islam dan bukan buatan

Hal ini termasuk salah satu cara membuat kaum muslimin, tetapi dibuat oleh penjajah yang berkuasa atas 11 formulasi hukum agama. Yusuf Qardhawi

umat Islam, dipaksakan pada mereka dengan kekuatan dan tipu daya, sehingga kebatilan tegak pada saat pembela kebenaran yang murni di antara kaum muslimin lalai. Yusuf Qardhawi sangat mencela ijtihat yang hanya mengesahkan realitas, khususnya jika

10 Yusuf Qardhawi, al Ijtihad fi al Syari’ah al Islamiyyah Ma’a ijtihad itu dibuat untuk menyenangkan penguasa yang sedang

Nazharat Tahliliyyah fi al Ijtihad al Ma’ashir . (Kawait: Dar al memerintah, juga ijtihad taqlid kepada orang lain, seperti ijtihad

Qalam, t.t), Terj. hal. 150-153.

orang-orang yang berusaha melarang talak, beristri lebih dari satu, 11 Abdul Majid Najjar mengutip pendapat Yusuf Qardhawi dalam memerangi pemilikan individual, memperbolehkan bunga bank

rangka untuk memperjelas langkah-langkah praktis berkenaan dan lain-lain. Lihat, Yusuf Qardhawi, Masalah-masalah Islam

dengan prilaku terhadap hokum-hukum agama itu sendiri dalam Kontemporer, op. cit , hal. 65.

rangka membangun rencana peningkatan hidup beragama. Lihat 9 Ibid, hal. 64-65.

lebih lanjut, Abdul Majid Najjar, op. cit, hal. 149-153.

menyebut ijtihad bagian kedua ini dengan ijtihad para peneliti hukum Islam yang memiliki intiqa’iy yaitu pemilihan pendapat yang paling spesialisasi dalam bidang yang sangat penting ini, kuat dari warisan fiqh Islam yang agung, yang dalam rangka “membumikan” hukum Islam dalam dianggap lebih dekat kepada maksud syara’ dan kehidupan nyata untuk manusia. Dalam bidang mashlahat umat , serta sesuai dengan kondisi fiqh Islam umat Islam belum mampu zaman. 12

mempersembahkan Islam alternatif, baik dalam Formulasi yang ditawarkan oleh Yusuf bidang budaya, sosial, ekonomi dan bidang- Qardhawi menjadi menarik untuk dikaji secara bidang lainnya. Oleh sebab itu kajian pemikiran mendalam dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam Yusuf Qardhawi tentang formulasi fiqh rangka menemukan formulasi hukum fiqh terapan, kontemporer , sangat dirasakan penting untuk formulasi yang realistik, yang dapat membantu dikaji dan dikembangkan saat itu. orang-orang yang berwewenang untuk menerapkan

Penelitian tentang Pemikiran Yusuf Qardhawi hukum syari’at yang diambil dari hukum agama Mengenai Formulasi Fiqh Kontemporer termasuk untuk mengatasi kondisi terbaru dalam masyarakat penelitian kepustakaan. Metode yang dipergunakan Islam.

dalam penelitian ini berbentuk content analysis, yaitu Berdasarkan latar belakang yang telah suatu teknik yang sistematis untuk menganalisis dikemukakan maka dapat dirumuskan pesan, yang penganalisaannya tidak hanya terpusat permasalahan: Bagaimana sesuangguhnya pada pesan itu semata, tetapi mencakup masalah pemikiran yang ditawarkan oleh Yusuf Qardhawi yang lebih luas dari proses-proses dan efek dari dalam menyelesaikan dan merumuskan formulasi 13 komunikasi. Oleh sebab itu metode ini fiqh kontempoter.

dipergunakan untuk menyoroti pola-pola pikiran yang dituangkan oleh Yusuf Qardhawi dalam

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

berbagai buku yang berhubungan dengan formulasi Penelitian ini mengkaji pemikiran Yusuf fiqh kontemporer, sedangkan dalam pembahasan Qardhawi dalam upaya menyelami salah satu juga dibantu oleh metode analisis komparatif. formulasi fiqh Islam, baik yang berhubungan

Metode content analysis di pergunakan untuk dengan formulasi hukum warisan masa lalu agar menyoroti isi dari pemikiran Yususf Qardhawi hukum tersebut dapat mengikuti penggantian dan dalam persoalan yang dibahas, sehingga dapat perkembangan kehidupan nyata dengan berbagai dilihat kemandiriannya dalam melakukan kajian keadaan yang tidak dapat diduga sebelumnya, hukum Islam. Sedangkan metode analisis sehingga hukum itu dapat dipergunakan untuk komporatif dipergunakan untuk mengkaji sejauh mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia, mana pemikiran yang dikembangkan oleh Yusuf maupun formulasi hukum baru yang muncul Qardhawi melihat keterkaitan dengan ahli-ahli akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. hukum Islam pada masa silam. Sebab pemikiran

Tulisan ini diharapkan dapat menambah hukum yang dilahirkan oleh para ahli hari ini, informasi tentang kajian hukum Islam terutama tidak mungkin berdiri sendiri tanpa ada dalam masa modern sekarang ini, sehingga dapat hubungannya dengan masa-masa sebelumnya. memberikan kesegaran baru dalam kajian hukum

Dalam pembahasan dan menganalisis Islam. Mudah-mudahan pekerjaan ini dapat pemikiran Yusuf Qardhawi, peneliti berusaha memberikan sedikit sumbangan untuk menggugah

13 Lihat, T.F. Corney, Content Analysis A Teach nique For 12 Yusuf Qardhawi, Masalah-masalah Islam kontemporer,

Systematic Infrence From Communication, (London: B.T. Bats op.cit, hal. 66.

Ford, 1972), hal. 5.

mengumpulkan data-data yang bersifat primer dan sekunder. Data primer adalah segala data yang berbentuk buku atau tulisan Yususf Qardhawi yang berhubungan dengan persoalan yang sedang diteliti, seperti buku Fiqh al-Zakati Dirasah Muqaranah li al-Ahkamiha wa Falsafatiha fi Dhau’i al-Qur’an wa al-Sunnah, al-Fatawa fi Fiqh al Aulawiyyah Dirasah Jadidah fi Dau’i al- Qur’an wa al Sunnah, al Ijtihad di al Syari’ah al Islamiyah ma Nazharat Tahliliyyah fi al Ijtihad al Mu’ashir, Liqa’at wa Muhawarat Haula Qadhaya al Islam wa al ‘Ashr, al-Madhkhal li al- Dirasah al-Syari’ah al-Islamiyyah, al-Syahwah al-Islamiyah Baina al-Ikhtilaf fi Fiqh al-Islam Masyru’ wa al-Tafarruq al-Mazmun, dan al- Ijtihad al-Mu’ashir, serta karya-karya lain yang berkaiyan dengan pembahasan yang dilakukan.

Sumber data yang bersifat sekunder diperoleh dari tulisan-tulisan orang lain mengenai pemikiran Yususf Qardhawi, atau pemikiran fuqaha masa lalu untuk mempertajam analisis terhadap pemikiran Yusuf Qardhawi, tulisan ini baik yang bersifat komentar ataupun informatif sebagainya. Mengemukakan pemikiran ulama-ulama mejtahid sebelumnya adalah dalam rangka melihat perubahan-perubahan yan terjadi dalam membuat formulasi hukum yang dilakukan Yusuf Qardhawi.

Di bahagian dari kegiatan laporan ini dilakukan analisis terhadap semua data yang telah dikumpulkan yang berhubungan dengan pemikiran Yusuf Qardhawi tentang metode formulasi fiqh kontemporer . Data yang bersifat primer dan sekunder akan terlihat menyatu dalam analisis yan dilakukan terhadap setiap pembahasan dan akan terlihat pula secara lengkap dari laporan penelitian sebagai akhir dari suatu kegiatan penelitian.

PENYELESAIAN MASALAH FIQH KONTEMPORER YUSUF QARDHAWI

1. Persoalan yang Pernah dibahas oleh Ulama Klasik

Pembukaan pintu ijtihad yang bergulir di zaman modern telah membuka mata pemikir

(pakar) hukum, yang tidak hanya melahirkan ijtihad dalam persoalan yang tidak dibahas oleh ulama yang telah lalu, tetapi juga telah mempersoalkan hasil-hasil ijtihad ulama-ulama klasik. Yusuf Qardhawi dalam membahas persoalan ini bertitik tolak dari anggapan bahwa ijtihad dalam bidang pemikiran termasuk dalam bidang fiqh adalah merupakan hasil kerja manusia, yang dapat diteliti. Diuji, dibenarkan atau disalahkan, didiskusikan, diperdebatan karena

hasil ijtihad tidak memiliki kesucian. 14 Bahkan lebih jauh lagi dikatakan hasil ijtihad itu bukan agama, tetapi ia adalah pemahaman terhadap agama.

Muncul-munculnya mazhab fiqh di zaman keemasan islam, tidak lain merupakan perbedaan pemahaman terhadap nash-nash agama yang bersifat zhanniy. Hal ini dengan sendirinya membuka kesempatan yang lebih luas bagi munculnya ijtihad yang mengarah kepada pembahasan kehendak Ilahi. Pada saat yang sama muncul berbagai pandangan yang kemungkinan perbedaannya sangat luas, karena begitu luasnya batas dikaji, sehingga menuntut sumbangna pemikiran yang sangat bervariasi. Karena itu dalam banyak hal, pakar-pakar islam kontemporer, termasuk Yusuf Qardhawi, mengajukan suatu pendekatan transformative dalam memahami fiqh dan upaya mencari relevansinya dengan persoalan kekinian. Menurut sebagian ahli, kegagalan fuqaha selama ini, karena kurang memperhatikan kondisi masyarakat dalam perkembangan yang sedemikian rupa sehingga muncul kesengajangan antara fiqh secara teoritis dengan kenyataan masyarakat secara praktis.

Ada gerakan reformis yang berusaha memperbaiki kondisi yang sedang terjadi, dengan keterpautan kepada warisan masa lalu dan

14 Yusuf Qardhawi mengutip pendapat yang dilontarkan oleh para imam mujtahid, bahwa pendapatnya tidak mtlak harus diikuti

oleh kaum muslimin, karena dalam memahami dalam ajaran agama perbedaan itu tidaklah sesuatu yang terlarang. Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqhul Ikhtilaf, hal. 57-58 oleh kaum muslimin, karena dalam memahami dalam ajaran agama perbedaan itu tidaklah sesuatu yang terlarang. Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqhul Ikhtilaf, hal. 57-58

Yusuf Qardhawi sangat tidak sependapat dalam suatu kerangka metodologi obyektif, karena dengan kelompok ekstrim yang menyerukan fiqh itu dibangun oleh orang-orang yang berakal dibuangnya fiqh sebagai produk para ulama klasik cerdas dimulai oleh para sahabat dan diikuti oleh dan mengganti dengan yang baru. Karena generasi sesudahnya dengna berpedoman kepada menurutnya ilmu itu menjadi berkembang dan al-Qur’an dan Sunnah muthahharah. 15

bertambah sempurna melalui penggabungan Yusuf Qardhawi menyadari sepenuhnya, produk orang-orang sekarang dengan hasil usaha bahwa perbedaan pandangan yang bersifat generasi masa lampau, bukan melalui cara ijtihadiah memiliki latar belakang ilmiah yang menghancurkan atau meninggalkan hasil uasaha kuat yang telah memperkaya serta memperluas mereka tersebut. Dalam hal ini Yusuf Qardhawi fiqh Islam. Karena setiap pendapat pasti mengemukakan bahwa supaya terdapat didasarkan kepada dalil-dalil dan pertimbangan- keterpautan antara ulama yang telah lalu dengna pertimbangan syar’i yang digali oleh akal para ulama kontemorer, maka dia menawarkan ulama dan pemikir islam yang cemerlang dengna pemikirannya yang berusaha menggabungkan berdasarkan metodologi dan sumber pengambilan dalam artian pentarjihan, pembaharuan, yang beraneka ragam. Akan tetapi untuk penyempur-naan atau pembetulan. merealisasikan perbedaan-perbedaan ulama,

Titik tolak yang dipergunakan oleh Yusuf terutama dalam penerapan kasus-kasus hukum di Qardhawi untuk kembali melihat dan meneliti fiqh zaman kontemporer ini, Yusuf Qardhawi karya ulama klasik yang agung yang diwariskan mengambil sikap dengan tegas. 16 Sikap tegas itu dari berbagai mazhab yang ada untuk selanjutnya dapat dilihat dari seruan dan praktek yang dipilih yang lebih rajin dan lebih patut bagi

kemaslahatan umat sesuai dengan kondisi dan

15 Ungkapan Yusuf Qardhawi ini muncul dalam rangka menepis

situasi sekarang, setelah mengadakan penelitian,

anggapan kelompok yang ingin menghilangkan jasa dari khazanah

perbandingan dan penyeleksian-penyeleksian. 18

fiqh klasik dan menggantikannya dengan fiqh yang baru sama sekali. Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa membuang warisan

Hal ini dilakukan supaya tidak terkesan memilih

leluhur upaya hukum positif dan memulai dari nol untuk membuat fiqh baru untuk masa kini dan hari esok tanpa mau mengambil faedah dari sejarah masa lalu adalah sesuatu yang tidak masuk

17 Seruan seperti itu, sebenarnya bukan hanya milik dari Yusuf akal. Kalau hal ini sampai terjadi, berarti bertentangan dengan

Qardhawi, karena dalam suatu ungkapan Wahbah al-Zuhaili postulat yang mengatakan. “memelihara yang lama yang baik dan

menyatakan bahwa bidang garapan ijtihad termasuk upaya mengambil yang baru yang lebih baik”. Lihat Yusuf Qardhawi, meninjau kembali dalil-dalil secara kritis tanpa harus terikat dengan Malamih al-Mujtama’ al-Muslin allazi Nansyuduhu , (Kairo:

mazhab tertentu. Wahbah al-Zuhaili, Pembaharuan Ijtihad, Maktabah Wahbah, 1993), hal. 172-173

(Majalah al-Hadharah al-Islamiyah, yang dikutip oleh Muin A. Sikap Yusuf Qardhawi itu dapat dilihat dalam suatu

Sirry), op, cit, hal. 173

ungkapannya yang mengatakan: “Saya tidak sependapat dengan 18 Prinsip yang dipakai oleh Yusuf Qardhawi dalam tajdid adalah orang-orang yang mengatakan : sesungguhnya kita boleh

melepaskan diri dari fanatisme mazhab dan melaksanakan kaidah- berpegang kepada pendapat dalam bidang fiqh (pemahaman) apaun

kaidah perubahan fatwa berdasarkan perubahan zaman, tempat, bentuknya yang sampai ke tangan kita melalui mujtahid tanpa

tradisi dan keadaan. Kaidah ini telah diterapkan oleh ulama klasik meneliti lagi dalilnya, apalagi bila pendapat itu hanya disandarkan

seperti ulamamazhab yang empat. (Lihat, Yusuf Qardhawi, dan dinisbatkan kepada salah satu mazhab yang diikuti”. Sikap

Mustaqbalal Allah Ushuluyah Al-Islamiyah , (Mesir: Maktabah seperti ini tidak termasuk bagian ijtihad, karena sikap semacam

Wahbah, Cet. I, 1997, hal. 44-45) Wahbah, Cet. I, 1997, hal. 44-45)

menetapkan kebebasan dalam perdagangan di Ada beberapa kemungkinan yang dapat pasar. Hukum Islam mebiarkan harga barang- dilakukan oleh mujtahid kontemporer dalam barang bergerak sesuai dengan prinsip penawaran melakukan kajian terhadap persoalan yang pernah dan permintaan pasar. Ilahi ini dapat dilihat dari dibahas oleh ulama klasik. Pertama, apakah pernyataan Nabi yang tidak bersedia mempengaruhi persoalan ketetapan hukum suatu masalah itu urusan penetapan harga di pasar seperti permintaan disetujui, tetapi dalam penerapan untuk penerapa sebagian sahabat. Keengganan Nabi tersebut cukup sekarang apakah perlu penyesuaian. Kedua, beralasan, karena proteksi yang dilakukan terhadap apakah persoalan dipeselisihkan oleh ulama pasar tanpa ada kepentingan apapun adalah mazhab, yang memerlukan pentarjihan, atau perbuatan aniaya (kezaliman). Ketiga , kedua-duannya bersatu sekaligus.

Berdasarkan hadis tersebut, para ahli fiqh Persoalan-persoalan ini dapat terjadi baik dalam kemudian memutuskan suatu hukum yang bidang ibadah, muamalah dan lain-lain.

Untuk menilai realisasi formulasi fiqh kontemporer Yusuf Qardhawi, maka dapat dilihat 21 Yusf Qardhawi mengutip hadis ini dalam buku Ibnu Taimiyah

dari beberapa contoh kasus yang berhubungan yang berjudul “Muntahal Akhhar min Akhdisi Sayyidi Ahyar“.

Hadis tentang pencegahan penetapan harga ini muncul berkaitan

dengan ijtihad tarjih yang dikemukakannya.

dengan suatu keadaan dizaman Nabi seperti diterangkan oleh Anas

20 Pertama, kasus penetapan harga-harga bin Malik, bahwa zaman Rasulullah s.a.w. harga-harga barang yang

menjadi mahal. Kemudian datanglah beberapa orang sahabat

termasuk dalam pembahasan muamalah. Di kepada Rasulullah sambil menyatakan: “Ya Rasulullah, kalangna fuqaha telah terjadi perbedaan pendapat bagaimanakah seandainya anda menetapkan harga barang-barang?

dalam penetapan harga arang-barang tertentu yang Nabi bersabda:

Arinya: sesuangguhnya hanya Allah yang dapat menahan,

dikonsumsikan oleh masyarakat. Persoalan ini melapangkan, member rezki dan yang menentukan harga. Aku walaupun telah dibahas oleh ulama klasik, tetapi harap akan dapat bertemu Allah(kelak) tanpa ada seorangpun yang

menuntutku karen apenderitaannya akibat kezaliman (aniaya) yang

kasus ini masih tetap actual sampai sekarang. kulakukan kepadanya dalam hal hutang darah atau harta.

Imam Syaukani seperti di kutip Yusuf Qardhawi mengatakan, bahwa di dalam sutau bab yang diterangkan oleh Abu Haurairah 19 Hukum yang tercakup dalam fiqh itu tidak sederajad, ada

dan terdapat pula Imam Ahmad dan Abu Daud, dijelaskan yang sumber dalilnya nash, ijma’ qias, istihsan, masalahah

mengenao kedatangan seorang laki-laki kehadapan Rasulullah mursalah, ‘urf, serta sumber-sumber lain yang diperselisihkan oleh

s.a.w . ia berkata: “Ya Rasulullah tetapkanlah harga barang- ulama. Nash pun tidak sederajad, ada yang shaheh ada yang dhaif,

barang”. Rasulullah s.a.w menjawab: “Berdoalah kalian kepada ada yang qath’iy ada yang zhanniy, ada yang sharih ada tidak

Allah”. Sesudah itu datang pula seorang sahabat lain sambil sharih , dan begitu pula denan sumber-sumber yang lainnya

berkata: “ Ya Rasulullah tetapkanlah harga barang-barang. Beliau sehingga produknya menjadi semakin luas untuk diperbincangkan

menjawab :”Allah itu merendahkan dan menaikkan”. oleh ulama kontemporer.

Berdasarkan hadis yang dibawa Anas bin Malik ini, maka 20 Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

beberapa orang sahabat memperbincangkan hadis ini dan mereka penetapan harga dalam pembahasannya adalah ketentuan yang

berpendapat bahwa nash hadis yang mencegah penetapan tersebut dilakukan oleh pemegang pemerintahan di suatu wilayah untuk

ada kuat dan tidak diragukan sedikitpun. (Lihat, Abu Daud, Sunan menetapkan harga barang-barang tertentu yang sedang dipasarkan.

Abu Daud ,, bab Buyuk (3451), al-Turmuzi, Sunan al-Turmuzi (Lihat, Yusuf Qardhawi, Awamili al-Syari’ati, hal. 71)

(1314), Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah (2200)

melarang dilakukan penetapan harga. Sebab Bila hubungan dengan penetapan harga tindakan demikian merupakan suatu kezaliman barang-barang kebuttuhan pokok bagi manusia dan mendatangkan kerugian. Dalam buku “Nail dan hewan dan barang kebutuhan lainnya seperti al Authar ”, terdapat keterangan bahwa alasan ikan dan sejenisnya, maka mncul suatu pelarangan tersebut adalah karena setiap orang pendapatdari Syi’ah Zaidiyah yang memiliki kekuasaan terhadap harta benda yang memperbolehkan ditetapkannya harga selain dimilikinya. Sedangkan penetapan harga berarti makanan pokok bagi manusia dan hewan ternak, membatasi gerak sesorang atas hartanya itu, itulah sebab penetapan harga terhadap barang-barang sebabnya setiap pemegang pemerintahan 23 selain bahan pokok telah mendapat persetujuan. diperintahkan untuk memelihara kemaslahatan Namun al-Syaukani sendiri berpendapat bahwa umat Islam. Penetapan harga yang tidak sesuai ijtihad yang dilakukan oleh kelompok pengikut bekanlah termasuk kemaslahatan umat. Apabila Zaidiyah itu tertolak, dan persoalan itu harus kemaslahatan antara pembeli dan penjual dapat dikembalikan kepada statusnya yang bersifat dipertahankan, dengan sendirinya kesepatan umum, karena hadis yang menjadi landasannya antara pembeli dan penjual dapat dipertahankan, bersifat umum. Oleh karena itu penetapan harga dengan sendirinya kesepakatan yang ditetapkan secara khusus merupakan tindakan tidak adil dan berdasarkan ijtihad menjadi suatu keharusan untuk 24 memerlukan dalil tersendiri. menentukan hal yang paling baik.

Setelah melihat dan meneliti secara mendalam Dalam al-Qur’an dinyatakan bahwa seorang masalah ini, Yusuf qardhawi menemukan bahwa penjual diharamkan untuk menetapkan harga yang perkara itu terjadi pada saat harga-harga barang tidak pantas seperti terlihat dalam firman Allah” naik secara wajar. Di dalam hadis itu tidak ada

Artinya: Kecuali dengan jalan perniagaan indikasi sama sekali adanya penimbunan barang yang berlaku dengan suka sama suka diantara yang menyebabkan kenaikan secara tidak wajar, kamu 22 (An-Nisa’ ayat 29).

ataupun pelanggaran tata perdagangna oleh para produsen barang untuk menekan pembeli.

Selain melarang penetapan harga secara Petunjuk yang menjelaskan masalah itu tampak mutlak seperti tersebut diatas, Imam al-Syaukani dari perkataan para sahabat yang menyampaikan seperti dikutip oleh Yusuf Qardhawi juga keluhan bahwa harga-harga barang di pasar menyebutkan suatu keterangan Imam Malik, menjadi mahal. Mereka tidak mengatakan bahwa bahwa penentuan harga boleh dilakukan. Sandaran para pedagang telah mempermainkan harga yang dipergunakan lebih dititikberatkan kepada dipasar sehingga memperoleh keuntungan dengan kondisi untuk menghindari kesukaran bagi cara-cara yang tidak wajar. Rasulullah s.a.w pembeli. Dalam hal ini, kemaslahatan pembeli sendiri, menurut Yusuf Qardhawi, mengisyaratkan lebih diutamakan dari pada kemaslahatan penjual. hal itu dengan jawaban “Berdo’alah kepada Karena jumlah pembeli lebih besar dari jumlah Allah ”. Lebih lanjut ia berargumen bahwa jika saat penjual. Pada sisi yang lain pengikut-pengikut itu terjadi kenaikan harga yang tidak wajar, pasti Imam Syafi’i memperolehkan penetapan harga, beliau tidak akan tinggal diam. Beliau pasti akan pada suatu situasi harga barang di pasaran menunjukkan indikasi yang mahal.

23 Pendapat aliran mazhab Zaidiyah tersebut menurut Yusuf Qardhawi dikemukakan dalam buku “Al-Ghats“, dan kelompok

Zaidiyah adalah satu aliran yang merupakan pecahaan dari golongan Syi’ah Imamiyah yang didirikan oleh Zaid ibn Ai Zainal

22 Lihat Dep. Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Abidin. (Awamilu al-Syari’ati.., hal. 78) Jakarta: Yayasan penerjemahan Al-Qur’an, 1984-1985 hal. 122

24 Ibid 24 Ibid

Di sinilah Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa manusia. 25

pada bagian awal datangnya hadis Nabi, yang Yusuf Qardhawi menegaskan bahwa apabila diriwayatkan oleh Anas bin Malik tersebut, tersirat kondisi tidak dalam keadaan norma, seperti pada suatu makna bahwa para pedagang telah menjual suatu saat terjadi persaiangan tidak sehat dari barang dagangannya dengan harga yang pantas, masyarakat golongan ekonomi kuat (konglomerat) tanpa menimbulkan kerugian bagi masyarakat. dengna jalan menaikkan harga secara tidak wajar, Namun, dala perkembangan selanjutnya, harga- dalam keadaan seperti ini pihak penguasa harga barang menjadi naik disebabkan kurangnya diperbolehkan untuk menetapkan harga. 26 Apabila persediaan barang di pasaran, sedangkan pembeli mereka bertindak serakah untuk menekan semakin bertambah banyak. Keadaan seperti ini masyarakat yang berpenghasilan rensah yang sesuai dengan teori ekonomi mengenai “hukum tujuannya untuk mengumpulkan kekayaan yang penawaran dan permintaan”. Berdasarkan hadis berlipat ganda tanpa perasaan takut sedikitpun tersebut, keadaan seperti ini diserahkan terhadap Allah, maka penentuan harga pada saat- sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itu, saat seperti ittu diperbolehkan sebagai upaya penentuan harga menjadi sesuatu yang tidak perlindungan kepada orang-orang yang lemah dan dikehendaki. tidak berdaya, di samping untuk mencegah

Adapun bagian kedua, seperti seorang pemilik terjadinya perpecahan dan kehancuran akibat barang yang menolak untuk menjual dagangannya, perasaan dengki dari orang-orang yang merasa pada hal orang-orang membutuhkannya, dan dirugikan.

pedagang menjual barangna dengan tambahan Dalam menetapkan pendapatannya Yusuf harga diatas harga biasa. Di sini mereka wajib Qardhawi juga melihat buku-buku mazhab Hanafi menjualnya dengan harga standar normal, dan seperti Al-Hidayah, Ikhtiar, di mana didalamnya “pematokan” harga oleh pemerintah adalah dijelaskan bahwa apabila para pedagang besar telah sesuatu yang harus dilakukan. Hal ini merupakan bertindak melampui batas untuk menentukan harga tindakan menegakkan keadilan yang telah barang dagangannya, pemerintah wajib menentukan diwajibkan Allah kepada manusia. harga dengna mengajak bermusyawarah bersama

Begitu pula dengan praktek Bank Islam yang ahli ekonomi. Hal ini sangat penting dilakukan merupakan sistem muamalat, seperti penjuala guna mencegah kesengsaraan masyarakat luas. 27 dengan sistem bagi hasil yang dikerjakan oleh Keterangan diatas diperkuatnya pula dengan pendapat Ibnu Taimiyah yang mengatakan, “

28 Pendapat Ibnu Taimiyah dalam persoalan pendapat harga oleh pemerintah ada dua macam. Pertama: yang mengharamkan yaitu

25 Yusuf Qardhawi untuk memperkuat pendapatnya mengutip jika mengandung unsure kezaliman (ketidakadilan) terhadap hadis yang artinya: “Engkau semua adalah pemimpin dan akan

manusia dan memaksakan mereka tanpa hak untuk menjual dengan diminta pertanggungjawabannya tentang pimpinan masing-

harga yang tidak disukainya atau melarang mereka dari hal yang masing”.

telah Allah bolehkan bagi mereka. Kedua: jika mengandung 26 Dalam keadaan seperti ini Yusuf Qardhawi mempergunakan

keadilan antar manusia, seperti memaksakan mereka dengan wajib kaidah yang membatasi kekuasaan pemimpin dan kebijaksanaan

atas mereka untuk bertransaksi jual beli dengan harga standar yang yang dibuat pemimpin menyangkut rakyat banyak harus mengikuti

normal dan melarang mereka dari yang diharamkan Allah atas prinsip kemaslahatan, kaidah ini sudah disepakati oleh ulama. Lihat,

mereka untuk mengambil tambahan di atas harga normal, maka Al-Syiyasah al-Syar’iyah , (Kairo: Maktabah Wahbah, 1998), hal. 108.

tindakan itu adalah boleh , bahkan wajib. (Yusuf Qardhawi, Peran 27 Ibid , hal. 75

Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam , hal. 467) Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam , hal. 467)

Dalam buku Bidayatul mujtahid dijelaskan boleh, karena pada dasarnya jual beli itu halal bahwa fuqaha berselisih pendapat tentang orang hukumnya. Seperti dimaksud oleh firman Allah yang membeli barang secara mubarahah surat al-Baqarah ayat 275 artinya: “Dan Allah telah berdasarkan harga yang diberitahukan kepadanya, menghalalkan jual beli, dan mengharamkan namun kalau harga yang sebenarnya lebih sedikit, riba”. 29

baik menurut pengakuannya (penjual) ataupun Pendapat pakar di atas, seagaimana saksi-saksi, sedangkan barang tersebut masih ada. dikutipoleh Yusuf Qardhawi, sesuai dengan

Imam Malik dan sekelompok fuqaha berpendapat pendapat Imam Syafi’i yang teermuat dalam kitab bahwa pembeli boleh khiyar. Yakni apakah ia akan al-Umm . Akan tetapi mereka, menurut Yusuf mengambil harga yang sah atau membiarkannya. Jika Qardhawi, berpeda pendapat dengan Imam Syafi’i penjual tidak mengharuskannya, maka ia harus berkenaan dengan orang yang berwenang atau mengambilnya. berjanji untuk melakukan pembelian boleh

Imam Abu Hanifah dan Zufar berpendapat memilih alternatif sesuadah pembelian barang bahwa pembei mempunyai hak khiyar secara yaitu meneruskan jika berkenaan dan mutlak, dan tidak ada keharusan baginya untuk membatalkan jika tidak berkenan.

mengambil harga yang apabila penjual Kelompok itu berpendapat bahwa janji yang mengharuskannya, maka menjadi keharusan pula terbuat dalam transaksi jual beli itu, setelah ada baginya untuk mengambilnya. permintaan barang adalah menjadi keharusan bagi

Berkenaan dengna praktek perbankan Islam, orang yang bersangkutan untuk membelinya, prinsip Yusuf Qardhawi sudah sangat jelas. Yakni dengna alasan wajib memenuhhi janji itu seperti dia sangat menetang keberadaan bank konvensional wajibnya membayar hutang. Pendapat semacam menerutnya praktek bank konvensional adalah ini, menurut Yusuf Qardhawi, sesuai dengan melaksanakan sistem riba dan itu dilarang oleh makna lahiriyah al-Qur ’an dan Sunnah, Islam. Itulah sebabnya ia mengembangkan sistem

mudharabah (sistem bagi hasil) yang bebas dari praktek riba. 31

29 Dep. Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal. 69Al- Tsauri, Ibnu Abi Laila, Ahmad dan sekelompok fuqaha lainnya

Yusuf Qardhawi sendiri menepis anggapan

menganggap bahwa jual beli tersebut tetap terjadi (mengikat

bahwa “mutashil membangun ekonomi Islam

keduanya) sesudah tambahannya dikurangi. Sedangkan Imam Syafi’i sendiri mengemukakan dua pendapat, yakni khiyar secara mutlak dan mengikat keduanya setelah dikurangi. Fuqaha yang mewajibkan (tetap berlangsungnya) jual beli sesudah dikurangi

30 Yusuf Qardhawi, Ijtihad Kkontemporer, hal. 29. Kajian selisih mengemukakan alasan, bahwa pemberian laba oleh pembeli

mengenai persoalan ini menurut Yyusuf Qardhawi telah dituangkan hanya didasarkan atas jumlah yang dipakai untuk membeli barang

dalam bukunya yang berjudul: “Ba’iu al-Murabahah li Al-Aamir saja tanpa ada yang lainnya. Maka ketika apa yang diucapkan itu

bi al-Syiraa kamaa Tarjih al-Mushaarif al-islamiyah , yang telah tampak berlainan, wajib kembali kepada apa yang Nampak, seperti

diterbitkan oleh Dar al-Qalam, Kuwait dan Maktabah Wahbah, jika seseorang mengambil harga berdasarkan takaran tertentu,

Mesir.

kemudia ia keluar tanpa membawa takaran tersebut, maka orang 31 Yusuf Qardhawi, Fatwa Ma’asyirah, Jilid I, hal. 763-766. itu harus memenuhi takaran itu. Sedangkan fuqaha yang

Yusuf Qardhawi sangat keras menentang praktek perbankan berpendapat bahwa khiyar tersebut secara mutlak beralasan bahwa

konvensional, sehingga ia tidak sependapat dengan gurunya, Syekh kedustaan dalam jual beli disamakan dengan cacat. Ibnu Ruysd,

Mahmud Syaltout yang memberikan pengecualian praktek Bidayatul Mujtahid , juz 3, terj. MA. Abdurrahman dan A. Haris

perbankan konvensional dalam keadaan darurat umat Islam Abdullah, (Semarang: Penerbit al-Shifa’, 1990), hal. 184.

dibolehkan memanfaatkannya.

tanpa bank dan muthasil bank berdiri tanpa melihat pemikirannya dalam memilih pendapat bunga”. Pada saat sekarang orang dapat melihat atau menentukan sikap dalam persoalan hukum dengna mata kepalanya sendiri, bahwa di beberapa zakat, khususnya dalam menentukan hasil negara telah beroperasi bank-bank yang bebas pertanian yang wajib zakat. riba. Berdirinya bank-bank Islam ini telah dapat mengembalikan kepercayaan kaum muslimin dan

2. Persoalan yang Belum Pernah dibahas oleh

telah dapat membuka pintu investasi yang dahulu

Ulama Terdahulu

diabaikan seperti al-musyarakah, al-mudharabah Dalam menyikapi berbagai persoalan dan al-murabahah, yang dapat menjadikan kontemporer sebagai akibat dari kemajuan ilmu individu muslim mendepositokan harta mereka pengetahuan dan teknologi yang belum pernah yang diinvestasikan dalam bidang yang halal dan dibahas oleh ulama terdahulu maka Yusuf menjadikan orang-orang yang mempunyai proyek Qardhawi menerapkan suatu prinsip bahwa untuk supaya mendapat keuangna yang secukupnya bagi zaman modern ini lebih dituntut ijtihad yang lebih usaha yang mereka lakukan dengan cara yang jauh kreatif. Yusuf Qardhawi berpendapat ijtihad kreatif dari apa yang diharamkan oleh Allah ta’ala.

dapat juga mencakup sebagian masalah yang telah Namun demikian, Yusuf Qardhawi mengakui dibahas oleh ulama terdahulu. Akan tetapi dalam bahwa operasionalisasi dari bank-bank Islam belum masalah itu seorang mujtahid kontemporer betul- sempurna oleh sebab itu ia berpendapat bahwa perlu betul memiliki pendapat baru yang belum pernah dilakukan perbaikan pelayanan dari beberapa segi: dikemukakan ulama salaf sebelumnya. Adanya dua

1. Dari segi penyiapan sumber daya manusia perbedaan pendapat akan dapat melahirkan secara berkelanjutan dengan sifat yang pendapat ketiga, keempat dan seterusnya. Ini konsisten terhadap Islam dalam tingkah laku, menunjukkan bahwa hukum Islam tersebut selalu akhlak dan pemahaman yang benar tentang mengalami dinamika dan menerima perubahan- hukum syari’at, pengalaman dari segi perubahan sesuai dengna tuntutan zaman. keuangna, bank dan manajemen.

Mengingat demikian kompleksnya persoalan

2. Meningkatkan kesejahteraan dengan jalan kontemporer yang muncul maka Yusuf Qardhawi pemberian keuntungan kepada depositor, serta telah menjawabnya sebagaimana tertuang dari mengembangkan usaha-usaha yang lebih besar berbagai bukunya, baik dalam bentuk penelitian seperti bay’i al-murabahah yang tidak lagi maupun dalam bentuk fatwa. Persoalan-persoalan diragukan kehalalannya, dan akan lebih baik itu antara lain persoalan saham, obligasi, bursa lagi meningkatkan proyek-proyek jangka valas, asuransi, bedah operasi, cangkok anggota panjang dalam bidang kegiatan usaha tubuh, euthanasia, narkotika serta persoalan produktif yang terdapat dalam masyarakat. 32 lainnya. Akan tetapi dalam pasal ini aka

3. Menjalin kerjasama antar sesame bank-bank dikemukakan sebagian kecil dari persoalan yang Islam yang dapat mendatangkan maslahat bagi dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi. umat seperti membangun proyek besar yang

Dalam jual beli valuta asing, misalnya berskala internasional dan sebagainya.

bagaimana menentukan nilai tunai dalam jual beli Persoalan yang tidak kalah menariknya dan

32 Persoalan-persoalan baru yang dikemukakan oleh Yusuf

menjadikan perbincangan umat Islam sampai hari Qardhawi dapat dilihat dalam bukunya Fatwa-fatwa Kontemporer, ini, adalah persoalan zakat. Yusuf Qardhawi telah yang merupakan kumpulan pertanyaan yang diajukan masyarakat.

membahas secara mendalam soal zakat, tetapi Baik yang terekam dalam kaset maupun yang sudah dalam bentuk

tulisan, selain itu persoalan baru itu juga dapat dilihat sebagian

yang dikemukakan di sini hanyalah contoh untuk dalam buku Halal Haram dalam Islam.

tersebut sebab dalam praktek transaksi antara bank syara’ telah menyerahkan ukuran banyak hal kepada Islam dan asing (sebutlah misalnya bank Britanis) adat kebiasaan manusia termasuk di antaranya itu terjadi misalnya pada hari senin, 1 Desember penuntutan kriteria “tunai” dalam jual beli. pukul 10.00, maka penyerahan dan penerimaan

Oleh sebab itu, selama yang dimaksud dengan itu baru terjadi dua hari sesuadahnya, yaitu hari “tunai” menurut adat kebiasaan itu baru dapat Rabu, 3 Desember pada pukul 10.00. apanila terealisasi, maka makna “tunai” menurut syara’ bertepatan dengan hari libur akhir pecan (hari pun adalah terealisasi. Dengan demikian, menurut Sabtu dan Ahad) menurut kebiasaan setempat, Yusuf Qardhawi maka berlaku pulalah pada jual maka serah terima itu baru terjadi setelah empat beli valuta asing itu hukum-hukum yang berkaitan hari kerja atau setelah 96 jam.

dengan ketunaian menurut syara’. Namun Yusuf Tetapi yang biasa terjadi serah terima itu ada Qardhawi masih mengingatkan, meskipun realitas yang setelah selesai kesepakatan langsung terjadi, tunai ini juga mengikuti darurat waktu, darurat ada pula kadang-kadang setelah satu atau dua jam, itu sendiri harus tetap diukur dengan bahkan adakalanya setelah 40 jam, hanya saja 35 ukurannya. Oleh sebab itu, tidak diperkenankan tidak sampai melebihi 48 jam. Karena sesudah bagi bank Islam menjual apa yang telah dibelinya

48 jam jual beli tersebut tidak dipandang tunai kecuali setelah diterimanya terlebih dahulu menurut kebiasaan negara yang bersangkutan. barang itu menurut kriteria adat kebiasaan yang Inilah salah satu problem yang memerlukan 36 berlaku. jawaban dari Yusuf Qardhawi.

Landasan pembolehan transaksi berdasarkan Menurut Yusuf Qardhawi masalah yang ‘urf oleh Yusuf Qardhawi dapat dilihat pendapatnya berhubungan dengan investasi sebagian bank mengenai ‘urf itu sendiri. Yusuf Qardhawi islam dalam jual beli valuta asing menurutnya mengatakan bahwa pemeliharaan terhadap ‘urf sesuai dengan prinsip-prinsip syara’, bahwa jual tidak lain merupakan perhatian terhadap beli mata uang haruslah dilakukan dengan tunai, kemaslahatan. Demi kemaslahatan itu pulalah yang sebagaimana dijelaskan dalam hadis nabi saw menyebabkan manusia harus menetapkan segala dalam jual beli terhadap enam macam benda yaitu sesuatu yang mereka senangi dan mereka kenal. emas, perak, beras, gandum, padi, kurma dan Peraturan yang tercipta dari ‘urf akan mengalami

33 garam. 37 Denggan demikian, tidak sah aqad jual perubahan menurut tempat dan waktu. beli mata uang dengan sistem penangguhan, bahkan

harus dilakukan secara tunai ketika ditempat

34 transaksi itu. 35 Sebagai landasannya dipakai hadis Wahbah al-Zuhaili setelahmengutip pendapat-pendapat imam

mazhab, serta memberikan penilaian bahwa defenisi yang

dari Ibnu Umar yang mengisyaratkan seperti itu.

dikemukakan oleh imam mazhab lebih di titik beratkan kepada

Tetapi yang menjadi persoalan adalah aspek makanan. Maka seolah-olah terkesan pengertian lebih bagaimana penentuan masalah “tunai” itu sendiri. sempit. Oleh sebab itu ia menawarkan pengertian darurat adalah

datangnya kondisi bahaya atau kesulitan yang amat berat kepada

Dalam hal ini Yusuf Qardhawi sangat jelas diri manusia yang membuat dia kuatir akan terjadi kerusakan atau pendapatnya, bahwa tunai itu sendiri diserahkan sesuatu yang menyakiti jiwa, anggota tubuh, kehormatan, akal,

harta dan yang berkaitan dengannya. Ketika itu boleh mengerjakan

kepada adat kebiasaan ditempat-tempat kejadian yang diharamkan, atau meninggalkan yang diwajibkan atau tersebut untuk dijadikan sebagai ukurannya, karena menunda waktu pelaksanaannya guna menghindari kemudharatan

yang diperkirakan dapat menimpa dirinya selama tidak keluar dari syarat-syarat yang ditentukan oleh syara’. (Lihat, Wahbah Zuhaili, Nazhariyah al-Darurah al-Syari’ah Muqaranah Ma’a al-Qanun

33 Yusuf Qardhawi, Fatwa Kontemporer, hal. 586. al-Wadha’i , (Damaskus: Muassasah al-Risalah, 1997), hal. 72. 34 Yusuf Qardhawi mengutip hadis Ibnu Umar yang mengatakan

36 Yusuf Qardhawi, Fatwa Muasyirah, Hadyu al-Islam Fatawa “Anda berdua berpisah sedang diantara anda sudah tidak ada

Mu’asyirah , jilid 2 (Libanon: Dar al-Ma’rifah, 1988), hal. 584-587. persoalan apa-apa lagi”.

37 Yusuf Qardhawi, Awamilu al-Sa’ati.., hal. 43

Begitu pula dengna persoalan euthanasia yang daripada Dzat yang menciptakannya. Untuk selalu diperbincangkan oleh kalangan kedokteran, urusan yang rumit seperti itu serahkanlah kepada bahkan sampai hari ini masih selalu menjadi Allah Ta’ala, karena Dialah yang member perdebatan Yusuf Qardhawi, sebagai salah seorang kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya pakar hukum kontemporer juga membahas 40 apabila telah tiba ajal yang telah ditetapkan-Nya. persoalan ini. Beliau menjelaskan bahwa

Akan tetapi terhadap kasus penghentian alat euthanasia atau dalam bahasa Arab disebut “qutl pernapasan buatan dari seorang penderita al-rahmah atau taysar al-maut” adalah suatu penyakit, yang menurut keyakinan dokter, tindakan memudahkan kematian seseorang penderita tidak akan dapat disembuhkan dan dengan sengaja tanpa merasa sakit baik secara apabila alat tersebut dihentikan, maka penderita posistif maupun cara negatif. 38 Yang jadi persoalan tersebut dianggap mati oleh dokter atau dihukumi adalah apakah mempermudah proses kematian 41 telah mati, Yusuf Qardhawi berpendapat kalau baik secara positif atau negatif dibenarkan dalam yang dilakukan oleh dokter itu semata-mata Islam?

menghentikan alat pengobatan, berarti sama Yusuf Qardhawi berpendapat bahwa dengna tidak memberi pengobatan. Hal ini berarti memudahkan proses kematian secara aktif seperti termasuk ke dalam lapangan euthanasia negatif seorang penderita kanker ganas menurut dan tidak termasuk memudahkan kematian keyakinan dokter tidak ada kemungkinan sembuh, dengna cara aktif. Oleh sebab itu menurut Yusuf kemudian dokter memberikan obat dengna qardhawi cara seperti itu dibenarkan oleh syara’ tekanan tinggi dengan maksud menghilangkan artinya tidak terlarang. Lebih-lebih lagi peralatan rasa sakit dan pada saat yang sama dapat pula yang dipakai tersebut hanya sekedar untuk dapat menghilangkan (menghentikan) pernapasan si hidup secara lahir (yang tampak dalam penderita. Menurut Yusuf Qardhawi persoaln pernapasan, dan peredaran darah denyut nadi saja). seperti ini tidak dapat dibenarkan oleh syara’. Dan bila dilihat dari segi aktifitas maka pasien Tindakan yang dilakukan oleh dokter pada kasus sudah sseperti orang mati. Karena alat-alat vital ini berarti telah tergolong melakukan tak berfungsi lagi. pembunuhan, haram hukumnya bahkan termasuk

Dengan mempertimbangkan maslahat dan dosa besar. 39 Yusuf Qardhawi beralasan bahwa mudharabatnya, membiarkan si sakit dalam

perbuatan demikian itu tidak dapat lepas dari keadaan seperti itu hanya akan menghabiskan kategori pembunuhan, meskipun yang dana yang banyak bahkan tidak terbatas, di mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan samping akan menghalangi pengunaan alat-alat untuk meringankan penderitaannya, karena tersebut bagi orang lain yang membutuhkannya bagaimanapun menurut Yusuf Qardhawi si dokter sehingga akan lebih banyak manfaat yang diperoleh itu tidaklah lebih pengasih dan penyayang dari alat tersebut. Selain itu, kondisi itu juga

menyebabkan keluarga akan terus bersedih dan

menderita yang tidak diketahui batas waktunya.

Eutanasia Positif, adalah kematian dengna dibantu orang lain (seperti dokter) dengan cara memberikan suntikan atau obat

Mengenai euthanasia negatif, seperti

yang dapat mempercepat kematian. Eutanasia Positif, adalah suatu

menghentikan pengobatan atau tidak memberikan

cara yang membiarkan segala pertolongan terhadap sipenderita termasuk segala pengobatannya. Yusuf Qardhawi membedakan

pengobatan, ini sangat tergantung kepada

bahwa euthanasia negatif tidak mempergunakan alat atau langkah-

keyakinan dokter bahwa pengobatan penderita

langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit. Tetapi cukup dibiarkan tanpa diberikan pengobatan, Yusuf Qardhawi, Fatwa Kontemporer , hal. 750.

39 Ibid

40 Ibid, hal. 751 40 Ibid, hal. 751