013-Halala Fatihah Bakhri.docx
CATATAN:
1. Judul: perlu dibenahi sedikit.
Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah desa…. Kec…. Kab….
2. Latar Belakang Masalah: baru memenuhi unsure ideal
Perlu dibenahi dengan memenuhi unsure Realitas, ideal dan alternative
pemecahan.
3. Rumusan Masalah: Perlu dibenahi
Bila judulnya tentang motivasi, maka tidak perlu bertanya tentang
prestasi.
4. Kesalahan lay out, salah ketik, salah tata bahasa dan salah penulisan
diperbaiki sendiri.
Nama
Bakhri
: Halala Fatihah
Jurusan
: PGMI
Semester/kelas
NIM
: V/A
: D07209058
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.1 Pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar. pada setiap
individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi
tahu
sepanjang
hidupnya.
Sedangkan
proses
belajar
mengajar
merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses
siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi
interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan
dalam
diri
siswa
baik
perubahan
pada
tingkat
pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar
tersebut akan dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal
membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga
meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.2
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi
perubahan
sikap
(aspek
afektif),
serta
keterampilan
(aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
1
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. Tanggal akses Minggu, 06 november 2011
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), hlm. 48
pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan peserta didik. 3
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari
tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Dalam pendidikan saat
ini, guru seringkali mendapatkan kesulitan dalam pembelajaran.
Misalnya: siswa merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung
karena tidak ada yang membuat semangat dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini menyebabkan kurang aktifnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran, apalagi pada pelajaran yang dianggapnya sulit. Oleh
karena itu, kita mencoba membuat siswa lebih aktif didalam kegiatan
pembelajaran, dan meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa.
Metode ini, diterapkan pada pelajaran Matematika, karena biasanya
siswa merasa bosan dan jenuh pada pelajaran tersebut.
Meskipun Matematika sudah diberikan sejak dini, tetapi hasil dari
pembelajaran tersebut belum bisa maksimal dengan hasil yang sangat
memuaskan. Keaneka ragaman kemampuan yang ada pada siswa
adalah salah satu hal yang mengakibatkan mereka kesulitan belajar
sehingga tingkat penguasaan belajar berbeda antara siswa satu
dengan yang lainnya. Adanya tingkat penguasaan materi yang
berbeda, maka akan berbeda pula dalam ketuntasan belajar mereka.
Sehingga baik siswa yang cepat belajarnya maupun yang lambat
dalam belajarnya akan mengalami kesulitan belajar. Selain hal
tersebut diatas, terlalu banyaknya materi atau jam pelajaran yang
diberikan juga bisa menyebabkan kejenuhan para siswa.
Untuk meningkatkan motivasi mempelajari materi Matematika
harus segera dicarikan solusi. Seorang Guru perlu mengembangkan
pendekatan dan metode yang lebih variatif untuk mengatasi berbagai
kesulitan siswa seperti kejenuhan mempelajari Matematika, adanya
kemungkinan peserta didik kurang mendapat motivasi dari orang tua
3
Wikipedia. Op cit
siswa dalam mendukung anaknya atau faktor lingkungan yang kurang
mendukung. Untuk itu, guru harus mencari strategi atau inisiatif agar
siswa dapat tertarik atau lebih antusias untuk mau mendalami
pelajaran Matematika. Penggunaan Metode Reward merupakan salah
satu alternatif yang dapat kita tempuh pada saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung sehingga dapat terwujud apa yang kita
harapkan bersama yakni dengan pelajaran Matematika.
Di era kurikulum yang senantiasa mengalami pergeseran atau
perubahan
ini,
penyelanggaraan
pendidikan
dan
pembelajaran
membutuhkan guru yang juga berfungsi sebagai peneliti secara most
powerfull,
yakni
mengadopsi
guru
strategi
yang
baru.
mampu
melaksanakan
Sebenarnya
kurikulum
tugas
adalah
dan
yang
dilakukan guru pada pembelajaran. Paul Suparno menuturkan bahwa,
”kurikulum nasional hanyalah contoh acuan, namun kurikulum yang
sebenarnya adalah yang dijalankan guru dan siswa dikelas”. 4 Dari
penuturan tersebut, kurikulum bersifat tidak memaksa dan dapat
dilakukan sesuai dengan kondisi anak didik yang dididik oleh guru.
Meskipun demikian, guru mempunyai tanggung jawab untuk
menyajikan pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan tujuan
dari pembelajaran dapat tercapai. Metode Reward ini peneliti coba
untuk mengefektifkan pembelajaran dan memotivasi siswa supaya
lebih aktif dalam pembelajaran.
Perkembangan metode Reward ini tidak hanya terbatas pada
ranah edukasi akan tetapi bisa dijumpai pada hampir semua ranah
sosial, khususnya organisasi dan industri. Dalam sebuah penelitian
psikologi yang ingin membandingkan kejituan antara metode Reward
dengan Punishment (hukuman) dalam mengukur tingkat kesuksesan
yang
lebih
memuaskan.
Pada
periode
yang
singkat
metode
Punishment memang tampak lebih mengangkat motivasi belajar siswa,
namun pada periode selanjutnya dengan waktu yang lebih lama
4
Paul Suparno, kompas 27 februari 2006
terbukti metode Reward lebih berhasil dan memberikan peningkatan
motivasi belajar siswa.5
Metode Reward tidak dapat dipisahkan dari pemberian motivasi
yang diberikan oleh siswa sebagai salah satu syarat pencapaian
motivasi belajar siswa. Hal tersebut merupakan prakondisi yang harus
ada pada diri sendiri dalam usaha untuk motivasi siswa dalam belajar.
Adapun motivasi sendiri menurut Frederick J. McDonald ”merupakan
perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan”.6 Jadi motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong individu untuk belajar.
Adanya motivasi dapat mendorong untuk belajar selanjutnya
berimplikasikan pada hasil prestasi, sebaliknya tanpa adanya motivasi
dapat memperlemah semangat belajar siswa. Hal ini berarti bahwa
adanya korelasi metode Reward dengan peningkatan motivasi belajar
siswa. Masalah ini juga sesuai apa yang dikemukakan Sumadi
Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan. Arden N. Frandsen
memaparkan dengan adanya enam factor psikologi yang mendorong
seseorang untuk belajar, antara lain:
1. Adanya sifat dan rasa ingin tahu
2. Adanya sifat yang kreatif
3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan
usaha baru
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman
5. Adanya keinginan mendapatkan rasa aman
6. Adanya ganjaran dan hukuman.7
5
(http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?berita=Resensis7id=129554).Tanggal
akses Jum’at, 23 Februari 2007
6
7
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara1987), hlm. 194
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafndo Persada, 2004),
hlm. 236-237
Dalam uraian diatas, hal yang ingin dicapai selain ingin
membuktikan secara kontekstual dan faktual bahwa metode Reward
memiliki efektiftas dan implikasi yang lebih positif dibanding metode
Punishment, juga tentunya akan menjadi rekomendasi bagi model
pengajaran siswa di sekolah tersebut, khususnya secara persuasi
dengan mengutamakan pemberian ganjaran dibanding tuntutan dan
hukuman pada siswa.
Dari uraian tersebut, saya mencoba menyusun skipsi yang
berjudul
“Penerapan
Motivasi
Belajar
Metode
Matematika
Reward
Dalam
Siswa
Kelas
Meningkatkan
IV
Madrasah
Ibtidaiyyah ”, dengan harapan supaya siswa di SD tersebut tidak
bosan dalam belajar dan menjadi lebih aktif dan motivasi belajar siswa
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
mendeskripsikan
metode
Reward
pada
pelajaran
Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
2. Bagaimana motivasi belajar matematika dengan menggunakan
metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
3. Bagaimana hasil belajar Matematika dengan metode Reward Siswa
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan metode Reward pada pelajaran Matematika
pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
2.
Untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
Matematika
dengan
menggunakan metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan
metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
D. Manfaat
Manfaat ini pada guru adalah guru dapat menggunakan yang
sesuai
dalam
pembelajaran
dan
dapat
mencapai
dari
tujuan
pembelajaran, serta dapat meningkatkan kekurangan guru dalam
proses pembelajaran.
Manfaat
bagi
siswa
adalah
siswa
dapat
belajar
dengan
menyenangkan dan mendapat pengalaman baru. Siswa akan lebih
aktif dan termotivasi.
Manfaat bagi sekolah adalah sekolah dapat menjadi lebih maju
karena siswa dan guru sama-sama mempunyai kompetensi yang tinggi
dalam pembelajaran.
Manfaat bagi peneliti penerapan metode Reward ini, akan
mempermudah dalam mengajarkan pelajaran matematika pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, selain itu diharapkan menjadi
bahan rujukan dan pertimbangan bagi peneliti yang lain, yang ingin
meneliti dengan topik dan obyek yang sama.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya. Oleh karena itu, saya membuat hipotesis yang akan
dicapai.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Jika Metode Reward
ini diterapkan, maka motivasi belajar matematika Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah. Akan meningkat.”
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Paul Suparno, kompas 27 februari 2006
(http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?
berita=Resensis7id=129554). Tanggal akses
Jum’at, 23 Februari 2007
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. Tanggal akses
Minggu, 06 november 2011
1. Judul: perlu dibenahi sedikit.
Penerapan Metode Reward Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah desa…. Kec…. Kab….
2. Latar Belakang Masalah: baru memenuhi unsure ideal
Perlu dibenahi dengan memenuhi unsure Realitas, ideal dan alternative
pemecahan.
3. Rumusan Masalah: Perlu dibenahi
Bila judulnya tentang motivasi, maka tidak perlu bertanya tentang
prestasi.
4. Kesalahan lay out, salah ketik, salah tata bahasa dan salah penulisan
diperbaiki sendiri.
Nama
Bakhri
: Halala Fatihah
Jurusan
: PGMI
Semester/kelas
NIM
: V/A
: D07209058
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif
permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman.1 Pembelajaran
merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar. pada setiap
individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi
tahu
sepanjang
hidupnya.
Sedangkan
proses
belajar
mengajar
merupakan kegiatan pokok sekolah yang di dalamnya terjadi proses
siswa belajar dan guru mengajar dalam konteks interaktif dan terjadi
interaksi edukatif antara guru dan siswa, sehingga terdapat perubahan
dalam
diri
siswa
baik
perubahan
pada
tingkat
pengetahuan,
pemahaman dan ketrampilan ataupun sikap. Melalui proses mengajar
tersebut akan dicapai tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal
membentuk perubahan tingkah laku dalam diri siswa, akan tetapi juga
meningkatkan pengetahuan yang ada dalam diri siswa.2
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang
berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik
dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu
objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi
perubahan
sikap
(aspek
afektif),
serta
keterampilan
(aspek
psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan
1
2
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. Tanggal akses Minggu, 06 november 2011
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), hlm. 48
pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi
antara pengajar dengan peserta didik. 3
Pembelajaran merupakan suatu proses yang dilakukan secara
sadar pada setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari
tidak tahu menjadi tahu sepanjang hidupnya. Dalam pendidikan saat
ini, guru seringkali mendapatkan kesulitan dalam pembelajaran.
Misalnya: siswa merasa bosan ketika pembelajaran berlangsung
karena tidak ada yang membuat semangat dalam pembelajaran
tersebut. Hal ini menyebabkan kurang aktifnya siswa dalam kegiatan
pembelajaran, apalagi pada pelajaran yang dianggapnya sulit. Oleh
karena itu, kita mencoba membuat siswa lebih aktif didalam kegiatan
pembelajaran, dan meningkatkan semangat belajar dalam diri siswa.
Metode ini, diterapkan pada pelajaran Matematika, karena biasanya
siswa merasa bosan dan jenuh pada pelajaran tersebut.
Meskipun Matematika sudah diberikan sejak dini, tetapi hasil dari
pembelajaran tersebut belum bisa maksimal dengan hasil yang sangat
memuaskan. Keaneka ragaman kemampuan yang ada pada siswa
adalah salah satu hal yang mengakibatkan mereka kesulitan belajar
sehingga tingkat penguasaan belajar berbeda antara siswa satu
dengan yang lainnya. Adanya tingkat penguasaan materi yang
berbeda, maka akan berbeda pula dalam ketuntasan belajar mereka.
Sehingga baik siswa yang cepat belajarnya maupun yang lambat
dalam belajarnya akan mengalami kesulitan belajar. Selain hal
tersebut diatas, terlalu banyaknya materi atau jam pelajaran yang
diberikan juga bisa menyebabkan kejenuhan para siswa.
Untuk meningkatkan motivasi mempelajari materi Matematika
harus segera dicarikan solusi. Seorang Guru perlu mengembangkan
pendekatan dan metode yang lebih variatif untuk mengatasi berbagai
kesulitan siswa seperti kejenuhan mempelajari Matematika, adanya
kemungkinan peserta didik kurang mendapat motivasi dari orang tua
3
Wikipedia. Op cit
siswa dalam mendukung anaknya atau faktor lingkungan yang kurang
mendukung. Untuk itu, guru harus mencari strategi atau inisiatif agar
siswa dapat tertarik atau lebih antusias untuk mau mendalami
pelajaran Matematika. Penggunaan Metode Reward merupakan salah
satu alternatif yang dapat kita tempuh pada saat kegiatan belajar
mengajar sedang berlangsung sehingga dapat terwujud apa yang kita
harapkan bersama yakni dengan pelajaran Matematika.
Di era kurikulum yang senantiasa mengalami pergeseran atau
perubahan
ini,
penyelanggaraan
pendidikan
dan
pembelajaran
membutuhkan guru yang juga berfungsi sebagai peneliti secara most
powerfull,
yakni
mengadopsi
guru
strategi
yang
baru.
mampu
melaksanakan
Sebenarnya
kurikulum
tugas
adalah
dan
yang
dilakukan guru pada pembelajaran. Paul Suparno menuturkan bahwa,
”kurikulum nasional hanyalah contoh acuan, namun kurikulum yang
sebenarnya adalah yang dijalankan guru dan siswa dikelas”. 4 Dari
penuturan tersebut, kurikulum bersifat tidak memaksa dan dapat
dilakukan sesuai dengan kondisi anak didik yang dididik oleh guru.
Meskipun demikian, guru mempunyai tanggung jawab untuk
menyajikan pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif dan tujuan
dari pembelajaran dapat tercapai. Metode Reward ini peneliti coba
untuk mengefektifkan pembelajaran dan memotivasi siswa supaya
lebih aktif dalam pembelajaran.
Perkembangan metode Reward ini tidak hanya terbatas pada
ranah edukasi akan tetapi bisa dijumpai pada hampir semua ranah
sosial, khususnya organisasi dan industri. Dalam sebuah penelitian
psikologi yang ingin membandingkan kejituan antara metode Reward
dengan Punishment (hukuman) dalam mengukur tingkat kesuksesan
yang
lebih
memuaskan.
Pada
periode
yang
singkat
metode
Punishment memang tampak lebih mengangkat motivasi belajar siswa,
namun pada periode selanjutnya dengan waktu yang lebih lama
4
Paul Suparno, kompas 27 februari 2006
terbukti metode Reward lebih berhasil dan memberikan peningkatan
motivasi belajar siswa.5
Metode Reward tidak dapat dipisahkan dari pemberian motivasi
yang diberikan oleh siswa sebagai salah satu syarat pencapaian
motivasi belajar siswa. Hal tersebut merupakan prakondisi yang harus
ada pada diri sendiri dalam usaha untuk motivasi siswa dalam belajar.
Adapun motivasi sendiri menurut Frederick J. McDonald ”merupakan
perubahan tenaga dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaksi-reaksi mencapai tujuan”.6 Jadi motivasi untuk belajar
adalah kondisi psikologis yang mendorong individu untuk belajar.
Adanya motivasi dapat mendorong untuk belajar selanjutnya
berimplikasikan pada hasil prestasi, sebaliknya tanpa adanya motivasi
dapat memperlemah semangat belajar siswa. Hal ini berarti bahwa
adanya korelasi metode Reward dengan peningkatan motivasi belajar
siswa. Masalah ini juga sesuai apa yang dikemukakan Sumadi
Suryabrata dalam bukunya Psikologi Pendidikan. Arden N. Frandsen
memaparkan dengan adanya enam factor psikologi yang mendorong
seseorang untuk belajar, antara lain:
1. Adanya sifat dan rasa ingin tahu
2. Adanya sifat yang kreatif
3. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan
usaha baru
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
guru, dan teman
5. Adanya keinginan mendapatkan rasa aman
6. Adanya ganjaran dan hukuman.7
5
(http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?berita=Resensis7id=129554).Tanggal
akses Jum’at, 23 Februari 2007
6
7
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara1987), hlm. 194
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafndo Persada, 2004),
hlm. 236-237
Dalam uraian diatas, hal yang ingin dicapai selain ingin
membuktikan secara kontekstual dan faktual bahwa metode Reward
memiliki efektiftas dan implikasi yang lebih positif dibanding metode
Punishment, juga tentunya akan menjadi rekomendasi bagi model
pengajaran siswa di sekolah tersebut, khususnya secara persuasi
dengan mengutamakan pemberian ganjaran dibanding tuntutan dan
hukuman pada siswa.
Dari uraian tersebut, saya mencoba menyusun skipsi yang
berjudul
“Penerapan
Motivasi
Belajar
Metode
Matematika
Reward
Dalam
Siswa
Kelas
Meningkatkan
IV
Madrasah
Ibtidaiyyah ”, dengan harapan supaya siswa di SD tersebut tidak
bosan dalam belajar dan menjadi lebih aktif dan motivasi belajar siswa
meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana
mendeskripsikan
metode
Reward
pada
pelajaran
Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
2. Bagaimana motivasi belajar matematika dengan menggunakan
metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
3. Bagaimana hasil belajar Matematika dengan metode Reward Siswa
Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari Penelitian Tindakan
Kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan metode Reward pada pelajaran Matematika
pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
2.
Untuk
meningkatkan
motivasi
belajar
Matematika
dengan
menggunakan metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
3. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika dengan menggunakan
metode Reward Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyyah.
D. Manfaat
Manfaat ini pada guru adalah guru dapat menggunakan yang
sesuai
dalam
pembelajaran
dan
dapat
mencapai
dari
tujuan
pembelajaran, serta dapat meningkatkan kekurangan guru dalam
proses pembelajaran.
Manfaat
bagi
siswa
adalah
siswa
dapat
belajar
dengan
menyenangkan dan mendapat pengalaman baru. Siswa akan lebih
aktif dan termotivasi.
Manfaat bagi sekolah adalah sekolah dapat menjadi lebih maju
karena siswa dan guru sama-sama mempunyai kompetensi yang tinggi
dalam pembelajaran.
Manfaat bagi peneliti penerapan metode Reward ini, akan
mempermudah dalam mengajarkan pelajaran matematika pada saat
kegiatan pembelajaran berlangsung, selain itu diharapkan menjadi
bahan rujukan dan pertimbangan bagi peneliti yang lain, yang ingin
meneliti dengan topik dan obyek yang sama.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah
yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat
kebenarannya. Oleh karena itu, saya membuat hipotesis yang akan
dicapai.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Jika Metode Reward
ini diterapkan, maka motivasi belajar matematika Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah. Akan meningkat.”
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Paul Suparno, kompas 27 februari 2006
(http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?
berita=Resensis7id=129554). Tanggal akses
Jum’at, 23 Februari 2007
Soemanto, Wasty. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran. Tanggal akses
Minggu, 06 november 2011