T1 232010168 Full text

PENDAHULUAN
Adanya konflik kepentingan antara pihak prinsipal (pemegang saham,
terutama publik sebagai salah satu partisipan aktif dalam pasar modal) dengan
agen (yaitu manajemen sebagai pengelola keuangan perusahaan) menyebabkan
perlunya kehadiran suatu pihak yang independen yang dapat menjembatani
kepentingan kedua pihak tersebut (Fitriany, 2012). Pihak independen tersebut
adalah auditor.
Kehadiran auditor tidak hanya untuk menilai apakah laporan keuangan
klien dapat dinilai kewajarannya, namun juga untuk memeriksa apakah hal-hal
yang diperlukan dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian memang
mendukung untuk mendapatkan opini tersebut. Hal ini sejalan dengan definisi
audit, yaitu pengumpulan dan pengevaluasian bukti tentang informasi untuk
menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria
yang telah ditetapkan (Arens, 2008).
Dalam prakteknya, auditor telah melaksanakan fungsi dan tugas mereka
yang bertujuan untuk memastikan bahwa para pemegang kepentingan
menggunakan laporan keuangan yang sudah diaudit dalam rangka untuk membuat
keputusan yang terkait dengan aktivitas dengan klien mereka. Sehingga
diperlukan kredibilitas dan reliabilitas auditor dalam melakukan proses audit
(Ussahawanitchakit, 2012). Sesuai dengan hal itu, auditor menjadi terkait dengan
prinsip akuntansi berterima umum, standar auditing, dan peraturan lainnya.


1

Setiap pelaksanaan audit yang dilaksanakan harus memenuhi standar
pengauditan, yang akan menentukan kualitas audit tersebut. Sehingga kualitas
audit merupakan hal penting yang harus dicapai dalam setiap pelaksanaan audit.
Audit harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit
dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang
terdapat antara manajer dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak
ketiga atau pihak luar, yaitu auditor, untuk memberikan pengesahan terhadap
laporan keuangan (Indah, 2010) yang akan membantu para pemengang
kepentingan dalam mengambil keputusan, sehingga peran auditor sangat penting
dalam pengesahan laporan keuangan perusahaan klien. Hal inilah yang
menekankan mengapa kualitas audit merupakan hal penting yang harus
dipertahankan oleh auditor.
DeAngelo(1981) menyatakan kualitas audit adalah kemungkinan atau
probabilitas dimana auditor yang ditugaskan untuk mengaudit sebuah perusahaan
mendeteksi adanya salah saji atau kekeliruan dalam laporan sistem akuntansi
klien, yang diwujudkan dalam laporan keuangan, dan melaporkan salah saji
tersebut. DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit tidak dipengaruhi

oleh ukuran kantor audit, meskipun ketika auditor mempunyai kapabilitas
teknologi yang sama. Juga dinyatakan bahwa dalam hal khusus ketika kewajiban
auditor untuk mendapatkan bagian-bagian kecil informasi klien yang spesifik,
auditor dengan jumlah klien yang lebih banyak memiliki kegagalan untuk
melaporkan kesalahan yang ditemukan dalam catatan khusus klien.

2

Kualitas audit juga memiliki peran penting dalam menentukan bagaimana
komposisi struktur kepemilikan di dalam suatu perusahaan. Lai (2009)
menyatakan bahwa perusahaan auditor yang besar (Big Four)akan memberikan
audit berkualitas tinggi yang akan membatasi manajemen laba bagi perusahaan
dengan peluang investasi yang tinggi karena perusahaan dengan peluang investasi
yang tinggi memiliki kemungkinan untuk menyewa auditor yang besar tersebut.
Untuk melaksanakan audit yang berkualitas, tentu saja dibutuhkan
perencanaan audit yang baik. Perencanaan audit disini mengarah pada
pengembangan terhadap strategi audit yang diperlukan, untuk keadaan yang
berdasarkan pada ekspektasi tentang adanya kesalahan penyajian pada laporan
keuangan (Christ, 1993 dalam Ussahawanitchakit, 2012). Sehingga perencanaan
audit merupakan hal yang sangat menentukan bagaimana strategi audit dapat

dilaksanakan dan memampukan auditor dalam menemukan masalah (error ) dan
salah saji (missstatement) yang ada
Perencanaan audit juga didefinisikan sebagai pengembangan dari program
audit yang memiliki biaya efektif untuk memperoleh bukti kompeten yang
memadai (Davidson and Gist, 1996), sehingga perencanaan audit dapat
mempengaruhi pelaksanaan audit atas laporan keuangan secara efektif dan efisien
serta memiliki tingkat keyakinan yang diinginkan yang akan membantu auditor
untuk mendeteksi kesalahan material klien.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Sinchuen (2009), Chanruang
(2011), dan Ussahawanitchakit (2012) menunjukkan hasil bahwa perencanaan
audit dilakukan untuk memampukan auditor untuk melakukan dan menentukan

3

risiko bisnis dan menyediakan program audit yang spesifik dalam proses audit.
Semakin besar tingkat perencanaan audit strategis memungkinkan untuk
menghasilkan keputusan dan kualitas audit yang lebih tinggi. Penelitian
berikutnya yang didasarkan pada penelitian Christ (1993) dalam
Ussahawanitchakit (2012) menemukan bahwa lima dimensi perencanaan audit
yaitu yaitu pencarian informasi latar belakang klien, penilaian tingkat materialitas,

penilaian risiko, peninjauan analisis awal dan pemahaman struktur pengendalian
internal memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit. Sehingga dari
beberapa penelitian di atas tentang pengaruh perencanaan audit terhadap kualitas
audit, dapat diduga bahwa perencanaan audit memiliki pengaruh terhadap kualitas
audit.
Melihat pentingnya perencanaan audit dalam menentukan pencapaian
kualitas audit, maka perencanaan audit disini memiliki fokus pada lima dimensi,
yaitu pencarian informasi latar belakang klien, penilaian tingkat materialitas,
penilaian risiko, peninjauan analisis awal dan pemahaman struktur pengendalian
internal (Christ, 1993 dalam Ussahawanitchakit, 2012). Dari lima dimensi
tersebut, akan diukur bagaimana pengaruhnya terhadap kualitas audit. Sehingga
secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa perencanaan audit merupakan hal
penentu bagi kualitas audit.
Namun sebaik apapun perencanaan audit yang akan dijalankan, belum
tentu akan dapat mencapai kualitas audit yang diharapkan. Kualitas auditor pun
turut memiliki andil penting dalam melaksanakan audit dan menghasilkan audit
yang berkualitas. Standar Auditing Seksi 150 SPAP, 2001, menyatakan bahwa:

4


1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya (kompetensinya) dengan
cermat dan seksama,
sehingga standar tersebut akan menjadi pengukuran kompetensi dan independensi
auditor yang menjadi faktor penting yang turut menentukan tingkat kualitas audit
yang dilaksanakan.
Indah (2010) dalam penelitiannya menyatakan bahwa standar umum
pertama SA seksi 210 dalam SPAP 2001 menyebutkan bahwa audit harus
dilaksanakan oleh seorang atau yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor. Penelitian tersebut menemukan bahwa pengalaman dan
pengetahuan auditor memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Noviyanti (2008) menemukan bahwa
auditor dengan kepercayaan berbasis identifikasi, skeptisismenya akan meningkat
ketika diberikan penaksiran risiko kecurangan yang tinggi, sehingga kualitas audit
yang dilaksanakan dapat meningkat seiring dengan meningkatnya skeptisisme
auditor.

Ilmiyati dan Suhardjo (2012) menemukan bahwa akuntabilitas dan
kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dinyatakan bahwa
dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,

5

pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi
berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil
dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar-seminar dan simposium-simposium. Kompetensi tidak hanya diukur
melalui pengalaman saja, namun juga pertimbangan-pertimbangan lain yang
dimiliki yaitu pengetahuan, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
Queena dan Rohman (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa
obyektifitas, pengetahuan, integritas, etika, dan skeptisisme auditor berpengaruh
positif terhadap kualitas audit sedangkan independensi dan pengalaman kerja
auditor tidak berpengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini
mungkin dikarenakan masih adanya campur tangan dari pimpinan atau inspektur
untuk menentukan, mengeliminasi atau memodifikasi bagian-bagian tertentu yang
akan diperiksa serta terdapat intervensi atas prosedur audit yang dipilih oleh
auditor, serta sebagian besar responden dalam penelitian tersebut mempunyai

masa kerja kurang dari lima tahun.
Penenlitian ini memiliki satu penelitian sebagai acuan, yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Ussahawanitchakit (2012) yang meneliti pengaruh
perencanaan audit terhadap kualitas audit dan dikembangkan dengan
menambahkan variabel karakteristik auditor yang terdiri dari kompetensi auditor
dan independensi auditor sebagai variabel independen. Pengembangan ini
dilakukan karena masih belum ada penelitian yang menggunakan tiga variabel
tersebut secara bersama-sama dalam satu penelitian untuk mengukur pengaruhnya
terhadap kualitas audit.

6

Berangkat dari pemikiran di atas dan didasari dengan penelitian-penelitian
terkait yang sudah dilakukan sebelumnya, maka penelitian ini ingin meneliti
pengaruh dari variabel independen perencanaan audit yang dan karakteristik
auditor yaitu kompetensi dan independensi auditor terhadap variabel dependen
kualitas audit. Sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah perencanaan audit mempengaruhi kualitas audit?
2. Apakah karakteristik auditor mempengaruhi kualitas audit?
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain:

1. Bagi bidang akademis, dapat diketahui faktor-faktor apa saja dalam
perencanaan audit yang mempengaruhi kualitas audit.
2. Bagi para auditor, dapat mengetahui faktor-faktor dalam perencanaan
audit yang memiliki pengaruh positif terhadap kualitas audit sehingga
dapat meningkatkan kualitas auditnya dan keberlangsungan auditnya.

7

TELAAH TEORITIS DAN HIPOTESIS
Kualitas Audit
Arens (2008) mendefinisikan audit sebagai pengumpulan dan
pengevaluasian bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat
kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit dilakukan dengan
tujuan untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer
dan para pemegang saham dengan menggunakan pihak ketiga atau pihak luar,
yaitu auditor, untuk memberikan pengesahan terhadap laporan keuangan (Indah,
2010) yang akan membantu para pemengang kepentingan dalam mengambil
keputusan, sehingga peran auditor sangat penting dalam pengesahan laporan
keuangan perusahaan klien. Hal inilah yang menekankan mengapa kualitas audit

merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh auditor.
Menurut DeAngelo (1981), kualitas audit adalah kemungkinan atau
probabilitas dimana auditor yang ditugaskan untuk mengaudit sebuah perusahaan
mendeteksi adanya salah saji atau kekeliruan dalam laporan sistem akuntansi
klien, yang diwujudkan dalam laporan keuangan, dan melaporkan salah saji
tersebut. Dalam penelitiannya, DeAngelo (1981) menemukan bahwa kualitas
audit tidak dipengaruhi oleh ukuran kantor audit, meskipun ketika auditor
mempunyai kapabilitas teknologi yang sama. Juga dinyatakan bahwa dalam hal
khusus ketika kewajiban auditor untuk mendapatkan bagian-bagian kecil
informasi klien yang spesifik, auditor dengan jumlah klien yang lebih banyak
memiliki kegagalan untuk melaporkan kesalahan yang ditemukan dalam catatan

8

khusus klien. Deis dan Giroux (1992) menjelaskan bahwa kemampuan untuk
menemukan salah saji yang material dalam laporan keuangan perusahaan
tergantung dari kompetensi auditor sedangkan kemauan untuk melaporkan temuan
salah saji tersebut tergantung pada independensinya. Sehingga kualitas audit
adalah tingkat kesesuaian suatu perencanaan dan pelaksanaan proses audit yang
dilakukan oleh auditor yang memiliki kompetensi dan independensi dengan

standar-standar dan kriteria-krtieria yang sudah ditetapkan. Kualitas audit dapat
diukur dari perencanaan audit dan karakter dan kualitas auditor yang melakukan
pelaksanaan audit.
Perencanaan audit terhadap kualitas audit
Dalam lingkungan audit, perencanaan audit menjadi aktivitas utama yang
auditor lakukan dengan tujuan untuk mencapai efisiensi laporan audit,
mendapatkan penilaian kinerja audit yang baik dan meningkatkan keberhasilan
audit yang secara eksplisit mencerminkan kualitas dari praktik audit. Christ (1993)
dalam Ussahwanitchakit (2012) mendefinisikan perencanaan audit sebagai
pengembangan dari strategi audit yang diperlukan untuk keadaan yang didasari
pada ekspektasi tentang kemungkinan kesalahan dalam laporan keuangan,
sehingga perencanaan audit dalam penelitian ini terdiri dari lima unsur utama
yaitu pencarian informasi latar belakang klien, penilaian tingkat materialitas,
penilaian risiko, peninjauan analisis awal, dan pemahaman struktur pengandalian
internal.
Pencarian Informasi Latar Belakang Klien.
Pencarian informasi latar belakang klien merupakan aktivitas penting yang

9


dalam perencanaan audit untuk memahami tujuan, sumber daya, dan operasi klien
(Ussahawanitchakit, 2012).
Informasi latar belakang klien disini mengarah pada informasi mengenai sifat
bisnis dan industri klien, karena sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi
risiko bisnis klien serta risiko salah saji material dalam laporan keuangan (Arens,
2008).
Dalam mencari informasi mengenai latar belakang klien, auditor
menggunakan pendekatan sistem strategis yang memiliki lima aspek yaitu
pemahaman industri dan lingkungan eksternal, pemahaman operasi dan proses
bisnis, pemahaman manajemen dan tata kelola, pemahaman tujuan dan strategi
perusahaan klien, dan pemahaman sistem pengukuran dan kinerja.
Pemahaman industri dan lingkungan eksternal klien oleh auditor
merupakan hal penting. Hal ini dikarenakan risiko yang berkaitan dengan industri
tertentu dapat mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien dan risiko
audit yang dapat diterima, dan bahkan dapat mempengaruhi auditor dalam
menerima penugasan pada industri yang lebih berisiko. Selain itu, risiko inheren
tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu. Familiaritas
dengan risiko-risiko tersebut akan membantu auditor dalam menilai relevansinya
bagi klien yang bersangkutan. Kemudian alasan berikutnya adalah banyak industri
yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik, yang harus dipahami auditor
untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah sesuai dengan prinsipprinsip akuntansi yang berlaku umum.

10

Pemahaman operasi dan proses bisnis bermanfaat untuk menunjukkan area
operasi atau aktivitas apa yang meningkatkan risiko bisnis klien, yang dapat
dipahami dengan melakukan dua hal. Yang pertama adalah melakukan kunjungan
ke fasilitas perusahaan klien untuk mengamati secara langsung aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan dengan fasilitas tersebut, sehingga memudahkan
auditor untuk menilai bagaimana perusahaan mengamankan dan memanfaatkan
fasilitas. Yang kedua adalah mengidentifikasi pihak yang berkaitan dengan
kegiatan operasi perusahaan, yaitu perusahaan afiliasi, pemilik utama perusahaan
klien, atau pihak lain yang bersangkutan dengan klien dimana salah satu pihak
dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi pihak lain itu (SAS 45
AU seksi 334).
Auditor juga harus menilai bagaimana kinerja manajemen, terutama
kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko, dengan
cara mempelajari AD/ART perusahaan klien, notulen rapat, kebijakan yang dibuat
dan kinerja manajemen karena hal ini sangat mempengaruhi risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan. Sehingga auditor dapat menilai dan memahami
kinerja manajemen dari waktu ke waktu, termasuk bagaimana kebijakan dibuat
dan kinerja manajemen dalam merespons risiko yang ditemui.
Srategi perusahaan merupakan pendekatan yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Auditor perlu untuk
memahami tujuan klien yang berkaitan dengan reliabilitas pelaporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi yang mempengaruhi angka-angka yang ada di

11

laporan keuangan, serta ketaatan pada hukum dan peraturan dengan cara
menguasai syarat-syarat kontrak dan kewajiban hukum.
Terkait dengan tujuan perusahaan, auditor juga perlu untuk memahami
sistem pengukuran kinerja perusahaan yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat pencapaian tujuan perusahaan. Dengan demikian, auditor juga mampu
untuk menentukan luas pengujian yang akan dilakukan.
Dengan memahami latar belakang klien, auditor dapat menentukan
kerangka kerja dan kesesuaian strategi audit dengan latar belakang klien sehingga
pencarian informasi latar belakang klien berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.
Penilaian Tingkat Materialitas
Penentuan tingkat materialitas adalah aktivitas yang signifikan dari
perencanaan audit yang merepresentasikan kemampuan auditor untuk
mengidentifikasi, menjelaskan dan menentukan hubungan, tingkat keperluan dan
kepentingan dari informasi yang diberikan (Ussahawanitchakit, 2012). Sehingga
auditor dengan penentuan tingkat materialitas yang lebih tinggi cenderung untuk
fokus hanya pada informasi yang relevan dan menggunakan waktu, sumber daya
dan anggaran kepada kesalahan informasi dalam laporan keuangan. Sehingga
penentuan tingkat materialitas secara potensial cenderung memiliki asosiasi yang
positif terhadap kualitas audit.
Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah aktivitas yang menentukan dari perencanaan audit,
yang berguna untuk menilai risiko bisnis, termasuk di dalamnya adalah penyebab

12

munculnya dan akibat dari risiko bisnis tersebut (Ussahawanitchakit, 2012). Pada
dasarnya, penilaian risiko memampukan auditor untuk melakukan pemeriksaan
pada suatu poin di mana opini yang wajar pada laporan keuangan dikeluarkan
mengandung salah saji material yang tidak terdeteksi.
Dalam melaksanakan prosedur audit, terdapat dua jenis risiko yaitu risiko
inheren (bawaan) dan risiko audit yang dapat diterima. Risiko inheren adalah
ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material dalam
suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.
Sedangkan risiko audit yang dapat diterima dalah ukuran seberapa besar auditor
bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material
setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah
dikeluarkan. Dalam menentukan risiko audit yang dapat diterima, auditor
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman strategi bsinis dan
industri klien, yang tertuju pada risiko salah saji material (Arens, 2008). Klien
dengan risiko bisnis yang lebih tinggi membutuhkan rentang pengujian yang lebih
luas, sehingga perencanaan audit yang sesuai harus direncanakan berbeda dengan
klien yang memiliki risiko bisnis yang lebih rendah. Oleh karena itu, penentuan
risiko bisnis klien berpengaruh positif terhadap kualitas audit.
Peninjauan Analisis Awal
Peninjauan analisis awal adalah aktivitas kunci pada perencanaan audit
untuk memeriksa, mensurvey, menentukan, dan mengevaluasi pola tertentu dari
isyarat-isyarat sebagai bagian dari masalah penyajian dan merupakan kondisi yang
diperlukan untuk menentukan penyebab dari fluktuasi yang tidak diharapkan

13

melalui identifikasi sifat, penentuan waktu dan luas pengujian
(Ussahawanitchakit, 2012). Sehingga secara eksplisit mendorong auditor untuk
menjamin bahwa aktivitas audit mereka akan menginvestigasi konten-konten yang
berharga dan mampu menyajikan opini tepat mereka terhadap keputusan
pelaporan audit. Secara keseluruhan, peninjauan analisis awal terkait secara positif
dengan kualitas audit.
Pemahaman Struktur Pengendalian Intenal
Pemahaman struktur pengendalian internal adalah aktivitas kunci dari
perencanaan audit untuk mempelajari dan meriviu tujuan dari aktivitas klien dan
maksud dari aktivitas mana yang mengandalikan kinerja mereka. Terlebih lagi,
hal ini dipusatkan pada adekuasi dan keefektifan dari sistem pengendalian
aktivitas yang dibandingkan dengan kerangka kerja pengendalian yang relevan. Di
sini, auditor memiliki peran yang tepat untuk menyediakan keyakinan bahwa
semua cakupan area risiko yang sesuai telah menerima pertimbangan dan aspek
penting dari audit tidak dihilangkan. Sehingga, pemahaman struktur pengendalian
internal secara pasti memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit.
Dari pemaparan lima unsur penting dari perencanaan audit di atas, dapat
diduga bahwa perencanaan audit memiliki pengaruh terhadap kualitas audit,
sehingga:
H1: Perencanaan audit berpengaruh terhadap kualitas audit
Karakteristik auditor terhadap kualitas audit
Karakter auditor dalam penelitian ini diarahkan pada auditor yang
berkompeten dan independen dalam melaksanakan audit. Kompetensi dan

14

independensi dipilih untuk diteliti pengaruhnya terhadap kualitas audit karena
dalam penelitian tentang kualitas audit sebelumnya, ditemukan bahwa kualitas
audit dipengaruhi oleh kompetensi dan independensi auditor. Dalam
melaksanakan proses audit, auditor diatur oleh standar umum, standar pekerjaan
lapangan, dan standar pelaporan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mc.Knight dan Wright(2011),
menemukan bahwa auditor dengan kinerja yang lebih tinggi memiliki kemampuan
yang lebih untuk melaksanakan prosedur audit yang telah distandarisasi. Hal ini
dapat berarti bahwa auditor yang memiliki kinerja lebih tinggi dapat dikatakan
memiliki kompetensi yang lebih tinggi pula, yang didapatkan dari pengetahuan
dan pengalaman yang mempengaruhi tingkat kualitas audit yang tinggi pula.
Murtanto (1999) dalam Indah (2010) menyatakan bahwa dalam
mempelajari kompetensi, terdapat dua pandangan yaitu pandangan perilaku
terhadap kompetensi yang didasarkan pada pandangan Enhorn, yang bertujuan
untuk menggunakan lebih banyak kriteria obyektif dalam mendefinisikan seorang
ahli daripada hanya mendefinisikan seorang ahli sebagai seorang yang sangat
terampil dengan pelatihan dan pengetahuan di beberapa bidang tertentu.
Pandangan yang kedua adalah pandangan kognitif yang menyatakan kompetensi
dari sudut pandang pengetahuan. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman
langsung yaitu pertimbangan yang dibuat di masa lalu dan umpan balik terhadap
kinerja, dan pengalaman tidak langsung dengan menempuh pendidikan formal.
Ilmiyati dan Suhardjo (2012) menemukan bahwa akuntabilitas dan
kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dinyatakan bahwa

15

dalam melakukan audit, seorang auditor harus memiliki mutu personal yang baik,
pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi
berkaitan dengan keahlian profesional yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil
dari pendidikan formal, ujian profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan,
seminar-seminar dan simposium-simposium. Kompetensi tidak hanya diukur
melalui pengalaman saja, namun juga pertimbangan-pertimbangan lain yang
dimiliki yaitu pengetahuan, yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
H2: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit
Independensi auditor adalah sikap tidak memihak kepentingan siapapun
dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan yang dibuat oleh pihak
manajemen (Kalana dan Budi R., 2012). Definisi tersebut berarti auditor
mempunyai kewajiban untuk bersikap jujur baik kepada pihak manajemen dan
juga pihak ketiga seperti kreditor, pemilik, maupun calon pemilik (Kasidi, 2007).
Ketika independensi dijaga oleh auditor, maka kualitas audit akan semakin
meningkat karena audit dan opini auditor yang independen akan mempengaruhi
kepercayaan para pengguna laporan keuangan yang telah diaudit.
H3: Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit

16

METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penelitian ini, setiap variabel independen akan diuji dengan
menggunakan pengujian validitas, reliabilitas, dan pengujian regresi berganda,
termasuk di dalamnya adalah pengujian variabel-variabel secara simultan
maupun pengujian secara parsial.
Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditorauditor dari Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jawa Tengah.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian yang dilakukan secara langsung ke lokasi obyek penelitian
untuk mendapatkan data primer berupa fakta-fakta berkaitan dengan masalah
penelitian. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang didapatkan melalui
penyebaran kuisioner.
Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah perencanaan audit dan
karakteristik auditor. Perencanaan audit di sini memiliki lima dimensi yaitu (1)
pencarian informasi latar belakang klien (kuesioner no. 1 s.d. 5), (2) penentuan
tingkat materialitas (kuesioner no. 6), (3) penentuan risiko (kuesioner no. 7), (4)
peninjauan analisis awal (kuesioner no. 8), dan (5) pemahaman struktur
pengendalian internal (kuesioner no. 9) (Ussahawanitchakit, 2012).
Karakteristik auditor yang akan diukur dalam penelitian ini adalah
kompetensi dan independensi setiap kali auditor melakukan audit. Indikator
kompetensi yang digunakan adalah (1) pengetahuan (yang didapatkan auditor

17

melalui pendidikan formal, keikutsertaan dalam pelatihan dan seminar-seminar)
(Ilmiyati dan Suhardjo, 2012) dan (2) pengalaman (lama waktu yang telah dijalani
auditor dalam profesinya di bidang audit dan jabatan yang dimiliki auditor)
(Indah, 2010). Indikator tersebut akan diletakkan pada kuesioner bagian identitas
responden. Sedangkan untuk pemberian skor (scoring), untuk indikator
pendidikan formal memiliki skor 7 sampai 10, jabatan memiliki skor 10 sampai 8
(karena dalam kuesioner, jabatan tersusun semakin rendah), dan lama bekerja
memiliki skor 7 sampai 10. Sedangkan indikator pelatihan memiliki skor 1 sampai
5, dan untuk indikator dimana auditor mengikuti perkembangan standar akuntansi
dan standar auditing memiliki skor 1, 3, dan 5 karena pilihan jawaban yang
diberikan adalah “Selalu Mengikuti”, “Jarang Mengikuti”, dan “Tidak
Mengikuti”. Indikator pendidikan formal, jabatan yang dimiliki, dan lama bekerja
memiliki rentang skor yang lebih tinggi karena indikator-indikator tersebut dinilai
penting untuk mengetahui tingkat kompetensi seorang auditor, sedangkan
indikator-indikator lainnya yang disebut terakhir dinilai hanya sebagai nilai
tambah.
Sedangkan indikator independensi yang digunakan adalah (1) lama
hubungan dengan klien (kuesioner no. 1 dan 2) (Lavin, 1976 dalam Irawati,
2011), (2) persaingan dengan auditor lain (kuesioner no. 3) (Shockley, 1981
dalam Irawati, 2011), (3) tekanan dari klien (kuesioner no. 4 s.d. 7), dan (4) telaah
dari rekan seprofesi (kuesioner no. 8) (Irawati, 2011).
Variabel perencanaan audit akan dinilai dengan menggunakan kuesioner
yang menggunakan skala Likert. Sangat tidak setuju memiliki skor 1, tidak setuju

18

memiliki skor 2, tidak yakin memiliki skor 3, setuju memiliki skor 4 dan sangat
setuju memiliki skor 5. Variabel karakteristik auditor yang meliputi kompetensi
akan diukur menggunakan identitas responden yang berisi data pengalaman kerja
di bidang audit (Indah, 2010), pendidikan formal yang telah ditempuh,
keikutsertaan dalam pelatihan dan seminar, dan kepekaan (awareness) terhadap
perubahan standar dan ketentuan di bidang akuntansi dan auditing (Ilmiyati dan
Suhardjo, 2012). Sedangkan variabel independensi auditor akan diukur
menggunakan skala Likert yang sama dengan perencanaan audit.
Setelah itu data-data yang didapatkan dari kuesioner akan diuji korelasi,
validitas dan reliabilitasnya, sehingga diharapkan hasil yang didapatkan dari
penelitian ini valid dan dapat dipercaya.
Variabel Dependen
Sedangkan untuk variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas
audit, yang indikator pengukurannya adalah terpenuhi atau tidaknya standar
auditing yang mencakup standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar
pelaporan (IAI, 2001). Untuk memperkuat kuisioner, pengukuran menggunakan
model yang telah dikembangkan oleh Wooten (2003), Financial Reporting
Council (2006:16), dan Tjun (2012) sebagai indikator pengukuran kualitas audit.

Indikator yang digunakan adalah indikator yang berfokus pada hasil audit,
dikarenakan variabel independen dalam penelitian ini berfokus pada proses audit.
Sehingga indikator kualitas audit dalam penelitian ini adalah (1) deteksi salah
saji (kuesioner no. 1), (2) kesesuaian dengan SPAP (kuesioner no. 2), (3)
perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner (kuesioner no. 3) (Wooten,

19

2003), (4) keandalan dan manfaat laporan audit (kuesioner no. 4 dan 5) (Financial
Reporting Council, 2006:16), dan (5) komitmen untuk menyelesaikan audit

(kuesioner no. 6 dan 7) (Tjun, 2012). Indikator tersebut akan diukur menggunakan
skala Likert.
Variabel-variabel independen yang telah didapatkan datanya akan diuji
menggunakan uji regresi berganda terhadap variabel dependen. Sehingga dari
variabel dalam penelitian ini didapatkan model penelitian sebagai berikut:
Y = β + β1XΌ + β2X΍ + β3X3 + e
Dimana:
Y = Kualitas Audit
β = konstanta
β1 ; β2 ; β3 = koefisien regresi variabel independen
XΌ = Perencanaan Audit
X΍ = Kompetensi Auditor
X3 = Independensi Auditor
e = error

20

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Responden
Jumlah responden yang dapat menjadi subyek penelitian berkaitan dengan
partisipasinya dalam penelitian ini adalah sebanyak 18 Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Semarang dan 3 KAP di Surakarta. Namun dikarenakan penyebaran
kuesioner dilakukan pada saat periode audit (Januari sampai Maret 2014), tidak
semua auditor yang bekerja di masing-masing KAP berada di KAP tersebut dan
tidak semua auditor dapat mengisi kuesioner yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
Tabel 1
Distribusi Kuesioner Berdasarkan KAP
N
o
1
2
3
4
5
6
7
8

Kuesioner yang
Kembali

Nama KAP

KAP Dr. PAYAMTA, CPA (Surakarta)
9
KAP WARTONO (Surakarta)
3
KAP BAYUDI WATU & REKAN (Semarang)
1
KAP YULIANTI, SE, BAP (Semarang)
5
KAP ACHMAD, RASYID, HISBULLAH &
JERRY (Semarang)
9
KAP SODIKIN MANAF (Semarang)
9
KAP Drs. TAHRIR HIDAYAT (Semarang)
7
KAP BENY, tony, FRANS, & DANIEL
(Semarang)
10
TOTAL
53
Sebelum menganalisis jawaban-jawaban responden terhadap penelitian ini,

terlebih dahulu akan dibahas mengenai profil responden. Profil dalam penelitian
ini merupakan data responden yang bersifat individual dan ada hubungannya
dengan bidang audit. Profil responden diperoleh dari data yang diisi oleh
responden pada lembar kuesioner.

21

Tabel 2
Profil Responden
Keterangan

Umur

Jenis Kelamin

Pendidikan

Jabatan

Lama Bekerja

Jumlah Pelatihan

Perkembangan Standar Auditing

Perkembangan Standar Akuntansi

Kategori
55
Jumlah
Pria (P)
Wanita (W)
Jumlah
Diploma
S1
S2
S3
Jumlah
Junior
Senior
Partner
Jumlah
10 tahun
Jumlah
1
2
3
4
5
Jumlah
Tidak Mengikuti
Jarang Mengikuti
Selalu Mengikuti
Jumlah
Tidak Mengikuti
Jarang Mengikuti
Selalu Mengikuti
Jumlah

22

Frekuens
i
31
19
3
0
53
34
19
53
3
45
5
0
53
43
10
0
53
10
34
9
0
53
43
10
0
0
0
53
0
20
33
53
0
21
32
53

Persentas
e
58.49%
35.85%
5.66%
0.00%
100.00%
64.15%
35.85%
100.00%
5.66%
84.91%
9.43%
0.00%
100.00%
81.13%
18.87%
0.00%
100.00%
18.87%
64.15%
16.98%
0.00%
100.00%
81.13%
18.87%
0.00%
0.00%
0.00%
100.00%
0.00%
37.74%
62.26%
100.00%
0.00%
39.62%
60.38%
100.00%

Hasil Uji Statistik Deskriptif
Tabel berikut menggambarkan statistik deskriptif variabel-variabel
kompetensi auditor, perencanaan audit dan independensi auditor sebagai variabel
independen. Sedangkan kualitas audit sebagai variabel dependen.

Tabel 3
Statistik Deskriptif
Variabel

Ukuran
Minimum
Maksimum
Mean

Teoritis
25.00
45.00
34.00

Empiris
30.00
37.00
33.87

Perencanaan

Minimum
Maksimum
Mean

9.00
45.00
27.00

33.00
45.00
39.08

Independensi

Minimum
Maksimum
Mean

8.00
40.00
24.00

27.00
40.00
33.87

Kompetensi

7.00
Minimum
35.00
Kualitas Audit
Maksimum
21.00
Mean
Sumber: Data Primer yang Diolah

24.00
35.00
30.28

Tabel 3 menginformasikan bahwa variabel independen kompetensi auditor
menunjukkan rata-rata empiris sebesar 33,87 yang berada di bawah rata-rata
teoritisnya yaitu 34. Hal ini menunjukkan bahwa subyek penelitian secara umum
menunjukkan adanya kompetensi auditor yang belum mencapai tingkat yang
tinggi dalam melakukan audit.

23

Variabel perencanaan audit menunjukkan nilai rata-rata sebesar 39,08
yang berada di atas rata-rata teoritisnya yaitu 27. Hal ini menunjukkan bahwa
secara rata-rata subyek penelitian ini melakukan perencanaan audit yang baik
sebelum melaksanakan audit.
Variabel independensi auditor menunjukkan nilai rata-rata sebesar 33,87
yang berada di atas rata-rata teoritisnya yaitu 24. Hal ini menunjukkan bahwa
secara rata-rata subyek penelitian ini memiliki independensi yang baik dalam
melakukan audit.
Variabel kualitas audit menunjukkan nilai rata-rata sebesar 30,28 yang
berada di atas rata-rata teoritisnya yaitu 21. Hal ini menunjukkan bahwa secara
rata-rata subyek penelitian ini mampu melaksanakan dan memberikan hasil audit
yang berkualitas.

Hasil Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana tingkat alat pengukur yang digunakan
untuk mengukur apa yang ingin diukur. Adapun caranya adalah dengan
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing item pertanyaan
dengan skor total individu.

24

Tabel 4
Hasil Pengujian Validitas
Variabel
Perencanaan
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
Independensi
I1
I2
I3
I4
I5
I6
I7
I8

Korelasi

r Tabel

Keterangan

0.688
0.662
0.813
0.645
0.764
0.478
0.813
0.619
0.871

0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0.806
0.837
0.603
0.842
0.783
0.854
0.644
0.842

0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706
0.2706

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Kualitas Audit
K1
0.731
0.2706
K2
0.686
0.2706
K3
0.588
0.2706
K4
0.835
0.2706
K5
0.792
0.2706
K6
0.717
0.2706
K7
0.714
0.2706
Sumber: Data Primer yang Diolah

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa semua indikator yang digunakan untuk
mengukur semua variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item yang
valid. Diperoleh bahwa dari indikator-indikator variabel yang digunakan dalam

25

penelitian ini memiliki nilai korelasi yang lebih besar dari r-tabel (0,2706) untuk
sampel sebanyak 53.

Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item pertanyaan yang dinyatakan valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dipakai
dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya relative sama
maka alat ukur tersebut reliable. Dengan kata lain, reliabilitas menunjukkan
konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sama (Jamaludin,
Ancok, 1989).
Pada penelitian ini pengujian reliabilitas hanya dilakukan terhadap 53
responden. Pengambilan keputusan berdasarkan jika nilai Cronbach Alpha
melebihi 0,60 maka pertanyaan variabel tersebut reliable. Adapun hasil pengujian
reliabilitas adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Hasil Pengujian Reliabilitas
Variabel
Cronbach Alpha Keterangan
Perencanaan
0.871 Reliabel
Independensi
0.903 Reliabel
Kualitas
0.847 Reliabel
Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa variabel Perencanaan,
Independensi, dan Kualitas bersifat reliable. Hal ini dikarenakan Cronbach Alpha
variabel-veriabel tersebut lebih besar dar 0,6, sehingga data yang ada dapat
digunakan untuk analisis berikutnya.

26

Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah model yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Untuk menguji distribusi data adalah dengan
menggunakan Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting
data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data adalah normal,
maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2001). Hasil scatter plot untuk uji normalitas adalah
sebagai berikut:

Sumber: Data Primer yang Diolah

27

Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari grafik yang terdapat di atas, terlihat bahwa dari semua data yang ada
mengikuti garis normalitas, ditunjukkan dengan titik-titik yang tidak jauh dari
garis diagonal. Hal ini berarti bahwa data-data dari semua variabel dari penelitian
ini berdistribusi normal.

Hasil Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau pasti,
di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Multikolinieritas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier
pasti, dan istilah kolinieritas dengan derajatnya satu hubungan linier (Gujarati,
1999;157).
Menurut Ghozali (2001;63), multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai
Tolerance dan lawannya, yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini

28

menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang disajikan oleh variabel bebas
lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel bebas menjadi variabel
terikat dan diregresi terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya. Jadi nilai tolerance rendah sama dengan VIF tinggi (karena VIF
berbanding tebalik dengan tolerance) dan menunjukkan adanya kolinieritas yang
tinggi. Nilai cutoff yang umum dipakai adalah nilai tolerance 0,10 atau sama
dengan nilai VIF di atas 10. Setiap analisa harus menentukan tingkat kolinieritas
yang masih dapat ditolerir. Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan
menggunakan nilai VIF. Hasil pengujian diperoleh sebagai berikut:
Tabel 6
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1

Tolerance

VIF

Perencanaan

.473.

2.112

Kompetensi

962

1.040

Independensi

.475

2.104

a. Dependent Variabel: Kualitas

Sumber: Data Primer yang Diolah
Dari hasil tersebut terlihat bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai
VIF yang berada jauh di bawah angka 10, sehingga dapat dikatakan semua konsep
pengukur variabel-variabel yang digunakan tidak mengandung masalah
multikolinieritas. Maka model regresi yang ada layak dipakai dalam memprediksi
kualitas audit.

29

Hasil Uji Heteroskedastisitas
Imam Ghozali (2001;77) berpendapat bahwa uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance

dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
model yang bersifat homoskedastisitas.
Deteksi adanya heteroskedastisitas dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Santoso, 2000). Adapun hasil uji heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

Sumber: Data Primer yang Diolah

30

Dari grafik tersebut terlihat bahwa titik-titik yang menyebar secara acak,
tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun
di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi Y.

Hasil Uji Regresi
Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier
berganda karena terdapat 3 variabel independen dan 1 variabel dependen
(Santoso, 2006:261). Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Besarnya
pengaruh tersebut dapat dihitung dengan persamaan regresi berganda.
Berdasarkan perhitungan tersebut, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 7
Koefisien Determinasi
Model Summary
Std. Error of the
Model
1

R

R Square
.754a

Adjusted R Square

.568

Estimate

.542

1.90258

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi, Perencanaan

Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel koefisien determinasi di atas, diperoleh nilai Adjusted
R2 adalah 0,542 atau 54,2%, yang memiliki arti bahwa semua variabel independen
dalam penelitian ini yaitu kompetensi auditor, perencanaan audit, dan
independensi auditor memberikan kontribusi sebesar 54,2% terhadap kualitas

31

audit sedangkan kontribusi sisanya yaitu 45,8% berasal dari faktor lain yang
berada di luar variabel independen pada penelitian ini.
Tabel 8
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)

Std. Error
-3.994

5.418

Perencanaan

.673

1.024

Kompetensi

2.007

Independensi

4.728

Coefficients
Beta

t

Sig.
-.737

.464

.090

.658

.514

.789

.243

2.543

.014

.979

.658

4.830

.000

a. Dependent Variabel: Kualitas

Sumber: Data Primer yang Diolah
Berdasarkan tabel di atas, maka persamaan regresi yang terbentuk pada uji regresi
ini adalah:
Y = -3,994 + 0,673X1 + 2,007X2 + 4,728X3 + e

Dari tabel di atas juga didapatkan nilai signifikansi, nilai t hitung dan koefisien
regresi setiap variabel. Hasil tersebut dapat diuraikan seperti berikut:

a. Koefisien regresi variabel perencanaan audit bernilai 0,673 dengan arah
koefisien positif, hal ini berarti semakin baik perencanaan audit yang
dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan kualitas audit.

32

b. Koefisien regresi variabel kompetensi auditor bernilai 2,007 dengan arah
koefisien positif, hal ini berarti kompetensi auditor yang semakin tinggi
dapat meningkatkan kualitas audit.

c. Koefisien regresi variabel independensi auditor bernilai 4,728 dengan arah
koefisien positif, hal ini berarti semakin tinggi tingkat independensi
auditor dapat meningkatkan kualitas audit.

Hasil Uji-F / ANOVA (Uji Simultan)
Uji-F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara bersamasama (simultan) variabel independen terhadap variabel dependen, yaitu dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel, dengan tingkat signifikansi 0,05. Hasil
Uji-F dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Pengaruh Model Secara Simultan
ANOVAb
Model
1

Sum of Squares

df

Mean Square

Regression

233.385

3

77.795

Residual

177.370

49

3.620

Total

410.755

52

a. Predictors: (Constant), Independensi, Kompetensi, Perencanaan
b. Dependent Variabel: Kualitas

Sumber: Data Primer yang Diolah

33

F
21.492

Sig.
.000a

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 21,492 (>2,79)
dengan signifikansi 0,000 (2,00958) dengan tingkat signifikansi 0,014 (2,00958) dengan tingkat signifikansi 0,000 (