Teknik Otomotif Bidang studi

MODUL PLPG

TEKNIK OTOMOTIF

KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU
dan
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115
2013

KATA PENGANTAR
Buku ajar dalam bentuk modul yang relatif singkat tetapi komprehensif ini
diterbitkan untuk membantu para peserta dan instruktur dalam melaksanakan kegiatan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Mengingat cakupan dari setiap bidang atau
materi pokok PLPG juga luas, maka sajian dalam buku ini diupayakan dapat membekali
para peserta PLPG untuk menjadi guru yang profesional. Buku ajar ini disusun oleh para
pakar sesuai dengan bidangnya. Dengan memperhatikan kedalaman, cakupan kajian, dan
keterbatasan yang ada, dari waktu ke waktu buku ajar ini telah dikaji dan dicermati oleh
pakar lain yang relevan. Hasil kajian itu selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan
demi semakin sempurnanya buku ajar ini.
Sesuai dengan kebijakan BPSDMP-PMP, pada tahun 2013 buku ajar yang

digunakan dalam PLPG distandarkan secara nasional. Buku ajar yang digunakan di
Rayon 115 UM diambil dari buku ajar yang telah distandarkan secara nasional tersebut,
dan sebelumnya telah dilakukan proses review. Disamping itu, buku ajar tersebut
diunggah di laman PSG Rayon 115 UM agar dapat diakses oleh para peserta PLPG
dengan relatif lebih cepat.
Akhirnya, kepada para peserta dan instruktur, kami sampaikan ucapan selamat
melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Semoga tugas dan
pengabdian ini dapat mencapai sasaran, yakni meningkatkan kompetensi guru agar
menjadi guru dan pendidik yang profesional. Kepada semua pihak yang telah membantu
kelancaran pelaksanaan PLPG PSG Rayon 115 Universitas Negeri Malang, kami
menyampaikan banyak terima kasih.

Malang, Juli 2013
Ketua Pelaksana PSG Rayon 115

Prof. Dr. Hendyat Soetopo, M. Pd
NIP 19541006 198003 1 001

PENGEMBANGAN MATERI BIDANG STUDI
OTOMOTIF


Tim Penyusun:
Drs. Imam Muda Nauri, S.T., M.T
Drs. Paryono, S.T., M.T
Drs. Sumarli, M.Pd., M.T
Prof. Dr. Marji, M.Kes

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 15
JUNI, 2012

BAB 1
PENGETAHUAN DASAR TEKNIKI OTOMOTIF
A. DASAR-DASAR STATIKA DAN ILMU KEKUATAN BAHAN

1. Mekanika-Statika
Mekanika adalah cabang ilmu Fisika yang mempelajari hubungan gaya dan gerak
dan/atau perubahan bentuk benda.Mekanika kemudian dibagi dalam mekanika benda tegar
(rigid body mechanics), mekanika benda berdeformasi (deformable body mechanics),dan

mekanika zat alir (fluid mechanics).Mekanika benda tegar kemudian dibagi lagi menjadi
statika dan dinamika (kinetika dan kinematika), sedangkan mekanika benda berdeformasi
sering kita kenal sebagai ilmu kekuatan bahan yakni mempelajari pengaruh gaya terhadap
tegangan dan regangan yang terjadi pada benda.
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang kesetimbangan benda, termasuk gayagaya yang bekerja pada sebuah benda agar benda tersebut dalam keadaansetimbang.

a. Gaya
Gaya adalah sesuatu yang menyebabkan benda diam menjadi bergerak atau sebaliknya
dari bergerak menjadi diam. Hubungan antara gaya dan gerak dirangkum dalam tiga Hukum
Newton. Ketiga Hukum Newton tersebut adalah:
Hukum Pertama Newton: Benda yang dalam keadaan diam atau bergerak lurus dengan
kecepatan konstan akan tetap berada dalam kondisi seperti itu jika gaya gaya yang bekerja
padanya dalam kondisi seimbang.
Hukum Kedua Newton: Jika sebuah benda bekerja gaya yang tak seimbang sebesar F
maka benda tersebut akan bergerak dengan percepatan a yang searah F besarnya sebanding
dengan F dan massa dari benda tersebut.
Hukum Ketiga Newton: gaya aksi-reaksi antara dua benda besarnya sama, arahnya
berlawanan, dan bekerja dalam garis kerja yang sama.
Gaya dapat digambarkan sebagai sebuah vektor, yaitu besaran yang mempunyai besar dan
arah. Gaya biasanya disimbolkan dengan huruf F.


Gambar 1: Gaya dan gerak
Gaya yang bekerja pada benda di atas antara lain: Gaya berat (W) yang selalu berpusat
pada titik beratnya dan arahnya selalu ke pusat gravitasi bumi. Gaya (F) dapat sejajar dengan
permukaan benda atau membentuk sudut α dengan permukaan tumpuan. GayaF dapat
menyebabkan masa (m) dari diam menjadi bergerak hingga memiliki percepatan sebesar a
2
(m/s ), dapat dituliskan:
2

2

F = m (Kg) · a (m/s ) = Kg · m/s = Newton (N)
Bila gaya F dihilangkan benda (m) akan mengalami perlambatan hingga setelah waktu
t detik benda akan berhenti (kecepatan v = 0). Hal ini karena benda melewati permukaan
kasar yang memiliki gaya gesek (f) yang arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda.

Besarnya f tergantung pada harga koefisien geseknya (µ). Semakin kasar permukaan benda
maka koefisien geseknya (µ) akan semakin besar.
Bila gaya gesek lebih besar dari gaya tarik (F), maka benda akan berhenti (v = 0). Gaya

gesek (f) berbanding lurus dengan gaya normal (N) benda atau dapat dituliskan:
f =µ· N(Newton)
di mana: N = gaya normal yang selalu tegak lurus permukaan benda (Newton)
µ = koefisien gesek permukaan benda (tanpa satuan).

Gambar 2: Gaya gesek
1) Menentukan besarnya gaya
Besarnya gaya dapat ditentukan oleh skala tertentu, misalnya 1 cm mewakili 1
Newton atau kelipatannya. Satuan gaya ditentukan oleh sistem satuan SI (standar
internasional) yang dinyatakan dengan Newton (N). Garis lukisan gaya itu dapat
diperpanjang sesuai besarnya gaya F.
Titik tangkap gaya (A) dapat dipindahkan sepanjang lintasannya, asalkan besar, dan
panjangnya tetap sama sesuai dengan gaya F.

Gambar 3: Gaya, titik tangkap gaya, dan garis kerja gaya
2) Menyusun dua buah gaya
Arah gerak dan besar gaya pada benda A dipengaruhi oleh dua komponen gaya masingmasing gayaF1 dan F2. Pengaruh gaya F1 dan F2 terhadap benda/titik A dapat diwakili oleh
Resultane gaya (F) yang besarnya dapat ditentukan sebagai berikut.
2


F=

2

F1 + F2 + 2 F F 2Cos α

Gambar 4: Resultan gaya
3) Menyusun lebih dari dua gaya
Benda A dikenai tiga buah gaya F1, F2 dan F3,maka
; resultan gayanyadapat dijabarkan
sebagai berikut.

2

2

FR1,2 + F3 + 2 FR1,2 F Cos β

FR3 =


2

FR1,2 =

2

F1 + F2 F2Cos α

Penyelesaian di atas disebut dengan penyelesaian secara grafis, namun ada juga penyelesaian
secara Poligon (segi banyak) dan secara analitis, yaitu setiap gaya diuraikan ke dalam sumbu
X dan Y.
4) Menyusun gaya dengan metode poligon
Metode ini dengan cara memindahkan gaya Q ke ujung P, S ke ujung Q, dan seterusnya
secara berantai. Pemindahan gaya-gaya tersebut besar dan arahnya harus sama. Pemindahan
dilakukan berurutan dan dapat berputar ke kanan atau ke kiri. Resultan gaya diperoleh dengan
menarik garis dari titik A sampai ke ujung gaya yang terakhir, dan arahnya dari A menuju
titik ujung gaya terakhir itu.

Gambar 5: Resultan gaya dengan poligon gaya
5) Menyusun gaya secara Analitis

Untuk mencari resultan gaya juga dapat dilakukan dengan cara analitis, baik untuk
menentukan besarnya, kedudukan titik tangkapnya, maupun arahnya melalui sumbu X dan Y,
yaitu sebagai berikut.

Gambar 6: Resultan gaya secara analitis

6) Menguraikan gaya
Menguraikan gaya dapat dilakukan dengan menguraikan pada arah vertikal dan
horizontal yang saling tegak lurus, atau masing-masing komponen sebagai sisi-sisi dari jajar
genjang dengan sudut lancip tertentu yang mudah dihitung. Pada gambar di bawah ini
diberikan contoh sebuah gaya F yang diuraikan menjadi F1 dan F2 yang membentuk sudut
lancip α. Jika dua buah gaya dapat digantikan dengan sebuah gaya pengganti atau resultan,
maka sebaliknya, sebuah gaya dapat diuraikan menjadi dua buah gaya yang masing-masing
disebut dengan komponen gaya menurut garis kerja yang sudah ditentukan.

Gambar 7: Menguraikan gaya
Fx = F Cos α
Fy = F Sin α

b. Momen Gaya dan Kopel

1) Momen gaya.
Momen gaya F terhadap titik pusat O adalah hasil kali antara besarnya gayaF dengan
jarak garis gaya, ke titik pusat O. Besarnya momen tergantung dari besarnya gayaF dan jarak
garis gaya terhadap titik putarnya (L). Dalam bidang teknik mesin momen sering terjadi pada
saat mengencangkan mur atau baut, pengguntingan pelat, sistem pegas, dan sebagainya.

Gambar 8: Momen gaya
Dimana F = gaya, d= jarak gaya terhadap titik pusat, dan M = Momen gaya.
Dalam satuan SI (standar international), momen memiliki satuan Newton meter (N.m). Jika
terdapat beberapa gaya yang tidak satu garis kerja seperti gambar di bawah maka momen
gayanya adalah jumlah dari momen gaya-momen gaya itu terhadap titik tersebut.

2) Kopel.
Sebuah kopel terjadi jika dua gaya dengan ukuran yang sama dan garis kerjanya
sejajar tetapi arahnya berlawanan, yang keduanya cenderung menimbulkan perputaran. (lihat

gambar di bawah ini)

Gambar 9: Momen kopel
Dua gaya tersebut mengakibatkan suatu putaran yang besarnya merupakan hasil kali gaya

dengan jaraknya. Aplikasi dari kopel dapat dirasakan ketika membuat mur atau baut, dimana
tangan kita mberikmean gaya putar pada kedua tuas snei dan tap yang sama besar namun
berlawanan arah.
2.Dasar-Dasar Ilmu Kekuatan Bahan

1. Tegangan tarik dan tekan.
Dalam membahas kekuatan tarik tidak lepas dari tegangan dan regangan. Kedua sifat ini
diukur saat melakukan uji tarik atau tekan (Gambar 1.1). Dalam tarik, regangan adalah
pertambahan panjang dari material, sedangkan dalam tekan adalah pemendekan dari bahan
yang ditekan.
Tegangan  = Gaya / Luas Penampang

Regangan  = Perpanjangan / Panjang mula

Hasil dari tegangan dan regangan jika dibagikan akan menghasilkan sebuah Modulus Young
(E). Mudulus Young ini hanya berlaku pada daerah elastis dari sifat bahan.
Tegangan / Regangan = T / e = Modulus Young E atau E = PL / A

Gambar 1.10 Profil tegangan tarik dan tekan


2. Rasio poison
V = -(Regangan searah lateral/Regangan searah aksial)

atau

Gambar 1.11Rasio Poisson

3.Tegangan Geser
Dalam bidang permesinan tidak lepas dari pergeseran. Pergeseran terjadi akibat adanya
gaya yang menggeser benda sehingga terjadi tegangan dan regangan geser. Tegangan dan
regangan geser dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
Tegangan geser = P / A
Regangan geser = Tegangan geser / Modulus geser
Regangan geser = X / L
Modulus geser = P.L / A.X

Gambar 12: Tegangan geser

4. Tegangan Bending
Suatu kontruksi dari bahan tidak lepas dari beban atau gaya yang menekan tidak pada titik
pusat sehingga terjadi bending. Akibat dari gaya ini terjadi tegagan bending yang dapat
dihitung seperti di bawah ini:
Tegangan Bending = M.y / I
Dengan M = Momen bending
I = momen kedua dari area
Y = jarak titik pusat dengan titik beban

Gambar 13: Tegangan Bending

5. Tegangan Maksimum
Tegangan maximum = M.y m / I
dengan ym = harga maksimum y untuk tarik dan tegangan tekan

6. Torsi

Batang yang digunakan sebagai penghubung yang berputar akan terjadi momen puntir yang
juga disebut Torsi. Untuk batang ini ada yang menggunakan batang pejal dan batang
berlubang, keduanya mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

Gambar 1.14 Torsi pada batang pejal
Pada batang pejal perhitungan kapasitas daya yang diterima dapat dihitung sebagai
berikut:
Maksimum tegangan geser :
Tegangan geser maximum = 16.T / 3,14 D3
Dengan D = diameter, T = torsi
Kapasitas torsi :
Torsi = 3,14D3 . Tegangan geser max / 16
B KOMPONEN / ELEMEN MESIN
D. Poros
Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga melalui putaran
mesin. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakra tali, puli sabuk mesin, piringan
kabel, tromol kabel, roda jalan, dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros dukung yang
tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar.

Gambar 15: Poros
Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhitungkan gaya yang bekerja pada
poros di atas antara lain: Gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu berpusat pada titik
gravitasinya. Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat sejajar dengan permukaan benda
ataupun membentuk sudut αdengan permukanan benda. Gaya F dapat
D. Macam-Macam Poros
Poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebanannya sebagai berikut. :
1. Gandar
2. Spindle3. Poros transmisi

b. Beban pada Poros :
1) Poros dengan beban puntir Daya dan perputaran,
momen puntir yang akan dipindahkan oleh poros dapat ditentuka dengan mengetahui
garis tengah pada poros. Apabila gaya keliling F pada gambar sepanjang lingkaran

dengan jarijarimenempuh jarak melalui sudut titik tengah a (dalam radial), maka jarak
ini adalah r · α, dankerja yang dilakukan adalah F. Gaya F yang bekerja pada keliling
roda gigi dengan jari-jari r dan gaya reaksi pada poros sebesar F merupakan suatu
kopel yang momennya M = F · r.
Momen ini merupakan momen puntir yang bekerja dalam poros.
W=F·r·α=M·α
Bila jarak ini ditempuh dalam waktu t, maka daya,

di mana ω ialah kecepatan sudut poros. Jadi, momen puntirnya:

2) Poros dengan beban lentur murni
Poros dengan beban lentur murni biasanya terjadi pada gandar dari kereta tambang
dan lengan robot yang tidak dibebani dengan puntiran, melainkan diasumsikan
mendapat pembebanan lentur saja.
3) Poros dengan beban puntir dan lentur
Poros dengan beban puntir dan lentur dapat terjadi pada puli atau roda gigi pada
mesin untuk meneruskan daya melalui sabuk, atau rantai. Dengan demikian poros
tersebut mendapat beban puntir dan lentur akibat adanya beban. Selain itu, beban
puntir dan lentur juga terjadi pada lengan arbor mesin frais, terutama pada saat
pemakanan.
D. Bantalan
Bantalan diperlukan untuk menumpu poros berbeban, agar dapat berputar atau
bergerak bolak-balik secara kontinyu serta tidak berisik akibat adaya gesekan.
Bantalan poros dapat dibedakan menjadi dua, antara lain:
D. Bantalan luncur, di mana terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan karena
permukaan
poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding, di mana terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar
dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti rol atau rol jarum. Berdasarkan
arah beban terhadap poros, maka bantalan dibedakan menjadi tiga hal berikut. :
1. Bantalan radial, di mana arah beban yang ditumpu bantalan tegak lurus
sumbu poros.
2. Bantalan aksial, di mana arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu
poros.
3. Bantalan gelinding khusus, di mana bantalan ini menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

C.DASAR-DASAR PEMBENTUKAN LOGAM
Tujuan utama Proses Manufacturing adalah untuk membuat komponen dengan
mempergunakan material tertentu yang memenuhi persyaratan bentuk dan ukuran, serta
struktur yang mampu melayani kondisi lingkungan tertentu.
Melihat faktor-faktor diatas maka faktor membuat suatu bentuk tertentu merupakan faktor
utama. Ada beberapa metoda atau membuat geometri (bentuk dan ukuran) dari suatu bahan
yang dikelompokan menjadi enam kelompok dasar proses pembuatan ( manufacturing
proces) yaitu : proses pengecoran ( casting), proses pemesinan (machining), proses
pembentukan logam (metal forming), proses pengelasan (welding), perlakuan panas (heat
treatment), dan proses perlakuan untuk mengubah sifat karakteristik logam pada bagian
permukaan logam (surface treatment).
1. Proses pengecoran (casting)
Suatu teknik pembuatan produk dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian
dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli dari produk cor yang
akan dibuat.
2. Proses pemesinan (machining)
Proses pemotongan logam disebut sebagai proses pemesinan adalah proses pembuatan
dengan cara membuang material yang tidak diinginkan pada benda kerja sehingga diperoleh
produk akhir dengan bentuk, ukuran, dan surface finish yang diinginkan.
3. Proses pembentukan logam (metal forming)
Proses metal forming adalah melakukan perubahan bentuk pada benda kerja dengan cara
memberikan gaya luar sehingga terjadi deformasi plastis.
4. Proses pengelasan (welding)
Proses penyambungan dua bagian logam dengan jalan pencairan sebagian dari daerah yang
akan disambung. Adanya pencairan dan pembekuan didaerah tersebut akan menyebabkan
terjadinya ikatan sambungan.
5. Proses perlakuan panas (heat treatment)
Heat treatment adalah proses untuk meningkatkan kekuatan material dengan cara perlakuan
panas.
6. Surface treatment
Proses surface treatment adalah proses perlakuan yang diterapkan untuk mengubah sifat
karakteristik logam pada bagian permukaan logam dengan cara proses thermokimia, metal
spraying.
Proses pemesinan atau lebih spesifik lagi proses pembuangan material (material removal
proces), memberikan ketelitian yang sangat tinggi dan fleksibilitas (keluwesan) yang besar.
Namun demikian proses ini cenderung menghasilkan sampah dari proses pembuangan
material tersebut secara sia-sia.
Proses deformasi memanfaatkan sifat beberapa material ( biasanya logam ) yaitu
kemampuannya ―mengalir secara plastis ― pada keadaan padat tanpa merusak sifat-sifatnya.
Dengan menggerakkan material secara sederhana ke bentuk yang kita inginkan ( sebagai

lawan dari membuang bagian yang tidak diperlukan ), maka sedikit atau bahkan tidak ada
material yang terbuang sia-sia.
Namun demikian biasanya gaya yang diperlukan cukup tinggi. Di samping itu, mesin-mesin
dan perkakas yang diperlukan harganya mahal sehingga jumlah produksi yang besar
merupakan
alasan
pokok
untuk
membenarkan
pemilihan
proses
ini.
Kegunaan material logam dalam masyarakat modern ditentukan oleh mudah tidaknya
material tersebut dibentuk (forming) kedalam bentuk yang bermanfaat. Hampir semua logam
mengalami deformasi sampai pada tingkat tertentu selama proses pembuatannya menjadi
produk akhir.
Ingat dalam proses pengecoran, strand dan slabs direduksi ukurannya dan diubah ke dalam
bentuk-bentuk dasar seperti plates, sheet, dan rod. Bentuk-bentuk dasar ini kemudian
mengalami proses deformasi lebih lanjut sehingga diperoleh kawat (wire) dan myriad (
berjenis – jenis) produk akhir yang dihasilkan melalui tempa (forging), ekstrusi, sheet metal
forming dan sebagainya.
Deformasi yang diberikan dapat berupa aliran curah (bulk flow) dalam 3 dimensi, geser
sederhana (simple shearing), tekuk sederhana atau gabungan (simple or compound bending)
atau kombinasi dari beberapa jenis proses tersebut.
D. MACAM-MACAM PROSES PEMESINAN

MEMBUBUT

MENGEFRAIS

MENGEBOR

MENYEKRAP

MENGGERINDA

BROACHING

HOBING

SEKRAP RODA GIGI

1. Pengelompokan Mesin-Mesin Perkakas
1. Mesin-mesin perkakas dengan perkakas potong yang secara geometris
terukur/teratur
 Mesin bubut

 Mesin frais
 Mesin bor

2. Mesin-mesin perkakas dengan perkakas potong yang secara geometris tak terukur /
tak teratur

 Mesin gerinda
 Mesin honing

 Mesin lapping

3. Macam-Macam Gerakan Pada Mesin Perkakas

Sekrap/ketam

1. Gerak Utama atau Gerak pemotongan

 Merupakan gerak putar (mesin bubut, mesin frais, mesin bor)

 Ataupun gerak lurus / translasi (mesin sekrap, mesin gergaji

 Dilakukan oleh perkakas potong (mesin frais, mesin bor, mesin gerinda)

 Dilakukan oleh benda kerja (mesin bubut, mesin planner)


DIUKUR DALAM METER / MENIT (Vc)

2. Gerak IN – FEED / gerak pengumpan ( depth of cut), Menentukan lebar tatal

(

a ) (lihat gb. Sebelah kiri)


DIUKUR DALAM MILIMETER (mm)

3. Gerak feeding / gerak pemakanan
Gerakan ketiga yang memungkinkan proses pemesinan / penyayatan tatal
berlanjut.
Menentukan tebal tatal ( f ) (lihat gb. Sebelah kiri)


DIUKUR DALAM MILIMETER / PUTARAN ATAU MILIMETER /
MENIT

4. Contoh Macam Gerakan Mesin
Tugas: Tentukan mana gerak pemotongan / gerak utama, gerak in-feed dan gerak feeding, pada
proses-proses pemesinan di bawah ini!
Keterangan: H = gerak pemotongan
Z = gerak in-feed
V = gerak pemakanan (feeding)

MEMBUBUT

MENGEFRAIS

MENYEKRAP

MENGEBOR
MENGGERGAJI

MENGGERINDA

E.

MESIN KONVERSI ENERGI

Hukum kekekalan energi atau juga dikenal sebagai Hukum Termodinamika pertama
menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, energi hanya
dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Namun perubahan bentuk energi tidak bisa
dengan serta merta, melainkan memerlukan sebuah alat/mesin yang dapat
merubah/mengkonversikan energi tersebut. Mesin konversi energi yang kita kenal dalam
aktifitas keseharian seperti motor bakar, turbin, pompa, motor listrik, dan generator.
1. Motor Bakar
Motor bakar sering juga disebut motor pembakaran dalam (internal combustion engine),
karena proses pembakaran terjadi di dalam ruang bakar yang ada pada ruang silinder.
Proses pembakaran yang terjadi adalah proses merubah energi panas yang tersimpan
dalam bahan bakar menjadi energi gerak.
Pada motor bakar untuk merubah energi panas dari bahan bakar menjadi energi gerak
terdapat beberapa sistim, menurut mekanis-menya dibedakan menjadi motor torak translasi
dan torak rotari (wankel), menurut jenis bahan bakarnya dibedakan menjadi motor bensin dan
motor disel.
3.1.1 Motor Bakar Torak Translasi
Energi gerak didapatkan dari energi panas hasil pembakaran bahan bakar melalui piston
yang bergerak translasi yang selanjutnya dirubah menjadi gerak putar melalui mekanisme
engkol.

Gambar 3.1 Prinsip motor Torak

Keterangan :

TDC = TMA
BDC = TMB

= Titik Mati Atas ( Batas teratas langkah torak)
= Titik Mati Bawah ( Batas terbawah langkah torak )

Stroke = L

= Panjang langkah torak dari TMB ke TMA

r

= Radius / Jari-jari engkol

Menurut proses kerjanya dibedakan menjadi 2 yaitu motor 2 tak dan motor 4 tak.
3.1.1.1 Motor 2 Tak
Disebut motor 2 tak atau motor 2 langkah karena setiap proses pembakaran dibutuhkan 2
langkah torak dari titik mati bawah ke titik mati atas dan dari titik mati atas ke titik mati
bawah

Gambar 3.2 Prinsip motor 2T
Tabel 3.1 Kerja Moor 2 Tak
Langkah torak

Torak bergerak dari TMB ke
TMA
(I)

Torak bergerak dari TMA ke
TMB
( II )

Kejadian di atas torak

 Akhir pembilasan diikuti
pemampatan bahan bakar +
udara
 Setelah dekat TMA
pembakaran dimulai.
 Akibat pembakaran, tekanan
mendorong torak ke TMB.
 Saluran buang terbuka, gas
bekas terbuang dan didorong
gas baru (pembilasan)

Kejadian di bawah torak

 Campuran bahan bakar dan
udara baru masuk keruang
engkol melalui saluran
masuk
 Campuran bahan bakar dan
udara di ruang engkol
tertekan dan akan naik
keruang atas torak lewat
saluran bilas

3.1.1.2 Motor 4 Tak
Disebut motor 4 tak atau motor 4 langkah karena setiap proses pembakaran dibutuhkan 4
langkah torak dari titik mati bawah ke titik mati atas dan dari titik mati atas ke titik mati
bawah kembali lagi dari titik mati bawah ke titik mati atas dan dari titik mati atas ke titik mati

bawah. Artinya setiap putaran poros engkol dihasilkan satu kali langkah yang menghasilkan
tenaga. Konstruksi umum motor ini dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.3 Prinsip motor 4T
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pena torak
Roda gigi poros kam
Roda gigi poros engkol
Panci oli
Busi
Katup isap

7. Poros kam
8. Tuas Katup
9. Batang penggerak
10. Poros engkol
11. Batang penekan katup
12. Karburator

Gambar 3.4 Langkah hisap
I. Langakah isap
Torak bergerak dari TMA ke TMB, gas baru masuk silinder
Temperatur  20C

Vakum 0,1 ÷ 0,6 bar




Katup Isap terbuka
Katup Buang tertutup

Gambar 3.5 Langkah kompresi
II. Langkah kompresi
Torak bergerak dari TMB ke TMA, gas baru dikompresikan dalam ruang
kompresi
Tekanan akhir kompresi =
Otto = 1 ÷ 1,5 Mpa ( 10 ÷ 15 bar )
Diesel = 1,5 ÷ 4 Mpa ( 15 + 40 bar )
Temperatur akhir kompresi
Otto = 300 ÷ 6000C
Diesel = 700 ÷ 9000C




Katup hisap tertutup
Katup buang tertutup

Gambar 3.6 Langkah usaha
III. Langkah usaha / kerja

Torak bergerak dari TMA ke TMB, terdorong tekanan gas hasil pembakaran.
Temperatur max pembakaran :
= 2000 ÷ 25000C

Otto

Diesel = 2000 ÷ 25000C
Tekanan max pembakaran :
Otto = 3 ÷ 6 Mpa ( 30 ÷ 6 bar )
Diesel = 4 ÷ 12 Mpa (40 ÷ 120 bar )



Katup isap tertutup
Katup buang tertutup

Gambar 3.7 Langkah buang
IV. Langkah buang
Torak bergerak dari TMBke TMA, gas buang keluar dari silinder
Temperatur gas buang ( beban penuh ) :
Otto
= 600 ÷ 10000C
Diesel



= 500 ÷ 6000C

Katup isap tertutup
Katup buang terbuka

3.1.2 Motor Torak Rotari (wankel)
Pada prinsip motor torak rotari, energi panas dari energi kimia bahan bakar langsung
dirubah menjadi gerak putar, karena pada motor ini torak merupakan sudu yang berputar

Gambar 3.8 Motor wankel

Gambar 3.9 Prinsip kerja motor wankel
Sifat-sifat yang menonjol







Gerakan torak berotasi ( berputar )
Pengisian, kompresi dan pembuangan diatur oleh torak
Lebih ringan
Getaran kecil
Jarang digunakan dan tidak diproduksi secara massal

2. Turbin Gas
Prinsip turbin gas engine pada dasarnya memanfaatkan energi kinetis atau aliran dari
panas hasil pembakaran bahan bakar. Bagian utama dari turbin gas engine adalah:

 Kompresor
 Ruang bakar
 Turbin

3. Kompresor
Kompresor berfungsi untuk menghisap udara sekaligus memampatkan udara ke dalam
ruang bakar.

3.1.3 Ruang Bakar
Udara yang dimampatkan oleh kompresor selanjutnya dibakar bersama bahan bakar pada
ruang bakar ini. Di ruang bakar ini terdapat injektor yang berfungsi menyemprotkan bahan
bakar dan terdapat busi yang berfungsi menyalakan campuran udara dan bahan bakar.
3.1.4 Turbin
Turbin terdiri dari sudu-sudu turbin yang berfungsi merubah enerji kinetis yang berupa
arus udara menjadi energi gerak putar. Selanjutnya energi gerak ini yang dipakai sebagai
penggerak mula.

Gambar 3.13 Turbin gas dengan 1 turbin

Gambar 3.14 Turbin gas dengan 2 turbin

Gambar 3.15 Model gas turbin

Gambar 3.16 Mesin gas turbin
4. Motor Listrik

Prinsip kerja motor listrik adalah merubah energi listrik menjadi energi gerak, dengan
memanfaatkan prinsip prinsip kemagnetan.
Jika pada sebuah penghantar dialiri arus listrik maka disekeliling penghantar itu akan
muncul medan magnet, jika medan magnet itu berada pada daerah medan magnet yang lain
maka akan saling mempengaruhi sesuai dengan sifat kemagnetan itu sendiri.

Gambar 3.17 Prinsip motor listrik
Pada magnet yang sama kutubnya akan saling tolak menolak sedangkan yang tidak
senama akan saling tarik menarik, prinsip inilah yang dimanfaatkan pada matar listrik,
sedangkan untuk dapat berputar maka kutub magnetnya harus mengalami perubahan, maka
digunakanlah mekanisme komutator dengan sikat arangnya atau dengan pengatur secara
elektronik

Gambar 3.18 Prinsip kerja motor listrik

Gambar 3.19 Contoh motor listrik
5. Generator Listrik
Di dalam penghantar yang mengalami perubahan kuat medan magnet, maka pada saat
perubahan tsb, terjadi tegangan listrik. Tegangan ini disebut induksi magnet

Gambar 3.20 Prinsip generator
Pada penghantar akan terjadi tegangan induksi, jika penghantar memotong garis – garis
gaya magnet atau garis – garis gaya magnet memotong panghantar




Tegangan induksi akan semakin besar jika :
Penghantar semakin cepat memotong garis – garis gaya magnet
Garis – garis gaya magnet semakin padat (medan magnet kuat)
Panjang penghantar yang aktif di dalam penghantar semakin besar

Gambar 3.21 Prinsip kerja generator
Jika kumparan di dalam medan magnet berputar secara terus menerus, maka pada
kumparan akan dibangkitkan gaya gerak listrik
Melalui cincin geser dan sikat arang arus mengalir secara terus menerus dari kumparan
yang berputar ke pemakai (lampu)

F.

MEMBACA GAMBAR TEKNIK

1. Pengertian
Membaca gambar teknik adalah suatu kompetensi yang sangat dibutuhkan dalam
dunia teknologi secara umum dan khususnya pada kegiatan industri manufaktur di dalam
hal ini ada dua komponen pokok yang saling tergantung pada Membaca Gambar Teknik
yaitu seorang perencana (designer) dan pelaksana (teknisi).
Dengan kemajuan teknik, maka menggambar secara teknik sedikit demi sedikit
meningkat sampai tingkata sekarang ini. Perluasan Industri memaksa membuat dan
pengertian dari gambar teknik yang lebih luas lagi. Tujuan dari gambar kerja adalah untuk
memudahkan pengerjaan barang-barang pabrik (industri manufaktur) dan untuk
menghilangkan baqhan-bahan yang tidak perlu. Dengan materi-materi ini maka diharapkan
mengerti akan bentuk, ukuran dan lain sebagainya. Diharapkan pengguna buku informasi
ini akan dapat pengertian/persepsi yang sama anta penyedia dan pengguna gambar teknik
ini.
Komponen yang tersebut di atas akan berinteraksi satu sama lainnya melalui media
gambar teknik, gambar teknik adalah suatu media yang akan menjembatani dua komponen
tersebut. Biasanya antara perencana dengan pelaksana tidak akan berhubungan langsung,
dimana satu sama lainnya mempunyai tugas masing-masing, namun demikian keduanya
haruslah memahami apa yang menjadi ketentuan atau aturan yang ada di gambar teknik.
Oleh karena itu maka kedua komponen tersebut di atas harus mengerti dan memahami apa
yang menjadi aturan atau ketentuan sehingga komunikasi tidak lagi dibutuhkan suatu

komunikasi lisan yang di definisikan Gambar teknik adalah suatu alat komunikasi
antara perencana dengan pelaksana.
Alat komunikasi antara perencana dengan pelaksana yang berupa gambar kerja
harus pula dapat dimengerti oleh kedua belah pihak, karena itu tiap-tiap pelaksana ataupun
dapat dikatakan orang-orang teknik harus dapat setidak-tidaknya ― Membaca Gambar‖.
Agar seseorang dapat membaca sesuatu gambar kerja, maka harus mempelajari segala
ketentuan, aturan serta normalisasi yang sudah diatur dalam suatu standarisasi (ISO). Yang
berlaku secara universal karena gambar teknik tidak terpengaruh atas bahasa apapun,
seperti gambar kerja yang dibuat oleh suatu negara lain seperti gambar kerja yang
diproduksi oleh Jepang/Korea yang mempunyai huruf berbeda dengan kita, akan tetap

dapat kita buat .

1. Untuk menggambar yang baik dibutuhkan peralatan gambar yang baik
adalah :
3.1.1. Meja/papan gambar
3.1.2. Jangka
3.1.3. Pensil gambar
3.1.4. Penghapus
3.1.5. Pena gambar
3.1.6. Segi tiga siku-siku.
2.

Ukuran kerta gambar :
Standar

Lebar

Panjang

A0
A1
A2
A3
A4
A5
A6

841
594
420
297
210
148
105

1189
841
594
420
297
210
148

Tepi
kiri
20
20
20
20
20
20
20

Tepi
lain
10
10
10
10
5
5
5

3.

Kolom Etiket

4.

Skala
Skala adalah suatu aturan untuk mempermudah dalam proses pembuatan
gambar, skala yang menurut aturan adalah :
3.4.1. Skala dengan ukuran sebenarnya

3.4.2. Skala dengan ukuran yang diperbesar

3.4.3. Skala dengan ukuran yang diperkecil

5.

Macam – macam garis

Penggunaan selanjutnya secara khusus adalah sebabagi berikut:





Garis kontinu tebal

: Lapisan las, simbol las, lingkaran

Garis kontinu tipis

: Garis penunjuk, lipatan pinggir, bagian menyilang.



Garis titik garis tebal : Simbol batas pengerasan



Garis titik garis tipis
perpanjangan lengan

:Jari-jari roda gigi, lubang lingkaran, toleransi mesin,

6.

Standar huruf dan angka

3.6.1. Tingg huruf dan angka menurut standar
2.5

7.

3.5

5

7

Benda kerja plat dalam satu pandangan

10

14

20

3.7.1.1.Satuan mm dalam angka ukuran tidak perlu
dicantumkan, sedangkan satuan ukuran lainnya
harus/perlu dicantumkan
3.7.1.2.Anak panah berbentu segi tiga sama kaki yang
dihitamkan panjang

3.7.1.3.Garis-garis ukur harus mempunyai jarak kira-kira 10
mm dari garis benda tepi gambar dan 7 mm dari
garis ukur garis ukr yang paralel. Ukuran
ditempatkan 1mm diatas garis ukur dan harus di
tengah – tengah dan teratur. Garis ukuran hanya
boleh terputus jika ruang kecil untuk dapat
memasukkan ukuran. Garis perpanjangan dilebihkan
1 – 2 mm melebihi garis ukur.
3.7.1.4.Angka dan garis ukuran harus terbaca, baik
horizontal maupun vertikal. Untuk ukuran – ukuran
kecil, seperti dibawah 10 mm, tanda panah
ditempatkan diluar arah ukur. Jika jarak untuk
penempatan angka ukuran antara garis perpanjangan
atau tepi gambar tidak cukup, ukuran ditempatkan
diatas tanda panah ukuran.
3.7.1.5.Pengukuran dimulai dari basis, ukuran yang terkecill
ditempatkan paling dekat terhadap benda kerja.

3.7.1.6. Benda kerja simetris diukur simetris terhadap garis
sumbu yang dilebihkan 2 – 3 mm dari tepi gambar.
Benda kerja plat bisa dilukiskan dalam satu sudut
pandang. Ketebalan benda kerja dapat dicantumkan
di dalam gambar atau di luarnya.
( Contoh t = 2 mm )
3.7.1.7. Garis – garis ukur tidak boleh dilukiskan
berhimpitan dengan garis benda ataupun dengan
perpanjangan garis benda ( a ). Angka ukuran tidak
boleh terpotong oleh garis sumbu, jika dibutuhkan
garis sumbu harus diputus.

8.

Benda bulat dalam satu pandangan
3.8.1.1. Pusat lingkaran terletak pada perpotongan garis
sumbu, garis sumbu selalu berpotongan pada bagian
garisnya. Garis sumbu selalu dimulai dan diakhiri
dengan garis. Garis sumbu yang pendek
disederhanakan dengan garis tipis kontinu. Ukuran
diameter dibatasi oleh dua anak panah pada
lingkarannya atau digambar pada garis perpanjangan
dari lingkaran. Pada keadaan seperti ini simbol
diameter Ø tidak dicantumkan.
3.8.1.2. Untuk lingkaran – lingakaran yang sangat kecil,
ukuran diameter ditempatkan dengan satu anak
panah penunjuk yang diarahkan ke pusat lingkaran.
Simbol diameter ( 7/10 h ) dilukiskan didepan
ukuran. Penggunaan yang sama jika hanya satu anak
panah ukuran yang dapat digambarkan. Jika ruang
gambar kecil, ukuran diameter dapat ditempatkan
bersama dengan panah ukuran, diluar garis benda.
3.8.1.3. Jika ada beberapa diameter lubang dengan ukuran
yang sama, dapat dicantumkan hanya satu ukuran
saja. Garis–garis sumbu dapat dipergunakan sebagai
garis perpanjangan, digambarkan diluar garis benda
dengan garis kontinu tipis. Ukuran jarak antar
lubang selalu diambil dari titik pusat lingkaran.
3.8.1.4. Jari – jari lingkaran disimbolkan dengan R dan
hanya mempunyai satu tanda panah penunjuk
diarahkan kebusur lingkaran dan melalui titik pusat
lingkaran. Pada kondisi tertentu titik pusat lingkaran
dapat dihilangkan.

3.8.1.5. Jika ukuran radiusnya besar, sedangkan ruang
gambarnya sempit, maka penunjukan R seperti pada
gambar samping, yaitu titik pusatnya diperpendek.

3.8.1.6. Pada pengukuran lubang yang mempunyai suaian,
pemberian ukurannya adalah jarak antara titk pusat
lubang dan lebar lubang.

9.

Gambar tiga dimensi  Gambar perspektif

3.9.1.1.

Perspektif paralel

3.9.1.2.

Perspektif dimetrik
Sudut
70
Lebar
Tinggi
Panjang

3.9.1.3.

.

Skala
Kegunaan

Sudut α
Lebar
Tinggi
Panjang

: 450
: skala 1 : 1
: skala 1 : 1
: skala 1 : 2

: α = 420 dan β=
: skala 1 : 1
: skala 1 : 1
: skala 1 : 2

Perspektif isometrik
Sudut
: α = 300 dan β = 300
Lebar
: skala 1 : 1
Tinggi
: skala 1 : 1
Panjang : skala 1 : 1

dimetrik (di = dua)
dua skla berbeda
dominan tampak depan

isometrik (iso = sama)
Semua skala sama
Keseluruhan

Pembuatan gambar perspektif hendaknya diawali dengan membuat gambar dasar dengan
bentuk kubus sesuai dengan bentuk perspektif, kemudian batu dikembangkan menjadi
bentuk benda kerja.

10.

Penyajian benda-benda tiga dimensi secara titik tarik

Jika antara benda dengan titik penglihatan tetap diletakkan pada sebuah bidang
vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar ini akan terbentuk bayangan dari
benda. Bayang tersebut dinamakan gambar perspektif. Gambar perspektif adalah gambar
serupa dengan gambar benda yang dilihat dengan mata biasa (seolah-olah seperti benda
yang sebenarnya). Ini banyak digunakan dalam bidang arsitektur, dan merupakan
pandangan tunggal yang terbaik. Hanya dalam penggambarannya sangat sulit dan rumit
dari pada cara penggambaran yang lain. Untuk gambar teknik dengan baian-bagian yang
rumit dan kecil cara ini tidaklah menguntungkan, oleh karena itu cara ini jarang dipakai
pada teknik mesin.
Dalam gambar perspektif garis-garis sejajar pada benda bertemu pada satu titik
dalam ruang, yang dinamakan titik hilang. Ada tiga macam gambar perspektif yaitu
perspektif satu titik (perspektif sejajar); perspektif dua titik (perspektif sudut) dan
perspektif tiga titik (perspektif miring) sesuai dengan jumlah titik hilang yang dipakai.
Seperti yang terlihat pada gambar di atas.
11.

Proyeksi ortogonal (gambar pandangan majemuk)

Gambar proyeksi ortogonal dipergunakan untuk memberikan informasi yang
selengkap mungkin dan tepat dari suatu benda tiga dimensi. Untuk mendapatkan hasil
demikian bendanya diletakkan dengan bidang-bidangnya sejajar dengan bidang proyeksi,
terutama sekali bidang yang penting diletakkan sejajar dengan bidang proyeksi vertikal.
Proyeksi ortogonal pada umumnya tidak memberikan gambaran lengkap dari

benda hanya dengan satu projeksi saja. Oleh karena itu diambil beberapa bidang proyeksi,
biasanya diambil tiga bidang tegak lurus, juga dapat ditambah dengan bidang lain sebagai
gambar bantu pelengkap jika diperlukan keberadaannya. Benda diproyeksikan secara
ortogonal pada tiap-tiap bidang proyeksi untuk memperlihatkan benda tersebut pada
bidang-bidang dua dimensi. Dengan menggabungkan gambar-gambar proyeksi tersebut
maka diperoleh gambaran jelas dari benda yang dimaksud. Cara penggambaran demikian
disebut proyeksi ortogonal.

Cara menggambarkan dapat dilihat seperti gambar di bawah ini. Antara benda dan
titik penglihatan tak terhinggan diletakkan sebuah bidang tembus pandang sejajar dengan
bidang yang akan digambar. Pada gambar di bawah ini bidang tembus pandang diambil
vertikal. Apa yang dilihat pada bidang tembus pandang ini merupakan gambar proyeksi
dari benda tersebut. Jika benda tersebut dilihat dari depan, maka gambar pada bidang
tembus pandang ini disebut pandangan depan. Dengan cara demikian benda tadi dapat
diproyeksikan pada bidang proyeksi horizontal, pada bidang proyeksi vertikal sebelah kiri
atau kanan, dan masing-masing gambar disebut pandangan atas dan pandangan kiri atau
kanan.
Tiga, empat atau lebih gambar demikian digabungkan dalam satu kertas gambar,
dan terdapatlah suatu susunan gambar yang memberikan gambaran jelas dari benda yang
dimaksud.

Susunan pandangan-pandangan dapat dilihat gambar di bawah ini dimana gambargambar tersebut akan dibahar pada pokok bahan berikutnya.
12.

Gambar Proyeksi

Pada gambar teknik mesin, teristimewa pada gambar kerja dipergunakan cara
proyeksi ortoganal yang sudah dibahas sepintas pada pokok bahasan terdahulu.
Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak digunakan adalah bidang horizonta
dan bidang vertikal, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Bidang-bidang utama
membagi seluruh ruang dalam empat kwadran. Bagian ruang di atas bidang horizontal
dan di depan bidang vertikal disebut kwadran pertama. Bagian ruang di atas bidang
horizontal dan di belakang bidang vertikal disebut kwadran kedua. Kwadran ketiga adalah
bagian ruang yang terletak di bawah bidang horizontal dan di depan bidang vertikal, serta
kwadran ke empat adalah bagian ruang yang terletak di bawah bidang horizontal dan di
belakang bidang vertikal.
Jika benda yang digambar diletakkan di kwadran pertama, dan diproyeksikan pada
bidang-bidang proyeksi, maka cara proyeksi ini disebut ―proyeksi bidang kwadran
pertama‖ atau ―cara proyeksi sudut pertama.‖ Jika bendanya diletakkan pada kwadran ke
tiga, macara proyeksi ini disebut ―proyeksi kwadran ketiga‖ atau ―proyeksi sudut ke tiga‖.
Sedangkan untuk kwadran yang lainnya tidak digunakan dalam membuat gambar proyeksi
Gambar-gambar pandangan pada umumnya digambar menurut cara sudutpertama
dan ketiga.

13.

Cara proyeksi sudut pertama

Benda yang tampak di bawah ini gambar (a) diletakkan di depan bidang-bidang
proyeksi seperti pada gambar (b). Ia diproyeksikan pada bidang belakang menurut garis
penglihatan A, dan gambarnya adalah gambar pandangan depan. Tiap garis atau tepi benda
tergambar sebagai titik atau garis pada proyeksi. Pada gambar (b) tampak juga proyeksi
benda bidang bawah menurut arah B, dan menurut arah C, padang bidang proyeksi sebelah
kanan, menurut arah D pada bidang proyeksi sebelah kiri, menurut arah E pada bidang
proyeksi atas dan meurut arah F pada bidang depan.
Jika Proyeksi-proyeksi, seperti pada gambar (b), telah dibuat semuanya, hasilnya
kurang berguna, karena bidang-bidang proyeksinya disusun di dalam tiga dimensi. Oler
karena itu mereka harus diletakkan dalam satu lembar kertas gambar dalam dua dimensi.

Proyeksi sudut pertama atau Proyeksi eropah
Bidang-bidang proyeksi dimisalkan merupakan suatu kubus tertutup gambar (b) di
atas kemudian dibuka seperti gambar (c) di atas sehingga semua sisi terletak pada bidang
vertikal.
Susunan gambar proyeksi harus demikian hingga dengan pandangan depan A
sebagai patokan, pandangan atas B terletak di bawah, pandangan kri C terletak di sebelah
kanan, pandangan kanan D terletak disebelah kiri, pandangan bawah E terletak di atas, dan
pandangan belakang F terletak di sebelah kti atau kanan. Hasil lengkapnya dapat dilihat
pada gambar (d) di atas.
Dalam gambar, garis-garis tepi, yaitu garis-garis batas antara bidang-bidang
proyeksi dan garis-garis proyeksi tidak digambar.
Gambar proyeksi demikian disebut gambar proyeksi sudut pertama. Cara ini
disebut juga ―Cara E‖ karena cara ini telah banyak digunakan di negara-negara Eropa
seperti Jerman, Swis, Prancis dan lain-lainnya.

14.

Cara proyeksi sudut ketiga.

Benda yang akan digambar diletakkan dalam peti kubus dengan sisi tembus pandang
sebagai bidang-bidang proyeksi seperti gambar di bawah ini (a). Pada tiap-tiap bidang
proyeksi akan

tampak gambar pandangan dari benda menurut arah penglihatan, yang

ditentukan oleh anak panah.

Proyeksi sudut ketiga atau proyeksi amerika
Pandangan depan dalam arah A dipilih sebagai pandangan depan. Pandanganpandangan yang lain diproyeksikan pada bidang-bidang lainnya menurut gambar (a) di
atas. Sisi-sisi kubus dibuka menjadi satu bidang proyeksi depan menurut arah anak panah
yang terdapat pada gambar (b) di atas. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada gambar (c) di
atas. Dengan pandang depan A sebagai patokan, pandangan atas B diletakkan di atas,
pandangan kri C di sebelah kiri, pandangan kanan D diletakkan di sebelah kanan,
pandangan bawah E diletakkan di bawah, dan pandangan belakang F diletakan di sebelah
kiri atau kanan.
Susunan proyeksi ini disebut proyeksi sudut ketiga, dan disebut juga dengan ―cara
A‖ karena banyak dipakai di Amerika dan negara lainnya seperti Jepang, Canada, Australia
dan negaran-negara lainnya.
15.

Pengenalan cara-cara proyeksi dan lambangnya.

Jika hasil-hasli gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi sudut ketiga

dibandingkan, maka akan terlihat bahwa gambar yang satu merupakan kebalikannya yang
lain, dilihat dari segi susunannya. Oleh karena itu perbedaannya sangat penting untuk
diperhatikan. Harus dicatat bahwa dua cara proyeksi ini jangan dipakai bersamaan dalam
satu gambar.
Dalam standar DIN ISO 5456-2(1998-04) telah ditetapkan bahwa kedua cara
proyeksi boleh dipergunakan. Untuk keseragaman, semua gambar dalam ISO digambar
menurut proyeksi sudut pertama.
Jika pada gambar telah ditentukan cara proyeksi yang dipakai, maka cara yang
dipakai harus dujelaskan pada gambar dengan menggunakan simbol/lambag seperti di
bawah ini.

16.

Benda kerja dengan garis bayang-bayang
3.16.1.

Garis bayang-bayang digambarkan sebagai garis
putus-putus dengan ketebalan 7/10 dari garis
benda. Panjang masing-masing garis tergantung
pada

ukuran

gambar.

Agar

memberikan

gambaran garis celahnya dibuat sedikit kecil (11/5 mm).

3.16.2.

Garis putus=putus dimulai dan diakhiri dengan
garis pada tepi gambar.

3.16.3.

Pada perubahan dari garis benda ke garis bayang-

bayang harus diawali dan diakhiri dengan celah.

3.16.4.

Garis putus-putus selalu dipertemukan dengan
garis (membuat sudut yang utuh).

3.16.5.

Garus bayang-bayang yang bersilangan harus
berpotongan pada garis.

3.16.6.

Garis bayang-bayang yang sejajar berjarak dekat
celahnya dibuat/dilukis dengan saling menutupi.

3.16.7.

Jika garis bayang-bayang dan garis sumbu
berhimpitan, maka yang digambar adalah garis
bayang-bayang.

Garis ukuran tidak dapat dicantumkan pada garis bayangbayang

17.

Benda kerja dengan dengan pandangan depan
3.17.1.
Hasil :

Ukurlah panjang sisi a !
Panjang sisi a pada tampak depan adalah 50mm,
pada tampak samping 30mm, pada tampak atas 40
mm.  Jadi, sisi ini kelihatan lebih pendek pada
tampak samping dan tamoak atas

3.17.2.

Sisis yang terlihat akan lebih pendik jika jarak
antara titik akhir dengan mata lebih jauh.

3.17.2.1. Kemiringan ditentukan oleh dua ukuran papa sisi
kiri dan kanan akan menghasilkan sudut.
3.17.2.2. Kemiringan dapat juga ditentukan oleh sudut.

3.17.2.3. Biasanya panjang sisi miring tidak diukur, kecuali
jika diperlukan untuk membuat mantel.
3.17.2.4. Garis ukuran sudut digambarkan dengan busur
lingkaran,

besarnya

sudut

dicantumkan

di

atasnya.

3.17.2.5. Ukuran sudut pada daerah arsir dituliskan dengan
pembacaan dari sebelah kiri.
3.17.2.6. Penyederhanaan ukuran dapat dituliskan dengan
menggunakan simbol:
Ø = Lingkaran
□ = Bujur sangkar

18.

Benda kerja silindris
3.18.1.

Penggambaran suatu silindris atau benda kerja
simetris lainnya, didasarkan garis garis sumbu.

3.18.2.

Benda kerja yang sederhana hanya digambat
tampak depannya saja (satu pandangan), simbol
diameter ditempatkan di depan angka ukuran.

3.18.3.

Jika gambar kerja dibuat dua pandangan, ukuran
diameter ditempatkan pada pandangan lingkaran.

3.18.4.

Besarnya jarak antara dua sumbu benda silindris,
diletakkan pada jarak kedua garis sumbu.

3.18.5.

Usahakan agar garis-garis ukuran tidak termasuk

di dalam daerah arsiran, Jika tidak dapat dihindari
maka ukuran gambar harus dapat dibaca dari
sebelah kiri.

3.18.6.

Silinder

sederhana

yang

panjangan

penggambarannya dapat diperpendek dengan
menggunakan garis pemutus digambar dengan
garis bebas dengan garis tipis dan bidangnya
diarsir.
3.18.7.

Daerah terjadinya pemotongan diarsir

3.18.8.

Yang paling sederhana adalah pemotongan
dengan garis bebas.

19.

Gambar proyeksi benda silindris yang terpotong
3.19.1.

Gambar proyeksi pandangan depan dan atas dari
benda silindris yang terpotong arah aksial bagian
atasnya.

3.19.2.

Gambar proyeksi pandangan sampingnya

3.19.3.

Garis potong yang tidak terlihat pada gambar
proyeksinya, harus dilukiskan/digambar dengan
garis bayang-bayang.

20.

Benda kerja bentuk piramid
3.20.1.

Dua buah pandangan umumnya cukup untuk
menggambarkan suatu benda piramid.
Satu pandangan cukup untuk menggambarkan
piramit dengan dasar alas bujur sangkar.

3.20.2.

Kemiringan/pendakian

suatu

daerah

dapat

dinyatakan sebagai perbandungan kemiringan
atau bisa dalam prosentase. Sudut kemiringan
dapat juga dicantumkan dengan simbol
Pendakian = B - b = 20 – 10 = 1 : 4
L
40
Tan β = 20 – 10 = 1
40
4

3.20.3.

Tingkat ketirusan dari model piramid adalah
perbandingan dari perbedaan lebar terhadap
panjang piramid.
Derajat ketirusan = B - b = 40 – 20 = 1 : 2
L
40
Ketirusan diperlihatkan dengan simbol

3.20.4.

Daerah

bidang

datar

pada

pandangan

diperlihatkan dengan garis diagonal tipis, jika
tidak dimunculkan pada pandangan berikutnya.

3.20.5.

Menggambar panjang garis sebenarnya dari
proyeksi suatu garis.

21.

Potongan seluruhnya
3.21.1.

Gambar perpektif dari suatu benda kerja yang
dipotong seluruhnya.

Daerah penampang yang dipotong diarsir, yang
berlubang tidak diarsir.

3.21.2.

Garis arsir adalah garis tipis yang tidak terputus
dengan sudut 45o terhadap garis sumbu atau garis
tepi benda.
Terhadap : garis vertikal dan horizontal
garis sumbu dan garis tepi benda

3.21.3.

Daerah penampang yang lebih kecil, diarsir
dengan jarak yang lebih rapat.

3.21.4.

Daerah

penampang

dihitamkan.

Daerah

yang
yang

sangat

sempit

dihitamkan

dari

beberapa penampang yang berbeda dipisahkan
(diberi jarak)  gap antara dua benda kerja
(gambar kerja)