S PJKR 1204358 Chapter 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai
sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Muhson, 2010, hlm. 1).
Dengan kata lain pendidikan adalah bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,
disebutkan bahwa
Pendidikan adalah Usaha sadar dan berencana untuk mewujudakan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002,
hlm. 263) bahwa “Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik”
Redja Mudyaharjo (dalam Rasyidin dkk., 2012, hlm. 29) mengungkapkan
bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah malalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
Dari beberapa pendapat tersebut jelas bahwa pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang dilakukan dimana
saja untuk mengembangkan aspek-aspek dalam diri seseorang. Pendidikan pada
hakekatnya memberikan pengaruh dalam mengembangkan kepribadian jasmani
dan rohani individu agar mencapai puncak yang lebih tinggi dan menjadi manusia
yang bertanggung jawab
Ahmad Yunizar, 2016
Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari integral sistem pendidikan
nasional, dimana pendidikan jasmani merupakan sebuah aktifitas pembelajaran
yang memanfaatkan olahraga dan permainan untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Juliantine (2012, hlm. 6) bahwa
“pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik
dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan”. Hal
tersebut sependapat juga dengan Subroto (2012, hlm. 76) mengatakan bahwa
“pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk mencapai tujuan
pendidikan sekaligus untuk meraih tujuan yang bersifat internal ke dalam aktifitas
fisik itu sendiri”.
Dipertegas juga oleh Pangrazi (dalam Avip, 2003, hlm. 221) menyatakan
bahwa „pendidikan jasmani adalah tahapan dari program pendidikan umum yang
memberikan konstribusi pada keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak, terutama melalui pengalaman gerakan‟. Dari pendapat para ahli di atas, jelas
kiranya bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan nasional,
yang memanfaatkan aktivitas fisik melalui permainan dan olahraga untuk
mencapai tujuan pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Ruang lingkup pendidikan jasmani yang terdapat dalam standar isi meliputi
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas
ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar sekolah. Permainan olahraga meliputi :
olahraga tradisional, permainan, keterampilan lokomotor-nonlokomotor, dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, sepak takraw, bola voli,
tenis meja, tenis, bulutungkis, beladiri, serta aktivitas lainnya (Depdiknas, 2006,
hlm. 703).
Bulutangkis
sebagai salah satu materi permainan bola kecil dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, dalam pembelajarannya mengacu pada muatan
tujuan pendidikan diantaranya untuk mengembangkan keterampilan pengolahan
diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
Permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah permainan yang saling
berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan
menggunakan raket dan shatelkok sebagai alat permainan bersifat perseorangan
3
yang dimainkan pada lapangan tertutup dan terbuka dengan lapangan berupa dan
lapangan permainan berupa lapangan yang datar terbuat dari beton, kayu atau
karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada
tengah lapangan permainan (Subarjah, 2007, hlm. 1)
Ballou (dalam Subarjah, 2010, hlm. 325) mengatakan „Bulutangkis
merupakan permainan yang banyak menggunakan kemampuan fisik dengan
gerakan yang cepat dan pukulan keras yang dilakukan dalam waktu beberapa
detik diantara reli-reli panjang‟. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam
bulutangkis diantaranya adalah cara memegang raket, sikap berdiri, gerakan kaki,
dan memukul satelkok (Subarjah dan Hidayat, 2007, hlm. 35). Dalam kaitannya
dengan keterampilan dasar memukul satelkok, seseorang sudah dapat bermain
bulutangkis apabila dapat melakukan beberapa keterampilan dasar teknik
memukul satelkok, yang terdiri atas servis, lob, drive, netting, dropshot, dan
smash dalam Subarjah (2010, hlm. 325). Keempat jenis keterampilan dasar teknik
memukul satelkok tersebut dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand.
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran bulutangkis di
sekolah-sekolah, pemebelajaran bulutangkis biasanya disampaikan melalui
metode ceramah dan demonstrasi saja, dimana guru sebagai sumber informasi dan
memperagakan semua gerakan sehingga siswa menerima informasi tanpa ada
peran aktif (teacher centered). Sedangkan dalam pemberian materi tersebut tidak
semua guru memiliki kemampuan disemua cabang olahraga walaupun tidak
menutup kemungkinan menguasai materinya tetapi tidak sempurna dalam
memberikan contoh gerakan dalam cabang olahraga tertentu yang mengakibatkan
adanya kesenjangan antara penyampaian informasi teori dengan gerakan yang
juga mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya. Pembelajaran konvensional
tersebut merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keterampilan
teknis, yang mengakibatkan proses pembelajran kurang menarik sehingga
membuat siswa menjadi mudah bosan, dan kurang memperhatikan guru saat
memberikan materi pembelajaran, hal tersebut terlihat dari antusias siswa yang
kurang selama proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya siswa tidak
mendapatkan hasil yang maksimal dalam memahami materi yang diajarkan.
4
Pembelajaran seperti itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
Menurut Romiszowski (dalam Firmansyah, 2010, hlm. 2) mengatakan
bahwa „hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes
tentang bidang yang dipelajari‟. Sedangkan menurut Gagne dan Brigss (dalam
Firmansyah, 2010 hlm. 2) mengemukakan bahwa „hasil belajar adalah gambaran
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat
di klasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu : keterampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap‟. Maka hasil belajar
keterampilan bermain bulutangkis adalah gambaran kemampuan bermain
bulutangkis siswa yang diperoleh melalui proses pengukuran sesuai dengan jenis
keterampilan yang dipelajarinya.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar. Media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut
Juliantine (2012, hlm. 97) bahwa “media adalah segala sesuatu yang memuat
pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu”. Dalam
proses pembelajaran guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media
pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan media audio visual selama
proses belajar mengajar berlangsung.
Media audio visual merupakan salah satu alternatif untuk membantu siswa
dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari, penggunaan media audio
visual sangat diperlukan dalam upaya memperjelas dan memperluas pengertian
kepada siswa. Diharapkan media audio visual dapat menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran. Hal ini dirasakan
penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Sehingga masalah
pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil belajar
dan menghidupkan suasana pembelajaran lebih menarik.
Siswa mungkin sudah memahami suatu permasalahan melalui pelajaran
yang disampaikan oleh guru, pemahaman itu akan lebih baik jika diperkaya
dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media.
Dengan menggunakan media audio visual siswa dituntut untuk memahami suatu
5
gerak yang ada dalam media audio visual yaitu keterampilan bermain pada
pembelajaran bulutangkis, setelah itu siswa mengaplikasikannya dalam suatu
proses pembelajaran yang berupa latihan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih
mudah memahami dan mendalami materi yang berdampak kepada hasil belajar
yang akan dicapai siswa. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada
“pengaruh penggunaan media audio visual terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bulutangkis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka penulis
mengidentifikasi masalah yang ada, antara lain :
1.
Kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan bermain bulutangkis
2.
Kurangnya kreatifitas guru dalam memanfaatkan media untuk membantu
proses kegiatan belajar permainan bulutangkis.
3.
Kurangnya motivasi siswa, untu menguasai keterampilan dalam permainan
bulutangkis
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah serta memahami ruang lingkup permasalahan dalam
penelitian ini, maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi masalah
di atas, maka permasalahan ini dibatasi hanya pada “penggunaan media audio
visual terhadap hasil belajar keterampilan bermain bulutangkis”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang maka
rumusan masalah yang diidentifikasi adalah “Apakah penggunaan media audio
visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bulutangkis?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji adanya pengaruh penggunaan Media Audio visual Terhadap Hasil
Belajar Keterampilan Bermain Bulutangkis.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan
pengalaman baru dalam pembelajaran bulutangkis sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.
2. Bagi guru
Memberikan wawasan baru dan masukan bagi guru tentang media
audiovisual pada pembelajaran bulutangkis yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih
baik.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk penggunaan media audiovisual pada topik
yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan tambahan
pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu
pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas teori-teori yang
digunakan pada bahan analisi masalah. Teori diambil dari berbagai literatur yang
berkaitan dengan pembahasan masalah yang diteliti, serta pengambilan hipotesis
didasarkan pada rumusan masalah yang diajukan penelitian.
BAB III Metode Penilitian. Pada bab ini membahas tentang cara yang
akan digunakan peniliti dalam mendukung pengolahan data yang didapat setelah
melakukan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini membahas
hasil dari pengolahan data, yang hasilnya digunakan sebagai jawaban pada
penelitian yang telah dilakukan.
7
BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini membahas kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan, Implikasi membahas tentang dampak langsung
setelah dilakukannya penelitian, dan Rekomendasi yang membangun sebagai
acuan terhadap penelitian selanjutnya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai
sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Muhson, 2010, hlm. 1).
Dengan kata lain pendidikan adalah bertujuan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003,
disebutkan bahwa
Pendidikan adalah Usaha sadar dan berencana untuk mewujudakan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Sedangkan menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2002,
hlm. 263) bahwa “Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik”
Redja Mudyaharjo (dalam Rasyidin dkk., 2012, hlm. 29) mengungkapkan
bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat
dan pemerintah malalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam
berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
Dari beberapa pendapat tersebut jelas bahwa pendidikan adalah suatu proses
pembelajaran yang dilakukan secara sadar dan sengaja yang dilakukan dimana
saja untuk mengembangkan aspek-aspek dalam diri seseorang. Pendidikan pada
hakekatnya memberikan pengaruh dalam mengembangkan kepribadian jasmani
dan rohani individu agar mencapai puncak yang lebih tinggi dan menjadi manusia
yang bertanggung jawab
Ahmad Yunizar, 2016
Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Bermain
Bulutangkis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari integral sistem pendidikan
nasional, dimana pendidikan jasmani merupakan sebuah aktifitas pembelajaran
yang memanfaatkan olahraga dan permainan untuk mencapai sebuah tujuan
pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Juliantine (2012, hlm. 6) bahwa
“pendidikan jasmani merupakan alat pendidikan yang menggunakan aktivitas fisik
dan olahraga sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan”. Hal
tersebut sependapat juga dengan Subroto (2012, hlm. 76) mengatakan bahwa
“pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan media untuk mencapai tujuan
pendidikan sekaligus untuk meraih tujuan yang bersifat internal ke dalam aktifitas
fisik itu sendiri”.
Dipertegas juga oleh Pangrazi (dalam Avip, 2003, hlm. 221) menyatakan
bahwa „pendidikan jasmani adalah tahapan dari program pendidikan umum yang
memberikan konstribusi pada keseluruhan pertumbuhan dan perkembangan pada
anak, terutama melalui pengalaman gerakan‟. Dari pendapat para ahli di atas, jelas
kiranya bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan nasional,
yang memanfaatkan aktivitas fisik melalui permainan dan olahraga untuk
mencapai tujuan pendidikan, pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Ruang lingkup pendidikan jasmani yang terdapat dalam standar isi meliputi
permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas
ritmik, aktivitas air dan pendidikan luar sekolah. Permainan olahraga meliputi :
olahraga tradisional, permainan, keterampilan lokomotor-nonlokomotor, dan
manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, sepak takraw, bola voli,
tenis meja, tenis, bulutungkis, beladiri, serta aktivitas lainnya (Depdiknas, 2006,
hlm. 703).
Bulutangkis
sebagai salah satu materi permainan bola kecil dalam
pembelajaran pendidikan jasmani, dalam pembelajarannya mengacu pada muatan
tujuan pendidikan diantaranya untuk mengembangkan keterampilan pengolahan
diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola
hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih.
Permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah permainan yang saling
berhadapan satu orang lawan satu orang atau dua orang lawan dua orang, dengan
menggunakan raket dan shatelkok sebagai alat permainan bersifat perseorangan
3
yang dimainkan pada lapangan tertutup dan terbuka dengan lapangan berupa dan
lapangan permainan berupa lapangan yang datar terbuat dari beton, kayu atau
karpet ditandai dengan garis sebagai batas lapangan dan dibatasi oleh net pada
tengah lapangan permainan (Subarjah, 2007, hlm. 1)
Ballou (dalam Subarjah, 2010, hlm. 325) mengatakan „Bulutangkis
merupakan permainan yang banyak menggunakan kemampuan fisik dengan
gerakan yang cepat dan pukulan keras yang dilakukan dalam waktu beberapa
detik diantara reli-reli panjang‟. Keterampilan dasar yang diperlukan dalam
bulutangkis diantaranya adalah cara memegang raket, sikap berdiri, gerakan kaki,
dan memukul satelkok (Subarjah dan Hidayat, 2007, hlm. 35). Dalam kaitannya
dengan keterampilan dasar memukul satelkok, seseorang sudah dapat bermain
bulutangkis apabila dapat melakukan beberapa keterampilan dasar teknik
memukul satelkok, yang terdiri atas servis, lob, drive, netting, dropshot, dan
smash dalam Subarjah (2010, hlm. 325). Keempat jenis keterampilan dasar teknik
memukul satelkok tersebut dapat dilakukan dengan forehand maupun backhand.
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran bulutangkis di
sekolah-sekolah, pemebelajaran bulutangkis biasanya disampaikan melalui
metode ceramah dan demonstrasi saja, dimana guru sebagai sumber informasi dan
memperagakan semua gerakan sehingga siswa menerima informasi tanpa ada
peran aktif (teacher centered). Sedangkan dalam pemberian materi tersebut tidak
semua guru memiliki kemampuan disemua cabang olahraga walaupun tidak
menutup kemungkinan menguasai materinya tetapi tidak sempurna dalam
memberikan contoh gerakan dalam cabang olahraga tertentu yang mengakibatkan
adanya kesenjangan antara penyampaian informasi teori dengan gerakan yang
juga mempengaruhi hasil belajar siswa nantinya. Pembelajaran konvensional
tersebut merupakan model pembelajaran yang mengutamakan keterampilan
teknis, yang mengakibatkan proses pembelajran kurang menarik sehingga
membuat siswa menjadi mudah bosan, dan kurang memperhatikan guru saat
memberikan materi pembelajaran, hal tersebut terlihat dari antusias siswa yang
kurang selama proses pembelajaran berlangsung. Akibatnya siswa tidak
mendapatkan hasil yang maksimal dalam memahami materi yang diajarkan.
4
Pembelajaran seperti itu mengakibatkan hasil belajar siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran tidak tercapai.
Menurut Romiszowski (dalam Firmansyah, 2010, hlm. 2) mengatakan
bahwa „hasil belajar merupakan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes
tentang bidang yang dipelajari‟. Sedangkan menurut Gagne dan Brigss (dalam
Firmansyah, 2010 hlm. 2) mengemukakan bahwa „hasil belajar adalah gambaran
kemampuan yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar yang dapat
di klasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu : keterampilan intelektual, strategi
kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap‟. Maka hasil belajar
keterampilan bermain bulutangkis adalah gambaran kemampuan bermain
bulutangkis siswa yang diperoleh melalui proses pengukuran sesuai dengan jenis
keterampilan yang dipelajarinya.
Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yaitu
metode mengajar dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar. Media
merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Menurut
Juliantine (2012, hlm. 97) bahwa “media adalah segala sesuatu yang memuat
pesan atau bahan ajar untuk ditransmisikan melalui suatu alat tertentu”. Dalam
proses pembelajaran guru harus kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan media
pembelajaran. Salah satunya dengan memanfaatkan media audio visual selama
proses belajar mengajar berlangsung.
Media audio visual merupakan salah satu alternatif untuk membantu siswa
dalam mempermudah memahami materi yang dipelajari, penggunaan media audio
visual sangat diperlukan dalam upaya memperjelas dan memperluas pengertian
kepada siswa. Diharapkan media audio visual dapat menarik dan mengarahkan
perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran. Hal ini dirasakan
penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas. Sehingga masalah
pembelajaran yang dialami siswa dapat teratasi dengan meningkatnya hasil belajar
dan menghidupkan suasana pembelajaran lebih menarik.
Siswa mungkin sudah memahami suatu permasalahan melalui pelajaran
yang disampaikan oleh guru, pemahaman itu akan lebih baik jika diperkaya
dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan atau mengalami melalui media.
Dengan menggunakan media audio visual siswa dituntut untuk memahami suatu
5
gerak yang ada dalam media audio visual yaitu keterampilan bermain pada
pembelajaran bulutangkis, setelah itu siswa mengaplikasikannya dalam suatu
proses pembelajaran yang berupa latihan. Hal tersebut akan membuat siswa lebih
mudah memahami dan mendalami materi yang berdampak kepada hasil belajar
yang akan dicapai siswa. Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada
“pengaruh penggunaan media audio visual terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bulutangkis”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan diatas maka penulis
mengidentifikasi masalah yang ada, antara lain :
1.
Kesulitan siswa dalam menguasai keterampilan bermain bulutangkis
2.
Kurangnya kreatifitas guru dalam memanfaatkan media untuk membantu
proses kegiatan belajar permainan bulutangkis.
3.
Kurangnya motivasi siswa, untu menguasai keterampilan dalam permainan
bulutangkis
C. Batasan Masalah
Untuk mempermudah serta memahami ruang lingkup permasalahan dalam
penelitian ini, maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi masalah
di atas, maka permasalahan ini dibatasi hanya pada “penggunaan media audio
visual terhadap hasil belajar keterampilan bermain bulutangkis”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dalam latar belakang maka
rumusan masalah yang diidentifikasi adalah “Apakah penggunaan media audio
visual memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan
bermain bulutangkis?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk menguji adanya pengaruh penggunaan Media Audio visual Terhadap Hasil
Belajar Keterampilan Bermain Bulutangkis.
6
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap berbagai pihak, yaitu :
1. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memberikan
pengalaman baru dalam pembelajaran bulutangkis sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.
2. Bagi guru
Memberikan wawasan baru dan masukan bagi guru tentang media
audiovisual pada pembelajaran bulutangkis yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa serta meningkatkan kualitas pembelajaran yang lebih
baik.
3. Bagi peneliti
Sebagai bahan acuan untuk penggunaan media audiovisual pada topik
yang lain dan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya dan tambahan
pengalaman dalam membantu peneliti dalam merancang suatu
pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
G. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah:
BAB I Pendahuluan. Pada bab ini membahas latar belakang penelitian,
rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II Kajian Pustaka. Pada bab ini membahas teori-teori yang
digunakan pada bahan analisi masalah. Teori diambil dari berbagai literatur yang
berkaitan dengan pembahasan masalah yang diteliti, serta pengambilan hipotesis
didasarkan pada rumusan masalah yang diajukan penelitian.
BAB III Metode Penilitian. Pada bab ini membahas tentang cara yang
akan digunakan peniliti dalam mendukung pengolahan data yang didapat setelah
melakukan penelitian.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini membahas
hasil dari pengolahan data, yang hasilnya digunakan sebagai jawaban pada
penelitian yang telah dilakukan.
7
BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini membahas kesimpulan dari
hasil penelitian yang dilakukan, Implikasi membahas tentang dampak langsung
setelah dilakukannya penelitian, dan Rekomendasi yang membangun sebagai
acuan terhadap penelitian selanjutnya.