B1J010025 11.

I. PENDAHULUAN
Sungai merupakan jenis perairan dengan sistem terbuka, yang sangat
tergantung pada keadaan lingkungan sekitarnya. Sungai dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara 0,1 – 1,0 m.detik-1, serta
sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola drainase. Biasanya pada perairan
sungai terjadi pencampuran massa air secara menyeluruh dan tidak terbentuk
stratisfikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik. Kecepatan arus, erosi, dan
sedimentasi merupakan fenomena yang biasa terjadi di sungai sehingga kehidupan
flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga variabel tersebut (Effendi, 2003).
Sungai Pelus merupakan salah satu sungai yang terletak di Kabupaten
Banyumas dan mengalir dari bagian selatan kaki Gunung Slamet di Desa Pajerukan
bertemu menjadi satu dengan Sungai Klawing serta bermuara di Sungai Serayu.
Secara administratif Sungai Pelus terletak di Kabupaten Banyumas dengan panjang
±28 km dan melalui wilayah-wilayah antara lain, Kecamatan Baturraden, Kecamatan
Sumbang, Kecamatan Purwokerto Utara, Kecamatan Purwokerto Timur, Kecamatan
Kembaran, Kecamatan Sokaraja, dan Kecamatan Kalibagor. Pemanfaatan Sungai
Pelus terjadi di daerah hulu sampai ke hilir. Daerah hulu sungai yang kondisinya
cenderung baik dan belum terkontaminasi oleh aktifitas manusia dimanfaatkan
sebagai daerah wisata yakni di daerah Telaga Sunyi. Bagian tengah hingga bagian
hilir sungai telah dimanfaatkan oleh manusia sebagai kebutuhan sehari-hari baik
dalam bidang pertanian, rumah tangga, industri dan aktifitas lainnya.

Sungai dapat menggambarkan perubahan struktur dan fungsi komunitas
sepanjang sungai hingga terjadi perubahan dari hulu sampai ke hilir. Berbagai
macam pemanfaatan yang dilakukan oleh manusia tentunya dapat memberikan
dampak terhadap kualitas perairan sungai, tidak hanya perairan yang terkena
dampaknya namun organisme di dalamnya juga akan terkena dampak. Salah satu

bio.unsoed.ac.id

organisme yang ada di dalam sungai yang dapat terkena dampaknya adalah
organisme makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan organisme akuatik yang
hidup di dasar perairan dengan pergerakan relatif lambat yang sangat dipengaruhi
oleh substrat dasar serta kualitas perairan. Makrozoobentos berperan penting dalam
proses mineralisasi dan pendaur-ulangan bahan organik maupun sebagai salah satu
sumber makanan bagi organisme konsumen yang lebih tinggi, selain itu

1

makrozoobentos berfungsi juga menjaga stabilitas dan geofisika sedimen (Thompson
and Lowe 2004 dalam Setiawan, 2008).
Aktifitas antropogenik yang terjadi di sekitar Sungai Pelus Kabupaten

Banyumas yang dapat menyebabkan perubahan kualitas perairan, menjadi salah satu
alasan diperlukannya kajian mengenai kualitas perairan. Kajian kualitas perairan
dapat ditinjau dengan beberapa cara yakni fisika, kimia, maupun biologis. Pengkajian
melalui analisis fisika dan kimia kurang memberikan gambaran kualitas perairan
sesungguhnya dan dapat memberikan penyimpangan-penyimpangan yang kurang
menguntungkan, karena kisaran nilai-nilai peubahnya sangat dipengaruhi keadaan
sesaat. Pengkajian kualitas biologi berperan penting karena sifat akumulatifnya yang
dapat menggambarkan perubahan lingkungan yang terjadi di suatu wilayah tertentu.
Kajian lingkungan perairan dengan menggunakan komponen biologi salah satunya
menggunakan organisme makrozoobentos.
Makrozoobentos dapat memberikan gambaran keadaan lingkungan perairan
karena pergerakannya yang sangat terbatas sehingga memudahkan dalam
pengambilan sampel, ukuran tubuh relatif besar sehingga mudah diidentifikasi dan
hidup di dasar perairan serta relatif diam. Chironomus sp., Scatella sp., dan
Branchiura

sowerbyi

merupakan


jenis-jenis

makrozoobentos

yang

dapat

mengindikasikan kualitas perairan tercemar (Asra, 2009). Makrozoobentos sangat
terpengaruh oleh berbagai perubahan lingkungan yang juga mempengaruhi kondisi
perairan tersebut, dan perubahan faktor-faktor lingkungan ini akan mempengaruhi
kelimpahan dan keanekaragaman bentos.
Konsep komunitas sangat relevan dalam menganalisa kondisi suatu lingkungan
perairan karena komposisi dan karakteristik dari komunitas merupakan indikator
yang sangat baik untuk menunjukkan kondisi lingkungan dimana komunitas tersebut
berada. Struktur komunitas memiliki lima tipologi atau karakteristik yaitu
keanekaragaman, dominansi, kelimpahan relatif, bentuk dan struktur pertumbuhan,

bio.unsoed.ac.id


serta struktur trofik (Krebs (1989) dalam Setiawan, 2008). Dalam lingkungan yang
relatif stabil, komposisi dan kepadatan makrozoobentos relatif tetap. Penurunan
komposisi dan keanekaragaman dari organisme tersebut biasanya merupakan
indikator adanya gangguan ekologi yang terjadi pada sungai. Oleh karena itu perlu
dilakukan pengkajian fisika, kimia dan struktur komunitas makrozoobentos untuk
melihat kondisi suatu perairan dan untuk menentukan sejauh mana tingkat degradasi
di perairan Sungai Pelus sebagai akibat aktivitas berbagai kegiatan manusia tersebut.
2

Berdasarkan latar belakang tersebut maka muncul permasalahan yang dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas fisika-kimia perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas.
2. Bagaimana struktur komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Pelus
Kabupaten Banyumas.
3. Bagaimana kualitas perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas berdasarkan
keanekaragaman makrozoobentos.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kualitas fisika-kimia perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas.
2. Mengetahui struktur komunitas makrozoobentos di perairan Sungai Pelus
Kabupaten Banyumas.

3. Mengetahui kualitas perairan Sungai Pelus Kabupaten Banyumas berdasarkan
keanekaragaman makrozoobentos.
Penelitian ini bermanfaat sebagai informasi kualitas perairan Sungai Pelus dan
diharapkan bisa dijadikan rujukan dalam pemantauan dan pengelolaan kualitas
perairan Sungai Pelus.

bio.unsoed.ac.id

3