PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 4 6 TAHUN 1 9 9 1
TENTANG
PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM)
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia
yang didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962
dinilai memenuhi persyarat an unt uk dialihkan bent uknya menj adi
Perusahaan Umum (PERUM) sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969;
b. bahwa pengalihan bent uk Perusahaan Negara Percet akan Negara
Republik Indonesia t ersebut , perlu dit et apkan dengan Perat uran
Pemerint ah;
Mengingat

: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 19 Prp Tabun 1960 t ent ang Perusahaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1989);
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 t ent ang Penet apan Perat uran
Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1969 t ent ang
Bent uk-bent uk Usaha Negara (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor
16,
Tambahan Lembaran Negara Nomor
2890) menj adi
Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2904);
4. Perat uran Pemerint ah Nomor 3 Tahun 1983 t ent ang
Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Jawat an
Perusahaan Umum (PERUM) dan Perusahaan Perseroan
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3, Tambahan

Tat a Cara
(PERJAN),
(PERSERO)
Lembaran


PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

2

-

Negara Nomor 3246) sebagaimana t elah diubah dengan Perat uran
Pemerint ah Nomor 28 Tahun 1983 (Lembaran Negara Tahun 1983
Nomor 37);
MEMUTUSKAN :
Menet apkan : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGALIHAN
BENTUK PERUSAHAAN NEGARA PERCETAKAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA MENJADI PERUSAHAAN UMUM (PERUM).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Perat uran Pemerint ah ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerint ah adalah Pemerint ah Republik Indonesia;
2. Presiden adalah Presiden Republik Indonesia;
3. Ment eri adalah Ment eri yang bert anggung j awab dalam bidang
Penerangan;
4. Direkt ur Jenderal adalah Direkt ur Jenderal yang bert anggung j awab
dalam bidang Pembinaan Pers dan Graf ika;
5. Dewan Pengawas adalah Dewan Pengawas Perusahaan Umum
(PERUM) Percet akan Negara Republik Indonesia;
6. Perusahaan adalah Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan Negara
Republik Indonesia;
7. Direksi adalah Direksi Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan
Negara Republik Indonesia;
8. Direkt ur Ut ama adalah Direkt ur Ut ama Perusahaan Umum (PERUM)
Percet akan Negara Republik Indonesia;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-


3

-

9. Pegawai adalah Pegawai pada Perusahaan
Percet akan Negara Republik Indonesia;

Umum

(PERUM)

10. Pembinaan adalah kegiat an unt uk memberikan pedoman bagi
Perusahaan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
dengan maksud agar Perusahaan dapat melaksanakan t ugas dan
f ungsinya secara berdayaguna dan berhasilguna sert a dapat
berkembang dengan baik;
11. Pengawasan adalah seluruh proses kegiat an penilaian t erhadap
Perusahaan, dengan t uj uan agar Perusahaan melaksanakan
f ungsinya dengan baik dan berhasil mencapai t uj uan yang t elah

dit et apkan;
12. Pemeriksaan adalah kegiat an unt uk menilai Perusahaan dengan
cara membandingkan ant ara keadaan yang sebenarnya dengan
keadaan yang seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan
dan/ at au dalam bidang t eknik operasional;
13. Pengelolaan
Perusahaan
adalah
kegiat an
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian Perusahaan sesuai
dengan pembinaan yang digariskan oleh Ment eri.
BAB II
PENDIRIAN DAN STATUS PERUSAHAAN
Pasal 2
(1)

Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik Indonesia yang
didirikan dengan Perat uran Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962,
dengan Perat uran Pemerint ah ini dilanj ut kan berdirinya dan

dialihkan bent uknya menj adi Perusahaan Umum (PERUM)
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun
1969, dengan nama Perusahaan Umum (PERUM) Percet akan
Negara Republik Indonesia sert a meneruskan usaha-usahanya
berdasarkan ket ent uan- ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

4

-

ini.
(2)

Dengan dialihkannya bent uk Perusahaan Negara Percet akan
Negara Republik Indonesia menj adi Perusahaan Umum (PERUM)

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Perusahaan Negara
Percet akan Negara Republik Indonesia dinyat akan bubar pada
saat pendirian Perusahaan Umum (PERUM) t ersebut dengan
ket ent uan segala hak dan kewaj iban, kekayaan dan seluruh
Pegawai Perusahaan Negara Percet akan Negara Republik
Indonesia yang ada pada saat pembubarannya beralih kepada
Perusahaan Umum (PERUM) yang bersangkut an,

(3)

Pengalihan st at us Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang
berlaku.
BAB III
ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN
Bagian Pert ama
UMUM
Pasal 3

(1)


Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. ayat (1)
adalah badan usaha yang diserahi t ugas dan kewaj iban
menyelenggarakan percet akan.

(2)

Perusahaan
melakukan
usaha-usahanya
berdasarkan
ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran Pemerint ah ini dan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Dengan t idak mengurangi ket ent uan-ket ent uan dalam Perat uran
Pemerint ah ini, t erhadap Perusahaan berlaku hukum Indonesia.

PRESIDEN

REPUBLIK INDO NESIA

-

5

-

Bagian Kedua
Tempat Kedudukan
Pasal 4
(1)

Perusahaan berkedudukan dan berkant or Pusat di Jakart a.

(2)

Perubahan t empat kedudukan dan Kant or Pusat Perusahaan
dit et apkan oleh Presiden at as usul Ment eri.


(3)

Dalam rangka pengembangan, Perusahaan dapat mengadakan
sat uan organisasi pelaksana yang dit et apkan Direksi set elah
mendapat perset uj uan Ment eri.
Bagian Ket iga
Sif at , Maksud dan Tuj uan
Pasal 5

(1)

Sif at usaha Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi
kemanf aat an umum dan sekaligus memupuk keunt ungan
berdasarkan prinsip pengelolaan Perusahaan.

(2)

Maksud dan t uj uan Perusahaan adalah mengadakan usaha
produksi dan j asa sesuai dengan kebij aksanaan Pemerint ah dalam
rangka pembangunan Nasional dengan cara melakukan kegiat an

percet akan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

6

-

Bagian Keempat
Lapangan Usaha
Pasal 6
Dengan mengindahkan prinsip-prinsip ekonomi sert a t erj aminnya
keselamat an
kekayaan
Negara,
Perusahaan
mengadakan/ menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :
a. penyelenggaraan dan pelayanan pencet akan barang-barang cet akan
Pemerint ah;
b. Usaha-usaha lainnya yang dapat menunj ang t ercapainya t uj uan
Perusahaan yang dit et apkan dengan perset uj uan Ment eri.
Bagian Kelima
ModaI
Pasal 7
(1)

Modal Perusahaan adalah kekayaan Negara yang dipisahkan dari
Ang garan Pendapat an dan Belanj a Negara dan t idak t erbagi at as
saham-saham.

(2)

Besarnya modal Perusahaan adalah sama dengan nilai seluruh
kekayaan Negara yang t elah t ert anam dalam Perusahaan Negara
Percet akan Negara Republik Indonesia yang nilainya dit et apkan
oleh Ment eri Keuangan berdasarkan hasil perhit ungan yang
dilakukan bersama oleh Depart emen Keuangan dan Depart emen
Penerangan.

(3)

Set iap penambahan modal yang berasal dari kekayaan Negara
yang dipisahkan, dilakukan dengan Perat uran Pemerint ah.

(4)

Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang
dibent uk dan dipupuk secara int ern menurut ket ent uan dalam
Pasal 53.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

7

-

(5)

Perusahaan t idak mengadakan cadangan diam at au cadangan
rahasia.

(6)

Semua alat -alat likuid (liquide) yang t idak segera diperlukan oleh
Perusahaan disimpan dalam Bank Milik Negara yang diset uj ui oleh
Ment eri.
Pasal 8

(1)

Pembelanj aan unt uk invest asi yang dilaksanakan Perusahaan
dapat berasal dari:
a. dana int ern Perusahaan;
b. penyert aan modal Negara melalui Anggaran Pendapat an dan
Belanj a Negara;
c. pinj aman dari dalam dan/ at au luar negeri;
d. sumber-sumber lainnya yang sah.

(2)

Anggaran invest asi diaj ukan di dalam anggaran Perusahaan
sedangkan bilamana anggaran invest asi diaj ukan pada masa
t ahun buku yang bersangkut an, maka anggaran invest asi diaj ukan
bersamaan dengan anggaran t ahunan at au perubahan anggaran
Perusahaan yang pengaj uannya dilakukan sesuai dengan t at a cara
yang diat ur dalam Pasal 19.
Pasal 9

(1)

Perusahaan dapat memperoleh dan menggunakan dana-dana yang
diperoleh unt uk mengembangkan usahanya melalui pengeluaran
obligasi at au alat -alat yang sah lainnya.

(2)

Pengeluaran obligasi at au alat -alat yang sah lainnya sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) t ermasuk ket ent uan-ket ent uan yang
berhubungan dengan it u, diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

8

-

Pasal 10
Set iap kegiat an penyerahan, pemindaht anganan, pembebanan,
penghapusan
akt iva
t et ap,
penerimaan
pinj aman
j angka
menengah/ panj ang, pemberian pinj aman dalam bent uk dan cara
apapun, t idak menagih lagi, dan menghapuskan dari pembukuan
piut ang dan persediaan barang dapat dilakukan oleh Direksi at as izin
Ment eri, set elah Ment eri mendapat perset uj uan t erlebih dahulu dari
Ment eri Keuangan.
Pasal

11

Pembebanan t ugas t ambahan kepada Perusahaan di luar t ugas
pokoknya yang menimbulkan akibat keuangan t erhadap anggaran
Perusahaan dit et apkan oleh Ment eri set elah mendapat perset uj uan
dari Ment eri Keuangan.
Bagian Keenam
Pimpinan, Pembinaan dan Pengelolaan
Pasal 12
Perusahaan dipimpin dan dikelola oleh suat u Direksi yang t erdiri dari
seorang Direkt ur Ut ama dan sebanyak-banyaknya 4 (empat ) orang
Direkt ur sesuai dengan bidang usahanya.
Pasal 13
(1)

Pembinaan t erhadap Perusahaan dilakukan oleh Ment eri, yang
dalam
pelaksanaannya dibant u oleh Direkt ur
Jenderal
berdasarkan ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan lebih lanj ut
oleh Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

9

-

(2)

Direksi at au Direkt ur Ut ama unt uk dan at as nama Direksi
menerima pet unj uk-pet unj uk dari dan berianggung j awab kepada
Ment eri t ent ang kebij aksanaan umum unt uk menj alankan
t ugas-t ugas pokok Perusahaan dan hal-hal lain yang dianggap
perlu.

(3)

Pelaksanaan t anggung j awab administ rat if f ungsional Perusahaan
sebagai badan usaha milik Negara t erhadap Pemerint ah, dalam
hal ini Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan, dilakukan oleh
Direkt ur Ut ama at as nama Direksi.

Pasal 14
Tugas dan wewenang Direksi adalah sebagai berikut :
a. memimpin, mengurus dan mengelola Perusahaan sesuai dengan
maksud dan t uj uan Perusahaan dengan senant iasa berusaha
meningkat kan daya guna dan hasil guna Perusahaan;
b. menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan Perusahaan;
c. mewakili Perusahaan di dalam dan di luar Pengadilan;
d. melaksanakan kebij aksanaan umum dalam mengurus Perusahaan
yang t elah digariskan oleh Ment eri;
e. menet apkan
kebij aksanaan
Perusahaan
sesuai
kebij aksanaan umum yang dit et apkan oleh Ment eri;

dengan

f . menyiapkan pada wakt unya rencana kerj a t ahunan Perusahaan
lengkap dengan anggaran keuangan;
g. mengadakan dan memelihara t at a buku dan administ rasi
Perusahaan sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suat u
Perusahaan;
h. menyiapkan susunan
perincian t ugasnya;

organisasi

Perusahaan

lengkap

dengan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

10

-

i. mengangkat dan memberhent ikan Pegawai sesuai dengan perat uran
kepegawaian yang berlaku bagi Perusahaan;
j . menet apkan gaj i, pensiun/ j aminan hari t ua, dan penghasilan lain
bagi para Pegawai sert a mengat ur semua hal kepegawaian lainnya,
sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang
berlaku;
k. memberikan segala ket erangan t ent ang keadaan dan j alannya
Perusahaan baik dalam bent uk laporan t ahunan, maupun laporan
berkala menurut cara dan wakt u yang dit ent ukan dalam Perat uran
Pemerint ah ini sert a set iap kali dimint a oleh Ment eri;
l. menj alankan kewaj iban-kewaj iban lainnya berdasarkan pet unj uk
Ment eri.
Pasal 15
(1)

Dalam menj alankan t ugas-t ugas pokok Perusahaan:
a. Direkt ur Ut ama berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi.
b. Para Direkt ur berhak dan berwenang bert indak at as nama
Direksi, masing-masing unt uk bidangnya dan dalam bat as-bat as
yang dit ent ukan dalam perat uran t at a t ert ib dan t at a cara
menj alankan pekerj aan Direksi.

(2)

Apabila Direkt ur Ut ama berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au apabila j abat an it u t erluang dan penggant inya
belum diangkat at au belum memangku j abat annya, maka j abat an
Direkt ur Ut ama dipangku oleh Direkt ur yang t ert ua dalam masa
j abat an berdasarkan penunj ukan sement ara Ment eri, dan apabila
Direkt ur dimaksud t idak ada at au berhalangan t et ap, maka
j abat an t ersebut dipangku oleh Direkt ur lain berdasarkan
penunj ukan sement ara Ment eri, keduanya dengan kekuasaan dan
wewenang Direkt ur Ut ama.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

11

-

(3)

Apabila semua anggot a Direksi berhalangan t et ap menj alankan
pekerj aannya at au j abat an Direksi t erluang seluruhnya dan
belum diangkat penggant inya at au belum memangku j abat annya,
maka unt uk sement ara wakt u pimpinan dan pengurusan
Perusahaan dij alankan oleh seorang pej abat Direksi yang dit unj uk
oleh Ment eri.

(4)

Dalam menj alankan t ugas dan wewenang t ersebut Pasal 14 huruf
c, Direksi dapat melaksanakan sendiri at au menyerahkan
kekuasaan t ersebut kepada:
a. seorang at au beberapa orang anggot a Direksi, at au
b. seorang at au beberapa orang Pegawai baik sendiri maupun
bersama-sama, at au
c. orang at au badan lain, yang khusus dit unj uk unt uk hal
t ersebut .

(5)

Tat a t ert ib dan t at a cara menj alankan pekerj aan Direksi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dalam perat uran
yang dit et apkan oleh Direksi dengan perset uj uan Ment eri.

(6)

Gaj i, t unj angan, emolemen dan penghasilan lain dari para
anggot a Direksi dit et apkan oleh Ment eri, dengan memperhat ikan
ket ent uan-ket ent uan yang berlaku.
Pasal 16

(1)

Anggot a Direksi diangkat dan diberhent ikan oleh Presiden at as
usul Ment eri set elah mendengar pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Anggot a Direksi diangkat unt uk masa 5 (lima) t ahun dan set elah
masa j abat annya berakhir dapat diangkat kembali.

(3)

Dalam hal-hal t ersebut di bawah ini, Presiden at as usul Ment eri
dapat memberhent ikan seluruh at au salah seorang anggot a
Direksi meskipun masa j abat annya sebagaimana dimaksud dalam

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

12

-

ayat (2) belum berakhir, karena:
a. mut asi j abat an unt uk kepent ingan Perusahaan dan Negara;
b. at as permint aan sendiri;
c. melakukan perbuat an at au sikap yang merugikan Perusahaan,
d. melakukan t indakan at au sikap yang bert ent angan dengan
kepent ingan Negara;
e. cacat f isik at au ment al yang mengakibat kan t idak dapat
melaksanakan t ugasnya;
f . meninggal dunia; t idak cukup cakap at au t ernyat a t idak
melaksanakan t ugasnya
g. dengan baik;
h. t idak melaksanakan ket ent uan-ket ent uan dalam
dasar Perusahaan.

anggaran

(4)

Pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(3) huruf c dan huruf d, j ika merupakan suat u pelanggaran
t erhadap perat uran hukum pidana, merupakan pemberhent ian
t idak dengan hormat .

(5)

Sebelum pemberhent ian karena alasan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) huruf c dan huruf d, dilakukan, kepada anggot a
Direksi yang bersangkut an diberi kesempat an unt uk membela diri
secara t ert ulis yang dit uj ukan kepada Ment eri, yang harus
dilaksanakan dalam wakt u 1 (sat u) bulan set elah anggot a Direksi
yang bersangkut an diberit ahu oleh Ment eri t ent ang rencana
pemberhent ian it u.

(6)

Selama persoalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) belum
diput us, maka Ment eri dapat memberhent ikan unt uk sement ara
wakt u anggot a Direksi yang bersangkut an.

(7)

Jika dalam wakt u 2 (dua) bulan set elah memberhent ikan anggot a
Direksi yang bersangkut an berdasarkan ket ent uan ayat (4) belum

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

13

-

diperoleh keput usan mengenai pemberhent ian anggot a Direksi
yang bersangkut an t ersebut , maka pemberhent ian sement ara it u
menj adi bat al dan anggot a Direksi yang bersangkut an dapat
segera menj alankan j abat annya lagi, kecuali bilamana unt uk
keput usan pemberhent ian t ersebut diperlukan keput usan
Pengadilan dan hal it u harus diberit ahukan kepada yang
bersangkut an.
Pasal

17

(1)

Anggot a Direksi adalah Warga Negara Indonesia.

(2)

Anggot a Direksi diangkat berdasarkan syarat -syarat kemampuan
dan keahlian dalam bidang pengelolaan perusahaan, memiliki
penget ahuan dan pengalaman yang diperlukan unt uk memimpin
suat u perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbit an
dan/ at au percet akan, mempunyai akhlak dan moral yang baik
sert a memenuhi syarat lainnya yang diperlukan unt uk menunj ang
Perusahaan yang dipimpinnya.

(3)

Direksi mencurahkan pengabdian dan kemampuannya secara
penuh pada t ugas, kewaj iban dan pencapaian t uj uan
diadakannya Perusahaan.
Pasal 18

(1)

Ant ara para anggot a Direksi t idak boleh ada hubungan keluarga
sampai deraj at ket iga baik menurut garis lurus maupun garis ke
samping, t ermasuk menant u dan ipar, kecuali j ika diizinkan
Presiden. Jika sesudah pengangkat an, mereka memasuki
hubungan kekeluargaan yang t erlarang it u, maka unt uk dapat
melanj ut kan j abat annya diperlukaii izin t ert ulis dari Presiden.

(2)

Anggot a Direksi t idak boleh mempunyai kepent ingan pribadi baik
langsung
maupun
t idak
langsung
dalam
suat u

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

14

-

perkumpulan/ perusahaan lain yang berusaha/ bert uj uan mencari
laba.
(3)

Anggot a Direksi t idak dibenarkan unt uk memangku j abat an
rangkap sebagaimana t ersebut di bawah ini
a. Direkt ur Ut ama at au Direkt ur pada badan usaha milik Negara
lainnya, at au perusahaan swast a at au j abat an lain yang
berhubungan dengan pengelolaan Perusahaan;
b. Jabat an
st rukt ural
dan
f ungsional
lainnya
inst ansi/ 1embaga Pemerint ah Pusat at au Daerah;
c. Jabat an-j abat an
lainnya
berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku.

dalam

perat uran

Bagian Ket uj uh
Rencana Kerj a dan Anggaran Perusahaan
Pasal 19
(1)

Selambat -lambat nya 3 (t iga) bulan sebelum t ahun buku baru
mulai berlaku, Direksi mengirimkan rencana kerj a sert a anggaran
Perusahaan yang meliput i anggaran invest asi dan anggaran
eksploit asi kepada Ment eri unt uk meinperoleh pengesahannya
berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan Ment eri
Keuangan.

(2)

Kecuali apabila Ment eri secara t ert ulis mengemukakan keberat an
at au menolak kegiat an yang dimuat dalam rencana kerj a dan
anggaran Perusahaan sebelum menginj ak t ahun buku baru, maka
anggaran t ersebut berlaku sepenuhnya.

(3)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran t ambahan at au perubahan
anggaran yang t ert era di dalam t ahun buku yang bersangkut an
harus diaj ukan t erlebih dahulu kepada Ment eri menurut cara dan
wakt u yang dit et apkan oleh Ment eri unt uk memperoleh

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

15

-

pengesahannya berdasarkan penilaian bersama oleh Ment eri dan
Ment eri Keuangan.
(4)

Apabila dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah permint aan
perset uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diaj ukan, oleh
Ment eri t idak diberikan keberat an secara t ert ulis, maka
perubahan rencana kerj a dan anggaran t ersebut dianggap t elah
disahkan.

(5)

Rencana kerj a dan/ at au anggaran Perusahaan yang t elah
disahkan merupakan landasan kerj a dan menj adi t ugas Direksi
unt uk melaksanakan kegiat an-kegiat an yang t ercant um di
dalamnya.
Pasal 20

(1)

Semua pembiayaan dalam rangka pelaksanaan t ugas Sat uan
Pengawasan Int ern, Dewan Pengawas sert a t enaga ahli,
dibebankan kepada Perusahaan dan secara j elas dianggarkan
dalam anggaran Perusahaan.

(2)

Perusahaan dilarang membiayai pengeluaran yang dilakukan oleh
Depart emen/ Inst ansi yang membina dan mengawasi Perusahaan
dalam rangka pembinaan dan pengawasan Perusahaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

16

-

Bagian Kedelapan
Tarip
Pasal 21
Ment eri menet apkan susunan t arip j asa percet akan set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.
Bagian Kesembilan
Sist em Akunt ansi
Pasal 22
Tahun buku Perusahaan adalah t ahun t akwim, kecuali j ika dit et apkan
lain oleh Ment eri.
Pasal 23
(1)

Set iap perubahan baik yang diakibat kan oleh t ransaksi, maupun
oleh kej adian lain dalam Perusahaan yang mempengaruhi akt iva,
hut ang, modal, biaya, dan pendapat an harus dilakukan at as dasar
sat u sist em akunt ansi yang dapat dipert anggungj awabkan.

(2)

Sist em akunt ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun
dan dilaksanakan oleh Direksi agar dapat berj alan dengan baik
berdasarkan prinsip-prinsip pengendalian int ern, t erut ama
pemisahan f ungsi pengurusan, pencat at an, penyimpanan, dan
pengawasan.

(3)

Dalam rangka pemeriksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan menilai sist em yang dit et apkan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2) dan bilamana perlu memberikan
pet unj uk sert a saran penyempurnaan.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

17

-

Bagian Kesepuluh
Pengawasan
Pasal 24
(1)

Ment eri melakukan pengawasan umum at as j alannya Perusahaan.

(2)

Pada Perusahaan dibent uk Dewan Pengawas yang bert anggung
j awab kepada Ment eri.

(3)

Dewan Pengawas bert ugas unt uk melaksanakan pengawasan
t erhadap pengelolaan Perusahaan t ermasuk pelaksanaan rencana
kerj a dan anggaran Perusahaan.

(4)

Dewan Pengawas melaksanakan t ugas, wewenang dan t anggung.
j awabnya sesuai dengan ket ent uan-ket ent uan yang berlaku
t erhadap Perusahaan dan menj alankan keput usan-keput usan dan
pet unj uk- pet unj uk dari Ment eri.
Pasal 25

Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya berkewaj iban:
a. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri melalui Direkt ur
Jenderal mengenai rancangan rencana kerj a dan anggaran
Perusahaan,
sert a
perubahan/ t ambahannya,
laporan-laporan
lainnya dari Direksi;
b. mengawasi pelaksanaan rencana kerj a dan anggaran Perusahaan
sert a menyampaikan hasil penilaiannya kepada Ment eri dengan
t embusan kepada Direksi dan Direkt ur Jenderal;
c. mengikut i perkembangan kegiat an Perusahaan, dan dalam hal
Perusahaan
menunj ukkan
gej ala
kemunduran,
segera
melaporkannya kepada Ment eri dengan t embusan kepada Direkt ur
Jenderal, dengan disert ai saran mengenai langkah perbaikan yang
harus dit empuh;

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

18

-

d. memberikan pendapat dan saran kepada Ment eri dengan t embusan
kepada Direkt ur Jenderal dan kepada Direksi mengenai set iap
masalah lainnya yang dianggap pent ing bagi pengelolaan
Perusahaan;
e. melakukan t ugas-t ugas pengawasan lain yang dit ent ukan oleh
Ment eri;
f . memberikan laporan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan secara
berkala (t riwulanan dan t ahunan) sert a pada set iap wakt u yang
diperlukan mengenai perkembangan Perusahaan dan hasil
pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas.
Pasal 26
Dalam pelaksanaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, Dewan Pengawas waj ib memperhat ikan :
a. pedoman dan pet unj uk-pet unj uk Ment eri
memperhat ikan ef isiensi Perusahaan;

dengan

senant iasa

b. ket ent uan dalam perat uran pendirian Perusahaan sert a ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku;
c. pemisahan t ugas pengawasan dengan t ugas pengurusan Perusahaan
yang merupakan t ugas dan t anggung j awab Direksi.
Pasal 27
Dalam melaksanakan t ugas dan kewaj iban
mempunyai wewenang sebagai berikut :

Dewan

Pengawas

a. melihat buku-buku dan surat -surat sert a dokumen-dokumen lainnya,
memeriksa keadaan kas (unt uk keperluan verif ikasi) dan memeriksa
kekayaan Perusahaan;
b. memasuki

pekarangan-pekarangan, gedung-gedung, dan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

19

-

kant or-kant or yang dipergunakan oleh Perusahaan;
c. memint a
penj elasan-penj elasan
dari
pimpinan
mengenai segala persoalan yang menyangkut
Perusahaan;

Perusahaan
pengelolaan

d. memint a Direksi dan/ at au pej abat lainnya dengan sepenget ahuan
Direksi unt uk menghadiri rapat Dewan Pengawas;
e. menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan
t erhadap hal-hal yang dibicarakan;
f . melakukan hal-hal lain yang dianggap perlu sebagaimana diat ur
dalam perat uran pendirian Perusahaan.
Pasal

28

(1)

Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya 3 (t iga)
bulan sekali dan sewakt u-wakt u apabila diperlukan.

(2)

Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan
hal-hal yang berhubungan dengan Perusahaan, sesuai dengan
t ugas pokok, f ungsi dan hak sert a kewaj ibannya.

(3)

Keput usan rapat Dewan
musyawarah unt uk muf akat .

(4)

Unt uk set iap rapat dibuat risalah rapat .

Pengawas

diambil

at as

dasar

Pasal 29
Unt uk membant u kelancaran pelaksanaan t ugas Dewan Pengawas,
Ment eri dapat mengangkat seorang Sekret aris at as beban Perusahaan.
Pasal 30
(1)

Dewan Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, t erdiri

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

20

-

dari unsur-unsur pej abat Depart emen Penerangan, Depart emen
Keuangan dan Depart emen/ Inst ansi lain yang kegiat annya
berhubungan dengan Perusahaan at au pej abat lain yang
diusulkan oleh Ment eri dengan memperhat ikan pert imbangan
Ment eri Keuangan.
(2)

Salah seorang anggot a Dewan Pengawas diangkat sebagai Ket ua
Dewan t ersebut .
Pasal 31

(1)

Anggot a Dewan Pengawas diangkat dari t enaga yang mempunyai
dedikasi, dipandang cakap dan mempunyai kemampuan unt uk
menj alankan kebij aksanaan Ment eri mengenai pembinaan dan
pengawasan Pcrusahaan.

(2)

Di samping syarat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) anggot a
Dewan Pengawas t idak dibenarkan memiliki kepent ingan yang
bert ent angan dengan at au mengganggu kepent ingan Perusahaan.
Pasal 32

(1)

Anggot a Dewan Pengawas berj umlah sekurang-kurangnya 2 (dua)
orang dan sebanyak-banyaknya 5 (l ima) orang yang t erdiri dari
Ket ua dan Anggot a Dewan.

(2)

Ket ua Dewan Pengawas yang mengkoordinasikan anggot a Dewan
Pengawas bert anggung j awab at as pelaksanaan pengawasan
kepada Ment eri dan/ at au Ment eri Keuangan.
Pasal 33

(1)

Masa j abat an Ket ua dan anggot a Dewan Pengawas ialah 3 (t iga)
t ahun.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

21

-

Anggot a Dewan Pengawas Set elah selesai masa j abat annya
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diangkat kembali
dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31.
Pasal 34

(1)

Pcngangkat an dan pemberhent ian anggot a Dewan Pengawas
dilakukan oleh Presiden at as usul Ment eri set elah mendengar
pert imbangan Ment eri Keuangan.

(2)

Apabila Ment eri berpendapat bahwa anggot a-anggot a at au salah
seorang anggot a Dewan Pengawas set elah menj abat beberapa
wakt u t ernyat a t idak dapat menj alankan t ugasnya dengan baik,
maka Ment eri dapat mengusulkan pemberhent iannya kepada
Presiden.
Pasal 35

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan t ugasnya
dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.
Pasal 36
Anggot a Dewan Pengawas t idak dibenarkan merangkap j abat an lain
pada badan usaha swast a yang dapat menimbulkan pert ent angan
kepent ingan secara langsung maupun t idak langsung dengan
kepent ingan Perusahaan.
Pasal 37
(1)

Pengawasan
int ern
Pengawasan Int ern.

Perusahaan

dilakukan

oleh

Sat uan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

(2)

22

-

Sat uan Pengawasan Int ern dipimpin oleh seorang kepala yang
bert anggung j awab kepada Direkt ur Ut ama.
Pasal 38

(1)

Sat uan Pengawasan Int ern bert ugas membant u Direkt ur Ut ama
dalam mengadakan penilaian at as sist em pengendalian
pengelolaan (manaj emen) dan Pelaksanaannya pada Perusahaan
dan memberikan saran-saran perbaikannya.

(2)

Direksi Perusahaan menggunakan pendapat dan saran Sat uan
Pengawasan Int ern sebagai bahan unt uk melaksanakan
penyempurnaan pengelolaan (manaj emen) Perusahaan yang baik
dan dapat dipert anggungj awabkan.
Pasal 39

Dalam pelaksanaan t ugasnya, Sat uan Pengawasan Int ern waj ib
menj aga kelancaran pelaksanaan t ugas sat uan organisasi lainnya
dalam Perusahaan sesuai dengan t ugas dan t anggung j awabnya
masing-masing.
Pasal 40
Sat uan Pengawasan Int ern dapat memperoleh bant uan t enaga ahli.

Pasal 41
Pimpinan Sat uan Pengawasan Int ern harus memiliki pendidikan dan/
at au keahlian yang cukup memenuhi persyarat an sebagai pengawas
int ern, obyekt if dan berdedikasi t inggi.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

23

-

Pasal 42
Kepala Sat uan Pengawasan Int ern diangkat dan diberhent ikan oleh
Direksi.
Pasal 43
(1)

Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
melakukan pemeriksaan akunt ansi at as laporan keuangan
t ahunan Perusahaan.

(2)

Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat j uga
dilakukan oleh Akunt an Publik dengan ket ent uan bahwa hasil
pemeriksaannya diset uj ui Kepala Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.

(3)

Dalam melaksanakan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dapat dilakukan pemeriksaan operasional t erhadap
Perusahaan.
Pasal 44

Hasil pemeriksaan t ugas pengawasan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 43, disampaikan pula kepada Ment eri, Ment eri Keuangan, Direksi
dan Dewan Pengawas.

Pasal 45
Dengan t idak mengurangi wewenang pengawasan sebagaimana
dimaksud dalam pasal-pasal pada Bagian ini set iap Kepala Unit
Organisasi dalam Perusahaan bert anggung j awab melakukan
pengawasan melekat dalam lingkungan t ugasnya masing-masing.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

24

-

Bagian Kesebelas
Kepegawaian
Pasal 46
(1)

Unt uk memperlancar t uj uan Perusahaan, perlu dicipt akan adanya
ket ent eraman sert a ket enangan kerj a dalam Perusahaan dengan
memberikan penghargaan yang layak kepada semua Pegawai
sesuai dengan prest asinya.

(2)

Kedudukan
hukum,
susunan
j abat an,
kepangkat an,
pemberhent ian, gaj i, pensiun dan t unj angan bagi Pegawai diat ur
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(3)

Penghasilan-penghasilan lain Pegawai diat ur t ersendiri
Direksi set elah mendapat kan Perset uj uan Ment eri.

oleh

Pasal 47
Direksi mengangkat dan memberhent ikan Pegawai/ pekerj a Perusahaan
berdasarkan perat uran perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 48
(1)

Kepada Pegawai diberikan pensiun berdasarkan
perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai.

perat uran

(2)

Di samping pensiun kepada Pegawai dapat diberikan j aminan hari
t ua lainnya yang diat ur oleh Direksi set elah mendapat
perset uj uan Ment eri.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

25

-

Bagian Keduabelas
Tanggung j awab Pegawai dan Tunt ut an Gant i Rugi
Pasal 49
(1)

Semua Pegawai t ermasuk anggot a Direksi dalam kedudukan
selaku demikian, yang t idak dibebani t ugas penyimpanan uang,
surat -surat berharga dan barang-barang persediaan, yang karena
t indakan-t indakan melawan hukum at au karena melalaikan
kewaj iban dan t ugas yang dibebankan kepada mereka dengan
langsung maupun t idak langsung t elah menimbulkan kerugian
bagi Perusahaan, diwaj ibkan menggant i kerugian t ersebut .

(2)

Ket ent uan-ket ent uan gant i rugi t erhadap pegawai negeri berlaku
sepenuhnya t erhadap Pegawai.

(3)

Semua Pegawai yang dibebani t ugas penyimpanan, pembayaran
at au penyerahan uang dan surat -surat berharga milik Perusahaan
dan barang-barang persediaan milik Perusahaan yang disimpan
dalam gudang at au t empat penyimpanan yang khusus dan
semat a-mat a digunakan unt uk keperluan it u, bert anggung j awab
t ent ang pelaksanaan t ugasnya kepada Badan Pemeriksa
Keuangan.

(4)

Pegawai sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) t idak perlu
mengirimkan pert anggungj awaban mengenai cara mengurusnya
kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
Tunt ut an t erhadap Pegawai t ersebut dilakukan menurut
ket ent uan yang dit elapkan bagi Bendaharawan yang oleh Badan
Pemeriksa Keuangan
dibebaskan
dari
kewaj iban
pert anggungj awaban mengenai cara pengurusannya.

(5)

Semua surat bukt i dan surat lainnya bagaimanapun sif at nya, yang
t ermasuk bilangan t at a buku dan administ rasi Perusahaan
disimpan di t empat Perusahaan at au t empat lain yang dit unj uk
oleh Ment eri, kecuali j ika unt uk sement ara dipindahkan ke Badan

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

26

-

Pemeriksa Keuangan dalam hal
kepent ingan sesuat u pemeriksaan.
(6)

dianggapnya

perlu

unt uk

Unt uk keperluan pemeriksaan yang berkait an dengan penet apan
paj ak dan pemeriksaan akunt an pada umumnya surat bukt i dan
surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) unt uk
sement ara dapat dipindahkan ke Depart emen Keuangan dan/ at au
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
Bagian Ket igabelas
Pelaporan
Pasal 50

(1)

Unt uk t iap t ahun buku oleh Direksi disusun perhit ungan t ahunan
yang t erdiri dari neraca dan perhit ungan laba-rugi.

(2)

Neraca dan perhit ungan laba-rugi t ersebut dikirimkan kepada
Ment eri dengan t embusan kepada Ment eri Keuangan, Badan
Pemeriksa Keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan,
Direkt ur
Jenderal dan Dewan Pengawas
selambat -lambat nya 6 (enam) bulan set elah t ahun buku menurut
cara yang dit et apkan oleh Ment eri.

(3)

Cara penilaian pos dalam perhit ungan t ahunan harus disebut kan.

(4)

Jika dalam wakt u 3 (t iga) bulan sesudah menerima perhit ungan
t ahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), oleh Ment eri
t idak diaj ukan keberat an t ert ulis, maka perhit ungan t ahunan it u
dianggap t elah disahkan.

(5)

Perhit ungan t ahunan disahkan oleh Ment eri set elah dinilai
bersama oleh Ment eri dan Ment eri Keuangan berdasarkan hasil
pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
at au Badan yang dit unj uknya.

(6)

Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) memberi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

27

-

pembebasan kepada Direksi t erhadap segala sesuat unya yang
t ermuat dalam perhit ungan t ahunan t ersebut .
(7)

Direkt ur Ut ama diwaj ibkan menyampaikan laporan t riwulanan
dan laporan berkala lainnya sesuai bat as j angka wakt u yang
dit et apkan, besert a laporan lainnya menurut ket ent uan Anggaran
Dasar dan ket ent uan perat uran perundang-undangan kepada
Pej abat / Inst ansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

Pasal 51
Hasil penilaian at as laporan keuangan t riwulanan dan t ahunan sert a
laporan lainnya dari Perusahaan yang dilakukan oleh Direkt ur Jenderal
disampaikan kepada Ment eri dan Ment eri Keuangan dalam bat as wakt u
selambat -lambat nya 2 (dua) bulan set elah menerima laporan dari
Direkt ur Ut ama.
Pasal 52
(1)

Laporan-laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 dan Pasal
51 disampaikan t epat pada wakt unya.

(2)

Bent uk laporan pelaksanaan t ugas sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dit et apkan oleh Ment eri Keuangan set elah mendengar
pert imbangan Ment eri.
Bagian Keempat belas
Penggunaan Laba
Pasal 53

(1)

Dari laba bersih yang t elah disahkan menurut Pasal 50 disisihkan
unt uk:
a. Dana Pembangunan Semest a sebesar 55% (lima puluh lima

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

28

-

persen);
b. Cadangan Umum sebesar 20% (dua puluh persen), hingga
cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali modal
Perusahaan;
c. Cadangan t uj uan sebesar 5% (lima persen);
d. Sisanya sebesar 20% (dua puluh persen) dipergunakan unt uk
dana sosial, pendidikan, j asa produksi dan sumbangan dana
pensiun
yang
perincian
perbandingan
pembagiannya
dit et apkan lebih lanj ut oleh Ment eri.
(2)

Apabila j umlah cadangan umum sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf b t elah t ercapai, j umlah dari bagian laba bersih
yang diperunt ukkan unt uk pemupukan cadangan umum t ersebut
selanj ut nya dapat dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
Sebelum cadangan umum t ersebut mencapai j umlah 2 (dua) kali
modal Perusahaan, dengan perset uj uan Ment eri Keuangan at as
usul Ment eri, Direksi dapat menggunakan dana cadangan t ersebut
unt uk
kepent ingan
pembelanj aan
perluasan
kapasit as
Perusahaan.

(3)

Cadangan t uj uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c
ant ara lain dipergunakan unt uk pemupukan dana bagi
pembelanj aan perluasan kapasit as Perusahaan.
Bagian Kelimabelas
Pembubaran Perusahaan
Pasal 54

(1)

Pembubaran
Perusahaan
dan
penunj ukan
dit et apkan dengan Perat uran Pemerint ah.

likuidat urnya

(2)

Semua kekayaan Perusahaan, set elah diadakan likuidasi menj adi

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

29

-

milik Negara.
(3)

Pert anggungj awaban likuidasi oleh likuidat ur dilakukan kepada
Men- t eri yang memberi pembebasan t anggung j awab t ent ang
pekerj aan yang t elah diselesaikan olehnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 55

Pada
saat
berlakunya
Perat uran
Pemerint ah
ini
maka
ket ent uan-ket ent uan yang t elah dikeluarkan berdasarkan Perat uran
Pemerint ah Nomor 1 Tahun 1962 besert a perat uran-perat uran lainnya
masih t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan at au belum digant i
dengan ket ent uan baru yang dikeluarkan berdasarkan Perat uran
Pemerint ah ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Dengan berlakunya Perat uran Pemerint ah ini, Perat uran Pemerint ah
Nomor 1 Tahun 1962 dinyat akan t idak berlaku.
Pasal 57
Perat uran Pemerint ah ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan.
Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan
Perat uran Pemerint ah ini dengan penempat annya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

PRESIDEN
REPUBLIK INDO NESIA

-

30

-

Dit et apkan di Jakart a
pada t anggal 1 Agust us 1991
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
SOEHARTO
Diundangkan di Jakart a
pada t anggal 1 Agust us 1991
MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
ttd
MOERDIONO