Penggunaan AgreratDaur Ulang Pada Beton Pervious Chapter III V

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode eksperimen. Adapun faktor yang
diteliti adalah penggunaan agregat daur ulang sebagai pengganti dari agregat kasar terhadap
kekuatan beton pervious. Penggunaan agregat daur ulang didasarkan pada perkembangan
teknologi bahan kontruksi yang ramah lingkungan dimana teknologi ini dimaksudkan untuk
memanfaatkan limbah-limbah beton hasil dari sisa-sisa hasil pengujian beton. Pembuatan
benda uji dan prosedur pengujian kualitas sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI 03-0691-1996).
3.2 Bagan Alir Penelitian
1. Pengujian fisik, yaitu pengujian kuat tekan , dan kecepatan infiltrasi.
2. Jenis semen portland, menggunakan Semen Padang Tipe I.
3. Kebutuhan air, ditetapkan pada kondisi lengas tanah.
4. Agregat daur ulang didapat dari limbah beton hasil pengujian laboratorium beton.
5. Jenis retarder , menggunakan masterroc hca10.
6. Pembuatan seluruh benda uji dilakukan secara manual.
7. Umur beton pervious, pengujian beton pervious ditetapkan pada umur 28 hari.
8. Cara pengujian, sesuai dengan ketentuan cara uji dalam SNI 03-0691-1996.

31

Universitas Sumatera Utara

3.3 Lokasi dan Waktu Pengujian
1. Tempat
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Struktur Beton Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara.
2. Waktu
Pengujian dilaksanakan mulai pada bulan September 2016 – Februari 2017.
3.4 Bahan yang digunakan
Bahan penyusun beton pervious pada penelitian ini adalah terdiri dari agregat kasar,
semen portland, dan air. Biasanya terdapat bahan campuran tambahan yang bervariasi untuk
memperoleh sifat-sifat beton pervious yang diinginkan. Adapun bahan-bahan penyusun beton
pervious yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1 Agregat Kasar
Agregat kasr yang digunakan dalam penilitian ini yaitu berupa beton-beton sisa
pengujian beton yang dihancurkan lalau diayak sesuai gradasinya.
3.4.2 Semen Portland
Semen Portland yng dipakai dalam penelitian ini adalah semen dengan merk dagang
Semen Andalas dalam kemasan 50 Kg.

3.4.3 Air
Air yang dipakai dalam pembuatan beton pervious yaitu berasal dari Laboratorium
Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

32
Universitas Sumatera Utara

3.4.4 Retarder
Pada penelitian ini, klasifikasi retarder sebagai bahan tambahan adalah masterroc hca10.
3.5 Pemeriksaan Bahan-Bahan Penyusun Beton Pervious
Tujuan pada pemeriksaan ini yaitu untuk menentukan gradasi/distribusi agregat daur
ulang yang akan dipakai sebagai bahan pembuatan beton pervious. Adapun peralatan dan
bahan-bahan yang dibutuhkan yakni sebagai berikut:
b. Peralatan
1. Timbangan
2. Ayakan
3. Karung
4. Palu
5. Sekop
c. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu beton-beton sisa hasil pengujian dari Laboratorium Bahan
Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
d. Prosedur Pemeriksaan
1. Kumpulkan beton-beton sisa hasil pengujian dari laboratorium.
2. Pecahkan beton-beton sisa menjadi agregat-agregat yang lebih kecil dengan palu.
3. Ambil agregat-agregat hasil pemecahan dengan sekop lalau letakkan diatas ayakan
yang sudah disusun berurut yaitu no. 2 inc(50 mm); no. 1,5 inc(37,5 mm); no. ¾
inc(19 mm); no. 3/8 inc(9,5 mm), no. 4(4,75 mm).

33
Universitas Sumatera Utara

4. Letakkan hasil saringan yang tertahan pada setiap saringan ke karung-karung yang
telah diberi nomor saringan.
5. lalu timbang sesuai dengan yang dibutuhkan untuk pembuatan benda uji.
3.6 Pembuatan Benda Uji
Adapun tahapan dalam pembuatan benda uji beton pervious, yaitu:
a. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan benda uji beton pervious :
1. Ayakan, untuk menyaring agregat kasar dengan ukuran no. 2 inc(50 mm);


no. 1,5

inc(37,5 mm); no. ¾ inc(19 mm); no. 3/8 inc(9,5 mm), no. 4(4,75 mm).
2. Ember, sebagai wadah penampung kebutuhan agregat kasar dan air yang akan
digunakan sebagai bahan pembuatan beton pervious.
3. Timbangan, untuk menimbang kebutuhan bahan yang akan digunakan dalam
pembuatan benda uji.
4. Sekop dan cangkul, untuk memasukkan agregat kasar, semen ke ember dan karung.
5. Mal, untuk mencetak benda uji yang berbentuk silinder dan balok.
6. Sendok spesi, untuk mencampur dan memasukkan adonan adukan ke dalam cetakan.
7. Mesin molen, untuk mengaduk bahan-bahan pembuatan benda uji agar homogen.
b. Prosedur Pembuatan benda uji beton pervious
1. Siapkan semua bahan dan alat yang dibutuhkan.
2. Timbang agregat daur ulang , semen, dan air dengan perbandingan 1 pc : 3 ag.
Sedangkan FAS nya adalah 0,4.

34
Universitas Sumatera Utara

3. Campurkan bahan dengan rasio 1 pc : 3 ag lalu masukkan ke dalam mesin molen

sampai

1 menit lalu masukkan air kedalamya dengan FAS sebesar 0,4.

4. Kemudian, adonan yang sudah merata dimasukkan ke dalam mal cetak berbentuk
silinder dan mal yang berbentuk balok.
5. Lalu ratakan permukaannya dengan sendok spesi.
6. Lalu dikeringkan, setelah 24 jam mal dapat dibuka.
7. Maka benda uji diletakan ke ruang khusus penyimpanan benda uji yang terhindar dari
sinar matahari langsung, terlindung dari hujan, dan teduh.
3.7 Perawatan Benda Uji
Perawatan beton pervious dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut :
a. Hindarkan beton pervious dari sinar matahari langsung dan air hujan, agar
pengikutan adonan sesuai dengan yang diharapkan.
b. Perawatan beton pervious selama28 hari dengan menyemprot air dan menjaga suhu
ruangan.
3.8 Pengujian Benda Uji
3.8.1 Pengujian Keausan
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian keausan
Mesin Los Angeles adalah alat yang dipakai untuk memutar agregat kasar bersama peluru

pengaus di dalam sebuah wadah yang berbentuk lingkaran dengan tujuan untuk menentukan
besar massa yang hilang dari agregat kasar setelah pengujian.

35
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.1 Mesin Los Angeles
b. Prosedur Pengujian :
Setelah limbah-limbah beton dihancurkan, maka agregat-agregat kasar daur ulang yang
dihasilkan akan diperiksa tingkat keausannya. Adapun tahap-tahapan pelaksanaan pengujian
keausan yakni sebagai berikut :
1. Ayaklah agregat daur ulang hingga agregat kasar daur ulang dikelompokkan menjadi
gradasi A1, A3, B, dan C, lalu timbang sesuai SK SNI 03-2417-1991.
2. Masukkan peluru pengaus terlebih dahulu ke dalam wadah pada mesin Los Angeles
lalu masukkan pertama agregat bergradasi A1 lalu hidupkan mesin selama 15 menit,
dan hal ini dilakukan pada setiap gradasi berikutnya.
3. Hitung berat agregat pada masing-masing gradasi setelah pengujian keausan
dilakukan.
3.8.2 Pengujian Visual
a. Peralatan yang dibutuhkan pada pemeriksaan sifat tampak

Waterpas adalah alat yang dipakai untuk memeriksa kedataran suatu permukaan

sehingga dalam penelitian berfungsi untuk mengetahui kedataran permukaan benda uji
silinder. Setelah permukaan sudah datar, maka dapat dilakukan pengujian kuat tekan terhadap
36
Universitas Sumatera Utara

benda uji. Selebihnya, pemeriksaan tampak luar dapat dilakukan dengan memakai alat indra,
seperti pemeriksaan dari kekuatan beton itu sendiri mudah atau tidak mudahnya dirapihkan
dengan kekuatan jari-jari tangan.
b. Prosedur Pengujian :
Setelah masa perawatan selama 28 hari dilakukan, maka beton pervious yang akan diuji
harus dalam kondisi kering. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu :
1. Bersihkan permukaan benda uji beton pervious dari berbagai kotoran yang menempel.
2. Ukur ketinggian, lebar, panjang, dan diameter benda uji.
3. Pengamatan permukaan benda uji meliputi: kerapatan, dan keadaan permukaan.
3.8.3 Pengujian Penyerapan Air
a. Peralatan yang diperlukan pada pengujian penyerapan air :
1. Ember, berisi air seberat 18 kg (tidak termasuk berat ember).
2. Stopwatch dipergunakan untuk mengukur waktu yang dibutuhkan beton pervious

untuk menyerap air.
3. Timbangan dipakai untuk menimbang berat air, dan ember.
b. Prosedur Pengujian
Beton pervious yang akan diuji penyerapan airnya harus dalam kondisi kering. Adapun
langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian ini yaitu sebagai berikut :
1. Beton pervious dibersihkan dari bahan-bahan lain yang menempel.
2. Tuangkan air dari ember ke masing-masing titik sebagai pusat lingkaran pengujian ini
dengan diameter 30 cm yang berjumlah 5 titik dalam setiap benda uji dimana posisi

37
Universitas Sumatera Utara

titik terletak di tengah, sudut kanan atas, sudut kiri atas, sudut kanan bawah, dan sudut
kiri bawah.
3. Lalu hitunglah lama air diserap oleh benda uji.
4. Lakukanlah ke setiap benda uji, lalu catatlah waktu yang dibutuhkan benda uji di
masing-masing titik untuk menyerap air.
3.8.4 Pengujian Kuat Tekan
a. Peralatan yang dibutuhkan pada pengujian kuat tekan :
1. Waterpas digunakan untuk memeriksa kedataran permukaan benda uji silinder.

2. Timbangan dipakai untuk mengukur berat benda uji yang akan diuji kuat tekannya.
3. Compression machine adalah mesin uji kuat tekan yang digunakan untuk mengukur

kuat tekan benda uji pada penelitian ini.
b. Prosedur Pengujian
1. Benda uji diukur beratnya terlebih dahulu sebelum diuji kuat tekannya.
2. Lalu letakkan benda uji pada compressor machine sedemikian sehingga tepat berada
di tengah alat penekannya.
3. Secara perlahan-lahan beban tekan diberikan pada benda uji dengan mengoperasikan
mesin hingga benda uji runtuh ditandai dengan berhentinya jarum pengukur kuat
tekan pada Compression machine bergerak.
4. Catatlah skala yang ditunjuk oleh jarum tersebut yang merupakan beban maksimum
yang dapat ditahan oleh benda uji tersebut.
5. Lakukanlah percobaan pada setiap benda uji.
6. Hitung kuat tekan beton pervious dengan persamaan rumus yaitu :

38
Universitas Sumatera Utara

Kuat tekan =


Dimana : P = beban tekan (N)
L = Luas bidang tekan (mm2)
3.8.5 Perbandingan Kuat Tekan Beton Pervious dengan Memakai Agregat Kasar Daur
Ulang Terhadap Beton Pervious Umum
Setelah pengujian kuat tekan silinder beton Pervious dengan memakai agregat kasar daur
ulang dilakukan, maka hasil pengujian kuat tekannya akan dibandingkan dengan kuat tekan
beton pervious pada umumnya. Persentase kuat tekan beton pervious dengan agregat kasar
daur ulang terhadap beton pervious pada umumnya akan menunjukkan kelayakan agregat
kasar daur ulang untuk digunakan sebagai material pembuatan beton pervious pada bangunan
non struktural.
3.9 Mix Design Beton Pervious
Mix design beton pervious ini didasarkan pada perbandingan komposisi semen : agregat

kasar (daur ulang) : air yaitu 1 : 3 : 0,4.
Tabel 3.1. Perencanaan Mix Design Beton Pervious
No

Bahan


Berat (Kg)

Jumlah Benda Uji Silinder

Jumlah Benda Uji Plat

1

Semen

2,7

15

5

2

Agregat

8,406

15

5

3

Air

1,082

15

5

4

Retarder

0,162

15

5

(Sumber : Data Primer)

39
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian
Mulai
Identifikasi masalah

Studi Literature & pengumpulan

Persiapan Alat
Persiapan Bahan
Air

Agregat kasar daur ulang

Semen

Pemeriksaan material

Pembuatan Benda
Uji

Beton pervious silinder

Plat beton pervious

Masa Pemeliharaan selama
28 hari




PENGUJIAN KEAUSAN
SIFAT TAMPAK, UKURAN, PENYERAPAN AIR
KUAT TEKAN

Data

Analisa data dan Pembahasan

Memenuhi
Standar SNI

Kesimpulan dan Saran
Selesai
Ya

Tidak

40
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Beton Pervious
4.1.1 Pengujian Keausan
Dari pengujian keausan agregat kasar daur ulang yang telah dilakukan di Laboratorium
Bahan Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, diperoleh data yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Keausan Agregat Kasar Daur Ulang
Agregat Kasar

A

C

E

50 mm

5000 ± 50

37,5 mm

5000 ± 50

19 mm

2500 ± 10

9,5 mm

2500 ± 10

4,75 mm

5000 ± 10

Berat Sebelum Pengujian (gram)

5000

5000

10000

Berat Setelah Pengujian (gram)

3864

3748

8512

Persentase Keausan (%)

22,72

25,04

14,88

(Berdasarkan SNI 03-2417-1991)
Dari hasil pengujian di atas, disimpulkan bahwa agregat kasar tersebut baik digunakan
untuk bahan perkerasan karena persentase keausan rata-rata yaitu 20,8% sehingga lebih kecil
dari 40%.
4.1.2 Pengujian Secara Visual
Dari pemeriksaan sifat tampak beton pervious yang telah dibuat di Laboratorium Bahan
Rekayasa Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, diperoleh data yaitu sebagai berikut :
41
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Secara Visual
Variasi Beton Pervious
Uraian
Gradasi

Gradasi

Gradasi

Gradasi

Gradasi

4,75 mm

9,5 mm

19,0 mm

37,5 mm

50 mm

a. Kerataan

Rata

Rata

Tidak rata

Tidak rata

Tidak rata

b. Kesolidan

Solid

Solid

Solid

Solid

Solid

a. Kesikuan

Siku

Siku

Siku

Siku

Siku

b. Kesolidan

Solid

Solid

Solid

Solid

Solid

1. Bidang-bidang

2. Rusuk-rusuk

(Berdasarkan SNI 03-0691-1996)
Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penggunaan agregat kasar daur ulang
sebagai substitusi agregat kasar normal dari seluruh gradasi yang dipakai dalam penelitian ini
dapat menghasilkan beton pervious yang memiliki permukaan bidang rata pada gradasi 4,75
mm dan 9,5 mm dan seluruh variasi tidak rapuh dan kuat. Ketika permukaannya rata, maka
kerataan permukaan dapat mempermudah proses pengujian kuat tekan dan memaksimalkan
hasil kuat tekan benda uji yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
4.1.3

Pemeriksaan Ukuran

Setelah pemeriksaan sifat tampak, kemudian dapat dilakukan pemeriksaan ukuran
dimensi agar sesuai dengan dimensi yang ditentukan dalam penelitian ini. Adapun
pemeriksaan ukuran yang dimaksud yaitu ketebalan untuk benda uji berbentuk plat.

42
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Dimensi Plat Beton Pervious
No

Gradasi

Ketebalan

Ketebalan

Ketebalan

Rata-Rata

(mm)

Samping

Bagian

Samping

Ketebalan

Kiri (cm)

Tengah (cm)

Kanan (cm)

(cm)

1

4,75

9,8

9,85

9,95

9,87

2

9,5

9,9

9,8

9,75

9,82

3

19

9,95

9,7

9,8

9,82

4

37,5

9,85

9,85

9,85

9,88

5

50

9,8

9,95

9,95

9,9

(Berdasarkan SNI 03-0691-1996 )
Dari data hasil pemeriksaan diatas, kondisi beton pervious menunjukkan perbedaan tebal
yang disebabkan oleh cara pembuatan benda uji secara manual sehingga diperoleh benda uji
berbentuk plat dengan ketebalan yang tidak seragam tetapi masih ditolerir sebesar 8%.
4.1.4

Pengujian Daya Serap

Didapat data hasil dari pengujian daya serap pada benda uji berbentuk plat yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.4 Hasil Pengujian Daya Serap Plat Beton Pervious

Diameter
No

Variasi Waktu (s)
(mm)

Kecepatan

Kecepatan Infiltrasi

Infiltrasi

Rata-Rata (Inc/Hr)

Massa
Air (Kg)
(Inc/Hr)

1

4,75

2

9,5

V1S1

15,64

2,31

2,31

V2S1

18,23

1,98

2,068

18

43
Universitas Sumatera Utara

3

4

5

50

19

37,5

V3S1

17,66

2,05

V3S2

17,52

2,07

V3S3

17,2

2,10

V3S4

16,9

2,14

V3S1

8

4,52

V4S1

13,03

2,78

V4S2

15,83

2,28

V4S3

14,6

2,48

V4S4

14,4

2,51

V4S5

15,8

2,29

V5S1

14

2,58

V5S2

14,6

2,48

V5S3

15,4

2,35

V5S4

14,8

2,44

V5S5

15,62

2,32

4,52

2,5

2,434

(Sumber : Data Primer dan ASTM C 1701 infiltration)

60

50

50

40

37.5

30
20

19

10

9.5
2.068

4.75
2.31

0
1

Gradasi (mm)

2

2.5
3

4.52

2.434
4

5

Kecepatan Infiltrasi rata-rata (Inc/Hr)

Grafik 4.1 Hubungan Kecepatan Infiltrasi Air pada Beton Pervious dengan Gradasi Agregat
Kasar
44
Universitas Sumatera Utara

Dari grafik hasil pengujian kecepatan infiltrasi diatas, dapat dilihat bahwa beton pervious
bergradasi 50 mm adalah benda uji yang memiliki kecepatan infiltrasi terbesar yaitu 4,52
Inc/Hr dibandingkan dengan gradasi lain, dan beton pervious bergradasi 9,5 mm adalah
benda uji paling rendah nilai kecepatan infiltrasinya dibandingkan dengan benda uji
bergradasi lainnya yaitu sebesar 2,068 Inc/Hr sesuai dengan ASTM C 1701 infiltration .
4.1.5 Pengujian Kuat Tekan
Setelah dilakukan pengujian kuat tekan pada benda uji silinder, maka didapat data yaitu
sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious
Gradasi

No

Massa

Umur Kekuatan

(mm)

sample

(Kg)

V1S1

8,085

V1S2

7,926

V1S3

7,775

52

V2S1

8,964

104

V2S2

8,841

V2S3

8,74

kuat tekan rata-

kuat tekan rata-

rata (kN)

rata total (kN)

No
(Hari)

(kN)
74

21
1

4,75

64

63,333

hari

21
2

9,5

94

93,333

hari
82
59,733
V3S1

8,671

48
21

3

19

V3S2

8,748

51

50,333

hari
V3S3

8,902

V4S1

9,019

52
66
21

4

37,5

V4S2

8,447

40

52

hari
V4S3

8,486

50

45
Universitas Sumatera Utara

V5S1

8,557

V5S2

8,631

V5S3

8,703

38
21

5

50

39,667

40

hari
41

(Berdasarkan SNI 03-6805-2002)
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa benda uji yang menggunakan agregat kasar daur
ulang tidak memenuhi kuat tekan pada batasan masalah di penelitian ini. Berdasarkan data di
atas, beton pervious dengan menggunakan agregat kasar daur ulang.
Setelah mendapatkan hasil beban yang mampu dipikul oleh beton pervious dengan
memakai agregat daur ulang, maka kita dapat menghitung besar tegangannya yaitu dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious
Gradasi

No

Massa

Beban

No

2

Tegangan Ratarata (Mpa)

Luas (m )
(mm)

1

Tegangan
2

4,75

9,5

Sample

(Kg)

(kN)

(Mpa)

V1S1

8,085

74

4,19

V1S2

7,926

64

3,62

V1S3

7,775

52

2,94

V2S1

8,964

104

5,89

V2S2

8,841

94

5,32

V2S3

8,74

82

4,64

V3S1

8,671

48

2,72

V3S2

8,748

51

2,89

V3S3

8,902

52

2,94

V4S1

9,019

66

3,74

3,59

5,28

0,018

3

4

19

37,5

2,85

2,94

46
Universitas Sumatera Utara

5

50

V4S2

8,447

40

2,26

V4S3

8,486

50

2,83

V5S1

8,557

38

2,15

V5S2

8,631

40

2,26

V5S3

8,073

41

2,32

2,25

(Berdasarkan SNI 03-6805-2002)

60
50

50

40

37.5

30
20

19

10

9.5
5.28

4.75
3.59
1

2

Gradasi (mm)

2.94

2.85

0
3

4

2.25
5

Tegangan Rata-Rata (Mpa)

Grafik 4.2 Hubungan Kuat Tekan Beton Pervious dengan Gradasi Agregat Kasar
Dari grafik di atas, dapat kita lihat bahwa beton pervious dengan substitusi agregat kasar
daur ulang mampu memikul beban maksimal yaitu 104 kN dan tegangan maksimalnya adalah
5,89 MPa yaitu pada gradasi 9,5 mm, tetapi beton pervious substitusi agregat daur ulang tidak
tergolong ke dalam Mutu Concrete Block untuk setiap mutu berdasarkan SNI 03-0691-1996.

47
Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Keseluruhan Pengujian
Dari seluruh pengujian yang dilakukan, didapat data-data sebagai berikut :
a. Dari hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa penggunaan agregat daur ulang sebagai
pengganti dari agregat kasar pada beton pervious dari beberapa variasi menghasilkan
permukaan bidang yang berongga dan solid.
b. Dari hasil pemeriksaan ukuran agregat daur ulang yang akan digunakan dalam
pembuatan beton pervious, maka agregat daur ulang dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa gradasi sehingga sesuai dengan kebutuhan agregat kasar dalam pembuatan
beton pervious.
c. Hasil pengujian kuat tekan beton pervious menunjukkan bahwa bahwa beton pervious
dengan substitusi agregat daur ulang mampu memikul beban maksimal yaitu 104 kN
dan tegangan maksimalnya adalah 5,89 MPa yaitu pada gradasi 9,5 mm, dan memiliki
kuat tekan minimal pada gradasi 50 mm sebesar 2,15 MPa, dan beton pervious
substitusi agregat daur ulang tidak tergolong ke dalam Mutu Concrete Block untuk
setiap mutu berdasarkan SNI 03-0691-1996.
d. Jika dibandingkan dengan beton pervious pada umumnya, maka beton pervious
dengan menggunakan agregat kasar daur ulang hanya memiliki kuat tekan sebesar
28% dari kuat tekan beton pervious pada umumnya. Adapun tabel kuat tekan silinder
beton pervious hasil pengujian dari Laporan Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara pada tanggal 18 Juni 2016 yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton Pervious Umum
No
1
2
3

Sampel
N1
N2
N3

Tanggal Cor
21-May-16
21-May-16
21-May-16

Tanggal Uji
18-Jun-16
18-Jun-16
18-Jun-16

Umur (Hari) Gaya Tekan (KN)
28
378
28
340
28
362
Rata - rata

Kuat Tekan (Mpa)
21.40
19.25
20.50
20.38

48
Universitas Sumatera Utara

e. Dari tabel hasil pengujian kecepatan infiltrasi air, didapat bahwa beton pervious
bergradasi 50 mm adalah benda uji yang memiliki kecepatan infiltrasi terbesar
dibandingkan gradasi lain yaitu sebesar 4,52 inc/hr, dan beton pervious bergradasi 9,5
mm adalah benda uji paling rendah nilai kecepatan infiltrasinya dibandingkan dengan
benda uji bergradasi lainnya yaitu sebesar 2,068 inc/hr berdasarkan pada ASTM C
1701 infiltration .

60
50
50

37.5

40
30
19

20
10

9.5
4.75

2.31 3.59

5.28

2.07

2.5 2.85

2.43 2.94

4.52

2.25

0
1

2

Gradasi (mm)

3

Kecepatan Infiltrasi rata-rata (Inc/Hr)

4

5

Tegangan Rata-Rata (Mpa)

Grafik 4.3. Hubungan antara Kecepatan Infiltrasi Plat Beton Pervious, Kuat Tekan
Silinder Beton Pervious sesuai Diameter Agregatnya

49
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan hasil pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan halhal sebagai berikut :
a. Berdasarkan SNI 03-2417-1991, agregat kasar daur ulang memiliki persentase keausan
rata-rata sebesar 20,88% dan untuk pengujian visual dan ukuran pada beton pervious
sudah sesuai dengan SNI 03-0691-1996 sehingga dapat dilakukan pengujian.
b. Kuat tekan terbesar adalah pada beton pervious dengan agregat daur ulang bergradasi
9,5 mm yaitu sebesar 5,89 MPa, sedangkan kuat tekan terkecil pada gradasi 50 mm
yaitu sebesar 2,15 MPa dan hanya memiliki kuat tekan sebesar 28% dari kuat tekan
beton pervious pada umumnya, sehingga beton pervious dengan menggunakan
agregat daur ulang tanpa pasir tidak memenuhi standar mutu paving block
berdasarkan SNI 03-0691-1996.
c. Kecepatan infiltrasi tercepat adalah pada gradasi 50 mm yaitu 4,52 inc/hr dan
terlambat pada gradasi 9,5 mm yaitu sebesar 2,068 inc/hr.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan pembahasan sebelumnya, maka disarankan sebagai beriku:
a. Untuk memperoleh kualitas beton yang baik dan sesuai dengan yang diharapkan,
maka, perencanaan, metode pekerjaan, ketelitian, perawatan, alat dan bahan, haruslah
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan panduan.

50
Universitas Sumatera Utara

b. Ada banyak keterbatasan pada penelitian ini, sehingga untuk penelitian selanjutnya
diharapkan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Menggunakan mesin khusus untuk memecah limbah-limbah beton menjadi
agregat-agregat kasar yang digolongkan ke dalam gradasi-gradasi agregat kasar.
2. Mutu beton pervious sangat tergantung pada penyeleksian material, termasuk
kuat tekan limbah-limbah beton yang digunakan.

51
Universitas Sumatera Utara