T1__Full text Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh

PENERAPAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
MEMANFAATKAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO
TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
DAN HASIL BELAJAR TIK SISWA KELAS XII
SMA NEGERI 1 SURUH SEMESTER I
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Artikel Ilmiah

Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Komputer

Peneliti:
Yopentius Herlianus (702010125)
Krismiyati, S. Pd., M.A.
George, J.L. Nikijuluw, S. Pd.

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana

Salatiga
Juni 2015

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

viii

Penerapan Metode Problem Based Learning (PBL) Memanfaatkan Media

Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan Keaktifan
dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII
SMA Negeri 1 Suruh Semester I
Tahun Pelajaran 2014/2015
1)

Yopentius Herlianus, 2)Krismiyati, 3)George. J.L. Nikijuluw
Program Studi pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen SatyaWacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
1)
Email: 702010125@student.uksw.edu, 2)krismiyati@staff.uksw.edu,
3)
george.nikijuluw@staff.uksw.edu
Abstract
The purpose of this study is improve the student learning activity and
student learning outcomes using Problem Based Learning method in ICT subject.
This study used classroom action research, which in every cycle has four stages:
plan, act, observe and reflect. The research instruments used are test,

observation, dan documentary studies. The population in this study are students of
grade XII at SMA N 1 in Suruh, and the sample used in this study are grade XII
IPS 1 with a total sample 23 students. The results showed the used of Problem
Based Learning methods can improve percentage the student learning activity and
students learning outcomes in ICT subject. This is proven by an increase of
student learning activity and increase the students learning outcomes in each
cycle.
Keywords: peer tutoring method, video tutorials, student activity, students
learning outcomes

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa menggunakan metode Problem Based Learning dalam pembelajaran TIK.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
dimana pada setiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu : perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen yang digunakan berupa tes,
observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
SMA N 1 Suruh, dan sampel yang digunakan adalah kelas XII IPS 1 dengan total
sampel 23 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode
Problem Based Learning dapat meningkatkan persentase keaktifan belajar siswa

serta hasil belajar siswa pada setiap siklus.
Kata Kunci : Metode Problem Based Learning, Video Tutorial, Keaktifan Siswa,
Hasil Belajar.
1)

Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan
Komputer, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
2)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
3)
Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

1

1. Pendahuluan
Penyampaian materi TIK, siswa tidak hanya dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan sistematis,
tetapi juga dituntut untuk mampu memahami konsep materi dalam kaitannya
dengan kehidupan sehari-hari, agar mereka memiliki kemampuan memecahkan
setiap permasalahan yang dihadapi secara aktif dan cepat tanggap. Untuk dapat

membentuk karakter siswa yang demikian diperlukan pula kreativitas guru yang
bervariasi dalam menyampaikan materi yang akan disampaikan kepada siswa.
Guru harus berani mencobakan metode-metode serta strategi-strategi baru yang
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar siswa.
Metode penyampaian materi TIK yang sering dilakukan oleh sebagain besar guru
tidak lain dengan menggunakan ceramah, atau pembelajaran konvensional
Hasil observasi di SMA Negeri 1 Suruh kelas XII semester I menunjukan
bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa rendah, Banyak siswa yang nilainya di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) terdapat 64% atau 16 siswa yang tidak
memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan terdapat 36% atau 9 siswa
yang telah mencapai KKM dari jumlah total 25 siswa, dimana nilai KKM adalah
75. Hal ini disebabkan kurang tepatnya strategi belajar yang diterapkan guru
dalam pembelajaran. Rendahnya keaktifan belajar siswa secara jelas terlihat
selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Tidak banyak siswa yang
menanggapi pernyataan maupun pertanyaan dari guru, tidak banyak pula siswa
yang berani mengemukakan gagasan mereka ketika guru menyampaikan materi,
banyak siswa yang sibuk sendiri dan kurang memperhatikan saat pelajaran
berlangsung. Sehingga materi pelajaran tidak dapat diserap oleh siswa. Ketidak
aktifan siswa diantaranya disebabkan selama pembelajaran siswa tidak terlibat
langsung baik fisik, mental, dan emosi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

adanya pengembangan suatu media dan metode pembelajaran yang menarik untuk
membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran TIK agar siswa dapat lebih
aktif dan mampu memahami dengan baik setiap materi yang diberikan.
Melihat permasalahan tersebut, maka diperlukan salah satu metode dan
memanfaatkan media yang diharapkan dapat meningkatkan kaektifan dan hasil
belajar siswa dalam belajar serta mutu dari kegiatan pembelajaran yang akan
berpengaruh baik terhadap hasil yang diperoleh. Metode pembelajaran yang
dilakukan adalah dengan menggunakan metode Problem Based Learning
memanfaatkan media pembelajaran video tutorial. Problem Based Learning
merupakan metode belajar menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam
mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru [1]. Metode ini juga
berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. siswa tidak lagi
diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran
konvensional. Video tutorial adalah susunan gambar yang hidup dan ditayangkan
oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu
materi pembelajaran untuk membantu memahami suatu materi pembelajaran
sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2].
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakukan uji coba
pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan
Penerapan metode Problem Based Learning memanfaakan Video Tutorial untuk


2

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK,
khususnya dalam materi ajar Photoshop di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Suruh
Semester 1 Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Tinjauan Pustaka
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Astuti [3], menunjukan
bahwa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning ) dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII semester II SMP Negeri 5 Semarang
pokok bahasan bangun ruang sisi datar Tahun Pelajaran 2006/2007. Penelitian ini
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktifitas siswa selama pemebelajaran
mengalami peningkatan setiap siklusnya. Simpulan dari penelitian ini adalah
model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
dengan model pembelelajarn berbasis masalah aktivitas siswa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan. Kelebihan dalam penelitian ini setiap siklus selalu
mengalami peingkatan. Kelemahannya adalah membutuhkan waktu penelitian
yang relatif lama. Berdasarkan kelemahan diatas penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian. Berdasarkan perbedaan
dalam penelitian di atas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk

mengukur hasil belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas belajar siswa
dan tidak terdapat media yang di gunakan dalam penelitian.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari [4], dengan melalui Problem
Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika pada siswa kelas IVB SDN Wates 01 Semarang.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus, tiap siklus terdiri dari 2
pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar ranah kognitif siswa
mengalami peningkatan dari siklus I sampai Siklus II mengalami peningkatan
dikategorikan sangat baik. Simpulan dari penelitian ini adalah melalui penerapan
Problem Based Learning berbantuan CD Interaktif dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah Dasar. Berdasarkan perbedaan
dalam penelitian diatas metode yang digunakan sama perbedaan hanya untuk
mengukur kualitas belajar siswa tetapi tidak untuk mengukur aktivitas dan hasil
belajar siswa dan hanya menggunakan media melalui CD interaktif.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Yuliastutik [5], hasil
penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran problem based learning
dengan media Video Compact Disk (VCD) dalam upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada mata kuliah kebutuhan dasar manusia II dapat

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis mahasiswa. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah penerapan
model pembelajaran problem based learning dengan media Video Compact Disk
(VCD) dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan berpikir kritis
mahasiswa, sehingga model pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pilihan
pada strategi pembelajaran materi kebutuhan dasar manusia. Berdasarkan
perbedaan dalam penelitian diatas persamaan menggunakan metode dan
menggunakan media Video yang sama. Perbedaan hanya untuk mengukur

3

kemampuan berpikir kritis belajar siswa tetapi juga untuk mengukur aktivitas dan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh dari beberapa penelitian yang
dilakukan diatas, maka dapat digunakan sebagai acuan oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian “Penerapan Metode Problem Based Learning
(PBL) Memanfaatkan Media Pembelajaran Video Tutorial Untuk Meningkatkan
Keaktifan dan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Suruh semester
1 Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Metode adalah cara yang harus dilakukan sesuatu atau prosedur yang

digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas,
sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan [6].
Metode Problem based learning (PBL) “problem based learning is a curriculum
development and instructional method that places the student in an active role as
a problem-solver confronted with ill-structured, real-life problem”.
Pengembangan kurikulum pembelajaran dimana siswa ditempatkan dalam posisi
yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang
mereka hadapi. Artinya bahwa metode problem based learning menuntut adanya
peran aktif siswa agar dapat mencapai pada penyelesaian masalah yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran [7]. Problem Based Learning
(PBL) juga merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Metode ini juga berfokus pada keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
siswa tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode
pembelajaran konvensional. Dengan metode ini, diharapkan siswa dapat
mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri maupun kelompok. Dalam
metode PBL, peserta didik diberikan suatu permasalahan. Kemudian secara
berkelompok (sekitar 4-5 orang siswa), mereka akan berusaha untuk mencari
solusi atas permasalahan tersebut. Untuk mendapatkan solusi, mereka diharapkan
secara aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber. Informasi

dapat diperoleh dari bahan bacaan (literatur), narasumber, dan lain sebagainya [1].
Karakteristik dari metode Problem Based Learning diantaranya adalah; (1).
Belajar dimulai dari suatu masalah, (2). Memastikan bahwa permasalahan yang
diberikan berhubungan dengan dunia nyata. (3). Mengorganisasikan pelajaran
diseputar permasalahan, bukan diseputar disiplin ilmu, (4). Memberikan
sepenuhnya kepada siswa dalam mengalami secara langsung proses belajar
mereka sendiri, (5). Menggunakan kelompok kecil, (6). Menuntut siswa untuk
mendemosntrasikan apa yang telah dipelajari dalam bentuk produk atau kinerja
(performence) [8].
Langkah – langkah metode problem based learning (PBL) sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada masalah, kegiatan guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
logistik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, guru memotivasi siswa agar
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 2) Mengorganisasi
siswa untuk belajar , kegiatan guru membantu siswa mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Siswa disajikan 3 permasalah dalam bentuk soal cerita desain grafis
(photoshop) pemecahan masalah yang ditayangkan dilayar LCD dalam bentuk

4

video, Siswa dibagi kelompok 4-5 anggota, untuk menyelesaikan diskusi masalah
yang diberikan, Masing-masing kelompok diberi Lembar Kerja Kelompok
(LKK) untuk menuliskan hasil, serta diberi petunjuk maupun waktu untuk
penyelesaian masalah (tugas) serta pelaporan nanti. 3) Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok, kegiatan guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa mempersiapkan
kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Siswa berada dalam
kelompok yang telah ditetapkan untuk memcahkan masalah yang akan di
selesaikan, siswa dalam kelompok diminta aktif menyampaikan pemikiran/ide
dalam mencari cara pemecahan masalah dan berdiskusi menyelesaikan masalah,
dan Siswa diamati, dimotivasi oleh guru sebagai fasilitator untuk
mengarahkan siswa bersama kelompok dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan. 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil kar ya , kegiatan guru
membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai sebagai
hasil pelaksanaan tugas, misalnya berupa laporan, video, dan model serta
membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Setelah siswa
menemukan semua jawaban dari soal yang diberikan siswa siswa menuliskan
langkah-langkah pemecahan masalah pada lembar kerja kelompok dan salah
satu perwakilan kelompok mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas dan
kelompok lain menanggapai hasil yang dipersentasikan kelompok lain. 5)
Menganalisis da n mengevaluasi proses pemecahan ma salah, kegiatan guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka tempuh atau gunakan. Setelah presentasi
selesai, siswa dan guru bersama-sama menganalisis dan mengevaluai proses
yang
telah
dilaksanakan dengan menayangkan
pemecahan
masalah
langkah-langkah pemecahan yang paling sistematis serta hasil yang benar
melalui layar LCD, Guru melakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan siswa
dalam memahami dan menguasai materi, siswa mengerjakan dalam lembar
jawab yang diberi oleh guru [9].
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan.
pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara siswa, guru dan bahan ajar.
Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana pesan atau media. Media
yang digunakan dalam pembelajaran disebut media pembelajaran, yang
mempunyai fungsi sebagai perantara pesan. Dalam hal ini materi pembelajan
kepada siswa [9]. Media pembelajaran dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan guru dalam mengajar untuk
menarik perhatian dan minat siswa memudahkan siswa memahami materi yang
diberikan. Sehingga guru perlu mengetahui kriteria dalam memilih media untuk
pengajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Salah satu media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memanfaatkan
video tutorial. Tutorial adalah (1) Pembimbingan kelas oleh seorang pengajar
(tutor) untuk seorang mahasiswa atau sekelompok kecil mahasiswa, (2) Pengajaran
tambahan melalui tutor [10]. Media video pembelajaran adalah media yang
menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang
berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi untuk membantu pemahaman

5

terhadap suatu materi pembelajaran [11]. Video tutorial adalah susunan gambar
yang hidup dan ditayangkan oleh pengajar yang berisi materi pembelajaran untuk
membantu memahami suatu materi pembelajaran untuk membantu memahami
suatu materi pembelajaran sebagai suatu pengajaran tambahan kepada siswa [2].
Sehingga dapat disimpulkan bahwa video tutorial adalah adalah suatu bentuk
visual dari susunan gambar bergerak yang ditayangkan melalui LCD yang berisi
materi pengajaran sebagai alat bantu media pembelajaran yang di bentuk dalam
CD agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan.
Aktif dalam proses pembelajaran dimaksudkan bahwa, guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa, sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu
proses aktif dari pembelajaran dalam pengetahuan [6]. keaktifan dapat
disimpulkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berupa pengerjaan tugas,
berpartisipasi memecahkan masalah, mencari informasi untuk menyelesaikan
masalah, bertanya pada teman atau guru bila ada hal-hal yang belum dimengerti,
berdiskusi, menilai kemampuan diri, melatih diri memecahkan soal,
mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh. Ciri dari
keaktifan belajar adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan dialami (pengalaman),
dipelajari, dan ditemukan oleh siswa; 2) Siswa melakukan sesuatu untuk
memahami materi pelajaran (membangun pemahaman); 3) Siswa
mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya; dan 4) Siswa berpikir reflektif
[6].
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang
berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif
menetap [12]. hasil-hasil belajar adalah pola perbuatan, nilai-nilai, penengertian
dan sikap, serta apersepsi dan abilitas [13]. hasil belajar juga merupakan proses
untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan
pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan
skala nilai berupa hurup atau simbol [12]. Jadi dapat disimpulkan hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
3. Metode Penelitian
Jenis penelitian dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di SMA Negeri 1 Suruh. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XII IPS 1 SMA N 1 Suruh yang berjumlah 23
siswa, terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan. Desain model penelitian
tindakan kelas yang dilakukan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart,
seperti terlihat pada gambar 1 berikut.

6

Gambar 1. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart [14]

Tahapan PTK model Kemmis dan McTaggart pada Gambar 1, terdiri dari
tiga tahap, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi,
dan tahap refleksi. Tahap perencanaan, pada tahap ini hal-hal yang dilakukan
adalah menemui guru pengampu TIK sebelum melakukan analisis kurikulum
untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa, membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan lembar observasi
keaktifan belajar siswa sesuai dengan langkah-langkah metode Problem Based
Learning, menyiapkan video tutorial terkait materi yang diberikan, menyediakan
alat evaluasi pembelajaran yang berupa instrumen tes.Tahap pelaksanaan tindakan
dan observasi, pada tahap pelaksanaan tindakan hal-hal yang dilakukan adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang sudah disiapkan, pada
tahap observasi melakukan pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam belajar
melalui lembar observasi yang telah dipersiapkan serta mengamati penerapan
metode pembelajaran yang berlangsung. Tahap refleksi, merupakan tahap dimana
dilakukan pembahasan atau pengkajian ulang atas apa yang telah dilakukan pada
tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan acuan untuk
perbaikan pada siklus selanjutnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes,
dokumentasi, wawancara dan teknik observasi. Tes digunakan sebagai alat ukur
untuk melihat hasil belajar siswa dalam mata pelajaran TIK menggunakan metode
Problem Based Learnin g. Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data awal
siswa (dokumen sekolah) dan juga dipergunakan selama pelaksanaan penelitian
dengan dokumentasi berupa foto. Wawancara digunakan untuk mengetahui sejauh
mana penerapan model pembelajaran terlaksana dan dapat diterima dengan baik
oleh siswa. Observasi digunakan untuk memperoleh data keaktifan siswa dan data
keterlaksanaan sintaks metode Problem based Learning . Untuk melihat
perbandingan perubahan perilaku siswa dibuat kisi-kisi lembar pengamatan yang
didasarkan atas enam jenis aktifitas seperti pada tabel 1 berikut.
Tabel 1 Indikator Pengamatan Keaktifan Siswa [15]
No
1.

Visual Activities (aktifitas visual) adalah

Jenis Aktivitas

2.

aktifitas yang dilakukan siswa yang
mengandalkan indera penglihatannya yang
berhubungan dengan materi yang diajarkan.
Oral Activities (aktifitas lisan) adalah

7

Indikator
1. Siswa fokus memperhatikan video
tutorial terkait materi adobe
photoshop.
1. Siswa mampu mempresentasikan

aktifitas yang dilakukan siswa yang
mengandalkan lisannya.
3.

Motor Activities (aktifitas motor) adalah

aktifitas yang dilakukan siswa berkaitan
dengan kemampuan motoriknya.
4.

Writing Activities

( aktifitas menulis) adalah aktifitas siswa
dalam kegiatan menulis
5.

Mental Activities

(aktifitas mental) adalah aktifitas siswa
menganalisis dan membuat keputusan
dalam memecahkan permasalahan tentang
materi yang telah disampaikan oleh guru.
6.

Emotional Activities (aktifitas emosional)
adalah aktifitas emosional siswa dalam
proses pembelajaran.

materi serta berani mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum
dipahami dari video tutorial.
1. Siswa mampu berdiskusi dan bekerja
sama dengan kelompok dalam
memecahkan masalah soal cerita
yang berkaitan dengan materi.
1. Mencatat hal-hal penting yang
berhubungan dengan materi abode
photoshop pada video tutorial.
1. Memecahkan masalah yang ada dalam
materi pelajaran.
2. Memecahkan masalah yang ada dalam
materi pelajaran.
3. Mengambil keputusan dalam
memecahkan masalah.
1. Bersemangat dan berani
mengemukakan setiap gagasannya.
2. Mengerjakan soal tes secara individu
dengan baik (tidak mencontek
teman).

Pengukuran hasil pengamatan menggunakan skala likert karena jawaban
setiap instrumen yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat
positif sampai dengan negatif, yang dapat berupa kata dan diberi skor atau nilai
[16]. Kategori penilaian dikualifikasikan dalam empat kategori yaitu amat baik,
baik, cukup dan kurang. Interval dalam setiap kategori diperoleh melalui
perhitungan distribusi frekuensi pada perhitungan statistika sederhana. Berikut
kualifikasi penilaian serta panjang interval dalam setiap kategorinya.
Data observasi keaktifan siswa kemudian dinilai dengan kategori
penskoran sebagai berikut ini:
1. Skor 1 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh kurang dari 10% seluruh
siswa.
2. Skor 2 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 11% tidak
lebih dari 40% seluruh siswa.
3. Skor 3 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 41% tidak
lebih dari 70% seluruh siswa.
4. Skor 4 jika pernyataan tersebut dilakukan oleh tidak kurang dari 71% tidak
lebih dari 100% seluruh siswa.
Perhitungan yang digunakan untuk mengukur persentase keaktifan siswa
adalah sebagai berikut :
Persentase Keaktifan Siswa
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
lembar observasi dan lembar tes hasil belajar. Lembar observasi dan lembar tes
hasil belajar disusun berdasarkan indikator keaktifan siswa, langkah metode
pembelajaran, dan prosedur penyusunan instrumen. Validasi yang dilakukan pada
instrumen soal tes adalah validasi isi. Validitas isi adalah pengujian validitas atas
isinya untuk memastikan apakah isi instrumen mengukur secara tepat keadaan
yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan pada penelitian ini

8

adalah expert judgement. Validitas dilakukan dengan memintakan pendapat para
ahli untuk menilai ketepatan isi butir instrumen [17].
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berupa angka atau bilangan, baik
yang diperoleh dari hasil pengukuran maupun diperoleh dengan cara mengubah
data kualitatif menjadi data kuantitatif [17]. Analisis data kuantitatif dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif dapat
dilakukan dengan memanfaatkan statistika sederhana seperti menghitung rata-rata
(mean) dan menghitung persentase. Analisis deskriptif ini digunakan untuk
menganalisis keaktifan belajar siswa dan nilai tes hasil belajar siswa pada ulangan
harian materi CorelDraw serta sesudah dilakukan tindakan yakni nilai tes hasil
belajar siklus I dan siklus II. Data tersebut diolah dan dihitung rata-rata sacara
statistika, kemudian membandingkan nilai rata-rata siswa dari prasiklus, nilai tes
siklus I dan nilai tes siklus II guna mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah keberhasilan klasikal.
Keberhasilan klasikal dapat dicapai jika lebih dari atau sama dengan 80% dari
jumlah siswa masuk dalam kategori tuntas [17]. Siswa dikategorikan tuntas
apabila nilai yang diperoleh lebih dari atau sama dengan KKM sekolah. KKM
yang ditetapkan oleh sekolah adalah 75.
4. Hasil dan Pembahasan
Deskripsi Prasiklus. Proses pembelajaran sebelum dilakukan tindakan,
kecenderungan guru masih menggunakan metode konvensional (lama). Metode
ceramah merupakan metode pembelajaran sehari-hari yang dilakukan oleh guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran TIK. Media yang digunakan dalam
pemberian materi diantaranya adalah papan tulis, buku materi terkait dan spidol.
Seluruh fasilitas yang disediakan oleh sekolah seperti ruang multimedia atau
laboratorium TIK tidak selalu dimanfaatkan dalam setiap pembelajaran. Guru
tidak memanfaatkan fasilitas tersebut karena merasa lebih repot apabila siswa
harus berpindah-pindah ruang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran TIK. Guru
lebih nyaman mengajar dikelas jika dibandingkan harus membawa siswa
berpindah ke ruang multimedia, karena tidak harus banyak mengurangi waktu
belajar setiap pertemuannya. Pemanfaatan media yang kurang maksimal serta
kegiatan belajar mengajar yang lebih mengutamakan penjelasan materi secara
ceramah tanpa diimbangi dengan praktik sangat berpengaruh terhadap hasil
belajar TIK siswa di SMA Negeri 1 Suruh khususnya siswa kelas XII IPS 1 yang
menjadi subjek dalam penelitian ini. Pengaruhnya siswa seringkali kurang
memperhatikan dan meremehkan penjelasan materi dari guru dikarenakan merasa
bosan bahkan terdapat beberapa siswa yang sampai mengantuk didalam kelas.
Adapula siswa yang berbicara dengan temannya ketika guru menjelaskan materi
kedepan kelas. Bahkan nampak beberapa siswa berulangkali menggunakan
handphone di kelas. Kondisi ini dirasa kurang kondusif untuk proses belajar
mengajar. Keaktifan belajar siswa pada kondisi awal diperoleh jumlah skor 51
dengan dari jumlah skor total 88 item. Perolehan skor pada kondisi awal masuk
dalam kategori kurang.
Deskripsi Siklus I. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I
dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari

9

Kamis, tanggal 20 November 2014 dengna alokasi waktu 2 kali 45 menit.
Kegiatan awal yang dilakukan oleh guru diantaranya menyiapkan ruang
multimedia atau laboratorium TIK, menyiapkan peralatan pembelajaran seperti
laptop dan LCD, mengucapkan salam, mengabsen siswa dan menanyakan
kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan inti dimulai
dengan penayangan materi memanfaatkan media video tutorial. Guru mengamati
keaktifan siswa melalui lembar observasi keaktifan belajar yang telah dibuat.
Setelah penayangan materi melalui media video tutorial selesai, guru memeriksa
pengetahuan yang telah diperoleh siswa. Guru melemparkan beberapa pertanyaan
secara lisan terkait materi. Melalui beberapa contoh pertanyaan yang dilemparkan
kepada siswa seusai penayangan materi, guru berdiskusi bersama dengan siswa.
Guru memulai pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based
Learning dengan membagikan lembar soal pada setiap siswa. Lembar soal
tersebut harus dikerjakan sendiri oleh siswa selama tidak lebih dari 10 menit.
Guru mengundi tiga siswa untuk maju mempersentasikan hasil pekerjaan mereka.
Pengundian dilakukan sesuai dengan tanggal pada pertemuan ini, yaitu siswa yang
bernomor absen 20, 11 dan 14 diminta untuk maju presentasi kedepan kelas. Sisa
dari siswa yang tidak mendapat kesempatan maju mempresentasikan hasil
belajarnya diminta untuk memperhatikan dengan baik. Guru meluruskan beberapa
presetasi siswa yang masih salah. Pada akhir pertemuan guru mengingatkan
kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diberikan tugas secara
berkelompok terkait materi yang sudah diberikan. Siswa diminta untuk tetap
belajar dirumah. Guru mengucapkan salam penutup kepada siswa.
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 24 November
2014. Kegiatan awal pembelajaran yang dilakukan adalah menyiapkan seluruh
peralatan pembelajaran, mengucapkan salam, mengabsen kehadiran siswa serta
menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Kegiatan inti dimulai dari penayangan
ulang materi pengertian serta fungsi dari menu dan ikon yang terdapat pada
perangkat lunak pembuat desain grafis melalui media video tutorial. Sesuai
penayangan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan halhal yang belum diapahami. Selanjutnya siswa dibagi dalam kelompok yang setiap
kelompok beranggotakan empat sampai lima siswa dan salah satu pilih sebagai
ketua. Masing-masing ketua kelompok diminta maju kedepan untuk mengambil
nomor urutan presentasi. Guru membagi soal dan lembar jawaban kepada setiap
kelompok. Setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan permasalahan yang
diperoleh, selanjutnya dipresentasikan kedepan sesuai dengan nomor urutan. Guru
mendampingi kegiatan pembelajaran serta mengamati dan mencatat keaktifan dari
masing-masing siswa pada lembar keaktifan belajar siswa yang telah dibuat.
Setelah selesai berdiskusi, masing-masing kelompok presentasi kedepan. Guru
memberikan evaluasi pada presentasi dari masing-masing anggota kelompok.
Guru menutup pembelajaran dengan salam dan mengingatkan siswa untuk
mempelajari materi yang sudah diajarkan karena pada pertemuan selanjutnya akan
diadakan postes I.
Pertemuan Ketiga dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November
2014 dengan alokasi waktu yang sama. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan

10

ketiga diisi dengan pelaksanaan tes evaluasi atau postes I untuk mengukur hasil
belajar siswa selama satu siklus.
Setelah kegiatan pembelajaran pada siklus I terlaksana, dilakukan
pengamatan dan refleksi terkait pelaksanaan pembelajaran bersama dengan
observer (guru sebagai pengamat) dengan melihat kondisi guru dan siswa.
Dengan adanya penerapan metode Problem Based Learning pada pelaksanaan
siklus I mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar serta hasil belajar
siswa. Akan tetapi peningkatan yang terjadi belum melampaui indikator
keberhasilan. Dikarenakan hasil belajar yang diperoleh pada siklus I belum
memenuhi indikator keberhasilan, maka perlu dilakukan tindak lanjut pada
pelaksanaan siklus ke dua dengan melakukan beberapa perbaikan. Beberapa
perbaikan yang harus dilakukan pada pelaksanaan siklus II yaitu: 1. Guru harus
lebih memotivasi siswa untuk lebih bersemangat dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, 2. Guru harus mampu memberikan pengertian kepada siswa untuk
bersedia menerima setiap anggota kelompok tanpa membeda-bedakan satu dengan
yang lain, 3. Guru harus lebih baik dalam memberikan refleksi pada setiap
presentasi siswa. Proses kegiatan PTK pada siklus I dapat dilihat pada pemaparan
gambar 2 dibawah ini.

Gambar 2.a Penayangan materi melalui video
tutorial

Gambar 2.b Penerapan PBL melalui diskusi
kelompok

Gambar 2.c Pengamatan oleh observer

Gambar 2. d Presentasi siswa

Deskripsi Siklus II. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 1 Desember 2014. Kegiatan awal yang dilakukan tidak jauh berbeda pada
siklus pertama yaitu menyatlakan laptop dan LCD untuk menayangkan materi
serta melakukan apersepsi kepada siswa. Kegiatan inti dimulai dari menampilkan

11

tayangan materi mengidentifikasi menu dan ikon yang terdapat pada perangkat
lunak pembuat desain grafis dengan menggunakan media video tutorial. Guru
mengorganisasi posisi tempat duduk siswa karena pada siklus sebelumnya
terdapat siswa yang memiliki gangguan penglihatan dan tidak menjangkau
tampilan LCD. Selesai penayangan materi guru memberikan kuis kepada siswa
dengan melemparkan pertanyaan secara lisan kepada siswa untuk dijawab.
Antusias siswa dalam menjawab kuis diamati oleh guru melalui lembar
pengamatan keaktifan siswa yang telah dipersiapkan. Pembelajaran ditutup
dengan melakukan refleksi terhadap jawaban yang diperoleh siswa serta
menyimpulkan bersama-sama materi yang telah dipelajari hari ini. Guru menutup
pembelajaran dengan salam.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari kamis tanggal 4 Desember 2014.
Kegaitan awal pembelajaran dimulai dengan apersepsi. Kegiatan inti dari
pembelajaran dimulai dengan mengatur siswa dalam kelompok yang dipilih
secara acak. Selanjutnya guru mulai menerapkan metode Problem Based
Learning dengan membagikan soal kepada masing-masing kelompok untuk
berdiskusi. Setiap kelompok diminta untuk memecahkan masalah yang berkaitan
dengan materi dengan pemikiran dan diskusi bersama. Setiap masing-masing dari
anggota kelompok diberikan kesempatan untuk mengemukakan setiap ide tanpa
ada perbedaan. Setelah selesai melaksanakan diskusi kelompok, selanjutnya
dilakukan presentasi. Guru mengevaluasi setiap presentasi dari masing-masing
kelompok. Guru merevisi presentasi siswa yang belum berhasil. Akhir
pembelajaran, guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari pada pertemuan
ini bersama-sama dengan siswa. Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
salam.
Pertemuan ketiga dilakukan pada hari Senin, tanggal 8 Desember 2014
diisi dengan kegiatan evaluasi atau postes pada siklus kedua.
Pada akhir siklus, dilakukan pengamatan dan refleksi atas pelaksanaan
penelitian tindakan kelas yang telah selesai dilakukan pada siklus kedua.
Berdasarkan pengamatan serta pengolahan data berbantuan statistika sederhana,
keaktikan belajar siswa serta hasil belajar siswa meningkat lebih baik jika
dibandingkan pada siklus ke satu. Hasil belajar yang diperoleh siswa pada akhir
pertemuan telah melampaui indikator keberhasilan yaitu telah mencapai 80%
siswa yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Pelaksanaan penelitian
tindakan kelas pada siklus II dapat dilihat pada gambar 3 berikut.

Gambar 3.b Penerapan PBL memalui diskusi
kelompok

Gambar 3.a Penayangan materi melalui video
tutorial

12

Gambar 3.c Pengamatan oleh observer

Gambar 3.d Presentasi siswa

Pembahasan Terkait Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa. Data terkait
keaktifan belajar siswa diperoleh melalui observasi yang dilakukan pada setiap
pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Based Learning.
Alat ukur yang digunakan untuk mencatat skor keaktifan siswa adalah lembar
observasi keaktifan belajar siswa yang terdiri dari 5 item. Rentang skor dari
masing-masing item adalah antara 1 sampai dengan 4 sehingga perolehan skor
maksimal keaktifan hasil belajar siswa sebanyak 20. Perhitungan data observasi
keaktifan belajar siswa berdasarkan perolehan skor tiap indikator aktifitas yang
diamati. Dara hasil observasi keaktifan siswa berdasarkan perolehan skor
disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2 Perolehan Skor Keaktifan Belajar Siswa Antar Siklus
No
1.

2.

3.

Jenis Aktivitas
Visual Activities

(aktifitas visual) adalah
aktifitas yang dilakukan
siswa yang
mengandalkan indera
penglihatannya yang
berhubungan dengan
materi yang diajarkan.
Oral Activities (aktifitas
lisan) adalah aktifitas
yang dilakukan siswa
yang mengandalkan
lisannya.

Motor Activities

(aktifitas motor) adalah
aktifitas yang dilakukan
siswa berkaitan dengan
kemampuan motoriknya.

Indikator

Prasiklus

Siklus I

Siklus II

1. Siswa fokus
memperhatikan
video tutorial
terkait materi
adobe photoshop.

39%

70%

91%

1. Siswa mampu
mempresentasikan
materi serta berani
mengajukan
pertanyaan terkait
materi yang belum
dipahami dari
video tutorial.
1. Siswa mampu
berdiskusi dan
bekerja sama
dengan kelompok
dalam
memecahkan
masalah soal cerita
yang berkaitan

9%

39%

70%

39%

70%

70%

13

4.

5.

6.

dengan materi.
1. Mencatat hal-hal
( aktifitas menulis)
penting yang
adalah aktifitas siswa
berhubungan
dalam kegiatan menulis
dengan materi
abode photoshop
pada video
tutorial.
1. Memecahkan
Mental Activities
(aktifitas mental) adalah
masalah yang ada
aktifitas siswa
dalam materi
menganalisis dan
pelajaran.
2. Menganalisa
membuat keputusan
masalah yang ada
dalam memecahkan
dalam materi
permasalahan tentang
pelajaran.
materi yang telah
3. Mengambil
disampaikan oleh guru.
keputusan dalam
memecahkan
masalah.
1. Bersemangat dan
Emotional Activities
(aktifitas emosional)
berani
adalah aktifitas
mengemukakan
setiap gagasannya.
emosional siswa dalam
2. Mengerjakan soal
proses pembelajaran.
tes secara individu
dengan baik (tidak
mencontek
teman).
Rata-rata
Writing Activities

39%

70%

96%

39%

70%

70%

39%

70%

96%

39%

91%

96%

39%

70%

70%

39%

70%

70%

36%

69%

81%

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa keaktifan belajar siswa pada
setiap aktifitas cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil pengamatan
yang dilakukan untuk jenis aktivitas visual (visual activities) pada indikator siswa
fokus memperhatikan video tutorial terkait materi adobe photoshop pada Prasiklus
mencapai 39%, Siklus I meningkat menjadi 70% dan Siklus II menjadi 91%.
Persentase peningkatan pada aktifitas visual dari prasiklus ke siklus I sebesar 31%
dikarenakan pemberian materi melalui penayangan bermedia video tutorial cukup
menarik perhatian dan minat siswa untuk memahami materi adobe photoshop.
Mulanya pada aktifitas visual yang diamati, tidak lebih dari 9 siswa yang mau
memperhatikan materi, setelah dilakukan tindakan dengan memberikan materi
melalui media video tutorial perhatian siswa meningkat menjadi 16 siswa.
Peningkatan aktifitas visual pada indikator siswa fokus memperhatikan
penayangan media video tutorial terkait materi adobe photoshop semakin
meningkat pada pelaksanaan tindakan siklus II yaitu sebanyak 21 siswa yang
terlihat semakin berminat memperhatikan penyampaian materi.
Jenis aktifitas lisan (oral activities) pada indikator siswa mampu
mempresentasikan materi serta berani mengajukan pertanyaan terkait materi yang
belum dipahami dari video tutorial pada Prasiklus hanya mencapai 9%
dikarenakan tidak banyak siswa yang mampu mempresentasikan serta berani
mengajukan pertanyaan terkait dari materi yang belum dipahami. Siswa

14

cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Siklus I mencapai 39% mengalami
peningkatan atau terdapat sekitar 9 anak yang mulai berani mempresentasikan
penyelesaian masalah yang diperolehnya baik secara individu maupun kelompok.
Siklus II meningkat menjadi 70% atau 16 siswa yang semakin berani mengajukan
pertanyaan terkait materi yang belum dipahami dari penayangan video tutorial
kepada guru.
Jenis aktifitas motorik (motor activities) pada indikator siswa mampu
berdiskusi dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan masalah soal
cerita yang berkaitan dengan materi desain garfis (Adobe fhotoshop) pada
Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I
mencapai 70% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan
persentase pada aktifitas motorik dikarenakan melalui pendampingan dari guru
siswa dalam kelompok mampu menjalankan diskusi kelompok dan dapat bekerja
sama dengan anggota masing-masing dalam memecahkan masalah yang diberikan
oleh guru. Siklus II mengalami ketetapan yaitu 70% atau terdapat 16 siswa yang
memenuhi indikator. Meskipun dalam setiap siklus mengalami peningkatan, akan
tetapi masih terdapat beberapa siswa yang masih belum mampu terlibat aktif
dalam diskusi kelompok. Siswa yang demikian, cenderung pasif dan tidak banyak
mengemukakan gagasannya selama proses pemecahan hingga penarikan
kesimpulan pada setiap permasalah yang diterima.
Jenis Aktifitas menulis (writing activities) pada indikator siswa mencatat
hal-hal penting yang berhubungan dengan materi adobe photoshop pada video
tutorial pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi
indikator, Siklus I mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi
indikator, peningkatan tersebut terjadi karena siswa merasa perlu untuk mencatat
materi-materi yang ditayangkan pada video sebagai bahan referensi belajar
sebelum diadakan evaluasi akhir pembelajaran. Siklus II mencapai 96% atau
terdapat 22 siswa yang memenuhi indikator. Sampai dengan siklus II, keaktifan
siswa pada aktifitas menulis meningkat cukup tinggi. Hanya satu siswa saja yang
sampai dengan akhir pelaksanaan siklus II tidak mencatat dengan alasan tayangan
video terlalu cepat.
Jenis aktifitas mental (mental activities) pada indikator kesatu yaitu siswa
mampu memecahkan masalah yang ada pada materi pelajaran pada Prasiklus
mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, pada Siklus I
mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator, pada Siklus II
mengalami ketetapan yaitu mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi
indikator. Ketetapan persentase terjadi karena berdasarkan pengamatan, siswa
yang mampu memecahkan setiap permasalahan yang diberikan sampai dengan
siklus II tidak lebih dari 16 siswa. Selebihnya siswa nampak hanya sebagai
pelengkap kelompok saja, ada pula yang dalam setiap diskusi hanya bertugas
menulis hasil penyelesaian yang telah diperoleh kedalam lembar jawaban yang
disediakan. Indikator kedua yaitu menganalisa soal yang diberikan oleh guru pada
Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I
mencapai 70% dan siklus II mencapai 96% atau terdapat 21 siswa yang memenuhi
indikator. Indikator ketiga yaitu mengambil keputusan dalam memecahkan
masalah pada Prasiklus mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi

15

indikator, Siklus I mencapai 91% atau terdapat 21 siswa yang memenuhi
indikator, dan Siklus II mencapai 96% atau terdapat 22 siswa yang memenuhi
indikator.
Jenis aktifitas emosional (emotional activities) pada indikator pertama
siswa bersemangat dan berani mengemukakan setiap gagasannya pada Prasiklus
mencapai 39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator. Pada siklus I
mencapai 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Peningkatan
persentase dikarenakan melalui pendampingan guru serta menarikanya materi
yang diberikan melalui media video tutorial meningkatkan semangat serta
keberanian siswa dalam mengemukakan setiap gagasannya. Siswa yang
bersemangat dapat diamati dari sikap dan raut muka. Siklus II mengalami
ketetapan persentase perolehan skor yaitu sebesar 70% atau terdapat 16 siswa
yang memenuhi indikator. Pada indikator kedua yaitu siswa mengerjakan soal tes
secara individu dengan baik (tidak mencontek teman) pada Prasiklus mencapai
39% atau terdapat 9 siswa yang memenuhi indikator, Siklus I mencapai 70% atau
terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator dan Siklus II mengalami ketetapan
persentase sebesar 70% atau terdapat 16 siswa yang memenuhi indikator. Dengan
kata lain 7 siswa lainnya belum mampu mengerjakan soal secara individu
dikarena kurangnya penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan selama
pelaksanaan pembelajaran melalui model problem based learning. Berdasarkan
pengamatan guru selama pelaksanaan evaluasi dalam setiap akhir siklus I maupun
siklus II, kejujuran siswa nampak dari sikap dan perilaku selama kegiatan evaluasi
berlangsung. Meskipun masih terdapat beberapa siswa yang merasa tidak percaya
diri hingga akhirnya bertanya kepada teman, akan tetapi tidak selalu teman
disampingnya bersedia menanggapi dan memberikan jawaban atau memberikan
contekan.
Rata-rata persentase keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran melalui
metode Problem Based Learning mulanya pada Prasiklus sebesar 36%, setelah
dilakukan tindakan sampai dengan akhir siklus I, keaktifan siswa meningkat
menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu
sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi dikarenakan adanya penerapan metode
Problem Based Learning yang dapat dengan baik diterima dan dilakukan oleh
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Melalui Problem Based Learning, setiap
siswa dapat mengapresiasikan seluruh gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan
dan batasan. Siswa dibimbing untuk dapat memecahkan setiap permasalahan baik
secara individu maupun dalam kelompok. Dalam setiap akhir pembelajaran siswa
dituntun untuk mendemonstrasikan setiap hasil yang mereka peroleh. Hal ini
memicu keberanian siswa untuk tampil sehingga terjadi peningkatan keaktifan
dari setiap individu. Sehingga dapat disimpulkan dengan adanya penerapan
metode Problem Based Learning berbantuan media video tutorial dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dikelas XII SMA Negeri 1 Suruh Kabupaten Semarang.
Pembahasan Terkait Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Problem Based Learning. Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan sesuai

dengan paparan diatas, diperoleh hasil belajar dari tes yang dilaksanakan pada

16

pertemuan ketiga setiap siklusnya. Perbandingan statistik deskriptif berupa nilai
terendah, nilai tertinggi, dan nilai rata-rata pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II
dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 3
Hasil Belajar TIK Antar Siklus Siswa
Keterangan
Nilai terendah
Nilai tertinggi
Nilai rata-rata

Prasiklus
33
80
61

Siklus I
30
90
72

Siklus II
40
90
77

Tabel 4 menunjukkan perubahan nilai terendah dari Prasiklus, siklus I, dan
siklus II. Nilai tersebut yaitu 33, 30, dan 40. Perubahan nilai terendah dari
Prasiklus menuju siklus satu mengalami penurunan sebesar 3. Perubahan nilai
terendah dari siklus I ke siklus II sebesar 10. Tabel 4.4 juga menunjukkan nilai
tertinggi pada Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai tertinggi pada Prasiklus
hanya mencapai 80. Nilai tertinggi pada siklus I meningkat menjadi 90. Pada
siklus II nilai tertinggi mengalami ketetapan yaitu 90. Deskriptif data pada Tabel
4.4 juga memperlihatkan nilai rata-rata Prasiklus, siklus I, dan siklus II. Nilai ratarata Prasiklus sebesar 61. Rata-rata kelas yang diperoleh siswa meningkat pada
siklus I sebesar 11 menjadi 72. Rata-rata kelas meningkat kembali pada siklus II
menjadi 77. Peningkatan rata-rata dari siklus I ke siklus II cukup tinggi yaitu
sebesar 5.
Data hasil belajar siswa mulai dari Prasiklus, siklus I, dan siklus II juga
menunjukkan siswa yang tuntas dan tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas
adalah siswa yang telah melampaui KKM yaitu sebesar 75. Siswa yang belum
melampaui KKM dinyatakan belum tuntas. Gambar 5 menyajikan persentase
ketuntasan antar siklus dalam bentuk diagram.

Gambar 4. Diagram persentase ketuntasan antar siklus
Berdasarkan gambar 5 dapat dilihat bahwa terdapat kenaikan hasil belajar
dari Prasiklus sampai dengan siklus II. Persentase ketuntasan hasil belajar TIK
siswa pada siklus I yakni 70% atau 16 siswa dari 23 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM. Hasil tersebut mengalami peningkatan cukup besar dibandingkan
dengan persentase ketuntasan Prasiklus sebesar 39% atau 9 siswa dari 23 siswa.
Peningkatan persentase ketuntasan juga terjadi pada siklus II dari siklus I

17

menjadi 83% atau 19 siswa. Berdasarkan data-data yang terkumpul di atas
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Problem
Based Learning (PBL) dengan berbantuan media video tutorial pada materi menu
dan ikon yang terdapat dalam perangkat lunak pembuat desain grafis dapat
meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dapat disimpulkan bahwa, Penggunaan metode problem based learning (PBL)
memanfaatkan video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan
keaktifan belajar siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil observasi
keaktifan siswa dengan memperoleh nilai Rata-rata persentase keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran melalui metode Problem Based Learning mulanya
pada Prasiklus sebesar 36%, setelah dilakukan tindakan sampai dengan akhir
siklus I, keaktifan siswa meningkat menjadi 69% dan pada Siklus II mengalami
peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 81%. Peningkatan yang terjadi
dikarenakan adanya penerapan metode Problem Based Learning yang dapat
dengan baik diterima dan dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Melalui Problem Based Learning, setiap siswa dapat mengapresiasikan seluruh
gagasan yang dimiliki tanpa ada perbedaan dan batasan. Siswa dibimbing untuk
dapat memecahkan setiap permasalahan baik secara individu maupun dalam
kelompok. Penggunaan metode problem based learning (PBL) memanfaatkan
video tutorial dalam pembelajaran TIK dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dapat dibuktikan dengan data hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata
siklus I 72% dan siklus II 77%, terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas
pada setiap siklus ataupun setiap pertemuan. Hal tersebut membuktikan adanya
pengaruh penerapan metode Problem Based Learning (PBL) memanfaatkan
video tutorial terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa. Berd