PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK SILIKAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA POPULASI JAGUNG (Zea mays L) JURNAL

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK SILIKAT
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA
POPULASI JAGUNG (Zea mays L)

JURNAL

Oleh
Garnisma Widia Puspita
C1M014061

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2018

i

ARTIKEL UNTUK JURNAL

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK SILIKAT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA
POPULASI JAGUNG (Zea mays L)


The Effect of Frequency of Application Silicate Fertilizer on Growth and Yield of Some
Corn (Zea mays L) Population

Garnisma Widia Puspita1), I Wayan Sudika2), Joko Priyono3)
Alumni Program StudiAgroekoteknologi Fakultas Pertanian UNRAM
2)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unram

1)

HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi yang diajukan oleh :
Nama
: Garnisma Widia Puspita
NIM

:

C1M014061


Program studi

:

Agroekoteknologi

Jurusan

:

BudidayaPertanian

JudulSkripsi

:

Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Silikat Terhadap Pertumbuhan
Dan Hasil Beberapa Populasi Tanaman Jagung (Zea mays L)


Jurnal ini telah diperiksa dan disetujui oleh dosen pembimbing Skripsi untuk diterbitkan
pada jurnal Crop Agro.

Menyetujui,
Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Dr. Ir. I Wayan Sudika, MS.
NIP. 196012311986021005

Ir. Joko Priyono, M.Sc., Ph. D.
NIP. 195810081986031003

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PUPUK SILIKAT TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA
POPULASI JAGUNG (Zea mays L)
The Effect of Frequency of Application Silicate Fertilizer on Growth and Yield of Some
Corn (Zea mays L) Population
Garnisma Widia Puspita1), I Wayan Sudika2), Joko Priyono3)

1)
Alumni Program StudiAgroekoteknologi Fakultas Pertanian UNRAM
2)
Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unram
Korespondensi: garnisgarnis526@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian frekuensi pupuk silikat cair (NutriSil)
terhadap pertumbuhan dan hasil populasi tanaman jagung pada bulan September- Desember 2017.
Percobaan lapangan menggunakan rancangan petak terbagi. Petak utama adalah frekuensi pemberian
pupuk silikat (0,2, 3, 4 kali) dan sebagai anak petak yaitu BIMA 20, NK 212 dan P4IS yang diterapkan
dalam 3 blok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi pemberian pupuk silikat (NutriSil) tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan komponen hasil, yang menyebabkan aplikasi tidak efektif bisa karena
hujan turun yang terjadi tepat setelah aplikasi. Satu-satunya yang berpengaruh dari populasi jagung adalah
jumlah daun yaitu BIMA 20= NK 212> P4IS, tinggi tanaman yaitu BIMA 20P4IS= BIMA 20, tanaman jagung yang paling cepat mengeluarkan bunga jantan dan bunga
betina adalah populasi P4IS. Kesimpulan, frekuensi pemberian pupuk silikat (NutriSil) tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan hasil jika diterapkan pada musim hujan dan perlu dilakukan penelitian
pada tanah yang miskin hara/- kondisi cuaca yang baik.
Kata kunci : populasi tanaman jagung, pertumbuhan dan hasil, frekuensi pemberian pupuk silikat
ABSTRACT
The research aimed to find the effect of the frekuency of Si liquid fertilizer (NutriSil) application on

the growth and yield of corn population was done in September- Desember 2017. The field exsperiment
employed a split plot design. The main plot was applicatiom frequency of Si fertilizer (0,2,3,4 times) and
the sub plot was corn population ,i.e; BIMA 20, NK 212 and P4IS, applied in 3 blocks. Result show that
the frequency of application of fertilizer (NutriSil) did not affect the growth and yield components, of
caused it seems that the ineffective fertilizer application. Could be due to the rain fall accuring just after
the application .The only significant effects of corn population were on the number leaf of BIMA 20= NK
212> P4IS the height of BIMA 20P4IS= BIMA 20.
Corn plants that are the fastest to release male flower and famale flower of P4IS population. Conclusion,
the frequency of application of silicate fertilizer (NutriSil) did not affect the growth and yield, if it is
applied in the rainy season and research needs to be carried out on nutrient poor soil/- good weather
conditions.
Keywords: the corn plants population, growth and yield, the frekuency of silicate fertilizer

PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu sumber karbohidrat kedua setelah beras. Saat
ini jagung menjadi komoditas nasional yang cukup strategis dan banyak dimanfaatkan sebagai
bahan baku pakan ternak. Kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakan ternak dipenuhi dari
produksi nasional dan impor jagung. Kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya dipenuhi dari

produksi nasional, karena pola panen jagung mencapai puncaknya hanya pada bulan Februari,

Maret dan April (Chapid, 2016)
Petani di Indonesia sebagian besar menanam varietas unggul baik varietas hibrida maupun
bersari bebas (Purwono dan Hartono, 2007). Pada tahun 2002 petani menanam 28 % hibrida, 47
% komposit unggul dan 25 % komposit lokal (Damardjati et al., 2005). Beberapa varietas
jagung hibrida yang banyak dikenal antara lain ; BISI II, Semar 10, C7, Bima 1, Jaya 1 dan NK
33; sedangkan beberapa varietas jagung bersari bebas antara lain Arjuna, Bisma, Gumarang,
Lamuru dan Legaligo (Erawati dan Hipi, 2010).
Produktivitas jagung nasional pada tahun 2016 sebesar 52,82 ku/ha atau meningkat 1,07
ku/ha, dibandingkan tahun 2015. Kendati begitu kebutuhan jagung nasional belum sepenuhnya
dipenuhi dari produksi nasional, sehingga pemerintah harus impor dari negara tetangga, untuk
memenuhi permintaan jagung khususnya sebagai bahan baku pakan ternak. Usaha peningkatan
produksi jagung dapat dilakukan melalui program intensifikasi dengan pemupukanyang efektif
dan efisien. Pemupukan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh petani untuk memberikan
unsur hara berimbang baik makro (NPK) maupun mikro yang dibutuhkan tanaman, dengan dosis
dan cara pemberian yang tepat. Praktiknya di lapang para petani cenderung menggunakan pupuk,
dengan komposisi unsur hara makro lebih banyak dibanding unsur hara mikro.
Hal tersebut menyebabkan terjadinya degradasi tanah, air dan udara, tanaman yang
dihasilkan juga kurang sehat dan jika terus dikonsumsi dalam jangka panjang, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bagi konsumen. Pengaruh negatif lainnya dari pemberian
pupuk N yang terlalu tinggi adalah jaringan tanaman menjadi lemah, lebih peka terhadap

serangan hama dan penyakit yang berdampak pada penurunan produktivitas, pendapatan, dan
ketidak pastian produksi (Makarim, 2007). Untuk mengatasi masalah tersebut penggunaan pupuk
alami menjadi alternatif yang tepat. Salah satu jenis pupuk alami tersebut adalah pupuk silikat
(NutriSil).
Pupuk silikat cair (NutriSil) merupakan pupuk alami yang dibuat dari batuan vulkanik
yang mengandung semua unsur hara esensial (mikro dan makro)

kecuali N serta unsur

fungsional silikat (Si) 0,5-0,8%, pupuk tersebut terbukti efektif untuk meningkatkan kuantitas
dan kualitas produksi, mengurangi penggunaan pupuk makro (N, P, K) 30-50 % dari
rekomendasi setempat. Selain itu tanaman lebih tahan terhadap serangan HPT, kondisi tanah
yang jelek, cekaman kekeringan serta ramah lingkungan dan berkelanjutan (Priyono, 2005).

Berkaitan dengan upaya peningkatan produktivitas jagung nasional, maka perlu dikaji
tentang pengaruh pupuk silikat terhadap beberapa varietas tanaman jagung yang kemungkinan
ketiga varietas tersebut memiliki respon yang berbeda. Penelitian ini,bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian frekuensi pupuk silikat cair terhadap pertumbuhan dan hasil beberapa
varietas tanaman jagung (BIMA 20, NK 212 dan P4IS) pada berbagai frekuensi pemberian pupuk
silikat cair (NutiriSil) yang paling tepat.

METODE PENELITIAN
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan petak
terbagi. Sebagai petak utama adalah frekuensi pemberian pupuk silikat (NutriSil) yang teridiri
dari 4 aras, yaitu 0, 2, 3,4 kali pemberian pupuk silikat (NutriSil) sebagai anak petak adalah
varietas tanaman jagung yang terdiri dari 3 taraf, yaitu; varietas BIMA 20, NK 212, P4IS.
Kombinasi dari kedua faktor menghasilkan 12 kombinasi perlakuan yang diulang sebanyak 3 kali
(blok) menghasilkan 36 satuan percobaan. Percobaan ini telah dilaksanakan di lahan percobaan
milik Fakultas Pertanian Universitas Mataram di Desa Nyurlembang Narmada Kabupaten
Lombok Barat pada bulan September-Desember 2017.
Alat dan Bahan Penelitian
Pelaksanaan Percobaan
Persiapan lahan, Persiapan Benih, Penanaman Benih, Penjarangan, Penyiangan,
Pemupukan, Pengairan, Pembunbunan, Pengendalian Hama dan Penyakit, Pemanenan.
Parameter yang Dikaji
Jumlah Daun (helai), Tinggi Tanaman (cm), Umur Keluar Bunga Jantan (Hari), Umur
Keluar Malai Betina (Hari), Diameter Batang (cm), Panjang Tongkol (cm), Diameter Tongkol
(cm), Bobot Tongkol Kering Panen per tanaman (g), Bobot Biji Kering Per tongkol (g/tanaman),
Bobot 1000 Butir Biji (g/tanaman), Rendemen(%).
Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis sidik ragam pada taraf nyata 5% dan
apabila terdapat beda nyata, maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Analisis Keragaman
Tabel 1, menunjukkan bahwa faktor varietas

berpengaruh nyata terhadap parameter

tinggi tanaman maksimum, jumlah daun maksimum, umur keluar bunga jantan, umur keluar
bunga betina dan rendemen; sedangkan parameter lain tidak terpengaruh oleh varietas jagung.
Faktor frekuensi berpengaruh nyata terhadap umur keluar bunga jantan, umur keluar bunga betina
dan rendemen. Tetapi tidak berpengaruh terhadap jumlah daun maksimum, tinggi tanaman
maksimum, diameter batang maksimum, panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol
kering panen per tanaman, bobot biji kering per tongkol dan bobot 1000 butir biji. Kombinasi
antar kedua faktor perlakuan menimbulkan interaksi terhadap parameter umur keluar bunga
jantan dan umur keluar bunga betina dan tidak ada interaksi pada parameter lainnya.
Tabel 1. Hasil Analisis Keragaman Seluruh Parameter yang Dikaji.
No
Parameter yang dikaji*)

Varietas (V)
Frekuensi (S)
V×S
1
Jumlah Daun Maksimum (Helai)
s
ns
ns
2
Tinggi Tanaman Maksimum (cm)
s
ns
ns
3
Diameter Batang Maksimum (cm)
ns
ns
ns
4
Umur Keluar Bunga Jantan (Hari)

s
s
s
5
Umur Keluar Bunga Betina (Hari)
s
s
s
6
Panjang Tongkol ( cm)
ns
ns
ns
7
Diameter Tongkol (cm)
ns
ns
ns
8
Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman (g)
ns
ns
ns
9
Bobot Biji Kering Per Tongkol (g)
ns
ns
ns
10 Bobot 1000 Biji Kering (g)
ns
ns
ns
11 Rendemen (%)
s
s
ns
Keterangan : s = signifikan (berbeda nyata) pada taraf nyata 5%, ns = non signifikan pada taraf nyata 5%.

Berdasarkan Tabel 1, pemberian pupuk silikat (NutriSil) tidak berpengaruh nyata terhadap
komponen pertumbuhan vegetatif dan komponen hasil tanaman jagung. Hal ini diduga akibat
pemberian pupuk silikat (NutriSil) dilakukan saat keadaan cuaca yang kurang baik, dimana
setelah beberapa menit setelah proses pemupukan dilakukan, terjadi hujan yang menyebabkan
pupuk silikat (NutriSil) tercuci oleh air hujan. Hal ini didukung oleh Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika- NTB (2017) dimana jumlah curah hujan di kawasan Narmada,
Lombok Barat pada bulan September (44 mm), Oktober (163 mm), November (549 mm),
kemudian pada bulan Desember sebanyak 308 mm.
4.2 Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan tanaman diawali dengan fase vegetatif, kemudian dilanjutkan dengan fase
generatif yang diikuti oleh pembentukan bunga kemudian pengisian buah, polong serta
pembentukan biji dan diakhiri dengan fase pemasakan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dalam
penelitian ini pertumbuhan ditunjukkan oleh jumlah daun, tinggi tanaman dan diameter batang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Leiwakaseby (1998) yang menyatakan bahwa pertumbuhan
ditentukan dengan peningkatan berat kering, tinggi tanaman dan diameter batang. Lebih lanjut
lagi Harjadi (1983) menyatakan bahwa pada masa pertumbuhan vegetatif tanaman, terdapat tiga
proses penting yang berlangsung yaitu pembelahan sel, perpanjangan sel, dan tahap awal dari
diferensiasi sel.
Jumlah Daun
Tabel 2. Rerata dan Hasil Uji Lanjut (BNJ 5%) Jumlah Daun
Varietas
BIMA 20
NK 212
P4IS
BNJ 5%
Frekuensi Silikat
0 kali
2 kali
3 kali
4 kali

Jumlah daun maksimum
15 b
14 b
11 a
2,17
13,78
13,47
13,80
12,91

Tabel 2 , menunjukkan bahwa varietas BIMA 20 memiliki jumlah daun terbanyak (15
helai) dibandingkan dengan varietas NK 212 (14 helai) dan populasi P4IS (11 helai). Hal ini
berkaitan dengan sifat genetik dari masing-masing varietas dan proses pembagian hasil
fotosintesis yang kemungkinan lebih banyak di salurkan untuk pembentukan daun. Secara umum,
daun dipandang sebagai organ produsen fotosintat utama karena fungsinya sebagai penerima
sinar matahari dan alat fotosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995). Tumbuhan dengan laju
fotosintesis yang tinggi juga menunjukkan laju translokasi fotosintat yang tinggi (Lakitan,1996).
Fotosintat yang dihasilkan kemudian akan digunakan untuk pembentukan organ vegetatif (
batang, daun dan akar) serta organ generatif (pembentukan biji).
Tinggi Tanaman
Tabel 3. Rerata dan Hasil Uji Lanjut (BNJ 5%) Tinggi Tanaman Maksimum
Varietas
BIMA 20
NK 212
P4IS

Tinggi tanaman maksimum
134,48 a
141,28 ab
147,41 ab

BNJ 5%
23,68
Frekuensi Silikat
0 kali
148,80
2 kali
130,27
3 kali
138,00
4 kali
147,17
Keterangan*): Angka-angka pada kolom sama yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ 5%.

Hasil analisis keragaman tinggi tanaman menunjukkan bahwa pemberian pupuk silikat
(NutriSil) tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman, sedangkan varietas berpengaruh pada
tinggi tanaman. Tabel 3, menunjukkan bahwa ketiga varietas/populasi jagung memiliki respon
yang berbeda-beda. Parameter pertumbuhan yang paling mudah diamati yaitu tinggi tanaman,
yang berhubungan erat dengan hasil tanaman. Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa,
populasi P4IS memiliki tinggi tanaman lebih tinggi (147,41 cm) dibanding varietas BIMA 20 (
134,48 cm) dan NK 212 (141,28 cm) namun memiliki jumlah daun paling sedikit (11,68 helai)
serta diameter batang terkecil (0,92 cm). Hal tersebut diduga karena pada populasi P4IS hasil
fotosintesis banyak disalurkan untuk perpanjangan batang tanaman khusunya perpanjangan
batang tanaman. Selain itu Lingga dan Marsono (2001), menyatakan bahwa tinggi tanaman
dipengaruhi oleh sifat genetik dan kondisi lingkungan tumbuh tanaman.

Umur Keluar Bunga Betina

Umur Keluar Bunga Betina
70
68
66
64
62
60
58
56

NK 212
BIMA 20
P4IS
0

1

2

3

4

5

Frekuensi Pemberian Pupuk Silikat

Gambar 1. Grafik hubungan antara frekuensi pemberian pupuk silikat
dengan umur keluar bunga betina populasi tanaman jagung
Hasil penelitian (Gambar 1) menunjukkan bahwa pemberian 2 kali, 3 kali, 4 kali dan
tanpa pemberian pupuk silikat tidak menyebabkan perbedaan keluarnya bunga betina pada
populasi P4IS (58-60 hari) dan varietas BIMA 20 (64-65 hari); sedangkan pada varietas NK 212

pemberian pupuk silikat sebanyak 3 dan 4 kali meyebabkan lebih cepatnya keluar bunga betina
(63-64 hari), dibandingkan dengan pemberian pupuk silikat sebanyak 1 dan 2 kali (68 hari).
Perbedaan waktu berbunga pada masing-masing varietas/populasi tanaman jagung
merupakan akibat dari perbedaan genetik. Salah satu sifat genetik yang dimaksud adalah
kemampuan dari varietas/populasi tanaman untuk mempercepat pola pertumbuhan vegetatif dan
generatif, sehingga waktu panen juga semakin cepat. Berdasarkan deskripsi masing-masing
varietas/populasi diketahui bahwa populasi P4IS memiliki umur panen 78 hari (Sudika et al,
2014), BIMA 20 + 102 hari dan NK 212 105-110 hari (Sygenta, 2015). Selain itu, lahan di
kawasan Narmada tergolong lahan subur dimana kandungan unsur hara di lahan tersebut sudah
tercukupi. Hal ini didasarkan atas hasil penelitian (Afriani, 2018) oleh karenaya saat diberikan
pupuk silikat, tanaman sudah tidak bisa menyerap unsur hara tersebut karena sudah berlebih.
Menurut Takahashi (1995), pemberian silikat dapat memperbaiki fungsi fisiologi tanaman.
Umur Keluar Bunga Jantan
Umur Keluar Bunga
Jantan

70
65
NK 212
60
BIMA 20

55

P4IS
50
0

1

2

3

Frekuensi Pemberian Pupuk Silikat

4

5

Gambar 2. Grafik hubungan antara frekuensi pemberian pupuk silikat
dengan umur keluar bunga jantan populasi tanaman jagung
Gambar 2, menunjukkan bahwa pemberian pupuk silikat (NutriSil) pada berbagai
frekuensi tidak berpengaruh nyata terhadap keluarnya bunga jantan varietas NK 212 (62-64 hari)
dan populasi P4IS (52-54 hari). Pada varietas BIMA 20, pemberian pupuk silikat (NutriSil)
sebanyak 3 kali dan tanpa pemberian menyebabkan lebih cepatnya keluar bunga jantan yakni
pada saat tanaman berumur 58 hari; sedangkan pemberian pupuk silikat (NutriSil) sebanyak 2
dan 4 kali menyebabkan lambatnya tanaman mengeluarkan bunga jantan yakni saat tanaman
berumur 62-63 hari.
Kombinasi perlakuan antara populasi P4IS dengan semua frekuensi pemberian pupuk
silikat (NutriSil) memiliki umur keluar bunga jantan tergenjah (52-54 hari), sedangkan umur

keluar bunga jantan terdalam diperoleh pada varietas NK 212 tanpa pemberian pupuk silikat
(NutriSil) yakni saat tanaman berumur 64 hari. Terjadinya perbedaan ini disebabkan oleh
karakterisitik/genetik dari masing-masing varietas. Selain itu, tanah yang digunakan untuk
penelitian merupakan salah satu tanah yang subur (Afriani, 2018), dimana tanah tersebut kaya
akan unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh karena
itu tanaman tidak mampu menyerap unsur yang diberikan karena sudah berlebih. Secara umum,
pemberian silikat dapat memperbaiki fungsi fisiologi tanaman (Takahashi, 1995).
4.3 Hasil dan Komponen Hasil
100%

Hasil t/ha

80%
60%
40%
20%
0%
BIMA 20

NK 212

P4IS

Macam Varietas Jagung

Gambar 3. Grafik Hubungan antara Hasil dengan Varietas Tanaman Jagung
Berdasarkan Gambar 3, faktor varietas tidak berpengaruh terhadap hasil. Hasil ketiga
varietas/populasi berkisar dari 2,187- 2,591 t/ha. Pada penelitian ini hasil ketiga varietas/populasi
sama. Hal ini kemungkinan

diakibatkan oleh, tidak keluarnya potensi pada masing-masing

varietas/populasi pada kondisi lingkungan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadjad (1993)
di mana pertumbuhan tanaman ditentukan oleh faktor genetiknya. Selain itu juga, berdasarkan
deskripsi masing-masing varietas, diketahui bahwa varietas NK 212 rata-rata dapat menghasilkan
lebih dari 13 t/ha (Syngenta, 2015), BIMA 20 rata-rata 11 t/ha dan populasi P4IS rata-rata sekitar
5,5 t/ha (Sudika, et al. 2014). Semakin baiknya proses fisiologis (fotosintesis) tanaman,
menyebabkan meningkatnya bahan kering yang dihasilkan tanaman dan secara langsung
berhubungan dengan bahan kering yang dapat ditranslokasikan ke biji (Aribawa et al, 2006).

3.00

Hasil t/ha

2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 kali

2 kali

3 kali

4 kali

Frekuensi Pemupukan Silikat

Gambar 4. Grafik Hubungan antara Hasil dengan Frekuensi Pemberian Pupuk Silikat
Frekuensi pemberian pupuk silikat (NutriSil) tidak berpengaruh terhadap hasil. Hasil pada
keempat frekuensi pemberian pupuk silikat berkisar dari 2,62-2,67 t/ha. Hal ini diduga akibat
keadaan lingkungan atau cuaca yang kurang baik, yang membuat tercucinya unsur hara yang
diberikan pada tanaman. Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (2017) curah
hujan di Narmada pada bulan Oktober sebanyak 163 mm, bulan November sebanyak 549 mm
kemudian pada bulan Desember sebanyak 308 mm.
Panjang Tongkol, Diameter Tongkol
Tabel 4. Rerata dan Hasil Uji Lanjut (BNJ5%) Panjang Tongkol dan Diameter Tongkol
Varietas
BIMA 20
NK 212
P4IS
BNJ 5%

Panjang Tongkol
12,49
12,47
10,9 9

Diameter Tongkol
3,59
3,53
3,46

Panjang tongkol dan diameter tongkol jagung secara umum berhubungan erat dengan
hasil biji kering jagung. Panjang tongkol jagung berkisar dari 10,99-12,49 cm, diameter tongkol
jagung berkisar dari 3,46-3,59 cm; Menurut Handayani (1991) setiap varietas tanaman memiliki
perbedaan respon genetik pada berbagai lingkungan tempat tumbuhnya. Diduga hal inilah yang
menyebabkan terjadinya perbedaan pada masing-masing varietas, disamping itu dua dari tiga
varietas merupakan jenis hibrida, yang mana varietas hibrida tersebut membutuhkan kondisi
lingkungan yang mendukung serta unsur hara yang cukup agar dapat berproduksi maksimal. Saat
melakukan penelitian kondisi cuaca tidak begitu mendukung. Tingginya curah hujan

menyebabkan banyak tercucinya unsur hara di dalam tanah, sehingga potensi varietas tidak
muncul pada lingkungan tersebut.
Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman, Bobot Bij Kering Per Tongkol dan Bobot 1000
Butir Biji
Tabel 5. Rerata dan Hasil Uji Lanjut (BNJ 5%) Bobot Tongkol Per Tanaman, Bobot Kering Per
Tongkol dan Bobot 1000 Butir Biji
Varietas
BIMA 20
NK 212
P4IS
BNJ 5%

Bobot Tongkol Kering Panen
Per Tanaman
83,32
73,67
80,55

Bobot Biji Kering Per
Tongkol
35,48
39,40
36,07

Bobot 1000 Butir Biji
204,08
228,00
167,66

Berdasarkan Tabel 8, bobot tongkol kering panen per tanaman, bobot biji kering per
tongkol dan bobot 1000 butir biji tidak berbeda nyata. Berat tongkol jagung berkisar dari 73,6783,32 g, bobot biji kering per tongkol berkisar dari 35,48-39,40 g. dan bobot 1000 butir biji
berkisar dari 167,66-228,00 g. Perbedaan bobot pada masing-ma msing varietas/populasi,
disebabkan oleh faktor genotip (genetik). Diduga hal inilah yang menyebabkan terjadinya
perbedaan pada masing-masing varietas, disamping itu dua dari tiga varietas merupakan jenis
hibrida, yang mana varietas hibrida tersebut membutuhkan kondisi lingkungan yang mendukung
serta unsur hara yang cukup agar dapat berproduksi maksimal. Saat melakukan penelitian kondisi
cuaca tidak begitu mendukung. Tingginya curah hujan menyebabkan banyak tercucinya unsur
hara di dalam tanah, sehingga potensi varietas tidak muncul pada lingkungan tersebut.
Rendemen
Tabel 6. Rerata dan Hasil Uji Lanjut (BNJ 5%) Rendemen
Varietas
Rendemen
BIMA 20
42, 08 a
NK 212
53,82 ab
P4IS
45,29 a
BNJ 5%
17,03
Frekuensi silikat
0 kali
44,17 a
2 kali
49,26 ab
3 kali
48,08 ab
4 kali
46,76 a
BNJ 5%
8,28
Keterangan*): Angka-angka pada kolom sama yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut
uji BNJ 5%.

Rendemen merupakan persentase penyusutan yang diperoleh dari perbandingan bobot biji
kering per tongkol dengan bobot tongkol kering panen per tanaman, kemudian dikali 100%.
Persentase rendemen yang tinggi menunjukkan hasil biji jagung yang tinggi begitupun
sebaliknya. Berdasarkan Tabel 6, persentase rendemen tertinggi diperoleh pada varietas NK 212
(53, 82%), kemudian populasi P4IS (45,29%), dan terendah yaitu varietas BIMA 20 (42,08%);
sedangkan untuk faktor pemberian pupuk silikat (NutriSil) rendemen dengan persentase tertinggi
didapatkan pada perlakuan 2 kali pemberian (49,26%), lalu 3 kali pemberian (48,08%), kemudian
4 kali pemberian dan tanpa pemberian (44,17%) pupuk silikat (NutriSil). Perbedaan persentase
rendemen diduga terjadi akibat perbedaan laju penguapan yang terjadi pada tongkol dan biji
jagung pada masing-masing varietas. Selain itu, Toharisman et al. (2005) melaporkan aplikasi
250 kg ha-1 pupuk Si memberikan pengaruh peningkatan rendemen yang nyata.
4.4 Hasil Analisis Korelasi
Tabel 7. Nilai Korelasi Fenotifik Antar Sifat yang Dikaji denga Hasil (Bobot Biji Kering Per
Tongkol)
No
Parameter Diamati
Nilai Koefisien Korelasi dengan Hasil
1
Jumlah Daun Maksimum
0,14 ns
2
Tinggi Tanaman Maksimum
0,43*
3
Diameter Batang Maksimum
0,04 ns
4
Umur Keluar Bunga Betina
0,09 ns
5
Umur Keluar Bunga Jantan
0,04 ns
6
Panjang Tongkol
0,51*
7
Diameter Tongkol
0,80*
8
Bobot Tongkol Kering Panen Per Tanaman
0,91*
Keterangan*): *= Berkolerasi nyata pada α 5% dan ns= berkorelasi tidak nyata

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua
variabel (atau lebih). Tabel 7, menunjukkan bahwa korelasi tidak nyata terdapat pada parameter
jumlah daun, umur keluar bunga betina dan umur keluar bunga jantan. Parameter tinggi tanaman,
panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot tongkol kering panen per tanaman berkorelasi nyata
dengan hasil. Hal ini berarti jika semakin tinggi tanaman, semakin panjang tongkol, semakin
besar diameter tongkol dan semakin tinggi bobot tongkol kering panen per tanaman, maka hasil
meningkat. Temuan serupa dilaporkan oleh penelitian Kang et al. (1983), bahwa korelasi positif
antara hasil jagung dengan tinggi tanaman (r= 0,67) dan berat tongkol. Tinggi tanaman
berkorelasi positif dengan hasil biji Salami et al. (2007). Hasil berkorelasi erat dengan panjang
tongkol (r= 0,72) Susanto et al. (2001). Perbedaan nilai tinggi tanaman antar varietas tidak

menyebabkan perbedaan daya hasil. Pada perlakuan varietas, diameter tongkol dan bobot tongkol
kering panen per tanaman tidak berbeda antar varietas sehingga daya hasilnya tidak berbeda.
Korelasi antar sifat pada tanaman disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Frekuensi pemberian pupuk silikat (NutriSil) tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
vegetatif dan komponen hasil. Hal tersebut disebabkan oleh musim yang tidak sesuai
(curah hujan tinggi) sehingga pemberian pupuk silikat (NutriSil) menjadi tidak efektif.
b. Berdasarkan jumlah daun, varietas BIMA 20 memiliki jumlah daun terbanyak yakni (15
helai); populasi P4IS memiliki tinggi tanaman tertinggi (147,41 cm); kemudian tanaman
jagung yang paling cepat mengeluarkan bunga jantan dan bunga betina adalah populasi
P4IS masing-masing (52 dan 58 hari); persentase rendemen tertinggi diperoleh pada
varietas NK 212 yakni (53, 82 %) ; sedangkan untuk parameter diameter batang, panjang
tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol kering panen per tanaman, bobot biji kering per
tongkol dan 1000 butir menunjukkan hasil yang sama antar ketiga varietas/populasi.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka disarankan:
1. Dalam pengaplikasian pupuk silikat (NutriSil) perlu diperhatikan kondisi iklim (curah
hujan) agar pupuk yang disemprotkan tidak tercuci air hujan.
2. Populasi P4IS memiliki hasil serta pertumbuhan yang setara dengan varietas hibrida
(BIMA 20, NK 212), sehingga populasi P4IS cocok ditanam oleh petani tanpa harus
membeli benih ulang pada musim tanam selanjutnya.
3. Tanaman jagung ditanam di lahan kering pada saat musim kemarau untuk menghindari
kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi.
DAFTAR PUSTAKA
Achmat, S. 2008. Evaluasi Efektifitas Bubuk Batuan Silikat sebagai Bahan Pengapuran Tanah
Masam. Skripsi Fakultas Pertanian. Universitas Mataram. Mataram
Afandi dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta
Afriani, D. 2018. Pengaruh Frekuensi Pemberian Pupuk Silikat Terhadap Produksi Tanaman Sa
wi dan Selada. (Skripsi). Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram

Anonim. 2010. Pertumbuhan dan Perkembangan. (Online). Https://zaifbioword press.com/2010/
02/12/pertumbuhan-dan perkembangan.[06 Juni 2018]
Ashman, M. R. dan Puri, G., 2005. Essenctial Soil Science: a Clear and Concise Introduction to
Soil Science. Blackwell Publishing. UK
Aribawa, I. B., I.K. Kariada, & M. Nazam. 2006. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Jagung di Lah
an Sawah. Peneliti Balai Penelitian Teknologi Pertanian Bali dan NTB.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2017. Data Curah Hujan di Stasiun Narmada.
Kediri. Lombok Barat [ 5 Juli 2018]
Chapid, M . 2016. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Jagung . Perpustakaan.
bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/166967[_konten_].p df [06 September 2017]
Epstein, E. 1994. The Anomaly of Silikon In Plant Biology. Proceeding of The National Academy
of Sciences USA.
Hipi, A., B. T. R. Erawati, dan A.M. Takdir. 2006. Potensi Hasil Galur Harapan Jagung Hibrida
pada Agroekosistem Lahan Kering di Lombok Timur.
Ghulmahdi. 2002. Budidaya jagung manis. Http://shukendar.blogspot.com/2011/12/budidayajagung-manis.html
Hadisuwito, S. 2008. Membuat Pupuk Kompos Cair. AgroMedia Pustaka. Jakarta
Hanafiah, K. A. 2005. Dasar Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Handayani, S. 1991. Membuat Bawang Goreng Kualitas Ekspor. Trubus. Jakarta
Hardjowigeno,S. 2006. Ilmu Tanah. Akademi Pessindo. Jakarta
Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Penebar Swadya. Jakarta
Husby,C. 1998. The Role of Silicon in Plant Susceptibility To Desease. Paper for “Plant Disease
Management” Corse
Jianjun, Chen., Russell, D., Caldwell., Cynthia, A., Robinson., and Steinkamp, R., 2000. Silicon:
Estraged Medium Element. Food of Agricultural Sciences. Universit of Florida.
Institute. BUL 341
Kang, M.S., Zuber, M.S., dan Krause, G.F. 1983. Path Coefficient Analysis of Grain Yield and
Harvest G rain Moisture in Maize. Tropics Agriculture (Trinidad)
Lakitan, Benyamin. 1996. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Radja Grafindo
Persada.
Leiwakabessy, F,M. 1998. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Departemen Tanah. Fakultas
PertanianIPB. Bogor
Lingga dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadya. Jakarta
Makarim., A,K., Suhartatik, E.,Kartohardjono, A. 2007. Silikon : Hara Penting Pada Sistem
Produksi Padi. Iptek Tanaman Pangan Vol.2 N0. 2
Ma’shum, M., 2005. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Mataram University Press, Mataram
Ma’shum, M. dan Sukartono. 2012. Pengelolaan Tanah. Arga Puji Press. Mataram

Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plant. Second Edition.Academic Press.
Harcourt Brace & Company, Publisher. London.
Morgan D. 2000. What Is Plant Nutrition. The Orchid House. Http:retirees.uwaterloo.ca/~jerry/
orchids/nutri.html
Mulyani, M.S. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Mulyati dan Lolita, E. S. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Mataram University Press. Mataram
Priyono, J. 2005. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. Mataram University Press. Mataram
Priyono, J., Sutrisno., dan Zaenal, A., 2006. Penggunaan SROF (Silicate Rock Organic
Fertilizer) sebagai Sumber Hara Tanaman dalam Rangka Pengambangan
Pertanian
Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. Fakultas Pertanian Universitas Mataram.
Mataram
Priyono, J,. 2004. Penggunaan Pupuk Batuan Silikat sebagai Pupuk Ramah
Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram

Lingkungan.

Priyono, J., Salim, P.,dan Zaenal, A., 2007. Uji Respon Tanaman Pangan terhadap Aplikasi Pu
puk Batuan Silikat yang Dikombinasikan dengan Pupuk Organik dan Hayati pada
Berbagai Jenis Tanah. Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Mataram
Purwono dan Hartono, R., 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Purwono dan Hartono, R., 2007. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta
Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. Bogor
Rosmarkam dan N. W. Yuwono. 2003. Ilmu Kesuburan Tanah.Kanisius,Yogyakarta.
Sadjad, S.1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta
Syarief, S. 1989. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana.2008
Salami, A. E., Adegoke, S. A. O., dan Adegbite, O. A. 2007. Genetic variability among
cultivars grown in Ekiti-State, Nigeria. Middle-East J. Sci.Res, 2(1), 09-13.

maize

Straten, P. Van. 2002. Rock for Crop: Part 1. University Of Guleph. Ontario. Canada
Sudika, Idris., dan Soemeinaboedhy. 2014. Pengembangan Varietas Unggul
Jagung untuk
Lahan Kering Dengan Umur Genjah (< 80 hari), Hasil
Tinggi (> 6,00 t/ha) dan
Berat Brangkasan Segar Tinggi (> 300
g/tanaman). (Laporan Hasil Penelitian
Insinas Ristek Tahun II).Universitas Mataram, Mataram.
Susanto, A.N. & M.P. Sirappa. 2001. Prospek dan Strategi Pengembangan Jagung untuk
mendukung Ketahanan Pangan di Maluku. Jurnal Litbang Pertanian.
Syngenta. 2015. Awali dengan Benar (Buku Panduan). PT Syngenta, Jakarta.
Takahashi, E. 1995. Uptake Model and Physiological Functions of Silica. P. 420- 433. In:
Thomson, L, M. and F, R. Troeh. 1978. Soil and Soil Fertilitiy. 2nd ed. McGraw- Hill Book Co.
New York.
Tisdale , S.L., Nelson, W,L., Beaton, J, D. 1993. Soil Fertility and Fertilizers Fourth Edition.
The ,Macmilland And Publishing Company. New York.

Tjitrosoepomo, G. 2001. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Press. Yogyakarta
Toharisman, A. dan M. Mulyadi. 2005. Peran Silikat Bagi Tanaman Tebu. Gula Indonesia.
Warisno. 2005. Budidaya Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta
Yukamgo, E dan Yuwono, N,W. 2007. Peranan Silikon sebagai Unsur Bermanfaat pada
Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Yogyakarta. Vol. 7 No 2 P:10031116