BAB I PENDAHULUAN - Perilaku sosial anak ditinjau dari kualitas pengasuhan ibu pada anak yang dititipkan di Tempat Penitipan Anak (TPA) - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangMasalah
Suamidan istri bekerjasudahmenjaditrend padamasasekarangini. Trend
tersebut dilalcukan bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah
tanggq tetapijuga merupakankesempatanbagi wanita yang berpendidikantinggi
yang akanmunculbagi
Permasalahan
untuk meraihpuncakkarier dan kesuksesan.
suamidan istri bekerjayaitu ketika merekamemiliki anak.Dalam kondisi seperti
ini orangtuaterutamaibu dihadapkanpada dua peran yang berbeda di satu sisi
ibu dituntut untuk melakukantugasdan tanggungjawabnyadalammengasuhdan
mendidik anaknya tetapi di sisi lain ibu harus tetap profesional dengan
pekerjaannya
Bagi ibu yang bekerjadi rumah mungkin permasalahandalam mengasuh
anak masih bisa diatasi, tetapi bagi ibu yang bekerja di luar rumah akan
mengalamibanyak persoalanseperti bagaimanamengaturwaktu dengansuami
dan anak hinggamengurustugas-tugasrunrahtanggadenganbaik. Ada yang bisa
menikmati peran gandanya,namun ada yang merasakesulitan hinggu akhirnya
persoalan-persoalan
rumit akanberkembangdalamkehidupansehari-hari.
Banyak ibu bekerja yang menginginkanbuah hatinya dapat berkembang
dengan baik meskipun ibu tidak sepenuhnyaselalu bersama dengan anak.
Menjembatanikeinginanorangtuadankondisi orangtuabekerjamakabanyakjasa
yang ditawarkanoleh pihak-pihaktertentuuntuk merawatbayi ataubalita dengan
berbagai kualitai dan ilarana Institusi-institusi penyalur baby sitter banyak
bermunculan,demikianjuga denganTempatPenitipanAnak (TPA).
TPA mulai berkembangdi beberapatempat,TPA ini menjadipilihan bagi
ibu-ibu bekerja untuk menitipkan anak selama mereka bekerja. Mereka
menitipkzrnernakketika berangkatkerja dan mengambilnyaketika pulang kerja.
Banyak alasanyang dikemukakanoleh ibu-ibu bekerjayang lebih memilih TPA
trntuk menitipkan anak-anak mereka yaitq karena di TPA memiliki tenaga
proftsional dan berkualitas, selain itu di TPA anak-anaktidak hanya sekedar
dirawat tetapi juga diajarkan beberapaketrampilan mendasarseperti makan
sendiri, memakai baju sendiri, memakai sandal atau sepatu sendiri, dan lain
sebagainya Para orangtuaberpikir semakin cepat anak mereka dimasukkandi
TPA semakincepat pintarlah mereka(Perlukah Program Child Duy Care Bagi
Anak Anda?,para5).
Banyak orangtuaberpendapatbahwadenganmenitipkananaknyadi TPA
diharapkarn
anak dapatberkembanglebih baik terutana dalam hal perkembangan
sosial. Pendapattersebut sesuaidenganteori yang dikemukakanoleh Hurlock
(1988:261),bahwaanak-anakyangmengikutipendidikanprasekolahseryrtiplqy
group, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak, biasanya mampu
melaktrl,;anpenyesuaiansosial dan berperilaku sosial lebih baik dibandingkan
dengirn anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Hurlock
demikian karern anak-anakyang mengikuti pendidikan pras€kolah
mengatakarn
dipersiapkanlebih baik untuk melakukanpartisipasiyang aktif dalam kelompok
dibandingkananak-anakyang memiliki aktivitas sosial terbatasdengananggota
kelirargadan anak-anakdari lingkungantetanggaterdekat.
perilaku sosial sendiri merupakanhal yang sangatpenting
Perkembangan
deurperlu ditanamkansejzrkdini terutamaketika anakmemasukiusia kanak-kanak
awal. Dikatakandemikian karenabentuk perilaku sosial anak mulai nyata ketika
anak memasuki periode masa kanak-kanak awal. Pada masa ini anak mulai
bermain bersamadalam kelompok, berbicaraantarasatu denganyang lair4 dan
memilih temanuntuk diajak bermainbersamaataubekerjasama.
Penelitinn longitudinal yang dilakukan oleh Waldrop dan Halverson
(dalamHurlock, 1999: I 19) terhadapsejumlahanak,melaporkanbahwasikap dan
perilaku yang ditunjukkan anak ketika memasukiusia kanak-kanakawal akan
terusbertahzurdan berlanjutsampaianakrnemasukimasakanak-kanakakhir yaitu
sekitar 7,5 tahun Dapat dilihat bahwaperilaku yang ditunjukkan oleh anak-anak
usia kanak-kanakakhii dapat diramalkan ketika anak usia masa kanak-kanak
awal. Selainitu studi lanjutantentangmasakanak-kanakawal melaporkanbahwa
sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada masa-masaini biasanyamenetap
dan hanyamengalamisedikit perubahan(Hurlock, 1988:261). Oleh sebabitu
masakanak-kanakawal disebutsebagaimasaatauperiodeyangkritis.
Mengingat pentingnya perilaku sosial pada anak-anakusia dini, dapat
disimpulktrnbahwa TPA memiliki sisi positif bagi perkembangananak. Hal ini
didukung oleh Widyastuti (dalam Hamid, Ketika Anak Harus DititipkaA para 7)
yang menyatakanbahwaanak yang dititipkan di TPA akanjauh lebih siap sejak
dini dalam hal bersosialisai.Hal ini disebabkankarena interaksi yang anak
dapatkiursehari-hadnyadi TPA sudahcukup membuatanakbelajarbanyakdalam
menjalinhubungandenganoranglain, hingganantinyaanaktidak akancanggung,
talart atau bahknn minder untuk bergaul. Sekalipun demikizuUinteraksi sosial
dengan berbagai karakter teman yang ditemui anak di TPA, dapat juga
menimbulkan pengaruh negatif. Anak bisa meniru perilaku negatif yang
ditunjrtkkan oleh temannya,bisa saja secaratidak sengajaanak mendengarkan
ternanyang berbicarakotor atau berperilakukasarterhadaptemanlainnya seperti
memukul, atarl merebut barangtemannya.Secaratidak langsung,kata-katadan
perlalcuantersebutbisa sajadiadopsianak karenabegitu seringnyaia mendengar
perkataandan melihat perilaku tersebut. Dengan demikia& idealnya orangtua
tidak melepaskansepenuhnyatanggung jawab pengasuhananak pada TPA.
Pengasuhandi TPA tanpa diimbangi oleh pengasuhanyang baik dari orangtua
bisa membawa dampak tersendiri pada perkembangananak, dalam hal ini
perkembangansosialanakakanmenjadikurangoptimal.
Berdasarkanobservasi dan wawancara yiulg dilakukan oleh peneliti
kurang lebih selamasatu bulan di TPA Don Bosco,peneliti melihat bahwaanakanak usia mulai dari 3 - 6 tahun memiliki perilaku yang bervariasi.Padausia
tersebutanak sudahmampumelakukaninteraksi denganteman-temansebayanya
dan para pengasuLhny4sehinggaperilirlnt sosial mereka juga mulai titmpak.
Beberapaanakmemiliki perilaku sosialyang tidak bermasalahdalamarti mereka
mampu berinteraksi dengan teman-temannya,mampu bekerjasama bermain
bersam4 tetapi beb€rapayang lain memiliki perilaku pendiam,menyendiri,dan
jarang sekali mau bermaindenganternan-temannya,
bahkanmerekajarang sekali
mau mengungl?pkankeinginan merekasendiri. Berdasarkanwawancaradengan
para pengasuhdi TPA ini, didapatkaninformasi bahwapengasuhsudahberusaha
mengajakanak-anakyang mengalamipermasalahanterutarnadalam berperilalat
atau berihteraksi dengan orang lain, namun usaha mereka sia-sia. Menurut
pengasuhini semuatidak terlepasdari kebiasaanyang didapatkananak ketika
berada di rumah yaitu anak-anak jarang sekali berkomunikasi dengan
orangtuanyaatau jarang diperhatikan oleh orangtuanya.Keterangan tersebut
didapatkan pengasuh dengan bertanya kepada anak-anak tersebut, dan juga
kunjunganyangdilakukanparapengasuhke rumah-rumah.
Selain itu peneliti juga melakukanwawancaradenganpengasuhdi TPA
yang berbedataitu TPA llome Education,diCapatkanhasil wawancarayangtidak
jauh bedadenganhasil wawancarayang didapatkandi TPA Don Bosco.Menurut
pengasuhdi TPA tersebut bahwa tidak semua anak yang dititipkan di TPA
memiliki perilaku sosialyang baik sepertimaubekerjasama,rnauberbagidan lain
sebagainya.Di:rntara beberapaanak tersebutada yang berperilakuagresif, tidak
mau menuruti kata-kata dari pengasulr, dan terkadang tidak mau diajak
bekerjasamadengantemamya. Lebih lanjut lagi pengasuhtersebutmenjelaskan
bahwaperilaku-perilalkutersebutsebagianbesarsudahadasejaktrnakmasukTPA
dan biasanyamulai terlihat ketika anak mulai memasukiusia 3 tatrun.Pengasuh
tersebut masih belum dapat memastikan apakah perilaku tersebut karena
yang didapatkandari orangtuaatautidak, tetapi lebih lanjut pengasuh
pengasuhan
tersebut mengahkan bahwa anak-anak yang mempunyai permasalahanpada
peiilakunya, biasanyaorangtua m€r€ka jarang mernantauperkembangananak
ketika beradadi TPA. Dapatdilihat bahwaterlepasdari kualitasyang adadi TPd
ternyataperilaku sosial anak juga banyak dipengaruhioleh faktor-faktoryang
berasaldari lingkunganrumah.
Mendukung hasil wawancaradi atas, sebuahartikel jurnal menyajikan
tentangtiga isu utamadalampengasuhananak yaitq dampakasuhanbukan-olehibu terhadapperkembangananak, kualitas pengasuhananak dan faktor-faktor
keluarga dan lingtungan rumah yang mempengaruhi perkembangananak.
Dikatakan bahwa isu kedua dan ketiga lebih relevanjika dilihat dalam konteks
Indonesia,yaitu isu mengenaidampakdari pengasuhanketika ibu bekerjadalam
hal ini adatahkualitas suatu TPA dan faktor-faktor dalam lingkungan rumah'
DikatakanbahwakualitasTPAyangburukdapatberpengaruhpada
perkembangansosialairak,kualitasyang buruk tersebutmeliputi tenagapengasuh
yang tidak terlatih serta, kurangnya prasararn dan sarana yang mendukung'
Narmunhal yang tidak kalah penting adalahlingkunganrumah dan faktor-faktor
yang terkait denganairak yang meliputi karakteristik, hubunganantar anggota
juga
dan perananorangtua.Dikatakanbahwalingkunganrumahtemyata
kehtLarga
(sumargi
memiliki pengaruhterhadapperkembangansosial dan emosionalanak
& Prijonggo,1999:370'375).
Suasanantmah yang harmonis dan menyenangkanmembawa dampak
yang positif bagi anak, sebaliknya suasanayang tidak akrab antara yang satu
denganyanglaindarrkurangnyaperhatianorangtuaterhadapanakjugamembawa
dampakpadaperilaku anak.Anak yang merasatidak diperhatikanoleh orangtua'
cenderungmelampiaskankeinginannyatersebutdenganmencariperhatiankepada
orang-orangyang ada di luar lingkunganmerekadenganberbagaicara. Bahkan
ketika cara tersebutdiiurggaptidak baik, sepertimenggangguternaq tidak mau
mematuhi aturan dan lain sebagainya,semua itu dilakukernUntuk mencaxi
perhatiandari orang-orangyang adadi sekitarnya.(Dahlara2000).
Ofangtuamerupakanorangdewasapertarnayang dikenal oleh anakketika
lahir terutama ibu. Dikatakan demikian karena ibu yang melahirkan dan
memberikan ASI kepada anak, sehingga secara tidak langsung hubungan
keterikatanantara ibu dan anak sudahterjalin. Pengasuhanyang diberikan oleh
ibu tidak bisa digantikan oleh siapa pun dan dalam bentuk apa pun. Ibu
merupakanfigur ytrngterdekatdengananak,oleh sebabitu ibu harusbenar-benar
dapat memberikanperhatianyang cukup,
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar BelakangMasalah
Suamidan istri bekerjasudahmenjaditrend padamasasekarangini. Trend
tersebut dilalcukan bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah
tanggq tetapijuga merupakankesempatanbagi wanita yang berpendidikantinggi
yang akanmunculbagi
Permasalahan
untuk meraihpuncakkarier dan kesuksesan.
suamidan istri bekerjayaitu ketika merekamemiliki anak.Dalam kondisi seperti
ini orangtuaterutamaibu dihadapkanpada dua peran yang berbeda di satu sisi
ibu dituntut untuk melakukantugasdan tanggungjawabnyadalammengasuhdan
mendidik anaknya tetapi di sisi lain ibu harus tetap profesional dengan
pekerjaannya
Bagi ibu yang bekerjadi rumah mungkin permasalahandalam mengasuh
anak masih bisa diatasi, tetapi bagi ibu yang bekerja di luar rumah akan
mengalamibanyak persoalanseperti bagaimanamengaturwaktu dengansuami
dan anak hinggamengurustugas-tugasrunrahtanggadenganbaik. Ada yang bisa
menikmati peran gandanya,namun ada yang merasakesulitan hinggu akhirnya
persoalan-persoalan
rumit akanberkembangdalamkehidupansehari-hari.
Banyak ibu bekerja yang menginginkanbuah hatinya dapat berkembang
dengan baik meskipun ibu tidak sepenuhnyaselalu bersama dengan anak.
Menjembatanikeinginanorangtuadankondisi orangtuabekerjamakabanyakjasa
yang ditawarkanoleh pihak-pihaktertentuuntuk merawatbayi ataubalita dengan
berbagai kualitai dan ilarana Institusi-institusi penyalur baby sitter banyak
bermunculan,demikianjuga denganTempatPenitipanAnak (TPA).
TPA mulai berkembangdi beberapatempat,TPA ini menjadipilihan bagi
ibu-ibu bekerja untuk menitipkan anak selama mereka bekerja. Mereka
menitipkzrnernakketika berangkatkerja dan mengambilnyaketika pulang kerja.
Banyak alasanyang dikemukakanoleh ibu-ibu bekerjayang lebih memilih TPA
trntuk menitipkan anak-anak mereka yaitq karena di TPA memiliki tenaga
proftsional dan berkualitas, selain itu di TPA anak-anaktidak hanya sekedar
dirawat tetapi juga diajarkan beberapaketrampilan mendasarseperti makan
sendiri, memakai baju sendiri, memakai sandal atau sepatu sendiri, dan lain
sebagainya Para orangtuaberpikir semakin cepat anak mereka dimasukkandi
TPA semakincepat pintarlah mereka(Perlukah Program Child Duy Care Bagi
Anak Anda?,para5).
Banyak orangtuaberpendapatbahwadenganmenitipkananaknyadi TPA
diharapkarn
anak dapatberkembanglebih baik terutana dalam hal perkembangan
sosial. Pendapattersebut sesuaidenganteori yang dikemukakanoleh Hurlock
(1988:261),bahwaanak-anakyangmengikutipendidikanprasekolahseryrtiplqy
group, tempat penitipan anak, atau taman kanak-kanak, biasanya mampu
melaktrl,;anpenyesuaiansosial dan berperilaku sosial lebih baik dibandingkan
dengirn anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan prasekolah. Hurlock
demikian karern anak-anakyang mengikuti pendidikan pras€kolah
mengatakarn
dipersiapkanlebih baik untuk melakukanpartisipasiyang aktif dalam kelompok
dibandingkananak-anakyang memiliki aktivitas sosial terbatasdengananggota
kelirargadan anak-anakdari lingkungantetanggaterdekat.
perilaku sosial sendiri merupakanhal yang sangatpenting
Perkembangan
deurperlu ditanamkansejzrkdini terutamaketika anakmemasukiusia kanak-kanak
awal. Dikatakandemikian karenabentuk perilaku sosial anak mulai nyata ketika
anak memasuki periode masa kanak-kanak awal. Pada masa ini anak mulai
bermain bersamadalam kelompok, berbicaraantarasatu denganyang lair4 dan
memilih temanuntuk diajak bermainbersamaataubekerjasama.
Penelitinn longitudinal yang dilakukan oleh Waldrop dan Halverson
(dalamHurlock, 1999: I 19) terhadapsejumlahanak,melaporkanbahwasikap dan
perilaku yang ditunjukkan anak ketika memasukiusia kanak-kanakawal akan
terusbertahzurdan berlanjutsampaianakrnemasukimasakanak-kanakakhir yaitu
sekitar 7,5 tahun Dapat dilihat bahwaperilaku yang ditunjukkan oleh anak-anak
usia kanak-kanakakhii dapat diramalkan ketika anak usia masa kanak-kanak
awal. Selainitu studi lanjutantentangmasakanak-kanakawal melaporkanbahwa
sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada masa-masaini biasanyamenetap
dan hanyamengalamisedikit perubahan(Hurlock, 1988:261). Oleh sebabitu
masakanak-kanakawal disebutsebagaimasaatauperiodeyangkritis.
Mengingat pentingnya perilaku sosial pada anak-anakusia dini, dapat
disimpulktrnbahwa TPA memiliki sisi positif bagi perkembangananak. Hal ini
didukung oleh Widyastuti (dalam Hamid, Ketika Anak Harus DititipkaA para 7)
yang menyatakanbahwaanak yang dititipkan di TPA akanjauh lebih siap sejak
dini dalam hal bersosialisai.Hal ini disebabkankarena interaksi yang anak
dapatkiursehari-hadnyadi TPA sudahcukup membuatanakbelajarbanyakdalam
menjalinhubungandenganoranglain, hingganantinyaanaktidak akancanggung,
talart atau bahknn minder untuk bergaul. Sekalipun demikizuUinteraksi sosial
dengan berbagai karakter teman yang ditemui anak di TPA, dapat juga
menimbulkan pengaruh negatif. Anak bisa meniru perilaku negatif yang
ditunjrtkkan oleh temannya,bisa saja secaratidak sengajaanak mendengarkan
ternanyang berbicarakotor atau berperilakukasarterhadaptemanlainnya seperti
memukul, atarl merebut barangtemannya.Secaratidak langsung,kata-katadan
perlalcuantersebutbisa sajadiadopsianak karenabegitu seringnyaia mendengar
perkataandan melihat perilaku tersebut. Dengan demikia& idealnya orangtua
tidak melepaskansepenuhnyatanggung jawab pengasuhananak pada TPA.
Pengasuhandi TPA tanpa diimbangi oleh pengasuhanyang baik dari orangtua
bisa membawa dampak tersendiri pada perkembangananak, dalam hal ini
perkembangansosialanakakanmenjadikurangoptimal.
Berdasarkanobservasi dan wawancara yiulg dilakukan oleh peneliti
kurang lebih selamasatu bulan di TPA Don Bosco,peneliti melihat bahwaanakanak usia mulai dari 3 - 6 tahun memiliki perilaku yang bervariasi.Padausia
tersebutanak sudahmampumelakukaninteraksi denganteman-temansebayanya
dan para pengasuLhny4sehinggaperilirlnt sosial mereka juga mulai titmpak.
Beberapaanakmemiliki perilaku sosialyang tidak bermasalahdalamarti mereka
mampu berinteraksi dengan teman-temannya,mampu bekerjasama bermain
bersam4 tetapi beb€rapayang lain memiliki perilaku pendiam,menyendiri,dan
jarang sekali mau bermaindenganternan-temannya,
bahkanmerekajarang sekali
mau mengungl?pkankeinginan merekasendiri. Berdasarkanwawancaradengan
para pengasuhdi TPA ini, didapatkaninformasi bahwapengasuhsudahberusaha
mengajakanak-anakyang mengalamipermasalahanterutarnadalam berperilalat
atau berihteraksi dengan orang lain, namun usaha mereka sia-sia. Menurut
pengasuhini semuatidak terlepasdari kebiasaanyang didapatkananak ketika
berada di rumah yaitu anak-anak jarang sekali berkomunikasi dengan
orangtuanyaatau jarang diperhatikan oleh orangtuanya.Keterangan tersebut
didapatkan pengasuh dengan bertanya kepada anak-anak tersebut, dan juga
kunjunganyangdilakukanparapengasuhke rumah-rumah.
Selain itu peneliti juga melakukanwawancaradenganpengasuhdi TPA
yang berbedataitu TPA llome Education,diCapatkanhasil wawancarayangtidak
jauh bedadenganhasil wawancarayang didapatkandi TPA Don Bosco.Menurut
pengasuhdi TPA tersebut bahwa tidak semua anak yang dititipkan di TPA
memiliki perilaku sosialyang baik sepertimaubekerjasama,rnauberbagidan lain
sebagainya.Di:rntara beberapaanak tersebutada yang berperilakuagresif, tidak
mau menuruti kata-kata dari pengasulr, dan terkadang tidak mau diajak
bekerjasamadengantemamya. Lebih lanjut lagi pengasuhtersebutmenjelaskan
bahwaperilaku-perilalkutersebutsebagianbesarsudahadasejaktrnakmasukTPA
dan biasanyamulai terlihat ketika anak mulai memasukiusia 3 tatrun.Pengasuh
tersebut masih belum dapat memastikan apakah perilaku tersebut karena
yang didapatkandari orangtuaatautidak, tetapi lebih lanjut pengasuh
pengasuhan
tersebut mengahkan bahwa anak-anak yang mempunyai permasalahanpada
peiilakunya, biasanyaorangtua m€r€ka jarang mernantauperkembangananak
ketika beradadi TPA. Dapatdilihat bahwaterlepasdari kualitasyang adadi TPd
ternyataperilaku sosial anak juga banyak dipengaruhioleh faktor-faktoryang
berasaldari lingkunganrumah.
Mendukung hasil wawancaradi atas, sebuahartikel jurnal menyajikan
tentangtiga isu utamadalampengasuhananak yaitq dampakasuhanbukan-olehibu terhadapperkembangananak, kualitas pengasuhananak dan faktor-faktor
keluarga dan lingtungan rumah yang mempengaruhi perkembangananak.
Dikatakan bahwa isu kedua dan ketiga lebih relevanjika dilihat dalam konteks
Indonesia,yaitu isu mengenaidampakdari pengasuhanketika ibu bekerjadalam
hal ini adatahkualitas suatu TPA dan faktor-faktor dalam lingkungan rumah'
DikatakanbahwakualitasTPAyangburukdapatberpengaruhpada
perkembangansosialairak,kualitasyang buruk tersebutmeliputi tenagapengasuh
yang tidak terlatih serta, kurangnya prasararn dan sarana yang mendukung'
Narmunhal yang tidak kalah penting adalahlingkunganrumah dan faktor-faktor
yang terkait denganairak yang meliputi karakteristik, hubunganantar anggota
juga
dan perananorangtua.Dikatakanbahwalingkunganrumahtemyata
kehtLarga
(sumargi
memiliki pengaruhterhadapperkembangansosial dan emosionalanak
& Prijonggo,1999:370'375).
Suasanantmah yang harmonis dan menyenangkanmembawa dampak
yang positif bagi anak, sebaliknya suasanayang tidak akrab antara yang satu
denganyanglaindarrkurangnyaperhatianorangtuaterhadapanakjugamembawa
dampakpadaperilaku anak.Anak yang merasatidak diperhatikanoleh orangtua'
cenderungmelampiaskankeinginannyatersebutdenganmencariperhatiankepada
orang-orangyang ada di luar lingkunganmerekadenganberbagaicara. Bahkan
ketika cara tersebutdiiurggaptidak baik, sepertimenggangguternaq tidak mau
mematuhi aturan dan lain sebagainya,semua itu dilakukernUntuk mencaxi
perhatiandari orang-orangyang adadi sekitarnya.(Dahlara2000).
Ofangtuamerupakanorangdewasapertarnayang dikenal oleh anakketika
lahir terutama ibu. Dikatakan demikian karena ibu yang melahirkan dan
memberikan ASI kepada anak, sehingga secara tidak langsung hubungan
keterikatanantara ibu dan anak sudahterjalin. Pengasuhanyang diberikan oleh
ibu tidak bisa digantikan oleh siapa pun dan dalam bentuk apa pun. Ibu
merupakanfigur ytrngterdekatdengananak,oleh sebabitu ibu harusbenar-benar
dapat memberikanperhatianyang cukup,