BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - AL HIKMAH AFRILIANTO BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang M ang Masalah Perkemba bangan Seni Rupa Indonesia dalam dua puluh uluh tahun terakhir,

  mengalami kema majuan yang sangat pesat. Berbagai peristiwa a seni rupa skala besar dan kecil be l bermunculan, di bagian kota di Indonesia. Den engan banyaknya kegiatan seni rupa upa, kebutuhan tenaga dalam perorganisasiann nnya pun semakin meningkat. Saat at ini ada banyak sekali sekolah tinggi se i seni rupa yang memproduksi par para perupa kita. Namun hanya sedikit yang me menghasilkan para organisator seni, ni, manajer seni, kritikus dan kurator seni unt untuk melengkapi pameran.

  Pada akhi khirnya, akan menemukan orang-orang sama,

  a, dalam kegiatan pameran yang be berbeda-beda. Selain itu, sangat sedikit buku-buku uku-buku atau karya ilmiah lainnya, ya , yang berisi tentang pengetahuan seni. Sebagai gai salah satu cara membangun pen engetahuan bidang seni, dan konstelasi ke kebudayaan yang mengitarinya. Dipe Diperlukan usaha lebih keras untuk memproduksi oduksi pengetahuan guna mengisi kekosonga kekosongan tersebut (Hujatnikajennong, 2015: v) 015: v).

  Dalam rua ruang lingkup seni rupa akademisi, banyak di a di antara akademisi seni rupa yang m g mulai mengisi kekosongan-kekosongan tersebut sebut. Di antaranya adalah, beberapa pa karya ilmiah yang dibuat oleh Dharsono Son ony Kartika, yang dibimbing oleh P h Prof, Dr. R.M. Soedarsono, seorang Guru ru Besar Seni dan Budaya, Fakulta kultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada Mada. Peran serta lulusan-lulusan n akademisi dari perguruan tinggi seni ni rupa, sangat berkonstribusi la langsung dalam kegiatan, pelaksanaan, kurat ratorial seni rupa, dan sanggat mendukun endukung perkembangan Seni Rupa Indonesia. sia.

  Di antara ra kekosongan tersebut, Indonesia rupanya sang sangat jarang buku- buku ajar atau pun pun karya ilmiah tentang seni, yang ditulis ulis oleh pengajar sendiri. Muarany nya, hampir buku-buku yang berkadar sebagai gai buku ajar bagi perguruan-pergur uruan tinggi seni, adalah karya peneliti a asing. Alih-alih, banyak juga b bermunculan Sanggar dan Komunitas ya yang kini kian bermunculan dar dari golongan non-akademisi, maupun akadem demisi yang tidak menekuni secara ra langsung di Perguruan Tinggi Seni Rupa, na , namun memiliki kemampuan dalam lam bidang Seni Rupa (akademisi otodidak). B k). Baik yang sudah berdiri sejak era era Seni Rupa Klasik maupun yang baru di di era Seni Rupa Modern saat ini (D ni (Dharsono, 2004: v).

  Di antara ra sanggar-sangar di Indonesia, ada satu sangg nggar yang sangat mencuri perhatia tian di dunia kesenirupaan Indonesia yaitu, S u, Sanggar Bambu.

  Sejak berdiri pada ada tanggal 1 April 1959, selain melakukan keg kegiatan seni rupa, sanggar bambu bu merupakan sanggar yang cukup aktif ktif memproduksi pengetahuan seni seni. Dengan berbagai publikasi pameran seni ya ni yang bersifat non politik, dan dibang bangun menempel dengan rumah keluarga Her eru Soetopo. Saat itu Soenarto Pr., r., salah satu pendiri Sanggar Bambu juga tin tinggal di tempat tersebut.

  Sanggar ini r ini dibangun oleh Soenarto PR, Kirdjomuljo, uljo, Heru Soetopo, Suwarjoyo, Soeha oeharto PR, Sumaji, Handoko Soekarno, Janart narto, dan Mulyadi W. tepatnya di G i Gendingan, Sleman, Yogyakarta. Kelebihan S n Sanggar Bambu dimata seniman an besar Indonesia yaitu, karena Sanggar r Bambu banyak melahirkan Maest Maestro seniman-seniman besar, dari berbagai gai latar belakang Kesenian di Indon ndonesia. “Sanggar Bambu adalah sanggar bena nar -benar sanggar di Indonesia”(Aff ffandi, 1967).

  Di antara aranya Soenarto Pr. selain sebagai pendir ndiri, beliau juga mendapatkan pen enghargaan pada era Presiden Soekarno, sebag bagai "Raja Pastel Indonesia". Deng ngan beberapa lukisan pastel yang dikoleksi ksi antara lain oleh Istana Negara R Republik Indonesia, karena menggunakan kan pastel sebagai spesialisasinya. S . Selain itu beliau juga dikenal sebagai seor seorang pematung, yang sebagian be n besar karyanya berupa patung dada pahl pahlawan-pahlawan nasional Indonesi ndonesia.

  Seperti pa patung Ki Hajar Dewantara, Bung Tomo, at atau patung utuh Jenderal Gatot S ot Subroto yang terpasang di Purwokerto. S . Selain itu, ada monumen dan r n relief Jenderal Akhmad Yani di Museum Museum Sasmitaloka.

  Latuharhary, di P di Pulau Haruku serta patung-patung hikaya yat Keong Emas, yang terpasang di di Taman Bunga Keong Emas, Taman Mini Indone Indonesia Indah.

  Di Banyum yumas Raya sendiri, perkembangan seni rupa rupa sudah mulai terasa sejak adan danya Era Seni Rupa Sokarajaan, yang dipenga ngaruhi Gaya Seni Rupa Mooi Indi Indie , yakni sebentuk aliran gaya na naturalis, yang berkecenderungan gan untuk melukis alam yang indah-indah sa h saja. Aliran ini mulai muncul pa pada tahun 1900, dengan tokoh-tokohnya se seperti Abdullah Suryosubroto (A (Ayah Basuki Abdulah), Pirngadi (Seniman n asal Banyumas yang juga pembua buat printing etsa pertama di Indonesia) dan dan Wakidi (Suara Merdeka, 1994: X , 1994: XII).

  Pada sebu Indonesia, DPD B Wijaya yang saat Pr. bahwa ada li daerah guna mem

  1. Adanya sa daerah.

  2. Komunika di tanah ai

  3. Pemda m setidaknya

  4. Peranan se di tanah ai

  5. Sanggar di Banyumas, 2 Suatu kary dari beberapa per suatu karya yang kemurnian lahirn wujud dari cipta, dalam suatu kary atas pendalaman nilai luhur dan budi 2016). sebuah acara yang diselenggarakan oleh Him

  D Banyumas dan Depo Pelita Sokaraja pada a aat itu sebagai koordinator, menyampaikan pesa lima tataran kerja dalam mengembangkan pot emperkaya aset budaya bangsa : sanggar (tempat berkumpul dan mengasah unikasi tetap sanggar di daerah dengan kota-kota h air. menyelenggarakan pameran (tetap) dari san knya 2 tahun sekali. n seniman asal daerah, yang berada di kota-kota h air. r di daerah menuju lintasan seni rupa di tanah a as, 2009: 2). karya seni rupa seharusnya memiliki sifat keot perupa yang masih menganggap suatu karya ya ng didasarkan kepada suatu teknik dalam berka hirnya suatu karya seni. Pada hakikatnya, kar pta, rasa, dan karsa seseorang. Yang kemudian karya yang memiliki nilai keindahan, keaslian, an arti yang memiliki karakter, serta dapat me n budi pekerti (wawancara dengan Supono Pr, t impunan Perajin da ahun 2009. Hadi pesan dari Soenarto n potensi seni rupa h diri perupa) di kota pusat seni rupa sanggar yang ada kota pusat seni rupa h air (HIMPI DPD

  eotentikan , banyak

  yang baik adalah, rkarya, bukan dari karya seni adalah udian dicurahkan ke an, kejujuran, dan memberikan nilai- r, tanggal 5 Maret Ketika se seni rupa modern berkembang semakin men enyuruk ke dunia batin, sembari ter terus menerus menembus dan mengikis bentuk ntuk-bentuk figural dan materialnya.

  a. Korelasi antara makna dan rupa menjadi sem semakin kabur, tak lagi jelas dengan an sendirinya. Dalam perubahan yang cepat da t dari satu mazhab ke mazhab yang g lainya, gramatika seni rupa pun berganti-ga ganti dan semakin tak terduga. Khususn hususnya pasca hiruk pikuk avant-garde (m (munculnya garda depan seni rupa m upa modern yang bebas), seni rupa seperti meray rayakan kebebasan kreatifitasnya sec secara nyaris semena-mena. Karya-karya se seni kontemporer menjadi kian sul sulit dicerna, dengan semua kesenjangan anta ntara seniman dan apresiator menja njadi lebar. Gap antara dunia seni dan ma masyarakat awam semakin besar. P . Pada titik itulah, peran kurator muncul dan m n menjadi penting sebagai pihak yan yang menjebatani keduanya (Hujatnikajennong, nnong, 2015: vii).

  Dalam kont konteks perkembangan kebudayaan Jaw Jawa, Banyumas seringkali dipanda ndang sebagai wilayah marginal. Berkonotasi si kasar, tertinggal dan tidak lebih bih beradab dibanding dengan kebudayaan yan yang berkembang wilayah negarigung garigung (pusat kekuasaan kraton) yang dijiw iwai oleh konsep

  

adiluhung . Kebuda ebudayaan Banyumas atau sering pula di disebut budaya

  Banyumasan, hadi hadir sebagai kebudayaan rakyat yang berkemba bang di kalangan rakyat jelata, yan ang jauh dari hegemoni kehidupan kraton. Akhi Akhiran “an” pada

  

kata “Banyumas” as” menunjukkan lokalitas atau kekhususan, se n, seperti pada kata

“Semarangan”, “ , “Jawa Timuran”, “Surabayaan”, “Magelanga gan” dan lain -lain

  (Koentjaraningrat ngrat, 1984).

  Tidak her heran jika Banyumas memiliki banyak tokoh okoh seniman dari berbagai latar be belakang, yang namanya kini mulai terang angkat dan mulai dikenal sebagai ai aset budaya bangsa. Dengan ciri dan kekha ekhasanya sendiri, serta ruang ling lingkup perkembangan di Banyumas yan ang kian mulai berkembang. Tent entu tak lepas dari peranan beberapa tokoh a okoh atau seniman di Banyumas Raya ya dan para pegiat lainya. Yang dengan giat at menjadi pelaku sekaligus alat mot otivator serta mobilitas seni rupa di Banyumas R as Raya.

  Dalam bi bidang seni rupa di antaranya adalah Hadi adi Wijaya yang menekuni bidang dang seni lukis, juga sebagai penggerak gera erakan seni lukis modern di Banyum nyumas Raya, kerap menjadi narasumber di j di juguran syawaat bersama sahabatn batnya Agus Sukoco seorang spritualis asal Pur Purbalingga, Titut Edi Purwanto se o seorang Budayawan juga seniman Paguyuban uban Cowongsewu. Kemudian, Emha ha Ainun Nadjib yang kerap dipanggil Caknun, knun, serta sahabat- sahabat dari berb berbagai latar belakang di Banyumas Raya. Be Berbagai kegiatan yang diikuti, dipe diperani, dan diprakaryai oleh beliau, itulah yan yang membuatnya mendapatkan ban anyak penghargaan dan kerap dipanggil sebaga gai Kang hadi.

  Tidak han hanya di Serambi atau wilayah tempat tinggal nggalnya saja beliau berkarya, dalam m suatu kegiatan sering berkolaborasi den dengan Titut Edi Purwanto seoran orang Budayawan Banyumas. Kemudian, de dengan Daryono Yunani maestro se o seni rupa asal Cilacap, Kawit seorang maestr stro seni rupa asal Surakarta, Akhm hmad Tohari seorang sastrawan asal Tinggarj arjaya Banyumas.

  Serta seniman di di daerah Banjarnegara dan Kebumen, atau dae daerah kota seni di Indonesia.

  Dalam Ke Keorganisasian bersama Frans Hartono mendi endirikan Sanggar

  

Semut di Cilacap, ap, dengan Fajar Praptomo mendirikan Sengke ngker di Purwokerto

  yang diketuai ole oleh Akhmad Tohari dan beberapa kiprah bel beliau lainya yang akan penulis ung ungkap lebih mendalam pada pembahasan da dalam tulisan ini. Sejauh pengetahu tahuan penulis, penelitian dan penulisan te n tentang biografi kehidupan Hadi di Wijaya dalam Konteks Perkembangan n Seni Rupa Di Banyumas Raya,

  a, belum dilakukan dan hanya ada sedikit buku buku atau penulisan ilmiah yang menul enulis tentang seni rupa atau perkembanganya.

  a. Di samping ping Hadi Wijaya sebagai seorang seniman bongk bongkotan adalah seorang pensiuna unan Guru Seni dan Budaya di SMA N 4 Purwoke urwokerto, dan juga aktif dalam kegi kegiatan sosial di wilayah Banyumas. Sebaga bagai Kakang atau Kakak bagi Seni eniman Di Banyumas Raya, melalui Rumah y h yang disulapnya

  

menjadi “Serambi mbi Kang Hadi” atau teras tempat sering dig digunakan sebagai

  ajang silaturahmi hmi perupa dan seniman lainya di Banyumas R s Raya. Selain itu Serambi Kang H Hadi, juga kerap dijadikan sebagai tempat me memberikan dasar seni rupa kepada a da anak-anak dan kawula muda Banyumas Raya aya.

  Sebagai m i media cerita tentang dialektika yang ada da bersama para sahabat-sahabatny tnya di waktu malam hari. Bertolak dari itulah ulah penulis tertarik untuk menulis da s dan meneliti tentang biografi Hadi Wijaya s a sebagai seorang tokoh Seniman se n seni rupa putra Banyumas. Penulisan skripsi psi ini melihat sisi kronologi kehidupa hidupan Hadi Wijaya, baik tentang riwayat hidupn hidupnya, aktifitas seni yang dijalank lankannya baik di tingkat lokal sampai nasiona sional. Berdasarkan hal-hal diatas ma maka skripsi ini di beri judul Serambi Kang ang hadi Biografi

  

Seniman dalam K Konteks Perkembangan Seni Rupa di Banyum umas Tahun 1971-

2016 .

  B. Rumusan Masal asalah

  Berdasarkan ura uraian latar belakang di atas, maka dapa dapat dirumuskan permasalahan yan yang akan diteliti sebagai berikut.

  1. Bagaimana aw awal kehidupan, lingkungan keluarga dan m masyarakat, serta faktor-faktor y or yang membentuk Hadi Wijaya sebagai seoran orang seniman ?

  2. Bagaimana ki kiprah Hadi Wijaya dalam konteks peng ngembangan dan pelestarian se n seni rupa ?

  3. Bagaimana di dinamika kehidupan Hadi Wijaya sebagai seor orang seniman ?

  4. Bagaimana a apresiasi dari masyarakat terhadap Hadi adi wijaya dan perkembangan se gan seni rupa di Banyumas Raya tahun 1971 2016 ? 2016 – –

  C. Tujuan Penelitian itian

  Dari permasalaha han yang sudah di paparkan di atas, maka tujua ujuan penelitian ini bermaksud untuk m uk memaparkan sebagai berikut.

  1. Awal kehidupa dupan, lingkungan keluarga dan masyarakat, se serta faktor-faktor yang membe bentuk Hadi Wijaya sebagai seorang seniman. n.

  2. Kiprah Hadi di Wijaya dalam konteks pengembangan dan dan pelestarian seni rupa.

  3. Menjelaskan skan tentang dinamika kehidupan Hadi Wijaya se a sebagai seorang seniman.

  4. Apresiasi ma masyarakat terhadap Hadi Wijaya dan menj enjelaskan tentang perkembanga ngan seni rupa di Banyumas Raya tahun 1971-2016 -2016.

D. Manfaat Peneliti

  1. Manfaat Teor

  a. Menumbuhka perkemban biografi tokoh se

  b. Memperlua dengan Se hadi biog Banyumas t

  c. Penelitian penelitian memberika pengetahua

  2. Manfaat Prakt

  a. Masyarak Hasil pene masyakat pengetahua daerah, da bukanlah toleransi mengharg

  litian

  eoretis buhkah minat baca dan minat belajar m bangan seni rupa di tanah air dilihat dari i tokoh seniman daerah. rluas wawasan kesejarahan bagi pembaca t n Sejarah Seni Rupa Indonesia, terutama tentan biografi seniman dalam konteks perkembanga as tahun 1971-2016. ian skripsi ini diharapkan dapat menambah an-penelitian sejenis di masa yang akan da rikan sumbangan informasi terhadap kha huan khususnya sejarah dan seni rupa. aktis akat penelitian ini diharapkan dapat menjadi pem at maupun pembaca untuk lebih huannya tentang seniman dan perkembanga dan juga mengajak masyarakat mengetahui ah seorang pengrajin semata, serta menum nsi yang membentuk keserasian baik dala argai sebuah karya seni atau budaya. mengenaisejarah ri sudut pandang terutama terkait ntang serambi kang ngan seni rupa di h referensi untuk datang dan dapat khazanah ilmu pembelajaran bagi h meningkatkan ngan seni rupa di hui bahwa seniman numbuhkan sikap dalam memahami, b. Pegiat dan P dan Pelaku seni Dapat me menjadi masukan bagi para pegiat dan pelaku ku seni, khususnya dalam bida bidang seni rupa mengenai bagaimana cara m mengembangkan serta menge engetahui perkembangan seni rupa untuk dapa dapat menempatkan diri dan di n diterima di kalangangan masyarakat yang maje ajemuk.

  c. Pemerinta ntah Sebagai m i masukan yang membangun guna meningkat katkan peran serta pemerinta ntah setempat, dalam keikutsertaannya dalam m pengembangan, perkemba bangan, dan pelestarian seni rupa. te termasuk untuk ketersedia diaanya fasilitas secara fisik guna menunj nunjang aktifitas berkesenia nian.

E. Kajian Pustaka a 1. Konsep Serambi bi Kang Hadi.

  Serambi bi m menurut kamus besar bahasa Indonesia memi miliki arti beranda

  atau selasar yang ng agak panjang, bersambung dengan induk r nduk rumah (biasanya lebih rendah dar daripada induk rumah), serambi juga dapat di diartikan sebagai teras atau balai-ba i-balai tempat untuk bersantai, berkumpul, dan be n berdiskusi.

  Serambi K bi Kang Hadi adalah tempat untuk memajang ka karya juga tempat

  untuk beliau unt untuk berkreasi, berkumpul, dan berdiskusi skusi dengan para seniman. Serta ke kerap di selenggarakan beberapa acara kesenia nian baik pameran seni rupa, seni m musik ataupun seni pertunjukan dan sering dig digunakan sebagai tempat study bandi banding oleh kawula-kawula muda dan anak-ana anak sekolah dasar yang tergabung da g dalam sekolah non formal di antaranya adala dalah Jagad Bocah dan Banyumas M as Mengajar.

  Selain itu itu sebagai media bagi yang ingin melihat ka t karya seni rupa beliau atau ingi ngin menambah wawasan tentang kesenirup rupaan. Demikian diungkapkan Hadi adi Wijaya saat pembukaan Serambi Kang Ha Hadi di Kelurahan Teluk, Kecamata atan Purwokerto Selatan, Minggu 12 April pril 2015. Adapun kegiatan tersebut but diisi dengan pameran lukisan, performing ng art, dan musik dari Ki Ageng Jug Juguran Syafaat. Pembacaan puisi dari Al Hikm Hikmah Afrilianto pegiat Selasar S Seni Rupa Banyumas dan Titut Edi Purwa wanto dari Teater Tubuh Purwoker okerto. Setidaknya, 30 seniman Sanggar Bambu bu dari sejumlah kota, seperti Yog ogyakarta, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara gara dan Banyumas

  ikut hadir. ”Sangga - anggar ini saya buka untuk kegiatan kumpul pul -kumpul, belajar

  melukis dan pam pameran. Terbuka bagi siapa saja,” tandasnya ( a (Suara Merdeka : 15 April 2015). .

2. Seniman, Karya S ya Seni dan Penghayat

  Diagram I.1 Hubungan Antara Seniman, Karya seni dan Penghay hayat.

  Seniman, k

  an, karya seni, dan penghayat seni merupakan

  utama pendukung diaabaikan kebera hidup dan berkem dinamis dan krea yang kreatif dan di

  ndukung kehidupan seni. Tidak satupun komponen eradaannya karena kesatuan yang dinamis mem kembang dalam masyarakat. Ketiganya saling be kreatif., maka seni hidup dan berkembang de n dinamis pula (Dharsono, 2004: 21). dua pengertian arti seniman, yaitu seniman di si seseorang dalam menciptakan atau menyusun

a. Seniman

  Karya suatu kreasi simbolis yan pengalaman, dalam karya bukan dari pi

  Karya Seni

  b.

  Ada dua nama profesi seni. Seniman proses kreati memori dan sebagai penci penghayat. Pe proses kreatif

  atif atau imajinasi, yaitu proses interaksi n persepsi luar. Sehingga dalam hal ini, seni ncipta atau penyusun bentuk karya seni juga se

  . Penghayat dalam menanggapi sebuah karya se tif atau proses imajinasi. (Dharsono, 2004: 23).

  i

  a seni merupakan simbol atau bentuk dari pe asi bentuk simbolis dari perasaan manusia. ang mengalami transformasi, merupakan uni n, dan bukan merupakan terjemahan dari peng ya seninya, melainkan formasi pengalaman emosi i pikiran semata (Dharsono, 2004: 2). kan tiga komponen ponen tersebut dapat emungkinkan seni berinteraksi yang dengan prosesnya n diartikan sebagai usun bentuk karya yang mengalami ksi antara persepsi seniman disamping sekaligus sebagai seni akan terlibat

  23). i perasaan, dalam nusia. Bentuk-bentuk

  universalisasi dari

  ngalaman tertentu mosionalnya yang

  

man juga dapat diartikan sebagai manusia ya Seni m ni mencangkup pengertian yang sangat luas, s, masing masing karya seni me memiliki definisi dan pengertian yang berbeda beda dan cenderung menitikberatka atkan kepada sisi teoretis dan filosofis. Oleh ka h karena itu, masih banyak kiran anya pengertian atau definisi tentang karya ya seni, sebanyak manusia dim dimuka bumi ini sesuai dengan prasangka ka masing-masing manusianya. K a. Karya seni lahir dari seniman yang kreatif,

  f, artinya seniman selalu berusaha usaha meningkatkan sensibilitas dan persepsi ter terhadap dinamika kehidupan m masyarakat, Sebaliknya masyarakat aka akan merasakan manfaatnya.

  a. Suatu tu karya seni seharusnya dapat memberikan an tauladan atau sesuatu yang be g bermanfaat dalam hidup, peneliti harus mema mamahami bahwa apa yang pene peneliti cari di dalam wujud dari kesenian ter tersebut bukanlah suatu kenikm nikmatan indera belaka. Harus mampu m pu menggambarkan kelengkapan n dan keragaman yang ada didalam suatu kary karya seni. Ukuran karya seni ata atau kesenian tidak dapat ditentukan dengan me n metode penafsiran seseorang bel belaka, seperti halnya tidak seorang pun dapa dapat menemukan tujuan hidupn dupnya, terlepas dari proses hidup kepada a apa yang harus dilakukan. Se Seorang seniman hanya tunduk kepada keharusa rusan yang datang dari kejeniusa niusannya sendiri. Namun, perlu digaris s bawahi bahwa kejeniusannya nya itu akan menerima penghargaan dan ke kemampuan oleh suasana keseni senian pada saat kelahirannya.

  Pemba batasan tentang seni dan menganggapnya s sebagai ekspresi suatu ungkap kapan, dapat di lukiskan sebagai pernyataan an suatu maksud perasaan atau tau pikiran dengan suatu medium indera atau le u lensa. Yang dapat dialami lagi gi oleh yang mengungkapkan, dan dikomuni unikasikan kepada orang lain. D n. Dalam arti seperti itu, maka suatu sajak (pui (puisi) merupakan suatu ungkap kapan sekelumit pengalaman yang dilahirkan l n lewat kata-kata. Lukisan dan dan patung adalah ungkapan, sebab merupaka upakan perwujudan dalam warna rna yang bentuk-bentuk ruang tentang ga gagasan seniman penciptanya, m

  a, mengenai manusia dengan alam yang nampak pak (Parker, 1946: 13).

  Meskipun skipun karya seni itu merupakan ungkapan, na namun sebaliknya bahwa setiap ap ungkapan bukanlah suatu yang sebenarnya.

  a. Demikian juga, tidak ada seor seorang pun akan dapat memahami kesenian nian, kecuali lewat pencipta atau tau menikmati dan meneropong kehidupan dupan kesenian serta penghayatan n seni lain. Diperlukan adanya momen en kritis dalam estetikanya, , akan baik dalam menghindarkan dalam m setiap momen pembicaraany nya. Seorang Seniman mencoba meyakinkan an penghayatnya, bahwa yang g disajikan itu indah. Misalnya saja dengan ngan adanya suatu Pameran Seni eni atau Open Art Homeyang sering diselengga nggarakan oleh para Seniman, Pe Penghayat, Kurator, atau orang-orang yang ang menekuni di bidangn Seni eni. Mencoba menjembatani sebagai komunika unikator untuk para penghayat se serta pengunjung. Demikian pula setiap filsuf ilsuf itu berusaha supaya penil nilaianya diakui, juga yang dicari adalah pe h pengaruh bukan pengikut.

c. Penghayat ghayat Seni

  Pengha nghayat makna pengalaman kehidupan batiniah y h yang sadar akan ragam kemun ungkinan bentuk estetis, yang sanggup mewada adahi dan memacu terciptanya b beragam makna dengan nilai-nilainya. . Hanya dengan kesadaran dan dan pemahaman didalam melakukan dialog den dengan karya seni, ia mampu m pu mendapatkan pencerahan bagi kehidupan se n sebagai manusia berbudaya (D (Dharsono, 2004: 22).

  Berbeka ekal dari pengalaman, penghayat seni ma mampu berperan sebagai pendukun ndukung pengembangan kehidupan seni. Mere Mereka sadar bahwa pengalaman y n yang bersumber dari sensitivitas dan subye yektivitas dirinya bukan satu-sa -satunya yang ada dan benar. Sadar akan ke n keterbatasannya, selalu membuka buka diri bagi makna dan nilai-nilai yang ba baru dan berbeda, sadar bahwa a dirinya tidak sama sekali berwenang untuk untuk mengarahkan, meskipun ia ia berwenang menentukan posisi dirinya dan dan terlibat secara langsung dida didalam menciptakan makna dan mewarnai nilai- lai-nilainya.

  Pengha nghayat seni akan selalu haus dengan ragam peng engalaman estetik yang sanggup ggup menggugah gairah kehidupan manusi anusiawi dengan keragaman ke n kekayaan pengalaman batin yang menda endalam. Dengan demikian ma manusia akan akan mewarnai kehidupanya se sebagai manusia yang berbud budaya dan mampu menjadi seniman yang ng terbuka serta menghargai a i adanya keragaman.

3. Penelitian Terdah rdahulu yang Relevan

  Penelitian an secara khusus mengenai Serambi Kang ng Hadi Biografi Seniman dalam m Konteks Perkembangan Seni Rupa di Ba Banyumas sejauh pengamatan penul nulis belum pernah dilakukan. Untuk inilah pe h penulis mencoba mengungkap Se Serambi Kang Hadi Biografi Seniman dal an dalam Konteks

  Perkembangan S bangan Seni Rupa di Banyumas tahun 1971-2016 2016 . Penelitian ini menunjuk kepada pada penelitian terdahulu yang relevan yang pe g penulis gunakan, penelitian terdahul dahulu yang relevan tersebut terdiri dari pe i penelitian yang berkaitan dengan gan biografi dan perkembangan seni rupa y yang sudah ada diantaranya yaitu, itu,

  Buku yang ng ditulis oleh Agus Dermawan T (2015) denga ngan judul Basuki

  

abdullah Sang H Sang Hanoman Keloyongan. Bersimpulan kepada da latar belakang

  biografi Basuki A suki Abdullah seorang Seniman atau Maestro Seni ni Rupa Indonesia yang karyanya ba banyak dikenal serta di pajang di dalam ataupun aupun luar negeri.

  Goresan kuas nat naturalisnya banyak diidolakan oleh para perup upa atau seniman- seniman sampai pai era sekarang, serta banyak mempengaruhi uhi karya seni rupa yang ada sekaran ang.

  Buku yang ang ditulis oleh Philpott (2007) dengan judul Se udul Sebuah Biografi

  

Van Gogh. Sebua buah biografi tentang perjalanan hidup Van Gog ogh seniman asal

  negeri belanda y a yang mendedikasikan hidupnya untuk me melukis dan total melukis. Ia hany nya ingin melukis sebaik-baiknya, dan hanya ya ingin berbicara kepada kita deng ngan lukisan-lukisannya itu, Van Gogh rela m a mempertaruhkan seluruh hidupny dupnya: raga dan jiwanya, kedudukannya na nasibnya, hingga kewarasannya sendi sendiri. sebuah penulisan biografi yang menar narik dan dapat di aplikasikan dalam lam penulisan biografi, bahwa selain mengun ngungkap riwayat hidupnya biograf rafi sebaiknya menuliskan pesan-pesan moral y al yang ada dari si pelaku seni, senim niman atau tokoh yang bersangkutan.

  Skripsi yan yang dilakukan oleh Atik Maskanatun Ni’amah ah (2013) dengan

  judul Biografi Syai Syaikh Mahfudh Al-Hasani Somalangu Kebume bumen . Bersimpulan tentang memaham hami riwayat hidup Syaikh Mahfudh yang me memberikan jasa- jasanya terhadap dap masyarakat kebumen dan Negara Republ epublik Indonesia melalui peranya y a yang dimainkan di Kebumen.

  Skripsi ya yang dilakukan oleh Anisa Putri (2011) 2011) dengan judul

Islamadar Seoran orang Seniman Musik Tradisional Minangkabau nangkabau 1965-2006.

  Bersimpulan tent entang biografi Islamadar sebagai maestro ta o tari Indonesia di Minangkabau yan yang menciptakan tari berdasarkan gerak silat. t.

  Katalog y yang dibuat oleh Dinas Kebudayaan Da Daerah Istimewa Yogyakarta (2015) 2015) dengan judul Nandur Srawung 650 Seniman niman . Bersimpulan tentang apresiasi asi Pegiat Seni, Pelaku Seni, Kurator Seni R Rupa dari proses pembuatan sampa pai pelaksanaan laboratorium dan eksperiment ntasi seni budaya.

  Katalog K Kelompok Perupa Solo Alim Solo Raya (2015) 2015) dengan judul

  

Citra Solo . Ber ersimpulan tentang laboratorium dan ekspe ksperimentasi seni

  budaya asli Sura urakarta dalam konteks Seni Rupa Tradisi si maupun Klasik sebelum kemuncul unculan Seni Rupa Modern.

  Agrowisata sata Historik Sondokoro (2010) dengan judul udul Restropective

  

Kawit Pameran ran Tunggal Lukisan dan Sketsa . Bersim simpulan tentang

Restropective lukisan Kawit yang memperlihatkan kesetiaann luki annya pada obyek

  lukisanya dengan gan pendekatan kesederhanaannya tidak mempe mperindah seperti Basuki Abdullah lah melainkan dengan kejujuran yang dimiliki liki dalam sebuah karya Kawit Trist ristanto.

  Himpunan punan Perupa Banjarnegara (2015) dengan judul udul Pameran Seni

  

Rupa Sungai Sungai Serayu KSI 2015 . Bersimpulan tentang ntang serangkaian

  laboratorium dan dan eksperimentasi seni budaya di bidang S Seni Rupa yang

  

mengambil tema a “Expresi Sungai Serayu”, dengan diikuti oleh oleh perupa -perupa

dari Banyumas R s Raya.

  Himpunan P punan Perajin Indonesia DPD Banyumas dan Depo P po Pelita Sokaraja (2009) dengan P Pelita Budaya 2009 National Art Exibition tion . Bersimpulan tentang laboratori orium dan eksperimentasi seni budaya yang me melibatkan Perupa asal Jakarta, B Bandung, Pekalongan, Semarang, Suraba abaya, Surakarta, Yogyakarta, Ma agelang, Wonosobo, dan Perupa Banyum umas Raya serta penampilan Seni P ni Pagelaran lokal seperti Ebeg, Lengger, Cowon owongan.

  Buku yang ang ditulis oleh Miriam Budiardjo (2008) deng ngan judul Dasar-

  

Dasar Ilmu Polit olitik. Bersimpulan tentang gambaran menyelur luruh tentang ilmu

  politik. Seni Rupa upa Tidak dapat lepas dari keadaan dan situa situasi politik yang hidup diskitarnya ya.

  Buku yang ang ditulis oleh Nyoman Kutha Ratna (2004) 2004) dengan judul

  

Teori, Metode, dan , dan Teknik Penelitian Sastra. Bersimpulan te n tentang penyajian

  teori, metode, dan dan teknik, cara-cara dalam analisis karya sast sastra. Menjadi alat bantu bagi penul nulis mengingat kedekatan antara Ilmu Sastr astra dengan Seni Rupa, baik dalm pe m pendekatanya maupun dalam eksistensinya di di dunia seni.

  Buku yang ang ditulis oleh Dharsono sony Kartika (2004) 2004) dengan Judul

  

Seni Rupa Mode odern. Bersimpulan tentang definisi dan kajian ian atas eksistensi

perkembangan se seni rupa secara universal.

  Buku yang ang ditulis oleh Agung Hujatnikajennong (2015) 2015) dengan judul

  

Kurasi dan Kuasa uasa Kekuratoran dalam Medan Seni Rupa K upa Kontemporer di

Indonesia. Bersi ersimpulan tentang Kurasi dan kekuratora oran tidak dapat

  dipisahkan deng ngan seni rupa dan perkembangannya, kare karena kurasi dan kekuratoran dala dalam seni rupa juga perkembanganya adalah ah suatu kesatuan dalam seni rupa y upa yang saling melengkapi dalam perkembangan ganya. Masyarakat secara karakterist ristik sosial budayanya sama serta tidaklah se h semua menekuni bidang seni rupa upa disinilah peran kurasi dan kekuratoran be berperan sebagai komunikator anta ntara masyarakat dengan karya-karya seniman an yang lahir. Seni rupa adalah kary rya seni yang sangat dinamis tidak statis kare karena makna yang terkandung dalam lam karya seni rupa sangat fleksibel dan multi- ulti-tafsir dan dapat disesuaikan den dengan perkembangan zaman serta dinam namika kehidupan masyarakat, namun t mun tidak terbawa arus zaman.

  Penelitian an yang dilakukan oleh penulis ini berbeda de dengan penelitian yang lainya, hal al ini karena dalam penelitian lainya biografi rafi seorang tokoh seniman tidak be berada dalam konteks perkembangan dan kura kuratorial seni rupa, sedangkan dalam am penelitian ini, penelitian biografi seorang ng tokoh seniman selain mengupas as tentang riwayat atau perjalanan hidup senim niman juga berada dalam konteks pe ks perkembangan dan kuratorial seni rupa, se sehingga berbeda dengan penelitian l ian lainya.

F. Kerangka Teore oretis dan Pendekatan

1. Kerangka Teore oretis

a. Biografi Biografi da dalam Historiografi jarang sekali ditulis ol s oleh sejarawan.

  Sebagian besar y r yang menulis biografi adalah para jurnalis is atau wartawan. Biografi dalam penulisan sejarah dapat memberikan sum sumbangan berupa psiko-history, ya yaitu sejarah kejiwaan tokoh-tokoh sejarah, h, khususnya para pelaku dan peny penyaksi. Tokoh-tokoh yang layak ditulis riw riwayat hidupnya adalah orang-ora orang besar dalam sejarah yang sesuai kipra prahnya, (Priyadi, 2011: 98).

  Pendapat l t lain menyebutkan bahwa, Biografi adal dalah kisah atau keterangan tentan ntang kehidupan seseorang. Sebuah biografi fi lebih kompleks daripada sekadar dar daftar tanggal lahir atau mati dan data data-data pekerjaan seseorang, biogr ografi juga bercerita tentang perasaan yang ng terlibat dalam mengalami kejadi jadian-kejadian tersebut. Dalam biografi terse ersebut dijelaskan secara lengkap ke p kehidupan seorang tokoh sejak kecil samp mpai tua, bahkan sampai meningga nggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal hal yang dihasilkan atau dilakukan ol n oleh seorang tokoh dijelaskan juga. Teks biogr ografi disusun oleh orang lain, bukan bukan oleh diri sendiri ( https://id.wikipedia.org/wiki/ iki/Biografi diakses 11 Mei 2016 pukul 2016 pukul 12.14).

  Biografi tida tidak perlu menulis tentang hero yang me menentukan jalan sejarah, cukup pa ukup partisipan, bahkan the unknown. Namun tidak dak memiliki tokoh itu tentu mempun punyai resiko tersendiri, biografi atau catatan te n tentang seseorang itu meskipun sang sangat mikro menjadi bagian dalam mosaik sej sejarah yang lebih besar. Malah ada da pendapat bahwa sejarah adalah penjumlaha han dari beberapa biografi. Dengan gan adanya biografi dapat dipahami para pelaku ku sejarah, zaman yang menjadi la latar belakang biografi dan lingkungan sosi sosial politiknya. Penulisan biograf rafi seharusnya mengandung empat hal yaitu : tu : a) kepribadian sang tokoh, b) ke kekuatan sosial yang mendukung, c) lukisan se n sejarah zamanya, d) keberuntungan ungan dan kesempatan yang datang (Kuntowijo ijoyo, 2003: 203- 204).

  Pertama, ba , bagi para penganut Hero in History percaya ya bahwa sejarah adalah kumpulan pulan biografi yang menonjolkan kepribadia dian sang tokoh.

  Individu merupak upakan pendorong transformasi sejarah, misaln salnya di Indonesia setiap pergantian an kepemimpinan pastilah selalu diiringi denga ngan menonjolkan tokoh yang seda dang unggul pada zamanya. Seperti pada za zaman Soekarno, Soeharto, Bj. Habi abibie, Gusdur, Megawati, S.B.Y., sampai ke J ke Jokowi.

  Begitu pula pula dalam dunia seni rupa, bagi mereka seniman an yang memiliki power atau cata atatan karir yang berpengaruh untuk seba bagian kalangan.

  Menyumbangkan kan manfaat yang tidak sedikit untuk daerah at h atas kiprahnya di dunia pendidikan kan seni, kesenian atau kebudayaan. Orang i g itu adalah Hadi Wijaya yang sam sampai saat ini masih tetap total di dunia seni rupa rupa dan kesenian lainya. Hadi Wija ijaya disini dapat dikatakan sebagai embah at atau kakang para perupa dan senim niman di Bannyumas Raya.

  Kedua, kekua ekuatan sosial memiliki pengaruh yang lebih bih besar dari pada individu, Demiki ikian juga dengan tokoh lokal Hadi Wijaya. ya. Beliau pernah diangkat menjadi njadi Sekjen Dewan Kesenian Kabupaten Ban Banyumas DKKB periode (1997-2002 2002). Koordinator Sanggar Bambu wilayah B h Banyumas Raya, sejak tahun 2010 2010 sampai dengan sekarang pun masih dipe dipercaya sebagai korwil serta denga ngan berbagai penghargaan lainya.

  Selain itu pa u para perupa atau Seniman di wilayah Banyum yumas Raya yang meliputi Banyum umas, Cilacap, Purbalingga, Banjarnegara, a, Kebumen dan beberapa wilayah ah lainya, sepakat bahwa Hadi Wijaya sebaga gai Seniman yang sangat total di duni dunia seni rupa. Dapat menjadi salah satu aset ba set bagi pemerintah Banyumas atas ka s karya-karyanya, karena dedikasi serta peran H n Hadi wijaya baik dalam bidang pendi pendidikan ataupun kegiatan-kegiatan sosial lain lainya yang sangat bermanfaaat untuk untuk masyarakat. Ditambah dengan gerakan-ge n-gerakan yang di peloporinya di b di berbagai tempat seperti teater kereta di SMA SMA N Sokaraja, Sanggar Semut di ut di Cilacap, dan lainya di wilayah Banyumas R s Raya.

  Ketiga, luki lukisan sejarah zamanya berarti menggambarka barkan zaman yang menghadirkan seor n seorang memiliki bagi kehidupan sosial saat itu. P itu. Pada masa pra

  

90’an banyumas as sangat identik dengan gaya lukisan sokara raja yaitu lukisan

  pemandangan sok sokaraja yang dipengaruhi gaya lukisan bandung ndung yang terkenal sebagai Paris Va Van Java itu. Singkat cerita “banyak pelukis ukis sokaraja yang hijrah ke bandung ndung untuk bekerja dan belajar seni lukis disa disana dan pulang membawa pengar garuh lukisan bandung dengan karakter lukisa ukisan pemandangan

  

sokaraja”. Hal ter tersebut yang sering disorot dan dipandang pe pegiat seni lainya

  tidaklah memiliki liki ideologis dalam bekarya, hanya mereproduksi oduksi karya yang sudah ada secara ara berskala dan terus menerus dalam kata lai lain Ajeg (Tetap) serta tidak menga engalami perkembangan. Lukisan Sokaraja, ja, pada mulanya merupakan sempa palan perkembangan awal Moi Indie (Indonesi ndonesia Indah).

  Sealiran g gaya naturalis, yang berkembang di I Indonesia yang berkecenderungan gan untuk melukis alam yang indah-indah saja saja. Sementara itu para pelukis Soka okaraja terjun kelapangan, mereka melukis sem semata-mata karena hafal diluar kepa pala beberapa bentuk lukisan. Setelah tahun 1990, hun 1990, Banyumas dalam konteks se ks seni rupa banyak mengalami perkembangan an dengan adanya Gerakan Seni Rupa Rupa Modern indonesia, di banyumas di pelopor pelopori oleh Hadi Wijaya dan Faja ajar Praptono bersama-sama mendirikan Seng Sengker (Seniman Gambar Purwoke okerto), yang sebelumnya hanyalah bernama S Senker (Seniman Purwokerto) (Sua uara Merdeka, 18 Juni 1994: XIII).

  Keempat, , adanya faktor luck (keberuntungan) ) atau chance (kesempatan) par para tokoh muncul dalam sejarah. Tokoh loka okal Hadi Wijaya, merupakan seora orang anak petani biasa yang meniti karirnya ya sendiri diawali dengan bersekola kolah di SPIK Yogyakarta (Sekolah Pendidikan kan Ilmu Kerajinan) pada tahun 1971 1971, atas bimbingan guru tercintanya Sugito S o Suwoyo seorang guru SMP Negeri eri di Banyumas. Kemudian lulus sampai kejenj jenjang perguruan tinggi di IKIP Y Yogyakarta dan STIKIP Yogyakarta, selam ama beliau masih bersekolah di Yo Yogyakarta sering dan sangat kerap mendapatka patkan penghargaan baik dalam skala la antar Lokal ataupun Nasional, sampai karyan yanya yang sangat

  fenomal “ Pengant gantin Ooh “ .

  Sebuah pa pasangan serasi antara Syair Puisi dengan ngan Lukisan yang kemudian dikoleksi koleksi oleh Dewan Kesenian Jakarta serta diakui kui karyanya oleh Galeri Nasional onal sebagai karya yang memiliki kekhasan ter tersendiri. Setelah lulus beliau ba banyak berkiprah di wilayah Banyuma umas Raya serta mendedikasikan n ilmunya di SMA N 2 Cilacap dan pindah ndah ke SMA N 4 Purwokerto sampa mpai dengan beliau pensiun. Setelah pensiun pun un pun beliau masih berkarya, justru l u lebih semangat lagi dalam berkarya dan ke kerap aktif dalam acara-acara yang ng bersifat sosial baik dalam bidang seni buda budaya, pendidikan non formal, agam ama, ataupun kemanusiaan.

b. Teori Kese esenian

  Memahami mi kesenian itu berarti menemukan sesuatu suatu gagasan atau pembatasan yang ang berlaku untuk menentukan dengan unsur unsur nilai dalam budaya manusia. nusia. Kesadaran akan seni dan kesenian sangat di dibutuhkan dalam perkembangannya nnya, tujuan dalam kesenian kadang akan salin saling bertentangan dan membawa ki kita kepada arah dan tujuan yang berbeda. M . Maka harus ada suatu pembeda da sesuatu yang dikehendaki dalam keseni senian dari yang dikehendaki dala dalam hal lain, sebab sesuatu akan tetap p bernilai dalam kehidupan menur nurut sesuatu yang unik (Humardani, 1980: 2). 2).

  Memahami mi atau menyimpulkan seni atau kesenian be benar-benar harus didampingi denga ngan penghayatan terhadap kesenian tersebut, t but, tidak semata apa kita lihat sebaga gai arti dari kesenian itu sendiri. Perlu adan anya pemahaman bahwa tidak mung ungkin menginginkan hal-hal yang bertenta ntangan. Kesenian harus memberi ri teladan hidup, sekaligus disesuaikan den dengan prasangka seniman, atau ba bahkan lukisan itu warnayanya ekspresif dan dan harmonis tetapi juga nampak ben benar-benar tepat seperti objeknya, atau puisi puisi adalah musik, pahat itu lukisan ( n (Humardani, 1980: 9).

  Kesenian itu adalah mampu menggambarkan ke kelengkapan dan keberagaman yan yang ada di dalamnya. Ekspresi sebagai ung ungkapan estetika merupakan caba bang psikologi sepanjang yang dipelajari de i dengan metode objektif. Fakta est estetika itu fakta jiwa, suatu karya seni bagai gaimanapun nyata tampak, namun un bukan pada pengamatan semula, itu hany hanya hadir dalam pengamatan dan n penikmatan. Catus-catus patung itu indah ha h hanya bila masuk dan menjadi hidup da dup dalam pengalaman penghayat (Dharsono, 2004: sono, 2004: 5).

  Akhirnya t teori kesenian dapat berpengaruh baik pada pada proses cipta, namun bukan ber berarti bahwa seorang yang memiliki teori kese kesenian itu mampu mengungkapkan n kedalam karya seni. Kesenian adala dalah tradisi dan kebudayaan. Ung ngkapan sebetulnya hanyalah alat untuk m uk mencapai tujuan seperti perintah da h dalam barisan atau omong-omong dipasar ar dan sebagainya (Humardani, 1980: , 1980: 22).

  Tujuan ung ungkapan karya seni dibuat dan dinilai untuk uk dirinya sendiri, untuk keperluan o n orang lain, dan kita selalu akrab denganya, d a, dan kita sengaja

  

membuatnya dan dan merenunginya. Bandingkan antara “sajak jak cinta” dengan

  pernyataan cinta nta. Sajak cinta akan mengalami emosi osi berirama yang ditimbulkan oleh oleh penulis sekaligus pembacanya. Pernyataan an cinta sekalipun dinikmati oleh ya h yang enyatakan, namun nilai utama terletak pa k pada akibat yang ditimbulkan. Saj Sajak tujuannya pada dirinya sendiri, dapat pat diulang-ulang, sedangkan perny rnyataan cinta yang padapokoknya merupaka upakan alat untuk mencapai tujuan, uan, sehingga tidak ada artinya lagi jika diulang ang setelah tujuan itu tercapai atau u gagal. Sajak cinta bukan sekedar alat tetapi api ungkapan seni yang tetap bernil nilai, walaupun tujuanya itu telah tercapai atau tau gagal (Parker, 1946: 14).

  Seni sebaga bagai ekspresi, merupakan hasil ungkapan pan batin seorang seniman yang terba terbabar ke dalam karya seni lewat medium dan dan alat, Ungkapan

  

dapat disebut seba sebagai “berbahasa” (berkomunikasi). Komunika unikasi dapat terjadi

  pada setiap manusi anusia dengan manusia lain, walaupun punya ya latar belakang yang berbeda. Prose Proses komunikasi dalam kesenian, komunikasi kasi atau informasi yang disampaika ikan oleh sang seniman lewat karya seninya,

  a, yang tercermin lewat lambang-la -lambang atau simbol-simbol yang terbabar. ar. Artinya, karya seni yang tercerm ermin berupa informasi simbolis tersebut aka kan diterima oleh penghayat, dan n selanjutnya akan terjadi dialog antara ra karya dengan penghayatnya (Dha (Dharsono, 2004: 6).

  Dialog kar karya seni dan penghayatnya sangat dibut butuhkan, selama kehadiran karya ya seni masih dibutuhkan oleh manusia. Te Terjadinya dialog antara seniman, pe n, penghayat, dan karya seni, maka seni merup erupakan ekspresi sekaligus sebagai gai alat komunikasi. Walaupun secara ideal se l seni merupakan ekspresi pribadi di setiap seniman, namun setelah karya itu lahi lahir, maka karya tersebut akan me merupakan, norma atau bentuk yang siap untuk untuk dihayati atau dinikmati sebagai gai konsumsi hayatan.

c. Teori Seni, S ni, Seni Rupa, dan Seni Lukis

  Sebuah Ka Karya seni rupa pada hakekatnya adalah ung ungkapan rasa dan pikiran yang dieksp diekspresikan melalui media rupa (media yang g bisa dilihat dan diraba). Dengan m n mengunakan unsur-unsur berupa titik, garis, is, bidang, bentuk, warna, dan tekst ekstur yang di olah dengan menggunakan kan kaidah-kaidah komposisi visual sual. Kehendak mengungkapkan isi perasaan da n dan pikiran yang dipaparkan denga ngan unsur-unsur rupa ini dapat dikatakan menj enjadi tanda baca dalam mengarung ungi samudra kebudayaan.

  Diagram I.2.

  Satu Satu kesatuan komponen sebagai landasan berkarya. Ada tiga kom komponen dalam proses cipta seni sebagai landa landasan berkarya. Ketiga komponen ponen tersebut adalah Tema (Subject Matter), Bent entuk (Form), dan Isi atau makna. W . Walaupun secara teori dapat dipisahkan nam namun sebenarnya ketiga komponen ponen tersebut merupakan satu kesatuan yang tida idak dapat dipisah pisahkan (Dharsono, 200 rsono, 2004: 28).

  Subjek mat atter atau tema pokok, ialah rangsang cipta pta seniman dalam

  usahanya untuk m uk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenang angkan serta dapat memberikan konsum konsumsi batin manusia secara utuh, dan pera erasaan keindahan kita dapat menang nangkap keindahan harmoni bentuk yang disajika jikan serta mampu merasakan lewat at sensitifitasnya sebagai rangsangan yang di ditimbulkan oleh objek.