HUBUNGAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PERSALINANDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK DHIEN MEULABOH - Repository utu

  

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWANKABUPATEN

ACEH BARATTAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

  NIM : 06C10104260

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

  

GAMBARAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK

DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN

ACEH BARAT TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH:

ANITA

  

NIM : 06C10104260

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar

  

Meulaboh

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

  

HUBUNGAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

DENGAN KEPUASAN PASIEN PERSALINANDI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CUT NYAK

DHIEN MEULABOH

SKRIPSI

OLEH :

RAHMI YANA

NIM: 06C10104348

  

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Memasuki masa persalinan merupakan periode yang kritis bagi seorang ibu karena segala kemungkinan dapat terjadi sebelum berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Sejumlah faktor mendirikan peranan dalam proses ini mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan ibu, pemilihan penolong persalinan, keterjangkauan dan ketersediaan pelayan kesehatan, kemampuan penolong persalinan sampai sikap keluarga dalam menghadapi keadaan gawat darurat (Kotler, 2008).

  Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, di Indonesia Angka Kematian Ibu tergolong tinggi yaitu 420/100.000 kelahiran hidup dibandingkan di negara-negara Asean. AKI di Singapura 14/100.00 kelahiran hidup, di Malaysia 62/100.000 kelahiran hidup, Filiphina 230/100.000 kelahiran hidup. Menurut Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2008, AKI Indonesia 307/100.000 kelahiran hidup dan tahun 2011, 288/100.000 kelahiran hidup.

  Berdasarkan laporan Depkes tahun 2011, AKI Indonesia 226/100.000 kelahiran hidup. Penurunan AKI di Indonesia masih terlalu lambat untuk mencapai target tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Devoloment Goals) 3/4 selama kehamilan dan persalinan. Rentang tahun 2005-2011 penurunan AKI di Indonesia jauh dari target yang ingin di capai pada tahun 2012-2015 di perkirakan 125/100.000 kelahiran hidup, dan 115/100.000 kelahiran hidup

  2 Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi

  Aceh hingga saat ini masih tergolong tinggi. Berdasarkan data terakhir Desember 2011, jumlah AKI melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB berkisar 30/1.000 KH. Karenanya, upaya pengurangan terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh sebagai salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan.

  Dari tahun 2007-2012, memang perubahan yang terjadi sangat bagus sekali. Tahun ini, kita berharap AKB di Aceh menjadi 26/1.000 kelahiran dan AKI menjadi 185/100.000 kelahiran,” ujar Sekda Provinsi Aceh, Drs T Setia Budi dalam sambutannya pada pembukaan seminar Mini University Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA) atas dukungan Maternal and Child Health Integrated Program (MCHIP)-USAID di Banda Aceh, Selasa 5 Juni 2012 (Harian Analisa, 2012).

  Kepuasaan atau ketidakpuasan adalah kesimpulan dari interaksi diantara harapan dan pengalaman sesudah memakai jasa atau pelayanan yang diberikan.

  Tingkat kepuasan merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja dibawah harapan, maka pelanggan akan sangat kecewa. Bila kinerja sesuai harapan, maka pelanggan akan puas, Sedangkan kinerja melebihi harapan, pelanggan akan merasa sangat puas. Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari sahabatnya, serta janji dan informasi dari berbagai media. pelanggan yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan biaya serta member komentar lebih baik tentang perusahaan tersebut. Untuk menciptakan kepuasaan pasien suatu

  3 untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan dapat mempertahankan pasiennya, diperlukan berbagai macam strategi (Kotler 2008).

  Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh salah satu rumah sakit yang terletak di tengah – tengah kota Meulaboh, mempunyai fasiltas yang cukup, dan mudah dijangkau oleh masyarakat. Oleh karena itu, Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh ditetapkan sebagai Rumah Sakit rujukan dipantai barat selatan ini, untuk sementara penulis menemukan data bahwa pasien persalinan, sebanyak 563 dari keseluruhan pasien persalinan yaitu pasien persalinan yang umum 40, pasien persalinan yang menggunakan kartu Jamkesmas 165, pasien persalinan yang menggunakan kartu JKA 275 pasien, pasien persalinan yang menggunakan kartu ASKES 83, baik yang melahirkan normal maupun abnormal, Dari hasil observasi sementara penelitian mendapatkan bahwa pasien persalinan mengeluh karena persediaan kamar mandi yang kurang bersih dan ruangan yang kurang nyaman karena panas akibat padatnya anggota keluarga, sehingga berpengaruh terhadap hubungan pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien tersebut hal ini perlu diteliti lebih lanjut (RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah bagaimana hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

  4

1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Mengetahui hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan fasilitas pelayanan pasien persalinan.

  2. Untuk mengetahui tingkat ketersediaan obat-obatan bagi pasien persalinan.

  3. Untuk mengetahui sikap petugas terhadap pasien persalinan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis : 1) Bagi Institusi Pendidikan :

  Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku Umar meulaboh, dapat dijadikan sebagai masukan untuk memahami fasilitas pelayanan kesehatan serta referensi penambahan bahan bacaan diperpustakaan dan juga diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan bisa sebagai data untuk penelitian selanjutnya.

2) Bagi Peneliti :

  Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan peneliti terhadap hubungan fasilitas pelayanan dengan kepuasan pasien persalinan.

  5

1.4.2. Manfaat Aplikatif 1) Bagi Rumah Sakit Cut Nyak Dhien Meulaboh :

  Sebagai bahan masukan dalam upaya pemenuhan fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kepuasan pasien persalinan.

2) Bagi Pasien Persalinan :

  Dapat menambah pemahaman dalam menerima jasa pelayanan kesehatan yang di berikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumah Sakit

  Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan perawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita pasien.

  Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem pelayanan kesehatan yang memberikan dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik dan pelayanan perawatan.

  Pelayanan tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap. Sasaran pelayanan kesehatan rumah sakit bukan hanya individu pasien, tapi sudah berkembang mencakup keluarga pasien dan masyarakat umum. Fokus perhatiannya adalah pasien sebagai individu maupun sebagai bagian dari sebuah keluarga. Dengan demikian pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan paripurna (komprehensif dan holistik) (Muninjaya, 2004).

  Tuntutan peningkatan mutu Rumah Sakit sangat diharapkan oleh seluruh pihak, ini dikarenakan bahwa Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada mayarakat memiliki peran yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Standat pelayanan umum rumah sakit menjadi pedoman umum dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. (SK.Menkes No. 12 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit).

2.2.Fasilitas Pelayanan Rumah Sakit

  Fasilitas pelayanan merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada pasien di rumah sakit, karena ketiadaan faktor ini dapat menghambat tugas kelancaran pelayanan. Penyediaan fasilitas pelayanan perlu di perhatikan dengan baik, karena dengan adanya fasilitas maka pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pasien. merupakan salah satu faktor meningkatnya kepuasan pasien (Azwar, 2006).

  Secara umum ada dua macam tingkat kepuasan, yaitu kepuasan yang memacu kepada kode etik serta standar pelayanan profesi. Pelayanan yang baik dan bermutu sangat didambakan oleh masyarakat, dengan terjaminnya pelayanan yang diberikan petugas kesehatan, masyarakat semakin puas. Pelayanan kesehatan tidak hanya keramahan petugas kesehatan saja, akan tetapi menyangkut dengan kepuasan pasien dengan ketersediaan fasilitas layanan yang mencukupi (Depkers RI, 2007).

2.2.1. Sarana dan Prasarana

  Sarana adalah perlengkapan atau peralatan yang digunakan untuk mendukung suatu kegiatan yang sifatnya dapat dipindah-pindahkan sedangkan prasarana merupakan fasilitas dasar dalam menjalankan fungsi dari suatu kegiatan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar ( PONED ) termasuk dalam sarana puskesmas dan rumah sakit.

  Menurut WHO (1994) dalam Prawirohardjo (2004) peralatan esensial untuk pelayanan persalinan terdiri atas:

  1. Peralatan dasar (untuk semua tingkat pelayanan)

  a. Stigmomanometer

  b. Timbangan bayi

  c. Stetoskop janin

  d. Sterilisator

  e. Dressing forceps (anti karat)

  f. Kom bengkok (anti karat)

  g. Waskom (anti karat)

  h. Termometer oral i. Termometer (°C) j. Sikat tangan k. Pemanas l. Semprit dan jarum m. Jarum dan benang jahit n. Kateter urin o. Kantong dan masker ventilator p. Gudel q. Sarung tangan bedah

  2. Peralatan persalinan

  a. Klem hemostatis arteri

  b. Gunting tali pusat

  c. Klem tali pusat

  d. Sarung tangan

  e. Celemek plastic

  f. Kasa dan kapas

  g. Doek

  3. Peralatan untuk reparasi vagina/ serviks

  a. Klem kasa

  b. Klem arteri besar dan kecil

  c. Pemegang jarum

  d. Gunting benang

  e. Klem bergigi

  f. Spekulum vagina (Simms)

  g. Spekulum Vagina (Hamilton Bailey) Perlengkapan dan peralatan klinik / kamar bersalin terdiri atas:

  1. Bangsal perawatan ibu hamil

  a. Tiga kamar, masing-masing dengan 8 tempat tidur dan 3 toilet di tiap bangsal b. Ruang terapi / pengobatan

  c. Kursi f. Wastafel

  g. Pembatas ruangan yang dapat dipindah-pindahkan

  h. Gudang alat-alat i. Kamar mandi j. Pos perawat k. Kamar cuci alat l. Ruang untuk pesuruh/pembantu m. Ruang istirahat petugas kesehatan dengan 2 toilet n. Dapur/tempat memasak o. Pojok untuk menempatkan troli

  2. Kamar bersalin

  a. Kamar bersalin dengan 6 – 8 tempat tidur

  b. Tempat tidur ginekologi dengan penyangga untuk posisi litotomi

  c. Troli

  d. Tromol

  e. Termometer

  f. Tensimeter dan stetoskop binaural

  g. Stetoskop janin

  h. Lampu sorot yang dapat diatur (fleksibel) i. Ruang bilas/cuci j. Pojok / ruang untuk perawat k. Ruangan untuk pendaftaran, pemeriksaan, dan persiapan pasien n. Ruangan/ gudang untuk peralatan/perlengkapan habis pakai o. Ruangan/ gudang untuk peralatan/perlengkapan tidak habis pakai p. Toilet q. Kamar mandi r. Ruang tunggu untuk keluarga pasien s. Ruang pulih dengan 4 – 6 tempat tidur

2.2.2. Ketersediaan Obat-obatan

  Ketersediaan obat-obatan dalam jumlah yang cukup sangat memungkinkan pasien dalam melakukan kunjungan ke rumah sakit guna mendapatkan pelayanan kesehatan (Azwar, 2006) Obat merupakan salah satu faktor terpenting guna kesembuhan pasien, jika obat tidak tersedia di apotik Rumah sakit dalam jumlah yang cukup, maka pasien akan mengeluh dan mengalami kekecewaan karena harus mencari atau memperoleh ke tempat-tempat lain atau ke apotik lain.

  (Depkes RI,2007).

  Obat-obat esensial untuk pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terdiri atas:

  1. Analgetika

  a. Indometasin

  b. Morfin

  c. Parasetamol

  d. Petidin

  2. Anestetika c. Halotan

  d. Ketamin

  e. Lidokain/Lignokain 1% atau 2%

  f. Tiopenton

  3. Antelmintik

  a. Albendazol

  b. Levamisol

  c. Mebendazol

  d. Pirantel

  4. Antialergi/emergensi

  a. Adrenalin

  b. Aminofilin

  c. Difenhidramin

  d. Digoksin

  5. Antianemia

  a. Asam folat

  b. Sulfas ferrosus

  6. Antibiotik

  a. Amoksilin

  b. Ampisilin

  c. Benzatin penisilin

  d. Tetrasiklin

  7. Antihipertensi

  a. Hidralazin

  b. Labetolol

  c. Nifedipin

  8. Antikonvulsan

  a. Diazepam

  b. Fenitoin

  c. Magnesium sulfat

  9. Antimalaria

  a. Artemeter

  b. Artesunat

  c. Klorokuin

  d. Klindamisin

  e. Pirimetamin

  f. Quinidin

  10. Desinfektan/antiseptic

  a. Alkohol 70%

  b. Klorheksidin

  c. Yodium

  11. Kontrasepsi

  a. Copper IUD

  b. Diafragma e. Noretisteron

  12. Serum dan immunoglobulin

  a. Anti-D imunoglobin

  b. Tetanus antitoksin

  c. Tetanus toksoid

  d. Vaksin BCG

  e. Vaksin poliomielitis

  13. Steroid

  a. Betametasol

  b. Deksametasol

  c. Hidrokortison

  14. Tokolitik

  a. Indometasin

  b. Nifedipin

  c. Ritodrin

  d. Salbutamol

  e. Terbutalin

2.3.Tenaga Kesehatan

  Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu

persalinanan, sehingga keselamatan Ibu dan bayi lebih terjamin. Apabila terdapat

kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke Puskesmas atau

rumah sakit. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan

  

bahaya kesehatan lainnya. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan,

dokter, dan tenaga para medis lainnya).

  2.3.1. Bidan

  Menurut International Confederation of Midwivers (ICM, 1972) dan International Federation of International Gynecologist and Obstetritian (IFIGO, 1991) dan Wordl Health Organitation (WHO, 1992) bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus memberi supervisi, asuhan dan memberi nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama hamil, persalinan, masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak (Sofyan, 2006).

  2.3.2. Perilaku Tenaga Kesehatan

  Tenaga Kesehatan merupakan sumber daya manusia kesehatan yang pada satu sisi adalah unsur penunjang utama dalam pelayanan kesehatan, pada sisi lain, ternyata kondisinya saat ini masih jauh dari kurang, baik pada kuantitas maupun kualitasnya. Disini perlu perhatian pemerintah pada peningkatan dan pemberdayaan SDM (Sumber Daya Manusia) Kesehatan secara profesional. Utamanya dalam pembentukan Sikap dan Perilaku Profesional SDM Kesehatan melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Disamping itu, masalah yang perlu mendapat perhatian dari pemerintah mengenai SDM Kesehatan ini adalah kurang efisien, efektif, dan profesionaliesme dalam menanggulangi permasalahan mengantisipasi permasalahan kesehatan yang terjadi, ternyata tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Yang mana dapat dilihat dengan masih tingginya tingkat penyalahgunaan wewenang, masih adanya praktik KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), serta masih lemahnya tingkat pengawasan terhadap kinerja aparatur pelayanan publik dalam pelayanan kesehatan.

  Menurut Ensiklomedia Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu reaksi organisme terhadap lingkunganya, yang berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada suatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi (rangsangan). Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Sedangkan menurut Robert Kwick (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dinikmati dan bahkan dapat dipelajari.

  Perilaku merupakan suatu aktivitas dari pada manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak, perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, oleh karena itu manusia bentangan yang cukup luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal sendiri seperti berfikir, persepsi dan emosi. (Notoatmodjo, 2003).

  Secara operasional perilaku dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai rung lingkup yang sangat luas. Benyamin Bloon (1908), seorang psikologi pendidikan membagi perilaku ke Ke 3 domain ini diukur dari:

  1. Pengetahuan (knowledge)

  2. Sikap (attitude)

  3. Praktek dan tindakan (practice) Terbentuknya suatu perilaku baru pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti si subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut, dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap si subjek terhadap objek yang diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut, akan menimbulkan respon lebih jauh lagi, yaitu berupa tindakan (action) terhadap atau sehubungan stimulus atau objek tadi.

2.3.2.1.Pengetahuan ( knowledge)

  Pengetuah adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia deperoleh melalui mata dan telinga.

  Pengetauan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk membentuknya tindakan seseorang (over behavior). Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:

  1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

  2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjalaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat menginter prestasikan materi tersebut secara benar.

  3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

  4. Analisis (analysa) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau subjek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu sruktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

  6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan

  Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat kita ukur atau kita sesuaikan dengat tingkat-tingkat tertentu diatas.

2.3.2.2.Sikap ( attitude)

  Dobb (1974) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu kedalam kehidupan sehari-hari merupakan rekasi yang bersifat emosional terhadap stimulus social. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan buka merupakan pelaksanaan motif tertentu. Ciri-ciri sikap sebagai berikut:

  1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir, tetapi harus dipelajari selama perkembangan hidupnya.

  2. Sikap itu tidak semata-semata berdiri sendiri melainkan selalu berhubungan dengan suatu objek. Pada umumnya sikap tidak berkenaan dengan suatu objek saja melainkan juga dapat berkenaan dengan deretan objek lainnya.

  3. Sikap pada umumnya mempunyai segi-segi motivasi dan emosi sedangkan pada pengetahuan hal ini tidak ada. Fungsi sikap antara lain:

  1. Sebagai alat menyesuaikan diri Sikap adalah suatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah dipelajari sehingga menjadi mudah milik bersama. Sikap bisa menjadi alat penghubung antara orang lain dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompok lainnya

  2. Sebagai alat pengukur tingkah laku Pertimbangan atau perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang ini pada umumnya tidak diberi perangsang secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang itu.

  3. Sebagai alat pengukur pengalaman Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua berasa dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian dan dipilih.

  4. Sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencermikan pribadi seseorang. Ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukung. Oleh karena itu, dengan melihat sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyaknya orang mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan

  Green dalam Notoatmodjo, (2005) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan, yakni behavioral factors (faktor prilaku), dan non behavioral factors atau faktor-faktor non prilaku. Selanjutnya, Green menganalisis, bahwa faktor prilaku sendiri ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:

  1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors ), faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya prilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai, tradisi dan sebagainya.

  2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan yaitu seperti sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan.

  3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang mendorong atau yang memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat tetapi tidak melakukannya. Hal ini berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat atau pelaku kesehatan.

  Dalam bidang kesehatan masyarakat khususnya pendidikan kesehatan, mempelajari perilaku sangat penting. Karena pendidikan kesehatan sebagai bagian dari kesehatan masyarakat, berfungsi sebagai media atau sarana untuk menyediakan kondisi sosio-psikologis sedemikian rupa sehingga individu atau masyarakat berperilaku sesuai dengan norma-norma hidup sehat. Dengan perkataan lain pendidikan kesehatan bertujuan untuk merubah perilaku individu atau masyarakat sehingga sesuai dengan norma-norma hidup sehat (Notoatmodjo,

  Sadli (1982) dalam Notoatmodjo, (2003) menggambarkan hubungan individu dan lingkungan social, yakni:

  1. Perilaku kesehatan individu, yaitu: sikap dan kebiasaan individu yang erat hubungannya dengan lingkungan.

  2. Lingkungan keluarga, yaitu: kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga, mengenai kesehatan.

  3. Lingkungan umum, yaitu: kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan dan sebagainya.

2.3.2.3.Praktek atau tindakan ( practice)

  Menurut WHO, suatu sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi dan kondisi saat ini. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam sauatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatanan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain. Di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkatan- tingkatan yaitu:

  1. Persepsi (perception) Menganal dan memilih berbagai objek sehubngan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

  2. Respon terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan

  3. Mekanisme (mechanism) Apabila telah dapat melakukan sesuatu yag benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat ketiga.

  4. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimotifasikanya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2.4.Kepuasan Pasien

  Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian dari organisasi penyedia jasa pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit atau Puskesmas, pengemasan kualitas jasa yang akan diproduksi harus menjadi salah satu strategi pemasaran RS atau Puskesmas yang akan menjual jasa pelayanan kepada pengguna jasanya (pasien dan keluarganya). Pihak manajemen Rumah Sakit atau Puskesmas harus berusaha agar produk jasa yang ditawarkan tetap dapat bertahan atau berkesinambuangan sehingga dapat tetap merebut segmen pasar yang baru karena cerita dari mulut kemulut oleh pelanggan yang puas. Ada beberapa model yang dapat dipakai untuk menganalisis kualitas jasa yang terkait dengan kepuasan pelanggan, tergantung dari tujuan analisisnya, jenis lembaga yang menyediakan jasa dan situasi pasar (Muninjaya, 2004).

  Kepuasan terjadi sebagai hasil berpengaruhnya antara keterampilan, pengetahuan, sikap dan penyediaan sarana. Tingkat kepuasan juga sangat tingkat ekonomi, pendidikan, budaya, suku, jenis kelamin, sikap mental dan kepribadian. Kepuasan konsumen dengan mutu pelayanan sangat erat hubungannya, sehingga dapat menggerakkan konsumen. Mutu pelayanan dapat pula dinilai oleh konsumen apakah dapat memenuhi harapan konsumen atau tidak.

  Apabila harapannya terpenuhi maka mutu pelayanannya akan dirasakan memuaskan, demikian juga sebaliknya (Elzadeba, 2000).

  Kepuasan penggunan jasa pelayanan kesehatan di pengaruhi oleh beberapa faktor:

  1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya dalam hal ini, aspek komunikasi memegang peranan penting.

  2. Kemampuan pemahaman/ sikap peduli (Emphaty) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan. Sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compliance).

  3. Biaya (cost). Tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard bagi pasien dan keluarganya.

  4. Penampilan fisik (tangible) petugas, kondisi kebersihan dan kenyamanan ruangan.

  5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan (assurance).

  Ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter juga termasuk pada faktor ini.

  6. Kehandalan dan keterampilan (reliability) petugas kesehatan dalam memberikan perawatan.

  (Muninjaya, 2004).

  Penelitian yang dilakukan oleh Roberts dan Prevos telah berhasil membuktikan adanya perbedaan dimensi mutu yaitu:

  1. Bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran komunikasi petugas dengan pasien, keprihatinan serta keramahtamahan petugas dalam melayani pasien, dan atau kesembuhan penyakit yang sedang di derita oleh pasien

  2. Bagi penyelenggara pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi kesesuaian pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan perkembangan ilmu dan teknologi mutakhir dan atau otonomi profesi dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

  3. Bagi penyandang dana pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terkait pada dimensi efisiensi pemakaian sumber dana, kewajaran pembiayaan, dan atau kemampuan menekan beban biaya penyandang dana (Prawirohardjo, 2002).

2.5.Persalinan

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir

  Pelayanan persalinan adalah pelayanan yang diberikan dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan (Depkes, 2008).

  Persalinan yang terjadi secara normal atau biasa disebut eutocia, dari bahasa Yunani eu yang artinya baik dan tocos yang artinya kelahiran.jadi eutocia adalah kelahiran yang baik, dan kelahiran yang baik inilah yang dianggap kelahiran anak yang normal. Persalinan yang abnormal atau patologis disebut

  

dystocia . Juga dari bahasa Yunani, dari kata dys atau dus yang artinya jelek atau

  buruk, dan tocos yang berarti kelahiran. Jadi dystocia berarti kelahiran yang jelek atau buruk, yang tidak biasa terjadi pada kebanyakan persalinan. Disebut persalinan luar biasa atau abnormal ialah persalinan yang membawa sesuatu akibat bagi ibu dan anak (Ibrahim, 1993).

  2.5.1. Tujuan Asuhan Persalinan

  Tujuan asuhan persalinan ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih, aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2002).

  2.5.2. Jenis-jenis Persalinan a. Persalinan spontan artinya persalinan yang berlangsung tanpa usaha dari luar.

  b. Persalinan induksi artinya persalinan dilakukan dengan cara menimbulkan suatu rangsangan terlebih dahulu dengan memberikan obat-obat perangsang kontraksi uterus.

  c. Persalinan dengan tindakan ialah bedah sesar, dengan alat-alat seperti forsep, ekstraksi vakum (Prawirohardjo, 2002).

2.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

  Periode kelahiran merupakan periode dengan angka kematian tertinggi dari seluruh periode kehidupan manusia. Hal ini karena banyak faktor yang turut menentukan lancar tidaknya suatu proses persalinan, yaitu faktor ibu, faktor keadaan plasenta dan tali pusat, faktor bayi dan faktor penolong persalinan.

  a. Faktor Ibu Kemampuan ibu dalam persalinan baik fisik maupun mental (tenaga, kontraksi uterus, semangat, sakit, tidak sadar), dan lain-lain. Keadaan jalan lahir, bila terdapat kelainan atau abnormalitas pada jalan lahir (panggul sempit, tumor dan lain-lain) dapat menimbulkan kesulitan berupa kemacetan persalinan (distocia).

  b. Faktor keadaan plasenta Bila terjadi soluio plasenta (pelepasan sebagian plasenta dari dinding rahim sebelum bayi lahir) dapat mengakibatkan gawat janin. Letak plasenta yang memungkinkan plasenta robek ketika selaput ketuban pecah dapat mengakibatkan perdarahan dan gawat janin.

  c. Keadaan tali pusat Bila tali pusat tertanam diluar plasenta dapat menyebabkan terjadinya perdarahan ketika selaput janin robek dan mengenai pembuluh darah yang menghubungkan tali pusat dengan plasenta, janin bisa meninggal akibat perdarahan. Bila terdapat lilitan tali pusat yang sangat kuat atau tali pusat menumbung dan tertarik atau terjepit katika proses kelahiran dapat d. Faktor bayi Besarnya bayi, posisi bayi ketika lahir yang normal adalah letak kepala (merupakan frekuensi terbanyak) yaitu presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil sebagai bagian terdepan. Letak/ posisi bayi yang tidak normal, misalnya: melintang presentasi muka, presentasi tangan/kaki dan lain-lain dapat menimbulkan distocia. Trauma tindakan berupa penarikan-penarikan terhadap janin, dapat menimbulkan fraktur pada bagian tubuh tertentu, merusak jaringan termasuk jaringan saraf dan otak, bahkan kalau gagal dapat menimbulkan kematian janin.

  e. Faktor penolong persalinan Walaupun pada mulanya keadaan ibu dan janin baik, dapat saja tiba-tiba berubah menjadi tidak baik akibat kesalahan penolong. Kesalahan tersebut dapat berupa tidak tepatnya memimpin persalinan, melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan misalnya memberi suntikan uterotonika tidak tepat atau pada keadaan patologis ia salah mengambil sikap / tindakan atau tidak mampu melakukan pertolongan (Ilyas, 1995).

2.5.4. Proses persalinan

  Persalinan terbagi atas 4 tahap, yaitu: a. Kala I dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm).

  b. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir.

  c. Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.

  d. Kala IV yaitu dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

2.5.5. Penolong Persalinan

  Terdapat 2 kategori tenaga penolong persalinan yaitu tenaga kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yang dapat menolong persalinan adalah dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat kesehatan sedangkan tenaga penolong non kesehatan adalah dukun bayi (Depkes, 1996).

  Kamar bersalin merupakan suatu tempat yang memerlukan keadaan yang sebersih-bersihnya, yang dapat dibuat steril, dan harus selalu dalam keadaan steril.

  Dengan demikian teknik aseptik dan antiseptik yang kurang baik disamping potensi penderita sendiri yang kemungkinan besar mudah mendapat infeksi.

  Berhubungan dengan hal-hal diatas, maka keadaan bebas hama di kamar bersalin harus selalu dipersiapkan untuk menghindarkan kelainan (Ibrahim, 1993).

  Penerimaan dan pemeriksaan penderita dalam kamar bersalin berarti penderita yang diterima dan diperiksa tersebut khusus penderita yang akan bersalin yaitu yang telah mendapatkan tanda-tanda persalinan. Tanda-tanda persalinan tersebut adalah adanya kontraksi terus atau hiks yang teratur, pengeluaran lender bercampur darah dari vulva, penderita selalu merasa ingin buang air kemih. Tujuan penerimaan dan pemeriksaan penderita di kamar bersalin antara lain untuk dapat memberikan pertolongan yang lebih cepat, agar persalinan dapat berjalan dengan lancar, serta untuk mengetahui dan menghindarkan kelainan-kelainan serta dapat menafsirkan jalannya persalinan (Ibrahim, 1993).

  2.6.Kerangka Konsep Penelitian

Gambar: 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

  2.7.Hipotesis Penelitian

  Adanya hubungan fasilitas pelayanan kesehatan dengan kepuasan pasien persalinan. Fasilitas Pelayanan

  Kepuasan Pasien Persalinan

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian Survey Analitik yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan fasilitas pelayanan dengan kepuasan pasien persalinan di Rumah Sakit Umum Cut Nyak Dhien Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.

  3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

  3.2.1. Lokasi Penelitian

  Lokasi penelitian di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh.

  3.2.2. Waktu Penelitian

  Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 26 September sampai 05 Oktober Tahun 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

  3.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.

  Dalam penelitian ini populasi adalah 256 ibu nifas yang opname di ruang bersalin RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh pada bulan September Tahun 2013.

  3.3.2. Sampel

  32 tersedia (Notoadmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 ibu bersalin yang opname di ruang bersalin RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh Dari tanggal 26 September sampai 05 Oktober 2013.

3.4. Metode Pengumpulan Data

  Proses pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: Pengumpulan data dilakukan pada saat penelitian dilakukan.

  Cara pengumpulan data adalah :

  1. Data Primer yaitu data yang didapatkan langsung dengan menggunakan kuisioner pada ibu bersalin serta menilai kelengkapan sarana kesehatan di bagian ruang bersalin.

  2. Data Sekunder adalah data tidak langsung yang diperoleh dari tinjauan pustaka, RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.

  33

3.5. Definisi Operasional Variabel

Tabel 3.1. Variabel Penelitian No Variabel Independen

  1. Variabel : Fasilitas Pelayanan Pasien

  Definisi : Alat-alat medis, obat-obatan serta ruangan yang aman dan nyaman dan juga perilaku tenaga kesehatan menjadi bukti kepuasan pasien. Cara Ukur : Wawancara. Alat Ukur : Kuesioner. Hasil Ukur : 1. Baik.

  2. Kurang baik. Skala Ukur Ordinal.

  : Variabel Dependen

  2. Variabel Kepuasan Pasien

  Definisi Perasaan pasien pada saat mendapatkan dan setelah

  : mendapatkan pelayanan kesehatan.

  Cara Ukur : Kuesioner. Alat Ukur : 1. Puas. Hasil Ukur : 2. Kurang Puas. Skala Ukur Ordinal.

  :

3.6. Aspek Pengukuran Variabel

  1. Fasilitas Pelayanan (Azwar, 2006):

  Baik : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara > nilai median (> 50%).

  Kurang Baik : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara < nilai median (< 50%).

  2. Kepuasan Pasien (Elzadeba, 2000):

  Puas : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara > nilai median (> 50%).

  Kurang Puas : Apabila didapatkan skor dari hasil wawancara < nilai

  34

3.6. Teknik Analisis Data

  3.6.1. Analisis Univariat

  Menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang ada. Dengan menghitung distribusi frekuensi dan proporsinya untuk mengetahui kepuasan pasien sebagai subjek penelitian, ditinjau dari fasilitas pelayanan yang di gunakan tersebut.

  3.6.2. Analisis Bivariat

  Analisis ini digunakan untuk mengetahui hipotesis dengan menentukan hubungan antara variabel independen (variabel bebas) dengan variabel Dependen (variabel terikat) dengan menggunakan uji statistic chi-square test. (Budiarto, Eko, 2002).

  Kemudian untuk mengamati derajat hubungan antara variabel tersebut akan dihitung nilai odd ratio (OR).

  Aturan yang berlaku pada Chi–Square adalah :

  a. Bila pada 2 x 2 dijumpai nilai expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan adalah“Fisher’s Exact Test” Analisa data dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer untuk membuktikan hipotesa yaitu dengan ketentuan p value < 0,05 (Ho ditolak) sehingga disimpulkan ada hubungan yang bermakna (Budiarto Eko, 2002).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

  4.1.1. Gambaran Umum

  Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh merupakan satu- satunya rumah sakit pemerintah kabupaten Aceh Barat yang melayani masyarakat di bidang kesehatan. Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh menyediakan fasilitas pelayanan rawat inap yang terdiri dari 7 ruangan, 1 instalansi Gawat Darurat dan 8 pelayanan Poliklinik serta pelayanan penunjang lainnya. Dengan fasilitas dan pelayanan yang semakin baik, Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh juga menjadi rumah sakit rujukan bagi rumah sakit yang ada di kabupaten lain yang bertetangga dengan kabupaten Aceh Barat.

  Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah rumah Sakit milik pemerintah yang berada dalam wilayah Aceh Barat dengan status type C dan berlokasi di Jalan Gajah Mada No 1 Kelurahan Drien Rampak Kecamatan Johan Pahlawan Meulaboh Aceh Barat.

4.1.2. Analisis Univariat

  Sebelum dilakukannya analisis bivariat untuk melihat hubungan antar variabel maka terlebih dahulu dibuat analisis univariat dengan tabel distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang di teliti.

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

  Tahun 2013. No Fasilitas Pelayanan Frekuensi % Kesehatan

  1 Baik

  18 60,0

  2 Tidak Baik

  12 40,0

  Total

  30 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari Tabel 4.1. diketahui bahwa dari 30 responden yang fasilitas pelayanan kesehatan baik sebanyak 60% sedangkan yang tidak baik sebanyak 40%.

2. Kepuasan Pasien

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Pasien Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien Meulaboh

  Tahun 2013. No Kepuasan Pasien Frekuensi %

  1 Puas

  19 63,3

  2 Tidak Puas

  11 36,7

  Total

  30 100

  Sumber: dari data primer (diolah tahun 2013)

  Dari Tabel 4.2. diketahui bahwa dari 30 responden yang pasiennya puas sebanyak 63,3% sedangkan yang tidak puas sebanyak 36,7%.

4.1.2. Analisis Bivariat

  Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independen dan dependen. Penguji ini menggunakan uji chi-square. Dikatakan ada hubungan yang bermakna secara statistik jika diperoleh nilai p< 0,05.

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasian

Tabel 4.3. Hubungan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Persalinan Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak

  Dhien Meulaboh Tahun 2013. Fasilitas Kepuasan Pasien Pelayanan Puas Tidak Puas Total P Kesehatan

  n % n % n % OR

  Baik

  16 88,9 2 11,1 18 100 0,001 24,000

  Tidak baik

  3 25,0 9 75,0 12 100 (3,358-171,539)

  Jumlah