PENILAIAN KESTABILAN LERENG DI SEKITAR JALAN RAYA PONOROGO−TRENGGALEK KM 23 MELALUI ANALISA DATA SELF-POTENSIAL MENGGUNAKAN CONTINOUS WAVELET TRANSFORM

  TUGAS AKHIR - SF 141501

PENILAIAN KESTABILAN LERENG DI SEKITAR JALAN

RAYA PONOROGO−TRENGGALEK KM 23 MELALUI

ANALISA DATA SELF-POTENSIAL MENGGUNAKAN

  Rina Rezkia Rekso Penggalih NRP 1112 100 113 Dosen Pembimbing Dr. Sungkono, M.Si.

  Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

  TUGAS AKHIR - SF 141501

PENILAIAN KESTABILAN LERENG DI SEKITAR JALAN RAYA

PONOROGO−TRENGGALEK KM 23 MELALUI ANALISA

DATA SELF-POTENSIAL MENGGUNAKAN CONTINOUS

WAVELET TRANSFORM

  Rina Rezkia Rekso Penggalih NRP 1112 100 113 Dosen Pembimbing Dr. Sungkono, M.Si Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

  FINAL PROJECT - SF 141501

SLOPE ASSESSMENT STABILITY ON THE PONOROGO-

TRENGGALEK HIGHWAY KM 23 VIA SELF-POTENTIAL

DATA ANALYSIS USING CONTINOUS WAVELET TRANSFORM Rina Rezkia Rekso Penggalih NRP 1112 100 113 Advisor Dr. Sungkono, M.Si Department of Physics Faculty of Mathematics and Natural Sciences Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2017

  

PENILAIAN KESTABILAN LERENG DI SEKITAR

JALAN RAYA PONOROGO−TRENGGALEK KM 23

MELALUI ANALISA DATA SELF-POTENSIAL

  Nama : Rina Rezkia Rekso Penggalih NRP : 1112100113 Jurusan : Fisika, FMIPA-ITS Pembimbing : Dr. Sungkono, M.Si.

  

Abstrak

Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah yang

sering mengalami longsor. Oleh Karena itu, perlu dilakukan

mitigasi bencana longsor menggunakan metode Self-Potential

(SP). Pengukuran data SP pada lereng Jalan Raya Ponorogo-

Trenggalek KM. 23 dianalisis menggunakan transformasi wavelet

Continous Wavelet Tranform (CWT) untuk mengidentifikasi

kedalaman dan posisi anomali. Hasil interpretasi kualitatif dan

kuantitatif data SP menunjukkan bahwa anomali data SP berupa

anomali monopole dan dipole yang secara berurutan

merepresentasikan adanya fluida dalam rekahan/patahan dan

fluida dalam pori batuan. Kedua fluida tersebut sebagai penyebab

longsor yang bergerak dari arah barat daya menuju timur laut.

Selain itu, kedua anomali tersebut mengindikasikan posisi rawan

longsor, yang memiliki kedalaman 0.6-4.2 meter.

  Kata kunci: Longsor, Self-Potential, CWT.

  

SLOPE ASSESSMENT STABILITY ON THE

PONOROGO-TRENGGALEK HIGHWAY KM 23 VIA

SELF-POTENTIAL DATA ANALYSIS USING

CONTINOUS WAVELET TRANSFORM

  Name : Rina Rezkia Rekso Penggalih NRP : 1112100113 Major : Physics, FMIPA-ITS Advisor : Dr. Sungkono, M.Si.

  

Abstract

Ponorogo is one of the region prone to landslide. Thus, landslide disaster mitigation is needed using Self Potential (SP)

method. SP data acquisition around the Ponorogo-Trenggalek

highway at KM 23 is analyzed using Continous Wavelet Transform

(CWT) to identify the positions and depths of the anomalies. The

result of qualitative and quantitative shows that two anomalies of

SP data, namely dipoles and monopoles, represent fluids saturated

in the fracture and pores of rock, repectively. The both fluids are

as caused landslide which flow from southwest to northeast of the

research area. Moreover, both monopole and dipole have depth

between 0.6-4.2 meter.

  Keywords: Landslide, Self Potential, CWT.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kehadirat Ilahi Robby yang telah melimpahkan

nikmat, hidayah serta inayahNya kepada penulis. sehingga penulis

dapat menyelesaikan tugas akhir. Serta tak lupa sholawat dan salam

penulis haturkan kepada beliau baginda Rasullah yang telah

membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang

benderang. Tugas Akhir (TA) ini penulis susun sebagai syarat

wajib untuk memperoleh gelar sarjana di departemen Fisika

FMIPA ITS dengan judul:

  

PENILAIAN KESTABILAN LERENG DI SEKITAR

JALA N RAYA PONOROGO−TRENGGALEK KM 23

MELALUI ANALISA DATA SELF-POTENSIAL

  Karya tulis ini, dipersembahakan penulis kepada masyarakat

Indonesia pada umumnya dan Kabupaten Ponorogo khususnya.

Ucapan terimakasih juga disampaikan penulis kepada segala pihak

yang telah mendukung dalam penyelesaian penelitian serta

penulisan tugas akhir ini.

  1. Bapak Dr. Sungkono, M.Si. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang senantiasa bersabar memberikan bimbingan, arahan, wawasan dan motivasi kepada penulis hingga dapat menyelesaikan tugas akhir.

  2. Bapak Prof. Dr. Bagus Jaya Santosa dan Bapak Sudarsono M.Si. selaku dosen penguji.

  3. Bapak Gontjang Prayitno selaku dosen wali, yang selalu sabar memberikan nasehat dan arahan kepada penulis.

  4. Bapak Dr. Yono Hadi Pramono M. Eng. beserta Bapak Eko Minarto selaku ketua dan sekretaris Jurusan Fisika FMIPA

  ITS 5. Seluruh Dosen dan pegawai di jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya yang telah memberikan ilmu, tak lupa Pak Abbas dan Pak Abu yang senantiasa memotivasi dan berbagi pengalaman kepada penulis.

  6. Kedua orang tua tercinta, ibunda Sri Handayani dan ayahanda Saptono yang selalu memberikan do’a terbaik, kasih sayang terbaik, motivasi terkuat, dan segala yang dibutuhkan penulis.

  7. Adik-adikku tercinta Resa, Nanda dan Henggar yang selalu memberikan dukungan dan tempat berbagi keluh kesah kesal nakal penulis.

  8. Teman satu tim penelitian, Adi, Oman dan Husein yang telah rela bertarung melawan bahaya longsor demi pencapaian TA ini.

  9. Sahabat-sahabat terbaik Fera, Andy, Fandy, Gita, Meli, Dewa, Fabet, seorang lelaki baik, dan dulur Fisika 2012 yang selalu membantu, menemani, tempat curhat, ojek-gratis, dan menjadi gudang motivasi kepada penulis.

  

10. Kawan-kawan satu Lab Geofisika ITS yang telah banyak

memberikan sharing ilmunya, Fairus, Safitri, Rayhan, Arum, Payayan, Kifli, dan yang lainnya.

11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari dalam penyusunan laporan ini masih

terdapat kesalahan. Mohon kritik dan saran pembaca guna

menyempurnakan laporan ini. Akhir kata semoga laporan Tugas

Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak.

  Surabaya, juni 2017 Penulis rierezkia@gmail.com

  

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................... i

Cover Page ................................................................................... ii

Lembar Pengesahan ..................................................................... iii

Abstrak ........................................................................................ iv

Abstract .........................................................................................v

Kata Pengantar ............................................................................ vi

Daftar Isi .................................................................................... viii

Daftar Tabel ................................................................................ xii

Daftar Gambar ........................................................................... xiii

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BAB V KESIMPULAN .............................................................41

  5.1 Kesimpulan ......................................................................41

  5.2 Saran .................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA..................................................................43

  

BIOGRAFI PENULIS .................................................................45

LAMPIRAN ................................................................................47

  

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Tipe Anomali .................................................12Tabel 4.1 Jenis Wavelet Dan Ekstrema Yang Digunakan ...........31Tabel 4.2 Posisi dan kedalaman anomali seluruh sayatan ...........33

  

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Geologi Daerah Penelitian (dimodifikasi dari Sampurno, 1997) ............................................................ 6Gambar 2.2 Rekahan Tanah Pada Lereng Daerah Pemukiman Dan Kebun Warga .................................................................. 7Gambar 2.3 Tanah retak pada Jalan Raya Ponorogo Trenggalek KM. 23. ........................................................................... 8Gambar 2.4 Fungsi Kerja Metode SP .......................................... 11Gambar 2.5 Ilustrasi signal CWT ................................................ 17Gambar 3.1 Desain pengukuran data SP ..................................... 20Gambar 3.2 Akuisisi metode Fixed Base .................................... 21Gambar 3.3 Diagram alir penelitian ............................................ 23 Gambar 4. 1 Arah aliran fluida. ................................................... 26

  

  

  

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana alam merupakan peristiwa alam yang memberikan

  

dampak besar terhadap populasi makhluk hidup beserta

lingkungannya. Bencana alam dapat berupa banjir, gunung

meletus, gempa bumi, kekeringan, ataupun tanah longsor. Bencana

alam yang terjadi dapat menyebabkan kerusakan baik materiil

maupun immateriil. Salah satu bencana alam yang sering terjadi

menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

di daerah Jawa Timur adalah tanah longsor. Sebanyak 111 dari 257

kasus bencana alam merupakan kasus tanah longsor yang terjadi

pada tahun 2011-2014 (BNPB, 2011). Salah satu daerah yang

rawan longsor adalah kabupaten Ponorogo. Ketika musim

penghujan, frekuensi terjadinya longsor kemungkinan akan

menjadi lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh salah satu penyebab

tanah longsor ialah hujan yang lebat, (Rahmawati, 2009). Oleh

Karena itu, perlu dilakukan upaya mitigasi bencana longsor di

Ponorogo sehingga dapat mengurangi dampak bencana yang

terjadi.

  Salah satu metode dalam geofisika yang dapat digunakan

untuk mitigasi tanah longsor adalah metode Self-Potential. Pada

metode ini, akuisisi data dilakukan untuk mendapatkan nilai beda

potensial pada titik tertentu. Nilai beda potensial ini merupakan

nilai tegangan statis alam (static natural voltage). Data Self-

Potential

  (SP) dipengaruhi oleh sifat kelistrikan batuan pada

potensial alami bumi. Hal ini disebabkan oleh proses elektrokinetik dan potensial elektrokimia (Oberto, 1984). Selanjutnya untuk mengetahui sumber anomali data SP,

terdapat beberapa pendekatan, yakni inversi dan Analisa sinyal.

Analisa wavelet (Continueous Wavelet Transform) merupakan

salah satu Analisa sinyal yang dipakai untuk mengidentifikasi

posisi dan kedalaman anomali data SP secara akurat (Mauri et al.,

2010). Wavelet yang digunakan berupa Poisson Kennel Wavelet

Family. Untuk keperluan penilaian potensi tanah longsor pada

jalan raya Ponorogo-Trenggalek KM. 23, data SP dianalisis

menggunakan CWT. Selanjutnya hasil Analisa tersebut digunakan

untuk mengidentifikasi kemungkinan longsor pada tempat

tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

  Pada penelitian ini terdapat beberapa rumusan masalah sebagaimana berikut :

  1. Bagaimana cara menginterpretasi data SP secara kualitatif dan kuantitatif?

  2. Bagaimana cara menentukan bidang rawan longsor berbasis data SP?

  3. Bagaimana arah aliran fluida pada bidang penelitian? 1.3.

   Batasan Masalah Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah, antara lain :

  

1. Analisis data SP menggunakan metode Continuous Wavelet

Transform (CWT).

  

2. Data yang digunakan merupakan data Self-Potential di desa

Pangkal, Kecamatan Tugu, Ponorogo.

  3. Software yang digunakan ialah MATLAB R2013a.

1.4. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Interpretasi kualitatif dan kuantitatif dari data SP.

  2. Menentukan bidang rawan longsor berbasis data SP.

  3. Menentukan arah pergerakan fluida berbasis data SP.

  1.5. Manfaat penelitian Manfaat penelitian ini yaitu dapat mengetahui bidang

longsor berbasis data SP dan mengetahui tomografi data SP untuk

mengidentifikasi penyebab potensi longsor pada jalan Ponorogo

Trenggalek KM 23. Selain itu juga dapat menilai kestabilan lereng

melalui analisa data Self-Potensial menggunakan transformasi

wavelet . Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu tools dalam upaya mitigasi bencana longsor.

  1.6. Sistematika penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini, tersusun dalam lima bab yaitu:

  1. Bab 1 (Pendahuluan) berisi tentang latar belakang masalah, maksud dan tujuan, perumusan masalah dan manfaat tugas akhir.

  2. Bab 2 (Tinjauan Pustaka) berisi kajian pustaka yang digunakan pada tugas akhir.

  3. Bab 3 (Metodologi Penelitian) berisi tentang metode dan tahap pengambilan data.

  4. Bab 4 (Analisa Data dan Pembahasan) berupa hasil data yang diperoleh, serta analisa yang dilakukan.

  5. Bab 5 (Kesimpulan) berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

  

“Halaman ini sengaja dikosongkan”

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Daerah Ponorogo

  2.1.1 Morfologi Regional Ponorogo Daerah Ponorogo bagian utara terdapat Gunung Lawu

yang termasuk dalam jalur gunung api kuarter yang masih aktif,

sedangkan bagian selatan termasuk dalam jalur pegunungan

selatan. Perbukitan di utara sungai Tirtomoyo merupakan

perbukitan lipatan berarah timur laut-barat daya. Pada perbukitan

tinggi di selatannya terdapat sesar. Beberapa tonjolan morfologi

dibentuk oleh batuan terobosan. Secara morfogenesis perbukitan

ini dipengaruhi oleh struktur (lipatan dan sesar) dan sifat litologi

sebagaimana Gambar 2.1 (Sampurno, 1997).

  2.1.2 Stratigrafi Regional Ponorogo Batuan Oligosen Akhir-Miosen Awal di lembar Ponorogo

dibagi menjadi fasies turbidit (formasi dayakan) dan fasies gunung

api (formasi Watupatok dan Panggang). Kedua satuan yang saling

menjemari ini ditindih secara selaras oleh formasi Semilir

kumpulan sedimen turbidit asal gunung api yang berumur Miosen

Awal (Sampurno, 1997). Batuan gunung api andesit-basal formasi

Nglanggran berumur akhir Miosen Awai menindih selaras satuan

di bawahnya. Kemudian batuan gunung api kuarter kompleks

Lawu yang bersusun andesit menindih tidak selaras satuan yang

lebih tua. Kumpulan batuannya dibedakan menjadi kelompok

Jobolarangan atau Lawu tua yang berumur Holosen. Daerah

penelitian yang dilewati formasi Mandalika dan formasi Wuni dan

formasi Jaten . Formasi Mandalika yang tersusun oleh perselingan

breksi, batupasir, serta lava bantal diendapkan pada lingkungan

laut dalam. Sedangkan formasi Wuni tersusun oleh breksi,

aglomerat, batupasir tufan, lanau, dan batugamping dengan

ketebalan Formasi Wuni = 150 -200 m. Satuan ini terletak selaras

menutupi Formasi Jaten, dan selaras di bawah Formasi Nampol.

  

Formasi Jaten tersusun oleh konglomerat, batupasir kuarsa,

  

batulempung (mengandung fosil Gastrophoda, Pelecypoda, Coral,

Bryozoa, Foraminifera ), dengan sisipan tipis lignit. Ketebalan

satuan ini mencapai 20-150 meter.

Gambar 2.1 Peta Geologi Daerah Penelitian (dimodifikasi dari Sampurno, 1997).

2.1.3 Kondisi Geologi Daerah Penelitian.

  Penelitian dilakukan di desa Pangkal kecamatan Sawoo,

Ponorogo pada daerah lereng Jalan Raya Ponorogo - Trenggalek

KM 23. Kondisi geografis desa tersebut berupa dataran tinggi

dengan lereng dan tanah miring, sehingga sangat rawan terjadinya

  

tanah longsor. Lereng tersebut merupakan campuran antara

pemukiman penduduk dengan kebun yang didominasi oleh

tanaman palawija. Jumlah dari pepohonan penahan longsor

berjumlah sangat sedikit. Secara fisik dari rekahan-rekahan pada

permukaan tanah dapat dengan mudah ditemui pada daerah ini

seperti pada Gambar 2.2:

  

Gambar 2 .2 Rekahan Tanah Pada Lereng Daerah Pemukiman

Dan Kebun Warga.

  Retakan pada tanah ini menyebabkan rumah warga retak-

retak pada dinding dan jalanan rusak. Longsoran pada badan jalan

dibawah lereng tersebut seperti pada Gambar 2.3 yang akan

disajikan dibawah ini. Sebagai upaya mitigasi bencana alam,

pemerintah setempat telah berupaya memberikan penyuluhan

mengenai keselamatan warga. Sehingga warga telah diungsikan

dan sisa aktifitas warga desa yang ada hanyalah berkebun dan

beternak saja.

Gambar 2.3 Tanah Retak pada Badan Jalan Raya Ponorogo- Trenggalek KM. 23.

  Persebaran rekahan pada wilayah lereng cukuplah luas.

Daerah ini juga memiliki nilai elevasi yang tinggi dengan rata-rata

elevasi sebesar ± 410 meter, dengan bidang miring lereng dan

bidang gelincir lereng yang cukup curam. Pada area ini juga telah

terjadi beberapa kali longsor skala kecil.

2.2 Definisi Longsor

  Tanah longsor ialah suatu bentuk erosi dengan gerakan

masa tanah atau pengangkutan massa tanah terjadi dengan jumlah

volume yang relatif besar. Peristiwa tanah longsor dikenal sebagai

gerakan massa tanah atau batuan atau keduanya. Hal ini sering

terjadi pada lereng-lereng alam atau buatan yang terjadi akibat

alam mencari keseimbangannya. Keseimbangan baru ini dilakukan

oleh alam akibat adanya gangguan atau faktor yang mempengaruhi

dan menyebabkan terjadinya penurunan nilai kuat geser serta

peningkatan tegangan geser pada tanah. Faktor geologi yang

mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah struktur geologi,

sifat batuan, hilangnya perekat tanah karena proses alami

(pelarutan), dan gempa bumi (Achmad, 2010). Struktur geologi

yang mempengaruhi terjadinya gerakan tanah adalah kontak

batuan dasar dengan pelapukan batuan, retakan atau rekahan,

perlapisan batuan, dan patahan. Zona patahan merupakan zona

lemah yang mengakibatkan kekuatan batuan berkurang sehingga

  

menimbulkan banyak retakan yang memudahkan air meresap

(Achmad, 2010).

  Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(2005) menyatakan bahwa tanah longsor dapat disebut dengan

gerakan tanah. Yakni pergerakan massa tanah yang dapat berupa

material campuran lempung, kerikil, pasir, serta bongkah dan

lumpur pada sepanjang lereng atau keluar lereng yang ada karena

adanya faktor gravitasi bumi. Gerakan tanah yang ada ialah hasil

dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan

bergeraknya massa tanah dan batuan ketempat yang lebih rendah

karena gaya gravitasi. Gaya penahan massa tanah di sepanjang

lereng tersebut dipengaruhi oleh sifat fisik tanah dan sudut dalam

tahanan geser tanah yang bekerja di sepanjang lereng (Abisatya,

2015). Perubahan gaya-gaya yang mengganggu kesetimbangan

alam tersebut disebabkan oleh pengaruh perubahan alam maupun

tindakan manusia.

2.2.1 Penyebab Longsor

  Banyak faktor yang menyebabkan longsor. Dalam

realitanya tidak jarang dalam suatu kasus longsor dapat terjadi

tidak diakibatkan oleh satu faktor saja, namun berasal dari paduan

beberapa faktor. Salah satu faktor tersebut ialah berkurangnya

kuatan tanah akibat adanya kenaikan tekanan air pori. Longsor juga

dapat terjadi akibat erosi di dekat sungai, curah hujan yang tinggi,

pengikatan posisi muka air tanah secara cepat (rapid drawdown),

aktivitas gerakan tanah akibat gempa bumi, ketidakstabilan atau

kemiringan lereng yang berlebihan perubahan penggunaan lahan

dan kegiatan infrastruktur manusia (Setiawan and Sassa, 2015).

2.3 Konsep Dasar Self-Potential

  Robert Fox pada tahun 1830 pertama kali menemukan

metode Self-Potential (SP) dengan melakukan suatu percobaan

menggunakan elektroda tembaga yang dihubungkan ke sebuah

galvanometer untuk mendeteksi lapisan coppere sulfida. Metode

Self-Potential

  (SP) merupakan salah satu metode geofisika pasif

  

yang prinsip kerjanya mengukur tegangan statis alam (static

natural voltage) yang berada pada titik-titik permukaan tanah

menggunakan dua elektroda khusus (Porous Pot Electroda).

  

Sehingga untuk mendapatkan informasi bawah tanah melalui

pengukuran dilakukan tanpa menginjeksi arus listrik melalui

permukaan tanah (Saracco et al., 2004). Interpretasi data dilakukan

dengan cara melihat data hasil pengukuran yang bervasiasi dari

beberapa milivolt sampai ratusan milivolt dan variasi polaritas

positif atau negatif yang tergantung kondisi geologi yang

menyebabkannya (Supeno et al., 2009).

  Sifat kelistrikan batuan pada potensial alami yang dimiliki

bumi secara umum diakibatkan karena adanya dua faktor potensial

yang terjadi, yakni faktor potensial elektrokinetik dan potensial

elektrokimia (Oberto, 1984). Pertama, efek elektrokinetik

disebabkan oleh perpindahan cairan melalui media berpori. Proses

ini menyebabkan adanya gangguan keseimbangan antara mineral

terpolarisasi dan ion bebas dalam pori cairan (Gambar 1.3).

Perpindahan ion ini menghasilkan arus potensial listrik pada dua

sumber. Sumber ini sendiri biasanya merupakan efek termoelektrik

yang dapat terjadi karena adanya gradien termal pada batuan

(Mauri et al., 2010).

  Yang kedua, akibat adanya faktor potensial elektrokimia.

Potensial elektrokimia disebabkan oleh potensial difusi, potensial

Nerst, dan potensial mineral. Potensial difusi terjadi akibat adanya

perpindahan aliran zat dari konsentrasi tingggi ke konsentrasi

rendah sehingga mengakibatkan adanya gradien konsentrasi.

  Potensial Nerst terjadi ketika perbedaan potensial

elektrode yang dicelupkan pada larutan homogen dengan

konsentrasi larutan yang berbeda-beda. Potensial mineral

merupakan potensial yang dihasilkan oleh sifat konduktor yang

terkandung dalam mineral batuan. Batuan pyrite dan chalcopyrite

merupakan konduktor listrik yang baik, sehingga akan

menghasilkan anomali negatif (Oberto, 1984).

Gambar 2.4 Fungsi Kerja Metode SP.

  Fungsi kerja metode SP dapat digambarkan dengan adanya

suatu tubuh sulfida dalam permukaan bumi dan memiliki kontak

dengan fluida (dapat berupa air tanah ataupun fluida lain) dan

menghasilkan nilai potensial tertentu. Nilai potensal ini dihasilkan

oleh aktivitas bioelektrik pada pembusukan vegetasi atau kenaikan

suhu yang menyebabkan tekanan dalam pori. Sehingga

mengakibatkan adanya perpindahan elektron. Perpindahan

elektron ini disebut sebagai streaming drift (Telford,1990).

  Self-Potential

2.3.1 Penyebab Anomali

  Anomali data Self-Potential (Potensial Diri) disebabkan

oleh beberapa sumber, antara lain: elektro mekanik, elektro kimia,

efek temperatur, dan kegiatan masyarakat sekitar. Potensial diri

umumnya berhubungan dengan perlapisan tubuh mineral sulfida

(weathering of sulphide mineral body), perubahan dalam sifat-sifat

batuan (kandungan mineral) pada daerah kontak - kontak geologi,

aktifitas bioelektrik dari material organik, korosi, perbedaan suhu

  

fenomena alam lainnya. Tabel 2.1 merupakan sumber tipe anomali

data Self-Potential.

  Tabel 2. 1 Sumber Tipe Anomali Sumber Tipe anomali

Potensial Mineral

  Bijih Sulfida (pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite, sphalerite, galena) Bijih grafit Negatif ≈ ratusan Magnet + mineral konduktor listrik mV lainnya Coal Batu kawi / manggan Batuan Kwarsa

  Positif ≈ puluhan mV Pegmatit

  

Background potential

Aliran fluida, reaksi geokimia, dan Positif atau negatif

lainnya

  ≤ 100 mV Bioeletrik (Tumbuhan, Pepohonan) Negatif, ≤ 300 mV Positif atau negatif

  

Pergerakan air tanah hingga ratusan mV

Negatif hingga Topografi 2mV Berikut merupakan macam-macam penyebab anomali SP, diantaranya:

  A.) Potensial elektrokinetik Potensial ini dapat disebut juga sebagai streaming

potential , yakni potensial suatu larutan yang bergerak melewati

kapiler atau medium berpori. Secara umum mekanisme

elektrokinetik dapat dijelaskan dengan adanya sumber rapat arus

yang terkait dengan aliran air pori melalui bahan mineral berpori.

  

Yang mana pada bahan mineral berpori terjadi kelebihan muatan

pada lapisan permukaan bahan. Untuk mengimbangi muatan ini,

fluida dalam pori selalu memiliki nilai rapat muatan volum.

Perpindahan kelebihan muatan tersebut akan mengakibatkan

adanya gradien tekanan air. Hal ini menyebabkan adanya induksi

rapat arus, yang dikenal sebagai densitas streaming potential

(Bolève et al., 2012).

  Helmholtz-Smoluchovski menyatakan persamaan potensial elektrokinetik sebagai berikut : 

   

VP (2.1)



  W dengan

  ζ adalah potential antara lapisan + dan – (yaitu solid and

liquid phases ),  merupakan konstanta dielektrik suatu fluida, 

  • 1 -1

  

menotasikan viskositas dari fluida (ML T ),  w adalah

  2 3 -1 -2

konduktivitas dari fluida (I T M L ), P adalah perbedaan

  • 1 -2

  

tekanan (ML T ), V ialah potential elektrokinetik (mV). Dengan

demikian, koefisien potensial streaming “coupling coefficient

adalah c yang didefinisikan sebagai perbandingan antara potensial

elektrokinetik (PE) (V) dengan perbedaan gradient tekanan (P)

yang dapat ditulis sebagai berikut (Bolève et al., 2012):

  

c  (2.2)

   W

  B.) Potensial difusi Potensial difusi terjadi apabila ada perbedaan mobilitas

dari ion-ion yang berbeda dalam larutan dengan konsentrasi yang

berbeda-beda pula. Berpindahnya ion-ion dalam larutan elektrolit

pada air bawah permukaan agar mencapai keadaan netral yang

ditandai dengan jumlah ion positif dan ion negatif yang seimbang.

  C.) Potensial shale (serpih) Ketika dua buah elektroda logam dicelupkan dalam suatu

larutan yang homogen, maka tidak ada beda potensial diantara

kedua elektroda tersebut. Tetapi, jika kedua elektroda berada pada

dua larutan dengan konsentrasi yang berbeda, maka akan terbaca

beda potensialnya. Hal ini dikarenakan sifat fisis suatu zat yang

  

apabila dilarutkan dalam suatu pelarut yang memiliki konsentrasi

berbeda akan menyebabkan berpindahnya zat tersebut dari bagian

berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah.

Perbedaan konsentrasi pada dua larutan tersebut disebut gradien

konsentrasi. Gabungan potensial shale dan potensial difusi disebut

juga potensial elektrokimia.

  D.) Potensial mineral Ketika dua elektroda logam yang berbeda dicelupkan

dalam larutan homogen, terdapat beda potensial antara kedua

elektroda tersebut. Hal ini terjadi karena adanya kontak dua

medium yang berbeda. Potensial mineral dihasilkan dipermukaan

saat dua medium yang berbeda saling berinteraksi (Bolève et al.,

2012).

  E.) Potensial Termoelektrik Potensial termoelektrik terjadi apabila terdapat gradien

temperatur pada batuan. Sehingga akan menghasilkan medan

listrik saat melewati batuan tersebut. Fenomena ini disebut efek

termoelektrik, efek ini disebabkan oleh adanya perbedaan difusi

termal dari ion-ion dalam batuan pori yang terisi fluida serta akibat

adanya donor ion pada batuan. Proses tersebut merupakan efek

Seebeck (Bolève et al., 2012).

2.3.2 Pengukuran Self-Potential

  Secara umum terdapat dua macam jenis pengukuran Self-

Potential . Yakni pengukuran berdasarkan fungsi waktu dan fungsi

posisi. Pertama, pengukuran dengan menggunakan fungsi waktu.

  

Pengambilan data diukur pada suatu selang/jeda waktu tertentu

dengan posisi porous pot yang tetap. Nilai potensial yang terukur

pada tiap selang waktu tersebut akan berubah-ubah. Kedua

pengukuran berdasarkan fungsi posisi. Pada pengukuran Self-

Potential sebagai fungsi posisi, pengukuran dilakukan dengan

beberapa porous pot dalam posisi yang berbeda-beda, sehingga ada

perubahan posisi yang menyebabkan perubahan potensial. Oleh

Karena itu, diperlukan koreksi potensial akibat perubahan waktu.

Pengukuran data Self-Potential sebagai fungsi posisi dilakukan

  

dengan cara mengukur nilai potensial pada titik-titik sepanjang

lintasan survey. Sistem pengukuran ini dapat dilakukan melalui

dua cara, antara lain:

  • Fixed base porous pot

  Pada teknik ini, salah satu porous pot diletakkan di luar area

pengukuran dan satu porous pot yang lain bergerak di sepanjang

titik pengukuran yang telah ditentukan. Hasil yang diperoleh

melalui pengukuran dengan teknik fixed base porous pot adalah

nilai potensial langsung pada titik pengukuran setelah nilai

potensial baseline pada porous pot yang diletakkan di luar area

pengukuran ditentukan.

  • Leap frog

  Pada teknik ini, pengukuran Self-Potential dilakukan

dengan cara saling melompati posisi antar porous pot (seperti pada

gerakan katak melompat), dengan posisi dan spasi yang telah

ditentukan dalam suatu lintasan survey. Sehingga akan diperoleh

nilai beda potensial antara dua elektroda. Karena pola perpindahan

ini, nilai potensial pada titik ukur tertentu saling berkaitan nilai titik

ukur disampingnya. Nilai beda potensial ini mencerminkan gradien

potensial.

2.4 Continous Wavelet Transform (CWT)

  Untuk dapat mendeteksi posisi anomali data SP yang

disebabkan oleh zona rembesan air pada penelitian ini, data

dianalisis menggunakan transformasi wavelet. Transformasi

wavelet adalah metode yang dapat digunakan untuk

mengkarakterisasi dan menganalisa diskontinuitas atau perubahan

spontan pada data Self-Potential (SP). Data Self-Potential ini

dianalisa menggunakan wavelet kompleks yakni turunan dari

Poisson Kernel Family. Metode Continuous Wavelet Transform

(CWT) merupakan metode analisa sinyal yang menggunakan

pronsp transformasi wavelet untuk mendapatkan informasi

mengenai posisi tiap spektrum dan tiap frekuensi yang dihasilkan

melalui proses konvolusi antara sinyal real dan imaginer

menggunakan fungsi wavelet tertentu. Sehingga menghasilkan

  

nilai koefisien wavelet pada tiap pergeseran skala dan posisinya

sebagaimana Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Ilustrasi signal CWT.

  

Secara matematis transformasi wavelet dapat dinyatakan dalam

Persamaan 2.3.

    n

W g , f ( ', ) x    g xx ' /  f x dx (2.3)

          n n

    g

  

Dengan merupakan fungsi wavelet yang memiliki nilai

n x ' f x ialah sinyal dari data SP. parameter translasi ( ). Sedangkan  

Faktor g xx ' /  menunjukkan wavelet yang memiliki skala

      n x

terpusat pada ' dan sebanding dengan  . Parameter  bertindak

sebagai dimensi kedalaman (Z), sedangkan parameter translasi

sebanding dengan posisi x. Wavelet yang ada berbentuk fungsi

skala. Dari fungsi skala yang tersebut terdapat sebuah induk

wavelet dan wavelet-wavelet lain hasil dari penskalaan, dilatasi,

dan pergeseran induk wavelet yang ada sebagaimana Gambar 2.5.

  Dalam pengembangannya, CWT diproses dalam domain

bilangan gelombang yang melibatkan Fast Fourier Transform

(FFT). Hal ini dilakukan agar proses perhitungan dapat

diselesaikan secara tepat. Wavelet yang digunakan ialah turunan

orde ke-n dari Poisson Kennel Family dan hasil transformasi

Hilbertnya yang secara berurutan disebut sebagai wavelet

horisontal dan vertikal. Secara matematis, wavelet horisontal dan

vertikal dapat dinyatakan oleh Persamaan (2.4) dan Persamaan

(2.5).

  n H u  2  u exp  2  u (2.4)

        n

  

  1

  n V u   2 u 2 ui exp  2 u

         n  

  

.............................................................................................. (2.5)

Dengan u menunjukkan bilangan gelombang, yakni domain

frekuensi untuk variabel spasial x.

  Dalam proses transformasi wavelet, terdapat beberapa

karakteristik yakni: sinyal yang memiliki frekuensi tinggi akan

terlihat jelas pada skala yang rendah begitu juga sebaliknya.

Akibatnya, pada penggunaan skala yang tinggi resolusi dari sinyal

berfrekuensi tinggi akan semakin kabur. Dalam Analisa wavelet,

Mallat dan Hwang (1992) menunjukkan bahwa CWT dapat

mengidentifikasi singularitas dengan baik. Singularitas

ditunjukkan dengan garis nilai extrema yang didapatkan dari

matriks transformasi wavelet atau yang biasa disebut Wavelet

Transform Modulus Maxima Lines

  (WTMML). Secara matematis nilai extrema didapatkan melalui Persamaan (2.6).

  Wf x (2.6) ( ', )

  (  = 0 Dalam proses transformasi wavelet CWT akan dihasilkan

beberapa ekstrema. Ekstrema-ekstrema ini merupakan nilai