BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - FEBRIANTO BAB II

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada

  “Surat Pembaca” Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

  maka penliti meninjau dua hasil penelitian mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yaitu

  1. Penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

  

dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober

2000, tahun 2001 oleh Lina Destiyani mempunyai tujuan untuk mengetahui

  kesalahan berbahasa pada Surat Pembaca. Data penelitian ini adalah wacana “Surat Pembaca” dan sumber data berupa Tabloid Mingguan Bintang, Nova, dan

  

Nyata . Pada tabloid Bintang berjumlah 70 surat pembaca, Nova berjumlah 42

  surat pembaca, dan Nyata 62 surat pembaca. Metode dalam penyajian data menggunakan teknik simak dan teknik catat.

  2. Penelitian yang berjudul Analisis Kesalahan Berbahasa pada “Surat Pembaca”

  

Majalah Penyebar Semangat Edisi April sampai Juni Tahun 2003 , tahun 2005

  oleh Lina Tri Ariani mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai tujuan untuk mengetahui kesalahan pemakian bahasa Jawa pada “Surat Pembaca” majalah Penyebar

  

Semangat edisi April smapai Juni tahun 2003. Data yang digunakan adalah

  wacana pada Penyebar Semangat yang terdiri dari 52 surat pembaca yakni 16 surat pembaca dengan jumlah 165 kalimat untuk bulan April, 19 surat pembaca

  8 dengan jumlah 120 kalimat untuk bulan Mei dan 17 surat pembaca dengan jumlah kalimat 171 untuk bulan Juni. Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu metode simak dan catat.

  Berdasarkan dua penelitian tersebut, maka penelitian mengenai analisis kesalahan berbahasa memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaannya terletak pada sebagian teori yang digunakan karena pada dasarnya teori tentang analisis kesalahan berbahasa sama, hanya saja menggunakan pendapat dari para ahli yang berbeda.

  Perbedaanya terletak pada teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dan sumber data. Teknik pengumpulan data menggunakan metode baca catat, karena data berupa kata dalam kalimat yang telah dibaca kemudian dicatat pada kartu data. Pada analisis data peneliti akan menentukan kalimat yang mengandung kesalahan- kesalahan fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Sedangkan penelitian sebelumnya hanya menggunkan teknik simak dan catat. Sumber data penelitian juga berbeda, penelitian sebelumnya menggunakan tabloid dan majalah. Sedangkan penelitian ini menggunakan surat kabar. Dengan adanya perbedaan tersebut maka telah membuktikan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya.

B. Bahasa

  Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa mempunyai kemampuan berbahasa, seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur.

  Banyak pengertian bahasa yang telah dibuat oleh pakar bahasa, definisi tersebut dapat ditemukan dalam kamus atau dari beberapa buku teks tentang bahasa.

  1. Pengertian Bahasa

  Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2009: 24).

  Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Depdiknas, 2008: 116). Para pakar linguistik deskriptif bahasa mendefinisikan sebagai satu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Chaer, 2007: 32).

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

  2. Fungsi Bahasa

  Berkaitan dengan fungsi bahasa Keraf (2004: 3) mengungkapkan bahwa bahasa mempunyai empat fungsi yaitu: alat untuk menyatakan ekspresi diri, alat komunikasi, alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial, alat mengadakan kontrol sosial. Secara rinci keempat fungsi bahasa dijelaskan sebagai berikut.

a. Alat untuk Menyatakan Ekspresi Diri.

  Ekspresi diri berarti mengungkapkan segala hal yang dirasakan oleh pikiran dan perasaan manusia. Bahasa menyatakan segala sesuatu yang digunakan oleh manusia sebagai media untuk membebaskan diri dari persoalan-persoalan dan tekanan hidup yang dialaminya. Unsur bahasa yang mendorong manusia mengekspresikan dirinya agar menarik perhatian orang lain terhadap kita, yaitu digunakan sebagai alat untuk mencari perhatian orang lain terhadap hal-hal yang sedang dirasakan.

  b. Alat Komunikasi

  Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan fungsi bahasa yang bersifat intra- personal karena bahasa digunakan sebagai alat untuk saling bertukar pikiran dan perasaan antar manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya manusia tidak akan lepas dari kegiatan komunikasi dengan media bahasa sebagai alat penyampainnya yang dapat memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesame warga.

  c. Alat Mengadakan Integrasi dan Adaptasi Sosial

  Dalam kehidupan masyarakat manusia selalu membutuhkan eksistensi untuk diterima dan diakui oleh masyarakatnya. Dalam pembentukan eksistensi itulah, manusia akan melakukan integrasi (pembaharuan) dan adaptasi (penyesuaian diri) dalam masyarakat. Proses intregarasi dan adaptasi ini manusia selalu menggunakan bahasa sebagai perantaranya. Dalam proses ini, dengan bahasa seorang anggota masyarakat akan mengenal dan belajar terhadap segala adat istiadat, tingkah laku dan tata karma masyarakatnya. Oleh karena itu, secara sosial kolektif bahasa mempunyai peran penting sebagai media untuk membentuk keharmonisan kehidupan masyarakat dalam proses integrasi dan adaptasi sosial.

  d. Alat Mengadakan Kontrol Sosial

  Bahasa akan dimobilisasi oleh seseorang sebagai usaha untuk mempengaruhi pikiran dan tindakan orang. Hampir setiap hari kegiatan kontrol sosial akan terjadi dalam masyarakat. Misalnya orang tua yang menasehati anak-anaknya, kepala desa yang memberikan penerangan dan penyuluhan pada warganya tentunya keberhasilan seseorang dalam melakukan kontrol sosial sangat dipengaruhi keberhasilan seseorang dalam menggunakan bahasa secara tepat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan komunikatif, maka seseorang bias mempengaruhi pikiran dan tindakan orang lain sesuai dengan yang diharapkannya.

  Dapat disimpulkan bahwa fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh segenap masyarakat untuk mengekspresikan diri, mengadakan integrasi (adaptasi sosial), dan untuk mengadakan kontrol sosial antar sesama.

  C. Pengertian Analisis Kesalahan

  Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu pemakaian bahasa dikatakan salah, apabila pemakaian tersebut menyimpang dari pola umum yang berlaku dalam bahasa itu. Oleh karena itu, kesalahan berbahasa yang sering terjadi harus dikurangi dan kalau dapat dihapuskan sama sekali. Hal ini baru dapat tercapai apabila seluk-beluk kesalahan berbahasa itu dikaji secara mendalam. Pengkajian segala aspek kesalahan itulah yang dimaksud dengan istilah analisis kesalahan (anakes).

  Analisis kesalahan adalah suatu prosedur kerja, yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu (Ellis dalam Tarigan, 1995: 68).

  D. Kesalahan Berbahasa

  Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Dulay dalam Tarigan, 1995: 141-142).

  Kesalahan berbahasa atau “language errors” beraneka ragam jenisnya dan dapat diklasifikasi dengan berbagai cara kita memandangnya. Dengan perkataan lain, setiap sudut pandangan menghasilkan pengelompokan tertentu.

  Chomsky dalam Tarigan (1995: 143) membedakan jenis kesalahan menjadi dua yaitu:

  1. Kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian disebut faktor performansi. Kesalahan performansi merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut “mistakes”.

  2. Kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah- kaidah bahasa, yang disebut Chomsky (1965) sebagai faktor kompetensi, merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai sistem B2 (atau bahasa kedua) disebut “errors”.

  Kesalahan berbahasa dapat dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan komponen tata bahasa. Berdasarkan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis (Tarigan, 1995: 198- 200).

a. Fonologis

  Kridalaksana (2009: 63) mengatakan fonologi merupakan bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya; fonemik.

  Fonologi merupakan kajian tentang bunyi ujar yang diselidiki oleh cabang linguistik (Muslich, 2009:1). Agustien (2003:3) mengatakan fonologi merupakan bagian dari tata bahasa yang mempelajari bunyi bahasa pada umumnya dalam ilmu bahasa.

  Sedangkan Chaer (2007: 102) mengatakan fonologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtunan bunyi-bunyi.

  Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fonologi merupakan bidang linguistik yang menyelidiki (mempelajari) bunyi bahasa menurut fungsinya tentang bunyi ujar dalam ilmu bahasa.

  Kaitannya dengan analisis kesalahan, bunyi-bunyi ujaran tersebut disalin dalam wujud tulisan atau ortografis, yakni berhubungan dengan masalah sistem ejaan yang meliputi: penggunaan huruf besar, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda baca (Tarigan, 1995:196).

1) Penggunaan Huruf Kapital

  Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau EYD (P3B Depdiknas, 2009: 14), bahwa pemakaian huruf besar terdapat pada 15 tempat. Huruf kapital tersebut digunakan sebagai huruf pertama: a) kata pada awal kalimat.

  Contoh: Dia mengantuk

  A

  pa maksudnya?

  b) petikan langsung Contoh: Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

  Bapak menasehatkan, “Berhati-hatilah, Nak!”

  c) dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan Contoh: Allah

  Y ang Mahakuasa

  d) nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang Contoh: Mahaputra Yamin

  S ultan Hasanuddin

  e) unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat

  Contoh: Wakil Presiden Adam Malik

  P erdana Menteri Nehru

  f) unsur-unsur nama orang Contoh: Amir Hamzah

  D ewi Sartika

  g) nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa Contoh: bangsa Indonesia suku Sunda h) nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah

  Contoh: bulan Agustus hari Jumat i) nama geografi

  Contoh: Asia Tenggara

  B anyuwangi

  j) semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan Contoh: Republik Indonesia

  M ajelis Permusyawaratan Rakyat

  k) setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi Contoh: Perserikatan Bangsa-Bangsa

  U ndang-Undang Dasar Republik Indonesia

  l) semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,

  yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal

  Contoh: Bacalah majalah Bahasa dan Sastra Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan m) unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan

  Contoh: Dr. doktor

  S.H . sarjana hukum

  n) kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

  Contoh: “Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto.

  Adik bertanya, “Itu apa, Bu?” o) kata ganti Anda.

  Contoh: Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

2) Pemenggalan Kata

  Pemenggalan kata yaitu pemenggalan pada penggantian baris dengan ditandai tanda hubung (-). Pemenggalan kata tersebut meliputi: a) pemenggalan pada kata dasar dilakukan sebagai berikut: (1) Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu.

  Contoh: ma-in sa-at (2) Jika di tengah kata ada huruf konsonan, termasuk gabungan-huruf konsonan, di antara dua buah vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan

  Contoh: ba-pak la-wan (3) Jika di tengah kata ada huruf konsonan yang berurutan, pemenggalan dilakukuan di antara kedua huruf konsonan itu.

  Contoh: man-di som-bong b) imbuhan akhiran dan imbuhan awalan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris.

  Contoh: makan-an mem-bantu c) jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain.

  Contoh: bio-grafi, bi-o-gra-fi foto-grafi, fo-to-gra-fi (P3B Depdiknas, 2009: 12-13)

3) Penggunaan Tanda Baca

  Menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan atau EYD (P3B Depdiknas, 2009: 41), bahwa tanda baca itu terdiri dari 15 macam antara lain: 1) tanda titik (.) Contoh: Ayahku tinggal di Solo.

  Biarlah mereka duduk di sana. 2) tanda koma (,) Contoh: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.

  Satu, dua, ... tiga! 3) tanda titik koma (;) Contoh: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.

  Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur. 4) tanda titik dua (:)

  Contoh: Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.

  Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. 5) tanda hubung (-)

  Contoh: anak-anak berulang-ulang

  6) tanda pisah (-) Contoh: 1910 – 1945

  Jakarta – Bandung 7) tanda ellipsis (...) Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

  Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut. 8) tanda tanya (?)

  Contoh: Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan?

  9) tanda seru (!) Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu!

  Bersihkan kamar itu sekarang juga! 10) tanda kurung ((...))

  Contoh: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DKI (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.

  Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. 11) tanda kurung siku ( [...] ) Contoh: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.

  Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-38] tidak dibicarakan)perlu dibentangkan di sini. 12) tanda petik (“...”)

  Contoh: Kata Tono, “Saya juga minta satu.” Bung Komar sering disebut “pahlawan”, ia sendiri tidak tahu sebabnya. 13) tanda petik tunggal (‘...’)

  Contoh: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?” “Wah kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, Ibu, Bapak pulang, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Bapak Hamdan.

  14) tanda garis miring ( / ) Contoh: No.7/PK/1973

  Jalan Kramat II/10

  15) tanda penyingkat atau Apostrof (‘) Contoh: Ali ‘kan kusurati. (‘kan= akan)

  Malam ‘lah tiba . (‘lah= telah)

2. Morfologis

  Morfologi adalah bagaian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau mempelajari seluk-beluk kata serta pengaruh perubahan struktur kata terhadap kelas kata dan arti kata. (Putrayasa, 2010: 3)

  Verhaar (2001: 11) mengatakan morfologi adalah ilmu menyangkut struktur internal kata. Kridalaksana (2009: 159) mengatakan morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa yang mencangkup kata dan bagian-bagaian kata, yakni morfem.

  Ramlan (1997: 21) mengatakan morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Proses morfologik terdiri dari afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari seluk beluk kata serta pengaruh perubahan struktur kata dan morfem. Dalam proses perubahan bentuk dasar dalam rangka pembentukan kata-kata baru, yang meliputi: afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

a. Afiksasi

  Menurut Putrayasa (2010: 6) afiks adalah bentuk terikat. Artinya, dalam tuturan biasa, bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain.

  Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat, yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata (Chaer, 2007: 177).

  Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa afiks merupakan morfem terikat yang diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Bentuk tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatis selalu melekat pada bentuk lain. Afiks dapat dibedakan menjadi empat: prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), dan konfiks (gabungan awalan dan akhiran). Contoh: kata terjatuh yang dibentuk dari kata jatuh dan prfiks ter-, dan kata menggergaji yang dibentuk dari kata gergaji dan prefiks meN-.

b. Reduplikasi

  Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 2007: 182). Menurut Ramlan (1997: 63) reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagainnya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.

  Berdasarkan bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat macam yakni: pengulangan seluruh, pengulangan sebagian, pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dan pengulangan dengan perubahan fonem (Ramlan, 1997: 69-75).

1) Pengulangan Seluruh

  Pengulangan seluruh adalah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks.

  Contoh: sepeda sepeda-sepeda buku buku-buku

  2) Pengulangan Sebagian Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya.

  Apabila bentuk dasar itu berupa bentuk kompleks kemungkinan-kemungkinan bentuk dasarnya sebagai berikut: a) Bentuk MeN-. Misalnya: mengambil mengambil-ambil membaca membaca-baca

  b) Bentuk di-. Misalnya : ditarik ditarik-tarik dikemasi dikemas-kemasi

  c) Bentuk ber-. Misalnya : berjalan berjalan-jalan bertemu bertemu-temu

  d) Bentuk ter-. Misalnya : terbatuk terbatuk-batuk tersenyum tersenyum-senyum

  e) Bentuk ber-an. Misalnya : berlarian berlari-larian berhamburan berhambur-hamburan

  f) Bentuk –an Misalnya : minuman minum-minuman makanan makan-makanan

  g) Bentuk ke-. Misalnya : kedua kedua-dua ketiga ketiga-tiga

  3) Pengulangan yang Berkombinasi dengan Proses Pembubuhan afiks

  Dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi. Contoh : kereta kereta-keretaan hitam kehitam-hitaman

4) Pengulangan dengan Perubahan Fonem

  Kata ulang yang pengulangannya termasuk golongan ini sebenarnya sangat sedikit. Contoh : gerak gerak-gerik robak robak-rabik

c. Komposisi

  Menurut Chaer (2007: 185) komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konsrtuksi yang memilki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru.

  Ramlan (1997: 76) berpendapat bahwa kata majemuk adalah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya. Arifin (2009:12) mengatakan komposisi merupakan proses morfologis yang mengubah gabungan leksem menjadi satu kata, yakni kata majaemuk.

  Sedangkan komposisi menurut (Verhaar, 2001: 154) merupakan proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar (atau pradasar) menjadi satu kata, yang namanaya “kata majemuk” atau “kompauan”.

  Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan komposisi adalah proses pemajemukan yaitu penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. Misalnya rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras kepala, dan masih banyak lagi.

3. Sintaktis

  Sintaksis adalah cabang linguistik yang menyangkut susunan kata dalam kalimat (Verhaar, 2001: 11). Sintaksis adalah salah satu cabang tata bahasa yang menelaah struktur-struktur kalimat, klausa, dan frasa (Tarigan,2009: 5).

  Sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa ( Kridalaksana, 2009: 223).

  Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah hubungan antara kata dengan kata, atau kata dengan satuan-satuan yang lebih besar dalam telaah struktur kalimat, klausa, dan frasa.

  Sintaksis mengkaji lebih luas dari pada morfologi. Morfologi menyelidiki hubungan gramatikal kata, sedangkan sintaksis mempelajari seluk-beluk dalam tata bentuk kalimat atau di luar batas kata. Bidang kajian sintaksis tersbut adalah: frasa, klausa, dan kalimat.

a. Frasa

  Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa (Ramlan, 2001: 138).

  Dari batasan di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase mempunyai dua sifat, yaitu: 1) Frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. 2) Frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur klausa, maksudnya frase itu selalu terdapat dalam satu fungsi unsur klausa, yaitu S, P, O,

  Pel, atau Ket. Contoh: Dua orang mahasiswa sedang membaca buku baru di perpustakaan.

  S p o Ket

  b. Klausa

  Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari S P baik disertai O, Pel, dan Ket ataupun tidak (Ramlan, 2001: 79).

  Unsur inti klausa ialah S dan P. Namun demikian, S sering dihilangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat penggabungan klausa dan dalam kalimat jawaban. Contoh: Ibu tidak berlari-lari.

  S P

  c. Kalimat

  Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 2001: 23).

  Kalimat adalah kesatuan ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (Depdiknas, 2008: 609).

  Contoh: Lembaga itu menerbitkan majalah sastra.

  S P O

4. Semantik

  Verhaar (2001: 13) mengatakan semantik merupakan cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik adalah bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; sistem dan penyelidikan makna, dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya (Kridalaksana, 2009: 216).

  Dari beberapa pendapat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang linguistik yang meneliti struktur bahasa yang membahas arti atau makna suatu wicara (bahasa).

  Menurut Verhaar (2001: 385-388) semantik itu dibagi menjadi semantik leksikal dan semantik gramatikal. Semantik leksikal menyangkut makna leksikal. Semantik gramatikal menyangkut makna gramatikal.

  Berdasarkan kesalahan berbahasa bidang semantik peneliti membatasi pada struktur leksikal yaitu penggunaan kata yang memiliki makna kurang tepat dalam sebuah susunan kalimat, atau bermacam-macam relasi semantik yang terdapat pada kata. Hubungan antara kata itu dapat berwujud: sinonimi, polisemi, homonimi,

  hiponimi , dan antonimi (Keraf, 2010: 34).

  1) Relasi antara bentuk dan makna yang melibatkan sinonimi dan polisemi: a) Sinonimi: lebih dari satu bentuk bertalian dengan satu makna.

  b) Polisemi: bentuk yang sama memiliki lebih dari satu makna. 2) Relasi antara dua makna yang melibatkan hiponimi dan antonimi: a) hiponimi: cakupan-cakupan makna dalam sebuah makna yang lain.

  b) antonimi: posisi sebuah makna di luar sebuah makna yang lain. 3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi, yaitu satu bentuk mengacu kepada dua referen yang berlainan.

E. Pengertian Surat Kabar dan Surat Pembaca

1. Pengertian Surat Kabar

  Menurut (Depdiknas, 2008:1361) surat kabar merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita dsb; koran.

  Dapat disimpulkan surat kabar (koran) yang terbit setiap hari Suara Merdeka memiliki berita yang disampaikan untuk masyarakat.

2. Pengertian Rubrik Surat Pembaca

  Menurut (Depdiknas, 2008:1186) rubrik adalah kepala karangan (ruangan tetap) dalam surat kabar, majalah, dsb. Rubrik adalah kepala (ruangan) karangan dalam surat kabar, majalah, dsb. (Poerwadarminta, 2003: 989).

  Surat Pembaca merupakan surat yang ditulis oleh pembaca yang dimuat dalam surat kabar/koran, tabloid, atau majalah yang berisi tanggapan, kritik, saran, keluhan, ajakan, imbauan, ucapan terima kasih, dan lain-lain. Dalam hal ini surat kabar Suara Merdeka terdapat rubrik “Surat Pembaca” yang dijadikan objek penelitian.

F. Kerangka Pikir

  Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk berkomunikasi, berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008: 24). Bahasa yang digunakan dalam surat kabar Suara Merdeka khususnya pada rubrik “Surat Pembaca” masih terdapat berbagai kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, pemenggalan kata, penggunaan tanda baca, kata yang tidak tepat imbuhan, pola kalimat yang tidak efektif, dan makna yang kurang jelas.

  Tarigan (1995: 198-200) mengatakan komponen tata bahasa, kesalahan bahasa meliputi: fonologis, morfologis, sintaktis, dan semantis. Berdasarkan kesalahan bahasa yang peneliti temukan di surat kabar Suara Merdeka, peneliti akan meneliti bahasa yang ditulis masyarakat yang dituangkan dalam surat kabar rubrik “Surat Pembaca”.

  Surat pembaca yang merupakan rubrik yang tidak pasti ada dalam surat kabar. Rubrik ini sebagian besar berisi keluh kesah masyarakat yang dituangkan menjadi sebuah tulisan. Hal itu disebabkan oleh bahasa dalam “Surat Pembaca” yang memang dimuat dengan gaya penulisnya. Tulisan dari berbagai masyarakat yang dimuat dalam “Surat Pembaca” menjadi menarik untuk diteliti. Bagaimana bahasa yang digunakan masyarakat dalam bentuk tulisan. Secara lebih jelasnya akan diuraikan pada papan teori yang digunakan dalam penelitian ini.

  28 Bagan 1. Kerangka Pikir

  Kesalahan Bahasa Indonesia Pada Rubrik “Surat Pembaca” Suara Merdeka Edisi Maret – April 2012

  2

  8 Analisis Kesalahan Bahasa..., Febrianto Nugroho, FKIP UMP 2012