BAB I PENDAHULUAN - Suci Pasa Prastika BAB I

  kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar, termasuk kemungkinan adanya masalah/penyakit yang dapat berdampak negative terhadap kesehatan ibu dan janinnya. Termasuk dalam pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah persalinan yang aman, namun pada kenyataan nya dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan diluar fasilitas pelayanan kesehatan ( Kepmenkes Jawa tengah 2015).

  Sehingga Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup atau usia 0-12 bulan pada tahun yang sama. AKB dapat menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian (Kepmenkes RI, 2014).

  AKI mencerminkan resiko yang di hadapi ibu selama kehamilan, melahirkan, yang dipengaruhi oleh status gizi ibu keadaan sosial ekonomi, keadaan yang kurang baik menjelang kehamilan, kejadian berbagai komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, tersedianya dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan. Penyebab kematian ibu

  1 dipengaruhi oleh penyebab langsung maupun tidak langsung, penyebab langsung kematian ibu terbesar adalah komplikasi obstetrik(90%) yang dikenal dengan trias klasik seperti perdarahan, infeksi, dan preeklamsi atau komplikasi pada saat kehamilan, kelahiran, dan selama nifas yang tidak tertangani dengan baik dan tepat waktu (DKK Banyumas, 2014). Penyebab terbesar kematian ibu selama tahun 2012-2013 masih sama yaitu perdarahan. Sedangkan partus lama merupakan penyumbang kematian ibu terendah. Penyebab lain-lain kematian ibu secara tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal, jantung, tuberkolosis atau penyakit lain yang diderita ibu (Direktorat Kesehatan Ibu, 2014). Adapun upaya pemerintah untuk menurunkan AKI

  Komplikasi yang menjadi penyebab kematian bayi terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007).

  Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses kepelayanan kesehatan, kemampauan tenaga kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orangtua mencari pertolongan kesehatan. Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami peningkatan dari tahun 2013 yang sebesar 51,47% menjadi 59,68% pada tahun 2014 (DKK Banyumas, 2014).

  Jumlah kasus kematian ibu di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 619 kasus atau sebesar 111,16 per 100.000 kelahiran hidup. Mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan jumlah kasus kematian ibu tahun 2014 yang mencapai 711 kasus. Angka Kematian Ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup. AKI di Kabupaten Banyumas tahun 2016 sebesar 114,73/100.000 kelahiran hidup, menurun dibanding tahun 2013 sebesar 124,13/100.000 kelahiran hidup. (DKK, Banyumas 2014).Sedangkan AKB di Kabupaten Banyumas tahun 2014 sebesar 9,04 per 1000 kelahiran hidup, AKB tahun 2014 jika dibandingkan dengan target melinium Development Goals (MDGS) tahun 2015 sebesar 17/1000 kelahiran hidup maka AKB di Kabupaten banyumas sudah baik karena telah melampaui target. Angka Kematian Ibu (AKI) di Puskesmas Kembaran 1 tahun 2016 per 100.000 kelahiran hidup, terdapat 1 kasus AKI dari ibu nifas, dan Angka Kematian Bayi per100.000 kelahiran hidup tidak terdapat kasus kematian(DKK Banyumas, 2014 h.10).

  Melihat kondisi diatas dapat dikatakan bahwa program kesehatan ibu dan anak, permasalahan dan penyebab tersebut dapat dicegah dan ditangani yaitu dengan adanya program Nasional MDGS untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014. Kemudian adanya pencegahan dan deteksi dini, yaitu dengan cara memberikan pelayanan kesehatan ibu, meliputi pelayanan kesehatan antenatal care, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan nifas (Dinkes,2014).

  Program MDGS berakhir pada tahun 2015 dan dilanjutkan dengan program nasional SDGS yang memiliki 17 target didalam nya, dalam targetan nomor 3 mengenai ketercakupan kesehatan yang semakin luas untuk memastikan hidup sehat dan sejahtera bagi semua kalangan. Pada subtargetan tersebut disebutkan bahwa pada tahun 2030 MMR atau AKI dalam skala global turun kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup. Program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil sebenarnya sudah cukup banyak, salah satunya adalah jaminan persalinan (Jampersal), (Kementrian Kesehatan Indonesia, 2015).

  Berbagai strategi operasional program KIA telah dilaksanakan Kabupaten Banyumas, antara lain ANC, terintegrasi, Optimalisasi SDM bidan, Optimalisasi buku KIA dan P4K, Optimalisasi K1, K4, P4K dengan stiker dan deteksi resiko tinggi, optimalisasi desa siap antar jaga dan FKD, pemantapan Puskesmas PONED dan Rumah Sakit PONEK, MONEF paska latih, peningkatan peran bidan coordinator, Peningkatan Lintas Program dan Lintas Sektoral, Pembinaan terfokus pada Puskesmas/Bidan dengan kinerja rendah, persalinan dengan 2 bidan, Pelaksanaan SOP kunjungan nifas, penggalangan donor darah dengan BABINSA (Badan Pembinaan Desa), Peningkatan Pemberdayaan masyarakat dengan optimalisasi FKD, Peningkatan Program KB serta (Dinkes, 2014).

  Bidan memiliki peran yang penting dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif yang mandiri, kolaborasi, maupun melakukan rujukan yang tepat, oleh karena itu bidan dituntut dapat melakukan deteksi dini adanya tanda dan gejala komplikasi kehamilan, serta memberikan pertolongan kegawatdaruratan. Maka dari itu saya memberikan asuhan kebidanan secara menyeluruh dan berkelanjutan pada ibu hamil, persalinan, bayi baru lahir, nifas, hinggan perencanaan kb, yang saya dilakukan di desa karangsoka, kecamatan kembaran, agar dapat mengetahui deteksi dini adanya tanda dan gejala komplikasi yang terjadi baik pada ibu maupun pada bayi.

  B. Tujuan

  1. Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan komperehensif dan berkelanjutan pada masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan keluarga berencana dengan menggunakan manajemen kebidanan varney dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAPIE.

  2. Tujuan Khusus Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan sebagai berikut :

  a) Mampu melakukan asuhan kebidanan secara menyeluruh pada masa kehamilan trimester II dan III yang meliputi pengumpulan data subjektif, objektif, interpretasi data, menetapkan diagnosa, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dengan metode pendokumentasian SOAPIE.

  b) Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensifpada ibu bersalin yang meliputi pengumpulan data subjektif, objektif, interpretasi data, menetapkan diagnosa, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dengan metode pendokumentasian SOAPIE.

  c) Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi baru lahir yang meliputi pengumpulan data subjektif, objektif, interpretasi data, menetapkan diagnosa, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dengan metode pendokumentasian SOAPIE.

  d) Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada masa nifas yang meliputi pengumpulan data subjektif, objektif, interpretasi data, menetapkan diagnosa, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dengan metode pendokumentasian SOAPIE.

  e) Mampu melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif pada perencanaan keluarga berencana yang meliputi pengumpulan data subjektif, objektif, interpretasi data, menetapkan diagnosa, kebutuhan tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dengan metode pendokumentasian SOAPIE.

  C. Pembatasan Kasus

  1. Sasaran Pengambilan studi kasus ini kepada Ny. M mulai dari kehamilan trimester II, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan masa antara (KB).

  2. Tempat Pengambilan studi kasus ini dilakukan di Desa Karangsoka Rt 06/Rw 02, Kecamatan Kembaran, Kabupaten Banyumas.

  3. Waktu

  a. Waktu penyusunan proposal ini dilakukan dari bulan Januari sampai Februari 2017.

  b. Pengambilan kasus dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2017.

  c. Rencana karya tulis dilakukan dari bulan Mei sampai bulan Juni 2017.

  D. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data merupakan cara penulis untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam melakukan asuhan kebidanan. Metode pengumpulan data terdiri dari wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumen (Aziz, 2014).

  1. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai langsung responden yang diteliti, sehingga metode ini memberikan hasil secara langsung (Aziz, 2014; h.96).

  2. Observasi Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden peneliti untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Aziz, 2014; h.98).

  3. Pemeriksaan fisik Melakukan pemeriksaan fisik, menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi, dan disertai pemeriksaan penunjang (Sumber a. Inspeksi

  Inspeksi dapat dibagi menjadi inspeksi umum dan lokal. Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehinggan dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan lokal sampai sekecil-kecilnya. Untuk bahan pembanding perlu diperhatikan keadaan sisi lainnya (Manuaba, 2010 h.114).

  b. Palpasi Pemeriksaan dengan menggunakan indra peraba yaitu kedua tangan, dengan menggunakan kedua telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada telapak tangan dan jari tangan (Manuaba, 2010 h.114). c. Perkusi Suatu pemeriksaan yang dilakukan dengan cara ketukan dibagian- bagian tertentu untuk mengetahui batas-batas yang normal (Manuaba, 2010 h.114).

  d. Auskultasi Pemeriksaan dengan cara mendengarkan suara dari tubuh yang diperiksa menggunakan stetoskop (Manuaba, 2010 h. 114).

  e. Pemeriksaan Penunjang Merupakan gambaran real time pada layar ultrasonic yang di hasilkan oleh gelombang suara yang dipantulkan kembali dari organ, cairan dan jaringan yang berhadapan dengan janin didalam uterus sehingga dapat mengetahui usia gestasi, perkembangan janin, dan deteksi dini abnormalitas pada janin dan plasenta (Wililiams, 2012 h. 132).

  f. Studi Pustaka Penulis menggunakan buku yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB (Aziz,2014 h.98).

  g. Media Elektronika Penulis membuka situs/website yang ada kaitannya dengan studi kasus yang dilakukan (Aziz,2014 h.98).

  E. Sistematika Penulisan

  BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

  1. Tinjauan Teori Tinjauan teori ini berisikan tentang materi kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan KB.

  2. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan Menjelaskan tentang asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan metode SOAP.

  3. Landasan Kewenangan Bidan Menjelaskan tentang bagian-bagian yang terdapat pada landasan kewenangan bidan.

  BAB III : TINJAUAN KASUS Pada bab ini menguraikan tentang pengkajian ibu mulai dari kehamilantrimester II, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan KB dengan menggunakan metode 7 langkah varney mulai dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, identifikasi kebutuhan akan tindakan segera atu kolaborasi dan konsultasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, serta mendokumentasikan asuhan kebidanan menggunakan metode SOAPIE.

  BAB IV : PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan tentang permasalahan yang telah dihadapi dalam melakukan asuhan dan menentukan apakah ada kesenjangan antara teori dan praktik.

  BAB V : PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dan saran yang terdapat setelah melakukan asuhan kepada ibu saat kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, dan KB. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN