BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SIDANG PRA NIKAH ANGGOTA BRIMOB DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN (Studi di SatuanBrimobPolda Lampung) - Raden Intan Repository

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan fitrah manusia, oleh karena itu hidup berumah

  tangga dan menghindari hidup melajang sangat dianjurkan oleh agama Islam, untuk menuju kebahagiaan yang merupakan dambaan bagi setiap insan manusia. Salah satu jalan untuk mencapai kebahagiaan itu salah satunya adalah dengan cara perkawinan. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah SWT firmankan dalam QS. Ar-Ruum:21:

          

     

             

  Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (Qs Ar-ruum : 21)

  1

1 AL-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia Tehazed,2010,Hal 15.

  Allah SWT telah mengatur lembaga perkawinan sedemikian rupa dalam syari’at Nya pada al-Qur’an dan Hadis agar terjaga kehormatannya, martabat dan kemuliaan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya, perkawinan ini adalah salah satu syari’at Islam yang merupakan ketetapan

  2 illahi. Perkawinan merupakan wadah untuk melanggengkan kebahagiaan

  manusia, bukan sebagai pengekang pasangan hidup. Oleh karena itu perkawinan dalam Islam tidak untuk dalam waktu jangka waktu terbatas atau tertentu, melainkan untuk selama lamanya hingga maut memisahkan kedua

  3

  pasangan hidup. Perkawinan bertujuan agar dapat terbinanya hubungan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang saling mencintai satu sama lain, agar dapat hidup berdampingan secara damai, sejahtera, serta memperoleh keturunan sesuai dengan perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, yang sangat relevan disebutkan dalam hadits :

  َﻢَّﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰَّﻠَﺻ ِﷲا ُلْﻮُﺳَر َلﺎَﻗ ْﺖَﻟﺎَﻗ َﺔَﺸِﺋ ﺎَﻋ ْﻦَﻋ ْﻲِّﻨِﻣ َﺲْﯿَﻠَﻓ ْﻲِﺘَّﻨُﺴِﺑ ْﻞَﻤْﻌَﯾ ْﻢَﻟ ْﻦَﻤَﻓ ْﻲِﺘَّﻨُﺳ ْﻦِﻣ ُحَﺎﻜِّﻨﻟَا ْﻦَﻣَو ْﺢِﻜْﻨَﯿْﻠَﻓ ٍلْﻮَﻃاَذ َنﺎَﻛ ْﻦَﻣَو َﻢَﻣ َﻻْا ُﻢُﻛ

  ِب ٌﺮ ِﺛ َﺎ ﻜ ُﻣ ْﻲ ِّﻧ ِﺈ َﻓ ا ْﻮ ُﺟ َّو َﺰ َﺗ َو ﻲﻓ ﮫﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﮫﺟﺮﺧأ ) . ٌءﺎَﺟِو ُﮫَﻟ َمْﻮَّﺼﻟا َّنِﺈَﻓ ِمﺎَﯿِّﺼﻟﺎِﺑ ِﮫْﯿَﻠَﻌَﻓ ْﺪِﺠَﯾ ْﻢ َﻟ ( ح ﺎ ﻜ ﻨ ﻟ ا ب ﺎ ﺘ ﻛ

  Artinya: “Dari ‘Aisyah, Dia berkata Rasulullah SAW bersabda: Nikah itu sebagian dari sunahku, barang siapa yang tidak mau mengamalkan sunahku, maka dia bukan termasuk golonganku. Dan menikahlah kalian semua, sesungguhnya aku (senang) kalian memperbanyak umat, dan barang siapa (diantara kalian) telah memiliki kemampuaan atau persiapan (untuk menikah) maka 2 menikahlah, dan barang siapa yang belum mendapati dirinya

  Quraish shihab, Wawasan al-Quran : Tafsir maudhu’I atas perlbagai persoalan umat, (Bandung : Mizan, 1998), h. 191 3 Yayan Sopyan, Islam Negara Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

  (kemampuan atau kesiapan) maka hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya puasa merupakan pemotong hawa nafsu 4 baginya.” (dikeluarkan dari HR. Ibnu Majah dalam Kitab Nikah).

  Pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaannya, dan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pada prinsipnya, perkawinan di Indonesia adalah Monogami, yaitu dalam suatu perkawinan, seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami, kecuali pengadilan memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang (Poligami) apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan dengan syarat yang ditentukan oleh undang-undang.

  Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan pasal 1 disebutkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Yang menjadi tujuan dasar setiap pembentukan rumah tangga, yaitu selain untuk mendapatkan keturunan yang saleh, adalah untuk dapat hidup

  5

  tentram, adanya suasana sakinah yang disertai oleh rasa kasih sayang. Dari batasan perkawinan tersebut jelaslah bahwa keinginan bangsa dan negara 4 Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah ar-Rabi’i al-Qarwini, Sunan Ibn Majah

  Juz 1 , (Beirut, Libanon: Daarul Kutub al-‘Ilmiah, 275 H), h. 592 5 Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Konteporer, (Jakarta: Prenada

  yang dituangkan ke dalam undang-undang perkawinan menghendaki agar setiap perkawinan dapat membentuk keluarga yang bahagia artinya tidak akan mengalami penderitaan lahir batin. Demikian pula bahwa setiap perkawinan diharapkan dapat membentuk keluarga yang kekal artinya tidak mengalami

  6 perceraian.

  Salah satu aspek syari’ah adalah ketentuan hukum yang berkaitan dengan masalah perkawinan (munakahat). Dalam Islam disyari’atkannya perkawinan pada hakekatnya adalah sebagai upaya legalisasi hubungan seksual, sekaligus untuk mengembangkan keturunan yang sah dan menjaga dari percampuran nasab. Disamping itu Allah SWT menjadikan perkawinan yang diatur menurut syari’at Islam sebagai penghormatan dan penghargaan yang tinggi terhadap harga diri, yang diberikan oleh Islam khusus untuk

  7 manusia diantara makhluk-makhluk lainnya.

  Hukum melakukan perkawinan atau pernikahan dalam Islam dapat dibedakan ke dalam lima macam: diantaranya yaitu, perkawinan wajib (azzawajal-wajib), yaitu perkawinan yang harus dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan untuk menikah (Berumah Tangga) serta nafsu biologis (nafsu syahwat) dan khawatir benar dirinya akan melakukan perbuatan zina manakala tidak melakukan pernikahan, keharusan menikah ini didasarkan atas alasan bahwa mempertahankan diri dari kemungkinan berbuat zina adalah wajib. Dan karena satu-satunya sarana untuk menghindarkan diri 6 7 Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, Jakarta: 2001, hlm. 1.

  Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, Bandung: PT. dari perbuatan zina itu adalah nikah, maka menikah menjadi wajib bagi orang-orang seperti ini.

  Lepas dari hukum pernikahan yang beraneka ragam ini, yang pasti pada satu sisi nabi Muhammad saw menganjurkan para pemuda yang memiliki kemampuan biaya hidup supaya melakukan pernikahan, sementara pada sisi lain, nabi melarang keras umat Islam melakukan tabattul (membujang selamanya). Jumhur ulama ulama pun sepakat bahwa setiap laki- laki dan perempuan yang ingin menjalin cinta kasih dan menyalurkan kehidupan biologis atau lebih tepat lagi membentuk kehidupan berumah

  8 tangga, mereka harus melakukannya melalui ‘aqdun-nikah (akad nikah).

  Islam sangat menghendaki rumah tangga yang harmonis, rumah tangga yang sesuai dengan tuntunan agama, dimana tolak ukur keluarga yang harmonis itu dapat dirasakan dengan hadir nya suatu keadaan yang sakina, mawadda, dan rahmah, keluarga yang semua anggotanya merasakan ketenangan, kedamaian, keamanan, kebahagiaan juga keberkahan. Keluarga yang saling menerima, memahami serta di liputi oleh suasana jiwa penuh kesyukuran, terjauhkan dari penyelewengan dan kerusakan. Dengan demikian, pernikahan merupakan suatu sunnatullah yang umum yang berlaku bagi manusia dan pernikahan adalah cara yang diberikan Allah SWT untuk melestarikan hidup umat manusia. Persiapan nikah adalah salah satu hal yang penting untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan dan mencakup beberapa aspek diantaranya adalah persiapan calon mempelai, persiapan 8 Muhammad Amin Suma, Hukum Keluarga Islam Di Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja hukum dan syariah serta persiapan anggaran yang dibutuhkan. Persiapan calon mempelai meliputi persiapan fisik, persiapan mental, persiapan spiritual, persiapan ekonomi dan persiapan sosial. Persiapan yang harus diperhatikan selanjutnya adalah persiapan anggaran atau dana yang akan digunakan pada saat menikah. Meskipun hal ini tidaklah wajib atau tidaklah harus seseorang menggelar pesta yang meriah untuk pernikahannya, namun tetap saja dalam melangsungkan pernikahan, ada biaya yang harus dikeluarkan misalnya untuk kepengerusan dokumen, acara akad nikah, dan lain sebagainya.

  Kaitan perkawinan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dikatakan keberhasilan dan kesejahteraan suatu negara bersumber pula dari ketentraman dan kesejahteraan dari negara-negara kecil yang tidak lain keluarga-keluarga rakyatnya. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan aparatur negaranya khususnya Pegawai Negeri, karena itu diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang harus menyelenggarakan pelayanan

  9

  yang adil dan merata. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

  atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok kepegawaian,

  menyebutkan Pegawai Negeri terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

9 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8

  Polri dan Polwan adalah unsur aparatur negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang harus menjadi teladan bagi masyarakat dalam tingkah laku dan ketaatannya pada perundang-undangan yang berlaku. Polri bekerja dua

  10

  puluh empat jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu. Untuk dapat melaksanakan kewajiban yang demikian dibutuhkan kesiapan mental dan fisik yang tangguh. Di samping itu anggota Polri juga manusia biasa, yang mempunyai kebutuhan biologis dan dorongan seksual. Dan sebagai tempat penyaluran kebutuhan seksual yang paling baik adalah pernikahan. Karena dengan berkeluarga seseorang akan lebih tenang hidupnya dan lebih terjaga dari hal-hal maksiat.

  Sebelum memasuki gerbang perkawinan, seorang anggota Polri yang akan melaksanakan perkawinan harus mempersiapkan diri dari berbagai hal, termasuk di dalamnya diusahakan antara kedua belah pihak pria dan wanita mempunyai kesamaan-kesamaan. Hal tersebut dimaksudkan agar pria dan wanita mempunyai visi dan misi yang sama dalam menjalankan kehidupan keluarga yang bahagia dan abadi. Untuk menciptakan tatanan keluarga yang diidealkan oleh Al-Qur’an yaitu keluarga yang diliputi suasana mawaddah warahmah, diperlukan persyaratan-persyaratan tersebut berkaitan dengan berbagai kesiapan, baik kesiapan fisik maupun mental. Salah satu usaha kearah itu adalah dengan adanya petunjuk pelaksanaan yaitu Peraturan Kapolri Nomor 9 tahun 2010 tentang nikah, cerai, dan rujuk anggota Polri, perkawinan anggota Polri dimaksudkan agar di dalam membina rumah tangga 10 Satjipto Raharjo, dan Anton Tabah, Polisi Pelaku Dan Pemikir, Jakarta: PT. Gramedia setiap anggota Polri dapat meminimalisir naiknya jumlah angka perceraian di Indonesia, untuk itu diperlukan aturan-aturan baku yang bertujuan mewujudkan kehidupan rumah tangga yang penuh kasih sayang. Pengaturan pernikahan bagi anggota Polri ini merupakan revisi dari peraturan Juklak

  11

  (petunjuk pelaksanaan) No.POL:07/III/1988 tentang izin kawin. Petunjuk pelaksanaan ini mengacu pada Keputusan Menteri Pertahanan/Panglima Angkatan Bersenjata No:Kep/01/I/1980 Tentang Peraturan Perkawinan perceraian dan rujuk anggota ABRI.

  Meskipun pada mulanya suami istri penuh rasa kasih sayang seolah- olah tidak akan menjadi pudar, namun dalam kehidupan berumah tangga kenyataan rasa kasih sayang bila tidak dirawat bisa menjadi pudar, bahkan bisa hilang berganti dengan kebencian. Suami isteri yang bertikai tidak boleh terlalu cepat mengambil keputusan bercerai, karena banyaknya masalah dalam rumah tangga masih bisa untuk disusun dan dibina menjadi lebih baik.

  Agama Islam memberikan pengajaran adanya banyak jalan penyelesaian dalam konflik rumah tangga sehingga menghidarkan terjadinya perceraian, namun perceraian adalah suatu hal yang dianggap boleh dalam islam namun di benci oleh Allah SWT.

  Islam hanya mengizinkan perceraian ketika tidak ada jalan lagi untuk keluar dari lingkaran ketegangan yang terus menerus dari rumah tangga.

  Bahwa sudah dipertimbangkan perceraian itulah jalan terbaik bagi pasangan 11 Disbintal Mabes POLRI, Himpunan Petunjuk tentang Perkawinan, Perceraian dan rujuk bagi

  anggota POLRI dan PERSSIP POLRI , / 07 / III / 1988.Tentang Perkawinan, Perceraian Dan Rujuk suami istri yang sedang berkonflik dari pada hidup terus menerus dalam perselisihan, dalam konflik keluarga pada akhirnya perceraian menjadi suatu

  12 jalan alternatif.

  BKKBN pada tahun 2013 menyatakan bahwa 70% adalah cerai gugat istri, dengan alasan tertinggi tidak harmonisan. Perceraian membawa dampak bagi anak yang tidak mendapat kasih sayang secara utuh dari kedua orang tua. Memasuki tahun 2016, angka perceraian di Indonesia masih tetap tinggi angka tertinggi perceraian menyatakan pasangan bercerai tidak bisa akur dengan persentase 48,1% dengan jumlah 22.590 pasangan bercerai.

  Perceraian di Indonesia masih sangat tinggi. Sebagian besar karena gugat cerai dari pihak istri. Penguatan ketahanan keluarga masih menjadi persoalan besar bagi bangsa Indonesia. Fakta yang sama dengan penekanan peningkatan angka perceraian pada anggota-anggota kepolisian republik Indonesia untuk itu untuk setiap anggota Polri yang akan melangsungkan perkawinan harus melakukan proses sidang Pra Nikah dengan prosedur yang telah ditetapkan sebelum menjadi keluarga bhayangkara atau istri polisi Bhayangkari ini yang nantinya akan bertugas dengan kegiatan khusus yang mana kegiatan tersebut didalamnya memuat tentang bagai mana menjadi keluarga yang harmonis dan pencegahan terhadap perceraian dalam rumah tangga pun sudah menjadi kewajiban sehingga tidak mudah untuk mengajukan perceraian.

12 Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang – Undang Perkawinan No.1 Tahun

  Tabel 1. Angka Pernikahan dan Perceraian di Indonesia

  Angka Angka No Tahun pernikahan perceraian

  1 2012 2.162.268 216.286 2 2013 2.207.364 285.184 3 2014 2.319.821 258.119 4 2015 2.291.265 372.577

  2016

  5 Januari- 2.218.130 46.476 September

  Sumber : Data Kementrian Agama RI Tahun : 2016

  Perceraian di Indonesia yang semakin mencemaskan dari waktu ke waktu. BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia sudah menempati urutan tertinggi di Asia, ternyata di tahun-tahun berikutnya jumlah perceraian tetap semakin meningkat. Melihat data pernikahan dan perceraian di Indonesia yang dirilis oleh data Badilag MA, tampak pernikahan relatif tetap di angka dua juta dua ratusan ribu setiap tahun, sementara perceraian selalu meningkat hingga tembus di atas tiga ratus ribu kejadian setiap tahunnya. Perhatikan data berikut ini. Data yang benar-benar sudah sangat mencemaskan. Sepertinya sangat mudah bagi masyarakat Indonesia untuk memutuskan kawin dan bercerai.

  Tahun 2013 menikah 2.218.130 kejadian, cerai 324.527 kejadian. Tahun 2014:menikah 2.319.821 kejadian, cerai 258.119. Tahun 2015: menikah 2.291.265 kejadian, cerai 372.577. Tahun 2016 Januari- September menikah 1.218.130 kejadian, cerai 46.920. Sebagai sampel data dua tahun terakhir di 2015 dan 2016 saja. Jika diambil tengahnya, angka perceraian di dua tahun itu sekitar 419.497 kasus. Perceraian terjadi karena gugat cerai dari pihak istri dengan persoalan tidak bisa akur 22.590 kasus dengan persentase 48,1%.

  Banyaknya faktor pendorong melakukan tindakan perceraian yang ada di Indonesia bukan hanya adanya orang ketiga, namun bisa berlatar belakang dari adanya konflik faktor ditinggal pasangan, ekonomi, KDRT, pasangan mabuk, pasangan berjudi, poligami, cacat badan, dihukum penjara, zina, kawin paksa, murtad, sikap hedonisme, faktor komunikasi, alasan masalah seksual dan bisa juga faktor dari lamanya pernikahan namun belum mendapatkan keturunan. Berikut tabel alasan perceraian data dari Badilag MA Kementrian Agama RI Januari-September 2016;

  Tabel 2. Alasan Perceraian Suami Istri di Indonesia

  No Perkara Jumlah Kasus Persentase

  1 Tidak Bisa Akur 22.590 48,1%

  2 Tinggalkan Pasangan 10.412 22,2%

  3 Ekonomi 7.204 15,3%

  4 KDRT 2.240 4,8%

  5 Pasangan Pemabuk 1.244 2,6%

  6 Pasangan Penjudi 8,74 1,9%

  7 Poligami 525 1,1%

  8 Cacat Badan/ Sakit 525 1,1%

  9 Dihukum Penjara 281 0,6%

  10 Zina 215 0,4%

  11 Kawin Paksa 200 0,4%

  12 Murtad 155 0,3%

  13 Lain-lain 205 0,4% Total 46.920 100%

  Sumber:Data Badilag MA Januari-September 2016

  Realitas yang harus disikapi pada kenyataannyan pada tahun 2016 dilansir dari data Badilag MA adalah penyebab perceraian tidak bisa akur adanya ketidak cocokan dan ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi kedua terjadinya perceraian di Indonesia pada tahun 2016, sebagaimana data dari Dirjen Badilag Mahkamah Agung RI. Alasan ini mungkin tampak terlalu dibuat-buat untuk konteks Indonesia.

  Adanya konflik pemicu bercerai pasangan tidak bisa akur karena adanya perbedaan dalam membina rumah tangga yang membuat pasangan mengakhiri kehidupan berumah tangga. Sudah semestinya pernikahan atau pun perkawinan adalah menyatukan perbedaan antara suami dan istri.

  Manusia tentunya mempunyai kelemahan kekurangan dan kelebihan masing- masing. Dan rumah tangga saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Akan tetapi bila perbedaan tidak disikapi dengan bijaksana baik oleh suami atau pun sang istri maka justru perbedaan menyebabkan seseorang melepas hubungan dengan orang lain tanpa tolerasi terlebih dahulu.

  Seharusnya perbedaan menjadikan seseorang mengerti kekurangan antar satu dengan lainnya dan mewujudkan solusi untuk bersatu dan saling mengisi, bukan menjadikan perpisahan dan perpecahan. Contoh perbedaan dalam masalah pernikahan antara lain bisa berwujud pada perbedaan faham dan keyakinan. Perbedaan ide dan pemikiran. Perbedaan status sosial dari masing-masing keluarga (kaya dan miskin). Selanjutnya tertinggi kedua perceraian dengan kasus ditinggal pasangan adalah penyebab tertinggi kedua karena dapat memicu perselingkuhan, zina, poligami, di hukum penjara dan pergi dalam dinas yang terlalu lama seperti anggota Polri yang mau tidak mau harus meninggalkan keluarga dalam menunaikan kewajiban tugas Negara, namun dalam perjalanannya terdapat masalah yang dapat mengakibatkan perselingkuhan atau poligami terjadi mungkin tidak terkait dengan penentangan terhadap konsep monogami atau norma masyarakat yang penuh batasan. Bisa jadi orang ingin sedikit eksentrik atau berbeda dari orang lain, namun perselingkuhan di Indonesia lebih banyak dilakukan dengan tersembunyi, bukan terang-terangan. Jadi untuk alasan sering terjadi di Indonesia. Alasan berikutnya adalah mencari kepuasaan emosional yang tidak tepenuhi dalam perkawinan. Di jadikan alasan perselingkuhan dalam kondisi jauh dari pasangan, namun nyata karena memang senyatanya itu bisa terjadi di Indonesia. Data berikutnya yang berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu dilihat dari peningkatan angka perceraian pada anggota brimob Polda Lampung yang mana juga data pertahun menunjukan kenaikan tingkat perceraian pada Anggota Polri ini dapat dilihat dari data tabel 3. Angka Pernikahan dan Perceraian Kesatuan Brimob Polda Lampung.

  Tabel 3. Angka Pernikahan dan Perceraian Angota Brimob Polda Lampung Melalui Prosedur Sidang Pra Nikah Angka pernikahan Angka No Tahun Melalui Prosedur perceraian Sidang Pra Nikah

  1 2012

  30

  1

  2 2 2013 22 3 2014 45 4 2015 27 5 2016

  38 Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016

  Tabel 4. Angka Pernikahan Brimob Polda Lampung Tidak Melalui Prosedur Angka pernikahan Angka No Tahun Tidak Melalui Prosedur perceraian

  1 2012

  11

  9 2 2013

  14

  8 3 2014

  5

  3 4 2015

  9

  7 5 2016

  11

  8 Sumber : Data Brimob Polda Lampung Tahun : 2016 Tabel 3 dan 4 di atas menunjukan jelas tingkat angka perceraian terjadi ditiap tahunnya lebih banyak pada anggota Brimob Polda Lampung yang tidak melalui prosedur sidang pra nikahan. Realitas ini menjadi sesuatu yang ingin penulis kaji lebih dalam mengenai perceraian anggota Polri dalam sebuah ikatan perkawinan yang mana tidak dapat dihindari, dari bercerai yaitu pertama kasusnya adalah tidak bisa akur dan kedua adalah kasus ditinggal pasangan , mau tidak mau jelas sekali untuk menikah dengan anggota Polri pasti harus dapat memanajeman keadaan ketika suami meninggalkan keluarga saat ditinggal bekerja untuk tugas Negara, pertengkaran konflik yang berkepanjangan yang dikarenakan ditinggalkan tugas dinas yang terlampau lama beruujung poligami dan perselingkuhan, seringnya istri di tinggal suami, sehingga rentan menghadapi perceraian.

  Adapun upaya meminimalisir angka perceraian yang meningkat setiap tahun sebagai seorang anggota Polri, semua sisi kehidupan dan berkeluarga diatur sesuai dengan aturan tertulis ataupun tidak tertulis. Anggota Polri harus melalui serangkaian persiapan tahap dan rangkaian yang ketentuan yang harus dipenuhi yaitu melakukan sidang pra nikah sebelum melakukan akad nikah, dalam literatur fiqh klasik tidak ditemukan bahasan khusus dengan nama perjanjian dalam perkawinan yang ada dalam pembahasan fiqh dan sebagian kitab fiqh dengan maksud yang sama adalah persyaratan dalam perkawinan, kaitan antara syarat dan perkawinan dengan perjanjian dalam perkawinan adalah karena perjanjian itu berisi syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pihak yang melakukan perjanjian dalam hal ini

  13 pihak yang berjanji untuk memenuhi syarat yang telah ditentukan.

  Perjanjian dalam pernikahan terpisah dari akad nikah, jadi tidak ada kaitannya antara hukum dan akad nikah yang dilaksanakan secara sah dengan pelaksanaan syarat yang ditentukan dengan perjanjian itu, jadi hal ini berarti bahwa tidak dipenuhinya perjanjian perkawinan tidak menyebabkan batalnya

  14

  pernikahan yang sudah sah. Sebagaimana dimaklumi bahwa akad perkawinan dimaksudkan untuk hidup bersama dan berketurunan menurut cara yang diridhai Allah SWT, serta diadakan akad perkawinan itu secara sukarela, terhindar dari pemerkosaan dan pemaksaan maka dalam suatu akad perkawinan antara mempelai laki dan mempelai perempuan diperbolehkan mengadakan syarat-syarat atau janji-janji yang disepakati bersama dan menjadi keinginan masing-masing sepanjang syarat dan janji itu tidak

  15 menyalahi tujuan dan maksud perkawinan. 13 Selamet Abidin dan Aminudin, Fiqh Munakahat 1, cet 1, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 1994 ), h.9 14 15 Ibid ., h. 15

  Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-undang Perkawinan

  Proses dan prosedur syarat atau janji itu sesuai dengan aturan yang mengikat dan peraturan undang-undang yang mengharuskan anggota Polri taat pada semua aspek yang berlaku di lingkungan Polri. Begitu juga mengenai perkawinan, anggota polri khusus pada anggota kesatuan Brimob yang ingin menikah diwajibkan untuk mengikuti proses jalannya sidang pra nikah atau yang sering disebut dengan sidang nikah kantor. Anggota Polri harus melengkapi berkas data diri dan keluarga yang membuktikan terbebas dari pernah atau tidak seseorang melakukan tindakan pidana (SKCK), keterangan bebas dari organisasi yang dilarang negara, keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah sakit Polri, serta keterangan keperawanan bagi calon mempelai wanita. Setiap orang yang ingin menikah dengan anggota Polri harus melengkapi semua ketentuan tersebut sehingga bisa dapat dipastikan tak ada kesalahan atau kekeliruan mengenai riwayat dari calon mempelai.

  Pentingnya persyaratan di atas adalah mengingat personil satuan brimob adalah satuan elite yang dimiliki Kepolisian, harus terhindar dari pengaruh faham-faham dan organisasi yang dilarang oleh negara, serta sebagai salah satu untuk mengetahui penelurusan asal usul siapa calon istri dan orang tua istri. Serta keterangan kesehatan yang dikeluarkan oleh rumah sakit Polri bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya indikasi pemakai narkoba, serta keterangan keperawanan atau tidak dalam keadaan hamil bagi calon mempelai wanita

  Semua ketentuan berlaku untuk semua anggota Polri di seluruh Indonesia, akan tetapi ada suatu perbedaan berupa kekhususan apabila sidang pra nikah dilaksanakan di Kesatuan Brimob termasuk pada Polda Lampung, kekhususan tersebut berupa beberapa rangkaian sidang pra nikah yang bisa di laksanankan sampai beberapa etape rangkaian sidang pra nikah berupa sidang pra nikah untuk tingkat kompi, tingkat batalyon, tingkat satuan Brimob, dan tingkat Polda.

  Menurut Komisaris Besar Polisi Imam Santoso selaku Komandan Satuan Brimob Polda Lampung, “Banyak perceraian terjadi karena tidak melalui penyuluhan dan sidang pra nikah yang sebenarnya memiliki tujuan, diadakanya sidang pra nikah yang terdiri dari beberapa rangkaian tahapan tersebut memang sulit dan panjang rangkaiannya sebagai tindakan preventif meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga bagi anggotanya karena di dalam prosesnya ada penyuluhan, perkenalan dan aturan-aturan sebagai suami/istri anggota polri, yang diarahkan untuk mewujudkan keluarga polri yang damai, sakinah, mawadah, warahmah sehingga akan terhindar dari konflik rumah tangga hingga perceraian dan jangan sampai seperti tindakan penembakan terhadap istri dan lain-lain.

  Terhadap perkara kaitannya dengan sidang nikah kantor pada anggota Satuan

16 Brimob Polda Lampung”.

  Realitas yang terjadi ini penulis menganggap penting dilanjutkan sebagai penelitian untuk dapat melihat bagaimana proses sidang nikah kantor 16 Kombes Pol Imam Santoso, Kepala Satuan Brimob Polda Lampung, Wawancara, sebagai salah satu tindakan preventif dan meminimalisir angka perceraian dan konflik dalam rumah tangga yang terjadi di Satuan Brimob Polda Lampung dengan melihat dari perspektif hukum Islam berdasarkan Al-Quran dan Hadits untuk itu penulis akan melakukan penelitian dengan judul: “Tinjauan

  Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Aggota Brimob Dalam

Meminimalisir Perceraian (Studi di Satuan Brimob Polda Lampung)”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

  1. Identifikasi Masalah

  a. Masih ada di antara anggota kepolisian yang tidak mengikuti sidang pra nikah terlebih dahulu, banyak yang terlambat melakukan sidang.

  b. Proses pengajuan prosedur pernikahan memakan waktu yang cukup lama membutuhkan waktu 6 bulan dan sebagian anggota Brimob memilih menikah terlebih dahulu selanjutnya baru melakukan sidang nikah kantor.

  c. Aparat kepolisian sebagai penegak hukum harus melakukan sidang pra nikah untuk dapat mewujudkan keluarga yang harmonis.

  2. Batasan Masalah

  Pembatasan masalah penelitian ini perlu dilakukan agar pembahasan tidak terlalu luas dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan untuk itu penulis membatasi penelitian dengan hanya membahas tahapan tentang sidang nikah kantor anggota Satuan Brimob Polda Lampung dilihat dari perspektif hukum Islam dan dampak dari berlangsungnya sidang pra nikah.

  C. Rumusan Masalah

  Latar belakang dan fokus masalah di atas rumusan masalah pada penelitian ini: a. Bagaimana prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda

  Lampung?

  b. Bagaimana proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau dari hukum Islam? c. Bagaimana implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda

  Lampung dalam meminimalisir perceraian?

  D. Tujuan Penelitian

  Secara umum tujuan penelitian ini untuk mempelajari dan mengkaji informasi secara teoritis dan empiris secara spesifik penelitian ini ditujukan untuk:

  a. Untuk mengetahui prosesi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda Lampung?

  b. Untuk mengetahui proses tahapan sidang pra nikah tersebut ditinjau dari hukum Islam? c. Untuk mengetahui implikasi sidang pra nikah di Kesatuan Brimob

  Polda Lampung dalam meminimalisir perceraian?

  E. Kegunaan Penelitian

  Kegunaan Penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu kegunaan secara praktis dan secara teoritis yaitu;

  1. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi seluruh masyarakat, terutama para pembuat keputusan untuk membantu memecahkan masalah perceraian yang meningkat di Indonesia, terutama penelitian ini untuk melihat apakah ada manfaat dari pernikahan pra kantor yang dilakukan kesatuan Brimob Polda Lampung dapat meminimalisir terjadinya perceraian. Dengan kata lain, penelitian ini dianggap penting untuk memberikan sumbangan atau row input dan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah didalam keluarga anggota Polri

  2. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memperkaya perbendaharaan pengetahuan dan teori tentang hukum keluarga, yang nantinya akan sangat berguna dalam menambah wacana dan diskursus ilmiah di dunia perlindungan rumah tangga terutama dalam perspektif Islam.

  F. Kerangka Teoritik

  Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Nikah Kantor Aggota Brimob Dalam Meminimalisir Perceraian dalam penyusunan model penelitian ini diukur menggunakan Indikator kajian mendalam dengan metode kualitatif deskriptif. Sidang pra nikah merupakan suatu perjanjian atau suatu perbuatan kesepakatan yang sesuai pada bab Ketujuh dalam KUHPerdata tentang perjanjian perkawinan pasal 139 “Dengan mengadakan perjanjian perkawinan, kedua calon suami istri adalah berhak menyiapkan beberapa penyimpangan dari peraturan undang-undang sekitar persatuan harta kekayaan, asal perjanjian itu tidak meyalahi tata susila yang baik atau tata tertib umum dan asal diindahkan pula segala ketentuan-ketentuannya. Di dalam sidang pra nikah ini penyusun akan mengupas perjanjian perjanjian yang berupa aturan yang dibuat berdasarkan konsep maqashid as-syariah sebagai teori, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Sangat erat kaitannya dengan sidang pra nikah ini adalah untuk terwujudnya tujuan hukum islam sebagai pemelihara agama, akal, jiwa, keturunan dan harta.

  Imam al-Ghazali, paling tidak ada lima aspek kemaslahatan yang harus dicakup dalam suatu produk hukum yaitu memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta. Dengan kata lain apabila telah memelihara kelima aspek tujuan syariat itu maka akan dapat dinamakan maslahah. Penelitian ini akan mengacu pada konsep al-maslahah al-mursalah dimana dalam hukum islam disebut sebagai sumber hukum yang masuk dalam wilayah ijtihad yaitu ketentuan yang diperoleh dari akal manusia dan pemikiran manusia, sehingga

  

al-maslahah al-mursalah dapat penyusun pahami sebagai teori hukum. Jadi

  pembentukan hukum dengan cara al-maslahah al-mursalah untuk mewujudkan maslahah bagi manusia dengan arti untuk mendatangkan

  

17

manfaat dan menolak kemudharatan.

  Rangkaian sidang pra nikah pada satuan Brimob ini memiliki kaitan yang sangat erat dengan terori hukum al-maslahah al-mursalah karena dalam rangkian tersebut ada beberapa point yang harus dilaksanakan seperti memelihara agama, dimana anggota Brimob yang akan menikah diharuskan dengan agama yang sama, dan memilih calon pasangan harus melihat nasab yang baik, maka dari itu di rangkaian kegiatan sidang pra nikah ada point yang tak kalah penting yaitu melengkapi data riwayat hidup orang tua calon, di mana di riwayat hidup tersebut tertera. Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), surat tersaebut adalah surat yang dikeluarkan dari pihak

  18

  kepolisian yang berisikan catatan kejahatan seseorang. Jadi apabila orangtua calon pernah melakukan tindakan kriminal secara otomatis tidak diperkenankan untuk melanjutkan rangkaian sidang pra nikah. Pelaksanaan sidang pranikah akan diberikan penyuluhan oleh Ankum Kasatker (atasan hukum kepala satuan kerja) dalam hal ini adalah Kasat Brimob (Kepala Satuan Brimob) penyuluhan tersebut berisikan gambaran atau pandangan yang akan dialami oleh seorang isteri dari prajurit Brimob yang siap untuk ditinggal kapan saja dan dalam waktu yang tak ditentukan, harus merelakan suami separuh bahkan seluruh waktu digunakan untuk kepentingan negara.

  17 18 Kamal Mukhtar, Ushul Fiqh, ( Yogyakarta Dhana Bhakti Wakaf, 1995), h.143

Kepolisian Negara Republik Indonesia , “Surat Keterangan Catatan Kepolisian”

  Gugur, hilang, wafat, cacat dalam tugas hal yang mungkin saja terjadi. Akan tetapi jika calon istri rela terhadapprofesi yang dijalani suami itu semua bisa membuahkan ladang amal dalam rumahtangga. Jadi pandangan dan gambaran gambaran ini yang diberikan sehingga pada suatu hari kedepan kata cerai tak akan terucap dari kedua belah pihak karena satu sama lain sudah sangat mengerti konsekuensi akibat dari pernikahan dengan anggota Brimob, sehingga hasil dari sidang pra nikah ini adalah untuk meminimalisir angka perceraian di kalangan anggota Brimob dan nantinya akan sangat berguna dalam menambah wacana dan diskursus ilmiah di dunia perlindungan rumah tangga terutama dalam perspektif Islam.

  

KERANGKA PIKIR TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP SIDANG PRA NIKAH ANGGOTA BRIMOB

DALAM MEMINIMALISIR PERCERAIAN

TEKNIK ANALISIS DATA: REDUKSI DATA

  KUALITATIF PENYAJIAN DATA DESKRIPTIF

  VERIFIKASI Ttinjau dari prespektif hukum Islam ( Al-Quran, Hadits, Maqashid Syari’ah, Maslahah mursalah, sadud dara’i) Prosesi Sidang Pra Nikah Anggota

  Anggota Brimob Menikah Tanpa Brimob Polda Lampung Melakukan Prosesi Sidang Pra Nikah

  

Implikasi Sidang Pra Nikah di Satuan

Brimob Polda Lampung

  Sanksi Hukuman Disiplin Minimalisir Perceraian

  (Kurungan Penempatan Khusus) 7-21 Hari

  Fedback positif

G. Telaah Kepustakaan

  Penelitian yang berkaitan dengan tinjauan hukum Islam terhadap sidang pra nikah anggota brimob sebenarnya masih sedikit dibahas dalam karya ilmiah baik berupa skripsi, tesis, namun adanya beberapa artikel dan buku yang membahas pernikahan anggota polri, akan tetapi penelitian yang membahas Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota khusus pembahasannya dalam buku, skripsi, tesis ataupun artikel yang dahulu. Contoh karya ilmiah yang membahas tentang sidang pra nikah anggota Brimob yang ada hubungannya dengan penelitian ini, yaitu: Artikel dari Divisi Humas Mabes Polri 19 Desember 2013 yang membahas tentang sidang pra nikah anggota Polri atau sidang BP4R (Badan Pembantu Penasehat Perkawinan Perceraian dan Rujuk). Artikel Tribrata News Polda Aceh tanggal 6 Januari 2016 yang menjelaskan tentang syarat anggota Polri yang akan menikah. Artikel yang ditulis oleh Kabid Humas Polda Aceh Kombes Pol T.Saladin, yang dimuat dalam majalah portal resmi Polda Aceh yang menjelelaskan pentingnya sidang pra nikah anggota Polri. Dari berbagai alasan di atas, menginspirasikan penulis untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sidang Pra Nikah Anggota Brimob dalam Meminimalisir Perceraian”, karena dalam penelitian ini terdapat kekhasan menurut penulis, sebab penelitian ini yang pertama kali ada yang mengangkat tema sidang pra nikah di Kesatuan Brimob Polda Lampung terkait meminimalisir perceraian

H. Sistematika Pembahasan

  Bab I Pendahuluan. Bab ini adalah merupakan bab pendahuluan yang berisikan antara lain latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan.

  Bab II Landasan Teori. Bab ini terdiri 7 (tujuh) sub bab yang pertama, tinjauan perkawinan dan hukum Islam, kedua syarat rukun perkawinan menurut Islam, ketiga pencatatan perkawinan dan keempat tinjauan pra nikah dalam Islam.

  Bab III Metode Penelitian. Pada bab ini penulis akan menguraikan pembahasan tentang metode yang dipergunakan dalam penulisan tesisi ini meliputi jenis dan sifat penelitian, sumber data, pendekatan penelitian, Sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

  Bab IV Penyajian dan analisis data. pada bab ini penulis akan menguraikan tentang profil satuan Brimob Polda Lampung berisi tugas, fungsi dan wewenang Satuian Brimob Polda Lampung. Kedua adalah program kerja Satuan Brimob Polda Lampung. Ketiga adalah prosesi dan tahapan sidang pra nikah anggota Kesatuan Brimob Polda Lampung yang berisi latar belakang pelaksanaan sidang pra nikah, syarat-syarat sidang pra nikah, tujuan pelaksanaan sidang pra nikah Keempat prosesi sidang pra nikah ditinjau dari hukum Islam. Kelima adalah implikasi sidang pra nikah dalam meminimalisir perceraian.

  Bab V Penutup bab ini memaparkan tentang kesimpulan akhir dari bab-bab sebelumnya dan disertai dengan rekomendasi sebagai hasil dari kesimpulan dan Saran.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - AKTIVITAS DAKWAH LDII KECAMATAN PAKUAN RATU DALAM PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 18

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Pembelajaran seni baca al-quran di Ukm Hiqma UIN Raden Intan Lampung - Raden Intan Repository

0 0 14

BAB I PENDAHULUAN - TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN NIKAH ULANG BAGI WANITA HAMIL DILUAR NIKAH (StudikasusPekonSumur Jaya di KecamatanPesisir Selatan KabupatenPesisir Barat) - Raden Intan Repository

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - MANAJEMEN PONDOK PESANTREN MODERN PERSPEKTIF SUSTAINABILITY THEORY (Studi pada Pondok Pesantren Modern Alumni Gontor di Provinsi Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Akuntabilitas pengelolaan keuangan di SMP Al-Kautsar Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 116

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - TERORISME DALAM PERSEPEKTIF TAFSIR IBNU KATSĪR - Raden Intan Repository

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS MACROMEDIDA FLASH DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA - Raden Intan Repository

1 37 102

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PRAKTIK MURABAHAH DI LEASING (Studi di PT. Al- Ijarah Indonesia Finance Cabang Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul - MAKELAR MOBIL DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi di Showroom Sultan Haji Motor Kelurahan Sepang Jaya Kecamatan Kedaton Bandar Lampung) - Raden Intan Repository

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Kepemimpinan visioner kepala SMA Negeri 1 Menggala - Raden Intan Repository

0 0 101