HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI BATANG ROKOK DENGAN TINGKAT HIPERTENSI

  

HUBUNGAN ANTARA JUMLAH KONSUMSI BATANG ROKOK

DENGAN TINGKAT HIPERTENSI

  Erwin Ariestiyanto dan Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta

  Jl. Tulang Bawang Selatan No 26 Tegalsari RT 06 RW III Kadipiro Banjarsari Surakarta

  

  Abstrak: Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai macam penyakit, misalnya hipertensi. Di semua tempat banyak yang merokok. Daerah pedesaan, kebanyakan rokok yang dikonsumsi adalah jenis sigaret kretek Penduduk Desa Gunung Simo Boyolali mempunyai kebasaan merokok dengan jumlah rata-rata 8-12 batang per hari dan didukung data Puskesmas Simo tahun 2010 penderita hipertensi sebanyak 253. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan

  Metode penelitian berupa kuantitatif dengan korelasi analitik. Sampel menggunakan

quota sampling sejumlah 30 pada masyarakat yang menderita hipertensi dengan merokok.

Instrumen penelitian menggunakan check list. Analisa menggunakan uji Spearman Rank, dibantu program komputer SPSS versi 16.

  Hasil: Ada hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi   dengan > (0,463>0,361) atau nilai p : 0,010 < 0,05 pada signifikansi 95%.

  hitung tabel

  Kesimpulan: terdapat hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali. Kata Kunci: Jumlah Konsumsi Batang Rokok, Tingkat Hipertensi

  

CORELATION BETWEEN TOTAL CIGARETTE CONSUMPTION

LEVEL WITH HYPERTENSION

  Abstract: Background: Smoking is one habit that commonly encountered in everyday life. In terms of health, there is no single point in favor of or see the benefit. But not easy to lose first removed. Because it's interesting lifestyle as a health issue, at least regarded as risk factors for various diseases, such as hypertension. In all of the many who smoke. Rural areas, most of the cigarettes consumed is a type of clove cigarette Villagers Mount Simo Boyolali have alkalinity smoking by the average number of cigarettes per day 8-12 and the data supported health center Simo in 2010 as many as 253 patients with hypertension

  Objective this research to know the corelation between the amount of cigarette consumption to the level of hypertension in Hamlet Village Temple Mount Sub Simo Boyolali. Research Methods: Quantitative research with analytical correlations. Samples using quota sampling a total of 30 in the community who suffer from hypertension and smoking. The research instrument used check list. Analysis using the Spearman Rank test, assisted computer program SPSS version 16.

  There was a corelation between the amount of cigarette consumption to the level of hypertension with r count > r table (0.463 > 0.361) or p value: 0.010 < 0.05 at 95% significance.

  Conclusion: there is a corelation between the amount of cigarette consumption to the level of hypertension in Hamlet Village Temple Mount Sub Simo Boyolali. Keywords: Total Cigarette Consumption, level of Hypertension

  PENDAHULUAN

  Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm atau bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang telah dicacah (Aula, 2010). Rokok merupakan salah satu produk industri dan komuditi internasional yang mengandung sekitar 4000 bahan kimiawi. Unsur yang paling penting antara lain tar, nikotin, metil klorida, aseton, amonia dan karbon monoksida, dari 4000 zat kimia itu 20 diantaranya adalah racun mematikan dari 20 racun maut itu, 8 diantaranya adalah zat karsinogenik atau penyebab kanker ganas dan sisanya adalah racun tikus hidrogen sianida yang biasa digunakan untuk mengeksekusi bakar roket atau metanol, bahan bakar korek api atau butan, arsen atau racun serangga, racun knalpot atau karbon monoksida, amonia dan racun hama (Partodiharjo, 2006).

  Jenis rokok berdasarkan bahan pembungkus, meliputi : 1). Klobot dari daun jagung, 2). Kawung dari daun aren, 3). Sigaret dari kertas, 4). Cerutu dari daun tembakau.

  Jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi, meliputi : 1). Rokok putih yang berisi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, 2). Rokok kretek berisi daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus, 3). Rokok klembak berisi daun tembakau, cengkeh dan kemenyan serta saus.

  Bahan kimia yang terkandung dalam rokok antara lain : Nikotin, Aseton, Metanol, Naftalen, Karbonmonoksida, Hidrogen Sianida, Amonia, Toluen, Arsen, DDT (racun serangga), Butena, Kadnium (Partodiharjo, 2006). Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap akan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi (Karyadi, 2002).

  Macam-macam perokok meliputi: Perokok aktif : orang yang secara langsung menghisap rokok dan perokok pasif : Yaitu orang yang tidak secara langsung menghisap rokok tetapi menghisap asap rokok yang dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok.

  Tipe perokok menurut jumlah rokok yang dihisap, meliputi : 1). Perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang per hari, 2). perokok sedang apabila merokok 10-20 batang per hari dan 3). perokok berat apabila merokok lebih dari 20 batang per hari (Bustan, 2007)

  Pada penelitian di Jepang 90% wanita yang terkena kanker payudara dan kanker rahim adalah istri yang suaminya perokok, dan menurut penelitian di Amerika Serikat 86 % anak yang kecerdasannya rendah adalah anak yang orang tuanya merokok (Partodiharjo, 2006).

  Organisasi Kesehatan Dunia membunuh lebih dari lima juta orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah itu, 70 persen korban berasal dari negara berkembang. Lembaga demografi Universitas Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004 adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di Indonesia (Bustan, 2007).

  Prevalensi merokok berdasarkan jumlah total batang yang dihisap pertahun pada 5 negara yang mengkonsumsi terbanyak. Pada tahun 2002: Indonesia mengkonsumsi 182 milyar batang rokok, menduduki peringkat kelima konsumsi rokok terbesar setelah Cina (1697 milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang), dan Jepang (299 milyar batang).

  Pada tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia sebesar 240 milyar batang meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang. Sedangkan berdasarkan jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India, dimana jumlah perokok di Cina 30 %, India 11,2 %, dan di Indonesia mencapai 4,8 %. Di Jawa Tengah prevalensi perokok umur lebih dari 15 tahun mencapai 34,3 % (Riskesdas, 2007).

  Penyakit hipertensi masih menjadi perhatian bidang kesehatan karena angka prevalensinya yang tinggi dan akibat jangka panjang yang ditimbulkannya. Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri, dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan distolik mencapai 90 mmHg atau lebih (Ruhyanudin, 2007)

  Di Indonesia sekitar 90 % merupakan hipertensi primer atau esensial merupakan peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer seperti genetik dan bertambahnya usia. Sedangkan sekitar 10 % merupakan hipertensi sekunder sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid, diantaranya merokok (Udjianti, 2010).

  120 atau lebih

  Gejala hipertensi pada umumnya tidak mempunyai keluhan khusus dan tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi. Seorang penderita hipertensi datang berobat ke dokter di dorong oleh keluhan-keluhan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan darah itu sendiri yang mengganggu, ada kelainan pembuluh darah, atau adanya penyakit lain yang menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti sakit kepala, terutama pada waktu bangun tidur kemudian menghilang sendiri setelah beberapa jam, kemerahan pada wajah, cepat capek, lesu, impotensi, gejala-gejala yang mungkin timbul karena adanya kelainan pembuluh darah antara lain : mimisan, kencing darah (hematuria), penglihatan terganggu karena gangguan retina, nyeri dada (angina pectoris), lemah dan lesu yang sering karena adanya gangguan iskemia pada pembuluh darah otak (Karyadi, 2002).

  Klasifikasi hipertensi menurut tipe, antara lain : 1). Hipertensi sistole dan diastole, dimana tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, 2). Hipertensi sistole terisolasi, kenaikan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg atau masih dalam kisaran normal, hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut, 3). White coat

  hypertension (hipertensi baju putih),

  seseorang menjadi hipertensi sewaktu tekanan darahnya diukur di kamar praktek atau di rumah sakit dan kembali normal bila tekanan darah diukur di luar fasilitas kesehatan misalnya di rumahnya (Lumbantobing, 2008). Klasifikasi hipertensi menurut tingkat keparahannya

  Tabel 1. Kalsifikasi hipertensi Faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat dikontrol, antara lain : Usia, jenis kelamin, keturunan (genetik), sedangkan faktor yang dapat dikontrol : Kegemukan (obesitas), dislipidemia, Stres, peminum alcohol, Konsumsi garam berlebih, diet yang tidak seimbang, olahraga atau aktivitas fisik berlebihan atau berat, merokok.

  Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi

  Prevalensi hipertensi di Jawa Tengah mencapai 21,4 % (Riskesdas, 2007). Dari data Puskesmas Simo pada tahun 2010 bahwa pasien hipertensi di desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali sebanyak 253 pasien (Rekam Medis Puskesmas Simo, 2010), sehingga peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok dengan tingkat hipertensi di dukuh Candi desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali.

  Kategori Tekanan darah sistolik (mmHg)

  Tekanan darah diastolic (mmHg) Normal Dibawah

  130 Dibawah 85 Normal tinggi 130-139 85-89 Stadium 1

  (hipertensi ringan) 140-159 90-99 Stadium 2 (hipertensi sedang)

  160-179 100-109 Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 110-119

  Stadium 4 (hipertensi maligna) 210 atau lebih

METODE PENELITIAN

  Metode penelitian menggunakan analisa korelasi. Populasinya semua perokok di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali dengan teknik sampling purposive sejumlah batang rokok per hari), 2 responden 30 responden dengan kriteria inklusi : menderita hipertensi ringan dan 1 masyarakat yang menderita hipertensi responden menderita hipertensi dengan merokok dan bersedia menjadi sedang. Seorang responden perokok responden. berat (mengkonsumsi lebih dari 20

  Instrumen penelitian menggunakan batang rokok per hari) menderita check list untuk jumlah konsumsi batang hipertensi berat. Distribusi tersebut

  rokok dan alat ukur aneroid

  memberikan gambaran secara

  sphygmomanometer dan stetoskop, deskriptif bahwa jumlah konsumsi

  digunakan untuk mengukur tekanan rokok yang lebih banyak akan darah. berakibat hipertensi yang lebih berat Analisa korelasi menggunakan ditunjukan dalam table 4.

  spearman rank test pada signifikansi 95 %.

  Tabel 4. Hubungan Jumlah Konsumsi Batang Rokok dengan Tingkat

  Hasil dan Pembahasan

  Hipertensi Hasil Penelitian

  Konsumsi Hipertensi Nilai p Nilai ρ 1. Jumlah konsumsi rokok per hari.

  No Rokok Per Total Ringan Sedang Berat hitung hitung

  Hari

  1 Ringan

  24

  2 26 0,463 0,010

  Konsumsi Batang Rokok Per Hari

  2 Sedang

  2

  1

  3

  3 Berat

  1

  1 Konsumsi Total

  26

  3

  1

  30 No f % Rokok

  1 Ringan 26 86,7

  Perhitungan menghasilkan

  2 Sedang 3 10,0

  ) sebesar angka koefisien korelasi rho (

  3 Berat 1 3,3

  0,463 > 0,361 dengan probabilitas (p)

  Total 30 100

  sebesar 0,010 < 0,05 menunjukkan bahwa pengujian signifikan pada taraf Terdapat variasi konsumsi jumlah rokok kesalahan 5%. Dengan demikian dapat dimana mayoritas perokok ringan disimpulkan bahwa ada hubungan dimana mengkonsumsi kurang dari 10 antara jumlah konsumsi batang rokok batang per hari. per hari dengan tingkat hipertensi.

  Angka koefisien korelasi

2. Hipertensi

  bernilai positif berarti bahwa arah Tabel 3. Distribusi frekuensi hubungan kedua variabel positif atau hipertensi responden berbanding lurus yang berarti semakin banyak jumlah konsumsi batang rokok

  No Hipertensi f %

  per hari semakin berat hipertensi yang

1 Ringan 26 86,7 diderita.

  2 Sedang 3 10,0

  3 Berat 1 3,3 PEMBAHASAN

  Total 30 100

  1. Jumlah Konsumsi Batang Rokok Per Hipertensi pada responden bervariasi Hari dengan mayoritas hipertensi ringan

  Jumlah konsumsi rokok per hari dapat sejumlah 26 (86,7%). digunakan sebagai indikator tingkatan merokok seseorang. Dalam penelitian

3. Analisis korelasi

  Spearman’s Rank. ini konsumsi rokok dikategorikan

  Pada hasil penelitian dengan 26 menjadi 3 yaitu kurang dari 10 batang responden didaptkan perokok ringan per hari (perokok ringan), 10

  • – 20 (mengkonsumsi kurang dari

  10 batang per hari (perokok sedang), dan batang rokok per hari), 24 responden lebih dari 20 batang per hari (perokok menderita hipertensi ringan dan 2 berat). Hasil penelitian menunjukkan responden menderita hipertensi bahwa sebagian besar responden sedang. Dari 3 responden perokok (86,7%) termasuk perokok ringan yaitu sedang (mengkonsumsi 10 mengkonsumsi kurang dari 10 batang

  • – 20
rokok per hari. Hal ini dikarenakan masyarakat tahu bahaya merokok, masyarakat merokok dengan alasan bukan kecanduan tetapi merokok dapat memberikan ketenangan dan menghilangkan stress. Menurut Partodiharjo (2006 : 62) merokok dapat memberikan ketenangan, menghilangkan sakit kepala dan stress serta dapat mengusir perasaan malas. Hanya sebagian kecil saja yang termasuk perokok sedang (10,0%) dan perokok berat (3,3%). Dengan demikian secara keseluruhan konsumsi rokok penderita hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali termasuk relatif sedikit. Jumlah konsumsi rokok per hari tingkatan merokok seseorang. Dalam penelitian ini konsumsi rokok dikategorikan menjadi 3 yaitu kurang dari 10 batang per hari (perokok ringan), 10

  • – 20 batang per hari (perokok sedang), dan lebih dari 20 batang per hari (perokok berat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (86,7%) termasuk perokok ringan yaitu mengkonsumsi kurang dari 10 batang rokok per hari. Hal ini dikarenakan masyarakat tahu bahaya merokok, masyarakat merokok dengan alasan bukan kecanduan tetapi merokok dapat memberikan ketenangan dan menghilangkan stress. Menurut Partodiharjo (2006 : 62) merokok dapat memberikan ketenangan, menghilangkan sakit kepala dan stress serta dapat mengusir perasaan malas. Hanya sebagian kecil saja yang termasuk perokok sedang (10,0%) dan perokok berat (3,3%). Dengan demikian secara keseluruhan konsumsi rokok penderita hipertensi di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali termasuk relatif sedikit.

  2. Hipertensi Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri, dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih (Ruhyanuddin, 2007: 138). Dalam penelitian ini istilah variabel hipertensi menunjuk pada tingkatan hipertensi yang diderita responden yang meliputi ringan, sedang, atau berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (86,7%) menderita hipertensi ringan. Hal ini dikarenakan masyarakat Dukuh Candi rata-rata berusia kurang dari 60 tahun. Menurut Karyadi (2002) umur mempengaruhi terjadinya hipertensi, dengan bertambahnya umur, resiko terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar sebagian kecil saja yang menderita hipertensi sedang (10,0%) dan hipertensi berat (3,3%). Dengan demikian sebagian besar penyakit hipertensi yang diderita masyarakat di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Boyolali termasuk ringan.

  Faktor resiko yang memicu terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol meliputi usia, jenis kelamin, dan keturunan (genetik). Faktor yang dapat dikontrol meliputi kegemukan (obesitas), dislipidemia, stress, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih, aktivitas fisik, diet yang tidak seimbang, dan merokok.

  3. Hubungan Jumlah Konsumsi Batang Rokok Per Hari dengan Tingkat Hipertensi

  Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara jumlah konsumsi batang rokok per hari dengan tingkat hipertensi (p < 0,05). Tingkat hubungan antara kedua variabel termasuk sedang (

   = 0,463) dan arahnya berbanding lurus. Zat-zat kimia beracun dalam rokok dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Salah satu zat beracun tersebut yaitu nikotin, dimana asupan nikotin sedikit sehingga hipertensi yang diderita ringan. Nikotin dapat meningkatkan adrenalin yang semakin tinggi jumlah konsumsi batang membuat jantung berdebar lebih cepat rokok per harinya semakin beresiko dan bekerja lebih keras, frekuensi mengalami hipertensi. denyut jantung meningkat dan kontraksi

  SARAN

  jantung meningkat sehingga menimbulkan tekanan darah meningkat Diperlukan metode dan kebijakan (Aula, 2010 : 29). Konsep ini pemerintah maupun Puskesmas dalam mengandung pengertian bahwa mengatasi masalah hipertensi yang ada semakin banyak kadar zat-zat beracun dihubungkan dengan jumlah konsumsi tersebut maka semakin berat juga rokok penduduk hipertensi yang terjadi. Kadar zat-zat

DAFTAR PUSTAKA

  kimia rokok dalam darah secara langsung ditentukan banyak sedikitnya Aula L.E. Stop Merokok. Jogjakarta : Gara konsumsi rokok. Semakin banyak Ilmu.2010. jumlah konsumsi batang rokok per hari semakin berat hipertensi yang diderita Bustan M.N. Epidemiologi Penyakit Tidak

  Menular. Edisi Kedua. Jakarta :

  masyarakat di Dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Rineka Cipta.2007.

  Karyadi E. Hidup Bersama Penyakit Terlepas dari perbedaan tingkat hipertensi yang terjadi karena Hipertensi, Asam Urat, Jantung perbedaan jumlah konsumsi rokok, Koroner. Jakarta : PT. Intisari pada dasarnya merokok berpengaruh Mediatama.2002. terhadap kejadian hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan Lumbantobing SM. Tekanan Darah Tinggi. karbon monoksida yang dihisap melalui Jakarta : Fakultas Kedokteran rokok yang masuk ke dalam aliran Universitas Indonesia.2008. darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan Partodiharjo S. Kenali Narkoba dan proses aterosklerosis dan tekanan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta : darah tinggi. Pada studi autopsi, Erlangga.2006. dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya aterosklerosis NN, Rekam Medis Puskesmas Simo. Buku

  Laporan Penyakit Tidak Menular.

  pada seluruh pembuluh darah. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi 2010. semakin meningkatkan resiko

  Ruhyanudin F. Asuhan Keperawatan pada kerusakan pada pembuluh darah arteri (Karyadi, 2002). Klien dengan Gangguan Sistem

  Kardivaskuler. Edisi 2. Malang :

KESIMPULAN UMM.2007.

  Penduduk desa dukuh Candi Desa Gunung Kecamatan Simo Kabupaten Udjianti WJ. Keperawatan Kardiovaskuler. Boyolali mayoritas perokok ringan yaitu 26 Jakarta : Salemba Medika. 2010. responden (86,7 %), perokok sedang 3 responden (10 %) dan perokok berat 1 responden (3,3 %).

  Penduduk menderita hipertensi ringan 26 responden atau 86,7 % sedangkan hipertensi sedang 3 (10 %) dan hipertensi berat 1 (3,3 %).

  Ada hubungan positif antara jumlah konsumsi batang rokok per hari dengan tingkat hipertensi pada masyarakat dengan hasil p : 0,010 < 0,05 atau ρ : 0,463 > 0,364 pada signifikansi 95 %,

Dokumen yang terkait

ANALISIS KETERLIBATAN KERJA DAN DUKUNGAN ORGANISASI TERHADAP KINERJA DENGAN MEDIASI KOMITMEN ORGANISASIONAL (STUDI PADA DOSEN POLINES) (Analysis of Involvement And Support Organization of Performance Organizational Commitment to Mediation (Study On Teachi

0 0 19

PENGARUH PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG TENGAH SATU (The Influence of Tax Collection With Forced warning letter Letter of Compliance and Taxpayers Tax Se

0 0 16

PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP STOCK RETURN PADA PERUSAHAAN YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA (The Effect of Corporate Social Responsibility Disclosure to Stock Return in Indonesian Stock

1 1 9

ANALISIS MOTIVASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KOMPENSASI SEBAGAI VARIABEL MEDIATOR

0 0 15

MODEL KEPUASAN PELANGGAN DENGAN PENGALAMAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI PADA RUMAH SAKIT DI KOTA SEMARANG) Model Customer Satisfaction With Work Experience as Moderating Variable (Study in Hospital in Semarang City) Maduretno Widowati ) Mohkla

0 0 22

ANALISIS JOB PERFORMANCE PEGAWAI HONORER ADMINISTRASI DENGAN KOMPETENSI DAN JOB CHARACTERISTICS DALAM MENDUKUNG UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA MENCAPAI LEADING AND OUTSTANDING

0 0 18

PENGARUH KOMPETENSI DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KOMUNIKASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Pada Kecamatan Gayamsari Kota Semarang) Effect of Competence and Motivation to the Performance of Employees with Communication as Moderating Var

0 0 21

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN DEMAM PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI DESA BAKALAN BANJARSARI SURAKARTA

0 1 9

GAMBARAN TENTANG TINGKAT PENGETAHUAN IBI HAMIL TRIMESTER III TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN

0 1 5

HUBUNGAN DERAJAT BERAT MEROKOK BERDASARKAN INDEKS BRINKMAN DENGAN DERAJAT BERAT PPOK

0 0 6