PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS METAKOGNITIF UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF SISWA SMA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS METAKOGNITIF UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR REFLEKTIF SISWA SMA

Mochammad Yasir 3) , Muslimin Ibrahim , dan Wahono Widodo

1),2),3) Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya, Indonesia

1 E-mail: idlmy.354@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan dan mengimplementasikan perangkat pembelajaran Biologi berbasis metakognitif. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model 4-D, meliputi tahap pendefinisian (Definition), perancangan (Design), dan pengembangan (Develop), sedangkan tahap penyebaran (Disseminate) tidak dilakukan karena penelitian ini tergolong penelitian pengembangan. Penelitian dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Jawa Timur. Observasi, angket, dan tes digunakan untuk mengumpulkan variasi informasi selama implementasi perangkat pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran ini valid, praktis, dan efektif untuk melatihkan keterampilan berpikir reflektif. Terdapat hambatan yang ditemui selama implementasi perangkat pembelajaran. Beberapa siswa bingung akan tugas dan strategi belajar baru, dan belum terbiasa mengoreksi dan mengakui kesalahan diri sendiri. Alternatif solusi yang diberikan dengan memberikan pengarahan dan informasi kepada siswa tentang pembelajaran menggunakan strategi metakognitif dengan harapan siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran, memberikan bimbingan untuk melatih keterampilan berpikir reflektif, dan membuat analogi yang mudah dipahami siswa.

Kata kunci: keterampilan berpikir reflektif, metakognitif, perangkat pembelajaran

ABSTRACT

The aim of this research was to develop and implement biology learning materials based on metacognitive strategy. The learning material was developed by using 4-D model, including the Definition, Design, Develop phase, whereas the Disseminate phase was not conducted because this research is classified as the development research. This research was conducted in one of the senior high schools in East Java. Validating, observing, and giving questionnaire were implemented to collect various information during implementation of the learning materials. The findings from this research showed that the learning materials are valid, practical, and effective in empowering students both in terms of attention and learning outcomes. There were several obstacles occurred during the implementation of the learning materials, i.e. students were confused of new task and learning strategy and were not accostumed in correcting and acknowledged their own mistakes. Alternative solutions were given by providing guidance and information to students about learning using metacognitive strategy, so that students were expected to follow the learning with ease, as well as to train their reflective thinking skill and using an analogy which easier to understand.

Keywords: biology learning material, metacognitive, reflective thinking skills

PENDAHULUAN

tersebut merupakan bagian dari keterampilan metakognitif (Jiuan, 2007). Lebih jauh terdapat

Ekosistem merupakan salah satu materi lima komponen yang berkenaan dengan kemam- Biologi. Karakteristik materi ekosistem sangat puan berpikir reflektif, di antaranya (1) mengenali dekat dengan permasalahan sehari-hari. Per- masalah, (2) merumuskan masalah, (3) menga-

masalahan pada materi ekosistem menuntut siswa jukan beberapa kemungkinan alternatif solusi ikut menggagas ide-ide solusi penyelesaian penyelesaian masalah, (4) mengembangkan ide masalah ekosistem. Penyelesaian masalah akan penyelesaian masalah, serta (5) melakukan tes

berjalan dengan baik jika siswa diajarkan kete- untuk menguji solusi penyelesaian masalah dan rampilan penyelesaian masalah, salah satunya menyusun kesimpulan. Kemampuan-kemampuan keterampilan berpikir reflektif (Mochtar, 2013; ini dapat membantu siswa membuat keputusan

Yasir, 2015). Pemikiran reflektif merupakan tepat, cermat, sistematis, logis, dan memper- kesadaran tentang apa yang diketahui dan apa yang timbangkan berbagai sudut pandang (Gurol, 2011).

dibutuhkan (Chee dan Pou, 2012). Pemikiran

164 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 163-176

Materi ekosistem secara umum sudah menerapkan (C3), menganalisis (C4), meng- disampaikan sejak SMA, namun pembelajaran evaluasi (C5), dan menciptakan (C6). yang dilakukan masih bersifat hafalan dan kurang

Biologi membutuhkan pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir (Rustaman, istrumen penilaian yang dapat melatih keteram- 2011). Indikator lain adalah penilaian yang pilan penyelesaian masalah (Rustaman, 2005). digunakan seringkali belum membantu siswa Permendikbud No. 81 A menggarisbawahi secara optimal dalam memahami permasalahan pembelajaran mata pelajaran berorientasi Kuri- lingkungan sehingga memerlukan pemahaman, kulum 2013 dilaksanakan menggunakan metode pikiran reflektif, kritis, serta analitis dalam ilmiah. Penilaian atas hasil belajar siswa dilakukan menyelesaikan masalah yang kompleks (Paidi, secara komprehensif dan berkesinambungan 2009).

menggunakan berbagai strategi yang sesuai dengan Hasil wawancara dengan guru di sekolah indikator kompetensi yang akan diukur. Di tempat penelitian ini dilakukan menunjukkan samping penilaian menggunakan asesmen konven- bahwa perangkat pembelajaran materi Ekosistem sional paper and pencil test, juga dilakukan yang disajikan guru kurang menuntut siswa untuk menggunakan asesmen alternatif seperti penilaian berpikir tingkat tinggi. Instrumen penilaian yang autentik yaitu tes kinerja, portofolio, dan penilaian digunakan hanya berupa tes, yang mengukur aspek hasil karya. hafalan (C1) dan pemahaman (C2). Guru belum

Pendekatan yang dipilih untuk menyelesaikan mengembangkan instrumen penilaian lain dalam permasalahan rendahnya keterampilan berpikir menilai keterampilan berpikir reflektif. Hasil uji reflektif siswa adalah metakognitif. Proses meta- pendahuluan juga menunjukkan bahwa siswa kognitif hampir sama dengan prosedur ilmiah, ada sudah bisa mengerti terhadap masalah yang tahapan-tahapan ilmiah yang harus dikerjakan diajukan dan merumuskan masalah, tetapi siswa untuk menghasilkan suatu pemahaman konsep belum bisa membuat rencana untuk menyelesaikan tepat dengan yang diharapkan. Proses metakognitif masalah, belum mencoba atau menjalankan menuntut pada setiap tahapan yang dikerjakan rencana tersebut untuk menyelesaikan masalah, siswa diharapkan bisa melakukan perencanaan, dan tidak melihat kembali hasil yang telah di- mengontrol kegiatannya, terampil memprediksi, peroleh secara keseluruhan karena sudah merasa memonitoring, dan mengevaluasi (Elsina, 2010). yakin terhadap jawaban yang diberikan.

Hal ini menandakan siswa selalu diharapkan Alasan di atas diperdalam dari hasil berpikir reflektif untuk mengidentifikasi apa yang pembelajaran IPA di Indonesia. Fakta hasil literasi telah dipelajari, apa yang belum dikuasai (learning sains anak-anak Indonesia, yang dilakukan oleh needs ) serta rencana pengembangan diri selan- PISA (The Programme for International Student jutnya berdasarkan learning needs yang telah Assessment ) bahwa kemampuan Sains siswa diidentifikasi. sekolah di Indonesia masih berada pada peringkat

Metakognitif bermanfaat bagi siswa.

10 besar terbawah dari 65 negara. Hal ini Metakognitif dapat meningkatkan hasil belajar menandakan bahwa siswa-siswa Indonesia berada secara nyata dan mengembangkan karakter jujur, pada ranking amat rendah dalam kemampuan (1) berani mengakui kesalahan, dan dapat menilai diri memahami informasi yang kompleks, (2) teori, sendiri (Susantini, 2009a dan b). Hal ini akan analisis, dan penyelesaian masalah, (3) pemakaian tercapai, apabila siswa mampu berpikir tentang alat, prosedur, dan penyelesaian masalah, serta (4) proses berpikir yang dimilikinya, mengidentifikasi melakukan investigasi (Kemendikbud, 2013).

strategi belajar yang baik dan secara sadar Perangkat pembelajaran dan instrumen mengarahkan perhatian untuk belajar (Ho dan penilaian merupakan bagian integral dari suatu Kelly, 2010). pembelajaran dan memberikan kontribusi yang

Pengembangan perangkat pembelajaran yang signifikan pada pembelajaran (Doctor dan Heller, didalamnya juga memuat instrumen penilaian 2009). Pencapaian tujuan pembelajaran mem- keterampilan berpikir reflektif dengan pendekatan butuhkan penggunaan perangkat pembelajaran dan berbasis metakognitif sejalan dengan Kurikulum instrumen penilaian yang tidak hanya mencakup 2013. Arah pengembangan kurikulum 2013, antara mengingat (C1) dan memahami (C2), tetapi juga lain (1) menekankan pembelajaran pada ranah dibutuhkan penilaian yang melatihkan kete- sikap, pengetahuan, dan keterampilan, (2) rampilan berpikir penyelesaian masalah, dalam hal menggunakan metode ilmiah melalui penerapan

5M, (3) interdisipliner ilmu pengetahuan, (4)

Mochammad Yasir, Muslimin Ibrahim, dan Wahono Widodo, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis 165

Metakognitif Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Reflektif Siswa SMA

menuntun siswa untuk mencari tahu, bukan diberi Tahap pendefinisian (Define) dan peran- tahu (inquiry/discovery learning), (5) menekankan cangan (Design) dilakukan pada bulan September- keterampilan komunikasi, (6) mengukur berfikir Februari di Pendidikan Sains, Pascasarjana Unesa. tingkat tinggi, (7) membutuhkan pemikiran analis, Pada tahap pendefinisian peneliti melakukan lima evaluatif, dan mencipta, (8) mengukur produk hasil (5) hal, yaitu analisis kurikulum, analisis siswa, dan keterampilan proses kerja siswa, dan (9) analisis tugas, analisis konsep, dan merumuskan menggunakan asesmen autentik.

tujuan pembelajaran. Analisis kurikulum dilakukan Kurikulum 2013

sarat akan peng- pada materi berdasarkan Kurikulum yang berlaku implementasian paradigma pembelajaran dan di salah satu SMAN di Jawa Timur, yaitu penilaian yang bercirikan, (1) siswa adalah subyek Kurikulum 2013, yang didalamnya terdapat dalam belajar, (2) siswa diminta untuk selalu Kompetensi Inti (KI) yang dijabarkan ke dalam bernalar dalam belajar dengan tuntutan berpikir kompetensi dasar (KD). Kompetensi dasar dipilih tingkat tinggi (higher order thinking) pada level sesuai dengan materi yang akan disampaikan, C4, C5, dan C6, dan (3) pembelajaran yang kemudian kompetensi dasar ini dijabarkan menjadi bermakna. Berdasarkan latar belakang masalah beberapa indikator yang akan dicapai. yang terjadi, peneliti bermaksud mengembangkan

Analisis siswa yang dilakukan adalah perangkat pembelajaran berbasis metakognitif menelaah tentang karakteristik siswa yang sesuai untuk melatihkan keterampilan berpikir reflektif dengan rancangan dan pengembangan bahan siswa SMA pada materi ekosistem.

pelajaran. Karakteristik ini meliputi umur, tingkat kedewasaan, kemampuan, latar belakang penge-

METODE

tahuan, dan tingkat perkembangan kognitif siswa, serta keterampilan berpikir reflektif siswa. Analisis

Proses pengembangan perangkat pem- tugas ini berupa tugas-tugas yang perlu dilakukan belajaran mengacu pada model 4-D (Thiagarajan et siswa dalam materi pelajaran yang harus di-

al., 1974). Tahapan penelitian ini disajikan dalam mengerti oleh siswa. Pada materi ekosistem siswa Bagan 1 berikut.

diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di Lembar Penilaian Pemahaman Diri (LPPD) secara terarah hingga menemukan konsep ekosistem dengan menggunakan strategi meta- kognitif. LPPD menjadi dua bagian dengan masing-masing fungsi, yakni pada bagian LPPD individu yang berfungsi sebagai menentukan tingkat keyakinan diri dan pada LPPD kelompok yang berfungsi untuk membandingkan konsep awal dengan konsep yang baru diperoleh dari hasil diskusi kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berlatih berpikir reflektif.

Analisis konsep merupakan identifikasi terhadap konsep-konsep utama yang diajarkan dan menyusunnya secara sistematis dalam bentuk peta konsep. Analisis konsep ini dapat mempermudah guru nantinya dalam proses pembelajaran dan memudahkan juga dalam hal penguasaan materi. Hasil analisis kurikulum, siswa, materi, tugas, dan konsep digunakan sebagai acuan untuk menja- barkan indikator yang telah ditetapkan menjadi tujuan pembelajaran yang diharapkan dengan kata kerja operasional.

Pada tahap perancangan (Design) peneliti merancang prototipe perangkat pembelajaran.

Gambar 1. Alur pengembangan perangkat

Perangkat pembelajaran yang dirancang, meliputi

pembelajaran Model 4-D

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 2) Lembar Penilaian Pemahaman Diri (LPPD); 3)

166 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 163-176

Buku Ajar Siswa (BAS); 4) Instrumen penilaian tersebut menunjukkan RPP, LPPD, BAS, dan hasil belajar. Perancangan perangkat pembelajaran instrumen penilaian hasil belajar yang di- dilakukan atas dasar dari hasil tahap pendefinisian kembangkan sangat valid untuk dijadikan panduan yang dipadukan dengan ciri strategi belajar meta- bagi siswa maupun guru dalam proses pem- kognitif, dan indikator keterampilan berpikir belajaran setelah direvisi sesuai saran dari reflektif, meliputi lima (5) komponen yang telah validator. dijelaskan di atas.

Kevalidan perangkat pembelajaran dalam Pada tahap pengembangan (Develop) peneliti pengembangannya didasarkan beberapa aspek, melakukan validasi draft kemudian uji coba yakni: 1) analisis kurikulum, yang mengacu pada: perangkat pembelajaran di SMA tempat penelitian

a) kompetensi inti, b) kompetensi dasar, c) pada semester genap 2014/2015 dengan subjek indikator, dan d) rumusan tujuan pembelajaran penelitian sebanyak 72 siswa. Uji coba dilakukan sehingga disesuaikan dengan isi kurikulum 2013; sebanyak 3 pertemuan, dengan perincian materi

2) analisis siswa dengan menelaah tentang pengertian, komponen, dan tipe ekosistem pada karakteristik siswa (meliputi umur, tingkat pertemuan pertama; rantai makanan dan aliran kedewasaan, kemampuan, latar belakang penge- energi pada pertemuan kedua; serta daur tahuan, dan tingkat perkembangan kognitif siswa, biogeokimia dan suksesi pada pertemuan ketiga. serta kejujuran dan atensi siswa), yang sesuai Tahap penyebaran (Disseminate) tidak dilak- dengan rancangan dan pengembangan bahan sanakan dikarenakan penelitian pengembangan ini pelajaran; 3) analisis tugas dan konsep materi, yang masih dalam tahap uji coba kelayakan perangkat didasarkan pada tugas-tugas yang perlu dilakukan pembelajaran yang dikembangkan.

siswa dalam materi pelajaran yang harus Variabel-variabel yang berkaitan dengan dimengerti siswa dan identifikasi terhadap konsep- penelitian ini adalah 1) perangkat pembelajaran konsep utama yang diajarkan dan menyusunnya berbasis metakognitif; 2) validitas perangkat secara sistematis dalam bentuk peta konsep; 4) pembelajaran;

perangkat analisis tujuan yang ingin dicapai dengan mengacu pembelajaran, meliputi: a) keterlaksanaan RPP, pada strategi metakognitif sebagai pertimbangan dan b) aktivitas siswa; serta 4) keefektifan dalam menyusun RPP, LPPD, BAS, instrumen perangkat pembelajaran, meliputi: a) peningkatan hasil belajar sehingga perangkat pembelajaran hasil belajar, b) ketuntasan keterampilan berpikir tersebut mencerminkan ciri metakognitif. reflektif siswa, dan c) respon siswa. Instrumen

kepraktisan

Keterlaksanaan perangkat pembelajaran penelitian yang digunakan adalah lembar validasi, diamati oleh dua orang pengamat. Pengamatan lembar pengamatan keterlaksanaan RPP, lembar dilakukan selama 3 kali pertemuan, yang meru- pengamatan aktivitas siswa, tes, lembar tes kete- pakan implementasi dari RPP 1 (materi pengertian, rampilan berpikir reflektif, angket penilaian diri, komponen, dan tipe ekosistem), RPP 2 (materi angket penilaian antar teman sebaya, jurnal belajar, rantai makanan dan aliran energi), dan RPP 3 (daur dan angket respon siswa. Metode pengumpulan biogeokimia dan suksesi). Pada RPP terdapat tiga data menggunakan metode dokumentasi, observasi, kegiatan yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan validasi, tes, dan angket, yang dianalisis secara kegiatan penutup. Sintaks pembelajaran mengikuti deskriptif kuantitatif dan kualitatif.

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan strategi metakognitif. Secara keseluruhan semua

HASIL DAN PEMBAHASAN

tahap-tahap kegiatan yang ada di dalam RPP pada uji coba terlaksana dan persentase keseluruhan

Hasil validasi perangkat pembelajaran yang keterlaksanaan RPP mencapai 91,25% dengan dikembangkan, meliputi 1) Rencana Pelaksanaan kategori sangat baik (Ratumanan & Laurens, 2011)

Pembelajaran (RPP) mendapat skor 3,61 (kategori

(Gambar 1).

sangat valid); 2) Lembar Penilaian Pemahaman

Elsina (2010) menjelaskan bahwa prosedur

Diri (LPPD) mendapat skor 3,64 (kategori sangat pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi valid); 3) Buku Ajar Siswa (BAS) mendapat skor metakognitif, meliputi: a) pemberian motivasi dan 3,54 (kategori sangat valid); 4) Instrumen penilaian penyampaian indikator pada kegiatan pendahuluan; b) hasil belajar, yaitu instrumen tes pengetahuan pada kegiatan inti secara mandiri siswa mengerjakan mendapat skor 3,9 (kategori sangat valid) dan LPPD, yang berfungsi sebagai menentukan tingkat instrumen tes keterampilan berpikir reflektif siswa keyakinan diri, bersama kelompok kerja siswa mendapat skor 3,86 (kategori sangat valid). Hasil mengerjakan

LPPD,

yang berfungsi untuk

Mochammad Yasir, Muslimin Ibrahim, dan Wahono Widodo, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berbasis 167

Metakognitif Untuk Melatihkan Keterampilan Berpikir Reflektif Siswa SMA

membandingkan konsep awal dengan konsep yang baru membimbing siswa untuk mengerjakan LPPD diperoleh dari hasil diskusi dengan bantuan buku siswa, kelompok dengan

bantuan buku siswa. mem-presentasikan hasil diskusi kelompok dalam Penggunaan strategi metakognitif secara kooperatif

diskusi kelas; c) membuat simpulan, penilaian diri, dan bertujuan supaya menumbuhkan kerjasama dan tes hasil belajar pada kegiatan penutup. Gambar 1 mendiskusikan suatu masalah untuk dipecahkan menjelaskan bahwa keterlaksanaan RPP yang disusun sesuai prosedur pembelajaran berbasis metakognitif siswa. Keterlaksanaan guru dalam membimbing (Elsina, 2010) mengalami peningkatan pada setiap siswa mengerjakan LPPD secara berkelompok ini pertemuan.

disajikan pada Gambar 2. Pada proses Peningkatan skor rata-rata kegiatan pembelajaran pembimbingan ini, guru dapat memberikan

dalam setiap pertemuan tersebut dikarenakan semua permasalahan kepada siswa dengan menyajikan tahap pembelajaran terlaksana dan beberapa hal lain pertanyaan awal untuk membuat siswa bertanya. yang mendukung. Pertama, pada kegiatan pendahuluan Guru dapat membimbing melalui slide power guru mengajak berdoa untuk menanamkan kesadaran point , gambar, analogi dan pertanyaan agar siswa dan rasa syukur sebagai wujud rasa ekspresi kekaguman mengumpulkan informasi dan mampu menanya atas kebesaran Tuhan sebelum memulai pembelajaran, melalui mengidentifikasi masalah. menarik perhatian siswa dengan focuser, misalnya: Class! It is Class, Are You Ready?, “Hallo! Hai!”,

Masalah dan pertanyaan mendorong siswa penyajian gambar yang berisi permasalahan ekosistem, melakukan penyelidikan untuk menentukan

pembuatan kontrak belajar bersama, memotivasi siswa jawabannya (Acevedo, et al., 2010; Bao, et al., dengan mengajukan masalah autentik ekosistem dari 2009; Mercer, et al., 2004). Piaget menyatakan gambar yang disajikan, dan menjelaskan tujuan pendidikan yang optimal membutuhkan penga- pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa guru laman yang menantang bagi pebelajar sehingga berhasil mem-bimbing siswa untuk menyiapkan diri, proses asimilasi dan akomodasi dapat meng- memfokuskan perhatian, dan aktif berpartisipasi dalam hasilkan pertumbuhan intelektual (Hergenhan & pembelajaran. Motivasi mendorong dan menggiatkan Olson, 2009). Asimilasi adalah proses perolehan siswa untuk meniru model dan menarik perhatian siswa informasi dari luar dengan cara mendengarkan dan agar siswa merasa penting untuk mempelajarinya (Barakatu, 2007). Hal tersebut sesuai dengan teori memperhatikan tentang pengetahuan dan perilaku belajar penemuan oleh Bruner menyarankan agar siswa kita sebelumnya. Akomodasi meliputi proses hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dalam perubahan (adaptasi) skema lama untuk memperoleh pengalaman belajar (Slavin, 2009).

memproses informasi dan objek baru di Kedua, pada kegiatan inti guru dapat melak- lingkungannya

Melalui sanakan fase-fase pembelajaran berbasis metakognitif, pembelajaran strategi metakognitif, siswa akan me- seperti secara mandiri siswa mengerjakan LPPD, yang rasakan tantangan dengan melaksanakan kegiatan berfungsi untuk menentukan tingkat keyakinan diri, penyelidikan dalam pembelajaran Biologi untuk bersama kelompok kerja siswa mengerjakan LPPD, melakukan asimilasi dan akomodasi pengetahuan yang berfungsi untuk membandingkan konsep awal dengan konsep yang baru diperoleh dari hasil diskusi yang dimiliki. dengan bantuan buku siswa, mempresentasikan hasil

(Solso,

Setelah guru memberikan permasalahan, diskusi kelompok dalam diskusi kelas, membuat guru dapat membimbing siswa untuk merumuskan simpulan, dan penilaian diri.

masalah dengan memberikan konsep kunci Inti pembelajaran berbasis metakognitif ada 4 perumusan masalah, yaitu rumusan masalah

fase. Pada fase pertama siswa diminta oleh guru berupa rumusan hubungan dua faktor atau lebih untuk mengerjakan LPPD secara individu. Tujuan yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, siswa mengerjakan LPPD secara mandiri supaya 168 menggunakan kalimat tanya, dan menentukan Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 163-176 guru memperoleh gambaran pengetahuan awal tujuan dari rumusan masalah yang telah dibuat siswa dan siswa dapat mengetahui konsep-konsep serta guru dapat membimbing siswa untuk yang akan dipelajari pada pembelajaran (Biggs et mengajukan beberapa kemungkinan alternatif al. , 1997). Setelah itu, guru membimbing siswa solusi pemecahan masalah dengan cara menyusun menuliskan tingkat keyakinan atas jawaban yang kerangka pemikiran, menyusun alternatif solusi dituliskan. Penilaian keyakinan ini melatih siswa jawaban/hipotesis dalam bentuk pertanyaan bukan supaya dapat menilai pemahaman diri sendiri pernyataan, dan menghubungkan uraian hasil (Biggs et al., 1997).

pertanyaan dengan alternatif solusi jawaban. Pada fase kedua guru mengorganisasikan

dalam siswa ke dalam kelompok, kemudian guru mengembangkan ide untuk memecahkan masalah

melalui mengumpulkan data yang dibutuhkan.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara Pada fase keempat, guru dapat membimbing mengidentifikasi variabel, mendefinisikan istilah, siswa

mengevaluasi dan menyusun prosedur penelitian. Hal ini pembedahan. Tujuan yang diharapkan adalah siswa bertujuan melatih siswa tepat waktu/disiplin dalam meregulasi hasil belajar dengan jalan meng- mempersiapkan dan merangkai percobaan dengan ungkapkan kembali proses kegiatan, meng- jujur, tanggung jawab dan kehati-hatian. Siswa ungkapkan kembali hasil kegiatan, mem- akan belajar lebih efektif ketika mereka aktif untuk bandingkan konsep awal dengan konsep yang baru melakukan penyelidikan dan memecahkan masalah diperoleh, dan melakukan refleksi (Biggs et al, (Gurol, 2011).

Guru membimbing siswa dalam melakukan Ujicoba pembelajaran berbasis metakognitif tes untuk menguji solusi pemecahan masalah dan tidak hanya membantu siswa dalam memahami menggunakannya sebagai bahan pertimbangan materi, tetapi juga dapat membantu siswa membuat kesimpulan. Siswa melakukan percobaan mengkonstruksi pemahaman dan meningkatkan dan mendiskusikan hasil dengan jalan meng- keterampilan pemecahan masalah dengan tetap identifikasi dan mengevaluasi asumsi, menjelaskan mengacu pada sikap-sikap ilmiah, yakni jujur kemungkinan solusi tersebut masuk akal sehingga (Miranda, 2010; Martinez, 2006; Flavel, 1976). dapat memecahkan masalah, dan menyadarii ada Siswa dapat mengungkapkan hasil yang diperoleh kesalahan pada saat menguji solusi pemecahan dari proses pembelajaran apa adanya tanpa dibuat- masalah.

pembelajaran Pada proses pelaksanaan tes untuk menguji berdasarkan hafalan tidak banyak membantu siswa solusi siswa dengan dibantu dibimbing oleh guru, di dalam memperoleh pengetahuan, pembelajaran yang bertindak sebagai fasilitator untuk mampu oleh guru harus membangun pemahaman dalam menalar dengan menganalisis data hasil struktur kognitifnya, pembelajaran haruslah eksperimen dan menjawab pertanyaan diskusi bermakna bagi siswa untuk menyelesaikan LPPD dengan penuh perhatian, tanggung jawab, permasalahan kehidupannya (Martinez, 2006). dan jujur. Kemudian siswa melakukan pembahasan

buat. Ausubel

sehingga siswa dapat menemukan keterkaitan membimbing merangkum materi pembelajaran. Siswa antara data hasil percobaan dengan konsep/teori. mengajukan pendapat tentang konsep yang diperoleh Siswa akan mengkonstruksi pemahaman konsep dan guru memfasilitasi serta memediasi agar siswa

pengetahuan sesuai dengan membentuk jejaring pengetahuan dari hasil tujuan

membentuk jejaring

pembelajaran. Cara seperti ini dapat membantu siswa

diskusi bersama sehingga akhirnya siswa dapat memasukkan konsep yang baru diperoleh ke dalam menyimpulkan hasil percobaan/diskusi untuk memori jangka panjang. Nur (2005) menyatakan bahwa menjawab masalah yang diajukan dengan penuh cara untuk menyimpan di dalam memori jangka panjang perhatian dan kejujuran.

ini adalah dengan pengulangan atau pengkodean.

Pada fase ketiga guru dapat membimbing

Keempat, guru dapat mengelola waktu dengan

siswa dalam mengembangkan hasil penelitian baik. Hal tersebut mengindikasikan terjadi peningkatan dengan membuat laporan hasil penelitian, yang signifikan dari aspek suasana kelas selama kemudian mempresentasikan hasil penelitian di pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah digunakan. depan kelas dengan gesture dan langkah “Class- Hal tersebut diperkuat dari hasil observasi langsung saat Mochammad Yasir, Muslimin Ibrahim, dan Wahono Widodo, Pengembangan P pelaksanaan pembelajaran serta angket respon siswa Yes, Teach-Ok, dan Switch Metakognitif Untuk Melatihkan Kete ”. Tujuan yang

bahwa siswa senang karena merasa lebih bisa aktif untuk

diharapkan adalah siswa merasa terfokus mendapatkan konsep yang bermakna. perhatiannya,memberi siswa kesempatan menggali

Keterlaksanaan RPP berbasis metakognitif

materi yang dilakukannya sesuai hasil diskusi, sejalan dengan hasil pengamatan aktivitas siswa pada uji melatih kejujuran siswa dalam menuliskan data coba perangkat (Gambar 3.) Aktvitas siswa yang diamati hasil percobaan di dalam laporan sementara untuk didasarkan pada prosedur pelaksanaan pembelajaran dilampirkan dan dibuat laporan akhir penelitian, dengan menggunakan strategi metakognitif yang serta melatih kepercayaan diri siswa. Hal ini dapat dijelaskan Elsina (2010) yang dipadukan dengan membantu siswa untuk memperhatikan cara ber- pelatihan berpikir reflektif oleh Dewey (1933). pikir mereka sendiri dan belajar tentang berpikir siswa lain, kemudian mengidentifikasi mis- konsepsi, dan merumuskan konsep yang benar (Marzano, 1988; Biggs et al, 1997; Nelson, 1992).

Peningkatan aktivitas siswa tiap pertemuan menunjukkan bahwa siswa dalam kegiatan pembelajaran berada di lingkungan sosial, mereka terus menerus belajar melalui interaksi dengan orang lain di sekitar mereka. Martinez (2006) berpendapat bahwa perkembangan proses hidup bergantung pada interaksi dan pembelajaran sosial berperan penting untuk perkembangan kognitif. Siswa dikondisikan agar merasa tertantang dan penuh motivasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di LPPD. Biggs et al. (1997) menyatakan LPPD dapat mendatangkan pengetahuan awal

Gambar 3. Hasil pengamatan aktivitas siswa

siswa, mengidentifikasi miskonsepsi, memberi

pada uji coba

siswa kesempatan menggali materi yang dilakukan sendiri. Hal ini dapat melatih siswa bersikap jujur

Keterangan:

dalam bekerja, menyadari kesalahan diri sendiri,

KP 1: Mengidentifikasi masalah dengan membaca

dan mengemukakan pendapat terhadap sesuatu apa

LPPD/buku siswa; KP 2: Merumuskan masalah dengan menggunakan konsep

adanya.

kunci permasalahan;

In’am (2012) dan Susantini (2009a)

KP 3: Mengajukan alternatif solusi penyelesaian masalah

menyatakan bahwa strategi belajar metakognitif

dengan menyusun kerangka pemikiran;

yang digunakan oleh guru dapat membuat siswa

KP 4: Mengembangkan ide penyelesaian masalah dengan cara pengumpulan data;

untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran, KP 5: Melakukan tes untuk menguji solusi penyelesaian siswa diajarkan untuk bertanya pada diri mereka

masalah penelitian melalui percobaan dan menyusun sendiri, menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah kesimpulan ;

pada diri siswa sehingga dalam proses pembe- lajaran ini siswa dapat belajar bagaimana berpikir

Dapat diketahui bahwa pada aktivitas KP 1, KP tentang proses-proses berpikir sendiri. Sesuai

2, KP 3, KP 4, dan KP 5 konsisten mengalami Elsina (2010) dan Flavel (1976) strategi-strategi

peningkatan di tiap pertemuan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembe-lajaran metakognitif metakognitif merupakan proses-proses yang sesuai dengan pelatihan kete-rampilan berpikir reflektif berurutan yang digunakan untuk mengontrol siswa. Siswa membaca LPPD/buku siswa untuk aktivitas-aktivitas kognitif dan memas-tikan bahwa menemukan masalah yang terjadi di dalam ekosistem, tujuan kognitif telah dicapai. Proses-proses ini kemudian siswa mengerjakan LPPD secara individu dan terdiri dari aktivitas perencanaan, pemantauan, dan dilanjutkan dengan berkelompok untuk berdiskusi meru- pengaturan serta evaluasi terha-dap hasil aktivitas- muskan masalah dengan menggunakan konsep kunci aktivitas kognitif. permasalahan. Dari kunci permasalahan, siswa dapat

Aktivitas KP 3 dan KP 4 dari pertemuan menyusun kerangka pemikiran untuk menentukan pertama sampai ketiga mengalami kenaikan yang

beberapa alternatif solusi penyelesaian masalah. Dari tidak terlalu signifikan dari 10% menjadi 14% beberapa alternatif solusi penye-lesaian masalah dibandingkan dengan KP 1, KP 2, dan KP 5. Hal tersebut, kemudian

siswa

mengembangkan ide

penyelesaian masalah melalui pengumpulan data yang ini dikarenakan siswa masih memerlukan waktu dibutuhkan. Beberapa data yang diperoleh, maka siswa untuk terbiasa berpikir tingkat tinggi melalui menguji solusi melalui percobaan dan menggunakan penyusunan kerangka pemikiran, menyusun hasil percobaan untuk menyusun kesimpulan.

beberapa alternatif solusi pemecahan masalah, Beberapa aktivitas siswa hasil perpaduan antara menghubungkan alternatif solusi tersebut dengan strategi metakognitif dan memadukan dengan pelatihan rumusan masalah yang dibuat, serta mencari data- berpikir reflektif mendorong siswa untuk selalu data yang berhubungan dengan masalah dan melakukan perencanaan, pemantauan, dan pengaturan alternatif solusi sehingga hipotesis yang diajukan serta evaluasi terhadap hasil aktivitas-aktivitas kognitif. kuat, desain percobaan yang disusun sangat tepat, Wujud

keterampilan berpikir reflektif adalah siswa dapat dan memperkirakan error yang terjadi selama merefleksi diri terhadap perolehan pengetahuan, percobaan. Sementara itu, peranan guru dalam pelatihan keterampilan, dan pembiasaan sikap selama pembelajaran metakognitif ini menjadi fasilitator pembelajaran.

nyata hubungan

metakognitif

dengan

dan membimbing siswa yang masih kesulitan dalam melakukan penyelidikan dan penyelesaian dan membimbing siswa yang masih kesulitan dalam melakukan penyelidikan dan penyelesaian

kegiatan pembelajaran, dengan cara membantu dan menggunakan taksonomi Bloom baru (direvisi oleh

Anderson & Krathwoll) dari C 3 (menerapkan), C 4

mengembangkan siswa dalam mengembangkan (meng-analisis), C 5 (mengevaluasi), dan C 6 (mencipta). strategi belajar, kebiasaan baik, serta perilaku Peningkatan keterampilan berpikir reflektif dapat dilihat metakognitif.

dari n-gain dari ujicoba perangkat pembelajaran sebesar Aktivitas KP 1, KP 2, KP 3, KP 4, dan KP 5 0,87 dengan kategori tinggi (Hake, 1999). Data dari tes

dengan mendiskusikan tugas yang ada pada LPPD keterampilan berpikir reflektif yang di dalamnya mengindikasikan bahwa pembelajaran meta-kognitif terdapat 5 komponen menurut Dewey (1933) disajikan dapat merangsang siswa untuk meng-optimalisasikan pada Tabel 1. pikiran siswa dalam meregulasi diri sendiri dengan melakukan perencanaan, pengarahan, dan evaluasi

Tabel 1. Persentase ketuntasan komponen

terhadap tugas yang sedang dikerjakan. Ditinjau dari

keterampilan berpikir reflektif

hasil tes penge-tahuan, siswa yang kurang aktif selama

Persentase Ketuntasan (%)

proses pembelajaran mendapatkan nilai baik (B-, B, dan

B+). Temuan ini mengindikasikan bahwa aktivitas

dalam pembelajaran metakognitif relevan dengan hasil Keterangan:

belajar siswa. KP 1: Mengidentifikasi masalah dengan membaca Ujicoba hasil pengembangan perangkat secara

LPPD/buku siswa;

konsisten dapat meningkatkan hasil belajar aspek KP 2: Merumuskan masalah dengan menggunakan konsep pengetahuan siswa, dengan n-gain rata-rata dari kelas X

kunci permasalahan;

adalah 0,87dengan kategori tinggi (Hake, 1999) dan KP 3: Mengajukan alternatif solusi penyelesaian masalah

dengan menyusun kerangka pemikiran;

siswa dapat mencapai ketuntasan indikator pembelajaran KP 4: Mengembangkan ide penyelesaian masalah dengan aspek pengetahuan yang telah ditetapkan dengan rata-

cara pengumpulan data;

rata ketuntasan tujuan pembelajaran sebesar 96,25% KP 5: Melakukan tes untuk menguji solusi penyelesaian (Gronlund & Linn, 1995). Ketuntasan hasil belajar siswa Mochammad Yasir, Muslimin Ibrahim, dan Wahono Widodo, Pengembangan Pera masalah penelitian melalui percobaan dan

menunjukkan Metakognitif Untuk Melatihkan Ketera bahwa keseluruhan siswa sudah

menyusun kesimpulan .

menguasai konsep yang telah diajarkan, baik sub bab materi pengertian, komponen, dan tipe-tipe ekosistem; rantai makanan dan jaring-jaring makanan; serta daur

Tabel 1 menjelaskan bahwa siswa sudah biogeokimia dan suksesi. Tes hasil belajar aspek mulai terbiasa berpikir reflektif, yang dilandasi

pengetahuan ini terdiri dari 13 indikator pembelajaran, oleh proses berpikir ke arah kesimpulan- yang dijabarkan dalam 10 soal pilihan ganda dan 15 soal kesimpulan yang definitif melalui lima langkah uraian dengan menggunakan taksonomi Bloom baru yaitu: 1) siswa mengenali masalah, masalah itu

(direvisi oleh Anderson & Krathwoll) dari C 1 datang dari luar diri siswa itu sendiri; 2) siswa akan (mengingat) sampai C 6 (mencipta). Konsep-konsep yang menyelidiki dan menganalisa kesulitannya dan dipertanyakan pada tes hasil belajar aspek pengetahuan menentukan masalah yang dihadapinya; 3) siswa siswa merupakan tujuan pembelajaran yang sudah akan

menghubungkan uraian-uraian hasil pernah di-cantumkan pada LPPD dan dibahas pada saat analisisnya itu atau satu sama lain, dan

proses pembelajaran berlang-sung. Lembar Penilaian Pemahaman Diri (LPPD) berisi pertanyaan mengenai mengumpulkan berbagai kemungkinan guna konsep-konsep penting yang dipelajari pada masing- memecahkan masalah tersebut, dalam bertindak masing sub bab materi yang akan disampaikan pada siswa dipimpin pengalamannya sendiri; 4) siswa pertemuan tersebut.

menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis

dan ketuntasan aspek dengan akibatnya masing-masing; dan 5) pengetahuan siswa menunjukkan ujicoba terbatas dari selanjutnya siswa mencoba mempraktekkan salah pengembangan perangkat pembelajaran Biologi berbasis satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya metakognitif efektif dalam meningkatkan penguasaan terbaik sehingga hasilnya akan membuktikan betul- aspek pengetahuan pada materi ekosistem. Temuan tidaknya pemecahan masalah itu. Kemungkinan penelitian ini diperkuat dengan hasil penelitian Yasir yang lain akan dicobakan bilamana pemecahan (2013), Yuliani (2013), Indana (2009), dan Nur (2005) yang menyatakan pembelajaran dengan menggunakan masalah itu salah atau kurang tepat sampai strategi metakognitif dapat meningkatkan hasil belajar ditemukan pemecahan masalah yang tepat. kognitif

Peningkatan n-gain

Data ketuntasan komponen berpikir reflektif pembelajaran tidak hanya meningkatkan hasil belajar menurut Dewey (1933) di atas menunjukkan siswa

siswa.Temuan

hasil

ujicoba

perangkat perangkat

dalam masalah (membuat percobaan yang meng- menangani masalah yang terjadi. Pengalaman mau- gambarkan suksesi, mengamati, mengambil data, pun pengetahuan terhadap masalah ini yang kurang menganalisis hasil dan membahas hasil percobaan), dimiliki siswa. Data komponen berpikir reflektif di lalu menyelesaikan masalah (menarik kesimpulan atas diperoleh dari akumulasi hasil penilaian dari percobaan untuk menjawab masalah yang instrumen keterampilan berpikir reflektif siswa, terjadi). Temuan penelitian ini sejalan dengan meliputi tes, lembar penilaian diri, lembar penilaian essensi yang dikemukakan oleh Phan (2006) antar teman sebaya, dan jurnal belajar, kemudian tentang tahapan berpikir reflektif, meliputi tindakan dirata-rata. Hasilnya disajikan pada Tabel 2. Hal ini biasa, pemahaman, refleksi, dan berpikir kritis. dikarenakan supaya peneliti mendapatkan penilaian

memerlukan

pengalaman

Hasil belajar keterampilan berpikir reflektif keterampilan berpikir reflektif secara menyeluruh, dari keempat instrumen penilaian yang paling bukan hanya penilaian dari instrumen tes. Boud tinggi adalah lembar penilaian diri (self asessment), (1991), Moon (1999), (Schön, 1991), dan Sapa’at dan yang terendah, yaitu tes. Hal ini disebabkan (2008) menyatakan bahwa beberapa instrumen instrument penilaian diri (self asessment) sifatnya yang dapat digunakan untuk mendorong terjadinya lebih subjektif, berbeda dengan tes sifatnya lebih refleksi siswa adalah jurnal belajar, lembar refleksi objektif. Pada lembar penilaian subjektif siswa kelompok (peer asessment), penilaian diri (self dapat merefleksikan dirinya sesuai dengan pribadi asessment ), tes dan refleksi secara lisan.

siswa, dan tidak membutuhkan waktu yang Persentase ketuntasan hasil belajar aspek banyak. Lain halnya dengan tes yang sifatnya keterampilan berpikir reflektif siswa dari keempat objektif. Siswa membutuhkan waktu yang lebih 172 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 163-176 instrumen penelitian tinggi (Tabel 2). Pembelajaran banyak untuk berpikir dalam merefleksikan diri berbasis metakognitif dapat mendorong siswa dan melatih keterampilan berpiki reflektif dengan berada pada tahapan berpikir reflektif yang paling menjawab pertanyaan berisi 16 soal uraian yang puncak yaitu berpikir kritis. Siswa lebih menuntut siswa menyelesaikan suatu permasalahan mengetahui mengapa ia merasakan berbagai hal melalui lima langkah komponen berpikir reflektif. permasalahan,

Tahapan penyelesaian masalah melalui merumuskan, memecahkan, dan menyelesaikan proses berpikir reflektif melibatkan tingkat berpikir permasalahan.

kemudian

mengidentifikasi,

yang tinggi dan kemampuan berpikir abstrak (Phan, 2006). Siswa didorong untuk meng-

Tabel 2. Persentase

Ketuntasan

Penilaian identifikasi masalah dan merumuskan masalah

yang telah dikenalinya. Siswa kemudian menyusun Persentase Ketuntasan Keterampilan Berpikir Reflektif (%) kerangka pemikiran dengan jalan mengalirkan alur

Keterampilan Berpikir Reflektif Siswa Kelas X.

Ke las Tes Lembar

Lembar

Jurnal berpikir menurut kerangka yang logis (logical

Penilaian Diri

Penilaian

Belajar

Antar Teman

construct ). Hal ini tidak lain dari menduduk-

perkarakan masalah diidentifikasi dalam kerangka teoretis yang relevan dan mampu menangkap,

Contoh permasalahan yang disajikan dalam menerangkan, serta menunjukkan perspektif pembelajaran adalah perubahan ekosistem. Dengan terhadap masalah. Upaya ini ditujukan untuk keterampilan berpikir reflektif siswa akan menjawab atau menerangkan pertanyaan penelitian mengidentifikasi masalah yang terjadi (Disajikan maupun rumusan masalah yang telah diidentifikasi gambar yang mengilustrasikan perubahan- (Dewey, 1933). Alternatif solusi jawaban atau perubahan pada populasi mendorong perubahan hipotesis disusun setelah kerangka pemikiran pada komunitas sehingga ekosistem juga menga- dibuat. Hipotesis tersebut digunakan siswa untuk lami perubahan, misalnya ekosistem dibuat gundul menghubungkan uraian hasil analisis pertanyaan (dirusak) dengan cara membakar, menebang, dengan alternatif solusi jawaban. maupun mencangkul area petak ini hingga akar

Pada pemecahan masalah siswa mengem- bangkan ide dengan cara mengumpulkan data yang Pada pemecahan masalah siswa mengem- bangkan ide dengan cara mengumpulkan data yang

Lain halnya dengan hasil penilaian diri (self

alternatif solusi jawaban, menjelaskan kemung- asessment ) yang dapat mencapai ketuntasan tertinggi. kinan solusi tersebut masuk akal sehingga dapat Siswa merasa percaya dan yakin akan kemampuan yang memecahkan masalah dan menyadari ada dimiliki. Siswa sudah mampu mengenal konsep diri. Hal kesalahan pada saat menguji solusi pemecahan ini sesuai dengan pernyataan Ma et al. (1997) yang

menyatakan bahwa untuk bisa menilai diri sendiri maka

masalah. Contoh bukti data dari jawaban siswa di seseorang memerlukan kepercayaan diri. Seorang saat siswa diminta sebagai peneliti untuk menguji individu membutuhkan konsep diri yang positif. Konsep lebih lanjut pengaruh semut pada epifit adalah diri adalah gambaran yang dipegang seseorang “mencoba beberapa lumut dan epifit kecil lainnya menyangkut dirinya sendiri (Purkey dan Watson, 1970). pada dahan pohon yang biasa didatangi semut, Jika seorang individu sudah mengenal keadaan dirinya dengan mengembangkan suatu alat tertentu ”. dan dapat menerima kelebihan dan kekurangan yang Tetapi setelah diberi pertanyaan bagaimanakah alat dimiliki maka individu tersebut akan memiliki tersebut dibuat, desain alat uji tersebut seperti apa?, kepercayaan diri yang baik. Pernyataan ini juga ternyata siswa belum bisa mengembangkan pikiran didukung oleh hasil analisis penilaian diri, dari aspek untuk mendesain peralatan tersebut. Hal ini konsep diri beberapa siswa sudah dapat mengoreksi diri dikarenakan siswa belum memiliki pengalaman sendiri dan mengakui kesalahan diri sendiri jika siswa

tersebut salah dan mempunyai kekurangan. Contoh bukti

lebih sebagai peneliti terjun langsung untuk jawaban original siswa adalah “saya kurang memahami menguji lebih lanjut pengaruh semut pada epifit.

persoalan yang sifatnya rumit; saya terlalu tergesa-gesa Mochammad Yasir, Muslimin Ibrahim, dan Wahono Widodo, Pengembangan Peran

Analisis hasil ujicoba tes keterampilan dalam mengambil keputusan dan Metakognitif Untuk Melatihkan Keteram terburu-buru berpikir reflektif siswa menunjukkan beberapa menghakimi seseorang baik/tidak baik; saya seringkali siswa merasa kesulitan dalam menyusun prosedur tidak bisa bersikap jujur dan lari dari tanggung jawab penelitian dan menjelaskan kemungkinan solusi karena berat memikul amanah yang diberikan, akhirnya tersebut masuk akal untuk dapat memecahkan tugas tidak bisa selesai; saya sebetulnya pintar, tapi masalah. Hal ini dikarenakan beberapa siswa malas dan kurang inisiatif mempengaruhi kelakuanku”. kurang memiliki pengetahuan menyeluruh masalah

Ketuntasan keterampilan berpikir reflektif ekosistem, perubahan ekosistem, dan langkah- siswa menunjukkan ujicoba terbatas dari pengem-

langkah tertentu untuk menanggulangi pencemaran bangan perangkat pembelajaran Biologi berbasis dan ketidakseimbangan ekosistem. Akibatnya, metakognitif efektif dalam melatihkan keteram- siswa tidak mampu menghubungkan antar konsep pilan berpikir reflektif siswa pada materi atau tidak mampu memahami sebab akibat antar ekosistem. Pernyataan ini juga diperkuat hasil konsep.

analisis respon siswa terhadap perangkat pembe- Siswa memerlukan proses pembiasaan diri lajaran, serta pelaksanaan pembelajaran dengan

yang berkelanjutan dalam menyelesaikan masalah strategi metakognitif (Gambar 4). dengan cara berpikir reflektif. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mendorong siswa selalu mengenali dan mengidentifikasi masalah sampai dengan

konteks/jenis/bidang lain. Siswa diharapkan dapat melihat kembali pengalaman belajar untuk meng- identifikasi apa yang telah dipelajari, apa yang belum dikuasai (learning needs) serta rencana pengembangan diri selanjutnya berdasarkan lear- ning needs yang telah diidentifikasi. Hal ini sejalan

Gambar 4. Hasil Analisis Data Respon Siswa Pada

dengan pernyataan Nindiasari (2011) dan

Uji Coba Pelaksanaan Pembelajaran Dengan

Livingstone (1997) bahwa pemikir reflektif memi-

Strategi Metakognitif Di Kelas X

liki kemampuan berpikir dalam mengkonstruksi pengetahuan dengan pelibatan aktivitas meta-

Analisis respon siswa (Gambar 4) kognitif, berupa perencanaan, pemantauan, penga- didapatkan hasil bahwa pada kelas X sebanyak turan, dan evaluasi terhadap hasil aktivitas-aktivitas 97,6% siswa merespon sangat baik. Hasil tersebut kognitif sehingga orang tersebut mampu mene- secara keseluruhan menunjukkan siswa merespon

positif pelaksanaan pembelajaran dengan strategi positif pelaksanaan pembelajaran dengan strategi

permasalahan kehidupan, yang berimplikasi ke Analisis data respon siswa juga menye-butkan depan dapat melatih seseorang menjadi pribadi bahwa ada beberapa siswa yang belum mampu mandiri, kritis, dan jujur.

mempertahankan perhatian dalam jangka waktu

Beberapa saran dapat dikemukakan oleh panjang. Kemungkinan hal tersebut dipengaruhi oleh peneliti adalah peneliti perlu memberikan gam- 174 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 20, Nomor 2, Oktober 2015, hlm. 163-176

faktor eksternal seperti gangguan lingkungan di dalam baran dengan jelas kepada siswa dan guru tentang dan di luar kelas. Solusi yang dimunculkan adalah meminimalkan gangguan dengan cara menciptakan pembelajaran menggunakan strategi metakognitif; lingkungan

Cara pengenalan awal keterampilan berpikir reflektif menciptakan lingkungan kondusif, yaitu 1) mendesain bisa dilakukan pada waktu khusus, agar saat proses sarana dan prasarana fisik belajar, dalam hal ini ruang pembelajaran siswa tidak kesulitan menyelesaikan kelas belajar dengan baik, dan 2) pengelolaan kelas yang LPPD dan melakukan penyelidikan; diharapkan positif untuk pembelajaran.

adanya penelitian lanjutan pada materi Biologi Analisis

terhadap yang lain dan dengan pengembangan sikap siswa pengembangan perangkat dan pelaksanaan pem- yang lainnya. belajaran selama uji coba adalah positif. Hasil ini

respon

siswa

sesuai dengan hasil penelitian dari Yasir (2013); DAFTAR PUSTAKA

In’am, (2012); Susantini (2009a dan 2009b); Indana (2009); dan Corebima dkk, (2006) yang Acevedo, N. A. Van Dooren, W. Clarebout, G. menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi

Elen, J. and Verschaffel, L. (2010). metakognitif untuk melatihkan kecakapan berpikir

“Representational flexibility in linear- mendapatkan respon positif dari siswa.

function problems: a choice/no-choice Terdapat hambatan yang ditemui selama