POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK KIMIA - D3 ANALIS KIMIA Tahun Ajaran 2011-2012

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROANALISIS

  PENGUKURAN KONDUKTIVITAS DAN TDS Dosen Pembimbing : Ibu Endang W , MT

  Kelompok 6 Nevy Puspitasari NIM 111431020 Nurul Latipah NIM 111431022

  Rizky Permatawati NIM 111431025 Tanggal Percobaan : 21 September 2012

  Tanggal Penyerahan : 28 September 2012

  POLITEKNIK NEGERI BANDUNG TEKNIK KIMIA - D3 ANALIS KIMIA Tahun Ajaran 2011-2012 Tanggal Percobaan : 21 September 2012 Judul Percobaan : PENGUKURAN KONDUKTIVITAS DAN TDS Pembimbing : Ibu Endang W, MT Tujuan Percobaan : 1.

  Dapat melakukan kalibrasi elektroda dan konduktometer secara benar dan tepat 2. Dapat mengukur konduktivitas larutan dengan benar 3. Dapat mengamati perubahan konduktivitas terhadap suhu dan konsentrasi yang berbeda 4. Dapat menentukan TDS dari suatu larutan berdasarkan konduktivitas

  Teori Dasar :

  TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic, misalnya : garam, dll) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 micrometer

  • 6

  (2×10 meter). TDS meter menggambarkan jumlah zat terlarut dalam ppm atau sama dengan miligram per Liter. Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll). Sampai saat ini ada dua metoda yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas suatu larutan. Ada pun dua metoda pengukuran TDS (Total Dissolve Solid) tersebut adalah :

1. Gravimetry 2.

  Electrical Conductivity HUBUNGAN TDS/PPM DAN EC

  • 6

  S/cm 1 μS/cm = 1 x 10

  1 S/cm = 1 Mho/cm 1 μS/cm = 0.5 ppm 1 ppm = 2 μS/cm

  Hubungan antara konduktivitas dengan TDS yang dikemukakan oleh Victorian Salinity

  

Program and the Murray Darling Basin Commission adalah mikrosiemens per sentimeter

o

  (µS/cm pada 25

  C) yang ditunjukan sebagai berikut:

  o

  TDS (mg/L) = EC (µS/cm pada 25

  C) x 0,6

ELECTRICAL CONDUCTIVITY

  EC (Electrical Conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan kebalikan (invers) dari resistansi (R). Setiap bahan mempunyai sifat tertentu yang diungkapkan sebagai hambatan jenis, , dengan satuan ohm meter. Sifat listrik juga diungkapkan melalui kuantitas, berbanding terbalik terhadap hambatan, konduktan, G, dengan satuan S (siemen). Sehingga persamaan matematisnya adalah :

  G = 1 / R

  Sehingga dengan menggunakan Hukum Ohm, maka didapatkan definisi lainnya :

  V = I x R I = G x E

  Secara definisi diatas : jika dua plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik (normalnya berbentuk sinusioda), maka pada plat tersebut akan mengalir arus listrik. Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion dalam larutan tersebut. Namun pada beberapa situasi hal ini tidak berlaku, seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

  Gambar 1 : Hubungan Konduktansi dan Konsetrasi Ion

  Satuan dasar untuk konduktansi adalah Siemens (S), dan formalnya menggunakan satuan Mho (kebalikan dari Ohm). Karena luas penampang plat dan jarak antar plat juga mempengaruhi konduktansi. Sehingga satuan konduktansi menjadi Siemens/cm (S/cm).

  Konduktansi dipengaruhi pula oleh temperatur. Dalam sebuah metal, konduktansi menurun dengan naiknya temperatur, namun dalam sebuah semikonduktor, konduktansi akan makin besar dengan makin tingginya temperatur.

  Persamaan untuk konduktor logam dapat digunakan untuk larutan elektrolit, bila pengukuran dilakukan pada arus dan tegangan bolak-balik. Pengukuran demikian digunakan pada konduktometer, yang terdiri dari wadah dan elektroda platina yang dilapisi platina hitam. Luas permukaan yang dilapisi platina hitam, dinyatakan dengan A dan jarak antara dua elektroda platina. Perbandingan jarak antara dua elektroda platina dengan luas permukaan platina adalah parameter tertentu pada setiap wadah konduktometri dan disebut kapasitas resistif dari wadah konduktometri.

  Alat dan Bahan

  Alat Bahan Jumlah Gelas kimia 100 mL

  8 buah Botol semprot

  1 buah Batang pengaduk

  1 buah Ball pipet

  1 buah Gelas ukur 100 mL

  1 buah Pipet ukur 10 mL

  1 buah Sampel air 300 mL

  Etanol 200 mL Sukrosa 2 gram

  Larutan NaCl 200 mL HCl 200 mL

  NaOH 200 mL Aquadest 300 mL

  Asam asetat 300 mL NH OH 100 mL

4 KOH 200 mL

  CaCO 5 gram

  3

  Langkah Kerja A.

  Kalibrasi elektroda / immersion cell 1.

  Memasang elektroda pada konduktometer (sesuaikan warna kabel dan socket) 2. Mengatur tombol “cell const” sesuai dengan tetapan sel dari elektroda ( tercantum pada elektroda).

  3. Menggunakan tombol Pt-100 untuk elektroda yang sudah terpasang sensor suhu 4.

  Mengatur koefisien suhu pada nilai 2,0 5. Menggunakan frekuensi pengukuran 2 kHz dan range pengukuran pada posisi “outo” 6. Mencelupkan elektroda kedalam larutan KCl, mengusahakan sensor suhu tercelup larutan

  7. Menyalakan konduktometer dan tekan tombol “stand by” 8.

  Menekan tombol “Temp”, dan baca suhu larutan 9. Melihat konduktan dari larutan KCl 0,1 M dan suhu yang terukur 10.

  Mengatur kembali tombol “cell const”, hingga harga konduktan sesuai dengan nilai pada tabel

  11. Bila pada tampilan nilai konduktan sudah sesuai dan tetap, menekan tombol “stand by” dan alat siap untuk digunakan B.

  Pengaruh jenis senyawa, jenis pelarut, reaksi kimia terhadap Konduktivitas 1.

  Menyiapkan larutan/padatan yang akan diukur konduktivitasnya 2. Mencelupkan elektroda dan tekan tombol „meas‟ untuk mengukur konduktivitas larutan uji

  C.

  Pengukuran TDS 1.

  Menyiapkan sampel air yang akan diukur TDS nya 2. Memastikan konduktometer dan elektroda sudah dikalibrasikan 3. Mencelupkan elektroda ke dalam sampel air, menghilangkan gelembung udara yang mengelilingi elektroda dengan cara menaik-turunkan elektroda

  4. Membaca suhu larutan dan bila tidak pada suhu 25oC, membandingkan dengan nilai dari tabel konduktivitas

5. Mengukur dan membaca konduktivitas dari larutan uji 6.

  Menghitung TDS dari rumus korelasi konduktivitas dan TDS pada larutan uji

   Suhu (x) Konduktivitas (y) 24 12,64 25 12,88 26 13,13 27 13,37 28 13,62

   6. CH

   11. HCl 0,1 M 37,6

  10,41

  (aq)

  10. NaCl

   9. NaCl (s) -

  110,7

  22 O 11 (aq)

  12 H

  22 O 11 (s)

  12 H

   7. Sukrosa C

  tambahkan air secara perlahan 1,052

  2 H (3 %)

  3 CO

  2 H (15 %) 1,99

  Data Pecobaan dan Perhitungan A.

  3 CO

   5. CH

  96% 5,40

  5 OH) aq

  2 H

   4. Etanol (C

   3. Air suling/RO 0,05

   2. Air mineral 0,347

  1. Air ledeng 0,427

  No. Senyawa Konduktivitas (mS/cm) Penggolongan Tdk Mengion Sedikit mengion Mengion sempurna

  Pengaruh Konduktivitas terhadap Jenis Senyawa

  C sehingga : Persamaan regeresi linier : y= 6,758 + 0,245 x y = 6,705 + 0,247 (26,7) y= 13,30 Untuk mengubah nilai konduktivitas menjadi 13,30, maka tetapan sel diubah menjadi sebesar 9,96 x 0,1 = 0,996 B.

  o

  Perhitungan persamaan linear penentuan tetapan sel Data nilai konduktivitas larutan KCl 0,1 M Suhu yang terbaca berdasarkan percobaan kalibrasi = 26,7

  • 8. Sukrosa C
  • KOH dalam air

  • KOH dalam etanol

  CaCO

  1 = 10/1 =10 (membutuhkan air 90 mL)

  V

  1 = 0,1. 100

  1 . V

  2

  1 .V 1 = M 2 .V

   *Keterangan :  Menunjukkan posisi golongan senyawa Perhitungan Pembuatan larutan:  HCL 0,1 M M

  HCL 6 M Tidak terbaca

  3 padatan +

   CaCO

  5,70

  padatan + CH

  3

  Senyawa Konduktivitas (mS/cm) Penggolongan Tidak mengion Sedikit mengion Mengion sempurna

  13. CH

  Pengaruh reaksi kimia terhadap konduktivitas

   D.

  2,14

  20%

   KOH dalam air 10 %

  1% 49,9

  KOH (s) - KOH dalam air

  Senyawa Konduktivitas (S/cm) Penggolongan Tidak mengion Sedikit mengion Mengion sempurna

   C. Pengaruh jenis pelarut terhadap konduktivitas

   15. NaCl 0,1 M 10,41

  3 0,1 M 0,651

   14. NH

  2 H 0,1 M 0,466

  3 CO

3 COOH

  COOH 3% ( dari larutan asam asetat 4 M )

  3

   CH M = = = 0,39 M M .V = M .V

  1

  1

  2

  2

  0,39 . 100 = 0,4. V

  2 V 2 = 100x0,39 / 0,4 = 97,5 (membutuhkan air 2,5 mL)

  COOH 15% ( dari larutan asam asetat 100% )

  3

   CH %

  1 .V 1 = % 2 .V

  2

  100 . V

  1 = 15. 100

  V

  1 = 1500 / 100 = 15 mL (membutuhkan air 80 mL)

3 COOH 6 M ( dari larutan asam asetat 100% )

   CH M = = = 13,17 M M

  1 .V 1 = M 2 .V

  2

  13,17 . V

  1 = 6. 100

  V

  1 = 600 / 13,17 = 45,56 mL (membutuhkan air 54,45 mL) E.

  Perhitungan TDS pada sampel air ledeng

  o

  TDS (mg/L) = EC ( µS/cm pada 25 C ) x 0,6 = 0,427 x 0,6 = 0,2562 mg/L

  Larutan Konduktivitas (µS/cm) TDS (ppm)

  0.2562 Air ledeng 0,427

  0.2082 Air mineral 0,347

  0,03

  PEMBAHASAN

  Pada praktikum konduktivitas zat ditetapkan dengan mengukur tahanan listrik antara

  

dua elektroda dan membandingkan tahanan ini dengan tahanan suatu larutan potasium klorida

o

  (KCl) pada suhu 25

  C. Percobaan ini dilakukan terhadap berbagai bahan berupa larutan

maupun zat padat. Dimana setiap bahan diukur konduktivitasnya untuk mengetahui

kemampuannya dalam menghasilkan ion-ion bebas sehingga diketahui sifat bahan dalam

menghantarkan listrik. Elektroda yang digunakan pada percobaan ini adalah menggunakan

elektroda platina. Sebelum dilakukan pengukuran, alat konduktometer terlebih dahulu

dikalibrasi, agar mengurangi kesalahan pembacaan harga konduktan sehingga didapat

ketelitian hasil pengukuran serta untuk menetapkan tetapan sel konduktometer. Pada proses

kalibrasi ini dilakukan dengan mencelupkan elektroda kedalam larutan KCl 0,1M, digunakan

larutan KCl 0,1 M, karena larutan KCl 0,1 M memiliki nilai konduktivitas yang diketahui

pada berbagai suhu, sehingga tetapan sel dapat ditentukan. Pada saat kalibrasi elektroda

kemudian dicelupkan kedalam larutan KCl, dan dipilih tombol Temp ini dimaksudkan untuk

o membaca suhu larutan KCl sehingga suhu larutan KCl yang terbaca adalah 26,7

  C. Setelah

mengetahui suhu larutan KCl maka dilakukan pengukuran nilai konduktivitasnya.

Berdasarkan tabel suhu dan nilai konduktivitas KCl 0,1M, ternyata pada suhu tersebut tidak

terdapat nilai konduktivitas KCl sehingga perhitungan nilai konduktivitas KCl pada suhu

o

  

26,7 C dihitung berdasarkan persamaan regeresi linier dengan data yang diambil dari tabel

o o nilai konduktivitas dan suhu KCl dari suhu 25 C-29

  C. Dari perhitungan didapat nilai o

konduktivitas KCl pada suhu 26,7 C adalah sebesar 13,30 sehingga tetapan sel diubah sampai

nilai konduktivitas larutan pada suhu tersebut 13,30 sehingga didapat tetapan selnya adalah

0,996 . Pada saat kalibrasi elektroda harus tercelup sampai ruang yang ada didalam elketroda

terisi penuh dengan larutan yang diukur. Hal ini dikarenakan agar pengukuran berlangsung

secara teliti.

  Pengaruh Jenis Senyawa terhadap Konduktivitas Berdasarkan praktikum, hampir semua senyawa memiliki nilai konduktivitas. Hal ini

menunjukan bahwa semua senyawa dapat mengion/terurai menjadi ion-ion. Namun, tidak

semua senyawa mengion secara sempurna. Hal tersebut ditunjukan oleh nilai konduktivitas

yang dihasilkan, apabila nilai konduktivitasnya kecil dapat dikatakan bahwa senyawa tersebut

sedikit mengion sedangkan apabila nilai konduktivitasnya besar dapat dikatakan bahwa

  

senyawa. Pada percobaan ini tidak dilakukan pengukuran konduktivitas pada senyawa

berbentuk padatan, karena secara otomatis padatan tidak akan menghasilkan nilai

konduktivitas yang benar dan tepat karena pada pengukuran konduktometri adalah mengukur

konduktivitas dari larutan biasanya larutan elektrolit, dimana senyawa tersebut mampu

mengion dalam pelarutnya.

  Pada percobaan mengukur konduktivitas air, digunakan 3 jenis sampel air yaitu air

suling, air ledeng dan air mineral. Berdasarkan percobaan konduktivitas air ledeng adalah

yang paling besar diantara yang lainnya sedangkan konduktivitas yang paling kecil adalah

sampel air suling. Sampel air ledeng adalah paling besar karena pada air ledeng masih

memiliki banyak mengandung ion-ion bebas, kemudian pada air mineralpun memiliki

mineral dan ion-ion bebas akan tetapi tidak sebanyak pada air ledeng. Sedangkan air yang

daya hantarnya paling rendah yaitu air suling berasal dari berbagai langkah proses kimia

untuk menghilangkan kandungan mineral-mineral dalam air tersebut itulah sebabnya ion-ion

bebas untuk menghantarkan listrik pada air suling adalah kecil dan sebenarnya sifat air suling

adalah termasuk kedalam golongan senyawa yang tidak mengion.

  Selanjutnya dilakukan pengukuran pada etanol 96% sehingga didapat konduktivitas

etanol adalah sedikit mengion karena etanol tergolong larutan organik dan tidak terurai

sempurna, sehingga ion bebas untuk menghantarkan listriknya kecil. Selanjutnya pengukuran

dilakukan pada asam asetat pada 15% dengan konsentraso 3%. Berdasarkan data percobaan

nilai konduktivitas asam asetat 15% lebih tinggi dibanding 3%. Hal ini disebabkan karena

semakin pekat larutan yang dikur maka konsentrasi ion-ion bebasnya lebih besar sehingga

daya hantar listrik yang dihasilkannya pun semakin besar. Nilai konduktivitas asam asetat

yang terukur sesuai dengan teori bahwa larutan yang konsentrasinya lebih tinggi maka akan

memiliki nilai konduktivitas yang lebih besar. Akan tetapi pada asam asetat ini menghasilkan

larutan yang sedikit mengion, hal ini dikarenakan asam asetat tidak terurai sempurna menjadi

ion-ionnya sehingga larutannya sedikit mengion. Kemudian pengukuran dilakukan pada

sukrosa, sukrosa pada tidak dilakukan pengukuran sedangkan sukrosa larutan dilakukan

pengukuran. Berdasarkan percobaan nilai konduktivitas sukrosa adalah besar yaitu 110,7,

seharusnya konduktivitas sukrosa tidak besar atau seharusnya nilai yang dihasilkannya kecil.

Hal ini dikarenakan pada larutan sukrosa tidak terjadi ionisasi yang sempurna, atau ionisasi

yang terjadi adalah kecil karena hanya sedikit ion-ion yang dihasilkan pada larutan ini yang

akan menghantarkan listrik. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena tidak sempurnanya

pembilasan elektroda oleh aquadest sehingga terdapat sisa larutan pada pengukuran

  

pengukuran NaCl didapat konduktivitas yang sangat besar hal ini dikarenakan NaCl

merupakan pencampuran antara asam kuat dan basa kuat yang memiliki daya ionisasi tinggi.

NaCl dapat terionisasi sempurna dalam pelarutnya sehingga ion-ion bebasnya banyak yang

dapat menghantarkan listrik. Kemudian untuk HClpun sama karena HCl adalah asam kuat

maka HCl dapat terionisai sempurna dalam pelarutnya sehingga nilai konduktivitasnya besar

dan termasuk pada zat yang mengion sempurna. Pengukuran NaOH dilakukan dan didapat

nilai konduktivitas besar, karena NaOH adalah basa kuat yang dapat terionisasi sempurna

dalam pelarut sehingga nilai konduktivitasnya pun besar, inilah yang mengakibatkan NaOH

adalah zat yang mengion sempurna. Selanjutnya pengukuran dilakukan pada asam asetat

0,1M dan NH

4 OH 0,1M kedua senyawa ini merupakan asam lemah dan basa lemah dimana

  

kedua senyawa ini tidak dapat terionisasi sempurna menjadi ion-ionnya sehingga nilai

konduktivitas yang dihasilkannya pun kecil. Kedua senyawa ini digolongkan pada zat yang

sedikit mengion.

  Pengaruh Jenis pelarut terhadap konduktivitas Senyawa yang digunakan adalah KOH, pelarut yang digunakan adalah air dan etanol,

dan 1 jenis KOH berbentuk padatan dan KOH padatan ini tidak dilakukan percobaan.

  

Pengukuran yang dilakukan hanyalah KOH 1% dan KOH dalam etanol. Dari data percobaan

KOH yang dilarutkan pada air memiliki konduktivitas yang lebih besar dibanding

konduktivitas KOH dalam etanol. Hal ini disebabkan KOH yang dialrutkan dalam air, karena

air lebih bersifat dapat dengan mudah berikatan dengan ion-ion dari senyawa KOH

dibandingkan dengan ikatan pelarut etanol dengan ion-ion dari senyawa KOH. Karena daya

ikat antara ion-ion bebas dengan pelarut akan berpengaruh terhadap mobilitas ion-ion

senyawa dalam larutannya. Selain itu KOH dalam pelarut, KOH akan terionisasi sempurna

menghasilkan ion-ion bebas yang dapat menghantarkan listrik sehingga nilai

konduktivitasnya tinggi. Sedangkan KOH yang dilarutkan pada etanol, KOH tidak akan

terionisasi sempurna atau sedikit terionisasi sehingga menghasilkan nilai konduktivitas yang

lebih kecil.

  Pengaruh Reaksi Kimia terhadap Konduktivitas Pada percobaan ini dilakukan reaksi antara padatan CaCO 3 dengan CH3COOH dan

reaksi antara CaCO dan HCl. Berdasarkan percobaan reaksi yang terjadi dari dua reaksi

  3 tersebut adalah: Reaksi CaCO 3 dan CH

3 COOH 6M:

  CaCO + 2CH COOH Ca(CH COO) + H CO 3(S) 3 (aq) 3 2(aq)

  2

  3 Reaksi antara CaCO3 dan HCl 6M: CaCO 3(s) + HCl (aq) CaCl 2(aq) + H

  2 CO

  3 Pengaruh reaksi kimia dalam hal ini adalah terletak pada pereaksi yang digunakan yaitu pereaksi yang memiliki konsentrasi yang pekat (6M). Pada saat CaCO 3 direaksikan dengan

CH3COOH 6M atau larutan asam asetat pekat, maka asam asetat yang pekat ini dapat

  2+ 2- mendesak CaCO 3 yang akan mengakibatkan CaCO 3 terurai menjadi ion Ca dan ion CO

  3

sehingga menghasilkan konduktivitas sebesar 5,7. Sedangkan reaksi antara CaCO3 dengan

HCl yang merupakan elektrolit kuat, pereaksi yang digunakan adalah asam kuat yang pekat

  2+ 2- sehingga reaksi untuk mendesak CaCO 3 menjadi Ca dan CO 3 pun lebih besar.

  

Berdasarkan percobaan konduktivitas pada reaksi ini tidak terbaca, hal ini dikarenakan

konduktivitas yang dihasilkan teralalu besar sehingga tidak dapat terbaca oleh konduktometer.

Berdasarkan percobaan, reaksi antara CaCO 3 dengan HCl konduktivitasnya lebih besar dari reaksi CaCO

  3 dengan asam asetat, hal ini dikarenakan reaksi anata CaCO 3 dengan HCl

merupakan reaksi dengan pereaksi asam kuat yang pekat, nilai konduktivitas HCl sendiripun

sudah sangat besar sehingga bila direaksikan dengan CaCO

  3 nilai konduktivitasnya akan lebih besar.

  Pengukuran TDS Pada percobaan ini didapatkan nilai TDS yang tertinggi adalah sampel air ledeng dari

pada air suling atau air mineral. Hal ini dikarenakan pada air ledeng kandungan

mineral/logam/zat terlarut lainnya dalam air ledeng lebih banyak dibanding air mineral yang

telah diolah ataupun dengan air suling yang telah mengalami proses kimia. Sehingga nilai

TDS air ledeng lebih besar diantara yang lainnya yaitu sebesar 0,2562 ppm. Sedangkan untuk

TDS air mineral, air ini telah diolah sehingga kadungan logam atau zat terlarutnya lebih

sedikit sehingga nilai konduktivitasnya lebih kecil dari air ledeng yaitu 0,2082 ppm.

Kemudian untuk nilai TDS air suling, karena air suling telah mengalami proses kimia

sehingga sangat kecil kemungkinan adanya zat terlarutnya, sehingga TDS yang dihasilkannya

pun adalah yang terkecil yaitu sebesar 0,03 ppm.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapat hasil percobaan: 1.

  Berdasarkan pengaruh jenis senyawa terhadap konduktivitas a. senyawa atau zat yang mengion sempurna adalah sukrosa,NaCl,HCl, NaOH b. zat yang sedikit mengion adalah adalah air ledeng,air mineral,etanol, asam asetat, serta NH

4 OH.

  c. zat yang tidak mengion adalah air ledeng.

2. Berdasarkan pengaruh jenis pelarut terhadap konduktivitas a.

  senyawa atau zat yang mengion sempurna adalah KOH dalam air b. zat yang sedikit mengion adalah adalah KOH dalam etanol 3. Berdasarkan pengaruh reaksi kimia terhadap konduktivitas a. dengan HCl 6M

  3 Reaksi yang mengion sempurna adalah CaCO b.

  3 dengan CH

  3 COOH 6M

  Reaksi yang sedikit mengion adalah adalah CaCO 4. Sedangkan untuk pengukuran TDS didapatkan hasil yaitu sampel air ledeng adalah sebesar 0,2562 ppm, TDS air suling adalah sebesar 0,03 ppm, serta TDS air mineral adalah sebesar 0,2082 ppm

  

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

  Termal (online), “Konduktivitas ”,

  epetember 2012 pkl 13.00) Anonim, 2011.

  (online), “Konduktivitas”,

   eptember 2012 pkl. 13.21) Anonim.

  Listrik (online), “Konduktivitas ”,

  ( http://id.wikipedia.org/wiki/Konduktivitas_listrik. diunduh 27 Sepetember 2012 pkl 13.00) Annisa, 2012. “ TDS meter”, (online), diunduh 27 September 2012 pkl. 13.14) Lischer, 2009. Larutan Elektrolit (online),

  “ ”, diunduh 27 Sepetember 2012 pkl 13.05)