PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DEFERRED TAX EXPENSE DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

PENGARUH RETURN ON ASSET, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN, DEFERRED TAX EXPENSE DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP TAX

  AVOIDANCE A R T I K E L I L M I A H

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana

  Jurusan Akuntansi

  Oleh: RIZQIKA AFTHOR TUERFIA 2012310355 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS S U R A B A Y A 2016

  

PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

  Nama : Rizqika Afthor Tuerfia Tempat, Tanggal Lahir : Surabaya, 31 Januari 1995 N.I.M : 2012310355 Jurusan : Akuntansi Program Pendidikan : Strata 1 Konsentrasi : Audit dan Perpajakan Judul : Pengaruh Return On Asset, Leverage, Ukuran

  Perusahaan, Deferred Tax Expense, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance

  

Disetujui dan diterima baik oleh :

  Dosen Pembimbing, Co. Dosen Pembimbing,

  

Dr. Luciana Spica Almilia S.E., M.Si., QIA) (Dewi Murdiawati SE., MM)

(

  Ketua Program Sarjana Akuntansi

  

Dr. Luciana Spica Almilia S.E., M.Si., QIA)

(

  

THE INFLUENCE OF RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, SIZE,

DEFERRED TAX EXPENSE AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON TAX

AVOIDANCE

  

Rizqika Afthor Tuerfia

STIE Perbanas Surabaya

Email

ABSTRACT

  This study aimed to find how the influence of return on assets, leverage,

size, deferred tax expense and institutional ownership on tax avoidance on LQ-45

companies listed in Indonesia Stock Exchange from 2010-2014. Tax avoidance is

a dependent variable, while return on assets, leverage, size, deferred tax expense

and institutional ownership are independent variable. The data used are

secondary data and sample of 172 financial statements on LQ-45 companies

listed in Indonesia Stock Exchange from 2010-2014. This research used purposive

sampling and the data were analyzed by using multiple linier regression analysis.

Data were analyzed using SPSS software 21 version. The result of the research

showed that return on assets, size, and institutional ownership have significant

positive effects on tax avoidance. while leverage and deferred tax expense has no

significant effects on tax avoidance. To get better research results, further

researches may add other variables that have major impact probabilities, use

other than LQ-45 companies .

  

Keywords : return on assets, leverage, size, deferred tax expense, institutional

ownership , tax avoidance.

  PENDAHULUAN

  Indonesia merupakan Negara hukum meningkatkan kemakmuran dan yang berlandaskan Undang-Undang kesejahteraan masyarakat. Dasar 1945, karena itu perpajakan Pajak mempunyai peran sebagai salah satu perwujudan yang penting bagi masing-masing negara. diwajibkan oleh Negara. Penerimaan Pemerintah menginginkan pajak pajak memberikan potensi yang yang optimal dari target penerimaan tinggi bagi negara, karena pajak yang sudah ditetapkan. Namun, penerimaan pajak akan diolah pendapat ini bertolak belakang digunakan untuk pembelanjaan dengan para wajib pajak khususnya negara, sebagai infrastruktur, serta wajib pajak badan. Perusahaan menginginkan beban pajak yang cukup rendah, karena beban pajak dianggap sebagai beban yang mengurangi penghasilan yang diperoleh. Adanya perbedaan kepentingan dari sudut pandang pemerintah dengan pihak perusahaan sehingga menimbulkan untuk melakukan penghindaran pajak baik legal maupun illegal. Penghindaran pajak inilah yang menjadi masalah dan menyebabkan tidak maksimalnya penerimaan pajak. Untuk melakukan perlawanan penghindaran pajak, maka di negara- negara di dunia harus mempunyai kebijakan yang transparan, kapasitas administrasi untuk mengidentifikasikan transaksi yang mencurigakan, serta kemampuan dalam melakukan penegasan pajak secara efektif Bank Dunia pada Selasa (21/4) (kemenkeu.go.id).

  Penggabungan usaha yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi PT

  XL Axiata Tbk dan PT Axis Telkom Indonesia memiliki potensi penghindaran pajak yang diduga dari mekanisme pembayaran sisa utang Axis kepada pemegang saham existing. Sebelum melakukan merger Axis menerapkan mekanisme membersarkan utang sehingga jumlahnya jauh di atas nilai modal (Koran Ekonomi dan Bisnis, Selasa

  28 Januari 2014).

  

Tabel 1

DAFTAR REALISASI PENERIMAAN PAJAK

Jenis Pajak Penerimaan Pajak

  Tahun 2013 Penerimaan Pajak

Tahun 2014

Penerimaan Pajak

  Tahun 2015 APBNP Realisasi % APBNP Realisasi % APBNP Realisasi %

PPh Nonmigas 464,48 413,90 89% 485,98 458,69 94% 629,83 357,77 57%

PPN dan PPnBM 423,71 383,42 90% 475,59 408,99 86% 576,47 271,70 47%

PBB 27,34 25,30 93% 21,74 23,48 108% 26,69 13,23 50%

Pajak lainnya 5,40 4,93 91% 5,18 6,239 120% 11,73 3,85 33%

PPh Migas 74,278 88,75 119% 83,89 87,45 104% 49,53 39,73 80%

Total 995,214 916,3 92% 1.072,38 984.903 92% 1.294,26 686,27 53%

Sumber : Kompas, 19 Oktober 2015.

  Tabel 1 menunjukkan realisasi penerimaan pajak tahun 2013-2015. Target penerimaan pajak di tahun 2016 adalah Rp 1.360 triliun, tumbuh 16,33 persen, dibandingkan dengan proyeksi realisasi penerimaan pajak pada tahun 2015 sebesar Rp 1.169 triliun. Menurut Direktur Jenderal Pajak Kementrian Keuangan Sigit Priadi Pramudito bahwa proyeksi penerimaan pajak sampai akhir tahun

  2015 adalah Rp 1.169 triliun, yang terdiri dari penerimaan pajak nonmigas dan penerimaan pajak penghasilan migas. Masing-masing senilai Rp 1.129 triliun diperoleh dari penerimaan pajak nonmigas dan Rp 40 triliun yang diperoleh dari penerimaan pajak migas. Di Indonesia sendiri tingkat kepatuhan wajib pajak untuk melakukan pembayaran pajak sebagai kewajiban wajib pajak masih tergolong rendah. Mengacu pada realisasi sampai dengan 30 September, penerimaan pajak di tahun ini diperkirakan masih kurang minimal Rp 200 triliun dari target yang telah ditentukan (Senin 19 oktober 2015 KOMPAS).

  Return On Assets

  menggambarkan keadaan perusahaan, perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang tinggi merupakan sebagai tolok ukur keberhasilan dari perusahaan dan keefesienan dari perusahaan.

  Leverage atau bisa dikatakan

  tingkat hutang yang ada di perusahaan untuk mengelola pembiyaaan yang dibutuhkan,

  leverage menggambarkan rasio jumlah total utang dengan total aset.

  Adanya penambahan jumlah hutang akan mengakibatkan adanya beban bunga yang harus di tanggung oleh perusahaan.

  Ukuran perusahaan (size) merupakan dari gambaran perusahaan mengenai kestabilan dan kemampuan perusahaan untuk melakukan aktivitas dan pengoperasian ekonominya. Perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan yang besar maka menjadi menarik perhatian pemerintah dan akan menimbulkan kecenderungan bagi para manajer perusahaan untuk berlaku patuh dalam perpajakan.

  Didasarkan pada PSAK no. 46

  deferred tax expense (beban pajak

  tangguhan) bahwa alokasi pajak antar periode diawali dengan adanya kewajiban dan keharusan bagi perusahaan dalam mengakui aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang harus dilaporkan pada neraca. Adanya pengakuan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan merupakan sebagai pengakuan konsekuensi pajak untuk dimasa yang akan mendatang atas efek kumulatif perbedaan temporer antara pengakuan penghasilan dan beban yang akan digunakan untuk tujuan akuntansi dan tujuan fiskal. Perbedaan temporer yang di maksud dalam pendekatan aktiva-kewajiban adalah perbedaan perhitungan antara dasar pengenaan pajak (DPP), yang diperoleh dari nilai suatu aktiva atau kewajiban dengan nilai yang tercatat dalam aktiva atau kewajiban tersebut.

  Kepemilikan institusional yang dapat mencerminkan kegiatan dari tata kelola perusahaan. Struktur kepemilikan yang ada di perusahaan juga dapat mempengaruhi dampak pada perusahaan dalam mengelola urusan pajak. Semakin tingginya kepemilikan institusional maka mekanisme good governance akan mencerminkan semakin baik sehingga adanya penghindaran pajak perusahaan juga akan terlaksana dengan sewajarnya dan kemungkinan meningkatnya praktik tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan (Randi 2015).

  Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Sampel yang akan digunakan oleh peniliti yaitu perusahaan-perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ-45. Salah satu alasan untuk menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di LQ-45, karena perusahaan LQ-45 merupakan perusahaan yang paling likuid. Selain itu saham yang tergolong di LQ-45, merupakan saham yang paling aktif untuk diperdagangkan sehingga pemisahaan antara kepemilikan dengan manajemen mengarahkan keputusan pajak perusahaan yang mencerminkan kepentingan pribadi manajer. Selain itu, perusahaan yang terdaftar di LQ-45 memiliki tingkat kapitalisasi pasar yang paling signifikan. Perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ-45 terdiri dari berbagai jenis perusahaan, sehingga berharap untuk dapat memberikan wawasan yang lebih luas. Berdasarkan uraian yang telah diuraikan oleh peneliti di dalam latar belakang maka penulis mengambil judul

  “PENGARUH RETURN ON ASSETS, LEVERAGE, UKURAN

  DEFERRED TAX EXPENSE DAN DAN KEPEMILIKAN

   RERANGKA TEORITIS YANG DIPAKAI Tax Avoidance

  Menurut (Abdul Halim 2014 : 8) penyebab dari penghindaran pajak dan pengelakan pajak (tax avoidance

  and tax evasion ) meliputi beberapa

  faktor seperti tarif pajak yang terlalu tinggi, hukuman yang tidak memberikan efek jera, undang- undang yang tidak tepat, dan ketidakadilan yang nyata. Pengelakan pajak (tax evasion) adalah manipulasi ilegal terhadap sistem perpajakan untuk mengelak dari pembayaran pajak. Tax evasion adalah tindakan yang mengabaikan terhadap peraturan tentang perundang-undangan perpajakan yang disengaja untuk menghindari pembayaran pajak, misalnya pemalsuan pengembalian pajak.

  Abdul Halim (2014 : 8) mendefinisikan penghindaran pajak (tax avoidance) adalah perencanaan pajak yang dilakukan secara legal dengan mengecilkan objek pajak yang menjadi dasar pengenaan pajak yang masih sesusai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak dilakukan dengan cara memperkecil objek pajak yang dikenakan dasar pengenaan pajak agar beban pajak yang dikenakan tarif lebih kecil dari objek pajak yang sebenarnya, agar beban pajak yang dibayarkan tidak terlalu besar.

PERUSAHAAN, DEFERRED

  Profitabilitas (ROA)

  Pendekatan ROA merupakan salah satu pendekatan yang menggambarakan mengenai tingkat profitabilitas yang ada di perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang besar. Chen et al, (2010) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka memiliki kesempatan untuk melakukan upaya efesiensi dalam kewajiban pembayaran pajak dengan melalui tax avoidance. Semakin besar ROA, berarti semakin efesien penggunaan aktiva perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar dan sebaliknya (I Made Sudana 2011 : 22).

INSTITUSIONAL TERHADAP

  Leverage Leverage kondisi keuangan

  yang ada diperusahaan dengan manggambarkan rasio keuangan melalui hubungan hutang perusahaan dengan modal maupun aset yang ada di perusahaan. Leverage

  m enggambarkan hubungan antara total assets dengan modal saham

  biasa atau menunjukkan penggunaan utang untuk meningkatkan laba (Husnan 2002). Debt ratio ini mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Semakin besar rasio menunjukkan semakin besar porsi penggunaan utang dalam membiayai investasi pada aktiva, yang berarti pula risiko keuangan perusahaan menigkat dan sebaliknya (I Made Sudana 2011 : 20). Leverage ini merupakan menjadi salah satu sumber pendanaan perusahaan yang di dapat dari pihak eksternal dengan melalui hutang (Ngadiman 2014). Perusahaan yang melakukan peminjaman dari pihak eksternal (hutang) akan menimbulkan adanya beban bunga yang akan mengurangi penghasilan dari perusahaan.

  Ukuran Perusahaan (size)

  Machfoedz (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Terdapat tiga jenis perusahaan umumnya dengan dibagi dalam tiga kategori yaitu, perusahaan kecil (small firm), perusahaan menengah (medium firm), dan perusahaan besar (large firm). Watts dan Zimmerman (1986) dalam Achmad et al. (2007) menyatakan bahwa para manajer perusahaan besar lebih cenderung melakukan pemilihan metode akuntansi yang manangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode mendatang guna memperkecil laba yang dilaporkan.

  Semakin besar ukuran suatu perusahaan, maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena perusahaan besar membutuhkan dana yang besar pula untuk menunjang operasionalnya, dan salah satu alternatif pemenuhannya adalah dengan modal asing apabila modal sendiri tidak mencukupi (Abdul Halim 2007 : 93).

  Deferred Tax Expense

  Beban pajak tangguhan adalah jumlah PPh yang terhutang untuk periode yang akan mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak (Sukrisno 2010 : 245). Berdasarkan PSAK No. 46 pengalokasian pajak antara periode diawali dengan adanya keharusan perusahaan untuk mengakui aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang ditanggung oleh perusahaan dan harus dilaporkan di neraca. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah perbedaan pendekatan laba rugi dilihat dari antara perlakuan akuntansi dan perpajakan dari sudut pandang laporan laba rugi, yaitu kapan suatu transaksi diakui dalam laporan laba rugi baik secara komersial maupun secara fiskal (Randi 2015). Dalam pendekatan ini mengenakan perbedaan waktu dan perbedaan permanen. Hasil yang diperoleh dari perhitungan pendekatan ini adalah pergerakan yang akan diakui sebagai pajak tangguhan pada laporan laba rugi.

  Kepemilikan Institusional

  Tarjo (2008) dalam Randi (2015) Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak lain seperti institusi atau lembaga yang bergerak dalam bidang perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lainnya. Kepemilikan institusional ini mempunyai peran penting untuk memonitor manajemen, dengan adanya kepemilikan intitusional akan mendorong peningkatan pengawasan secara optimal

  .

  Kepemilikan institusional ini mempunyai peran penting untuk memonitor manajemen, dengan adanya kepemilikan intitusional akan mendorong peningkatan pengawasan secara optimal. Pihak institusional yang mempunyai saham lebih besar daripada pemegang saham lainnya dapat melakukan pengawasan secara lebih besar pula, terhadap kebijakan manajemen sehingga manajemen akan menghindari adanya perilaku yang merugikan bagi para pemegang saham (Ngadiman 2014).Boediono (2005) dalam Randi (2015) persentase saham yang dimiliki oleh pihak institusional dapat mempengaruhi proses dalam penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan akan terdapat akrualisasi sesuai dengan kepentingan pihak manajemen. Sehingga, semakin besar kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak institusional maka akan menimbulkan semakin kuat kendali yang dilakukan oleh pihak eksternal terhadap perusahaan

  .

  Pengaruh Return On Assets Dengan Tax Avoidance

  ROA merupakan suatu indikator untuk mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang diraih oleh perusahaan maka perusahaan tersebut dikategorikan memiliki performa yang baik. Laba yang diperoleh perusahaan meningkat maka tingkat profitabilitas perusahaan juga meningkat. Perusahaan yang memperoleh peningkatan laba maka akan mengakibatkan beban pajak yang ditanggung oleh perusahaan juga semakin tinggi, maka ada kemungkinan upaya untuk melakukan tindakan tax avoidance.

  Wirna (2014) melakukan pengujian atas pengaruh profitabilitas terhadap tax avoidance, yang diukur dengan return on assets (ROA) memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap tax

  avoidance . Hasil penelitian ini

  didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh I Gusti dan Ketut (2014) yang menyatakan bahwa

  return on assets (ROA) berpengaruh

  signifikan negatif terhadap tax

  avoidance . Namun hasil penelitian

  ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh I Gede dan I Made (2014) yang menunjukkan bahwa return on assets berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance.

  Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut: Hipotesis 1: Return on assets beperngaruh signifikan positif terhadap

  tax avoidance

  Pengaruh Leverage Dengan Tax Avoidance

  (1986) dalam Tommy dan Maria (2013) bahwa tidak semua perusahaan dapat melakukan perencanaan pajak dengan melalui

  tax avoidance

  didukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Tommy dan Maria (2013) menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

  avoidance . Hasil penelitian ini

  Pengujian yang dilakukan oleh Gusti Maya (2014) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap tax

  adanya batasan berupa kemungkinan yang menjadi sorotan dan sasaran dari keputusan regulator. Selain itu juga, Watts dan Zimmerman (1986) dalam Tommy dan Maria (2013) juga menyatakan bahwa manajer perusahahaan yang besar maka cenderung untuk melakukan pemilihan metode akuntansi yang mengguhkan laba yang dilaporkan dari periode saat ini ke periode yang akan mendatang guna memperkecil laba yang akan dilaporkan. Dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya ukuran perusahaan kemungkinan terdapat adanya untuk dilakukannya tax avoidance.

  political power theory , karena

  theory ). Watts dan Zimmerman

  Sumber keuangan yang ada di perusahaan tidak hanya di dapatkan dari dana internal perusahaan, dana yang bersifat eksternal atau biasa dikatakan sebagai hutang perusahaan juga bisa membiayai untuk memenuhi kebutuhan operasional dan investasi perusahaan. Jika perusahaan mendanai biaya perusahaan dengan hutang maka perusahaan akan memperoleh beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan. Sehingga, beban bunga yang ditimbulkan dari hutang perusahaan akan mengurangi penghasilan perusahaan dan beban pajak yang ditanggung perusahaan juga berkurang.

  (1972) dalam Richardson dan Lanis (2007) Semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin rendah effective tax rate yang dimiliki oleh perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan besar lebih mampu menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk mengatur atau membuat suatu perencaaan pajak yang baik (political power

  Tingkat kedewasaan perusahaan ditentukan dengan total aktiva, semakin tingginya total aktiva menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek baik untuk jangka waktu yang relatif panjang. Siegfried

  Pengaruh Ukuran Perusahaan Dengan Tax Avoidance

  Hipotesis 2: Leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance.

  didukung dengan penilitian yang dilakukan oleh Ngadiman (2014) bahwa variabel independen leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tax avoidance. Dari uraian tersebut maka hipotesis yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai beikut :

  tax avoidance . Hasil penelitian ini

  Pengujian yang dilakukan oleh Wirna (2014) menunjukkan hasil bahwa leverage tidak memiliki pengaruh signifikan positif terhadap

  . Serta penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Christiany (2013) juga menunjukkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan negatif terhadap tax

  avoidance . Berdasarkan dari telaah

  literatur, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 3: Ukuran

  Perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance.

  Pengaruh Deferred Tax Expense Dengan Tax Avoidance

  Berdasarakan PSAK no.46 pengalokasian pajak antar periode diawali dengan adanya keharusan bagi pihak perusahaan untuk mengakui aktiva dan kewajiban pajak tangguhan yang harus dilaporkan pada neraca. Adanya perubahan-perubahan temporer yang terefleksi pada kenaikan maupun penurunan aktiva dan kewajiban pajak tangguhan harus diperlakukan sebagai beban pajak tangguhan (deferred tax aexpense ) atau penghasilan pajak tangguhan (deferred tax income) dan dilaporkan dalam laporan laba rugi pada tahun berjalan bersama-sama beban pajak kini (current tax expense) dengan penyajian secara terpisah (Randi 2015). Beban pajak (tax expenses) atau penghasilan pajak (tax income) merupakan jumlah dari agregat beban pajak kini dan pajak tangguhan. Jumlah agregat beban pajak kini dan pajak tangguhan dapat berupa beban pajak atau penghasilan pajak. Dari uraian di atas dapat disimpulkan semakin tinggi pelaporan pajak tangguhan atau beban pajak yang ditunda oleh perusahaan yang diukur melalui alokasi pajak antar periode, semakin tinggi alokasi pajak antar periode berarti semakin kecil praktik tax

  avoidance yang dilakukan oleh perusahaan.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Randi (2015) menujukkan bahwa deferred tax

  expense berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance.

  Plesko (2002) dalam Philips (2003) mengungkapkan bahwa semakin tinggi perbedaan antara laba fiskal dengan laba akuntansi menunjukkan semakin besarnya diskresi menajemen. Besarnya diskresi ini akan berpengaurh pada beban pajak tangguhan dan mampu digunakan untuk mendeteksi praktik tax

  avoidance . Namun, penelitian ini

  bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Hotman (2009) dalam Randi (2015) yang menyatakan bahwa deffered tax

  expense tidak berpengaruh pada tax avoidance . Berdasrakan uraian

  tersebut maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 4: Deferred tax

  expense berpengaruh signifikan neagtif terhadap tax avoidance.

  Pengaruh Kepemilikan Institusional Dengan Tax Avoidance

  Dalam menghindari konflik dari masing-masing pihak pemangku kepentingan yang ada di perusahaan yang nantinya akan mengakibatkan adanya penurunan nilai perusahaan, maka diperlukan adanya monitor dari pihak luar. Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam perusahaan guna untuk memonitor manajemen, dengan adanya kepemilikan institusional akan menimbulkan peningkatan pengawasan yang lebih optimal karena mampu memonitor setiap keputusan yang diambil oleh para manajer secara efektif (Fenny 2014). Dengan semakin tingginya tingkat kepemilikan institusional, maka dapat dikatakan semakin besarnya tingkat pengawasan terhadap manajer dan dapat mengurangi adanya konflik antara manajemen. Dapat disimpulkan tingginya tingkat kepemilikan institusional terdapat peluang terjadinya tax avoidance.

  Hasil pengujian yang dilakukan oleh Gusti (2014) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance.

  LEVERAGE

  INSTITUSIONAL (H5)

  (H4) KEPEMILIKAN

  DEFERRED TAX EXPENSE

  (Y)

  TAX AVOIDANCE

  (H3)

  (H2) UKURAN PERUSAHAAN

  ROA (H1)

  Namun hasil penelitian didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman dan Christiany (2014) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan negatif terhadap tax avoidance. Penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Randi (2015) bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap tax

  (+) GAMBAR 2

  (+) (-)

  (+) (-)

  positif terhadap tax avoidance Kerangka pemikiran yang mendasari dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

  expense berpengaruh signifikan

  tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis 5: Deferred tax

  avoidance . Berdasarkan dari uraian

KERANGKA PEMIKIRAN

  METODE PENELITIAN Kualifikasi Sampel

  Data Penelitian

  assets , leverage, ukuran perusahaan, deferred tax expense serta

  dependen, sedangkan return on

  avoidance sebagai variabel

  Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tax

  Variabel Penelitian

   dan www.idx.co.id.

  Penelitian ini menggunakan sampel pada perusahaan yang terdaftar pada LQ-45 yang sudah di kategorikan dengan kriteria-kriteria khusus yang telah tercantum sebelumnya selam periode pengamatan 2010-2014. Metode yang digunakan penelitian ini adalah menggunakan metode kuantitatif. Data penelitian ini di dapat dari data sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara dokumentasi. Data-data tersebut dikumpulkan dari perusahaan LQ-45 penerbitan di bulan Agustus tahun 2010-2014, yang diperoleh dari

  Dari 225 data sampel yang tergolong di LQ-45 selama lima tahun pengamatan, maka diperoleh 172 sampel perusahaan yang menjadi sampel penelitian sesuai dengan kriteria pemilihan sampel.

  Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong di LQ-45 selama periode 2010-2014. Populasi tersebut dipilih karena perusahaan LQ-45 merupakan perusahaan yang paling likuid selain itu saham yang tergolong di LQ-45 merupakan saham yang paling aktif untuk diperdagangkan. Sehingga pemisahaan antara kepemilikan dengan manajemen mengarahkan keputusan pajak perusahaan yang mencerminkan kepentingan pribadi manajer.

  5. Perusahaan yang tergolong dalam perusahaan LQ-45 yang tergolong pada penerbitan di bulan agustus pada tahun 2010-2014.

  4. Perusahaan tidak mengalami rugi dalam perusahaan LQ-45 yang tergolong pada penerbitan di bulan agustus pada tahun 2010- 2014

  3. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dengan nilai mata uang rupiah.

  2. Perusahaan yang terdaftar pada LQ-45 yang memiliki laporan tahunan yang lengkap periode 2010-2014 dan memiliki data yang lengkap terkait dengan variabel yang dibutuhkan.

  1. Perusahaan yang terdaftar pada LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2014.

  metode pengumpulan dengan pertimbangan-pertimbanagn khusus. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian adalah sebagai berikut :

  purposive sampling merupakan suatu

  Metode penentuan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode

  kepemilikan institusional sebagai variabel independen. mengidentifikasikan keagresifan perencanaan pajak perusahaan yang dilakukan mengunakan perbedaan tetap maupun perbedaan temporer (Chen et al. 2010) dalam Tommy (2013) dengan rumus sebagai berikut :

  Tax Rates (CETR), mampu

  merupakan gambaran mengenai beban pajak tangguhan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan pajak di masa yang akan mendatang.

  Pengukuruan tax avoidance dalam penelitian ini menggunakan model estimasi yang Cash Effective

  Variabel Dependen Tax avoidance

  ℎ ℎ

  = ℎ ℎ

  Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan asuransi, investor, dan bank. Kepemilikan institusional dapat diukur dengan :

  Kepemilikan Institusional

  TAp-1 : Total aktiva pada awal tahun p-1.

  DTEp-1 : Beban pajak tangguhan pada laporan keuangan yang berakhir pada tahun p-1.

  DTEp : Beban pajak tangguhan pada laporan keuangan yang berakhir pada tahun p.

  dengan : DTE = ((DTEp

  Deferred tax expense dapat diukur

  Deferred Tax Expense Deferred tax expense

  Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

  = log(Total Aset)

  Ukuran perusahaan (size) dapat diukur dengan log aktiva perusahaan, dikarenakan dinilai bahwa ukuran ini memiliki tingkat kestabilan yang lebih dibandingkan dengan proksi- proksi yang lainnya dan cenderung berkesinambungan antar periode. Berikut pengukuran yang dapat dirumsukan :

  Ukuran Perusahaan

  Total Ekuitas

  = Jumlah Hutang

  ratio dengan rumus sebagai berikut :

  utang jangka panjang maupun utang jangka pendek untuk membiayai aktiva perusahaan. Leverage dapat diukur dengan total debt to equity

  Leverage Leverage merupakan rasio dari

  = ( ) ℎ ℎ 100%

  ROA adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aset yang diperoleh pada akhir periode, yang akan digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba, dirumuskan sebagai berikut :

  Variabel Independen Return on assets

  Penjelasan dari masing-masing variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :

  • – (DTEp-1))/Tap-1 Dimana :

  = ℎ

  3

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA 156 ,00009 ,47080 ,1083188 ,09491164 LEVERAGE 156 ,15364 18,19236 2,2886783 3,09493304 SIZE 156 12,34526 14,93199 13,5070848 ,59850943 DTE 156 -,05096 ,01802 ,0000892 ,00527605 KI 156 ,17525 ,99921 ,6239081 ,16778571 TAX 156 ,06263 ,35088 ,2260284 ,05914368 Valid N (listwise) 156

  

Tabel 2

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics

  dependen. Tabel 1 berikut menyajikan hasil uji deskriptif :

  avoidance sebagai variabel

  kepemilikan institusional serta tax

  assets (ROA), leverage , size , deferred tax expense , dan

  Analisis deskriptif dapat menjelaskan secara keseluruhan dari masing-masing variabel yang telah diujikan, yaitu variabel return on

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Deskriptif

  institusional e : standard error

  5 : koefisien kepemilikan

  :koefisien deferred tax expense b

  4

  :koefisien ukuran perusahaan b

  b

  Alat Analisis

  2 :koefisien leverage

  b

  1 :koefisien regresi return on assets

  Dimana : TA : Tax Avoidance a : Konstanta b

  5 KIe

  4 DEF + b

  3 SIZE + b

  2 LEV + b

  1 ROA + b

  Alasan menggunakan model regresi linier berganda, karena untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui hubungan tersebut, maka model analisis regresi linier berganda tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut : TA = a + b

  perusahaan, deferred tax expense, dan kepemilikan institusional terhadap tax avoidance.

  on assets , leverage , ukuran

  Dalam melakukan pengujian alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model regresi linier berganda, menggunakan alat uji tersebut untuk mengetahui hubungan antara return

  Sumber : data olahan SPSS

  Berdasarkan tabel 3 return on

  assets terendah dan nilai tetinggi dari

  periode 2010-2014 sama-sama terjadi di tahun 2014 nilai terendah diperoleh oleh Astra International Tbk (ASII) senilai 0,00009 sedangkan untuk nilai tertinggi terjadi pada tahun 2014 yang diperoleh oleh Global Mediacom Tbk (BMTR) senilai 0,47080. Dengan nilai mean untuk variabel ROA sebesar 0,1083 dan std. deviasi 0,0949.

  Nilai leverage terendah dari periode 2010-2014 terjadi pada tahun 2011 dengan nilai 0,15364 diperoleh oleh Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), sedangkan untuk niai tertinggi terjadi pada tahun 2014 yang diperoleh oleh Matahari Departement Store Tbk (LPPF) senilai 18,19236. Dengan nilai mean sebesar 2,2886 dan std. deviasi 3,0949

  Nilai ukuran perusahaan terendah dari periode 2010-2014 terjadi pada tahun 2013 diperoleh oleh Malindo Feedmill Tbk MAIN dengan nilai 12,34526, sedangkan untuk nilai tertinggi terjadi pada tahun 2014 yang diperoleh oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) senilai 14,93199. Nilai mean sebesar 13,5070 dengan std. deviasi 0,5985

  Nilai deferred tax expense terendah dari periode 2010-2014 terjadi pada tahun 2010 nilai terendah dengan senilai senilai - 0,05096 dimiliki oleh Holcim Indonesia (SMCB), sedangkan untuk nilai tertinggi terjadi pada tahun 2014 dengan nilai 0,01802 dimiliki oleh Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

  Mean untuk variabel deferred

  tax expense bernilai 0,0000 dengan std. deviasi 0,0052.

  Nilai kepemilikan institusional terendah dari periode 2010-2014 terjadi pada tahun 2012 nilai terendah dimiliki oleh Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) senilai 0,17525, sedangkan untuk nilai tertinggi terjadi pada tahun 2010 dimiliki oleh Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai 0,99921. KI menunjukkan nilai mean sebesar 0,2260 dengan std. deviasi 0,0591.

  Nilai deferred tax expense terendah dan nilai tertinggi dari periode 2010-2014 terjadi pada tahun 2014 nilai terendah diperoleh oleh pada Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) senilai 0,06263, sedangkan untuk nilai tertinggi diperoleh oleh Global Mediacom (BMTR) senilai 0,35088. Nilai mean yang diperoleh tax avoidance yaitu sebesar 0,2260 dengan std. deviasi 0,0591.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  Berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan, koefisien regresi untuk return on assets terhadap tax avoidance adalah positif, dimana nilai koefisien adalah 0,159 artinya apabila rasio return on

  Analisis leverage terhadap tax avoidance

  Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh I Gusti (2014), yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi berpengaruh signifikan positif kemungkinan tidak mematuhi peraturan perpajakan dan cenderung melakukan penghindaran pajak. Penelitian ini tidak mendukung penelitian sebelumya Wirna (2014) yang menemukan bahwa ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tax avoidance perusahaan manufaktur periode 2009-2012. Wirna (2014) menyatakan hasil yang signifikan negatif dipengaruhi oleh tingkat profitabilitas perusahaan yang cenderung stabil dan cukup baik.

  on assets berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance .

  Dengan hasil pengujian yang diperoleh, penelitian ini menerima hipotesis pertama (H1), yaitu return

  signifikansi sebesar 0,004. Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti yaitu ROA berpengaruh signifikan positif terhadap tax avoidance. Memiliki arti bahwa di dalam suatu perusahaan menghasilkan laba yang meningkat maka laba operasional di perusahaan juga meningkat dan nilai pajak yang ditanggung oleh perusahaan akan meningkat, dan terdapat tindakan untuk melakukan tax avoidance oleh karena itu return on assets (ROA) berpengaruh terhadap tax avoidance.

  on assets 2,914 dengan tingkat

  peningkatan sebesar 15,9% dimana tax avoidance dianggap konstan. Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel return

  assets dinaikkan 1% maka tax avoidance akan mengalami

  

Tabel 3

Hasil Analisis Regresi Liner Berganda

  Variabel Koefisien

  Sig. F 0,001 F Hitung 4,398

  Adjusted R2 0,099

  Kepemilikan Instutisional 0,078 0,027 2,857 0,005 R2 0,128

  

Deferred tax expense -0,471 0,863 -0,546 0,586

  Ukuran perusahaan 0,021 0,010 1,994 0,048

  

ReturnoOn assets 0,159 0,055 2,914 0,004

Leverage -0,002 0,002 -0,900 0,370

  Error t Hitung Sig. Konstanta -0,114 0,139 -0.825 0,411

  Regresi Standar

  Analisis return on assets terhadap tax avoidance

  Berdasarkan dari tabel 3 hasil analisis yang telah dilakukan pengaruh leverage terhadap tax

  avoidance adalah negatif, dimana

  nilai koefisien negatif 0,002 artinya apabila rasio leverage dinaikkan 1% maka tax avoidance akan menurun sebesar 0,0% dimana tax avoidance dianggap konstan. Dapat dilihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel leverage -0,900 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,370. Didasarkan dari hasil pengujian statistik dapat dilihat pengujian untuk hipotesis yang kedua variabel leverage tidak berpengaruh signifikan dan memiliki nilai negatif terhadap tax avoidance. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi maupun rendahnya leverage tidak berpengaruh terhadap tax avoidance yang dilakukan oleh perusahaan. Dikarenakan tingginya leverage akan menimbulkan beban bunga yang harus ditanggung oleh perusahaan dan mengurangi laba yang diperoleh oleh perusahaan sehingga beban pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan rendah.

  Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wirna (2014) menyatakan bahwa leverage tidak terbukti secara signifikan positif terhadap tax avoidance. Selain itu penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian Tommy (2013) yang menyatakan bahwa leverage yang diukur dengan debt equity ratio tidak berpengaruh signifikan negatif terhadap tax avoidance. Hal ini dikarenakan semakin tinggi nilai jumlah pendanaan yang diperoleh dari utang pihak ketiga yang digunakan perusahaan dan semakin tinggi juga beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan. Biaya bunga yang ditanggung oleh perusahaan akan memberikan pengaruh berkurangnya beban pajak perusahaan (Tommy : 2013).

  Analisis ukuran perusahaan terhadap tax avoidance

  Berdasarkan dari tabel 3 hasil analisis yang telah dilakukan pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance memiliki nilai positif, dimana nilai koefisien adalah 0,021 artinya apabila rasio

  size dinaikkan 1% maka tax avoidance akan mengalami

  peningkatan sebesar 2,1% dimana tax avoidance dianggap konstan. Dapat dilihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel ukuran perusahaan 1,994 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,048. Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki nilai yang signifikan dan positif. Artinya semakin tingginya total aset yang dimiliki oleh perusahaan maka diduga adanya tindakan tax

  avoidance. Dengan hasil penelitian

  tersebut bahwa hipotesis ketiga (H3) dari penelitian ini diterima. Penelitian ini didukung dengan penelitian Calvin (2014) yang menunjukkan hasil berpengaruh signifikan positif terhadap tax

  avoidance . Dalam penelitian (I Gede

  2013) juga menunjukkan hasil yang signifikan positif dan menyatakan bahwa koefisien regresi yang memiliki nilai positif menunjukkan bahwa makin besar perusahaan, makin besar sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan tersebut untuk mengelola beban pajaknya.

  • 0,546 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,586. Berdasarkan hasil statistik dalam penelitian ini, ditemukan bahwa hipotesis keempat ditolak karena tidak berpengaruh signifikan. Bahwa pembayaran pajak tangguhan yang di dijadikan dalam beban pajak kini tidak memiliki pengaruh dalam tindakan tax

  sejalan dengan penelitian (Pohan 2009) yang menyatakan bahwa

  Berdasarkan dari tabel 3 hasil analisis yang telah dilakukan pengaruh kepemilikan institusional terhadap tax avoidance adalah positif, dimana nilai koefisien adalah 0,078 artinya apabila rasio kepemilikan institusional dinaikkan 1% akan mengalami peningkatan sebesar 7,8% dimana tax avoidance dianggap konstan. Dapat dilihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel kepemilikan institusional 2,857 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005

  Analisis kepemilikan institusional terhadap tax avoidance

  pengungkapan ataupun pembayaran yang lebih besar di masa yang akan datang, maka berdasarkan SAK harus diakui sebagai kewajiban.

  avoidance . Artinya, jika terjadi

  Sedangkan dari hasil penelitian (Randi 2015) deferred tax expense berpengaruh signifikan terhadap tax

  deferred tax expense tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.

  avoidance . Hasil penelitian ini

  Hasil uji untuk hipotesis ketiga menunjukkan signifikan positif yang artinya, bahwa variabel ukuran perusahaan ini berpengaruh terhadap

  maka tax avoidance akan menurun sebesar 47,1% dimana tax avoidance dianggap konstan. Dapat dilihat pada tabel 3 dapat diketahui bahwa nilai t hitung variabel deferred tax expense

  deferred tax expense dinaikkan 1%

  Berdasarkan dari tabel 3 hasil analisis yang telah dilakukan pengaruh deferred tax expense terhadap tax avoidance adalah negatif, dimana nilai koefisien negatif 0,471 artinya apabila rasio

  Analisis deferred tax expense terhadap tax avoidance

  diduga bahwa pihak manajer perusahaan melakukan pemilihan metode akuntansi dalam pelaporan laba saat ini ke periode yang akan mendatang dengan tujuan memperkecil laba yang akan dilaporkan.

  tax avoidance . Dari hasil tersebut

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN KOMPOSISI DEWAN TERHADAP TAX AVOIDANCE DENGAN PENDEKATAN ACCOUNTING TAX RATE PADA INDUSTRI PERBANKAN DI ASIA TENGGARA SKRIPSI

0 0 17

PENGARUH KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RETURN ON ASSETS, DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 2 20

PENGARUH KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RETURN ON ASSETS, DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - PENGARUH KOMITE AUDIT, KUALITAS AUDIT, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, RETURN ON ASSETS, DAN LEVERAGE TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 0 14

PENGARUH KONSERVATISME AKUNTANSI TERHADAP TAX AVOIDANCE DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI PEMODERASI - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 1 22

ANALISIS PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 0 16

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS DAN REPUTASI KAP TERHADAP TIMELINESS - Perbanas Institutional Repository

0 0 22

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KARAKTER EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 0 19

ANALISIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, KARAKTER EKSEKUTIF, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP TAX AVOIDANCE - Perbanas Institutional Repository

0 0 9